Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Penentuan Harga Orde Reaksi Penyabunan Etil Asetat dengan NaOH
Tabel 4.1. Perbandingan R2 Antara Orde 1 dan Orde 2 pada Masing-Masing Variabel
R2
Variabel
Orde 1 Orde 2
1 0.8551 0.8675
2 0.8642 0.8597
3 0.8205 0.8168
Keterangan:
 Variabel 1: Tanpa pengadukan
 Variabel 2: Pengadukan sedang
 Variabel 3: Pengadukan cepat

Reaksi yang terjadi pada percobaan penyabunan etil asetat dengan NaOH adalah:
CH3COOH + NaOH  CH3COONa + C2H5OH
Nilai konstanta kecepatan reaksi (k) dapat diperoleh dari proses reaksi secara batch.
Orde reaksi dapat dicari dengan persamaan:
-rA = k [CH3COOH] [NaOH]
-rA = k [Ca] [Cb] dimana Ca = Cb
-rA = k [Ca]2
Orde 1: -ln (Ca/Ca0) = k.t
Orde 2: 1/Ca = k.t + 1/Ca0
Sehingga dapat diperoleh hasil R2 (regresi kuadrat) dari tiap-tiap variabel seperti tabel
4.1
Regresi adalah suatu metode analisis statistik yang digunakan untuk melihat
pengaruh antara dua atau lebih variabel. Hubungan antar variabel tersebut bersifat
fungsional yang diwujudkan dalam suatu model matematis. Pada analisis regresi,
variabel dibedakan menjadi dua bagian, yaitu variabel repsons (response variable) dan
variabel bebas (independent variable). Salah satu cara melihat kelayakan model regresi

16
ialah dengan cata melihat nilai R2 dalam regresi. Semakin mendekati 1 nilai R2 maka
kesesuaian model semakin tinggi sebaliknya nilai R2 semakin rendah kecocokan model
semakin rendah. Nilai R2 merupakan nilai koefisien korelasi Pearson yang dikuadratkan.
Oleh karena itu, jika koefisien korelasi kecil maka nilai R2 juga akan kecil.
Dari data hasil percobaan trial yang ada pada tabel diatas, kondisi reaksi orde 1
didapatkan nilai regresi kuadrat 0,8551; 0,8642; dan 0,8205. Sedangkan pada kondisi
rekasi orde 2 didapatkan nilai regresi kuadrat 0,8657; 0,8597; dan 0,8168 untuk variabel
1, 2, dan 3.Dapat dilihat hasil yang menunjukkan nilai regresi kuadrat yang mendekati
satu ada pada orde reaksi 2 pada variable 1, persamaan kecepatan reaksinya sesuai
dengan reaksi stokiometrinya (elementer). (Levenspiel, O. 1999). Sedangkan pada
variabel 2 dan 3 didapat hasil regresi kuadrat yang mendekati satu pada orde
1dikarenakan reaksi berjalan secara non-elementer. Reaksi non-elemernter dapat terjadi
apabila sebuah reaksi kimia tunggal yang teramati dalam laboratorium sebenarnya
merupakan hasil atau akibat keseluruhan dari sejumlah atau serangkaian tahap atau
proses molekuler. Serangkaian tahap tersebut dinamakan mekanisme reaksi, dan setiap
tahap memiliki laju reaksi yang berbeda (Rouf Khoironi, 2016).

4.2 Perhitungan Harga Konstanta Reaksi Penyabunan Etil Asetat dengan NaOH
Table 4.2 Nilai Konstanta Reaksi (k) pada Masing-Masing Variabel
Variabel t Ca k (L/mol.menit)
0 0.041257143
1 0.038
2 0.035828571
1 3 0.035828571 0,8933
4 0.033657143
5 0.033657143
6 0.033657143
0 0.038
1 0.036914286
2 0.035828571
2 0,0442
3 0.031485714
4 0.031485714
5 0.031485714
3 0 0.035828571 0,0481

17
1 0.034742857
2 0.034742857
3 0.029314286
4 0.029314286
5 0.029314286

Berdasarkan hasil percobaan, diketahui bahwa reaksi penyabunan etil asetat dengan
NaOH merupakan reaksi orde dua. Harga konstanta reaksi (k) dapat diketahui setelah
menentukan orde reaksi dengan membuat persamaan linear dan gradien yang diperoleh
dari grafik adalah harga konstanta laju rekasi penyabunan etil asetat.
Berdasarkan referensi (Tsujukawa, 1966) didapatkan harga konstanta reaksi (k)
sebesar 0.1125 L/mol.menit pada variabel konsentrasi NaOH 0,02 N dengan kondisi
operasi pada suhu ruangan disertai dengan pengadukan dan larutan etil asetat dengan
perbandingan reaktan 1:1. Pada percobaan, larutan yang digunakan adalah larutan NaOH
dan larutan etil asetat 0.067 N. Harga konstanta reaksi (k) pada percobaan sebesar -
0,8933 L/mol.menit ; 0,0442 L/mol.menit; 0,0481 L/mol.menit. Perbedan nilai k terjadi
karena perbedaan konsentrasi reaktan awal yang digunakan pada percobaan dengan
referensi.
Pada referensi digunakan larutan NaOH yang lebih besar yaitu 0.02N, sedangkan
pada percobaan digunakan larutan NaOH 0.067 N. Maka, harga konstanta reaksi yang
diperoleh sesuai dengan teori yaitu lebih besar pada percobaan daripada referensi karena
bila konsentrasi zat pereaksi diperbesar, maka kecepatan reaksi akan meningkat. Jumlah
molekul yang bertumbukan akan bertambah, sehingga mempercepat terjadinya reaksi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa seiring penambahan konsentrasi NaOH akan terjadi
kenaikkan laju reaksi. (Elizabeth D.C., 2013)
Pada variabel 2 terjadi penurunan laju reaksi karena pemakaian NaOH dengan harga
konsentrasi yang sama dengan konsentrasi etil asetat yaitu 0,067 N serta pengadukan
yang tidak sempurna sehingga NaOH tidak tidak bereaksi dengan etil asetat secara
sempurna, sehingga didapatkan Ca yang lebih tinggi dari Cao. Hal ini sesuai dengan
perhitungan yaitu:
Untuk Ca = Cb
1 1
= 𝑘. 𝑡 +
𝐶𝑎 𝐶𝑎𝑜

18
1 1
− = 𝑘. 𝑡
𝐶𝑎 𝐶𝑎𝑜
𝐶𝑎𝑜 − 𝐶𝑎
= 𝑘. 𝑡
𝐶𝑎𝐶𝑎𝑜

4.3 Pengaruh Variabel Pengadukan Terhadap Konstanta Reaksi Penyabunan Etil


Asetat dengan NaOH
Dari tabel 4.2, diperoleh data harga konstanta reaksi (k) pada percobaan sebesar -
0,8933 L/mol.menit pada variabel tanpa pengadukan, 0,0442 L/mol.menit pada variabel
pengadukan sedang, dan 0,0481 L/mol.menit pada pengadukan cepat.
Semakin cepat pengadukan akan memperbesar frekuensi tumbukan antara molekul
zat pereaksi dengan zat yang bereaksi sehingga mempercepat reaksi. Sesuai dengan
persamaan Archenius :
k = Ae-EA/RT
Dimana : k = konstanta laju reaksi
A = frekuensi atau faktor pre-exponensial
E = energi aktivasi reaksi
R = tetapan gas ideal atau konstanta gas ideal
T = suhu
A merupakan faktor frekuensi dan merupakan ukuran probabilitas untuk terjadinya
suatu tumbukan. Jumlah frekuensi tumbukan yang semakin tinggi menyebabkan laju
reaksi akan berjalan lebih cepat dan dengan adanya pengadukan memungkinkan untuk
terjadi tumbukan yang efektif sehingga laju pembentukan produk semakin meningkat.
Semakin besar tumbukan maka semakin besar pula harga konstanta laju reaksi (k) (Arief
dkk., 2008).
Namun, pada hasil yang didapat laju reaksi umumnya mengalami penurunan. Hal ini
disebabkan kecepatan yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan pusaran atau biasa
disebut vortex yang menyebabkan NaOH tidak bereaksi dengan etil asetat secara
sempurna. Vorteks ini tidak diharapkan dalam pengadukan karena menyebabkan
penurunan kualitas pengadukan, masuknya udara ke dalam fluida, dan
tumpahnya fluida akibat kenaikan permukaan fluida (Winanti, 2012).

19
4.4 Perbandingan Hasil Percobaan Dengan Model Matematis
0.25

0.2

0.15
Ca

Ca Matematis
0.1 Ca Praktis

0.05

0
0 1 2 3 4 5 6
Waktu

Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Ca Matematis vs Ca Praktis pada Variabel Tanpa


Pengadukan

0.18
0.16
0.14
0.12
0.1
Ca

0.08 Ca Matematis
0.06 Ca Praktis
0.04
0.02
0
0 1 2 3 4 5
Waktu

Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Ca Matematis vs Ca Praktis pada Variabel Pengadukan


Sedang

20
0.18
0.16
0.14
0.12
0.1
Ca
0.08 Ca Matematis
0.06 Ca Paktis
0.04
0.02
0
0 1 2 3 4 5
Waktu

Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Ca Matematis vs Ca Praktis pada Variabel Pengadukan


Cepat
Berdasarkan grafik, dapat dilihat bahwa pada variabel pengadukan lambat, sedang,
dan cepat Ca praktis lebih kecil dari Ca matematis. Hal ini dikarenakan Ca matematis
yang diperoleh dari perhitungan matematis menggunakan metode Runge Kutta. Dipilih
metode ini karena Runge Kutta dianggap metode yang memberikan keakuratan tinggi.
Perhitungan model matematis ini tidak dipengaruhi oleh variabel-variabel percobaan
yaitu pengadukan. Sehingga diperoleh Ca matematis yang merupakan Ca ideal.
Sedangkan Ca praktis diperoleh dari percobaan dengan variabel pengadukan sehingga
keakuratannya lebih rendah dari Ca matematis. Ca matematis diperoleh dari data hasil
percobaan yang kemudian diaplikasikan ke dalam perhitungan teoritis metode Runge
Kutta. Karena hasil perhitungan k1, k2, k3, k4 adalah positif, sehingga Ca matematis
lebih besar daripada Ca praktis (Supriyanto, 2006).

21
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1. Reaksi penyabunan etil asetat dengan larutan NaOH merupakan reaksi orde 2.
2. Harga konstanta reaksi (k) sebesar 0,8933 L/mol.menit pada variabel tanpa pengadukan,
1,288 L/mol.menit pada variabel pengadukan sedang dan 1,4952 L/mol.menit pada
variabel pengadukan cepat.
3. Semakin cepat pengadukan, nilai konstanta reaksi (k) akan semakin besar.
4. Pada semua variabel, Ca pada perhitungan model matematis memiliki nilai yang relatif
lebih besar dari Ca praktis.

5.2. Saran
1. Teliti dalam pengamatan TAT.
2. Mengatur debit input dan output saat proses kontinyu harus seimbang.
3. Pengaturan pengadukan sesuai dengan variabel.
4. Debit reaktan yang masuk pada proses kontinyu harus sama.
5. Pembuatan larutan NaOH dan HCl harus sesuai dan tepat.

22
DAFTAR PUSTAKA

Fauzi, Dzulfikar Ahmad, Nayunda Bella Mahardini, Wahyu Satyo Triadi. 2016. Pengaruh
Konsentrasi Naoh Terhadap Harga Konstanta Reaksi Dan Membandingkan Ca Percobaan
Dan Ca Model Menggunakan Persamaan Matematis Jurusan Teknik Kimia, Fakultas
Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang.
Levenspiel. O., 1999. Chemical reaction Engineering 3rded, Mc. Graw Hill Book Kogakusha
Ltd, Tokyo.
Sidabutar, Elizabeth D.C., M. Nur Fainudin, M. Said. 2013. Pengaruh Rasio Reaktan dan Jumlah
Katalis Terhadap Konversi Minyak Jagung Menjadi Metil Ester. Jurnal Teknik Kimia, Nomor
1, Volume 19, Halaman 44

23

Anda mungkin juga menyukai