” 11
Problem of Program Services Prevention of HIV Transmission from Mother to Child Based on
Antenatal Care at Primary Health Care in Yogyakarta City 2015
Nurul Ariningtyas
Akademi Kebidanan Nyai Ahmad Dahlan Yogyakarta
nurula85@gmail.com
ABSTRAK
Latar belakang: Pemerintah menerapkan program Pencegahan dan Penularan HIV dari Ibu ke Anak
(PPIA) untuk mencegah penularan virus HIV dari ibu yang menderita HIV kepada anaknya selama
masa kehamilan, saat persalinan atau saat menyusui. Kota Yogyakarta mulai melaksanakan program
PPIA pada tahun 2007 di Puskesmas LKB. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kendala
pelayanan program PPIA berdasarkan output antenatal care di Puskesmas Kota Yogyakarta.
Metode penelitian: menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus. Teknik
pengambilan sampel dengan purposive sampling. Teknik pengumpulan data dengan wawancara
mendalam dan observasi langsung. Teknik analisis data dengan menggunakan model interaktif Miles
and Hubberman. Subjek dalam penelitian ini adalah Kasie P2M Dinkes Provinsi, Kasie P2 Dinkes
Kota, Kepala Puskesmas LKB, Bidan Koordinator KIA dan Ibu Hamil K1.
Hasil penelitian: menunjukkan bahwa kendala pelayanan program PPIA di Puskesmas Kota
Yogyakarta sangat beragam. Namun, antisipasi kendala telah dilakukan oleh masing-masing
Puskesmas LKB.Oleh karena itu,kontrol dari pemangku kebijakan baik dari Kepala Puskesmas, Kasie
P2 Dinkes Kota dan Kasie P2M Dinkes Provinsi harus terus dilakukan.
ABSTRACT
Background: The government implemented a program of prevention and HIV Transmission from
Mother to Child (PPIA) to prevent transmission of the HIV virus from mothers with HIV to her child
during pregnancy, during delivery or while breastfeeding. Yogyakarta city began implementing the
program in 2007 at the Primary Health Care with Continously Comprehensif Services. The purpose of
research is to determine the constraints of program services PPIA based output antenatal care at the
Primary Health Care of Yogyakarta.
Methods: This study used a qualitative approach with case study design. The sampling technique
purposive sampling. Data collection techniques with in-depth interviews and direct observation. Data
analysis techniques using interactive model of Miles and Hubberman. Subjects in this study are the
Head of the Provincial Health Office P2M, City Health Office Head of P2, Head of Primary Health
Care, KIA Coordinator Midwives and Pregnant Woman K1.
Result: the results showed that constraints PPIA program services at the Primary Health Care of
Yogyakarta is very diverse. However, in anticipation of the obstacles have been done by each health
center LKB. Therefore, the control of policy makers both from the Provincial Health Office P2M, City
Health Office Head of P2 and Head of Primary Health Care to be done.
Jumlah kematian terbanyak terjadi pada berdasarkan tahun pelaporan seperti yang
tahun 2012 yaitu 1.489 kematian akibat ditunjukkan oleh Grafik. 1 sebagai berikut:
HIV/AIDS. Adapun jumlah kasus HIV/AIDS
HIV
15000
10000 AIDS
5000 Kematian
0
Infeksi HIV merupakan salah satu kesehatan ibu dan anak, yaitu
masalah kesehatan utama dan salah satu menurunkan angka kematian anak dan
penyakit menular yang dapat meningkatkan kesehataan ibu dan
mempengaruhi kematian ibu dan anak. Di mencegah penyebaran HIV/AIDS pada
banyak negara berkembang, HIV tahun 2015 (Luo et al, 2007)10. Kemudian
merupakan penyebab utama kematian setelah 2015, berlanjut dengan program
perempuan usia reproduksi. Virus HIV SDG’s (Sustainable Development Goal’s)
dapat ditularkan dari ibu HIV kepada yang bergulir pada bulan April 2014
anaknya selama masa kehamilan, pada dengan 10 target yang salah satu
saat persalinan atau pada saat menyusui targetnya berbunyi mencapai kesehatan
16
(WHO, 2013) . Di Indonesia, pemerintah dan kesejahteraan di segala usia (Target
menerapkan program Pencegahan dan 5). Target 5 tersebut berisi 3 point target
Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) yaitu 5a, 5b dan 5c. Mengurangi angka
atau Prevention Mother to Child kematian anak per 1000 kelahiran,
Transmission (PMTCT). Program tersebut mengurangi angka kematian ibu per
mencegah penularan HIV/AIDS pada 100.000 persalinan dan mengurangi
perempuan usia produktif kehamilan angka kematian di bawah usia 70 tahun
dengan HIV positif dan penularan dari penyakit tidak menular paling sedikit
HIV/AIDS dari ibu hamil ke bayi yang berkurang sebesar 30% dibandingkan
dikandungnya. Sesuai dengan Millennium dengan tingkat yang sudah dicapai hingga
Development Goals (MDG’s) untuk tahun 2015 (WHO, 2014). Pada
Nurul Ariningtyas, “Kendala Pelayanan Program ...” 13
pendamping, konselor, tugas mereka kan reaktif. Kendala lain terkait SDM
sebenarnya di lapisan bawah ya ada diungkapkan juga oleh informan berikut
pertukaran informasi, ya belum semuanya ini;
bisa melakukan itu..”(Kasie P2 Dinkes “Kendalanya malah kita kekurangan
Kota). SDM, jadi kita baru bisa VCT mobile itu
Informan (Kasie P2 Dinkes Kota) tahun ini, kalo yang lain sudah mulai
juga menyatakan bahwa Lembaga tahun-tahun kemarin meskipun di tengah
Swadaya Masyarakat (LSM) juga atau di akhir tahun baru mulai dan karna
mengalami kendala dari segi penyebaran kendala SDM kita baru mulai tahun ini.
wilayah kerja. Lembaga tersebut berfungsi Disini baru bidan, analis, saya, kadang
dalam hal pendampingan terhadap pasien kadang dokter satu. Saya memotivasinya
HIV/AIDS yang terdeteksi reaktif melalui butuh waktu setahun.”(Informan Kapus 3).
skrining HIV/AIDS oleh puskesmas LKB. Informan (Kapus 3)
Menurut pernyataan Informan (Kasie P2 mengungkapkan bahwa kendala yang
Dinkes Kota), LSM tersebut cenderung dihadapi di wilayah kerjanya adalah
berada di satu puskesmas, padahal kendala SDM yang hanya memiliki tenaga
harapannya bisa memberikan kesehatan seorang bidan, analis
pendampingan di seluruh puskesmas kesehatan, dokter dan informan sendiri.
LKB. Kemudian untuk mengantisipasi Jangkauan pelayanan yang diberikan juga
kendala-kendala tersebut, Informan (Kasie terbatas dikarenakan SDM, sehingga
P2 Dinkes Kota) menjelaskannya sebagai untuk pelayanan program belum
berikut; maksimal. Tindakan yang dilakukan untuk
“Ya itu tadi mbak, kita adakan refreshing mengantisipasi kendala tersebut adalah
materi menjadi konselor. Tapi ya semua dengan memotivasi tenaga kesehatan
kembali ke masalah sosial yang belum untuk terus berusaha dan menjalankan
bisa teratasi saat hasil tes menunjukkan program meskipun dengan SDM yang
positif.”(Informan Kasie P2 Dinkes Kota). terbatas.
Antisipasi kendala yang dijelaskan Menurut Kemenkes (2013)5,
oleh Informan (Kasie P2 Dinkes Kota) Kebijakan pelayanan PPIA Tahun 2013-
adalah penyegaran pelatihan menjadi 2017 nomor satu adalah pelayanan
konselor. Hal tersebut dilakukan pencegahan penularan HIV dari Ibu ke
mengingat pelatihan menjadi konselor Anak (PPIA) diintegrasikan pada layanan
sudah pernah dilakukan dan masih belum Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga
mendapatkan hasil yang maksimal Berencana (KB) dan Konseling Remaja di
sehingga perlu dilakukan penyegaran setiap jenjang pelayanan kesehatan
pelatihan. Namun, antisipasi kendala dengan ekspansi secara bertahap dan
tersebut juga terkait dengan stigma melibatkan peran swasta, LSM dan
masyarakat saat hasil tes menunjukkan komunitas. Pelayanan di klinik KIA yang
Nurul Ariningtyas, “Kendala Pelayanan Program ...” 17
pemberian tablet zat besi (Fe), tes transmisi vertikal dan kematian bayi.
terhadap penyakit menular dan temu Risiko faktor keterlambatan inisiasi ARV
wicara. Paket pelayanan tersebut pada ibu hamil adalah usia, etnis,
diberikan pada ibu hamil kunjungan pendidikan dan suami yang tidak di tes
pertama di puskesmas (K1). Hal tersebut HIV/AIDS. Tingkat kematian diantara bayi
dilakukan untuk mengetahui status HIV yang terpajan HIV adalah 2,9/100 bayi per
seorang ibu hamil sedini mungkin tahun. Jadi, pemberian pelayanan PPIA di
sehingga pengelolaan dalam pelayanan awal kunjungan antenatal care
pada ibu hamil menjadi tepat. Semakin berpengaruh terhadap transmisi HIV dari
awal diketahui status HIV seorang ibu ibu hamil ke janin yang dikandungnya.
hamil kemudian pengelolaan selama Prosedur pelaksanaan PPIA
kehamilan dengan pemberian obat ART tertuang dalam Kebijakan RAN PPIA
(Anti Retroviral Treatment) maka, kejadian 2012-2017 nomer 3 dan 4 sebagai berikut;
penularan HIV dari ibu ke anak bisa 3) Setiap perempuan yang datang ke
diminimalkan. layanan KIA-KB dan remaja harus
9
Lusiana et al. (2012) dalam mendapatkan informasi mengenai PPIA
penelitiannya menyebutkan bahwa dan 4) Di daerah epidemi HIV meluas dan
kejadian transmisi dan mortalitas HIV terkonsentrasi, tenaga kesehatan di
menjadi rendah pada ibu hamil yang fasilitas pelayanan kesehatan wajib
mengikuti program PMTCT. Mortalitas menawarkan tes HIV kepada semua ibu
terjadi pada 4,4% dari 104 kehamilan yang hamil secara inklusif pada pemeriksaan
mendapatkan ART di awal kunjungan atau laboratorium rutin lainnya saat
selama kunjungan dan 16,7% kematian pemeriksaan antenatal atau menjelang
dikarenakan terlambat menerima ART persalinan5.
setelah persalinan. Tingkat estimasi Penyebab dari perbedaan SOP
penularan HIV atau kematian bayi pada 74 pelayanan program PPIA adalah waktu
minggu setelah kelahiran adalah 8,5% pemeriksaan yang lama. Kendala tersebut
pada bayi dengan ART selama kehamilan diantisipasi dengan memberikan tes di
dan 38,9% tanpa ART selama kehamilan9. awal kunjungan setelah pendaftaran
Penelitian lain terkait dengan pasien. Namun, langkah tersebut kurang
inisiasi program PPIA pada ibu hamil efektif dikarenakan pasien atau ibu hamil
kunjungan pertama dilakukan oleh Meyers tidak mendapatkan informasi terlebih
et al. (2015)11. Penelitian tersebut dahulu sebelum dilakukan tes HIV/AIDS.
dilakukan di 26 Kabupaten dari Provinsi Penelitian yang berkaitan dengan hal
Yunnan, China. Hasil penelitian tersebut diungkapkan oleh Kohler et al.
menyebutkan bahwa inisiasi ARV (anti (2014) yang menyebutkan bahwa strategi
retroviral vaksin) pada ibu hamil berbasis masyarakat yang mendorong ibu
menunjukkan hubungan yang kuat dengan hamil melakukan pemeriksaan ANC juga
22 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 08 No. 01 Januari 2017
keterlibatan suami serta petugas yang yang menunda untuk dilakukan tes
terampil dalam memberikan konseling dikarenakan waktu pemeriksaan yang
PMTCT dapat memfasilitasi pengurangan lama. Untuk mengantisipasi hal tersebut,
lebih lanjut dalam penularan HIV/AIDS Bidan melakukan hal sebagai berikut;
secara vertikal. Jadi, petugas kesehatan “Masalahnya kita nanya dulu sibuk apa
yaitu Bidan yang memberikan pelayanan engga soalnya nunggu satu jam to mbak,
program PPIA di klinik KIA terampil dalam tapi nek reagennya memang kalo
konseling tentang HIV/AIDS termasuk persediaannya habis suruh tanya ke
terampil dalam komunikasi konseling. tempat lain periksa ke tempat yang
Komunikasi antara Bidan dengan ibu lain”(Informan Bikor 1.3).
hamil termasuk penjelasan tentang “Ya kita jaga-jaga mbak kan itu yang
prosedur pemeriksaan yang pakai banyak. Harganya mahal
membutuhkan waktu lama dengan kontrak juga..masih di danai pemerintah tapi stok
waktu di awal pelayanan akan lebih efektif kan tetep terbatas. Engga semua kita
untuk mengatasi kendala tersebut. Lama kasih cek lab..”(Informan Bikor 1.3).
pelayanan tersebut dikarenakan prosedur “Besok kan kita lihat di buku kia nya itu
pemeriksaan secara keseluruhan dalam belum ada hasil disitu kita ulang lagi. Jadi
rangkaian “7T”. Namun, tujuan akhir tetep dilakukan walaupun waktunya tidak
pelayanan tersebut adalah untuk bersamaan. Bisa fleksibel sesuai
kesehatan ibu hamil dan janin yang kebutuhan pasien”(Informan Bikor 1.3).
dikandungnya. Informan (Bikor 1.3) menjelaskan
c. Kekhawatiran akan Ketersediaan bahwa sebelum pasien dilakukan
Reagen untuk Uji Laboratorium pemeriksaan akan ditanyakan kesedian
HIV/AIDS waktu untuk pemeriksaan yang cenderung
Kendala kekhawatiran akan membutuhkan waktu yang lama. Apabila
ketersediaan reagen untuk uji pasien sibuk dan belum bersedia untuk
Laboratorium diungkapkan oleh Informan diperiksa maka pemeriksaan akan ditunda
yang bertugas sebagai pelaksana dan dilakukan pada kunjungan berikutnya.
pelayanan program PPIA di puskesmas Antisipasi tersebut sebetulnya bisa diatasi
LKB. Berikut cuplikan trankrip dari apabila peran Bidan maksimal dalam
Informan (Bikor 1.3): memberikan informasi dan konseling
“Engga ada yang menolak. Kalaupun tentang HIV/AIDS. Pelaksanan pelayanan
ada yang menolak, bukan menolak tapi program PPIA dilakukan diawal kunjungan
menunda untuk smentara waktu” (K1) dengan tujuan untuk mengetahui
(Informan Bikor 1.3). status HIV seorang ibu hamil sedini
Informan (Bikor 1.3) menyatakan mungkin sehingga penanganan
bahwa kendala yang terjadi di puskesmas kehamilannya lebih cepat dan produk
tempatnya bekerja adalah dari pasien kehamilannya tidak tertular HIV/AIDS.
Nurul Ariningtyas, “Kendala Pelayanan Program ...” 23
Kendala lain juga diungkapkan oleh PPIA. Akibatnya target yang telah
Informan (Bikor 1.3) yaitu jumlah reagen ditetapkan oleh pusat tercapai bahkan
yang terbatas. Reagen untuk uji melebihi dari target yaitu lebih dari 35%
laboratorium HIV/AIDS disediakan oleh ibu hamil mendapatkan pelayanan
Dinkes Provinsi untuk Puskesmas LKB. program PPIA. Oleh karena itu, reagen
Persediaan reagen sudah diatur oleh untuk uji laboratorium tes HIV/AIDS
pemerintah dan pengadaannya didanai menjadi terbatas sehingga ada ibu hamil
oleh pemerintah pusat. Namun, yang yang tidak mendapatkan pelayanan
terjadi di puskesmas tempat Informan program PPIA. Namun, kejadian seperti itu
(Bikor 1.3) bekerja, terjadi kekhawatiran adalah tanggungjawab dari pusat yang
terhadap persediaan reagen yang menyediakan reagen dan mendanai
berdampak pada kualitas pelayanan program PPIA. Pelaksana program di
program PPIA. Jadi, tidak semua ibu hamil tingkat puskesmas harus tetap
kunjungan pertama dilakukan menjalankan program sesuai dengan
pemeriksaan HIV. Informan berikut ini prosedur yang telah ditetapkan oleh
akan menjelaskan tentang persediaan pemerintah. Informan berikut ini juga akan
reagen untuk tes HIV/AIDS; mejelaskan mengenai kendala mengenai
“...dari nasional targetnya baru 35% di keterbatasan jumlah reagen di tempatnya
tahun lalu yang di tes...La kita kan waktu bekerja.
itu kecukupan reagennya kan cuma “...untuk dulu awal-awal ini kan hanya
cukup untuk yang memenuhi target untuk kota..untuk yang luar wilayah
nasional tadi yang 35%, jadi kemarin ada itu..ada beberapa yang setuju tapi ada
beberapa yang lolos karna memang beberapa yang menolak karna ya itu tadi
keterbatasan sumber daya nya pembiayaan tapi setelah 2014
tadi”(Informan Kasie P2 Kota). pertengahan..program nasional ininya
Informan (Kasie P2 Dinks Kota) dicukupi oleh pusat semuanya” (Informan
menjelaskan bahwa persediaan reagen Bikor 1.2).
untuk pemeriksaan laboratorium HIV/AIDS Informan (Bikor 1.2) menjelaskan
sudah diatur oleh pusat dengan target tentang kendala yang dihadapi di
pelayanan 35% dari total ibu hamil puskesmas tempatnya bekerja yaitu
mendapatkan pelayanan program PPIA. ketersediaan reagen yang digunakan
Target tersebut sudah terlampaui bahkan untuk uji laboratorium HIV/AIDS yang
ada yang tidak mendapatkan pelayanan diperuntukkan bagi ibu hamil yang
program PPIA. Peran Bidan dalam berdomisili di wilayah Kota. Namun, ibu
memberikan informasi dan konseling hamil yang berdomisili diluar Kota juga
tentang HIV/AIDS yang maksimal melakukan pemeriksaan di wilayah Kota.
menghasilkan animo masyarakat yang Hal tersebut yang menjadi kendala
positif terhadap pelaksanaan program bagaimana pelayanan akan diberikan
24 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 08 No. 01 Januari 2017
pada semua ibu hamil yang melakukan 2017 nomor delapan menyebutkan bahwa
pemeriksaan antenatal care di puskesmas Kepala Dinas Kesehatan merencanakan
sedangkan jumlah reagen yang tersedia ketersediaan logistik (obat dan tes HIV)
hanya diperuntukkan bagi ibu hamil yang berkoordinasi dengan Ditjen PP&PL
berdomisili di wilayah Kota. Oleh karena Kemenkes5. Jadi, ketersediaan obat sudah
itu antisipasi kendala yang dilakukan diatur oleh Kepala Dinas Kesehatan dan
adalah sebagai berikut; petugas kesehatan tidak perlu khawatir
“...semuanya dilakukan pemeriksaan akan ketersediaan obat.
PPIA dan untuk yang belum dilakukan
saat awal 2014 itu pada saat ketemu KESIMPULAN DAN SARAN
pas stok sudah ada pasti Berdasarkan hasil analisis dan
dilakukan...apabila ada yang menolak pembahasan dapat ditarik kesimpulan
biasanya mereka dengan alasan sudah yang menjadi temuan study dari penelitian
melakukan pemeriksaan di wilayah di ini adalah sebagai berikut: Kendala
luar puskesmas dengan menunjukkan pelayanan program PPIA pada
hasil labnya dan di buku KIA tertera pemeriksaan antenanatal care di
kode tertentu, misalnya PPIA NR atau Puskesmas LKB Kota Yogyakarta sudah
PPIA R kayak gitu” (Informan Bikor diatasi dengan antisipasi kendala yang
1.2). dilakukan oleh masing-masing Puskesmas
Informan (Bikor 1.2) menjelaskan LKB. Namun, kontrol dari pemangku
bahwa antisipasi kendala yang dilakukan kebijakan baik dari Kepala Puskesmas,
di Puskesmas tempatnya bekerja adalah Kasie P2 Dinkes Kota dan Kasie P2M
dengan memberikan pelayanan program Dinkes Provinsi harus dilakukan.
PPIA terhadap semua ibu hamil yang
melakukan pemeriksaan antenatal care. UCAPAN TERIMAKASIH
Ibu hamil yang belum mendapatan 1. Bapak Kasie P2M Dinkes Provinsi DIY,
pelayanan program PPIA akan diberikan Ibu Kasie P2 Dinkes Kota Yogyakarta
kode berupa simbol “NR” atau “R” (non dan Bapak Kepala Puskesmas LKB
reaktif atau reaktif) di buku periksa KIA ibu Kota Yogyakarta yang telah bersedia
hamil tersebut. Apabila petugas meluangkan waktu dan membantu
mendapatkan buku periksa KIA ibu hamil selama penelitian ini berlangsung.
belum terdapat kode tersebut maka 2. Bidan Koordinator Puskesmas LKB
pelayanan program PPIA akan dilakukan Kota Yogyakarta dan seluruh informan
dengan pemeriksaan tes HIV/AIDS. Ibu Hamil yang telah membantu selama
Kendala ketiga yang terjadi adalah pelaksanaan penelitian ini berlangsung.
kekhawatiran akan keterbatasan reagen 3. Suamiku Ariefaldi Wicaksono, SE dan
untuk uji laboratorium HIV/AIDS. anak-anak serta seluruh keluarga
Kebijakan pelayanan PPIA Tahun 2013- tercinta yang selalu memberikan
Nurul Ariningtyas, “Kendala Pelayanan Program ...” 25
12. Miles, BM & Huberman, MA. (2007). 15. WHO. (2011). PMTCT Strategic
Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Vission 2010-2015: Prevention of
Metode-metode Baru. Universitas Mother to Child Transmission of HIV
Indonesia Press, Jakarta. To Reach The UNGASS and
13. Philippe, M. (2009). Improving Millenium Development Goals.
Mother’s Acces to PMTCT Program in Geneva: WHO.
West Africa: a public health 16. WHO. (2013). Progress Report 2011:
perspective. Sosial Science and Global HIV/AIDS Response Epidemic
Medicine, 69(6): 807-12. Update and Health Sector Progress
14. WHO. (2008). Report on The Global Towards Universal Access WHO,
AIDS Epidemic. Geneva, Switzerland: UNICEF, UNAIDS. Geneva
United Nations Programme on Switzerland: World Health
HIV/AIDS. Organization HIV/AIDS Department.