Anda di halaman 1dari 34

Hari/ Tanggal : Selasa/ 06 Maret 2018

Kelompok :1
Tugas :4

MAKALAH
PENGEMBANGAN EVALUASI DAN PROSES PEMBELAJARAN FISIKA
Prinsip-prinsip Assessment Literacy yang baik, Perubahan Asesmen dan
Konsekuensinya, serta Peran Kritis Asesmen Kelas

OLEH :
Nurul Fadieny
17175022

DOSEN:

Prof. Dr. Hj. FESTIYED, M.S

Dr. Hj. DJUSMAINI DJAMAS, M.Si

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA (A)


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Prinsip-
prinsip Assessment Literacy yang baik, Perubahan Asesmen dan Konsekuensinya,
serta Peran Kritis Asesmen Kelas” yang dibimbing oleh Ibu Prof. Dr. Hj. Festiyed,
M.S. dan Ibu Dr. Hj. Djusmaini Djamas, M.Si.
Makalah ditulis dengan mengambil sumber dari buku maupun dari internet dan
membuat gagasan dari beberapa sumber yang ada tersebut. Penulis berterima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian makalah ini,
sehingga tersusunlah makalah ini.
Penulis juga menyadari bahwa makalah yang penulis tulis ini masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu sangat diharapkan bagi pembaca untuk
menyampaikan saran atau kritik yang membangun demi tercapainya makalah yang
jauh lebih baik.

Padang, Maret 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan......................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan....................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI
A. Landasan Agama......................................................................... 3
B. Landasan Yuridis......................................................................... 4
C. Assessment Literacy…………………………………………………. 5
D. Perubahan Asesmen dan Konsekuensinya.................................. 12
E. Peran Kritis Asesmen Kelas......................................................... 14
BAB III PEMBAHASAN
A. Matriks Hubungan pengertian, Jenis-Jenis, Prinsip-Prinsip yang
Baik, Konsekuensi dan Perubahannya, dan Peran Kritis dalam
Kelas pada Assessment Literacy …………………………….. 19
B. Matriks Ketercapaian Tujuan Pembelajaran Fisika dikaitkan
dengan Jenis Asesmen Literasi……………………………….. 24
C. Matriks Perubahan Asesmen dan Konsekuensinya…………… 28
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................. 30
B. Saran............................................................................................ 30
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam proses pendidikan, faktor guru memegang peran penting dalam


menciptakan pembelajaran yang bermutu dan bermakna. Terdapat tiga tugas
utama guru dalam proses pembelajaran, yaitu 1) membuat persiapan
pembelajaran; 2) melaksanakan kegiatan belajar mengajar; dan 3) melakukan
evaluasi pembelajaran dan memanfaatkan umpan balik Ketiga tahapan tersebut
merupakan satu kesatuan, saling tergantung, saling berpengaruh, dan memiliki
tingkat kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Evaluasi merupakan komponen penting dari proses pembelajaran dan
telah ditetapkan standar nasional tentang tuntutan bahwa guru harus memiliki
kemampuan dalam mengevaluasi siswa. Meskipun seorang guru telah memiliki
pengetahuan dan keterampilan mengajar, pengetahuan tentang evaluasi
merupakan syarat dalam mengindikasi pembelajaran yang efektif. Kemampuan
guru dalam menilai belajar siswa akan memiliki dampak besar pada seberapa
baik siswa berhasil. Menurut Hitam dan Wiliam (1998), penilaian kelas
dilakukan secara teratur, bila dilakukan menggunakan praktek-praktek yang
sehat, memiliki hasil positif pada prestasi siswa.
NSES mendefinisikan asesmen sebagai suatu proses sistematik dan
variatif yang meliputi pengumpulan data yang berperan untuk umpan balik dalam
pendidikan. Lebih lanjut Faichhney memberikan pengertian asesmen merupakan
suatu proses yang membantu guru untuk memahami prestasi, penampilan dan
perkembangan siswa (National Research Counchil, 1996)
Evaluasi hasil belajar dalam pembelajaran lebih tepat jika dimaknai
sebagai asesmen. Asesmen merupakan proses penting karena hasilnya dapat
digunakan untuk merencanakan pengajaran, memandu belajar siswa, menentukan
tingkat/urutan, membuat perbedaan, menentukan untuk pendidikan lanjut,
pengembangan teori pendidikan, merumuskan kebijakan, mengalokasikan
sumberdaya, dan mengevaluasi kurikulum (National Research Counchil,
1996:76). Oleh karena itu asesmen perlu direncanakan, dilaksanakan, dan

1
dianalisis dengan baik sehingga berfungsi sebagaimana mestinya. Keberhasilan
asesmen sangat tergantung pada pengetahuan dan keterampilan guru dalam
memilih dan mengembangkan jenis asesmen dalam mengukur kompetensi siswa,
sehingga, pemahaman tentang prinsip dasar asesmen yang berkualitas harus
dipahami oleh guru agar dapat melakukan asesmen terhadap siswa secara tepat.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dalam makalah ini
menyajikan uraian mengenai assessment literacy, prinsip dari assessment
literacy, perubahan asesmen dan konsekuensinya, serta peran kritis dari asesmen
kelas.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan assessment literacy?


2. Apa prinsip dari assessment literacy?
3. Bagaimana perubahan asesmen dan konsekuensinya?
4. Bagaimana peran kritis dari asesmen kelas?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini, adalah :


1. Mengetahui pengertian dari assessment literacy
2. Mengetahui prinsip-prinsip dari assessment literacy
3. Mengetahui perubahan asesmen dan konsekuensinya
4. Mengetahui peran kritis dari asesmen kelas

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah :


1. Dapat dijadikan pengalaman dan bekal ilmu pengetahuan bagi pembaca
khususnya untuk tenaga pendidik kedepannya.
2. Memenuhi persyaratan untuk mengikuti mata kuliah Pengembangan Evaluasi
dan Proses Pembelajaran Fisika.

2
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Landasan Agama
Assessment dapat dikatakan sebagai alat yang digunakan untuk melihat
sejauh mana perkembangan kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik dalam
menguasai kompetensi tertentu. Inilah tugas guru dalam memantau dan
melaporkan perkembangan pada diri peserta didik. Allah berfirman dalam Surat
Al- Baqarah ayat 31

Artinya: “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-


benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu
berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang
benar orang-orang yang benar!"
Berdasarkan Surat Al-Baqarah ayat 31 tersebut, dijelaskan bahwa Allah
mengajarkan sesuatu kepada Adam, kemudian menguji kembali terhadap apa
yang telah diajarkan. Begitu juga dalam pembelajaran, setelah guru memberikan
pengetahuan kepada peserta didik, hendaknya guru tersebut juga melaksanakan
ujian untuk menguji apakah peserta didik telah paham terhadap apa yang
dipelajari atau tidak.
Selanjutnya Surat Al- Mulk ayat 2

Artinya: “(Dialah Allah) yang menjadikan mati dan hidup, supaya


Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia
Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”

3
Berdasarkan Surat Al-Mulk ayat 2 tersebut, dijelaskan bahwa Allah yang
menjadikan hidup dan mati, Allah jugalah yang akan menguji kita apakah
diantara kita lebih baik amalnya, begitu juga di dalam pembelajaran. Guru akan
menguji peserta didiknya dengan memberikan tes agar dapat mengetahui sejauh
mana kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik tersebut.

B. Landasan Yuridis
Assessment literacy adalah kemampuan untuk mengartikan penilaian
tentang apa yang siswa tahu dan apa yang bisa dilakukan siswa, bagaimana cara
menginterpretasikan hasil assessment tersebut, dan mengaplikasikan hasil
tersebut untuk mengembangkan pembelajaran siswa dan keefektifan program.
Adapun landasan yuridis mengenai asesmen literasi yaitu:
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Dalam Bab 1 Pasal 1 ayat (21) dikemukakan bahwa evaluasi pendidikan
adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan
terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.
Selanjutnya, dalam Bab XVI tentang Evaluasi, Akreditasi dan Sertifikasi, Bagian
Kesatu tentang Evaluasi, Pasal 57, dijelaskan :
a. Pasal 57 ayat (1) : Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu
pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara
pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
b. Pasal 57 ayat (2) : Evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga
pendidikan, dan program pendidikan pada jalur formal dan nonformal untuk
semua jenjang, satuan, dan jenis pendidikan.

Dipertegaskan lagi dalam pasal 58 :


a. Pasal 58 ayat (1) : Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh
pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar
peserta didik secara berkesinambungan.
b. Pasal 58 ayat (2) : Evaluasi peserta didik, satuan pendidikan, dan program
pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri secara berkala, menyeluruh,

4
transparan, dan sistemik untuk menilai pencapaian standar nasional
pendidikan.

2. Peraturan Pemerintah RI No 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan


Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan dalam Bab I tentang Ketentuan Umum :
a. Pasal 1 ayat (11): Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional
pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen
penilaian hasil belajar peserta didik.
b. Pasal 1 ayat (17) : Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.

3. Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang standar penilaian pendidikan.


Dalam hal ini, diungkapkan bahwa penilaian adalah proses pengumpulan
dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.
Dalam BAB II pasal 3 ayat 1 dinyatakan bahwa penilaian hasil peserta didik pada
pendidikan dasar dan pendidikan menengah meliputi aspek: sikap, pengetahuan
dan keterampilan. Selanjutnya tujuan penilaian dinyatakan pada BAB III pasal 4
ayat 1 yaitu untuk memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan belajar, dan
perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Kemudian pada
BAB VII pasal 14 ayat 1 menyatakan bahwa instrumen penilaian yang digunakan
oleh pendidik dalam bentuk penilaian berupa tes, pengamatan, penugasan
perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik
kompetensi dan tingkatperkembangan peserta didik.

C. Assessmen Literacy
1. Pengertian Assessment
Asesmen merupakan proses yang mencakup semua metode yang biasa
digunakan untuk mengetahui keberhasilan belajar peserta didik dengan cara
menilai untuk kerja individu peserta didik atau kelompok. Asesmen adalah
proses pengumpulan informasi dalam pembelajaran peserta didik untuk
menentukan keputusan terkait pendidikan (National Task Force, 2015). Sejalan
dengan pendapat yang telah dikemukakan, Uno dan Koni (2012) mengatakan
bahwa secara umum asesmen dapat diartikan sebagai proses untuk mendapatkan
informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk dasar pengambilan

5
keputusan tentang peserta didik, baik yang menyangkut kurikulum, program
pembelajaran, iklim sekolah maupun kebijakan sekolah. Berdasarkan pendapat
yang telah dikemukakan, disimpulkan bahwa asesmen ialah proses untuk
mendapatkan informasi dalam pembelajaran yang digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan terhadap peserta didik dengan menggunakan berbagai
metode. Dalam asesmen juga terdapat literasi yang memungkinkan guru dapat
memahami asesmen dengan baik.

2. Pengertian Literacy
Secara harfiah literasi berasal dari kata Literacy yang berarti melek
huruf/gerakan pemberantasan buta huruf. Taylor (2012) mengatakan bahwa
literasi merupakan kondisi atau kualitas yang melek huruf. Sedangkan menurut
Programme for International Student Assessment (PISA, 2006), literasi adalah
kemampuan menggunakan pengetahuan untuk mengidentifikasi permasalahan
dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti dalam rangka memahami serta
membuat keputusan. Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan,
disimpulkan bahwa literasi merupakan kualitas atau kemampuan yang melek
huruf yang menggunakan pengetahuan untuk mengidentifikasi permasalahan dan
menaruk kesimpulan berdasarkan bukti-bukti dalam rangka memahami serta
membuat keputusan

3. Pengertian Assessment Literacy


Assessment literacy merupakan kemampuan dalam memahami prinsip-
prinsip dasar asesmen yang berkualitas, dan bertindak sesuai tujuan
pembelajaran yang dirancang dengan mengupayakan penggunaan yang
seimbang berbagai asesmen alternatif. Menurut Michigan Assessment
Consortium (2015), “Assessment literacy is the set of beliefs, knowledge and
practices about assessment that lead a teacher, administrator, policymaker or
student to use assessment to improve student learning and achievement”.
Menurut Organization for Economic Cooperation and Development (OECD,
2003) asesmen literasi didefinisikan sebagai kapasitas untuk menggunakan
pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan dan menarik kesimpulan

6
berdasarkan fakta untuk memahami dan membuat keputusan dari perubahan
yang terjadi karena aktivitas manusia.
Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan, disimpulkan bahwa
assessment literacy merupakan pengetahuan tentang penilaian, mengidentifikasi
pertanyaan dan menarik kesimpulan berdasarkan fakta dan membuat keputusan
dari perubahan yang terjadi pada peserta didik. Orang yang mampu melakukan
penilaian dan memahami prinsip dasar penilaian disebut assessment literates.
Assessment literacy juga mencakup pengetahuan tentang seberapa sering
asesmen dilakukan, apa yang harus diases, dan bagaimana mempersiapkan
peserta didik untuk diases.

4. Prinsip-prinsip Assessment Literacy


Asesmen yang baik harus diperhatikan prinsip-prinsip asesmen yakni
kondisi lingkungan yang konstruktif dan positif. Prinsip-prinsip tersebut menurut
Stiggins terdiri dari:
a. Pemikiran yang jelas dan komunikasi efektif
Meskipun tingkat pencapaian sering kali diterjemahkan menjadi skor, ada dua
fakta penting yang perlu dipahami. Pertama, angka bukanlah satu-satunya
cara untuk menyatakan pencapaian. Kita dapat memanfaatkan kata-kata,
gambar, ilustrasi, contoh, dan berbagai cara lainnya. Kedua, simbol untuk
menyatakan pencapaian siswa sama bermaknanya dan sama bergunanya
dengan definisi pencapaian dan kualitas penilaian yang digunakan untuk
menghasilkannya.

b. Guru yang memegang peranan


Guru berperan mengarahkan penilaian untuk menentukan apa yang harus
dipelajari oleh siswa dan apa yang siswa rasakan berkaitan dengan penilaian
yang dilakukan. Dalam berbagai konteks pendidikan, hasil penilaian tingkat
kotamadya/kabupaten, provinsi, nasional seolah-olah dianggap sebagai satu-
satunya hasil penilaian yang menentukan. Penilaian ini bahkan tidak dapat
disamakan dengan dengan penilaian kelas yang dilakukan oleh guru,
berkaitan dengan dampaknya terhadap keadaan siswa. Gurulah yang
menentukan bagaimana bentuk interaksi yang dilakukan dengan siswanya,

7
rata-rata sebanyak satu kali setiap dua atau tiga menit (mengajukan
pertanyaan dan menginterpretasikan jawaban, mengamati kinerja siswa,
memeriksa pekerjaan rumah, menggunakan tes dan kuis). Umumnya,
penilaian dalam kelas berlangsung secara terus menerus.Dengan demikian,
jelas bahwa penilaian kelas adalah penilaian yang paling mudah dilakukan
oleh guru. Tidak perlu diragukan lagi, guru adalah pengendali sistem
penilaian yang menentukan keefektifan sekolah.

c. Siswa sebagai pengguna yang harus diperhatikan


Siswa adalah pihak yang paling memanfaatkan hasil penilaian. Melalui
penilaian kelas, mereka dapat mempelajari kinerjanya serta mempelajari
standar kualitas kinerjanya dari guru. Tidak seorang pun, selain siswa, yang
dapat memanfaatkan menggunakan hasil penilaian kelas yang dilakukan oleh
guru untuk menetapkan apa yang dapat mereka harapkan dari diri mereka
sendiri. Siswa dapat memperkirakan peluang keberhasilannya berdasarkan
kinerja yang ditunjukkan oleh hasil penilaian sebelumnya. Tidak ada satu
keputusan lain yang dapat memberikan pengaruh lebih besar pada
keberhasilan siswa.

d. Sasaran yang jelas dan sesuai


Kita tidak dapat menilai hasil pendidikan secara efektif jika kita tidak
mengetahui dan memahami apa sebenarnya nilai keluaran tersebut. Ada
berbagai jenis keluaran dari sistem pendidikan kita, mulai dari penguasaan
materi sampai kemampuan menyelesaikan masalah yang kompleks.

e. Penilaian yang baik


Penilaian yang baik merupakan suatu keharusan dalam setiap konteks
penilaian. Lima standard yang harus dipenuhi untuk mencapai penilaian yang
baik meliputi: sasaran pencapaian yang jelas, maksud/tujuan yang jelas,
metode yang sesuai, kinerja contoh yang layak, pembatasan, dan adanya
upaya untuk mencegah kesalahan pengukuran.

f. Perhatian terhadap dampak antarpersonal


Kita harus selalu berusaha melaksanakan penilaian yang baik,
mengkomunikasikan hasilnya secara hati-hati dan pribadi, dan mengantisipasi

8
hasilnya sehingga dapat mempersiapkan diri untuk memberikan dukungan
terhadap siswa yang pencapaiannya rendah. Semakin muda siswa, semakin
penting adanya bimbingan bagi mereka.

g. Penilaian sebagai pembelajaran


Penilaian dan pengajaran dapat menjadi suatu kesatuan. Potensi terbesar yang
tersimpan dalam penilaian kelas adalah kemampuannya untuk menjadikan
siswa sebagai mitra penuh dalam proses penilaian. Siswa yang mampu
mendalami sasaran pencapaian secara menyeluruh mampu secara percaya diri
melakukan evaluasi, baik terhadap hasil kerjanya sendiri maupun hasil kerja
temannya.Tantangan yang kita hadapi dalam penilaian kelas adalah
memastikan bahwa siswa memiliki seluruh informasi yang diperlukannya,
dalam bentuk yang mudah dipahami, pada waktu yang tepat sehingga dapat
digunakan secara efektif.

Asesmen yang baik hendaknya memenuhi standar spesifik asesmen


berkualitas yang terdiri dari (a) target yang jelas dan tepat; (b) tujuan asesmen
yang jelas; (c) metode yang sesuai dengan target dan tujuan; (d) penentuan
sampel yang tepat; dan (e) pencegahan atau minimalisir terhadap bias dan eror
dalam menilai. Sejalan dengan uraian yang dikemukakan, asesmen dikatakan
baik jika memenuhi pesyaratan tes:
a. Validitas; Anderson (dalam Arikunto, 2008: 65) A test is valid is measure
what it purpose to measure atau dapat artikan sebuah tes dikatakan disebut
valid, jika dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur.
b. Reliabilitas; Tes yang reliabel (dapat dipercaya), jika memberikan hasil yang
tetap apabila diteskan berkali-kali. Anderson (dalam Arikunto, 2008: 87) A
reliable measure in one that provides consistent and stable indication of the
characteristic being investigated.
c. Objektivitas; Tes yang baik harus bersifat objektif, tidak ada unsur pribadi
(subjektivitas) yang mempengaruhi. Arikunto (2008) faktor yang
mempengaruhi subjektivitas.
d. Bentuk tes; Tes yang berbentuk uraian akan memberikan peluang untuk
memberikan penilaian subjektif, oleh karena itu dalam mengvaluasi tes perlu
rentangan derajat skor dalam item soal uraian.

9
e. Penilai; Subjektivitas penilai akan dapat mempengerahi secara leluasa
terutama dalam bentuk tes uraian, seperti faktor kesan terhadap siswa,
tulisan, bahasa, kelelahan dsb, untuk menghindari hal tersebut maka penilai
dalam melakukan evaluasi pertama secara kontinuitas (terus menerus) dalam
arti bisa dilakukan lebih dari 2 kali dan komprehensip yakni menyeluruh isi
materi, aspek berpikir dan teknik tes yang diguakan.
f. Praktibilitas (Practicability); Tes dikatakan memiliki praktibilitas yang
tinggi, apabila bersifat praktis dan mudah pengadminstrasian termasuk mudah
dilaksanakan, mudah pemeriksaan dan dilengkapi petunjuk yang jelas.
g. Ekonomis; Tes yang baik tidak terlalu membutuhkan biaya yang terlalu
mahal, tenaga yang banyak dan waktu yang lama.

Assessment literacy yang baik adalah asesmen yang membantu kita


mengerti persoalan yang lebih besar, menyusun tujuan-tujuan penting,
mengumpulkan berbagai macam fakta, dan mengikutsertakan dalam diskusi
bagaimana membantu siswa menjadi pembaca, penulis, pendengar dan pembicara
yang lebih baik

5. Jenis-jenis Assessment Literacy


Assessment literacy sangat penting dimiliki oleh seorang guru yang
merupakan penilai terhadap proses pembelajaran oleh peserta didik. Oleh karena
itu guru harus mengetahui dan memahami jenis-jenis penialain apa yang akan
dia gunakan. Ada empat jenis assemen literasi yaitu:
a. Norm Referenced Test (Acuan Normatif)
Norm Referenced Test dirancang untuk memeriksa kinerja individu dalam
kaitannya dengan kinerja perwakilan kelompok. Karakteristiknya :
1) Digunakan untuk menentukan status setiap peserta didik terhadap
kemampuan peserta didik lainnya.
2) Menggunakan kriteria yang bersifat “relative”.
3) Nilai hasil dari Penilaian Acuan Normatif tidak mencerminkan tingkat
kemampuan dan penguasaan peserta didik tentang materi pengajaran
yang diteskan, tetapi hanya menunjuk kedudukan peserta didik
(peringkatnya) dalam komunitasnya (kelompoknya).

10
4) Memiliki kecenderungan untuk menggunakan rentangan tingkat
penguasaan seseorang terhadap kelompoknya, mulai dari yang sangat
istimewa sampai dengan yang mengalami kesulitan yang serius

5) Memberikan skor yang menggambarkan penguasaan kelompok

b. Criterion Referenced Test (Acuan Patokan)


Dalam pengukuran ini peserta didik dikomperasikan dengan kriteria yang
telah ditentukan terlebih dahulu dalam tujuan instruksional, bukan dengan
penampilan peserta didik yang lain. Keberhasilan dalam prosedur acuan
patokan tergantung pada penguasaaan materi atas kriteria yang telah
dijabarkan dalam item-item pertanyaan guna mendukung tujuan instruksional.
Jadi, tes acuan patokan terikat dengan tolok ukur untuk prestasi peserta didik.
Karakteristiknya:
1) Merupakan tipe pengukuran yang berfokus pada penentuan domain
tugas- belajar dengan tingkat kesulitan sejumlah item sesuai dengan tugas
pembelajaran.
2) Menekankan penggambaran tugas apa yang telah dipelajari oleh para
peserta didik. Item kesulitan sesuai dengan tugas pembelajaran, tanpa
menhilangkan item atau soal yang memiliki tingkat kesulitan rendah.
3) Lebih banyak digunakan, khususnya untuk kelas dengan tugas
pembelajaran dengan konsep atau penguasaan materi belajar.

c. Curriculum Based Assessment (Asesmen Berdasarkan Kurikulum)

Asesmen berdasarkan kurikulum adalah metode sistematis untuk menilai


keterampilan dasar akademik peserta didik dalam membaca, matematika,
ejaan dan ekspresi tertulis. Hasil dari asesmen ini nantinya akan membuat
keputusan instruksional dan memonitor kemajuan peserta didik dalam bidang
akademis tertentu. Pengukuran sering menggunakan "indikator" kinerja
peserta didik dengan menggunakan bahan yang tersedia di kelas.

d. Performance Based Assessment (Asesmen Berdasarkan Kinerja)

Asesmen berdasarkan kinerja merujuk pada jenis-jenis tugas dan situasi yang
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendemonstasikan

11
pemahaman mereka dan menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan
disposisi yang mereka miliki dalam berbagai konteks.

6. Standar Assessment Literacy


Standar assessment literacy dibedakan menjadi tiga, yaitu :
a. Disposisi, yaitu standar yang membahas tentang apa yang seharusnya
dipercayai oleh masing-masing individu dalam penilaian
b. Pengetahuan, yaitu standar yang menentukan kosakata, proses, dan
praktik tertentu yang harus dipahami oleh masing-masing individu
c. Kinerja, yaitu standar yang membahas tentang keterampilan dan
kompetensi yang harus dimantapkan oleh masing-masing individu

D. Perubahan Asesmen dan Konsekuensinya


Asesmen tradisional mengacu pada metode pengujian konvensional,
biasanya distandarisasi dan menggunakan pena dan kertas dengan beberapa jenis
pilihan, benar atau salah atau jenis uji yang sesuai. Tujuan dari asesmen
tradisional ini ialah
1. untuk mengevaluasi apakah siswa telah mempelajari materi ajar;
2. untuk menentukan apakah siswa berhasil dalam memperoleh pengetahuan
atau tidak;
3. untuk menetukan nilai untuk peserta didik;
4. untuk menentukan peringkat dan membandingkannya dengan standar atau
peserta didik lainnya
Pada asesmen tradisional, penilaian terpisah dari proses pembelajaran.
Tes biasanya dilakukan setelah diterimanya instruksi untuk mengevaluasi apakah
siswa telah berhasil mempelajari pengetahuan yang diberikan atau tidak.
Asesmen tradisional hanya menilai pengetahuan peserta didik saja, dan untuk
menseleksi peserta didik yang berhasil memperoleh pengetahuan dengan yang
tidak. Guru dalam asesmen tradisional berperan sebagai pengajar peserta didik
dan peserta didik sendiri, dalam penilaian tradisional hanya dinilai oleh guru.
Oleh karena itu, asesmen tradisional dilakukan perubahan menjadi asesmen yang
baru dimana pada asesmen ini, tidak hanya dapat mengukur pengetahuan peserta
didik saja, tetapi juga dapat mengukur keterampilan, analisis, dan pemecahan

12
masalah oleh peserta didik. Salah satu asesmen yang digunakan ialah authentic
assessment (asesmen autentik).
Penilaian autentik mengacu pada penilaian dimana siswa diminta untuk
melakukan tugas secara nyata yang menunjukkan penerapan bermakna dari apa
yang telah mereka pelajari. Tujuan dari penilaian autentik ini ialah:
1. untuk mengukur kemahiran siswa dengan meminta mereka melakukan tugas
nyata;
2. untuk memberi siswa banyak cara untuk belajar dan menunjukkan yang
terbaik dari apa yang telah mereka pelajari;
3. untuk membimbing instruksi;
4. untuk memberikan umpan balik dan membantu siswa mengelola
pembelajaran mereka sendiri;
5. untuk juga mengevaluasi kompetensi siswa

Penilaian autentik memberikan bukti langsung tentang pembelajaran/


kompetensi; demonstrasi langsung pengetahuan dan keterampilan dengan
melakukan tugas yang relevan. Peran guru pada penilaian ini ialah
mendefinisikan hasil pembelajaran, mengajar, melaksanakan penilaian utama.
Sedangkan peran peserta didik dalam penilaian autentik ini ialah menilai diri
sendiri dan teman. Artinya dalam penilaian autentik ini, peserta didik terlibat
dalam pembelajaran dan penilaian.

Berdasarkan National Science Education Standard in the United States


(National Research Council, 1996: 100) perubahan fokus yang terjadi pada
standar penilaian adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Perubahan Fokus yang Terjadi Pada Standar Penilaian Berdasarkan


National Science Education Standard In The United States
Hal yang Dikurangi Hal yang Diutamakan
Menilai yang mudah diukur Menilai yang paling berharga
Menilai pengetahuan yang memiliki ciri Menilai pengetahuan yang kaya dan
yang jelas berstruktur baik
Menilai pengetahuan yang bersifat ilmiah Menilai pemahaman dan pemikiran
ilmiah
Menilai untuk mempelajari apa yang Menilai untuk mempelajari apa yang
tidak dipahami peserta didik dipahami peserta didik

13
Hal yang Dikurangi Hal yang Diutamakan
Hanya melakukan penilaian atas Menilai pencapaian dan peluang untuk
pencapaian belajar
Penilaian akhir dilakukan oleh guru Peserta didik terlibat dalam penilaian
yang sedang berlangsung atas hasil
kerjanya dan hasil kerja temannya
Pengembangan penilaian eksternal hanya Guru terlibat dalam pengembangan
oleh ahli penilaian eksternal

E. Peran Kritis Asesmen dalam Kelas

Penilaian kelas pada dasarnya merupakan rangkaian kegiatan pendidik


yang terkait dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau
hasil belajar peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran. Untuk
kepentingan itu dilakukan pengumpulan data sebagai informasi akurat untuk
pengambilan keputusan. Pengumpulan data dengan prosedur dan alat penilaian
yang sesuai dengan kompetensi dasar atau indikator yang akan dinilai yang
dalam subunit terdahulu kita sebut dengan asesmen. Dari proses asesmen ini,
pendidik akan memperoleh potret atau profil kemampuan peserta didik dalam
mencapai sejumlah stkitar kompetensi dan kompetensi dasar.
Penilaian kelas merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-
langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi
melalui sejumlah bukti untuk menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta
didik, pengolahan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik.
Penilaian kelas dilaksanakan melalui berbagai teknik, seperti penilaian unjuk
kerja (performance), penilaian sikap, penilaian tertulis (paper and pencil test),
penilaian proyek, penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hasil kerja
peserta didik (portfolio), dan penilaian diri (self assessment).
Dalam pelaksanaan penilaian kelas ini pendidik akan membandingkan
hasil belajar peserta didik dalam periode waktu tertentu dengan hasil yang
dimiliki peserta didik tersebut sebelumnya atau dengan kriteria tertentu dan
sebaiknya, hasil belajar peserta didik ini tidak dibandingkan dengan peserta
didik lainnya. Pembandingan semacam ini disebut dengan penilaian acuan
patokan atau penilaian acuan kriteria. Mengapa penilaian kelas atau asesmen
berbasis kelas ini dianjurkan untuk digunakan? Alasannya adalah karena

14
penilaian kelas mempunyai beberapa keunggulan yang tidak dimiliki oleh model
asesmen yang lain (sumber Balitbang Depdiknas, 2006), seperti berikut:
1. Dalam asesmen berbasis kelas, pengumpulan data sebagai informasi
kemajuan belajar baik formal maupun informal harus selalu dilaksanakan
dalam suasana yang menyenangkan, hal ini memungkinkan adanya
kesempatan yang terbaik bagi peserta didik untuk menunjukkan apa yang
dipahami dan mampu dikerjakannya.
2. Hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik tidak untuk dibandingkan
dengan hasil belajar peserta didik lain ataupun prestasi kelompok, tetapi
dengan prestasi atau kemampuan yang dimiliki sebelumnya; atau dengan
kompetensi yang dipersyaratkan, sehingga dengan demikian peserta didik
tidak terdiskriminasi dalam klasifikasi lulus atau tidak lulus, pintar atau
bodoh, bisa masuk ranking berapa, dan sebagainya, tetapi lebih diarahkan
pada fungsi motivasi, dan bantuan agar peserta didik dapat mencapai
kompetensi yang dipersyaratkan.
3. Pengumpulan informasi dalam asesmen berbasis kelas ini harus dilakukan
dengan menggunakan variasi cara, dilakukan secara berkesinambungan
sehingga gambaran kemampuan peserta didik dapat lebih lengkap terdeteksi,
dan terpotret secara akurat.
4. Dalam pelaksanaannya peserta didik tidak sekedar dilatih memilih jawaban
yang tersedia, tetapi lebih dituntut untuk dapat mengeksplorasi dan
memotivasi diri untuk mengerahkan potensinya dalam menanggapi dan
memecahkan masalah yang dihadapi dengan caranya sendiri dan sesuai
dengan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.
5. Proses pengumpulan informasi untuk dapat menentukan ada tidaknya
kemajuan belajar yang dicapai peserta didik dan perlu tidaknya peserta didik
diberikan bantuan secara terencana, bertahap, dan berkesinambungan,
sehingga dengan demikian peserta didik diberi kesempatan memperbaiki
prestasi belajarnya, dengan pemberian bantuan dan bimbingan yang sesuai.
6. Penilaian tidak hanya dilaksanakan setelah proses belajar-mengajar (PBM)
tetapi dapat dilaksanakan ketika PBM sedang berlangsung (penilaian proses).
Hasil kerja atau karya peserta didik yang berbentuk 2 dimensi yang dapat

15
dikumpulkan dalam portofolio dan yang berbentuk 3 dimensi (produk)
terutama dihasilkan melalui PBM. Karya tersebut dapat juga bersumber atau
berasal dari berbagai kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan sekolah, kegiatan
OSIS, kegiatan lomba antar sekolah, bahkan kegiatan hobi pribadi. Dengan
demikian, penilaian kelas mengurangi dikhotomi antara PBM dan kegiatan
penilaian serta antara kegiatan intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler dan
ekstrakurikuler.
7. Kriteria penilaian karya peserta didik dapat dibahas, dikompromikan antara
guru dengan para peserta didik sebelum karya itu mulai dikerjakan; dengan
demikian peserta didik mengetahui kriteria yang akan digunakan dalam
penilaian, agar berusaha mencapai harapan (expectations) (stkitar yang
dituntut) guru, dan mendorong peserta didik untuk mengarahkan karya-karya
nya sesuai dengan kriteria yang telah disepakati.
Secara rinci tujuan Assessmen Berbasis Kelas dapat dijabarkan sebagai
berikut:
1. Dengan melakukan asesmen berbasis kelas ini pendidik dapat mengetahui
seberapa jauh peserta didik dapat mencapai tingkat pencapai kompetensi yang
dipersyaratkan, baik selama mengikuti pembelajaran dan setelah proses
pembelajaran berlangsung.
2. Saat melaksanakan asesmen ini, pendidik juga akan bisa langsung
memberikan umpan balik kepada peserta didik, sehingga tidak pelu lagi
menunda atau menunggu ulangan semester untuk bisa mengetahui kekuatan
dankelemahanny a dalam proses pencapaian kompetensi.
3. Secara terus menerus dapat melakukan pemantauan kemajuan belajar yang
dicapai setiap peserta didik, sekaligus Kita dapat mendiagnosis kesulitan
belajar yang dialami peserta didik sehingga secara tepat dapat menentukan
peserta didik mana yang perlu pengayaan dan peserta didik yang perlu
pembelajaran remedial untuk mencapai kompetensi yang dipersyaratkan.
4. Hasil pemantauan kemajuan proses dan hasil pembelajaran yang dilakukan
terus menerus tersebut juga akan dapat dipakai sebagai umpan balik untuk
memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang
digunakan, sesuai dengan kebutuhan materi dan juga kebutuhan peserta didik.

16
5. Hasil-hasil pemantauan tersebut, dapat dijadikan sebagai lkitasan untuk
memilih alternatif jenis dan model penilaian mana yang tepat untuk
digunakan pada materi tertentu dan pada mata pelajaran tertentu, yang sudah
barang tentu akan berbeda.
6. Hasil dari asesmen ini dapat pula memberikan informasi kepada orang tua
dan komite sekolah tentang efektivitas pendidikan, tidak perlu menunggu
akhir semester atau akhir tahun. Komunikasi antara pendidik, orang tua dan
komite harus dijalin dan dilakukan terus menerus sesuai kebutuhan
Fungsi Assessmen Berbasis Kelas dapat dijelaskan sebagai berikut
(Diknas, 2006):
1. Kalau tujuan pembelajaran adalah pencapaian sekitar kompetensi maupun
kompetensi dasar, maka penilaian kelas ini dapat menggambarkan
sejauhmana seorang peserta didik telah menguasai suatu kompetensi.
2. Asesmen berbasis kelas dapat berfungsi pula sebagai ikhtisar pelaksanaan
evaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta didik
memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik
untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian maupun untuk
penjurusan, dalam hal ini terkait erat dengan peran guru sebagai pendidik
sekaligus pembimbing.
3. Sejalan dengan tujuan asesmen yang telah dikemukakan di atas maka salah
satu fungsi asesmen berbasis kelas ini adalah menemukan kesulitan belajar
dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan peserta didik dan sebagai
alat diagnosis yang membantu pendidik menentukan apakah seorang peserta
didik perlu mengikuti remedial atau justru memerlukan program pengayaan.
4. Dengan demikian asesmen juga akan berfungsi sebagai upaya pendidik untuk
dapat menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang
telah dilakukan ataupun yang sedang berlangsung. Temuan ini selanjutnya
dapat digunakan sebagai dasar penentuan langkah perbaikan proses
pembelajaran berikutnya, guna peningkatan capaian hasil belajar peserta
didik.

17
5. Kesemuanya dapat dipakai sebagai kontrol bagi guru sebagai pendidik dan
semua stake holder pendidikan dalam lingkup sekolah tentang gambaran
kemajuan perkembangan proses dan hasil belajar peserta didik.

18
BAB III

PEMBAHASAN

A. Matriks Hubungan pengertian, Jenis-Jenis, Prinsip-Prinsip yang Baik, Konsekuensi dan Perubahannya, dan Peran Kritis
dalam Kelas pada Assessment Literacy

Tabel 2. Matriks Hubungan pengertian, Jenis-Jenis, Prinsip-Prinsip yang Baik, Konsekuensi dan Perubahannya, dan Peran Kritis
dalam Kelas pada Assessment Literacy
Pembeda Assesment Literacy Kesimpulan
Pengertian Assesment Assesment
 Linn dan Gronlund (1995) mengemukakan  Asesmen adalah istilah sebuah proses yang ditempuh
bahwa asesmen merupakan suatu istilah untuk mendapatkan informasi yang digunakan dalam
umum yang meliputi prosedur yang rangka membuat keputusan-keputusan mengenai para
digunakan untuk mendapatkan informasi peserta didik, kurikulum, program-program, dan
tentang belajar peserta didik (observasi, rata- kebijakan pendidikan, metode atau instrumen pendidikan
rata pelaksanaan tes tertulis) dan format lainnya oleh suatu badan, lembaga, organisasi atau
penilaian kemajuan belajar. institusi resmi yang menyelenggarakan suatu aktivitas
 Depdiknas (2005) mengemukakan bahwa tertentu.
asesmen adalah penerapan berbagai cara dan Literacy
penggunaan beragam alat asesmen untuk  Literasi adalah kemampuan menggunakan membaca dan
memperoleh informasi tentang sejauh mana menulis, atau kemampuan berkomunikasi melalui tulisan
hasil belajar peserta didik atau ketercapaian dan kata-kata untuk mengidentifikasi permasalahan dan
kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti dalam
didik rangka memahami serta membuat keputusan.
 Uno dan Koni (2012) mengatakan bahwa Assesment Literacy

19
Pembeda Assesment Literacy Kesimpulan
secara umum asesmen dapat diartikan  Assesmen literasi adalah berbagai proses/ prosedur/
sebagai proses untuk mendapatkan informasi metode yang digunakan untuk mendapatkan informasi
dalam bentuk apapun yang dapat digunakan tentang :
untuk dasar pengambilan keputusan tentang 1. Kemampuan membaca, menulis, berkomunikasi lisan
peserta didik, baik yang menyangkut dan tulisan
kurikulum, program pembelajaran, iklim 2. Kemampuan utnuk mengidentifikasi permasalahan dan
sekolah maupun kebijakan sekolah. menghasilkan kesimpulan berdasarkan bukti-bukti
Literacy 3. Sejauh mana ketercapaian kompetensi baik sikap,
 Secara harfiah literasi berasal dari kata pengetahuan dan keterampilan.
Literacy yang berarti melek huruf/gerakan
pemberantasan buta huruf.
 Menurut Programme for International
Student Assessment (PISA, 2006), literasi
adalah kemampuan menggunakan
pengetahuan untuk mengidentifikasi
permasalahan dan menarik kesimpulan
berdasarkan bukti-bukti dalam rangka
memahami serta membuat keputusan.
 Menurut Widyawatiningtyas, Literasi dapat
diartikan sebagai kemampuan untuk
membaca dan menulis, atau kemampuan
berkomunikasi melalui tulisan dan kata-kata.
Assesment Literacy
 Menurut (Stiggins,1994:8) asesmen Literasi
merupakan kemampuan dalam memahami
prinsip-prinsip dasar asesmen yang
berkualitas, dan bertindak sesuai tujuan
pembelajaran yang dirancang dengan

20
Pembeda Assesment Literacy Kesimpulan
mengupayakan penggunaan yang seimbang
berbagai asesmen alternatif.
 Menurut Organization for Economic
Cooperation and Development (OECD,
2003) asesmen literasi didefinisikan sebagai
kapasitas untuk menggunakan pengetahuan
ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan dan
menarik kesimpulan berdasarkan fakta untuk
memahami dan membuat keputusan dari
perubahan yang terjadi karena aktivitas
manusia.

 Menurut American Association for the


Advancement of Science (AAAS), asesmen
literasi adalah sebagai kapasitas untuk
menggunakan pengetahuan ilmiah,
mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan dan
untuk menarik kesimpulan berdasarkan
bukti-bukti agar dapat memahami dan
membantu membuat keputusan tentang
dunia alami dan interaksi manusia dengan
alam.
Jenis-Jenis Ada empat jenis assemen lietrasi yaitu:
 Norm Referenced Test (acuan normatif) digunakan untuk memeriksa kinerja peserta didik terhadap
kemampuan peserta didik lainnya untuk melihat kedudukan peserta didik dalam komunitasnya
 Criterion Referenced Test (acuan patokandigunakan untuk tolak ukur prestasi peserta didik
 Curriculum Based Assessment (asesmen berdasarkan kurikulum) digunakan untuk memonitor kemajuan
peserta didik dalam bidang akademis tertentu

21
Pembeda Assesment Literacy Kesimpulan
 Performance Based assessment (asesmen kinerja) digunakan untuk memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mendemontrasikan pengetahuan, keterampilan dan disposisi yang mereka miliki.
Prinsip-Prinsip Ada tujuh prinsip-prinsip Assessment Literacy yang baik, yaitu:
Assessment Literacy 1. Pemikiran yang jelas dan komunikasi efektif (Clear Thinking and Effective Communication)
yang baik 2. Guru yang memegang peranan (Teacher in Charge)
3. Siswa sebagai pengguna yang harus diperhatikan (Student as Key User)
4. Sasaran yang jelas dan sesuai (Clear and Appropriate Targets)
5. Penilaian yang baik (High-quality Assessment)
6. Perhatian terhadap dampak antarpersonal (Attention to Interpersonal Impact)
7. Penilaian sebagai pembelajaran (Assessment as Instruction)
Menurut National Science Education Standard in the United States (National Research Council, 1996: 100),
Perubahan Assesmen dan yaitu:
Konsekuensinya Hal yang Dikurangi
 Menilai yang mudah diukur
 Menilai pengetahuan yang memiliki ciri yang jelas
 Menilai pengetahuan yang bersifat ilmiah
 Menilai untuk mempelajari apa yang tidak dipahami peserta didik
 Hanya melakukan penilaian atas pencapaian
 Penilaian akhir dilakukan oleh guru
 Pengembangan penilaian eksternal hanya oleh ahli
Hal yang Diutamakan
 Menilai yang paling berharga
 Menilai pengetahuan yang kaya dan berstruktur baik
 Menilai pemahaman dan pemikiran ilmiah
 Menilai untuk mempelajari apa yang dipahami peserta didik
 Menilai pencapaian dan peluang untuk belajar
 Peserta didik terlibat dalam penilaian yang sedang berlangsung atas hasil kerjanya dan hasil kerja temannya

22
Pembeda Assesment Literacy Kesimpulan
 Guru terlibat dalam pengembangan penilaian eksternal
 Dalam asesmen berbasis kelas, pengumpulan data sebagai informasi kemajuan belajar baik formal maupun
Peran Kritis Asesmen informal harus selalu dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan.
Kelas  Hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik tidak untuk dibandingkan dengan hasil belajar peserta didik
lain.
 Pengumpulan informasi dalam asesmen berbasis kelas ini harus dilakukan dengan menggunakan variasi
cara, dilakukan secara berkesinambungan sehingga gambaran kemampuan peserta didik dapat lebih lengkap
terdeteksi, dan terpotret secara akurat.
 Dalam pelaksanaannya peserta didik tidak sekedar dilatih memilih jawaban yang tersedia, tetapi lebih
dituntut untuk dapat mengeksplorasi dan memotivasi diri untuk mengerahkan potensinya dalam menanggapi
dan memecahkan masalah yang dihadapi dengan caranya sendiri dan sesuai dengan pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki.
 Proses pengumpulan informasi untuk dapat menentukan ada tidaknya kemajuan belajar yang dicapai peserta
didik dan perlu tidaknya peserta didik diberikan bantuan secara terencana, bertahap, dan berkesinambungan,
sehingga dengan demikian peserta didik diberi kesempatan memperbaiki prestasi belajarnya, dengan
pemberian bantuan dan bimbingan yang sesuai.
 Penilaian tidak hanya dilaksanakan setelah proses pembelajaran tetapi dapat dilaksanakan ketika
pembelajaran sedang berlangsung (penilaian proses).
 Kriteria penilaian karya peserta didik dapat dibahas, dikompromikan antara guru dengan para peserta didik
sebelum karya itu mulai dikerjakan; dengan demikian peserta didik mengetahui kriteria yang akan digunakan
dalam penilaian, agar berusaha mencapai harapan (expectations) (stkitar yang dituntut) guru, dan mendorong
peserta didik untuk mengarahkan karya-karya nya sesuai dengan kriteria yang telah disepakati.

Matriks pada Tabel 2. Menjelaskan tentang dasar-dasar asesmen literasi. Jika pendidik dan calon pendidik ingin melakukan
pengembangan asesmen literasi yang bertujuan agar kualitas pendidikan di Indonesia meningkat maka harus memberikan penjelasan dari
matriks dapat disimpulkan bahwa untuk menuju kualitas pembelajaran yang baik, diperlukan sistem penilaian yang baik pula. Agar

23
penilaian dapat berfungsi dengan baik, sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka sangat perlu untuk menetapkan standar penilaian
yang akan menjadi dasar dan acuan bagi pendidik dan praktisi pendidikan dalam melakukan kegiatan penilaian.
Untuk mewujudkan hal tersebut, maka perlu kerjasama yang baik dari beberapa pihak terkait , seperti pendidik, peserta didik, dan
sekolah. Ketiga pihak tersebut memiliki peranan yang berbeda-beda sesuai dengan proporsi masing-masing. Jika masing-masing pihak
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagaimana mestinya maka akan tercipta suatu suasana yang kondusif, dinamis, dan terarah
untuk perbaikan kualitas pembelajaran melalui perbaikan sistem penilaian.

B. Matriks Ketercapaian Tujuan Pembelajaran Fisika dikaitkan dengan Jenis Asesmen Literasi

Tabel 4. Matriks Ketercapaian Tujuan Pembelajaran Fisika dikaitkan dengan Jenis Asesmen Literasi
No Tujuan Pembelajaran Jenis Asesmen Literasi yang digunakan untuk Mencapai Cara yang dilakukan untuk Mencapai
Fisika Tujuan Pembelajaran Fisika Tujuan Pembelajaran Fisika
1 Membentuk sikap Norm referenced test Berdasarkan karakteristiknya, jenis asesmen
positif terhadap fisika 1. Digunakan untuk menentukan status setiap peserta didik literasi norm referenced test cocok digunakan
dengan menyadari terhadap kemampuan peserta didik lainnya. untuk tercapainya tujuan pembelajaran fisika
keteraturan dan 2. Menggunakan kriteria yang bersifat “relative”. yaitu terbentuknya sikap positif dengan
keindahan alam semesta 3. Nilai hasil dari Penilaian Acuan Normatif tidak menyadari keteraturan dan keindahan alam
mengagungkan mencerminkan tingkat kemampuan dan penguasaan semesta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang
kebesaran Tuhan Yang peserta didik tentang materi pengajaran yang diteskan, Maha Esa karena pada jenis ini peserta didik
tetapi hanya menunjuk kedudukan peserta didik
Maha Esa diminta dapat melakukan penilaian terhadap
(peringkatnya) dalam komunitasnya (kelompoknya).
temannya terkait hal-hal religius.
2 Memupuk sikap ilmiah Norm referenced test Berdasarkan karakteristiknya, jenis asesmen
yang jujur, objetif, 1. Digunakan untuk menentukan status setiap peserta didik literasi norm referenced test cocok digunakan

24
No Tujuan Pembelajaran Jenis Asesmen Literasi yang digunakan untuk Mencapai Cara yang dilakukan untuk Mencapai
Fisika Tujuan Pembelajaran Fisika Tujuan Pembelajaran Fisika
terbuka, ulet, kritis, dan terhadap kemampuan peserta didik lainnya. untuk tercapainya tujuan pembelajaran
dapat bekerjasama 2. Menggunakan kriteria yang bersifat “relative”. memupuk sikap ilmiah yang jujur, objetif,
dengan orang lain. 3. Nilai hasil dari Penilaian Acuan Normatif tidak terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerjasama
mencerminkan tingkat kemampuan dan penguasaan
dengan orang lain, dengan alasan pada jenis ini
peserta didik tentang materi pengajaran yang diteskan,
tetapi hanya menunjuk kedudukan peserta didik peserta didik diminta dapat melakukan penilaian
(peringkatnya) dalam komunitasnya (kelompoknya). terhadap temannya, yang jadi penilaian bukan
pada aspek kognitif melainkan bagaimana ia
bersikap terhadap sesamanya.
3 Mengembangkan Peformance Based Assesment Berdasarkan konteksnya, jenis asesmen literasi
pengalaman untuk Merujuk pada jenis-jenis tugas dan situasi yang memberikan Peformance Based Assesment cocok untuk
dapat merumuskan mencapai tujuan pembelajaran fisika yang
kesempatan kepada peserta didik untuk
masalah, mengajukan ke tiga. Karena pada jenis ini peserta didik
dan menguji hipotesis mendemonstasikan pemahaman mereka dan mendemonstrasikan apa yang telah mereka
melalui percobaan, menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan disposisi pahami melalui pengetahuan yang dimiliki,
merancang dan merakit dengan begitu peserta didik dapat
yang mereka miliki dalam berbagai konteks.
instrument percobaan, mengembangkan pengalaman dalam hal
mengumpulkan, keterampilan.
mengolah, dan
menafsirkan data, serta
mengkomunikasikan
hasil percobaan secara
lisan dan tertulis.

4 Mengembangkan 1. Criteria Referenced Test 1. Pada jenis asesmen literasi Criteria

25
No Tujuan Pembelajaran Jenis Asesmen Literasi yang digunakan untuk Mencapai Cara yang dilakukan untuk Mencapai
Fisika Tujuan Pembelajaran Fisika Tujuan Pembelajaran Fisika
kemampuan bernalar a. Merupakan tipe pengukuran yang berfokus pada Referenced Test ini yang menjadi patokan
dalam berpikir analisis penentuan domain tugas- belajar dengan tingkat bukan penampilan peserta didik melainkan
induktif dan deduktif kesulitan sejumlah item sesuai dengan tugas penguasaaan materi atas kriteria yang telah
pembelajaran. dijabarkan dalam item-item pertanyaan guna
dengan menggunakan
b. Menekankan penggambaran tugas apa yang telah mendukung tujuan instruksional, jadi jenis ini
konsep dan prinsip dipelajari oleh para peserta didik. Item kesulitan cocok untuk mencapai tujuan pembelajaran
fisika untuk sesuai dengan tugas pembelajaran, tanpa fisika yaitu mengembangkan kemampuan
menjelaskan berbagai menhilangkan item atau soal yang memiliki tingkat bernalar peserta didik.
peristiwa alam dan kesulitan rendah. 2. Jenis asesmen literasi Curriculum Based
menyelesaikan masalah c. Lebih banyak digunakan, khususnya untuk kelas Assesment dapat digunakan untuk mencapai
baik secara kualitatif dengan tugas pembelajaran dengan konsep atau tujuan pembelajaran fisika yaitu
penguasaan materi belajar. mengembangkan kemampuan bernalar siswa,
maupun kuantitatif.
2. Curriculum Based Assesment karena pada jenis ini yang di asesmen dari
Merupakan metode sistematis untuk menilai siswa adalah kemampuan dasar akademik
peserta didik baik dalam bidang membaca,
kemampuan dasar akademik peserta didik dalam
hitungan, dan lainnya. Yang mana dengan
membaca, matematika, ejaan dan ekspresi tertulis. Hasil asesmen ini dapat memonitor kemajuan
peserta didik dalam bidang akademis.
dari asesmen ini nantinya akan membuat keputusan
instruksional dan memonitor kemajuan peserta didik
dalam bidang akademis tertentu. Pengukuran sering
menggunakan "indikator" kinerja peserta didik dengan
menggunakan bahan yang tersedia di kelas.
5 Menguasai konsep dan 1. Norm referenced test 1. Pada tujuan pembelajaran fisika untuk
prinsip fisika serta 2. Curriculum Based Assesment menguasai konsep, dapat digunakan jenis

26
No Tujuan Pembelajaran Jenis Asesmen Literasi yang digunakan untuk Mencapai Cara yang dilakukan untuk Mencapai
Fisika Tujuan Pembelajaran Fisika Tujuan Pembelajaran Fisika
mempunyai Curriculum Based Assesment. Karena pada
keterampilan asesmen literasi ini akan dinilai kemampuan
mengembangkan dasar akademik peserta didik. Maka dengan
menggunakan asesmen literasi ini dapat
pengetahuan dan sikap
dilihat apakah tujuan menguasai konsep dan
percaya diri sebagai prinsip fisika telah tercapai atau belum.
bekal untuk 2. Sedangkan untuk melihat ketercapaian
melanjutkan pendidikan tujuan pembelajaran mengembangkan sikap
pada jenjang yang lebih percaya diri dapat dilihat dengan jenis
tinggi serta asesmen literasi Norm referenced test,
mengembangkan ilmu karena pada jenis ini yang dilihat adalah
sikap peserta didik, bukan aspek
pengetahuan dan
pengetahuan akademis.
teknologi.

C. Matriks Perubahan Asesmen dan Konseskuensinya

27
Tabel 4. Matriks Perubahan Asesmen dan Konsekuensinya
Modern Perubahan Penting Dalam Pandangan
Pembeda Tradisional
(Authentic Assessment) Asesmen
Pengertian Asesmen tradisional mengacu pada Penilaian autentik mengacu pada Perubahan Penting Dalam Pandangan
metode pengujian konvensional, biasanya penilaian dimana siswa diminta untuk Asesmen adalah antara lain :
distandarisasi dan menggunakan pena melakukan tugas secara nyata yang 1. Asesmen melayani fungsi pembelajaran
dan kertas dengan beberapa jenis pilihan, menunjukkan penerapan bermakna dari (instruksional) dan pertanggung
benar atau salah atau jenis uji yang sesuai apa yang telah mereka pelajari. jawaban (akuntabilitas)

28
Tujuan 1. untuk mengevaluasi apakah siswa 1. untuk mengukur kemahiran siswa 2. Informasi nilai asesmen diturunkan dari
telah mempelajari materi ajar; dengan meminta mereka melakukan konteks asesmen berskala besar dan
2. untuk menentukan apakah siswa tugas nyata; diangkat dari asesmen berbasis kelas
3. Asesmen berperan paling baik ketika
berhasil dalam memperoleh 2. untuk memberi siswa banyak cara
siswa memahami dengan baik target
pengetahuan atau tidak; untuk belajar dan menunjukkan
pencapaian hasil belajar sebelum
3. untuk menetukan nilai untuk peserta yang terbaik dari apa yang telah
penilaian dilakukan
didik; mereka pelajari;
4. Penggunaan asesmen dapat
4. untuk menentukan peringkat dan 3. untuk membimbing instruksi;
menggunakan berbagai metode, bukan
membandingkannya dengan standar 4. untuk memberikan umpan balik dan
hanya tes PG saja.
atau peserta didik lainnya membantu siswa mengelola
pembelajaran mereka sendiri;
5. untuk juga mengevaluasi
kompetensi siswa
Peranan Guru Mengajar Mendefinisikan hasil pembelajaran,
mengajar, melaksanakan penilaian
utama
Peranan Peserta Didik Dinilai Menilai diri sendiri dan teman

29
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Assessment literacy merupakan pengetahuan tentang penilaian, mengidentifikasi
pertanyaan dan menarik kesimpulan berdasarkan fakta dan membuat keputusan
dari perubahan yang terjadi pada peserta didik
2. Ada tujuh prinsip-prinsip Assessment Literacy yang baik, yaitu:
a. Pemikiran yang jelas dan komunikasi efektif
b. Guru yang memegang peranan
c. Siswa sebagai pengguna yang harus diperhatikan
d. Sasaran yang jelas dan sesuai
e. Penilaian yang baik
f. Perhatian terhadap dampak antarpersonal
g. Penilaian sebagai pembelajaran

B. Saran
Sebagai pendidik yang tidak lepas dari kegiatan asesmen maka sebaiknya
harus benar-benar memahami Assesment literacy, prinsip-prinsip assesmen,
perubahan dan konsekuensinya dan peran kritis dalam kelas. Agar penilaian
terhadap pembelajaran FISIKA di kelas dapat dilaksanakan dengan baik, setiap
pihak yang peduli terhadap kualitas sekolah dan peserta didik di negeri ini harus
berjuang bersama-sama untuk mengembangkan kemampuan menilai (assessment
literacy).

30
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi).


Jakarta: PT Bumi Aksara.

Balitbang Depdiknas. 2006. Panduan Penilaian Berbasis Kelas. Jakarta: Depdiknas

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar penilaian. Jakarta: BSNP.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Permendikbud No. 65 Tentang Standar


Proses. Jakarta: Indonesia.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Permendikbud No. 73 Tahun 2013


tentang Penerapan kerangka kualifikasi Nasional Indonesia bidang
Pendidikan Tinggi. Jakarta: Indonesia.

Michigan Assessment Consortium. 2015. Assessment Literacy Standard.


MichiganAssessmentConsortium.org

National Research Council. 1996. National Science Education Standards. America:


National Academy Press

National Task Force. 2015. Assessment Literacy Defined. Creative Commons


Attribution 4.0 International License

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2014. Permendikbud No. 4Tentang


Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi.
Jakarta: Indonesia.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2014.


Permendikbud No.49 Tahun 2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan
Tinggi. Jakarta: Indonesia.

Undang – undang. 2012. Permendikbud No. 12 Tentang Pendidikan Tinggi. Jakarta:


Indonesia.

Stiggins,R J. 1994. Student-Centered Class Room Assessment. NewYork: Macmillan


Publishing Company.

Taylor, Lynda. 2012. Developing Assessment Literacy. Britania Raya: University of


Bedforshire

https://abdao.wordpress.com/2015/07/18/traditional-vs-authentic-assessment/

Anda mungkin juga menyukai