Anda di halaman 1dari 21

SISTEM KESEHATAN NASIONAL

“Manajemen dan Informasi Kesehatan”

Dosen :

Rafiah Maharani Pulungan, SKM, MKM

Disusun Oleh:

KELOMPOK 7 KELAS A

1510713004 Ayuningtias Aisyah Pandanwangi

1510713019 Bianca Arcasiatectura Antartika

1510713023 Fahdina Luthfiana

1510713038 Tyas Ayu Desiana

S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UPN “VETERAN” JAKARTA

TAHUN AJARAN 2016/2017


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena berkat ridha dan karunia-
Nya kami bisa menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen kami.

Dalam penyusunan makalah ini, tentunya kami menemukan berbagai


hambatan, mulai dari pencarian teori, pengumpulan data, dan juga penggunaan kata-
kata, serta hambatan-hambatan lain. Kami menyadari, makalah ini terbentuk atas
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih banyak
terutama kepada:

1. Orang tua kami, yang tak hentinya member motivasi dan dukungan serta selalu
mendoakan kami.
2. Ibu Ayu Anggraeni Dyah Purbasari, SKM, MPH(M) selaku Kaprodi S1 Kesehatan
Masyarakat.
3. Ibu Rafiah Maharani Pulungan, SKM, MKM selaku dosen Sistem Kesehatan Nasional
4. Semua pihak yang terlibat yang tak bisa kami sebutkan satu persatu.

Makalah yang telah kami susun ini tentunya masih banyak kekurangan, maka
dari itu kami meminta maaf jika ada kesalahan didalamnya. Dan kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, sehingga kami dapat memperbaikinya,
sekaligus bekal kami dalam menyusun dan membuat laporan yang lebih baik lagi

Depok, 17 April 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 2

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 2

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 3

BAB II........................................................................................................................................ 4

PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 4

2.1 Konsep dan Prinsip Manajemen Informasi Kesehatan dalam SKN ......................... 4

2.1.1 Definisi Manajemen Informasi Kesehatan .............................................................. 4

2.1.2 Tujuan Sistem Informasi Kesehatan ........................................................................ 5

2.1.3 Prinsip Dasar Pengembangan dan Penguatan Sistem Informasi Kesehatan ............ 5

2.1.4 Penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia ................................... 6

2.2 Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia ................................................................ 7

2.2.1 Keadaan Sistem Informasi Kesehatan Di Indonesia................................................ 7

2.2.2 Kedudukan Sistem Informasi Kesehatan Dalam Sistem Kesehatan Nasional ........ 9

2.2.3 Kedudukan SIK Nasional dan SIK Daerah dalam Sistem Kesehatan ................... 10

2.3 Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan Di Indonesia .................................... 10

2.4 Pengembangan Sistem Informasi kesehatan di Indonesia...................................... 11

2.5 Tantangan Sistem Informasi Kesehatan Di Indonesia ........................................... 15

BAB III .................................................................................................................................... 18

PENUTUP................................................................................................................................ 18

3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 19

BAB I

1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tercantum citacita bangsa Indonesia yang
juga merupakan tujuan nasional bangsa Indonesia.Tujuan nasional tersebut adalah
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi serta keadilan sosial.

Untuk mencapai tujuan nasional tersebut diselenggarakan upaya pembangunan yang


berkesinambungan yang merupakan suatu rangkaian pembangunan yang menyeluruh terarah
dan terpadu.Salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan citacita
bangsa Indonesia adalah kesehatan. Kesehatan merupakan hak asasi manusia, sehingga
pembangunan kesehatan harus dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif,
partisipatif, perlindungan, dan berkelanjutan

Tantangan pembangunan kesehatan menuntut adanya dukungan sumber daya yang cukup,
serta arah kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan yang tepat.Namun, seringkali para
pembuat kebijakan di bidang kesehatan mengalami kesulitan dalam hal pengambilan
keputusan yang tepat karena keterbatasan atau ketidaktersediaan data dan informasi yang
akurat, tepat, dan cepat. Data dan informasi merupakan sumber daya yang sangat strategis
dalam pengelolaan pembangunan kesehatan, yaitu pada proses manajemen, pengambilan
keputusan, kepemerintahan, dan penerapan akuntabilitas. Oleh karenanya dalam Pasal 168
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 dinyatakan bahwa untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi kesehatan. Informasi kesehatan
dimaksud dilakukan melalui sistem informasi dan melalui lintas sektor.

Informasi kesehatan diartikan sebagai data kesehatan yang telah diolah atau diproses menjadi
bentuk yang mengandung nilai dan makna yang berguna untuk meningkatkan pengetahuan
dalam mendukung pembangunan kesehatan. Data dan informasi inilah yang kemudian
menjadi acuan dalam proses manajemen, pengambilan keputusan, perencanaan, dan
akuntabilitas. Namun hingga saat ini sistem informasi kesehatan yang ada belum mampu
menyediakan data dan informasi yang akurat, tepat waktu, dan cepat.

2
Hasil evaluasi pelaksanaan Peta Jalan Sistem Informasi Kesehatan Tahun 2011-2014
menunjukkan bahwa hanya sekitar 57% kegiatan yang terlaksana.Berbagai permasalahan
dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pada kurun waktu itu.Terbatasnya pembiayaan adalah
salah satu yang menjadi penghambat pelaksanaan kegiatan.Sementara itu, perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang pesat adalah peluang yang dapat
memberikan kemudahan dalam pengguatan dan pengembangan sistem informasi
kesehatan.Saat ini, kebutuhan untuk memanfaatan TIK dalam sistem informasi kesehatan
semakin meningkat seiring dengan upaya meningkatkan kualitas, efisiensi, dan efektivitas
pengelolaan dan penyelenggaraan pembangunan kesehatan terlebih lagi dalam pelayanan
kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep dan prinsip manajemen informasi kesehatan dalam SKN?

2. Bagaimana sistem informasi kesehatan di Indonesia?

3. Bagaimana perkembangan sistem informasi kesehatan di Indonesia?

4. Bagaimana pengembangan sistem informasi kesehatan di indonesia?

5. Apa saja tantangan sistem informasi kesehatan di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui konsep dan prinsip manajemen informasi kesehatan dalam SKN.

2. Mengetahui sistem informasi kesehatan di Indonesia.

3. Mengetahui perkembangan sistem informasi kesehatan di Indonesia.

4. Mengetahui pengembangan sistem informasi kesehatan di indonesia.

5. Mengetahui tantangan sistem informasi kesehatan di Indonesia.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep dan Prinsip Manajemen Informasi Kesehatan dalam SKN

2.1.1 Definisi Manajemen Informasi Kesehatan

Informasi adalah data yang sudah diolah


Menurut Tafri D. Muhyuzir.Sistem
Informasi adalah data yang dikumpulkan,
dikelompokkan dan diolah sedemikian rupa
sehingga menjadi sebuah satu kesatuan
informasi yang saling terkait dan saling
mendukung sehingga menjadi suatu
informasi yang berharga bagi yang
menerimanya.

Informasi kesehatan merupakan hasil pengumpulan dan pengolahan data sebagai masukan
bagi pengambilan keputusan di bidang kesehatan. Sedangkan, Sistem Informasi Kesehatan
menurut Kementrian Kesehatan adalah seperangkat tatanan yang meliputi data, informasi,
indikator, prosedur, perangkat, teknologi, dan sumber daya manusia yang saling berkaitan
dan dikelola secara terpadu untuk mengarahkan tindakan atau keputusan yang berguna dalam
mendukung pembangunan kesehatan.

Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) adalah sistem informasi yang


berhubungan dengan sistem-sistem informasi lain baik secara nasional maupun internasional
dalam rangka kerjasama yang saling mneguntungkan. SIKNAS bukanlah suatu sistem yang
berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian dari sistem kesehatan. Oleh karena itu, SIK di
tingkat pusat merupakan bagian dari sistem kesehatan nasional, di tingkat provinsi
merupakan bagian dari sistem kesehatan provinsi, dan di tingkat kabupaten atau kota
merupakan bagian dari sistem kesehatan kabupaten atau kota.

Secara klasik, manajemen adalah ilmu atau seni tentang penggunaan sumber daya
secara efisien, efektif, dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya. Manajemen merupakan ilmu terapan yang penerapannya disesuaikan dengan
ruang lingkup fungsi organisasi, bentuk kerja sama manusia di dalam organisasi, dan ruang

4
lingkup masalah yang dihadapi. Di bidang kesehatan, manajemen diterapkan untuk mengatur
perilaku staf yang bekerja di dalam organisasi (institusi pelayanan) kesehatan untuk menjaga
dan mengatasi gangguan kesehatan pada individu atau kelompok masyarakat secara efektif,
efisien, dan produktif (Muninjaya, 2012).

Sehat adalah suatu keadaan optimal, baik jasmani maupun rohani serta sosial
ekonomi, dan tidak hanya terbatas pada keadaan bebas dari penyakit atau kelemahan fisik dan
mental saja (WHO, 1946). Di Indonesia pengertian sehat dituangkan dalam UU Pokok
Kesehatan RI No.9 tahun 1960 (Herlambang & Murwani, 2012).

Menurut Notoatmodjo (2003) dalam buku Manajemen Kesehatan dan Rumah Sakit,
manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk mengatur para petugas
kesehatan dan nonpetugas kesehatan guna meningkatkan kesehatan masyarakat melalui
program kesehatan (Herlambang & Murwani, 2012).

Sesuai dengan tujuan sistem kesahatan, yakni peningkatan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya, maka manajemen kesehatan tidak dapat disamakan dengan manajemen
niaga yang lebih berorientasi pada upaya mencari keuntungan berupa uang untuk pemilik
perusahaan (profit oriented) melainkan manajemen kesehatan berorientasi memberikan
manfaat pelayanan secara optimal pada masyarakat (benefit oriented) oleh karena organisasi
kesehatan lebih mementingkan pencapaian kesejahteraan umum (Herlambang & Murwani,
2012).

2.1.2 Tujuan Sistem Informasi Kesehatan

Tujuan penyelenggaraan sistem informasi kesehatan adalah untuk menyediakan data dan
informasi terkini, akurat, valid, cepat, transparan serta berhasil guna dan berdaya guna.

Data dan informasi ini digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan kesehatan dengan
mempertimbangkan faktor desentralisasi, kecukupan data termasuk data terpilih yang
responsif gender, dan aspek kerahasiaan yang berlaku di bidang kesehatan.

2.1.3 Prinsip Dasar Pengembangan dan Penguatan Sistem Informasi Kesehatan

Dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Pemanfaatan TIK.

5
Pemanfaatan TIK diperlukan untuk mendukung sistem informasi dalam proses
pencatatan data agar dapat meningkatkan akurasi data dan kecepatan dalam
penyediaan data untuk diseminasi informasi dan untuk meningkatkan efisiensi dalam
proses kerja serta memperkuat transparansi.
b. Keamanan dan kerahasiaan data.
Sistem informasi kesehatan yang dikembangkan dapat menjamin keamanan dan
kerahasiaan data.
c. Standarisasi.
Agar sistem informasi kesehatan terstandar perlu menyediakan pedoman nasional
untuk pengembangan dan pemanfaatan TIK.
d. Integrasi.
Sistem informasi kesehatan yang dikembangkan dapat mengintegrasikan berbagai
macam sumber data, termasuk pula dalam pemanfaatan TIK.
e. Kemudahan akses.
Data dan informasi yang tersedia mudah diakses oleh semua pemangku kepentingan.
f. Keterwakilan.
Data dan informasi yang dikumpulkan harus dapat ditelusuri lebih dalam secara
individual dan aggregate, sehingga dapat mengambarkan perbedaan gender,
statussosial ekonomi, dan wilayah geografi.
g. Etika, integritas, dan kualitas.
Penyelenggaraan sistem informasi kesehatan juga harus memperhatikan prinsipprinsip
etika, integritas, dan kualitas.

2.1.4 Penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia

Berdasarkan Perpres No. 72 tahun 2012 penyelenggaraan sistem informasi kesehatan, antara
lain meliputi:

a) Pengelolaan sistem informasi kesehatan, yang meliputi landasan hukum,


perencanaan kebijakan dan program, pengorganisasian,kerjasama dan
koordinasi, monitoring dan evaluasi, serta pembinaan dan pengawasan;
b) Pelaksanaan sistem informasi kesehatan, yang meliputi data dan informasi
serta indikator, sumber data dan pengelolaan atau pengumpulan,
pengolahan, penyajian dan analisa data serta informasi kesehatan;

6
c) Sumber daya sistem informasi kesehatan, yang meliputi sumber daya
manusia, pembiayaan, ilmu dan teknologi serta sarana dan prasarana seperti
sumber daya data, sumber daya jaringan, perangkat lunak dan perangkat
keras;
d) Pengembangan dan peningkatan sistem informasi kesehatan, yang meliputi
pengembangan indikator, pengembangan metode dalam sistem informasi
kesehatan, penelitian dan pengembangan system informasi kesehatan;
e) Peningkatan produk dan diseminasi informasi kesehatan.

2.2 Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia

Penataan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Kementerian Kesehatan sudah diawali sejak
tahun 1982 oleh unit kerja setingkat eselon 3 yaitu Bidang Pengumpulan dan Pengolahan
Data di Biro Perencanaan. Sejalan dengan semakin meningkatnya peran pengelolaan data dan
perkembangan kebutuhan organisasi, maka pada tahun 1985 dibentuk Pusat Data Kesehatan
(Pusdakes)yang merupakan unit kerja setingkat eselon 2. Dalam perjalanannya Pusdakes
mengalami beberapa kali pergantian nama sampai akhirnya pada tahun 2010 ditetapkan
menjadi Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) sebagai pelaksana tugas Kementerian Kesehatan
di bidang data dan informasi kesehatan.

2.2.1 Keadaan Sistem Informasi Kesehatan Di Indonesia

Sistem informasi kesehatan saat ini masih jauh dari kondisi ideal sebagaimana diharapkan.
Berbagai masalah masih dihadapi dalam penyelenggaraan sistem informasi kesehatan seperti
kegiatan pengelolahan data dan informasi yang belum terintegrasi dan terkoordinasi dalam
satu mekanisme yang baik, adanya tumpang tindih dalam pengumpulan dan pengolahan data
kesehatan, dan masih adanya pengumpulan data yang dilakukan berulang oleh unit-unit
berbeda sehingga bukan tidak mungkin terjadinya duplikasi kegiatan dan duplikasi data.

Pada umumnya gambaran sistem informasi yang berjalan saat ini masih terfragmentasi, setiap
program memiliki basis data yang berdiri sendiri-sendiri.Pada kondisi ini jika pengguna
menginginkan informasi atau kebutuhan data dari sumber yang berbeda maka kebutuhan
tersebut dapat dipenuhi dengan menggunakan mekanisme manual.Hal ini berimplikasi pada
sulitnya memenuhi kebutuhan informasi komposit yang harus merelasikan dua atau lebih
basis data.Selain masalah integritas data yang dapat terjadi, kondisi tersebut mengakibatkan

7
rasio beban administrasi di fasilitas pelayanan kesehatan menjadi lebih besar. Hal ini secara
tidak langsung akan berdampak pada gangguan kinerja pelayanan publik. Sulitnya mengakses
data pada sistem yang tidak terintegrasi akan menjadi kendala dalam penyediaan informasi
sehingga manajemen program kesehatan masyarakat yang berbasis bukti sulit dilakukan.

Berbagai kebijakan nasional sistem informasi dan tata kelola e-government telah dirumuskan,
di antaranya adalah Strategi Teknologi Informasi dan Komunikasi, Instruksi Presiden nomor
3 tahun 2003 tentang Pengembangan e-Gevernment, UndangUndang nomor 14 tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Peraturan Pemerintah nomor 82 tahun 2012
tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik, Peraturan Pemerintah nomor 46
tahun 2014 tentang Sistem Informasi Kesehatan, serta Peraturan Presiden nomor 96 tahun
2014 tentang Rencana Pitalebar Indonesia. Namun kebijakan nasional tersebut belum secara
signifikan memberikan dampak positif dalam penyelenggaraan sistem informasi kesehatan,
baik di daerah maupun di pusat.

Beberapa review mengenai kondisi sistem informasi kesehatan telah dilakukan. Hasil
penilaian sistem informasi kesehatan pada tahun 2007 dan 2012 secara umum menunjukkan
bahwa ke 6 komponen penyelenggaraan sistem informasi kesehatan yaitu sumber daya,
indikator, sumber data, manajemen data, kualitas data, dan diseminasi dan penggunaan data
belum cukup memadai, terlebih lagi untuk komponen manajemen data dapat dikatakan masih
kurang memadai. Namun demikian, dalam kurun waktu lima tahun tersebut terlihat sudah
adanya perbaikan terutama pada aspek sumber daya.

Sedangkan berdasarkan hasil penilaian implementasi ekesehatan pada tahun 2013 secara
umum menunjukkan bahwa ke 6 (enam) komponen implementasi e-kesehatan, yaitu
kebijakan, infrastruktur, aplikasi, standar, tata kelola, dan pengamanan data sebagian sudah
tersedia, tetapi masih banyak memerlukan upaya penguatan, terutama aspek keamanan data.

Lemahnya kondisi sistem informasi kesehatan saat ini tidak terlepas dari peran Pemerintah
dalam mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan.Setiap unit utama di Kementerian
Kesehatan memiliki dukungan aplikasi pencatatan dan pelaporan yang bervariasi untuk
pengelolaan data dan informasinya.Secara internal unit utama pun masih kesulitan untuk
melakukan integrasi data.Sebagai contoh di Direktorat Jenderal PP-PL sampai saat memiliki
beberapa aplikasi pencatatan dan pelaporan yang belum terintegrasi, antara lain Sistem
Informasi Terpadu TB (SITT), Malaria (SISMAL), dan HIV/AIDS (SIHA).

8
Pada prinsipnya sistem informasi di unit utama harus dapat berkomunikasi dengan aplikasi
integrasi di Pusat Data dan Informasi (komunikasi data dan data warehouse).Namun hal ini
masih belum optimal dilakukan karena masih pada tahap koordinasi pengembangan
integrasi.Selain itu mekanisme/ prosedur terkait dengan informasi satu pintu belum tersedia,
hal ini menjadi penyebab terjadinya duplikasi data dan menjadi salah satu faktor sulitnya
membangun sistem informasi kesehatan di daerah yang terintegrasi dengan system informasi
kesehatan nasional.

Beberapa kendala terkait sumber daya manusia menjadi gambaran yang hampir sama baik di
pusat maupun daerah. Kuantitas dan kualitas SDM masih belum memenuhi
kebutuhan.Kemampuan untuk melakukan manajemen dan analisis data kesehatan masih
kurang.Adanya keterbatasan dalam waktu akibat tugas ganda dan keterbatasan kewenangan
dalam melakukan pengelolaan sistem informasi kesehatan.

Upaya pengembangan, penguatan, dan penyelenggaraan sistem informasi kesehatan termasuk


implementasi e-kesehatan sudah berjalan dalam arah yang tepat. Berbagai capaian
keberhasilan menjadi catatan penting yang dapat memberikan kekuatan untuk meraih peluang
dalam upaya pengembangan, penguatan, dan penyelenggaraan sistem informasi kesehatan
termasuk implementasi e-kesehatan ke depan.

2.2.2 Kedudukan Sistem Informasi Kesehatan Dalam Sistem Kesehatan Nasional

Sistem informasi kesehatan memiliki kedudukan yang strategis dalam sistem kesehatan dan
manajamen kesehatan.Sistem informasi kesehatan tidak dapat berdiri sendiri melainkan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem kesehatan. Sistem informasi kesehatan
yang efektif memberikan dukungan informasi bagi proses pengambilan keputusan di semua
jenjang. Sistem informasi harus dijadikan sebagai alat yang efektif bagi manajemen.

9
2.2.3 Kedudukan SIK Nasional dan SIK Daerah dalam Sistem Kesehatan

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Kesehatan
bahwa Sistem Informasi Kesehatan adalah seperangkat tatanan yang meliputi data, informasi,
indikator, prosedur, perangkat, teknologi, dan sumber daya manusia yang secara teratur
saling berkaitan untuk dikelola dan dilaksanakan sehingga mampu mengarahkan tindakan
atau keputusan yang berguna dalam mendukung pembangunan kesehatan. Sistem informasi
kesehatan merupakan suatu sistem yang menyediakan dukungan informasi bagi proses
pengambilan keputusan di setiap jenjang administrasi kesehatan, baik di tingkat fasilitas
pelayanan kesehatan, di tingkat kabupaten/kota, di tingkat provinsi, maupun di tingkat pusat.
Pengambilan keputusan akan lebih mudah jika semua informasi yang dibutuhkan sudah
tersedia. Untuk tujuan itu, suatu sistem informasi perlu dibangun dengan mengorganisasikan
berbagai data yang telah dikumpulkan secara sistematik, memproses data menjadi informasi
yang berguna.

2.3 Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan Di Indonesia

Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia telah dan akan mengalami 3 pembagian masa
sebagai berikut :

1. Era manual (sebelum 2005)

2. Era Transisi (tahun 2005 – 2011)

3. Era Komputerisasi (mulai 2012)

Masing-masing era Sistem Informasi Kesehatan memiliki karakteristik yang berbeda sebagai
bentuk adaptasi dengan perkembangan zaman (kemajuan Teknologi Informasi dan
Komunikasi – TIK).

1. Era Manual (sebelum 2005)

Pada era manual ini dimulai sebelum tahun 2005.Pada era manual Aliran data
terfragmentasi.Aliran data dari sumber data (fasilitas kesehatan) ke pusat melalui berbagai
jalan.Data dan informasi dikelola dan disimpan oleh masing-masing Unit di Departemen
Kesehatan.Bentuk data nya agregat.Kelemahan nya adalah Sering terjadi duplikasi dalam
pengumpulan data dan Sangat beragamnya bentuk laporan.Kemudian Validitas nya masih
diragukan.Data yang ada sulit diakses.Karena banyaknya duplikasi, permasalahan
10
kelengkapan dan validitas, maka data sulit dioah dan dianalisis.Dan terpenting dalam
Pengiriman data masih banyak menggunakan kertas sehingga tidak ramah lingkungan.

2. Era Transisi (2005 – 2011)

Dimulai masa transisi pada tahun 2005 sampai 2011 Komunikasi data sudah mulai
terintegrasi (mulai mengenal prinsip 1 pintu, walau beberapa masih
terfragmentasi).Peresebaran data Sebagian besar data agregat dan sebagian kecil data
individual.Sebagian data sudah terkomputerisasi dan sebagian masih manual.Keamanan dan
kerahasiaan data kurang terjamin.Pada masa transisi ini posisi nya masih setengah setengah
karena mulai menggunakan sistem komputerisasi tapi masih belum meninggalkan sistem
manual.

3. Era Komputerisasi (mulai 2012)

Baru pada 2012 era komputerisasi dimulai , pada era ini Pemanfaatan data menjadi satu pintu
(terintegrasi). Data yang ada adalah individual (disagregat). Data dari Unit Pelayanan
Kesehatan langgsung diunggah (uploaded) ke bank data di pusat (e-Helath). Penerapan
teknologi m-Health dimana data dapat langsung diunggah ke bank data.Keamanan dan
kerahasiaan data terjamin (memakai secure login).Lebih cepat, tepat waktu dan efisien yang
pastinya Lebih ramah lingkungan.

2.4 Pengembangan Sistem Informasi kesehatan di Indonesia

Berbagai aplikasi perangkat lunak berbasis web yang banyak digunakan oleh masyarakat
umumnya adalah jenis aplikasi yang dapat memberi kesenangan, kemudahan, kenyamanan,
kepuasan ataupun aspek lain yang mendukung kepentingan pribadi. Karakteristik ini secara
tidak langsung dapat dijadikan cermin terhadap apa yang menjadi harapan masyarakat di
bidang pelayanan kesehatan. Munculnya aplikasi HaloDoc yang baru diluncurkan dalam
bulan April 2016 yang lalu dan disambut dengan penuh antusias merupakan bukti adanya
keselarasan antara kebutuhan masyarakat untuk memperoleh kemudahan dan kenyamanan
pelayanan kesehatan di satu sisi, dengan kepentingan pihak penyedia jasa. Aplikasi HaloDoc
baru merupakan awal dari inovasi lain yang akan membuat makin semaraknya pelayanan
kesehatan berbasis TIK yang bersifat “Pasien Sentris”. Tuntutan kebutuhan masyarakat ini
tidak dapat dicegah dan kemajuan teknologi digital cepat atau lambat akan merubah

11
paradigma pelayanan kesehatan dari “Fasyankes Sentris” menuju ke “Pasien Sentris”, atau
dengan kata lain pelayanan kesehatan mendekati masyarakat. Smart City atau Kota Cerdas
dewasa ini mulai tumbuh di berbagai kota di Indonesia sebagai sasaran pembangunan kota
berkelanjutan yang dicanangkan oleh Kementerian PPN/Bappenas. Pelayanan kesehatan telah
menjadi bagian dari Pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan (SPP), yaitu: Perwujudan Kota
Layak Huni, Aman, dan Nyaman; Perwujudan Kota Hijau yang Berketahanan Iklim dan
Bencana serta Perwujudan Kota Cerdas dan Berdaya Saing. Dengan adanya otonomi daerah
sudah dapat diduga akan terjadi perbedaan kebijakan di masing-masing kota yang
dipengaruhi oleh faktor demografi, sosio ekonomi dan kultur budaya lokal. Perbedaan
kebijakan ini perlu diantisipasi akan sangat mungkin menimbulkan perbedaan kebijakan
dalam operasional pelayanan kesehatan di masing-masing daerah. Perlu ada kebijakan dari
pusat agar perbedaan ini tidak menjadikan masalah dalam upaya pemerintah membangun e-
Kesehatan dan menghasilkan informasi dengan biaya-efektif untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan, serta harmonis, konsisten, dapat diakses dan mampu digunakan secara efektif
dalam menunjang tercapainya tujuan nasional.

Contoh Perangkat lunak system informasi kesehatan di Indonesia :

1. Website Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat


(www.sehatnegeriku.kemkes.go.id)

12
Sehat Negeriku adalah kanal berbagi informasi tentang kegiatan Kementerian
Kesehatan, baik berupa rilis yang dikeluarkan Kemenkes, dokumentasi foto dan
video, maupun tulisan ringan seputar info-info kesehatan.

2. Website Pusat Data dan Informasi


(pusdatin.kemkes.go.id)

Informasi terkait Kegiatan Pusat Data dan Informasi yang memiliki tugas
mempunyaitugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan, dan
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengelolaan data dan informasi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Informasi Database Kesehatan


Provinsi(http://www.bankdata.kemkes.go.id/nasional/public/report/)

Aplikasi ini menampilkan data kependudukan, pendidikan, penyakit, Upaya


Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Tenaga Kesehatan dan Sarana Kesehatan yang
ditampilkan dalam bentuk tabel/grafik per provinsi.

13
4. Aplikasi SIKDA Generik
(versi demo : http://www.sikda.kemkes.go.id/sikda-new/)

Aplikasi SIKDA Generik adalah aplikasi sistem informasi kesehatan daerah yang
berlaku secara nasional yang menghubungkan secara online dan terintegrasi seluruh
puskesmas, dinas kesehatan dan Kementerian Kesehatan. Aplikasi SIKDA Generik
dikembangkan dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan serta meningkatkan ketersediaan dan kualitas data dan informasi
manajemen kesehatan melalui pemanfaatan teknologi informasi.Aplikasi ini dapat
digunakan secara online maupun offline.

5. Sistem Informasi Rawat Inap Indonesia


(http://sirs.yankes.kemkes.go.id/si-ranap/)

14
Aplikasi ini menampilkan kondisi jumlah tempat tidur terpakai dan kosong dari
berbagai ruang dan kelas perawatan di Rumah Sakit yang berada di
Indonesia.Aplikasi ini tersedia juga untuk versi mobile android.

2.5 Tantangan Sistem Informasi Kesehatan Di Indonesia

Faktor ancaman merupakan faktor eksternal atau lingkungan dari sistem informasi kesehatan
nasional. Faktor ini akan menghambat implementasi sistem jika tidak disikapi dengan baik.
Dengan perspektif lain sebuah ancaman dapat juga dipandang sebagai sebuah tantangan di
masa depan yang harus bisa dihadapi. Beberapa faktor eksternal yang menjadi ancaman atau
tantangan yang mungkin muncul dalam pengembangan sistem informasi kesehatan antara
lain:

a. Tantangan otonomi daerah


Otonomi daerah saat ini menyebabkan masing-masing daerah sibuk mengerjakan
urusannya sendiri, termasuk dalam menyusun prioritas untuk pengembangan dan
pengelolaan sistem informasi kesehatannya. Hal ini tentu saja akan berdampak pada
kelancaran integrasi sistem informasi kesehatan yang diharapkan salah satunya
dibangun dengan penguatan SIKDA. Kondisi tersebut akan menyulitkan Pemerintah
(dhi. Kementerian Kesehatan) dalam memfasilitasi pengembangan sistem informasi
kesehatan di daerah, implementasi standarisasi dan pembenahan tata kelola.
Pembandingan dengan daerah lain (benchmarking) pun akan mengalami kesulitan
karena tidak adanya standar.
b. Tantangan globalisasi
Era globalisasi menyebabkan bebasnya pertukaran berbagai hal antar negara seperti
sumber daya manusia, IPTEK, dan lain-lain. Di bidang kesehatan, hal ini akan dapat
menimbulkan dampak negatif apabila tidak dikelola dengan baik. Beberapa dampak
negatif tersebut antara lain adanya penyakit-penyakit serta gangguan kesehatan baru,
masuknya investasi dan teknologi kesehatan yang dapat meningkatkan tingginya
biaya kesehatan, serta masuknya tenagatenaga kesehatan asing yang menjadi
kompetitor tenaga kesehatan dalam negeri. Untuk menghadapi kemungkinan dampak
negatif yang terjadi seiring era globalisasi maka dukungan sistem informasi sangatlah
diperlukan.Sistem kewaspadaan dini untuk mengintervensi permasalahan kesehatan

15
sangatlah bergantung pada pasokan data dan informasi yang akurat, cepat, dan tepat.
Apabila era globalisasi datang pada saat sistem informasi kesehatan nasional kita
belum kuat, maka dikhawatirkan akan membawa dampak-dampak negatif yang
merugikan.
c. Tantangan ekonomi global dan kemampuan keuangan pemerintah
Kondisi ekonomi global dan kemampuan keuangan pemerintah sangat berpengaruh
dalam implementasi teknologi informasi dan komunikasi, karena perangkat teknologi
informasi dan komunikasi sebagian besar berasal dari impor. Setiap perubahan
kondisi ekonomi global akan berpengaruh kepada ekonomi dalam negeri. Kondisi
ekonomi dalam negeri yang memburuk tentunya dapat mempengaruhi kemampuan
keuangan pemerintah.Oleh karena itu, perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi yang begitu cepat harus disikapi dengan cerdas dalam memanfaatkannya
untuk penyelenggaraan sistem informasi kesehatan. Salahnya adalah bagaimana
memilih teknologi tepat yang mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi
untuk beberapa tahun ke depan (tidak cepat usang). Langkah lain yang penting adalah
melakukan analisis biaya manfaat.
d. Tantangan untuk membangun jejaring lintas unit dan lintas sektor
Adanya kebijakan pemerintah dalam memperkuat e-government akan sangat
bergantung pada interoperabilitas seluruh komponen sistem. Tidak tersedianya
standar dan protokol dalam penyelenggaraan sistem informasi di setiap
kementerian/lembaga mengakibatkan ketidakjelasan “aturan main”.Akses data dan
informasi dari lintas unit di Kementerian Kesehatan dan lintas sektor masih sulit
dilakukan.Hal ini karena jejaring untuk memperkuat ketersediaan data yang valid dan
akurat tidak dapat dilakukan dengan optimal.Kebutuhan untuk menghitung indikator
kesehatan tidak hanya berasal dari satusumber data saja melainkan dari beberapa
sumber data.Sebagai contoh untuk melakukan pengukuran atau penghitungan cakupan
keberhasilan program kesehatan diperlukan data diluar sektor kesehatan, seperti data
penduduk sebagai denumerator yang berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS).Dari
kondisi tersebut maka dapat terlihat bahwa ketersediaan protokol untuk membangun
jejaring serta menetapkan standarisasi yang didukung oleh aspek legal merupakan
salah satu tantangan yang harus segera diintervensi.
e. Ancaman keamanan informasi
Aspek keamanan informasi merupakan aspek penting dalam penyelenggaraan suatu
sistem informasi.Dewasa ini, potensi ancaman keamanan informasi semakin tinggi
16
sejalan dengan konvergensi dunia dan semakin terintegrasinya semua sumber daya
teknologi informasi dan komunikasi.Potensi terjadinya cyber attact semakin terbuka,
dengan berbagai motif di antaranya bisnis, kriminal, politik, dan sebagainya.Ancaman
keamanan informasi dapat berasal dari internal maupun eksternal organisasi dan dapat
berupa orang, organisasi, mekanisme, atau peristiwa yang memiliki potensi
membahayakan.Oleh karena itu, manajemen keamanan informasi menjadi suatu hal
penting yang harus mendapat perhatian.Manajemen keamanan informasi tidak hanya
dilakukan untuk menjaga agar sumber daya informasi tetap aman, tetapi juga untuk
menjaga organisasi agar tetap berfungsi setelah terjadinya suatu bencana keamanan
informasi. Demikian halnya dengan penyelenggaraan sistem informasi kesehatan,
tentunya tidak akan terlepas dari ancaman keamanan informasi. Hal itu sangat
tergantung bagaimana mengelola keamanan informasi sebaik-baiknya.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Informasi kesehatan merupakan hasil pengumpulan dan pengolahan data sebagai masukan
bagi pengambilan keputusan di bidang kesehatan. Sedangkan, Sistem Informasi Kesehatan
menurut Kementrian Kesehatan adalah seperangkat tatanan yang meliputi data, informasi,
indikator, prosedur, perangkat, teknologi, dan sumber daya manusia yang saling berkaitan
dan dikelola secara terpadu untuk mengarahkan tindakan atau keputusan yang berguna dalam
mendukung pembangunan kesehatan.

Sistem informasi kesehatan saat ini masih jauh dari kondisi ideal sebagaimana diharapkan.
Berbagai masalah masih dihadapi dalam penyelenggaraan sistem informasi kesehatan seperti
kegiatan pengelolahan data dan informasi yang belum terintegrasi dan terkoordinasi dalam
satu mekanisme yang baik, adanya tumpang tindih dalam pengumpulan dan pengolahan data
kesehatan, dan masih adanya pengumpulan data yang dilakukan berulang oleh unit-unit
berbeda sehingga bukan tidak mungkin terjadinya duplikasi kegiatan dan duplikasi data.

Beberapa faktor eksternal yang menjadi ancaman atautantangan yang mungkin muncul dalam
pengembangan sistem informasi kesehatan antara lain:
a. Tantangan otonomi daerah
b. Tantangan globalisasi
c. Tantangan ekonomi global dan kemampuan keuangan pemerintah
d. Tantangan untuk membangun jejaring lintas unit dan lintas sektor
e. Ancaman keamanan informasi

Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia telah dan akan mengalami 3 pembagian masa
sebagai berikut :
1. Era manual (sebelum 2005)
2. Era Transisi (tahun 2005 – 2011)
3. Era Komputerisasi (mulai 2012)

Saat ini, berbagai aplikasi perangkat lunak berbasis web yang banyak digunakan oleh
masyarakat umumnya adalah jenis aplikasi yang dapat memberi kesenangan, kemudahan,
kenyamanan, kepuasan ataupun aspek lain yang mendukung kepentingan pribadi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenkes. 2016. Buku Data dan Informasi 2016.
Jakarta: Kementrian .Kesehatan republik Indonesia. Source:
http://www.pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/booklet/buku-data-dan-
informasi-2016.pdf (Diakses pada 17April 2017 pukul 17:18)

Perpres no.72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 97 Tahun 2015 Tentang Peta Jalan
Sistem Informasi Kesehatan Tahun 2015-2019

Pusat Data dan Informasi. 2016. Buletin Jendela Data dan Informasi 2016. Jakarta:
Kementrian Kesehatan republik Indonesia. Source
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/buletin/Buletin-SIK-2016.pdf
(Diakses pada 17 April 2017 pukul 17:20)

Pusat Data dan Informasi. 2015. Jendela Informasi 2016. Jakarta: Kementrian Kesehatan
republik Indonesia. Source
http://www.depkes.go.id/resources/download/lain/buku%20daftar%20aplikasi%202016%20-
%20final%2031102016.pdf (Diakses pada 17 April 2017 pukul 17:30)

Kementrian Kesehatan republic Indonesia. 2012. Road Map Sistem Informasi Kesehatan.
Jakarta : Kementrian Kesehatan republik Indonesia. Source :
file:///C:/Users/Acer/Downloads/roadmap-sik.pdf (Diakses pada 17 April 2017 pukul 17: 35)

19

Anda mungkin juga menyukai