BIOLOGIS
Oleh:
Kelompok 3 ( S1-3A )
1. Dyanti Ayu Candra Lestari (101.0029)
2. Ghora Kertapati (101.0047)
3. Meylisa Kusuma Dewi (101.0071)
4. Prakoda Bagus Suparhat (101.0085)
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
2013
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah Keperawatan Komunitas III yang membahas tentang “Asuhan
Keperawatan Pada Lansia dengan Gangguan Biologis”.
Dalam menyusun makalah ini, penulis menyadari bahwa kemampuan yang penulis miliki
sangat terbatas, akan tetapi penulis sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun makalah
mata kuliah ini dengan sebaik-baiknya, sehingga penulis berharap ini dapat berguna bagi
mahasiswa yang membaca makalah ini, masyarakat pada umumnya serta bagi penulis sendiri pada
khususnya.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya makalah ini.
Akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu dengan kerendahan hati segala kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun akan penulis terima. Dan akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penambahan ilmu pengetahuan.
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
Teori Biologis
Teori genetic clock. Teori ini merupakan teori intrinsic yang menjelaskan bahwa di dalam
tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan menentukan proses penuaan. Teori ini
menyatakan bahwa menua itu telah terprogram secara genetic untuk spesies tertentu. Setiap spesies
di dalam inti selnya memiliki suatu jam genetik/jam biologis sendiri dan setiap spesies mempunyai
batas usia yang berbeda-beda yang telah diputar menurut replikasi tertentu sehingga bila jenis ini
berhenti berputar, ia akan mati.
Teori mutasi somatik. Menurut teori ini, penuaan terjadi karena adanya mutasi somatik
akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan dalam proses transkripsi DNA atau
RNA dan dalam proses translasi RNA protein/enzim. Kesalahan ini terjadi terus menerus sehingga
akhirnya akan terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan sel menjadi kanker atau penyakit.
Setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi sel
kelamin sehingga terjadi penurunan kemampuan fungsional sel (Suhana, 1994; Constantinides,
1994).
Teori Nongenetik
Teori penurunan sistem imun tubuh (auto-immune theory). Mutasi yang berulang dapat
menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri. Jika mutasi
yang merusak membran sel, akan menyebabkan sistem imun tidak mengenalinya sehingga
merusaknya. Hal inilah yang mendasari peningkatan penyakit auto-imun pada lanjut usia
(Goldstein, 1989). Dalam proses metabolisme tubuh, diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan
tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan
sakit. Sebagai contoh, tambahan kelenjar timus yang pada usia dewasa berinvolusi dan sejak itu
terjadi kelainan auto-imun.
Teori kerusakan akibat radikal bebas (free radical theory). Teori radikal bebas dapat
terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh karena adanya proses metabolisme atau proses
pernapasan di dalam mitokondria. Radikal bebas merupakan suatu atom atau molekul yang tidak
stabil karena mempunyai electron yang tidak berpasangan sehingga sangat reaktif mengikat atom
atau molekul lain yang menimbulkan berbagai kerusakan atau perubahan dalam tubuh. Tidak
stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan organik,
misalnya karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini menyebabkan sel tidak dapat beregenerasi
(Halliwel, 1994). Radikal bebas dianggap sebagai penyebab penting terjadinya kerusakan fungsi
sel. Radikal bebas yang terdapat di lingkungan seperti asap kendaraan bermotor, asap rokok, zat
pengawet makanan, radiasi, sinar ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen
dan kolagen pada proses menua.
Teori menua akibat metabolisme. Telah dibuktikan dalam berbagai percobaan hewan,
bahwa pengurangan asupan kalori ternyata bisa menghambat pertumbuhan dan memperpanjang
umur, sedangkan perubahan asupan kalori yang menyebabkan kegemukan dapat memperpendek
umur (Bahri dan Alem, 1989; Boedhi Darmojo, 1999).
Teori rantai silang (cross link theory). Teori ini menjelaskan bahwa menua disebabkan
oleh lemak, protein, karbohidrat, dan asam nukleat (molekul kolagen) bereaksi dengan zat kimia
dan radiasi, mengubah fungsi jaringan yang menyebabkan perubahan pada membrane plasma,
yang mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku, kurang elastis, dan hilangnya fungsi pada
proses menua.
Teori Fisiologis. Teori ini merupakan teori intrinsik dan ekstrinsik. Terdiri atas teori
oksidasi stress, dan teori dipakai-aus (wear and tear theory). Di sini terjadi kelebihan usaha dan
stress menyebabkan sel tubuh lelah dipakai (regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan
kstabilan lingkungan eksternal).
2. Nyeri akut/kronis b.d. fraktur dan spasme otot, inflamasi dan pembengkakan, distensi
jaringan akibat akumulasi cairan/proses inflamasi, destruksi sendi.
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan nyeri berkurang atau terkontrol dengan
kriteria hasil:
a. Klien menyatakan perasaan nyaman.
b. Klien menunjukkan raut wajah lega.
c. Klien menyatakan skala nyeri berkurang.
Rencana Keperawatan:
a. Kaji keluhan nyeri, skala nyeri, serta catat lokasi dan intensitas, faktor-faktor yang mempercepat,
dan respon rasa sakit nonverbal.
R/ Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan efektivitas program.
b. Berikan matras/kasur keras, bantal. Tinggikan tempat tidur sesuai kebutuhan.
R/ Matras yang empuk/lembut, bantal yang besar akan menjaga pemeliharaan kesejajaran tubuh
yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang sakit. Peninggian tempat tidur menurunkan
tekanan pada sendi yang nyeri.
c. Biarkan klien mengambil posisi yang nyaman waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatkan
istirahat di tempat tidur sesuai indikasi.
R/ Pada penyakit yang berat/eksaserbasi, tirah baring mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri
atau cidera.
d. Tempatkan atau pantau penggunaan bantal, karung pasir, gulungan trokanter, bebat atau brace.
R/ Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral. Penggunaan brace
dapat menurunkan nyeri/kerusakan pada sendi. Imobilisasi yang lama dapat mengakibatkan hilang
mobilitas/fungsi sendi.
e. Anjurkan klien untuk sering merubah posisi. Bantu klien untuk bergerak di tempat tidur, sokong
sendi yang sakit di atas dan di bawah, serta hindari gerakan yang menyentak.
R/ Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi
gerakan/rasa sakit pasa sendi.
f. Anjurkan klien untuk mandi air hangat. Sediakan waslap hangat untuk kompres sendi yang sakit.
Pantau suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya.
R/ Meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit, dan menghilangkan
kekakuan pada pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat
disembuhkan.
g. Berikan masase yang lembut.
R/ Meningkatkan relaksasi/mengurangi tegangan otot.
h. Dorong penggunaan teknik manajemen stress, misal relaksasi progresif, sentuhan terapeutik,
biofeedback, visualisasi, pedoman imajinasi, hypnosis diri, dan pengendalian napas.
R/ Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol nyeri, dan dapat meningkatkan kemampuan
koping.
i. Libatkan dalam aktivitas hiburan sesuai dengan jadwal aktivitas klien.
R/ Memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi, dan meningkatkan rasa percaya diri
dan perasaan sehat.
j. Beri obat sebelum dilakukan aktivitas/latihan yang direncanakan sesuai dengan petunjuk.
R/ Meningkatkan relaksasi, mengurangi tegangan otot/spasme, memudahkan untuk ikut serta
dalam terapi.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Proses menua merupakan kombinasi dari bermacam-macam faktor yang saling berkaitan.
Fungsi masing-masing organ pada usia lanjut menurun secara kualitatif dan kuantitatif, dan ini
sudah dimulai sejak usia 30 tahun. Telah diuraikan berbagai penyakit yang mungkin timbul pada
lansia dengan pencegahan dan penatalaksanaannya. Bagaimana menjaga kebugaran pada lansia
dengan olahraga dan pedoman umum gizi seimbang. Menjadi tua adalah proses alamiah, tetapi
tentu saja setiap orang mendambakan untuk tetap sehat di usia tua. Hal ini sesuai dengan slogan
Tahun Usia Lanjut WHO: do not put years to life but life into years, yang artinya usia panjang
tidaklah ada artinya bila tidak berguna dan bahagia, mandiri sejauh mungkin dengan mempunyai
kualitas hidup yang baik.
3.2 Saran
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan pada mahasiswa.
1. Dalam membuat makalah, kelompok diharapkan dapat menjelaskan asuhan keperawatan pada
lansia dengan gangguan biologis.
2. Proses penuaan yang dialami dapat menimbulkan berbagai masalah fisik, psikis dan sosial bagi
pasien dan keluarga. Oleh karena itu perawat sebaiknya meningkatkan pendekatan-pendekatan
melalui komunikasi terapeutik, sehingga akan tercipta lingkungan yang nyaman dan kerja sama
yang baik dalam memberikan asuhan keperawatan gerontik.
3. Perawat sebagai anggota tim kesehatan yang paling banyak berhubungan dengan pasien dituntut
meningkatkan secara terus menerus dalam hal pemberian informasi dan pendidikan kesehatan
sesuai dengan latar belakang pasien dan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Vol. 3. Jakarta: EGC.
Lukman dan Nurna Ningsih. 2012. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.
Nugroho, Wahjudi. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik, Ed. 3. Jakarta: EGC.
Pudjiastuti, Sri Surini dan Budi Utomo. 2003. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta: EGC.
Agoes, Azwar, dkk. 2010. Penyakit di Usia Tua. Jakarta: EGC.