Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH UTILITAS

“PENYEDIAAN LISTRIK”

Disusun Oleh :

Triana Devi Sijabat NIM.21030115130127


Fithrotul Azizah NIM.21030115120099
Achmad Iqbal NIM.21030115130204
Agnes Juliana Pakpahan NIM.21030115120031
Alfin Adi Pratama NIM.21030115120105
Arif Maldini NIM.21030115130121
Erwinda Febriana NIM.21030115120039
Tissasera Isseki NIM.21030115140212
Noor Hanif Angga Putra NIM.2103011

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat dan
karunia yang diberikan-Nya sehingga makalah mengenai utilitas listrik sebagai
salah satu tugas pada mata kuliah Utilitas dapat diselesaikan dengan baik.
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Utilitas. Selain itu adalah untuk mengetahui utilitas listrik secara lebih mendalam
ditinjau dari unit penyediaan listrik, proses distribusi, dan rancangan biaya untuk
memenuhi kebutuhuhan listrik pada pabrik.
Disadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari berbagai
pihak yang membantu. Untuk itu diucapkan terima kasih kepada :

1. Dosen pengampu mata kuliah Utilitas, Bapak Ir. Slamet Priyanto yang telah
membimbing dalam penyusunan makalah;
2. Teman-teman mahasiswa teknik kimia Universitas Diponegoro
3. Berbagai pihak yang telah membantu yang tidak dapat penyusun sebutkan
satu per satu.

Dalam hal berkembangnya teknologi serta segala referensi mengenai utilitas


listrik, makalah ini kurang sempurna dalam penyusunnya, oleh karena itu kritik
dan saran ataupun tambahan yang membangun sangat diperlukan. Demikian yang
dapat disampaikan, semoga makalah ini bermanfaat bagi banyak pihak khususnya
mahasiswa Teknik Kimia Universitas Diponegoro Semarang.

Semarang, November 2017

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejak pertama kali ditemukannya listrik oleh seorang ilmuan
berkebangsaan Yunani yang bernama Thales. Kemudian listrik pun terus
berkembang sampai akhirnya seperti sekarang ini. Bisa dikatakan listrik turut
ikut membantu dalam perkembangan zaman karena hampir setiap teknologi
yang ada sekarang ini digerakkan oleh listrik. Termasuk sebagai unit
pendukung proses.
Unit pendukung proses atau sering pula disebut unit utilitas merupakan
sarana penunjang proses yang diperlukan pabrik agar dapat berjalan dengan
baik. Pada umumnya, utilitas dalam pabrik proses meliputi air, kukus (steam),
dan listrik. Penyediaan utilitas dapat dilakukan secara langsung dimana utilitas
diproduksi di dalam pabrik tersebut, atau secara tidak langsung yang diperoleh
dari pembelian ke perusahaan-perusahaan yang menjualnya.

1.2 Rumusan Masalah


Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain :
a. Apa yang dimaksud unit pendukung proses?
b. Bagaimana unit penyediaan listrik?
c. Bagaimana rincian biaya untuk keperluan listrik pada industri?
d. Bagaimana sistem distribusi tenaga listrik?

1.3 Tujuan
Tujuan makalah ini adalah mengkaji unit penyedia proses, dimana
salah satunya yaitu listri secara lebih mendalam. Selain itu juga membahas
unit penyedia, rincian biaya dan sistem distribusinya.

1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu sebagai media belajar
mengenai unit penyedia proses, yaitu listrik secara lebih mendalam.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Unit Pendukung Proses (Utilitas)

Unit pendukung proses atau sering disebut unit utilitas


merupakan bagian penting yang menunjang berlangsungnya suatu
proses dalam suatu pabrik.
Unit pendukung proses yang dibutuhkan pada pabrik meliputi:

1. Unit Penyediaan dan Pengolahan Air

Berfungsi sebagai air proses, air pendingin, air umpan boiler


dan aircsanitasi untuk air perkantoran dan air untuk
perumahan. Prosescpendinginan digunakan di Cooling Tower.
2. Unit Penyediaan Steam

Digunakan untuk proses pemanasan di reaktor, kristalizer,


evaporatorcdan Heat Exchanger.

3. Unit Penyediaan Bahan Bakar

Berfungsi menyediakan bahan bakar untuk Boiler dan Generator

4. Unit Penyediaan Listrik

Berfungsi sebagai tenaga penggerak untuk peralatan proses


maupuncpenerangan. Listrik diperoleh dari PLN dan Generator
Set sebagaiccadangan apabila PLN mengalami gangguan.
5. Unit pengolahan limbah

Berfungsi untuk mengolah limbah pabrik baik yang berupa padat,


cair maupun gas.

6. Unit Penyediaan Udara Tekan

Berfungsi sebagai penyedia udara tekan untuk menjalankan


sistem instrumentasi. Udara tekan diperlukan untuk alat
kontrol pneumatik. Alat penyediaan udara tekan berupa
kompresor dan tangki udara.
2.2 Unit Penyediaan Listrik

Unit ini berfungsi untuk memenuhi kebutuhan listrik di seluruh


area pabrik, pemenuhan kebutuhan listrik dipenuhi oleh PLN dan
sebagai cadangan adalah generator set untuk menghindari
gangguan yang mungkin terjadi pada PLN.
Kebutuhan listrik dapat dibagi:

a. Listrik untuk keperluan proses

b. Listrik untuk utilitas

c. Listrik untuk penerangan dan AC

d. Listrik untuk laboratorium dan bengkel

e. Listrik untuk instrumentasi

Berikut ini merupakan contoh kebutuhan listrik dalam pabrik:

a. Listrik untuk keperluan proses


Daya listrik memiliki satuan housepower atau HP, dimana 1 HP sama
dengan 0.7457 KW
maka power yang dibutuhkan = 109, 5 x 0.7457 KW = 81.6542 KW

b. Peralatan utilitas

Diketahui 1 HP = 0.7457 KW

1. Power yang dibutuhkan = 25 x 0.7457 KW = 18.6425 KW

2. Listrik untuk keperluan alat kontrol dan penerangan

Listrik untuk AC diperkirakan 5000 W = 5KW

Listrik untuk penerangan dperkirakan = 100 KW

3. Listrik untuk laboratorium dan bengkel

Listrik untuk laboratorium dan bengkel diperkirakan = 40 KW

4.Listrik untuk instrumentasi

Listrik untuk instrumentasi diperkirakan = 5 KW

Jumlah kebutuhan listrik total = 514 KW

Emergency generator yang digunakan mempunyai efffisiensi 80%

Maka input generator = = 642,8629 KW

Ditetapkan input generator = 650 KW


Spesifikasi generator
Tipe = AC Generator
Kapasitas = 650 KW
Tegangan = 220/360volt
Effisiensi = 80%

2.3 Rincian Biaya untuk Tagihan Listrik


Tagihan yang harus dibayar terdiri dari :
1. Biaya pemakaian kWh
2. Biaya kelebihan pemakaian kVArh (jika ada)
3. Biaya Pemakain Trafo / Sewa Trafo (jika ada)
4. Materai
5. Pajak penerangan jalan (PPJ)
6. Biaya administrasi loket pembayaran

Gambar 2.1 Tabel Harga Tarif Dasar Listrik April 2016


Sumber: PLN Persero
1. Perhitungan Jam Nyala
Jam nyala minimum yang ditetapkan PLN adalah 40 jam /bulan.
Maka bila jam nyala < jam nyala minimum, pelanggan akan
dibebankan rekening minimum dengan perhitungan Biaya rekening
minimum = Daya x Jam Nyala x LWBP
2. Biaya Pemakaian kWh
Biaya pemakaian merupakan biaya pemakaian energi.
Dihitung berdasarkan jumlah pemakaian selama satu periode atau
satu bulan. Untuk pelanggan tertentu, perhitungannya dikenakan
sistem blok, maksudnya untuk pemakaian sampai jumlah tertentu,
yaitu 60 jam pertama mendapat tarif murah dan selebihnya
dikenakan tarif yang lebih mahal. Ada juga pelanggan yang
dikenakan tarif ganda, yaitu pada saat WBP
(Waktu Beban Puncak) antara jam 18.00 s/d 22.00
dikenakan tarif lebih besar dari tarif LWBP (Luar Waktu Beban
Puncak).
Biaya pemakaian ini adalah pemakaian LWBP + pemakaian WBP.
3. Biaya Kelebihan Pemakaian kVArh
Untuk pelanggan tertentu seperti Badan Sosial, Hotel, Mal dan
Industri dikenakan denda kelebihan kVArh, yaitu jika power factor
pelanggan kurang dari 0.85 tiap bulan, yang menyebabkan nilai
kVArh tinggi. PLN membatasi nilai dari kVArh yaitu tidak boleh
lebih dari 0.62 dari total energi (LWBP + WBP). Untuk mudahnya
dapat ditulis dengan :
kVArh yang dibayar = kVArh terpakai – (0.62 x total kWh) x
harga (Untuk golongan I3 = Rp. 1033,02)

Faktor daya listrik adalah perbandingan antara daya aktif dengan


daya buta, atau dapat dirumuskan sebagai berikut :
Faktor Daya Listik = P/S
dimana :
P = daya aktif dalam KW
S = daya buta dalam KVA
Umumnyaa faktor daya listrik ini disebut juga coshinus phi(cos φ ).
Beberapa istilah listrik yang perlu diketahui yang erat kaitannya
dengan faktor daya listrik antara lain :
a. Daya aktif ( P )
Daya yang timbul akibat mengalirnya arus listrik melalui hambatan /
resistor seperti lampu pijar, elemen pemanas atau heater. Daya ini
dipergunakan untuk melakukan kerja atau dengan kata lain daya yang
benar-benar digunakan sesuai dengan kebutuhan tenaga listrik. Satuan
dari daya aktif ini adalah Watt atau kilo Watt.
b. Daya reaktif ( Q ) :
 Daya reaktif induktif

Daya yang timbul akibat mengalirnya arus listrik melalui
kumparan-kumparan kawat seperti pada motor-motor listrik,
transformer, balast pada lampu neon dll.

 Daya reaktif kapasitif

Daya yang timbul akibat mengalirnya arus listrik pada sebuah
kapasitor. Satuan dari daya reaktif ini adalah volt ampere
reaktif ( VAR ) atau kilo volt ampere reaktif (KVAR).

c. Daya buta ( S )
Daya buta adalah hasil perkalian antara arus dan tegangan listrik
pada suatu beban. Secara matematis dinyatakan dengan persamaan :
S = √3 x V x I ( untuk sistem 3phase)
dimana : V = tegangan antar phase dari sistem, satuan volt
I = arus listrik beban, satuan ampere
S = daya buta , satuan volt ampere.
4. Biaya Pemakaian Trafo/Sewa Trafo
Adalah biaya yang dikenakan untuk pelanggan tertentu, yang tidak dapat
menyediakan trafo sendiri.
5. Materai
Biaya materai biasanya berkisar antara adalah Rp 7000- Rp 9000.
6. Pajak Penerangan Jalan (PPJ)
Adalah pajak yang dipungut Pemerintah Daerah (PEMDA) berdasarkan
peraturan daerah (PERDA), besarnya pajak juga ditentukan oleh
PERDA.
Hasil ini disetor ke kas PEMDA dan masuk sebagai penghasilan
asli daerah (PAD). Besarnya PPJ tergantung dari peraturan daerah yang
berlaku, Berdasarkan Perda Kota Semarang No.2 Tahun 2014 PPJ untuk
industri senilai 3% dari biaya total perhitungan tagihan.
Contoh Soal :
1. Tuan ALI AHMAD pelanggan tarif R2 dengan daya tersambung 2200 VA.
Stand kWh - Meter yang dicatat pada akhir Pebruari 93 adalah 070016, dan yang
dicatat bulan sebelumnya adalah 069325. Berapa rekening listrik yang harus
dibayar untuk periode tersebut?
Jawab:
Pemakaian Kwh = Stand meter akhir - Stand meter yang lalu
= 70016 - 69325
= 691 kWh
1. Biaya Beban = 2200 VA x Rp. 4.020,-/kVA
= 2,2 kVA x Rp. 4.020,-/kVA
= Rp. 8.844, dibulatkan = Rp. 8.845,-
2. Biaya Pemakaian Blok I = 60 jam x 2,2 x Rp. 96,50
= 132 x Rp. 96,50
= Rp. 12.738,- dibulatkan = Rp. 12.740,-
3. Biaya Pemakaian Blok II = (Pemakaian Total - pemakaian Blok I) x Rp. 147,-
= (691 - 132) x Rp.147,-
= Rp. 82.173,- dibulatkan = Rp. 82.175,-
Biaya Beban = Biaya Pemakaian = Rp. 103.760,-
4. Pajak Penerangan Jalan = 3 % x Rp. 103.760,- = Rp. 3.115,-
5. Biaya Materai Rp. 500,-
-----------------------------------------------
Total rekening yang harus dibayar = Rp. 107.375,-
2.4 Aliran Listrik Dua Fase

Pada suatu sistem listrik AC, gelombang voltase tersebut bisa


berjumlah satu atau tiga. Jumlah satu dan tiga ini lebih familiar
digunakan di khalayak umum dibandingkan dengan angka yang
lain. Jika sistem listrik AC tersebut hanya terdapat satu
gelombang voltase, maka hal ini disebut listrik AC satu fasa.
Sedangkan jika terdapat tiga gelombang voltase maka disebut
dengan listrik AC tiga fasa.

Gambar 3. Perbedaan Gelombang Listrik AC Fasa


Tunggal dengan Tiga
Fasa Bagaimana bisa ada dua tipe arus listrik AC di
atas adalah berasal dari sumber arus listrik AC tersebut,
dalam hal ini adalah generator. Komponen generator yang
menentukan jumlah fasa yang dihasilkan tersebut adalah
kumparan kawat (armature). Jumlah dan susunan kumparan
menjadi penentu jumlah fasa yang dihasilkan oleh sebuah
generator AC. Berikut akan kita bahas lebih lanjut dua tipe
generator ini berdasarkan fasa listrik AC yang ia hasilkan.

1. Generator AC Fasa Tunggal.


Generator AC yang menghasilkan listrik fasa tunggal
adalah generator yang di dalamnya hanya memiliki satu
kumparan kawat (armature), atau beberapa kumparan kawat
yang tersusun secara seri. Untuk lebih jelasnya mari kita
perhatikan beberapa skema generator berikut.

(a) Alternator Dengan Satu Putaran Lilitan Kumparan


Sebagai Rotor

(b) Alternator Dengan Beberapa Putaran Lilitan Kumparan


Sebagai Rotor

(c) Alternator Dengan Satu Pasang Kumparan Sebagai


Stator
(a) Alternator Dengan Dua Pasang Kumparan Sebagai Stator

Keempat jenis generator di atas sama-sama menghasilkan arus


listrik AC satu fasa. Gambar (a) adalah sebuah generator AC dengan
kumparan kawat sebagai rotor. Nampak pada grafik dibawahnya
bahwa dengan satu putaran lilitan kumparan mampu menghasilkan
listrik AC fasa tunggal. Gambar (b) juga sama seperti gambar (a),
yakni sebuah alternator dengan kumparan sebagai rotor. Hanya saja
lilitan kumparan diperbanyak menjadi beberapa kali. Hal ini akan
menghasilkan arus listrik AC fasa tungggal dengan frekuensi yang
sama seperti gambar (a), namun memiliki nilai voltase yang berlipat
ganda sesuai dengan jumlah lilitan kumparan.
Gambar (c) dan (d) adalah generator AC tipe medan magnet
sebagai rotor, sehingga kawat kumparan didesain berada di sisi stator.
Nampak pada gambar (c), stator tersusun atas dua sisi kumparan yang
saling terhubung secara seri. Selain itu arah putaran lilitan kumparan
antara yang satu dengan yang lainnya nampak saling berkebalikan, hal
ini dikarenakan tiap- tiap kumparan akan menghadap ke medan
magnet dengan kutub yang berbeda. Dengan desain demikian akan
membuat arah arus listrik yang terbangkitkan akan selalu searah
antara kumparan yang satu dengan yang lainnya.
Generator gambar (d) merupakan pengembangan dari desain
(c), dimana kumparan kawat bertambah menjadi empat kumparan dan
begitu pula dengan kutub magnet yang juga menjadi empat kutub.
Lilitan kumparan saling terhubung secara seri sesuai dengan gambar
di atas. Dengan desain semacam ini, untuk setiap 90o putaran rotor,
kutub voltase listrik akan berubah arah dari positif ke negatif ataupun
sebaliknya. Sehingga di setiap satu putaran rotor akan tercipta dua
gelombang penuh listrik AC. Selain itu karena kumparan
dihubungkan secara seri dan output tegangan berupa satu fase, maka
besar tegangan listrik total yang dihasilkan oleh generator ini
sebanyak empat kali tegangan yang dihasilkan oleh masing-masing
kumparan. Dengan kata lain dua kali lebih besar dibandingkan dengan
tegangan listrik yang dihasilkan oleh generator (c).

2. Generator AC Fasa Tiga.


Generator tiga fasa memiliki prinsip kerja yang sama
dengan generator satu fasa. Pembeda paling utama adalah
digunakannya tiga kumparan kawat yang saling terhubung
dengan konfigurasi khusus. Jika pada alternator satu fasa beberapa
kumparan dihubungkan secara seri akan menghasilkan tegangan
listrik AC yang lebih besar, maka pada alternator tiga fasa
koneksi antar ketiga kumparan kawat akan menghasilkan tiga
gelombang voltase listrik AC yang saling mendahului.
Gambar 4. Koneksi Antar Kumparan Pada Alternator AC
Tiga kumparan kawat, baik diposisikan sebagai rotor
ataupun stator alternator, disusun sedemikian rupa sehingga
diantara ketiganya memiliki jarak sudut 120o. Masing- masing
kumparan memiliki dua ujung kawat yang salah satu ujungnya
dihubungkan dengan ujung kawat kumparan lainnya dengan
bentuk konfigurasi delta (Δ) atau wye (Y) seperti pada gambar di
atas. Sedangkan ujung-ujung kawat kumparan lainnya berfungsi
sebagai output untuk menyalurkan energi listrik AC yang
terbangkitkan keluar generator.

Gambar 4. Tiga Kumparan Sebagai Stator Alternator Saling


Terhubung dengan Koneksi Y

Tegangan listrik keluaran alternator AC tiga fasa


membentuk tiga buah gelombang sinus jika diproyeksikan ke
dalam sebuah grafik. Ketiga gelombang tersebut memiliki
frekuensi yang sama persis, namun saling memiliki jarak
sepertiga gelombang antara satu gelombang dengan
gelombang lainnya. Dibawah ini adalah sebuah animasi
proses pembentukan gelombang listrik AC dari sebuah
alternator. Titik-titik merah, biru, dan hijau adalah posisi
dimana kumparan kawat harus diletakan serta
merepresentasikan fase satu, dua, dan tiga.
Keluarannya dari transformator antara R&S ; R&T ; S&T =
380 V dan dinamakan 2(dua) phase, dan ini tidak umum
digunakan. "Belum ada" nya pembangkit Listrik 2 phase,
menjadikan "belum ada" nya alat-alat yang menggunakan listrik 2
phase. Sedangkan pengkategorian listrik 1 phase bila bebannya
masih rendah/kecil.
Untuk beban tinggi/besar digunakan listrik 3 phase, karena lebih
effisien. Contohnya sebagai berikut:
1.Dimensi Motor listrik 1 HP 1 phase 3 kali besarnya
dibandingkan dengan Motor listrik 1 HP 3 phase.
2.Besar Arus (Ampere) 1HP 1 phase +/- = 3.5 Ampere.
Sedangkan 1 HP 3 phase +/- = 1.2 Ampere.
3.Berdampak juga pada kabel power untuk motor 1 HP 1 phase
menjadi 3 kali lebih besar dibandingkan dengan Motor listrik 1
HP 3 phase.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Unit pendukung proses atau sering pula disebut unit utilitas


merupakan sarana penunjang proses yang diperlukan pabrik agar dapat
berjalan dengan baik. Pada umumnya, utilitas dalam pabrik proses meliputi
air, kukus (steam), dan listrik. Listrik merupakan salah salah satu unit
pendukung yang penting. Penyediaan Listrik untuk keperluan proses dapat
dari PLN maupun generator.
Untuk mengerti biaya yang diperlukan untuk memenuhi keperluan
listrik sebagai unit penyedia proses, maka perlu dibuat rincian biaya.
Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem
distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya
listrik besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen.

5.2 Saran
Dalam perancangan sebuah pabrik, maka sangat penting untuk mengkaji
keperluan listrik dan biayanya. Oleh karena itu perlu dikaji secara rinci
keperluan untuk proses.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2016. Penyesuaian Penetapan Tarif Tenaga Listrik. Dikutip dari


www.pln.co.id. Diakses pada tanggal 15 November 2017

Anonim. 2014. Macam-macam Generator AC. Dikutip dari http://artikel-


teknologi.com/macam- macam-generator-ac/3/. Diakses pada tanggal
15 November 2017
Anonim. 2015. Sistem Distribusi Tenaga Listrik. Dikutip dari
http://dunia-listrik.co.id/2008/12/sistem-distribusi-tenaga-
listrik.html. Diakses pada tanggal 15 November 2017
Wahyuningtyas, A.F. 2007. Unit Pendukung Proses. Dikutip dari
eprints.ums.ac.id/1541 9/5/BAB_IV_40_000.pdf. Diakses pada tanggal 15
November 2017

Anda mungkin juga menyukai