Disusun Oleh:
KELOMPOK 3
Muhammad Uwais A (21030117140012)
Muhammad Idham G S (21030117140013)
Stephanus Dwipa Puja R (21030117140018)
Zahra Alifia B (21030117120030)
Azka Donan E (21030117130106)
Annisa Sekar L (21030117140039)
Yusrina Nadila (21030117130144)
Kirana Maharani (21030117130149)
Muhammad Raykhan M (21030117130162)
Fajar Fuadi (21030117110002)
Devia Winisar (21030117140006)
Muhammad Fahri P (21030117140007)
Difa Saskia S (21030117140009)
Heni Mafhiroh (21030117120013)
Faizah Afaf F (21030117120015)
Gita Pusparani (21030117120016)
Nisrina Yumna H (21030117120018)
Khoirul Huda (21030117120063)
Jovita Cahyonugroho (21030117120062)
Ari Setiawan (21030117120075)
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, makalah yang berjudul “Peranan Listrk dalam Industri
Kimia” ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah
Utilitas. Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan,
masukan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada:
1. Dr. Siswo Sumardiono, S.T., M.T. selaku Kepala Departemen Teknik Kimia
Universitas Diponegoro.
2. Ir. Slamet Priyanto, M.S sebagai dosen pengampu mata kuliah Utilitas.
3. Teman dan pihak lainnya yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini.
Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai unit pendukung proses dalam
penyediaan listrik pada industri kimia. Tujuannya untuk mengkaji unit penyedia
listrik, rincian biaya, dan sistem distribusinya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, ibarat
“tiada gading yang tak retak”. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun guna perbaikan di masa yang akan datang. Akhir kata,
penulis memohon maaf dan mengucapkan banyak terima kasih. Diharapkan
makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah wawasan pembaca untuk
mengetahui peranan utilitas listrik dalam sebuah industri kimia.
Penulis
i
DAFTAR ISI
PRAKATA...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................1
1.4 Manfaat......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
2.1 Unit Pendukung Proses (Utilitas)..............................................................2
2.2 Unit Penyediaan Listrik.............................................................................2
2.3 Sistem Distribusi Tenaga Listrik...............................................................7
2.4 Aliran Listrik Tiga Fase..........................................................................15
BAB III PERMASALAHAN................................................................................21
4.1 Kesimpulan..............................................................................................25
4.2 Saran........................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
a. Listrik untuk keperluan proses
b. Listrik untuk utilitas
c. Listrik untuk penerangan dan AC
d. Listrik untuk laboratorium dan bengkel
e. Listrik untuk instrumentasi
Berikut ini merupakan contoh kebutuhan listrik dalam pabrik :
a. Listrik untuk keperluan proses
3
Diketahui
1. HP = 0.7457 KW
Power yang dibutuhkan = 25 x 0.7457 KW = 18.6425 KW
2. Listrik untuk keperluan alat kontrol dan penerangan
Listrik untuk AC diperkirakan 5000 W = 5 KW
Listrik untuk penerangan dperkirakan = 100 KW
3. Listrik untuk laboratorium dan bengkel
Listrik untuk laboratorium dan bengkel diperkirakan = 40 KW
4. Listrik untuk instrumentasi
Listrik untuk instrumentasi diperkirakan = 5 KW
Jumlah kebutuhan listrik total = 514 KW
Emergency generator yang digunakan mempunyai efffisiensi 80%
Maka input generator = 642,8629 KW
Ditetapkan input generator = 650 KW
Spesifikasi generator
Tipe = AC Generator
Kapasitas = 650 KW
Tegangan = 220/360volt
Effisiensi = 80%
2.2. Rincian Biaya untuk Tagihan Listrik
Tagihan yang harus dibayar terdiri dari:
1. Biaya pemakaian kWh
2. Biaya kelebihan pemakaian kVArh (jika ada)
3. Biaya Pemakain Trafo / Sewa Trafo (jika ada)
4. Materai
5. Pajak penerangan jalan (PPJ)
6. Biaya administrasi loket pembayaran
4
Gambar 2.1 Tabel Tarif Dasar Listrik April 2016 (Sumber: PLN Persero)
5
2. Biaya Pemakaian kWh
Biaya pemakaian merupakan biaya pemakaian energi. Dihitung
berdasarkan jumlah pemakaian selama satu periode atau satu bulan.
Untuk pelanggan tertentu, perhitungannya dikenakan sistem blok,
maksudnya untuk pemakaian sampai jumlah tertentu, yaitu 60 jam
pertama mendapat tarif murah dan selebihnya dikenakan tarif yang lebih
mahal. Ada juga pelanggan yang dikenakan tarif ganda, yaitu pada saat
WBP (Waktu Beban Puncak) antara jam 18.00 s/d 22.00 dikenakan tarif
lebih besar dari tarif LWBP (Luar Waktu Beban Puncak). Biaya
pemakaian ini adalah pemakaian LWBP + pemakaian WBP.
3. Biaya Kelebihan Pemakaian kVArh
Untuk pelanggan tertentu seperti Badan Sosial, Hotel, Mal dan Industri
dikenakan denda kelebihan kVArh, yaitu jika power factor pelanggan
kurang dari 0.85 tiap bulan, yang menyebabkan nilai kVArh tinggi. PLN
membatasi nilai dari kVArh yaitu tidak boleh lebih dari 0.62 dari total
energi (LWBP + WBP). Untuk mudahnya dapat ditulis dengan : kVArh
yang dibayar = kVArh terpakai – (0.62 x total kWh) x harga (Untuk
golongan I3 = Rp. 1033,02)
Faktor daya listrik adalah perbandingan antara daya aktif dengan daya
buta, atau dapat dirumuskan sebagai berikut :
dimana :
P = daya aktif dalam KW
S = daya buta dalam KVA
Umumnyaa faktor daya listrik ini disebut juga coshinus phi. ( cos φ ).
Beberapa istilah listrik yang perlu diketahui yang erat kaitannya dengan
faktor daya listrik antara lain :
a. Daya aktif ( P ) Daya yang timbul akibat mengalirnya arus listrik
melalui hambatan / resistor seperti lampu pijar, elemen pemanas atau
heater. Daya ini dipergunakan untuk melakukan kerja atau dengan kata
lain daya yang benar-benar digunakan sesuai dengan kebutuhan tenaga
listrik. Satuan dari daya aktif ini adalah Watt atau kilo Watt.
b. Daya reaktif ( Q ) :
6
Daya reaktif induktif Daya yang timbul akibat mengalirnya arus
listrik melalui kumparan-kumparan kawat seperti pada motor-
motor listrik, transformer, balast pada lampu neon dll.
Daya reaktif kapasitif Daya yang timbul akibat mengalirnya
arus listrik pada sebuah kapasitor. Satuan dari daya reaktif ini
adalah volt ampere reaktif ( VAR ) atau kilo volt ampere reaktif
(KVAR).
c. Daya buta ( S ) Daya buta adalah hasil perkalian antara arus dan
tegangan listrik pada suatu beban. Secara matematis dinyatakan dengan
persamaan:
S = √3 x V x I ( untuk sistem 3 phase ) dimana :
V = tegangan antar phase dari sistem, satuan volt
I = arus listrik beban, satuan ampere
S = daya buta , satuan volt ampere.
4. Biaya Pemakaian Trafo/Sewa Trafo
Adalah biaya yang dikenakan untuk pelanggan tertentu, yang tidak dapat
menyediakan trafo sendiri.
5. Materai
Biaya materai biasanya berkisar antara adalah Rp 7000- Rp 9000.
6. Pajak Penerangan Jalan (PPJ)
Adalah pajak yang dipungut Pemerintah Daerah (PEMDA) berdasarkan
peraturan daerah (PERDA) , besarnya pajak juga ditentukan oleh PERDA.
Hasil ini disetor ke kas PEMDA dan masuk sebagai penghasilan asli daerah
(PAD). Besarnya PPJ tergantung dari peraturan daerah yang berlaku,
Berdasarkan Perda Kota Semarang No.2 Tahun 2014 PPJ untuk industri
senilai 3% dari biaya total perhitungan tagihan.
2.3 Sistem Distribusi Tenaga Listrik
Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem
distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya
listrik besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen. Jadi fungsi
distribusi tenaga listrik adalah:
1) Pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat
(pelanggan)
7
2) Merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan
pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan)
dilayani langsung melalui jaringan distribusi.
Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik besar dengan
tegangan dari11 kV sampai 24 kV dinaikan tegangannya oleh gardu induk
dengan transformator penaik tegangan menjadi 70 kV ,154kV, 220kV atau
500kV kemudian disalurkan melalui saluran transmisi. Tujuan menaikkan
tegangan ialah untuk memperkecilkerugian daya listrik pada saluran
transmisi, dimana dalam hal ini kerugian dayaadalah sebanding dengan
kuadrat arus yang mengalir (I kwadrat R). Dengan dayayang sama bila nilai
tegangannya diperbesar, maka arus yang mengalir semakin kecil sehingga
kerugian daya juga akan kecil pula. Dari saluran transmisi, tegangan
diturunkan lagi menjadi 20 kV dengan transformator penurun tegangan pada
gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut
penyaluran tenaga listrik dilakukan oleh saluran distribusi primer. Dari
saluran distribusi primer inilah gardu-gardu distribusi mengambiltegangan
untuk diturunkan tegangannya dengan trafo distribusi menjadi sistem
tegangan rendah, yaitu 220/380 Volt. Selanjutnya disalurkan oleh saluran
distribusi sekunder ke konsumen-konsumen. Dengan ini jelas bahwa sistem
distribusimerupakan bagian yang penting dalam sistem tenaga listrik secara
keseluruhan.
Pada sistem penyaluran daya jarak jauh, selalu digunakan tegangan
setinggi mungkin, dengan menggunakan trafo-trafo step-up. Nilai tegangan
yang sangat tinggi ini (HV,UHV,EHV) menimbulkan beberapa konsekuensi
antara lain: berbahaya bagi lingkungan dan mahalnya harga perlengkapan-
perlengkapannya, selain menjadi tidak cocok dengan nilai tegangan yang
dibutuhkan pada sisi beban. Maka, pada daerah-daerah pusat beban
tegangan saluran yang tinggi ini diturunkan kembali dengan menggunakan
trafo-trafo step-down. Akibatnya, bila ditinjau nilai tegangannya, maka
mulai dari titik sumber hingga di titik beban, terdapat bagian-bagian saluran
yang memiliki nilai tegangan berbeda-beda.
8
Pengelompokkan Jaringan Distribusi Tenaga Listrik
9
Klasifikasi Saluran Distribusi Tenaga Listrik
Secara umum, saluran tenaga Listrik atau saluran distribusi dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
7. Menurut nilai tegangannya:
a. Saluran distribusi Primer, Terletak pada sisi primer trafo
distribusi, yaitu antara titik Sekunder trafo substation (Gardu
Induk) dengan titik primer trafo distribusi. Saluran ini
bertegangan menengah 20 kV. Jaringan listrik 70 kV atau 150
kV, jika langsung melayani pelanggan, bisa disebut jaringan
distribusi.
b. Saluran Distribusi Sekunder, Terletak pada sisi sekunder trafo
distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju
beban (Lihat Gambar 2-2)
8. Menurut bentuk tegangannya:
a. Saluran Distribusi DC (Direct Current) menggunakan sistem
tegangan searah.
b. b. Saluran Distribusi AC (Alternating Current) menggunakan
sistem tegangan bolak-balik.
9. Menurut jenis/tipe konduktornya:
a. Saluran udara, dipasang pada udara terbuka dengan bantuan
penyangga (tiang) dan perlengkapannya, dan dibedakan atas: -
Saluran kawat udara, bila konduktornya telanjang, tanpa isolasi
pembungkus. - Saluran kabel udara, bila konduktornya
terbungkus isolasi.
b. b. Saluran Bawah Tanah, dipasang di dalam tanah, dengan
menggunakan kabel tanah (ground cable).
c. Saluran Bawah Laut, dipasang di dasar laut dengan menggunakan
kabel laut(submarine cable)
10. Menurut susunan (konfigurasi) salurannya:
a. Saluran Konfigurasi horizontal, bila saluran fasa terhadap fasa
yang lain/terhadap netral, atau saluran positip terhadap negatip
(pada sistem DC) membentuk garis horisontal.
10
b. Saluran Konfigurasi Vertikal, bila saluran-saluran tersebut
membentuk garis vertikal.
11
a. Jaringan Sistem Distribusi Primer,
Sistem distribusi primer digunakan untuk menyalurkan
tenaga listrik dari gardu induk distribusi ke pusat-pusat beban.
Sistem ini dapat menggunakan saluran udara,kabel udara,
maupun kabel tanah sesuai dengan tingkat keandalan yang
diinginkan dan kondisi serta situasi lingkungan. Saluran
distribusi ini direntangkan sepanjang daerah yang akan di suplai
tenaga listrik sampai ke pusat beban.
Terdapat bermacam-macam bentuk rangkaian jaringan
distribusi primer, yaitu: - Jaringan Distribusi Radial, dengan
model: Radial tipe pohon, Radial dengan tie dan switch
pemisah, Radial dengan pusat beban dan Radial dengan
pembagian phase area. - Jaringan distribusi ring (loop), dengan
model: Bentuk open loop dan bentuk Close loop. - Jaringan
distribusi Jaring-jaring (NET) - Jaringan distribusi spindle -
Saluran Radial Interkoneksi.
b. Jaringan Sistem Distribusi Sekunder,
c. Sistem distribusi sekunder digunakan untuk menyalurkan tenaga
listrik dari gardu distribusi ke beban-beban yang ada di
konsumen. Pada sistem distribusi sekunder bentuk saluran yang
paling banyak digunakan ialah sistem radial. Sistem ini dapat
menggunakan kabel yang berisolasi maupun konduktor tanpa
isolasi. Sistem ini biasanya disebut sistem tegangan rendah yang
langsung akan dihubungkan kepada konsumen/pemakai tenaga
listrik dengan melalui peralatan-peralatan sbb:
- Papan pembagi pada trafo distribusi,
- Hantaran tegangan rendah (saluran distribusi sekunder).
- Saluran Layanan Pelanggan (SLP) (ke konsumen/pemakai)
- Alat Pembatas dan pengukur daya (kWh meter) serta fuse atau
pengaman pada pelanggan.
12
Gambar 2. Komponen Sistem Distribusi
13
(International Electrotechnical Comission), Indonesia telah mulai menyesuaikan
sistem tegangan menjadi 220/380 Volt saja, karena IEC sejak tahun 1967 sudah
tidak mencantumkan lagi tegangan 127 Volt. (IEC Standard Voltage pada
Publikasi nomor 38 tahun 1967 halaman 7 seri 1 tabel 1).
Diagram rangkaian sisi sekunder trafo distribusi terdiri dari:
1. Sistem distribusi satu fasa dengan dua kawat, Tipe ini merupakan bentuk dasar
yang paling sederhana, biasanya digunakan untuk melayani penyalur daya
berkapasitas kecil dengan jarak pendek, yaitu daerah perumahan dan
pedesaan.
2. Sistem distribusi satu fasa dengan tiga kawat, Pada tipe ini, prinsipnya sama
dengan sistem distribusi DC dengan tiga kawat, yang dalam hal ini terdapat
dua alternatif besar tegangan. Sebagai saluran “netral” disini dihubungkan
pada tengah belitan (center-tap) sisi sekunder trafo, dan diketanahkan, untuk
tujuan pengamanan personil. Tipe ini untuk melayani penyalur daya
berkapasitas kecil dengan jarak pendek, yaitu daerah perumahan dan
pedesaan.
3. Sistem distribusi tiga fasa empat kawat tegangan 120/240 Volt, Tipe ini untuk
melayani penyalur daya berkapasitas sedang dengan jarak pendek, yaitu
daerah perumahan pedesaan dan perdagangan ringan, dimana terdapat dengan
beban 3 fasa.
4. Sistem distribusi tiga fasa empat kawat tegangan 120/208 Volt.
5. Sistem distribusi tiga fasa dengan tiga kawat, Tipe ini banyak dikembangkan
secara ekstensif. Dalam hal ini rangkaian tiga fasa sisi sekunder trafo dapat
diperoleh dalam bentuk rangkaian delta (segitiga) ataupun rangkaian wye
(star/bintang). Diperoleh dua alternatif besar tegangan, yang dalam
pelaksanaannya perlu diperhatikan adanya pembagian seimbang antara ketiga
fasanya. Untuk rangkaian delta tegangannya bervariasi yaitu 240 Volt, dan
480 Volt. Tipe ini dipakai untuk melayani beban-beban industri atau
perdagangan.
6. Sistem distribusi tiga fasa dengan empat kawat, Pada tipe ini, sisi sekunder
(output) trafo distribusi terhubung star,dimana saluran netral diambil dari titik
bintangnya. Seperti halnya padasistem tiga fasa yang lain, di sini perlu
14
diperhatikan keseimbangan beban antara ketiga fasanya, dan disini terdapat
dua alternatif besar tegangan.
15
(a) Alternator Dengan Satu Putaran Lilitan Kumparan Sebagai Rotor
16
Keempat jenis generator di atas sama-sama menghasilkan
arus listrik AC satu fasa. Gambar (a) adalah sebuah generator AC
dengan kumparan kawat sebagai rotor. Nampak pada grafik
dibawahnya bahwa dengan satu putaran lilitan kumparan mampu
menghasilkan listrik AC fasa tunggal. Gambar (b) juga sama seperti
gambar (a), yakni sebuah alternator dengan kumparan sebagai rotor.
Hanya saja lilitan kumparan diperbanyak menjadi beberapa kali.
Hal ini akan menghasilkan arus listrik AC fasa tungggal dengan
frekuensi yang sama seperti gambar (a), namun memiliki nilai
voltase yang berlipat ganda sesuai dengan jumlah lilitan kumparan.
Gambar (c) dan (d) adalah generator AC tipe medan magnet
sebagai rotor, sehingga kawat kumparan didesain berada di sisi
stator. Nampak pada gambar (c), stator tersusun atas dua sisi
kumparan yang saling terhubung secara seri. Selain itu arah putaran
lilitan kumparan antara yang satu dengan yang lainnya nampak
saling berkebalikan, hal ini dikarenakan tiaptiap kumparan akan
menghadap ke medan magnet dengan kutub yang berbeda. Dengan
desain demikian akan membuat arah arus listrik yang terbangkitkan
akan selalu searah antara kumparan yang satu dengan yang lainnya.
Generator gambar (d) merupakan pengembangan dari desain
(c), dimana kumparan kawat bertambah menjadi empat kumparan
17
dan begitu pula dengan kutub magnet yang juga menjadi empat
kutub. Lilitan kumparan saling terhubung secara seri sesuai dengan
gambar di atas. Dengan desain semacam ini, untuk setiap 90o
putaran rotor, kutub voltase listrik akan berubah arah dari positif ke
negatif ataupun sebaliknya. Sehingga di setiap satu putaran rotor
akan tercipta dua gelombang penuh listrik AC. Selain itu karena
kumparan dihubungkan secara seri dan output tegangan berupa satu
fase, maka besar tegangan listrik total yang dihasilkan oleh
generator ini sebanyak empat kali tegangan yang dihasilkan oleh
masing-masing kumparan. Dengan kata lain dua kali lebih besar
dibandingkan dengan tegangan listrik yang dihasilkan oleh
generator (c).
2. Generator AC Fasa Tiga. Generator tiga fasa memiliki prinsip
kerja yang sama dengan generator satu fasa. Pembeda paling
utama adalah digunakannya tiga kumparan kawat yang saling
terhubung dengan konfigurasi khusus. Jika pada alternator satu
fasa beberapa kumparan dihubungkan secara seri akan
menghasilkan tegangan listrik AC yang lebih besar, maka pada
alternator tiga fasa koneksi antar ketiga kumparan kawat akan
menghasilkan tiga gelombang voltase listrik AC yang saling
mendahului.
18
Koneksi Antar Kumparan Pada Alternator AC
Tiga kumparan kawat, baik diposisikan sebagai rotor
ataupun stator alternator, disusun sedemikian rupa sehingga
diantara ketiganya memiliki jarak sudut 120o. Masingmasing
kumparan memiliki dua ujung kawat yang salah satu ujungnya
dihubungkan dengan ujung kawat kumparan lainnya dengan
bentuk konfigurasi delta (Δ) atau wye (Y) seperti pada gambar di
atas. Sedangkan ujung-ujung kawat kumparan lainnya berfungsi
sebagai output untuk menyalurkan energi listrik AC yang
terbangkitkan keluar generator.
19
3. Kumparan Sebagai Stator Alternator Saling Terhubung dengan
Koneksi Y
Tegangan listrik keluaran alternator AC tiga fasa
membentuk tiga buah gelombang sinus jika diproyeksikan ke
dalam sebuah grafik. Ketiga gelombang tersebut memiliki
frekuensi yang sama persis, namun saling memiliki jarak sepertiga
gelombang antara satu gelombang dengan gelombang lainnya.
Dibawah ini adalah sebuah animasi proses pembentukan
gelombang listrik AC dari sebuah alternator. Titik-titik merah,
biru, dan hijau adalah posisi dimana kumparan kawat harus
diletakan serta merepresentasikan fase satu, dua, dan tiga.
20
BAB III
PERMASALAHAN
21
1. Sebagai pencegah adanya arus langsung dari suplai jalur listrik ke jalur
peralatan elektronik.
2. Dapat mengurangi noise yang timbul dari jalur listrik.
3. Dapat mengurangi dampak tegangan transien.
Trafo Isolasi yang digunakan memiliki tiga tujuan yaitu :
1. Mencegah adanya arus langsung dari kumparan primer (dari suplai jalur
listrik) dengan kumparan sekunder (ke jalur listrik peralatan listrik).
2. Mengurangi noise yang timbul dari jalur listrik (kumparan primer).
3. Mengurangi efek tegangan transien.
22
Contoh Kasus I
Peralatan yang ingin dihitung biaya pemakaian listriknya adalah Solder
yang bermerek Hakko dengan konsumsi daya sebesar 60W dan Tegangan listrik
yang dipakainya adalah 230 Volt (label konsumsi daya listrik, seperti digambar
bawah ini).
Penyelesaiannya
Diketahui :
Tarif/kWh : Rp.832,-
Konsumsi listrik : 60W (0.06kW)
Biaya Listrik per Jam = tariff/kWh x Wattage
Biaya Listrik per Jam = Rp. 832 x 0.06 kW
Biaya Listrik per Jam = Rp. 49,94/Jam
Jika di Pabrik tersebut memiliki 20 unit Soldering Iron yang dihidupkan selama
24 Jam per hari dalam 24 hari kerja. Maka Biaya pemakaian Listrik dalam sebulan
adalah :
Contoh Kasus II
Jika di peralatan tersebut tidak tertulis Daya atau Wattage pemakaian
Listrik, maka kita dapat melakukan perhitungan Daya atau Wattage-nya
berdasarkan Voltage dan Ampere yang tertera di Peralatan tersebut.
23
Masih di Pabrik yang sama, Sebuah LCD Monitor hanya tertulis Power Rating
AC 100~240 Volt dengan pemakaian Arus Listrik sebanyak 1.5 Ampere.
Berapakah Biaya Pemakaian Listrik tersebut ?
Penyelesaiannya
Tarif / kWh : Rp. 832,-
Tegangan : 220 Voltage (karena di Indonesia, PLN mengeluarkan tegangan 220V)
Arus Listrik : 1.5A
Jika di Pabrik tersebut memiliki 5 unit LCD Monitor yang dihidupkan selama 10
Jam per hari dalam 24 hari kerja. Maka Biaya pemakaian Listrik untuk LCD
Monitor tersebut dalam sebulan adalah :
24
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Unit pendukung proses atau sering pula disebut unit utilitas
merupakan sarana penunjang proses yang diperlukan pabrik agar dapat
berjalan dengan baik. Pada umumnya, utilitas dalam pabrik proses meliputi
air, kukus (steam), dan listrik. Listrik merupakan salah salah satu unit
pendukung yang penting. Penyediaan Listrik untuk keperluan proses dapat
dari PLN maupun generator.
Untuk mengerti biaya yang diperlukan untuk memenuhi keperluan
listrik sebagai unit penyedia proses, maka perlu dibuat rincian biaya. Sistem
Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini
berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar
(Bulk Power Source) sampai ke konsumen.
4.2 Saran
Dalam perancangan sebuah pabrik, maka sangat penting untuk mengkaji
keperluan listrik dan biayanya. Oleh karena itu perlu dikaji secara rinci
keperluan listrik untuk proses.
25
DAFTAR PUSTAKA
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. 2016. Peraturan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Tentang
Tarif Tenaga Listrik yang Disediakan Oleh PT Perusahaan Listrik Negara.
Nomor 28 Tahun 2006.
Antelope, J. 2016. Macam-Macam Generator AC. Winter IT 203. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Supriyanto. 2015. Sistem Distribusi Tenaga Listrik. Dikutip dari
http://blog.unnes.ac.id/antosupri/sistem-distribusi-tenaga-listrik/. Diakses
pada tanggal 11 Mei 2019.
Nurfitri. Notosudjono, D. Machdi, A.R. 2016. Studi Perancangan Instalasi Listrik
Pada Gedung Bertingkat Onih Bogor. Program Studi Fakultas Teknik
Elektro Universitas Pakuan.
Wahyuningtyas, A. F. 2007. Perancangan Pabrik Magnesium Sulfat Dari
Magnesium Karbonat Dan Asam Sulfat Kapasitas 40.000 Ton Per
Tahun. Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
26