Bukupengawasanmutubahanprodukpanganjilid1 PDF
Bukupengawasanmutubahanprodukpanganjilid1 PDF
PENGAWASAN
MUTU
BAHAN/PRODUK
PANGAN
JILID 1
SMK
PENGAWASAN MUTU
BAHAN/PRODUK
PANGAN
JILID 1
Untuk SMK
Penulis : Eddy Afrianto
Editor : Sahirman
Diterbitkan oleh
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2008
KATA SAMBUTAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, telah melaksanakan
kegiatan penulisan buku kejuruan sebagai bentuk dari kegiatan
pembelian hak cipta buku teks pelajaran kejuruan bagi siswa SMK.
Karena buku-buku pelajaran kejuruan sangat sulit di dapatkan di pasaran.
Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK dan telah
dinyatakan memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses
pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 45
Tahun 2008 tanggal 15 Agustus 2008.
Buku ini ditulis dengan tujuan dapat digunakan sebagai salah satu
sumber untuk menghasilkan lulusan sekolah menengah kejuruan yang
memiliki kemampuan sebagai pengawas mutu pangan. Acuan utama
penulisan buku ini adalah Standar Kompetensi Nasional Bidang
Analisis Mutu Bahan / Produk Pangan yang telah diterbitkan oleh
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
i
7. Bambang Purwanto selaku supervisor yang telah memberikan
masukan untuk penyempurnaan kegrafikaan
Eddy Afrianto
ii
SINOPSIS
iii
produksi bahan pangan dapat digolongkan menjadi bahaya fisik, kimia,
dan biologis.
Penentuan titik kritis dilakukan karena tidak semua titik bahaya yang
dijumpai berpengaruh buruk terhadap mutu pangan yang dihasilkan.
Alur proses yang baik dicirikan dengan adanya aktivitas untuk
mengatasi bahaya yang mungkin timbul pada tahap sebelumnya.
Sebgaia contoh, bahaya yang ditimbulkan dari keberadaan mikroba
pada ikan yang akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan ikan
kaleng bukan merupakan titik kritis. Mengapa demikian ? Karena pada
tahap selanjutnya dari alur proses ada kegiatan sterilisasi yang dapat
membunuh mikroba tersebut sehingga ikan kaleng menjadi aman untuk
dikonsumsi.
iv
DAFTAR ISI
1 JILID 1
I. Sifat Bahan Pangan ………………………………………… 1
1.1. Bahan Pangan ................................................................... 1
1.2. Sifat Bahan Pangan ........................................................... 1
II. Mutu Bahan Pangan ........................................................ 13
2.1. Mutu dan Kualitas ............................................................. 13
2.2. Faktor yang Mempengaruhi Mutu ……………................... 14
III. Penurunan Mutu Bahan Pangan .................................... 27
3.1. Kerusakan Fisik ................................................................ 27
3.2. Kerusakan Kimiawi ........................................................... 31
3.3. Kerusakan Biologis ………………………………………… 35
3.4. Mencegah penurunan mutu ……………………………….. 38
Latihan………………………………………………………… 42
2 JILID 2
IX. Persiapan Analisis Mutu ................................................. 169
9.1. Penyiapan Peralatan Dasar ............................................... 169
9.2. Kegunaan Peralatan ........................................................... 186
9.3. Pencucian Peralatan ......................................................... 192
9.4. Sterilisasi Peralatan Gelas ................................................. 195
9.5. Persiapan Bahan Kimia ...................................................... 199
9.6. Cara Penyimpanan Bahan Kimia …………………………… 201
vi
12.4. Standarisasi Larutan ....................................................... 237
12.5. Analisis proksimat ........................................................... 237
12.6. Prosedur Analisis Proksimat ……………………………… 238
vii
18.6. Mutu Pangan ..................................................................... 445
LAMPIRAN A. DAFTAR PUSTAKA……………………….
LAMPIRAN B. GLOSARIUM………………………………
LAMPIRAN C. DAFTAR GAMBAR…………………………
LAMPIRAN D. DAFTAR TABEL…………………………..
PETA KOMPETENSI
SSOP
PROSES PERSIAPAN
SIFAT BAHAN MUTU BAHAN ANALISIS PENGAMBILAN SAMPEL
PANGAN PANGAN
PENURUNAN MUTU
MUTU ANALISIS FISIK
ANALISIS KIMIA
ix
Sifat Bahan Pangan
BAB I
SIFAT BAHAN PANGAN
ditunjuk oleh jarum adalah nilai Salah satu cara pananganan ba-
kekenyalan dari bahan pangan han pangan yang memanfaatkan
tersebut. koefisien gesek dari bahan terse-
but adalah pengangkutan dengan
sistim ban berjalan (Gambar 1.4).
Pengangkutan buah rambutan
yang dilakukan dengan menggu-
nakan sistem ban berjalan lebih
mudah bila dibandingkan dengan
pengangkutan buah melon. Hal
ini dikarenakan koefisien gesek
buah rambutan lebih besar, jadi
relatif lebih sulit bergeser selama
pengangkutan dibandingkan bu-
ah melon. Tumpukan buah jeruk
bali akan lebih tinggi dibanding-
kan buah semangka. Bulatan
jeruk bali yang kurang sempurna
Gambar 1.3. Pnetrometer adalah
menyebabkan koefisien gesek-
salah satu alat yang dapat
digunakan untuk mengukur nya lebih besar dibandingkan
kekenyalan daging semangka yang bentuknya bulat
sempurna.
Pengetahuan mengenai koefisien
1.2.1.4 Koefisien gesek gesekan berbagai bahan pangan
sangat penting sebagai informasi
Telah dijelaskan sebelumnya dalam mendisain peralatan dan
bahwa setiap bahan pangan merancang sarana transportasi
memiliki tekstur yang berbeda produk selama penanganan atau
dengan bahan pangan lainnya. pengolahan.
Ada bahan pangan yang memiliki
tekstur halus (misalnya biji-bijian)
atau kasar (nenas, durian, dan
nangka). Tekstur ini berpengaruh
terhadap koefisien gesek. Bahan
pangan dengan tekstur lebih
kasar memiliki koefisien gesek
lebih besar dibandingkan bahan
pangan dengan tekstur lebih
halus. Dibutuhkan energi lebih
besar untuk menggeser bahan Gambar 1.4. Perancangan alat
pangan dengan koefisien gesek dengan memanfaatkan
koefisien gesek bahan
besar. pangan
dimana :
ά = Penyebaran panas (cm2/men)
ρ = Densitas (g/cm2)
Cp = Panas spesifik (J/goC)
k = Konduktivitas panas
ATP
ATP-ase ADP + P
Adenylate
kinase IDP + NH3
AMP - deaminase
IMP + NH3
Fosfatase
Inosin + P
Nukleosida fosforilase
Nukleosida
Hipoksantin + Ribose 1-fosfat
Hipoksantin + Ribose
BAB II
MUTU BAHAN PANGAN
2.1. Mutu dan kualitas yaitu tekstur, kekentalan dan
konsistensi; flavor yaitu sensasi
Mutu adalah gabungan dari se- dari kombinasi bau dan cicip, dan
jumlah atribut yang dimiliki oleh (2) karakteristik tersembunyi,
bahan atau produk pangan yang yaitu nilai gizi dan keamanan
dapat dinilai secara organoleptik. mikrobiologis.
Atribut tersebut meliputi parame-
Mutu berbeda dengan kualitas.
ter kenampakan, warna, tekstur,
Pisang batu mempunyai kualitas
rasa dan bau (Kramer dan Twigg,
lebih baik sebagai bahan baku
1983). Menurut Hubeis (1994),
rujak gula, namun pisang yang
mutu dianggap sebagai derajat
bermutu baik adalah cavendish
penerimaan konsumen terhadap
karena memiliki sejumlah atribut
produk yang dikonsumsi berulang
baik. Hanya satu karakteristik
(seragam atau konsisten dalam
baik yang dimiliki oleh pisang
standar dan spesifikasi), terutama
batu, yaitu daging buahnya berbiji
sifat organoleptiknya. Mutu juga
sehingga cocok untuk rujak.
dapat dianggap sebagai kepuas-
Pisang cavendish memiliki sejum-
an (akan kebutuhan dan harga)
lah karakteristik baik, yaitu rasa
yang didapatkan konsumen dari
yang manis, kulitnya mulus,
integritas produk yang dihasilkan
bentuknya menarik, dan tekstur
produsen. Berdasarkan ISO/DIS
daging buahnya lembut. Dengan
8402 – 1992, mutu didefinsilkan
demikian, cavendish merupakan
sebagai karakteristik menyeluruh
buah pisang yang bermutu baik
dari suatu wujud apakah itu
sedangkan pisang batu merupa-
produk, kegiatan, proses, organi-
kan pisang berkualitas baik untuk
sasi atau manusia, yang menun-
dibuat rujak.
jukkan kemampuannya dalam
memenuhi kebutuhan yang telah
Istilah kualitas berbeda pengerti-
ditentukan (Fardiaz, 1997).
annya antara satu orang dengan
Kramer dan Twigg (1983) telah lainnya. Kualitas bahan pangan
mengklasifikasikan karakteristik dapat dikatakan baik hanya kare-
mutu bahan pangan menjadi dua na karakter ukuran, jenis, atau
kelompok, yaitu : (1) karakteristik kesegarannya. Harga jual bahan
fisik atau karakteristik tampak, pangan yang mahal dianggap
meliputi penampilan yaitu warna, lebih berkualitas dibandingkan
ukuran, bentuk dan cacat fisik; dengan harga jual yang lebih
kinestika murah. Sebagai contoh, durian
monthong dari Thailand dianggap
Bahan pangan yang mudah rusak Ikan mas di Jepang diberi pakan
sebaiknya diangkut mengguna- berupa kepompong ulat sutra, di
kan sarana transportasi yang Israel diberi ampas kacang dan
dilengkapi unit pendingin atau tepung darah, sedangkan di
menggunakan pesawat terbang Indonesia menggunakan pelet.
untuk mempersingkat waktu. Dengan pemberian jenis pakan
yang berbeda, ketiga ikan
yang digunakan dapat menjadi kimia ini bisa berupa arsen, timah
sumber polutan. hitam, atau zat-zat yang bisa
menyebabkan keracunan.
Penggunaan bahan-bahan non
pangan, terutama bahan pewar- Dengan makin maraknya peng-
na, boraks, dan formalin, dalam gunaan pestisida sebagai bahan
penanganan dan pengolahan pembasmi hama, masyarakat
pangan sudah banyak dilakukan. lebih menyukai sayuran yang
Alasannya beragam, namun yang terserang ulat. Menurut mereka,
dominan adalah harganya murah sayuran demikian tidak
dan tersedia di pasar. menggunakan pestisida secara
berlebihan sehingga lebih aman
Penggunaan bahan-bahan yang untuk dikonsumsi.
berefek samping mencemari ter-
nyata telah menimbulkan efek Acar, jus buah, atau asinan yang
merugikan bila dikonsumsi disimpan di dalam tempat yang
secara rutin. Garam nitrit yang dilapisi timah (bahan pecah belah
digunakan untuk mempertahan- yang diglasir), kadmium, seng,
kan warna merah daging ternyata tembaga, atau antimon (panci
bersifat karsinogen, sehingga berlapisi email) juga dapat
dapat memicu pertumbuhan sel menimbulkan keracunan dengan
kanker. berbagai gejala, tergantung pada
logam-logam yang meracuninya.
Jika dikonsumsi secara berlebih- Keracunan akibat kelebihan
an, bahan pangan yang mengan- bahan pengawet juga bisa terjadi,
dung zat kimia dapat mengakibat- misalnya penggunaan Na nitrit.
kan keracunan dengan gejala
pusing, sakit kepala, kulit Kadmium yang digunakan untuk
memerah, muntah, pingsan, melapisi barang-barang logam
tekanan darah menurun dengan dapat larut dalam bahan pangan
hebat, kejang, koma dan sulit yang bersifat asam. Apabila
bernapas. kadmium termakan dalam jumlah
banyak dapat menyebabkan ke-
Proses pembakaran daging ter- racunan. Gejalanya antara lain
nyata dapat memicu timbulnya mual, muntah, diare, sakit kepala,
senyawa aromatik yang bersifat otot-otot nyeri, ludah berlebihan,
karsinogenik sehingga akan me- nyeri perut, bahkan dapat
rangsang sel tubuh untuk tumbuh menyebabkan kerusakan hati dan
menjadi sel kanker. ginjal.
2.2.10 Cacat
BAB III
PENURUNAN MUTU BAHAN PANGAN
Gambar 3.4 Bagian luar tubuh ikan yang mengalami memar terkena jaring
selama proses penangkapan
Sumber : www.danish.co.id
Tabel 3.1. Material, bahaya yang ditimbulkan dan sumber bahaya fisik
3.2.3 Browning
Bahan pangan yang banyak
mengandung karbohidrat adalah
produk nabati. Kandungan kar-
bohidrat pada produk perikanan
sekitar 1 persen, kecuali pada
jenis kerang-kerangan yang da-
pat mencapai 10 persen.
Tabel 3.2. Senyawa kimia yang terkandung dalam bahan pangan dan
ambang batasnya
ngan dengan tujuan untuk mem- pisan seperti lendir penyebab bau
perkecil perbedaan antara tem- busuk, mempertahankan warna
peratur bahan pangan dan ruang alami, mengkerutkan atau melu-
penyimpanan. Makin kecil perbe- nakan tekstur sehingga mudah
daan temperatur tersebut, akan dikemas, atau mengeluarkan
mengurangi beban panas yang udara yang terperangkap dalam
akan diterima oleh ruang pe- jaringan.
nyimpanan dingin. 6) Pemiletan (Filleting) yaitu
2) Penanganan steril, yaitu pena- pemotongan daging sedemikian
nganan yang ditujukan untuk me- rupa sehingga tidak menyertakan
ngurangi kemungkinan terjadinya bagian yang keras, seperti duri,
kontaminasi silang atau konta- tulang, atau kulit. Pemiletan ba-
minasi ulang (recontamination). nyak dilakukan pada produk pe-
Penanganan steril dicirikan de- rikanan dan unggas.
ngan penggunaan peralatan, ling- 7) Pemisahan daging dari tulang
kungan, dan karyawan yang ste- atau kulit (meat bone separation)
ril. banyak dilakukan untuk memper-
3) Pencucian bahan pangan yang mudah proses penanganan atau
ditujukan untuk mengurangi po- pengolahan lebih lanjut. Pemi-
pulasi mikroba alami (flora alami) sahan ini dapat dilakukan dengan
yang terdapat dalam bahan pa- menggunakan tangan (manual)
ngan, sehingga populasinya tidak atau menggunakan mesin pemi-
berpengaruh pada proses selan- sah tulang (meat bone sepa-
jutnya. rator). Produk yang dihasilkan
4) Penyiangan, yaitu proses adalah berupa daging cincang
membersihkan. Pada produk pe- atau surimi. Surimi adalah ikan
rikanan penyiangan berarti pem- cincang yang telah ditambah zat
bersihan sisik, pembuangan ke- antidenaturasi untuk memperta-
pala (headless), pembuangan isi hankan kekenyalannya.
perut (gutting), atau pembuangan 8) Sortasi, yaitu Pemisahan ko-
kulit (skinning atau skinless). Pa- moditi selama dalam aliran komo-
da produk buah-buah, penyi- ditas, misalnya sortasi di lokasi
angan dilakukan dengan pengu- pemanenan yang didasarkan pa-
pasan (peeled). da jenis, ukuran yang diminta pa-
5) Blansing, yaitu penggunaan sar.
suhu tinggi dalam waktu singkat 9) Grading, yaitu proses pemi-
untuk tujuan tertentu. Pada pro- sahan bahan pangan berdasar-
duk hewani, blansing dilakukan kan mutu, misalnya ukuran, bo-
pada bagian yang dipotong untuk bot, kualitas
menghambat aktivitas mikroba
dan enzim proteolitik. Pada pro- 3.4.2. Selama Pengawetan
duk buah-buahan, blansing dila- Upaya yang dapat dilakukan un-
kukan untuk menghilangkan la- tuk menghambat penurunan mutu
BAB IV
PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU
negara produsen tidak dapat di- anti biotik; (11) standar sanitasi;
pasarkan ke negara konsumen. (12) sertifikasi; (13) Undang-
undang bioterorism; (14) mempe-
Hambatan tarif antara lain berupa kerjakan buruh anak-anak.
penentuan harga, pajak dan
kuota. Harga komoditas yang Beberapa dari hambatan non tarif
berlaku di negara tujuan ekspor, ini berlaku untuk semua negara,
besarnya nilai pajak yang harus dan beberapa lainnya hanya
dibayar ke negara tujuan, dan berlaku untuk negara tertentu.
pembatasan kuota merupakan
hambatan tarif yang dapat mem- 4.1.1 Ikan milik masyarakat
pengaruhi perdagangan antar dunia
negara. Indonesia merupakan negara ma-
ritim dengan panjang garis pantai
Hambatan non tarif merupakan 81 000 km dan luas laut 5.8 juta
syarat yang spesifik dari setiap km2. Potensi lestari sumberdaya
negara konsumen, sehingga laut 6.4 juta ton per tahun. Dari
perlu dicermati agar komoditas 5.12 juta ton per tahun yang
dapat dipasarkan ke negara boleh ditangkap, baru 4.4 juta ton
tersebut. Syarat yang diajukan yang telah dimanfaatkan. De-
oleh negara konsumen dapat ngan demikian para nelayan
berkaitan dengan negaranya atau Indonesia dianggap belum mam-
negara produsen. pu mengelola potensi lautnya
sehingga harus mengijinkan nela-
Hambatan non tarif antara satu yan dari negara lain untuk me-
bahan pangan dengan lainnya manfaatkannya.
berbeda. Untuk mempermudah
penjelasan, akan diuraikan con-
toh mengenai hambatan non tarif 4.1.2 Hak Asasi Manusia
dalam bidang perikanan. Negara-negara tertentu dianggap
belum melaksanakan Hak Asasi
Beberapa hambatan non tarif Manusia (HAM), termasuk negara
yang berlaku dalam perdagangan Indonesia. Apabila HAM masih
bahan pangan berasal dari ikan dilanggar, maka negara konsu-
adalah : (1) ikan milik masyarakat men tidak mau membeli produk
dunia; (2) hak asasi manusia; (3) yang ditawarkan oleh negara
responsible fisheries; (4) sustain- pelanggar HAM, termasuk produk
able fisheries; (5) lingkungan dari Indonesia.
hidup; (6) penggunaan label; (7)
hasil tangkapan samping; (8)
kampanye anti udang tambak; (9)
iradiasi; (10) residu hormon dan
4.2.1 Tujuan dan Manfaat MMT dan (g) membenahi dan member-
Secara umum penerapan PMMT sihkan tempat-tempat produksi
bertujuan untuk menghasilkan (pabrik).
produk pangan bermutu tinggi.
Secara khusus, penerapan MMT 4.2.2 Berorientasi mutu
bertujuan untuk : (a) mengeva- Untuk memenangkan persaingan
luasi cara memproduksi produk dalam era perdagangan bebas
pangan untuk mengetahui baha- diperlukan bahan atau produk
ya yang mungkin terjadi; (b) pangan yang bermutu. Banyak
memperbaiki cara memproduksi bahan dan produk pangan yang
bahan pangan dengan memberi- belum memenuhi standar mutu
kan perhatian khusus terhadap seperti ditetapkan oleh Standar
tahap-tahap proses atau mata Nasional Indonesia (SNI). Seba-
rantai produksi yang dianggap gian besar produsen bahan atau
kritis; (c) memantau dan meng- produk pangan ternyata masih
evaluasi cara menangani dan belum menjadikan mutu sebagai
mengolah pangan serta mene- orientasi. Hal ini dapat terjadi
rapkan sanitasi dalam mempro- karena modalnya relatif kecil,
duksi pangan; dan (d) meningkat- rendahnya tingkat pengetahuan,
kan pemeriksaan secara mandiri dan tuntutan masyarakat.
terhadap industri pangan oleh
operator dan karyawan. Sebagian besar produsen bahan
Di samping tujuan yang telah pangan masih belum menjadikan
diuraikan di atas, penerapan mutu sebagai tujuan akhir. Hal
MMT dapat memberikan manfaat ini dapat dimengerti karena mo-
khususnya bagi industri/produsen dal yang dimiliki relatif kecil, ren-
antara lain sebagai berikut : (a) dahnya tingkat pengetahuan, dan
memberikan dan meningkatkan rendahnya tuntutan masyarakat.
jaminan mutu (keamanan) produk Rendahnya tuntutan dari masya-
yang dapat lebih dipercaya; (b) rakat akan mutu pangan telah
menekan kerusakan produk berpengaruh terhadap rendahnya
karena cemaran; (c) melindungi orientasi mutu dari produsen.
kesehatan konsumen dari bahaya
dan pemalsuan; (d) menekan Sebagian produsen bahan pa-
biaya pengendalian mutu dan ngan adalah home industry
kerugian lainnya; (e) memperlan- (industri rumah tangga) yang
car pemasaran sehingga dapat memiliki modal terbatas sehingga
mencegah terjadinya kehilangan perlu menerapkan skala prioritas.
pembeli atau pasar; (f) mencegah Berdasarkan MMT, bagi
penarikan produk dan pemboros- produsen yang berskala industri
an biaya produksi atau kerugian; rumah tangga diwajibkan untuk
menerapkan GMP secara benar
48 Pengawasan Mutu Bahan / Produk Pangan
Penerapan Manajemen Mutu Terpadu
BAB V
PRAKTEK PRODUKSI YANG BAIK
selama pengangkutan.
PENERIMAAN
BAHAN BAKU
PENCUCIAN PENERIMAAN
BAHAN BAKU BAHAN BAKU
SORTASI BAHAN
BAKU PENCUCIAN
BAHAN BAKU
PENYIANGAN
BAHAN BAKU
SORTASI BAHAN
BAKU
PENCUCIAN 2
PENIRISAN PENYIANGAN
BAHAN BAKU
PENDINGINAN
PENCUCIAN 2
PENGEMASAN
PENIRISAN
PELABELAN
PENDINGINAN
PENGEMASAN
PELABELAN
Semua langkah yang tercantum pada hari ini tidak berbeda di-
dalam alur proses, tujuan dan bandingkan mutu produk pangan
metode yang digunakan harus sebelumnya maupun yang akan
tercatat dalam lembaran analisis datang.
proses produksi baik (Tabel 5.1).
Hal ini dimaksudkan agar mutu
produk pangan yang dihasilkan
BAB VI
PROSEDUR STANDAR
OPERASI SANITASI
cuci harus ditiriskan dan disimpan kerja meliputi sepatu boot, jas
di tempat yang bersih. kerja, sarung tangan, masker,
dan tutup rambut. Agar terjamin
kebersihannya, pakaian kerja
harus dicuci setiap hari oleh peru-
sahaan. Pakaian kerja yang te-
lah dicuci disimpan di tempat ber-
sih. Sepatu dicuci dan disikat
sampai bersih. Air yang diguna-
kan untuk mencuci sepatu adalah
air yang mengandung klorin ber-
kadar 150 ppm.
atau bahan lain yang dapat bahan lainnya akan masuk atau
digunakan oleh serangga dan meninggalkan ruang pengolahan.
hama untuk tinggal. Fasilitas
penerimaan sebaiknya ditutup Bangunan dirancang sedemikian
dengan aspal, semen atau bahan rupa sehingga mampu untuk me-
lainnya dan dilengkapi dengan ngeluarkan udara dari dalam ru-
drainase yang memadai. angan. Bangunan juga harus
mampu mencegah masuknya se-
Untuk mencegah terjadinya kon- rangga dan tikus.
taminasi silang, penempatan sa-
rana dan prasaranan di ruangan Jendela kaca harus diperhatikan
penangan atau pengolahan harus jumlahnya. Jumlah jendela akan
dapat memisahkan alur antara berpengaruh terhadap intensitas
bahan yang belum bersih dengan masuknya cahaya matahari se-
alur bahan yang sudah bersih. hingga akan mempengaruhi suhu
Pemisahan tersebut harus cukup ruangan. Selain akan berpenga-
berjauhan untuk menghindari ruh terhadap kerja AC, intensitas
kemungkinkan terjadinya kontak cahaya matahari juga berpenga-
(Gambar 6.3). ruh terhadap kecepatan petum-
buhan mikroba pencemar.
Bila proses produksi telah sele- yang jatuh ke lantai jangan di-
sai, cucilah tangan dengan sabun ambil dan disatukan dengan
khusus, cuci dan keringkan bahan pangan lainnya meskipun
pakaian pelindung yang tahan air, jatuhnya ’belum lima menit’.
dan apabila perlu lakukan desin-
feksi terhadap tangan atau penu- Selama bekerja, jangan ada satu-
tup tangan. Segera tinggalkan pun karyawan yang merokok,
ruang penangan atau pengolah- meludah, makan, mengunyah
an, buka pakaian pelindung dan permen karet, atau menyimpan
simpan pada tempatnya untuk makanan di ruang pengolahan.
mencegah terjadinya kontamina- Konsentrasi selama bekerja akan
si. memperkecil resiko kecelakaan
kerja. Biasakan untuk membuang
sampah pada tempatnya.
BAB VII
ANALISIS BAHAYA
DAN PENENTUAN TITIK KRITIS
mana yang akan menjadi perha- dalam jangka waktu kurang dari
tian utamanya. 2-3 minggu sekali.
Kesuksesan studi HACCP ini ter- Perencanaan dan tujuan dari
gantung pada: (a) pengetahuan akhir program harus didefinisikan
dan kompetensi anggota-anggota sejak awal studi dan sistem
tim terhadap produk, proses dan pelaporan hasil kerja dari tim
potensi bahaya yang perlu diper- HACCP harus disusun. Segera
hatikan; (b) pelatihan yang sudah setelah tahap pendahuluan ini
mereka jalani tentang prinsip- dilakukan, tim harus memiliki
prinsip metode ini; dan (c) kom- informasi dasar tentang potensi
petensi pelatih. bahaya yang telah dipertimbang-
kan dan diproses.
Tergantung pada kasusnya, tim
ini bisa terdiri dari 4-10 orang Tanggung jawab dan wewe-
yang menguasai proses produksi nang dari setiap anggota tim
dan potensi bahaya yang hendak harus didefinisikan dan didoku-
diperhatikan. Sebagai acuan, tim mentasikan dengan memperha-
HACCP ini terdiri dari pemimpin tikan jaminan keamanan pangan.
produksi, quality control, bagian
teknis dan perawatan.
7.5.1.2 Mendeskripsikan
Pada beberapa tahapan studi, tim
ini dapat dilengkapi dengan produk
kompetensi-kompetensi yang lain Untuk mendapatkan hasil kerja
seperti marketing, penelitian dan HACCP yang maksimal, ada
pengembangan (R&D). Pembeli- program-program yang harus
an, pemesanan/ launching, iklan, dilaksanakan. Aturan dasar yang
undang-undang dst. Sesuai de- harus diamati adalah ketika akan
ngan kebutuhan, seorang ahli menerapkan HACCP dalam
teknis (internal maupun ekster- suatu industri pangan, langkah
nal) atau spesialis pada masalah pertama yang harus dilakukan
yang sedang dipelajari bisa dili- adalah meninjau program yang
batkan sebagai anggota tim. sudah dilaksanakan. Peninjauan
Sumberdaya harus didefinisikan ini dimaksudkan untuk melakukan
setepat mungkin. Sumberdaya pemeriksaan apakah seluruh
dapat berupa (waktu untuk rapat, persyaratan yang diperlukan
biaya pengujian, biaya sumber dalam penerapan HACCP telah
informasi, biaya konsultan ahli dipenuhi. Akan lebih baik apabila
dari luar). dilengkapi dengan tindakan
Frekuensi rapat tergantung pada pengendalian dan dokumentasi.
rangkaian tujuan dan ketersedia- Dokumentasi dapat berupa
an. Sebaiknya rapat dilakukan deskripsi program, orang-orang
yang berwenang dan catatan
LINGKUP STUDI :
Produk / proses : ......................................................................................
Potensi Bahaya yang Dituju : ............................................................
..................................................................................................................
Bagian dari rantai makanan yang dituju : ................................................
..................................................................................................................
TUJUAN : ................................................................................................
..................................................................................................................
KOMPOSISI TIM
Nama Posisi
1. ................................................. .......................................................
2. ................................................. .......................................................
3. ................................................. .......................................................
4. ................................................. .......................................................
5. ................................................. .......................................................
KARAKTERISTIK UMUM
1. pH
…………. ……………………………………
2. Aw
…………. ……………………………………
3. Penerimaan To(oC)
…………. ……………………………………
4. Penyimpanan To(oC)
…………. ……………………………………
5. Tanggal Kadaluarsa
…………. ……………………………………
NAMA ................................................................
KOMPOSISI/FORMULA ................................................................
PERLAKUAN ...............................................................
% digunakan dalam proses ...............................................................
PELABELAN :
KONDISI DISTRIBUSI
KOMENTAR :
Selain hal tersebut juga disaran- proses yang tepat akan memu-
kan untuk menguji kejelasan dan dahkan analisis potensi bahaya.
kemudahan akses petunjuk peng-
Alur proses disusun dalam suatu
gunaan produk yang dihasilkan
diagram secara sederhana, leng-
(Gambar 7.4).
kap, dan jelas menguraikan pro-
ses. Alur proses harus menje-
laskan mengenai bahan baku,
7.5.1.4 Menyusun diagram alir
tahap pengolahan dan penge-
Pembuatan alur proses adalah masan, serta mencakup data
tahapan sangat penting. Proses- yang diperlukan untuk analisis
nya sulit karena alur proses bahaya, termasuk informasi me-
memerlukan pembahasan men- ngenai kemungkinan terjadinya
dalam dari seluruh anggota tim kontaminasi.
HACCP. Alur proses harus men-
Peranan alur proses sangat
cakup seluruh tahapan dalam
besar dalam penentuan bahaya
proses produksi yang telah
dan penentuan titik kritis. Semua
ditentukan dalam tahap sebe-
tahapan produksi harus tercan-
lumnya dari rencana HACCP.
tum dalam alur proses. Hal ini
Alur proses menyajikan tahapan-
untuk mencegah timbulnya ma-
tahapan operasi yang saling
salah yang tidak dapat dikenda-
berkesinambungan. Alur proses
likan.
akan mengidentifikasi tahapan-
tahapan proses yang penting Bila HACCP akan diterapkan
mulai dari penerimaan bahan hanya pada beberapa bagian
baku menjadi produk akhir. tertentu dari alur proses, maka
Rincian yang tersedia harus harus dipertimbangkan tahapan
cukup rinci dan berguna untuk sebelum dan sesudah bagian
tahapan analisis potensi bahaya. tersebut.
Harus ada kesetimbangan antara
keinginan untuk mencantumkan
terlalu banyak tahapan dan 7.5.1.5 Mengkonfirmasi alur
keinginan untuk menyederhana- proses di lapang
kan secara berlebihan, sehingga Sebagai penyusun alur proses
rencana yang dihasilkan menjadi tim HACCP harus mengkonfirma-
kurang akurat dan kurang dapat sikan alur proses dengan semua
diandalkan. tahapan dan jam pelaksanaan.
Pada saat menyusun alur proses Verifikasi lapangan dimaksudkan
kemungkinan ada kesulitan untuk melakukan penyesuaian
dalam membuat definisi dari alur proses dengan kondisi di
tahapan proses. Seberapa jauh lapangan. Satu persatu kegiatan
proses tersebut harus dibagi yang tercantum di dalam alur
dalam tahapan-tahapan proses proses diperiksa di lapangan.
tersendiri. Pembagian tahap
STEP 2 STEP 6
STEP 3
STEP 5
STEP 4 STEP 12
STEP 9
STEP 10
STEP 13
Deskripsi/Nama
STEP 14
Info Proses
(To, Waktu, pH…)
STEP 15
BAHAN BAKU
Bahan mentah dapat mengandung bakteri dan ragi patogen Pemilihan supplier, pengawasan,
dalam jumlah yang melebihi batas pengendalian saat pengiriman dst.
Wadah yang kosong dapat diterima dalam kondisi rusak Verifikasi prosedur pada tahap
berat sehingga dapat mengakibatkan kebocoran yang akan penerimaan
menimbulkan kontaminasi pasca proses
Bahan baku kering dapat mengandung spora bakteri, tikus Pemilihan supplier, pengawasan,
dan kotoran tikus pengendalian saat pengiriman dst.
TAHAPAN PROSES
Penyimpanan bahan mentah : suhu dan RH yang tidak Penyimpanan bahan mentah
tepat dapat mengakibatkan peningkatan jumlah bakteri Instruksi kerja no...
(berkembang biak)
Sanitasi
Tangki penyimpanan kotor dapat mengakibatkan
peningkatan jumlah bakteri (kontaminasi) Instruksi kerja no...
Proses Thermal : proses yang tidak tervalidasi dapat Spesifikasi proses termal,
mengakibatkan tidak tercapainya target dan ketahanan Prosedur, cara operasi, dst
bakteri patogen.
Kurangnya kepatuhan terhadap waktu, suhu dan faktor-
faktor kritis yang lain pada proses yang telah dijadwalkan
dapat mengakibatkan kurangnya proses panas sehingga
bakteri patogen bertahan hidup.
Dan seterusnya
BAHAN BAKU
...
TAHAPAN PROSES
BAHAN BAKU
Bahan baku dapat mengandung bahan asing yang berbahaya Pemilihan supplier,
(HEM/Hazardous Extragenous Material) seperti kaca, logam, plastik pengawasan, dan audit
dan kayu
TAHAPAN PROSES
......
European Committee for Standardisation. 2004
Tidak Ubah
proses, tahapan atau
Ya produk
Apakah pengendalian pada
tahap ini penting untuk Ya
keamanan pangan ?
Tidak Bukan
Stop
CCP
Tidak
STUDI Form
Judul Nama Produk
HACCP 8
Nama Produk :
Potensi
Bahaya
.....
CCP-1B Kontaminasi setelah Spesifikasi wadah Pengamatan visual Pengosongan pallet sambil Pengamatan Kosongkan
Pengawasan pengosongan wadah
proses akibat wadah dari perusahaan, oleh oprator menghilangkan wadah yang keliru, visual oleh QC wadah.
yang keliru atau tidak ada pengosongan pallet dan rusak+ beritahu bagian QC + setiap 4 jam Kumpulkan
rusak kerusakan yang operator menahan pallet yang catatan.
serius tersisa dan QC memeriksa
CCP-1P Kontaminasi setelah Tidak ada bahan Pengamatan visual Pengosongan pallet Pengamatan Kosongkan
proses akibat wadah asing lain terus menerus oleh menghilangkan wadah dengan visual oleh QC wadah.
yang keliru atau operator bahan asing lain+ beritahu bagian setiap 4 jam Kumpulkan
rusak pengosongan pallet QC + operator menahan pallet catatan.
yang tersisa dan QC memeriksa
PENGKAJIAN ULANG
KETERANDALAN RENCANA HACCP
Formulir 11
Jelaskan Produk
1.
2. Jelaskan Produk
3.
Daftar
BAB VIII
MANAJEMEN MUTU LABORATORIUM
a. Bentuk Tabel
Grafik Histogram
Jenis Hari ke-
ikan 1 2 3 4 100
Ikan 20.4 27.4 90 20.4 80
laut 60
bel yang melekat dalam botol se- nuh mikroba yang akan ditum-
cara teliti untuk mencegah kesa- buhkan. Namun bila terlalu ’di-
lahan. Peganglah botol sedemi- ngin’, dikhawatirkan media sudah
kian rupa sehingga bagian label membeku sehingga sulit dituang-
terletak pada telapak tangan. Mi- kan.
ringkan botol untuk membasahi
tutupnya dengan bahan kimia di c. Menimbang
dalam botol. Hal ini dimaksudkan Menimbang merupakan kegiatan
untuk memudahkan membuka- di laboratorium yang memiliki pe-
nya. ran penting dalam menghasilkan
data akurat. Kegiatan menim-
Bukalah tutup botol dengan cara bang harus dilakukan secara cer-
menjepitnya diantara jari. Tuang- mat dan hati-hati untuk memini-
kan bahan kimia cair dengan malkan kesalahan.
bantuan batang pengaduk. Bila
akan menuangkan ke dalam ge- Neraca sangat tergantung dari
las ukur, bahan kimia dapat lang- kapasitas dan tingkat ketelitian-
sung dituangkan ke dalam gelas nya. Neraca yang kapasitasnya
ukur tersebut atau ditampung ter- besar biasanya kurang teliti se-
lebih dahulu ke dalam dalam ge- hingga biasa disebut neraca ka-
las kimia. Selanjutnya barulah sar, sedangkan neraca yang
bahan kimia tersebut dituangkan kapasitasnya kecil memiliki kete-
ke dalam gelas ukur. litian lebih baik sehingga biasa di-
sebut neraca halus (neraca ana-
Dalam menuangkan bahan kimia litik).
dari botol harus diperhatikan
ukuran mulut botol dengan ukur- Berdasarkan prinsip kerjanya ne-
an wadah penampung. Ukuran raca terbagi menjadi neraca me-
mulut botol harus lebih kecil dari- kanik dan digital. Neraca digital
pada ukuran mulut wadah pe- lebih cepat kerjanya dan lebih te-
nampung. liti.
ngan menekan tombol tera dan atau pipet ukur. Untuk memper-
secara otomatis neraca digital oleh hasil pengukuran yang aku-
akan menampilkan angka nol. rat, gunakan gelas atau pipet
ukur yang bersih sehingga tidak
Timbang wadah bahan untuk me- ada bahan cair yang tertinggal
ngetahui bobotnya. Bobot dari pada alat ukur tersebut.
bahan kimia dapat diketahui de-
ngan cara mengurangkan bobot Gelas atau pipet ukur yang di-
total dengan bobot wadah. Bila gunakan harus disesuaikan de-
menggunakan neraca digital, pe- ngan volume bahan cair yang
nentuan bobot wadah bahan ti- akan ditentukan volumenya. Ba-
dak perlu dilakukan. Simpan wa- calah secara teliti skala yang
dah bahan pada neraca digital, terdapat dalam alat pengukur.
lalu tekan tombol tera. Secara Jangan sampai salah membaca
otomatis neraca digital akan me- skala, misalnya satuan terkecil-
nampilkan angka nol, yang berarti nya ml, 0.1 ml atau µm.
angka yang akan ditampilkan da-
lam proses penimbangan adalah Isaplah zat cair yang akan diukur
bobot bahan kimia. volumenya sampai di atas garis
batas. Bila yang akan diukur
Masukan bahan kimia yang akan adalah zat cair yang berbahaya,
ditimbang sesuai prosedur penu- gunakan ball pipet. Tutup ujung
angan bahan kimia. Pasang be- pipet dengan jari telunjuk, kemu-
ban timbangan sesuai dengan dian angkat. Keringkan dahulu
bobot bahan kimia yang diingin- ujung pipet dengan menggunkan
kan. Lakukan penambahan atau kertas saring. Turunkan permu-
pengurangan bahan kimia hingga kaan zat cair dengan cara mem-
diperoleh bobot yang diinginkan. buka ujung telunjuk secara hati-
hati sampai tanda volume. Ma-
Bila penimbangan telah selesai, sukan zat cair ke dalam tempat
kembalikan semua dalam posisi yang disediakan.
semula. Bersihkan piring neraca
atau permukaan neraca. Naikkan Isilah gelas ukur dengan bahan
penahan neraca agar piring yang akan diukur volumenya.
neraca tidak bergoyang. Matikan Perhatikan permukaan zat cair
arus listrik bila menggunakan yang diukur. Bila permukaannya
neraca digital. cekung dibaca pada permukaan
bagian terbawah dan bila per-
mukaannya cembung dibaca pa-
d. Mengukur volume bahan da permukaan bagian paling
cair atas. Pembacaan skala harus
Volume bahan cair dapat diukur lurus dengan mata.
dengan menggunakan gelas ukur
didokumentasi dan divalidasi; (2) tidak sesuai lagi atau tidak mung-
semua metode harus dipelihara kin untuk dilaksanakan. Apabila
kemutakhirannya dan tersedia diperlukan, metode standar dapat
untuk staf laboratorium yang dilengkapi dengan rincian tam-
membutuhkan; (3) personel yang bahan untuk menjamin
bersangkutan harus dilatih dan keteraturan dalam penerapannya.
dievaluasi kompetensinya; dan Apabila pelanggan tidak meminta
(4) metode tersebut harus terus secara khusus metode yang
dipelajari oleh staf laboratorium digunakan, laboratorium harus
yang bersangkutan untuk me- memilih/menyeleksi metode yang
ningkatkan keahliannya. sesuai, misalnya:
1. standar internasional, regio-
8.4.4.1 Pemilihan metode nal, atau nasional yang telah
Dalam melaksanakan perannya, dipublikasi oleh badan stan-
laboratorium pengujian harus dar internasional atau nasio-
menggunakan metode pengujian, nal, seperti: Standar Nasional
termasuk metode pengambilan Indonesia (SNI), Standar
sampel, dalam melaksanakan Australia, ISO, ASTM, AOAC,
pengujian. Hal ini dilakukan untuk WHO, dan lain-lainnya;
memenuhi keinginan pelanggan 2. metode yang dikeluarkan/
juga untuk memberi jaminan ke- dipublikasi oleh organisasi
sesuaian dengan hasil pengujian yang mempunyai reputasi,
yang dilakukan. seperti yang dikembangkan
oleh ilmuwan dan dipublikasi
Metode pengujian yang diguna- dalam jurnal ilmiah;
kan dalam kegiatan pengujian di 3. metode yang tertera berasal
laboratorium harus memiliki stan- dari buku teks atau jurnal
dar yang telah dipublikasi dan yang relevan;
berlaku secara internasioanl, 4. metode yang dikeluarkan oleh
regional, nasional, atau minimal pembuat peralatan (manual);
antara penjual dan pembeli. atau
Beberapa pembeli dari negara di 5. metode yang telah dikem-
Eropa memiliki standar kualitas bangkan atau diadopsi labo-
sendiri yang berbeda dengan ratorium dan telah divalidasi
standar kualitas negara lain. Hal (biasanya digunakan untuk
ini tidak bertantangan dengan keperluan khusus di lingku-
peraturan peraturan mengenai ngan laboratorium sendiri).
standarisasi yang berlaku secara
internasional. Dalam rangka melakukan pela-
yanan pengujian kepada pelang-
Metode standar tersebut haruslah gan, seharusnya pelanggan dibe-
edisi terbaru yang berlaku, kecu- ri informasi tentang metode yang
ali bila metode tersebut sudah telah dipilih untuk pengujian ter-
tuhan tentang uji yang mendesak. agar dapat dicapai hasil secara
Modifikasi juga dapat dilakukan lebih efisien.
apabila hasil analisis sebelumnya
juga menunjukkan hasil yang 8.5.3 Pelaksanaan rencana
abnormal. kerja
Setelah rencana kerja selesai
Rencana kerja harus dimulai dari dibuat, langkah selanjutnya ada-
rencana pengambilan/penerima- lah melaksanakan rencana
an sampel, penanganan sampel, tersebut. Dalam melaksanakan
pengujian sampel, pencatatan rencana kerja perlu penyediaan
hasil pengujian dan pembuatan prosedur kerja yang relevan yang
serta penyampaian laporan. dapat digunakan sebagai pedom-
Dengan demikian, pelaksanaan an. Dengan prosedur kerja yang
rencana kerja membutuhkan du- jelas, penanganan tugas dapat
kungan sarana, peralatan dan dilakukan dengan mengikuti ta-
metode pengujian serta pelapor- hapan yang tercantum dalam
an. prosedur kerja.
8.13. Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
Apriyantono, A., D. Fardiaz, N.L. Puspitasri, sedarnawati, dan S.
Budiyanto. 1989. Petunjuk Laboratorium Analisis Pangan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Pendi-
dikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut
Pertanian Bogor.
Arpah, M. 1993. Pengawasan Mutu Pangan. Penerbit Tarsito, Ban-
dung.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2004. Status regulasi cemaran
dalam produk pangan. Buletin Kemanan Pangan. Nomor 6. ha-
laman 4-5.
Bintang. Infomutu. Pusat standarisasi dan akreditas Setjen – Depar-
temen Pertanian. Nov 2002. Hlm. 1.
Bergdoll,, M.S. 1990. Staphylococcus food poisoning. Dalam
Foodborne Disease. Hal. 145-168. Academic Press, San
Diego.
Cappuccino, J.G. and N. Sherman. 1987. Microbiology : A Lanoratory
Manual. The Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc.
New York.
Deperindag. Infomutu. Pusat standarisasi dan akreditas Setjen -
Departemen Pertanian. Nov 2002. Hlm. 2
Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner. 2007. Metode dan tata
cara pengambilan contoh daging. Direktorat Kesehatan Masya-
rakat Veteriner. Departemen Pertanian Republik Indonesia.
Djaafar, T.F. dan Rahayu, S. 2007. Cemaran mikroba pada produk
pertanian, penyakit yang ditimbulkan dan pencegahannya.
Jurnal Litbang Pertanian, 26 (2), 2007.
DKP. 2005. Bahaya Fisik (Physical Hazard) pada Produk Perikanan.
Warta Pasar Ikan. 2005. Departemen Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia.
European Committee for Standardisation. 2004. Pelatihan Penerapan
Metode HACCP. European Committee for Standardisation -
Implementing Agency for the Contract No ASIA/2003/069-236.
Food Agriculture Organization. 2004.
Green, J.H. and A. Kramer. 1979. Food Processing Waste mana-
gement. AVI Westport, CT.
Hermayani, E., E. Santoso, T. Utami dan S. Rahardjo. 1996. Identi-
fikasi bahaya kontaminas S. Aureus dan titik kendali kritis pada
pengolahan produk daging ayam dalam usaha jasa boga.
Agrotech, Majalah Ilmu dan Teknologi Pertanian 16 (3) : 7-15.
Jenie, B.S.L. dan W.P. Rahayu. 1990. Penanganan Limbah Industri
Pangan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
GLOSARI
Akreditasi : Rangkaian kegiatan Analisis organoleptik : Analisis
pengakuan formal oleh lem- sifat-sifat sensori bahan /
baga akreditasi nasional, produk pangan, meliputi ana-
yang menyatakan bahwa su- lisa terhadap waktu, aroma,
atu lembaga / laboratorium rasa, tekstur, dan kesukaan
telah memenuhi persyaratan dengan menggunakan pera-
untuk melakukan kegiatan latan berupa indera manusia.
sertifikasi tertentu. Autoklaf : Alat yang digunakan un-
Akurasi : Merupakan ukuran kuali- tuk memanaskan bahan pada
tas suatu metode yang meng- kondisi tekanan udara yang
gambarkan besarnya penyim- jenuh air.
pangan data hasil uji dengan Badan Standarisasi Nasional : Ba-
harga sesungguhnya. dan yang membantu presiden
Alur proses : Suatu penyampaian dalam menyelenggarakan pe-
representatif dari urutan tahap ngembangan dan pembinaan
atau operasi yang digunakan di bidang standarisasi sesuai
dalam produksi atau pembu- dengan peraturan perundang-
atan bahan pangan tertentu. undangan yang berlaku.
Aman untuk dikonsumsi : Pangan Bahan Tambahan Pangan (BTP) :
tersebut tidak mengandung Bahan yang ditambahkan ke
bahan-bahan yang dapat dalam pangan untuk mempe-
membahayakan kesehatan ngaruhi sifat dan bentuk pa-
atau keselamatan manusia, ngan.
misalnya bahan yang dapat Bahan pangan : Bahan baku dan
menimbulkan penyakit atau bahan tambahan yang akan
keracunan. digunakan sebagai bahan ma-
Analisis : Prosedur mengukur, me- sukan dalam pengolahan sua-
nentukan atau membanding- tu produk pangan.
kan suatu sifat atau parame- Batas kritis : Suatu criteria yang
ter dalam bahan / produk de- dapat memisahkan status pe-
ngan menggunakan metode nerimaan dan penolakan.
dan peralatan yang biasanya Cara produksi pangan yang baik :
dilakukan dalam suatu labo- Suatu pedoman yang men-
ratorium jelaskan bagaimana mempro-
Analisis bahaya : Proses pengum- duksi pangan agar bermutu,
pulan dan evaluasi informasi aman, dan layak untuk dikon-
informasi potensi bahaya dan sumsi.
kondisi yang dapat menga- Coliform : Kelompok bakteri yang
kibatkannya untuk menentu- digunakan sebagai indicator
kan potensi bahaya dan kon- adanya polusi kotoran dan
disi yang berperan penting kondisi sanitasi yang tidak
dalam keamanan pangan se- baik.
hingga harus dimasukan da- E. coli : Bakteri Gram negatif yang
lam rencana HACCP. berbentuk batang pendek
DAFTAR GAMBAR
...............................
3.5. Tubuh ikan yang mengalami luka terkena pengait ......... 30
3.6. Proses autolisis yang berlangsung lama dicirikan
dengan tidak kembalinya daging ke posisi 33
semula .........
3.7. Cahaya matahari dapat mempercepat proses autolisis
.................................................................. 33
3.8. Reaksi pencoklatan pada bahan pangan yang
mengandung gula ..................................... 34
.............
3.9. Ikan yang mengalami burst belly ........................... 36
4.1. Bahan pangan yang dikemas sesuai standar ......... 42
5.1. Bayam yang mengalami dehidrasi ......................... 49
5.2. Penggunaan es untuk menurunkan suhu bahan pangan
.................................................................. 50
5.3. Buah jambu yang disimpan pada suhu rendah
teksturnya menjadi lunak 53
......................................
5.4. Apel yang terkelupas kulitnya (pelindung alaminya) akan
mengalami proses pencoklatan sehingga
menurunkan mutu 51
..................................................
5.5. Ikan hasil panen yang tidak segera diberi es akan
meningkat suhunya sehingga memacu
pertumbuhan dan aktivitas mikroba maupun
enzim proteolitik 51
................................................................
5.6. Geladak kapal penangkapan ikan yang tidak bersih
dapat menjadi sumber mikroba 51
...............................
5.7. Pemasaran ikan di pasar tradisional tanpa fasilitas
pendingin dan air bersih, serta terjadi
pencampuran ikan utuh dengan ikan yang
sudah ’terbuka’ merupakan penyebab 51
penurunan .............
5.8. Udang segar yang tidak ditangani secara baik akan
menyebabkan timbulnya noda hitam (black
spot). Meskipun tidak berbahaya, munculnya
bintik hitam akan menurunkan mutu udang 52
................................
5.9. Saluran air yang tidak diperhatikan kebersihannya 52
5.10. Sanitasi lingkungan yang kurang diperhatikan dapat
menjadi sumber mikroba .............................. 52
5.11. Pengangkutan ikan tanpa dilengkapi fasilitas pendingin
akan mempercepat proses penurunan mutu
....................................................................... 53
5.12. Badan dan pakaian pekerja yang kurang bersih dapat
menjadi sumber pencemar bagi produk pangan
................................................................... 54
5.13. Sortasi ikan berdasarkan jenis, ukuran dan kesegaran
akan lebih menjamin keseragaman mutu dari
produk pangann yang dihasilkan ............. 54
5.14. Kecepatan pemrosesan berpengaruh terhadap mutu
produk filet yang dihasilkan ............................ 55
5.15. Proses penjemuran ikan asin di alam terbuka kurang
memberikan jaminan kebersihan sehingga akan
mempengaruhi mutu ...................................... 55
5.16. Produk pangan yang dikemas secara terbuka
memperbesar kemungkinan terjadinya
rekontaminasi 56
.........................................................
5.17. Pengemasan yang dilakukan saat produk pangan masih
panas dapat menyebabkan mengumpulnya uap
air di permukaan kemasan sehingga dapat
digunakan oleh mikroba untuk tumbuh 56
...................
5.18. Alur proses produksi ikan segar .............................. 58
6.1. Penggunaan air dalam jumlah terbatas untuk mencuci
ikan dapat menjadi sumber kontaminasi ... 64
6.2. Peralatan dan pakaian kerja yang dikenakan
memberikan jaminan bahan pangan yang
dihasilkan lebih bersih 65
............................................
6.3. Alur proses ikan yang berbeda antara pintu masuk dan
pintu keluar ..................................................... 66
6.4. Kebersihan karyawan di salah satu industri perikanan
............................................................... 67
6.5. Pembersihan limbah ikan menjaga kebersihan ruang
kerja ............................................................. 68
6.6. Kerusakan yang ditimbulkan oleh serangga pada jagung
pipil selama penyimpanan ......................... 69
6.7. Penanganan limbah .............................................. 70
6.8. Rambut yang terbuka dan kebersihan pakaian pekerja
berpengaruh terhadap sanitasi .................. 75
7.1. Dokumen untuk memformalkan penentuan tim HACCP
.................................................................. 89
7.2. Formulir untuk bahan mentah dan bahan baku ..... 92
7.3. Formulir untuk produk antara dan produk akhir ..... 93
7.4. Formulir untuk mengumpulkan informasi tentang
petunjuk penggunaan produk 95
.................................
7.5. Formulir diagram alir .............................................. 99
7.6. Identifikasi potensi Bahaya Biologis ..................... 101
7.7. Identifikasi potensi Bahaya Kimiawi ..................... 102
7.8. Identifikasi potensi Bahaya Fisik .......................... 105
7.9. Diagram Pohon Keputusan untuk penentuan titik kendali
DAFTAR TABEL
..........................................................
18.4. Jaringan Bahan Pangan ................................................... 437
18.5. Skema penerapan sistem keamanan pangan pada
setiap tahapan produksi..................................................... 438
18.6. Pembagian tanggungjawab diantara berbagai pihak yang
terkait dalam memberikan jaminan keamanan 445
pangan
18.7. Perbandingan air dan garam untuk menda-patkan nilai
specific gravity tertentu …………………………. 454