Anda di halaman 1dari 9

a. Bagaimana pengaruh usia ibu terhadap kehamilan?

Pada ibu hamil usia remaja sering mengalami komplikasi kehamilan yang buruk seperti
persalinan prematur, berat bayi lahir rendah (BBLR) dan kematian perinatal. Ibu remaja
hamil juga menunjukkan angka kejadian komplikasi yang tinggi meliputi preeklamsia,
penyakit menular seksual, malnutrisi dan solusio plasenta (Grady & Bloom, 2004). Masalah
malnutrisi yang diderita oleh ibu hamil remaja dapat menyebabkan risiko kelahiran bayi
prematur (Sarwono, 2005) dan juga mengalami berat lahir rendah (Cater & Coleman, 2006).
Peningkatan kebutuhan nutrisi selama kehamilan dapat membahayakan pertumbuhan
remaja dengan potensial yang sama terhadap fetus. Berat bayi lahir yang rendah dan
penyulit selama kehamilan dan persalinan dapat terjadi akibat tidak adekuatnya nutrisi,
karena kebutuhan nutrisi masih dibutuhkan untuk pertumbuhan fisik dari remaja sehingga
terjadi kompetisi dengan kebutuhan untuk janin. Dinding rahim atau endometrium belum
cukup matang dan kuat untuk kehamilan. Peluruhan dinding rahim setiap periode
menstruasi juga masih belum sempurna. Ini kurang kondusif bagi proses nidasi atau
menempelnya embrio ke dinding rahim. Risiko yang mengintai adalah: janin mudah
keguguran, kemungkinannya 3 kali lebih tinggi dibanding mereka yang hamil di usia 25
tahun. Risiko berikutnya adalah pertumbuhan janin yang kurang sehat atau Intrauterina
Growth Restriction (IUGR).
b. Bagaimana proses persalinan normal?
1. Kala 1
 Dimulai pada waktu serviks membuka karena his : kontraksi uterus yang teratur,
makin lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran
darah-lendir yang tidak lebih banyak daripada darah haid.
 Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa dalam, bibir
porsio serviks tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah spontan pada
saat akhir kala I.
Terdapat 2 fase pada Kala 1 ini, yaitu:
1. Fase laten: pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar 8 jam.
2. Fase aktif: pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung sekitar 6
jam. Fase aktif terbagi atas :
 Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
 Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm.
 Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm).
Perbedaan proses pematangan dan pembukaan serviks (cervical effacement) pada
primigravida dan multipara:
 Pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih terlebih dahulu sebelum terjadi
pembukaan, sedangkan pada multipara serviks telah lunak akibat persalinan
sebelumnya, sehingga langsung terjadi proses penipisan dan pembukaan.
 Pada primigravida, ostium internum membuka terlebih dahulu daripada ostium
eksternum (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti lingkaran kecil di tengah),
sedangkan pada multipara, ostium internum dan eksternum membuka bersamaan
(inspekulo ostium tampak berbentuk seperti garis lebar)
 Periode Kala 1 pada primigravida lebih lama (+ 20 jam) dibandingkan multipara (+14
jam) karena pematangan dan pelunakan serviks pada fase laten pasien primigravida
memerlukan waktu lebih lama.
Sifat His pada Kala 1:
 Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik. Serviks
terbuka sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus meningkat.
 Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir
 Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60 mmHg, frekuensi
2-4 kali / 10 menit, lama 60-90 detik. Serviks terbuka sampai lengkap (+10cm).
Peristiwa penting Kala 1:
1. Keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus (mucous
plug) yang selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat terbukanya
vaskular kapiler serviks, dan akibat pergeseran antara selaput ketuban dengan
dinding dalam uterus.
2. Ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan
mendatar.
3. Selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan ketuban
pecah dini jika terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum pembukaan 5 cm).
2. Kala II
 Dimulai pada saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir pada saat bayi
telah lahir lengkap.
 Pada Kala 2 ini His menjadi lebih kuat, lebih sering, dan lebih lama. Selaput ketuban
mungkin juga sudah pecah/ baru pecah spontan pada awal Kala 2 ini. Rata-rata
waktu untuk keseluruhan proses Kala 2 pada primigravida ± 1.5 jam, dan multipara
± 0.5 jam.
Sifat His:
Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit. Refleks mengejan terjadi juga akibat
stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin (pada persalinan normal yaitu kepala) yang
menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga meneran dari ibu, dengan kontraksi otot-
otot dinding abdomen dan diafragma, berusaha untuk mengeluarkan bayi.
Peristiwa penting pada Kala 2:
1. Bagian terbawah janin (pada persalinan normal: kepala) turun sampai dasar
panggul.
2. Ibu timbul perasaan/ refleks ingin mengedan yang semakin kuat.
3. Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologis)
4. Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis (simfisis pubis
sebagai sumbu putar/ hipomoklion), selanjutnya dilahirkan badan dan anggota
badan.
5. Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk memperbesar jalan
lahir (episiotomi).
Proses pengeluaran janin pada kala 2 (persalinan letak belakang kepala):
1. Kepala masuk pintu atas panggul: sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan
pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring / membentuk sudut dengan pintu atas
panggul (asinklitismus anterior / posterior).
2. Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat: 1) tekanan langsung dari his dari
daerah fundus ke arah daerah bokong, 2) tekanan dari cairan amnion, 3) kontraksi
otot dinding perut dan diafragma (mengejan), dan 4) badan janin terjadi ekstensi
dan menegang.
3. Fleksi: kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah dari
diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito-
bregmatikus (belakang kepala).
4. Rotasi interna (putaran paksi dalam): selalu disertai turunnya kepala, putaran ubun-
ubun kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis), membawa kepala melewati
distansia interspinarum dengan diameter biparietalis.
5. Ekstensi: setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput melewati
bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut: oksiput, bregma, dahi,
hidung, mulut, dagu.
6. Rotasi eksterna (putaran paksi luar): kepala berputar kembali sesuai dengan sumbu
rotasi tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi anteroposterior sampai
di bawah simfisis, kemudian dilahirkan bahu depan dan bahu belakang.
7. Ekspulsi: setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan dengan mudah.
Selanjutnya lahir badan (toraks, abdomen) dan lengan, pinggul / trokanter depan
dan belakang, tungkai dan kaki.
3. Kala III
Dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap, dan berakhir dengan lahirnya plasenta, yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit (Saifuddin, 2008; h. 101).
Kelahiran plasenta yaitu lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus, serta
pengeluaran plasenta dari kavum uteri. Lepasnya plasenta dari insersinya mungkin dari
sentral (Schultze) ditandai dengan perdarahan baru, atau dari tepi / marginal (Matthews-
Duncan) jika tidak disertai perdarahan, atau mungkin juga serempak sentral dan marginal.
Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding uterus adalah bersifat
adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan berdarah.
Menurut JNPK-KR Depkes RI (2008; h. 96), tanda – tanda lepasnya plasenta mencakup
beberapa atau semua hal berikut ini: Perubahan bentuk dan tinggi fundus, tali pusat
memanjang, semburan darah mendadak dan singkat.
Menurut JNPK-KR Depkes RI (2008; h. 96-97), Manajemen aktif kala tiga bertujuan untuk
menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu,
mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala tiga persalinan jika
dibandingkan dengan penatalaksaan fisiologis.
Keuntungan manajemen katif kala tiga adalah persalinan kala tiga lebih singkat, mengurangi
jumlah kehilangan darah, me-ngurangi kejadian retensio plasenta. Tiga langkah utama
dalam manajemen aktif kala tiga adalah peberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama
setelah bayi lahir, melakukan penegangan tali pusat terkendali, measase fundus uteri. Pada
keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus setinggi sekitar / di atas pusat.
Sifat His:
Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus menurun. Plasenta
dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga tetap menempel (retensio)
dan memerlukan tindakan aktif (manual aid).
4. Kala IV
Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum (Saifuddin,
2008; h. 101). Menurut Manuaba (2010; h. 174, 192), Kala IV dimaksud-kan untuk
melakukan observasi karena perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam
pertama. Observasi yang harus dilakukan adalah:
 Kesadaran penderita, mencerminkan kebahagiaan karena tugasnya untuk melahirkan
bayi telah selesai.
 Pemeriksaan yang dilakukan: tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu; kontraksi
rahim yang keras; perdarahan yang mungkin terjadi dari plasenta rest, luka episiotomi,
perlukaan pada serviks; kandung kemih dikosongkan, karena dapat mengganggu
kontraksi rahim.
 Bayi yang telah dibersihkan diletakan di samping ibunya agar dapat memulai
pemberian ASI.
 Observasi dilakukan selama 2 jam dengan interval pemerik-saan setiap 2 jam.
 Bila keadaan baik, parturien dipindahkan ke ruangan inap bersama sama dengan
bayinya.
 Kontraksi uterus harus baik
 Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain
 Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap
 Kandung kencing harus kosong
 Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma
 Resume keadaan umum ibu dan bayi.

c. Mengapa kontraksi sudah terjadi pada usia kehamilan 8 bulan? Apa yang
menginduksinya?
kehamilan pada masa remaja menimbulkan tantangan tersendiri bagi remaja itu sendiri dan
bagi janin yang dikandungnya yang berhubungan dengan meningkatnya risiko terhadap
komplikasi kehamilan dan luaran perinatal yang buruk seperti preeklamsi, berat lahir janin
rendah dan prematuritas.
Sekitar 65% kehamilan pada usia remaja mengalami berbagai masalah obstetrik yang
berbahaya.
Kehamilan pada usia remaja berdampak pada pertumbuhan yang kurang optimal karena
kebutuhan zat gizi pada masa tumbuh kembang remaja sangat dibutuhkan oleh tubuhnya
sendiri, selain itu perkembangan fisik juga belum sempurna termasuk organ reproduksi.
Pertumbuhan linier pada umumnya baru selesai pada usia 16–18 tahun dan dilanjutkan
dengan pematangan pertumbuhan rongga panggul beberapa tahun setelah pertumbuhan
linier selesai. Pertumbuhan linier belum sempurna sampai usia 18 tahun, dan masa tulang
maksimal belum tercapai hingga usia 25 tahun, sementara perkembangan rongga panggul
baru maksimal setelah titik pertumbuhan tinggi badan telah berhenti antara 18 sampai
usia 22 tahun.
Telah disebutkan bahwa banyak faktor-faktor yang menyebabkan kelahiran prematur, yaitu
: nutrisi yang buruk, pecandu alkohol, perokok, infeksi, ketuban pecah prematur, multipel
gestasi, gangguan koagulasi, solusio plasenta. Faktor2 tersebut terjadi karena adanya
inflamasi pada plasenta yang diinduksi oleh proinflamatory cytokines sehingga terjadi
gangguan pada fetus yang disebabkan innate immune system.
Suatu mekanisme imunologi yang menjaga agar fetus dalam keadaan aman adalah dengan
meregulasi kadar cytokine pada plasenta. Beberapa literatur menyebutkan bahwa produksi
proinflamatory cytokines yang berlebihan pada plasenta , seperti Interleukin (IL)-1ß , Tumor
Necrosis Factor (TNF)-a , dan Interferon (IFN)-g sangat berbahaya pada kehamilan.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa IL-10 yang terdapat pada plasenta merupakan
cytokine yang penting karena dapat menekan produksi proinflamatory cytokines yang
diproduksi sel lain.
Imunomodulator yang berperan pada pertahanan fetus adalah progesteron yang terdapat
pada plasenta dengan cara menghambat mitogen-stimulated lymphocyte proliferation ,
meningkatkan survival time, mengatur produksi antibodi, menurunkan produksi monosit
yang berlebihan, mengurangi produksi proinflamatory cytokines oleh makrofag yang
merupakan hasil produksi bakteri dan perubahan sekresi cytokines dari T-cell ke IL-10.
Mekanisme tentang peran progesteron sebagai imunomodulator pada jaringan reproduksi
masih belum jelas tapi terlibat secara langsung dan tidak langsung pada proses immune cell.
Gambar.1. Alur biokimia terjadinya kelahiran prematur. ( Dikutip dari Peltier.RM.
Immunology of term and preterm labor. In: Reproductive Biology and Endocrinology 2003)

d. Bagaimana fisiologi janin pada usia kehamilan 8 bulan? (dibandingkan dengan janin
aterm)
Perkembangan janin pada udia kehamilan 8 bulan, trimester 3, minggu ke -32, yaitu,
Panjang janin 42,5 cm, berat janin 1.700 gram, tinggi janin dua per tiga di atas pusat.
Simpanan lemak berkembang di bawah kulit. Janin mulai menyimpan zat besi, kalsium, dan
fosfor.Kulit merah dan bergerak aktif. Persalinan pada periode ini 5 dari 6 neonatus dapat
bertahan hidup.
2. Tidak ada riwayat hipertensi dan riwayat penyakit lain selama kehamilan
a. Bagaimana hubungan jika terdapat hipertensi pada kasus?
Tidak adanya riwayat hipertensi dapat menyingkirkan DD bahwa HMD yang terjadi bukan
akibat dari hipertensi pada ibu karena salah satu faktor resiko penyebab HMD adalah
prematuritas akibat hipertensi yang mengganggu sistem uteroplasenta. Gangguan pada
sistem uteroplasenta membuat transport nutrisi dan oksigen serta zat-zat sisa metabolik
terganggu sehingga terjadi fetal distress yang memacu terjadinya kelahiran prematuritas.
Prematuritas menyebabkan produksi surfactant pada neonatus menjadi belum sempurna.

3. Proses kelahiran berlangsung selama 30 menit dan ruptur membran terjadi satu jam sebelum
kelahiran
a. Bagaimana interpretasi dari proses persalinan pada kasus?
Rupture membrane atau pecahnya ketuban biasanya terjadi setelah serviks telah berilatasi
sempurna, kemudian kepala fetus bergerak dengan cepat masuk jalan lahir dan dengan
kekuatan tambahan dari atas, kepala terus turun melalui jalan lahir sampai akhirnya terjadi
kelahiran (kala II persalinan). Kala II ini terjadi paling cepat 1 menit pada multipara, dan
sampai 30 menit atau lebih pada primigravida.
Pada kasus ini, persalinan spontan berlangsung 30 menit, dan tergolong normal untuk
primigravida. Sebelumnya terjadi pecah ketuban 1 jam sebelum persalinan. Hal ini juga
tergolong normal. Karena pecahnya ketuban langsung diikuti oleh proses kelahiran bayi
(masuk kala II). Pecah ketuban dengan risiko terjadinya infeksi neonatus, terjadi jika
durasinya >36 jam, dan risiko sepsis meningkat linier dengan durasinya.

Persalinan preterm
Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu
(antara 20-37 minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram 11. Persalinan preterm
adalah suatu persalinan dari hasil konsepsi yang dapat hidup tetapi belum cukup bulan. Berat
janin antara 1000 sampai 2500 gram atau tua kehamilan antara 28 minggu sampai 36 minggu.
Persalinan prematur sulit diduga dan sulit dicari penyebabnya, sehingga pengobatannya sukar
diterapkan dengan pasti. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan persalinan preterm.
Umur ibu
Persalinan preterm meningkat pada usia ibu <20 dan >35 tahun, ini disebabkan karena pada
<20 tahun alat reproduksi untuk hamil belum matang sehingga dapat merugikan kesehatan ibu
maupun perkembangan dan pertumbuhan janin. Sedangkan pada umur >35 tahun juga dapat
menyebabkan persalinan prematur karena umur ibu yang sudah resiko tinggi. Insidensi
persalinan preterm akan bertambah pada usia yang terlalu tua dan terlalu muda pada saat
hamil 13. Ibu yang hamil di usia kurang dari 20 tahun, kemungkinan besar untuk mengalami
preterm. Sebab kondisi ibu belum matang, baik dalam sisi pengetahuan, psikologis,dan organ.
Masih diragukan apakah preterm ini terjadi juga pada ibu yang berusia lebih dari 35 tahun
biasanya tergantung dari penyebab persalinan preterm itu sendiri.

Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan
persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada
usia dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi
pada usia 20-30 tahun. Kematian meningkat kembali sesudah usia 20-35 tahun.
Sosial ekonomi
Insiden persalinan preterm lebih tinggi pada pasien yang status ekonominya rendah, ini
disebabkan karena masyarakat yang perekonomiannya rendah tidak dapat memenuhi gizi saat
hamil sehingga menghambat perkembangan dan pertumbuhan pada janin.
Penyakit dan penyulit yang menyertai kehamilan
a. Perdarahan Antepartum
Perdarahan antepartum meningkatkan resiko persalinan preterm, hal ini dikarenakan
perdarahan yang hebat pada ibu sehingga ibu dan janin membutuhkan penanganan
cepat supaya ibu tidak mengalami anemia dan janin tidak mengalami hipoksia. Upaya
untuk penanganan tersebut adalah melahirkan janin walaupun usia kehamilan masih
prematur.
b. Pre eklampsi
Resiko persalinan preterm pada ibu yang mengalami pre-eklampsi adalah 2,67 kali lebih
besar. Hal ini terjadi karena pre-eklampsi mempengaruhi pembuluh darah arteri yang
membawa darah menuju plasenta. Jika plasenta tidak mendapat cukup darah, maka
janin akan mengalami kekurangan oksigen dan nutrisi.
c. Ketuban pecah dini
Premature Rupture of Membrane (PROM) atau pecahnya membran prematur adalah
penyebab persalinan preterm yang paling umum. Ini bisa terjadi ketika kantung yang
berisi bayi dan cairan amniotik pecah atau menyembur sebelum waktunya untuk lahir.
Gejala utama dari PROM ini adalah keluarnya cairan dari vagina baik langsung maupun
secara perlahan-lahan.
Grandemultipara
Paritas adalah jumlah persalinan yang telah dilakukan ibu. Paritas 2-3 merupakan paritas paling
aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas lebih dari 3 mempunyai
angka kematian maternal lebih tinggi. Ibu dengan paritas rendah cenderung bayi yang
dilahirkannya tidak matur atau ada komplikasi karena merupakan pengalaman pertama
terhadap kemampuan alat reproduksi ibu dan kemungkinan akan timbul penyakit dalam
kehamilan dan persalinan.Sedangkan ibu dengan paritas tinggi (melahirkan lebih dari 3 kali)
cenderung mengalami komplikasi yang akhirnya berpengaruh pada persalinan.

Riwayat persalinan yang lalu


Setiap wanita yang telah mengalami persalina preterm pada kehamilan terdahulu memiliki
resiko 20 sampai 40 persen untuk terulang kembali. Wanita yang mempunyai riwayat pernah
melahirkan prematur satu kali mempunyai resiko empat kali lipat untuk lahir prematur pada
kehamilan berikutnya. Sedangkan yang pernah melahirkan prematur dua kali mempunyai
resiko enam kali lipat untuk melahirkan bayi prematur pada kehamilan berikutnya.

Analisis Persalinan Preterm


Bayi prematur adalah bayi dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan dengan berat
lahir kurang dari 2500 gram kapan pun bayi itu dilahirkan, baik pada minggu ke 32, 36, atau 39.
Menurut WHO bayi prematur adalah bayi yang lahir hidup sebelum usia kehamilan 37 minggu
(dihitung dari hari pertama haid terakhir) tanpa memperhatikan berat badan.

A. Klasifikasi Berdasarkan Berat Badan


Berat badan lahir rendah dikelompokkan sebagai berikut:
1. Bayi berat badan lahir amat sangat rendah, yaitu bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 1000 gram.
2. Bayi berat badan lahir sangat rendah, yaitu bayi yang lahir dengan berat badan kurang
dari 1500 gram
3. Bayi berat badan lahir cukup rendah, yaitu bayi yang lahir dengan berat badan 1500-2500
gram

B. Penyebab Terjadinya Prematuritas


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terhadap persalinan preterm dilihat dari faktor ibu
yaitu toksemia gravidarum (preeklamsia dan eklamsia), kelainan bentuk uterus (uterus
bikornis, inkompeten serviks), tumor (mioma uteri, sistoma), ibu yang menderita penyakit akut
(mis.tifus abdominalis, malaria) dan kronis (mis.TBC, jantung), trauma pada maa kehamilan
antaralain fisik (jatuh) dan psikologis (stres), usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun, ibu-ibu yang sebelumnya telah melahirkan lebih dari 4 anak dan
malnutrisi. Faktor janin yaitu kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini (KPD), cacat
bawaan, infeksi (mis. Ruberella, sifilis, toksoplasma), inkompatibilitas darah ibu dan janin
(faktor rhesus, gol. darah ABO). Faktor plasenta yaitu plasenta previa dan solutio plasenta.
C. Tanda Bayi Prematur
Tanda klinis atau penampilan bayi prematur sangat bervariasi, bergantung pada usia
kehamilan saat bayi dilahirkan. Tanda dan gejala bayi prematur yaitu umur kehamilan sama
dengan atau kurang dari 37 minggu, berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram,
panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, kuku panjangnya belum melewati ujung
jari, batas dahi dan rambut kepala tidak jelas, lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33
cm, lingkar dada sama dengan atau kurang 30 cm, rambut lanugo masih banyak, dan jaringan
lemak subkutan tipis atau kurang. Tulang rawan daun telinga belum sempurna
pertumbuhannya, sehingga seolah-olah tidak teraba tulang rawan dan daun telinga, mengilap,
telapak kaki halus, alat kelamin pada bayi laki-laki testis belum turun dan pada bayi perempuan
labia minora belum tertutup oleh labia mayora, tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif
dan pergerakannya lemah, fungsi saraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan
refleks isap, menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif, dan tangisannya lemah,
jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan lemak.masih
kurang, verniks kaseosa tidak ada atau sedikit.

D. Luaran Janin pada Bayi Kurang Bulan


Tingkat kematangan fungsi sistem organ neonatus merupakan syarat untuk dapat beradaptasi
dengan kehidupan luar rahim. Penyakit yang terjadi pada bayi prematur berhubungan dengan
belum matangnya fungsi organ-organ tubuh.Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang
belum matang, bayi prematur cenderung mengalami masalah masalah yang bervariasi. Adapun
masalah- masalah yang dapat terjadi sebagai berikut:
Pertama ialah hipotermia. Dalam kandungan bayi berada dalam suhu lingkungan yang normal
dan stabil yaitu antara 36 – 37 derajat celcius. Segera setelah bayi lahir dihadapkan pada suhu
lingkungan yang umumnya lebih rendah. Selain itu hipotermia dapat terjadi karena
pertunbuhan otot-otot yang belum cukup memadai, lemak subkutan yang sedikit, luas
permukaan tubuh relatif lebih besar dibanding dengan berat badan sehingga lebih mudah
kehilangan panas. Tanda klinis hipoternia dalah suhu tubuh dibawah normal, kulit dingin, akral
dingin, dan sianosis.
Kedua ialah sindrom gawat napas. Kesukaran pernafasan pada bayi prematur dapat
disebabkan belum sempurnanya pembentukan membran hialin surfaktan paru yang
merupakan suatu zat yang dapat menurunkan tegangan dinding alveoli paru. Tanda klinis
sindrom gawat napasadalah pernapasan cepat, sianosis perioral, merintih waktu ekspirasi dan
retraksi substernal dan interkostal.
Ketiga ialah hipoglikemi. Glukosa merupakan sumber utama energi selama masa janin. Bayi
aterm dapat mempertahankan kadar gula darah 50-60mg/dl selama 72 jam pertama,
sedangkan bayi berat badan lahir rendah dalam kadar 40 mg/dl. Hipoglikemia bila kadar gula
darah sama dengan atau kurang dari 20 mg/dl. Tanda klinisnya adalah gemetar, sianosis,
apatis, kejang, apnea intermitten, tangisan lemah, letargi, keringat dingin dan gagal jantung.
Keempat ialah perdarahan intrakranial. Pada bayi prematur pembuluh darah masih sangat
rapuh hingga mudah pecah. Perdarahan intrakranial dapat terjadi karena trauma lahir,
diseminated intravascular coagulopathy. Tanda klinisnya adalah kegagalan umum untuk
bergerak, refleks morro menurun atan tidak ada, tonus otot menurun, letargi, kejang,
kelumpuhan dan fomtanela mayor mungkin tegangdan cembung.
Kelima ialah rentan terhadap infeksi Bayi prematur mudah mendapat infeksi karena imunitas humoral
dan seluler masih kurang hingga bayi mudah menderita infeksi. Keenam ialah hiperbilirubinemia. Hal ini
dapat terjadi karena belum maturnya fungsi hepar. Kadar bilirubin normal pada bayi prematur 10 mg/dl.
Tanda klinisnya adalah sklera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut dan ekstremitas berwarna
kuning, letargi, kemampuan mengisap menurun dan kejang. Berat badan lahir bayi yang rendah yaitu
dibawah 2500gram. Perawakan bayi juga berbeda dari bayi yang lahir sesuai bulan, atau diatas 37
Bidang Hodge bidang penurunan kepala janin
Bidang Hodge adalah garis khayal dalam panggul untuk mengetahui seberapa jauh penurunan
kepala janin pada panggul. Diambil dari nama penemunya yaitu Hodge

Bidang Hodge dipelajari untuk menentukan sampai di mana bagian terendah janin turun ke
dalam panggul pada persalinan dan terdiri atas empat bidang:

1. Bidang Hodge I: bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas simfisis dan
promontorium.

2. Bidang Hodge II: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I terletak setinggi bagian bawah
simfisis.

3. Bidang Hodge III: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I dan II, terletak setinggi spina
iskiadika kanan dan kiri.

4. Bidang Hodge IV: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I, II, dan III, terletak setinggi os
koksigeus.

Anda mungkin juga menyukai