Anda di halaman 1dari 18

Catatan Singkat MK (mahasiswa kedokteran)

serba serbi bahan ngampus dan lainnya ....

Minggu, 14 Juli 2013

>> PROMKES - RUANG LINGKUP,SASARAN,STRATEGI,DEFINISI VISI DAN MISI, DLL

PROMOSI KESEHATAN

Keadaan sehat adalah kehendak semua pihak, tidak hanya di dominasi oleh perorangan, akan tetapi juga
harus dimiliki oleh kelompok dan bahkan oleh masyarakat. Sebelum berbicara lebih luas lagi, berikut
akan dijelaskan beberapa definisi sehat itu sendiri, antara lain :

1. Sehat adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dengan berbagai
faktor yang berusaha mempengaruhinya (Perkin,1938).

2. Sehat adalah suatu keadaan sejahtera sempurna fisik, mental, dan sosial yang tidak hanya terbatas
pada bebas dari penyakit atau kelemahan saja (WHO,1947 dan UU Pokok Kesehatan No.9 tahun 1960)

3. Sehat adalah suatu keadaan dan kualitas organ tubuh yang berfungsi secara wajar dengan segala
faktor keturunan dan lingkungan yang dipunyainya (WHO,1957)

4. Sehat adalah keadaan di mana seseorang pada waktu diperiksa oleh ahlinya tidak mempunyai keluhan
atau tidak terdapat tanda-tanda penyakit atau kelainan (White,1977)

5. Sehat adalah suatu keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomi. (UU Kesehatan No.23 tahun 1992)
Sejalan dengan definisi diatas, menurut H.L. Bloem (1974) bahwa status kesehatan dipengaruhi oleh
faktor biologik, faktor perilaku, faktor lingkungan, dan faktor pelayanan kesehatan. Faktor biologik adalah
merupakan faktor yang berasal dari individu itu sendiri yang disebut juga dengan faktor keturunan.
Faktor keturunan ini, misalnya pada penyakit alergi, kelainan jiwa, dan beberapa jenis penyakit kelainan
darah.

Disamping definisi sehat, maka harus dikenal pula istilah penyakit. Definisi penyakit cukup beragam,
beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Penyakit adalah kegagalan mekanisme adaptasi suatu organisme untuk bereaksi secara tepat terhadap
rangsangan atau tekanan sehingga timbullah gangguan pada fungsi atau struktur dari bagian, organ, atau
sistem tubuh (Gold Medical-Dictionary).

2. Penyakit adalah suatu keadaan dimana proses kehidupan tidak lagi teratur atau terganggu
perjalanannya (Van Dale’s Groot Woordenboek der Nederlandse Tall).

3. Penyakit bukan hanya merupakan kelainan yang dapat dilihat dari luar, tetapi juga suatu gangguan
keteraturan fungsi-fungsi dalam tubuh (Arrest Hof te Amsterdam).

Jadi dapatlah disimpulkan bahwa penyakit merupakan suatu keadaan di mana terdapat suatu gangguan
terhadap bentuk dan fungsi tubuh sehingga berada dalam keadaan yang tidak normal. Penyakit adalah
keadaan yang bersifat obyektif, sedangkan rasa sakit adalah keadaan yang bersifat subyektif. Dengan
demikian dapat lebih dipahami bahwa pengertian penyakit tidak sama dengan rasa sakit.

Menurut Gordon dan Le Richt tahun 1950, timbul atau tidaknya penyakit pada manusia dapat
dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu :

1. Pejamu (Host), yaitu semua faktor yang terdapat dalam diri manusia yang dapat mempengaruhi
timbulnya suatu penyakit. Faktor tersebut diantaranya faktor keturunan, mekanisme imun/pertahanan
tubuh, umur, jenis kelamin, ras, status perkawinan, pekerjaan, dan kebiasaan hidup.
2. Bibit penyakit (Agent), adalah suatu substansi atau elemen tertentu yang kehadiran atau
ketidakhadirannya dapat menimbulkan atau mempengaruhi perjalanan suatu penyakit. Elemen yang
dimaksud secara sederhana dapat dikelompokkan menjadi lima macam, yaitu :

* Golongan nutrien, yaitu zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk melangsungkan fungsi
kehidupannya. Apabila seeorang mengalami kekurangan atau kelebihan dari zat gizi tersebut maka akan
timbullah penyakit-penyakit tertentu yang dapat membahayakan tubuh.

* Golongan kimia, adalah berbagai zat kimia yang ditemukan di alam (exogenous chemical substance)
dan zat kimia yang dihasilkan oleh tubuh (endogenous chemical substance). Jika tubuh terkena atau
terpapar zat kimia tertentu misalnya, logam berat, gas beracun, atau debu, akan dapat menimbulkan
beberapa penyakit tertentu.

* Golongan fisik, seperti suhu yang terlalu tinggi atau rendah, suara yang terlalu bising, kelembaban
udara, tekanan udara, radiasi, atau trauma mekanis yang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit.

* Golongan mekanik, sering digolongkan kedalam golongan fisik, namun sesungguhnya golongan ini lebih
banyak ditemukan unsur campur tangan manusia di dalamnya, misalnya kecelakaan lalu lintas, pukulan
akibat perkelahian, dan lain-lain.

* Golongan biologik, bisa berupa jasad renik atau mikroorganisme maupun bukan jasad renik yang dapat
berasal dari tumbuhan (flora) atau hewan (fauna).

Empat golongan yang pertama sering disederhanakan sebagai golongan abiotik, sedangkan golongan
terakhir sering disebut sebagai golongan biotik. Apabila penyebab penyakit yang tergolong dalam
kategori biotik, maka penyakit yang akan ditimbulkannya akan disebut sebagai penyakit infeksi yang
dapat bersifat menular maupun tidak menular.
3. Lingkungan (Environment), yaitu merupakan agregat dari seluruh kondisi dan pengaruh- pengaruh luar
yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan suatu organisasi. Peran lingkungan adalah sebagai
reservoir. Secara umum lingkungan dapat dibedakan menjadi lingkungan fisik dan lingkungan non fisik.
Lingkungan fisik adalah lingkungan alamiah yang terdapat di sekitar manusia, sedangkan lingkungan non
fisik adalah lingkungan yang muncul akibat adanya interaksi antar manusia.

Menderita penyakit karena daya tahan pejamu kurang

Setiap tahap perjalanan penyakit dapat menjadi awal bagi tahapan selanjutnya. Untuk mencegah
berjalannya penyakit ke tahapan yang lebih lanjut lagi, diperlukan pelayanan kesehatan yang
menyeluruh, yaitu pelayanan kesehatan yang meliputi usaha-usaha berikut ini :

1. Pendekatan holistik yang melaksanakan pelayanan kesehatan untuk semua aspek kehidupan pasien
yang meliputi jasmani, mental, dan sosial.

2. Melihat faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap penyakitnya, yaitu lingkungan keluarga,
lingkungan fisik, dan lingkungan sosial.

3. Memberikan pelayanan berdasarkan 5 tingkat pencegahan penyakit (five level of prevention) dari
Leavell & Clark, 1953 sesuai dengan pemanfaatannya, yaitu:

a. Promosi Kesehatan (health promotion). Pada tingkat ini dilakukan tindakan umum untuk menjaga
keseimbangan proses bibit penyakit-pejamu-lingkungan, sehingga dapat menguntungkan manusia
dengan cara meningkatkan daya tahan manusia dan memperbaiki lingkungan. Tindakan ini dilakukan
pada seseorang yang sehat. Misalnya, promosi kesehatan tentang perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS), kesehatan olahraga, dan lain sebagainya.
b. Perlindungan khusus (special protection), yaitu tindakan yang masih dimaksudkan untuk mencegah
penyakit, menghentikan proses interaksi bibit penyakit pejamu-lingkungan dalam tahap prepatogenesis,
tetapi sudah terarah pada penyakit tertentu. Tindakan ini dilakukan pada seseorang yang sehat tetapi
memiliki risiko terkena penyakit tertentu. Misalmya, Pemberian Imunisasi, Keluarga Berencana (KB)

c. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment), merupakan tindakan
menemukan penyakit sedini mungkin dan melakukan penatalaksanaan segera dengan terapi yang tepat.

d. Pembatasan cacat (disability limitation), dimana dilakukan penatalaksanaan terapi yang adekuat pada
pasien penyakit yang telah lanjut untuk mencegah penyakit menjadi lebih berat, menyembuhkan pasien
serat mengurangi kemungkinan terjadinya kecacatan yang akan timbul.

e. Rehabilitasi (rehabilitation). Tindakan ini dimaksudkan untuk mengembalikan pasien ke masyarakat


agar mereka dapat hidup dan bekerja secara wajar, atau agar tidak menjadi beban orang lain.

4. Pelayanan rujukan

SEJARAH SINGKAT PROMOSI KESEHATAN

Istilah Health Promotion (Promosi Kesehatan) sebenarnya sudah mulai dicetuskan setidaknya pada era
tahun 1986, ketika diselenggarakannya konfrensi Internasional pertama tentang Health Promotion di
Ottawa, Canada pada tahun 1965. Pada waktu itu dicanangkan ”the Ottawa Charter”, yang didalamnya
memuat definisi serta prinsip-prinsip dasar Health Promotion. Namun istilah tersebut pada waktu itu di
Indonesia belum terlalu populer seperti sekarang. Pada masa itu, istilah yang cukup terkenal hanyalah
penyuluhan kesehatan, dan disamping itu pula muncul dan populer istilah-istilah lain seperti KIE
(Komunikasi, Informasi, dan Edukasi), Social Marketing (Pemasaran Sosial), Mobilisasi Sosial dan lain
sebagainya.
Suatu ketika pada tahun 1994, Dr.Ilona Kickbush yang pada saat itu sebagai Direktur Health Promotion
WHO Headquarter Geneva datang melakukan kunjungan ke Indonesia. Sebagai seorang direktur baru ia
telah berkunjung kebeberapa negara termasuk Indonesia salah satunya. Pada waktu itu pula Kepala
Pusat Penyuluhan Kesehatan Depkes juga baru diangkat, yaitu Drs. Dachroni, MPH., yang menggantikan
Dr.IB Mantra yang telah memasuki masa purna bakti (pensiun). Dalam kunjungannya tersebut Dr.Ilona
Kickbush mengadakan pertemuan dengan pimpinan Depkes pada waktu itu baik pertemuan internal
penyuluhan kesehatan maupun eksternal dengan lintas program dan lintas sektor, termasuk FKM UI,
bahkan sempat pula Kickbush mengadakan kunjungan lapangan ke Bandung.

Dari serangkaian pertemuan yang telah dilakukan serta perbincangan selama kunjungan lapangan ke
Bandung, Indonesia banyak belajar tentang Health Promotion (Promosi Kesehatan). Barangkali karena
sangat terkesan dengan kunjungannya ke Indonesia kemudian ia menyampaikan suatu usulan. Usulan itu
diterima oleh pimpinan Depkes pada saat itu Prof. Dr. Suyudi. Kunjungan Dr. Ilona Kickbush itu kemudian
ditindaklanjuti dengan kunjungan pejabat Health Promotion WHO Geneva lainnya, yaitu Dr.Desmonal O
Byrne, sampai beberapa kali, untuk mematangkan persiapan konfrensi jakarta. Sejak itu khususnya Pusat
Penyuluhan Kesehatan Depkes berupaya mengembangkan konsep promosi kesehatan tersebut serta
aplikasinya di Indonesia.

Dengan demikian penggunaan istilah promosi kesehatan di indonesia tersebut dipicu oleh
perkembangan dunia Internasional. Nama unit Health Education di WHO baik di Hoodquarter, Geneva
maupun di SEARO, India juga sudah berubah menjadi unit Health Promotion. Nama organisasi profesi
Internasional juga mengalami perubahan menjadi International Union For Health Promotion and
Education (IUHPE). Istilah promosi kesehatan tersebut juga ternyata sesuai dengan perkembangan
pembangunan kesehatan di Indonesia sendiri, yang mengacu pada paradigma sehat.

DEFINISI PROMOSI KESEHATAN

Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang mempunyai dua
sisi, yakni sisi ilmu dan sisi seni. Dilihat dari sisi seni, yakni praktisi atau aplikasi pendidikan kesehatan
adalah merupakan penunjang bagi program-program kesehatan lain. Ini artinya bahwa setiap program
kesehatan yang telah ada misalnya pemberantasan penyakit menular/tidak menular, program perbaikan
gizi, perbaikan sanitasi lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak, program pelayanan kesehatan dan
lain sebagainya sangat perlu ditunjang serta didukung oleh adanya promosi kesehatan.
Promosi kesehatan bukanlah hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya terdapat usaha untuk
dapat memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku masyarakat. Dalam hal ini organisasi kesehatan
dunia WHO telah merumuskan suatu bentuk definisi mengenai promosi kesehatan :

“ Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and improve, their health.
To reach a state of complete physical, mental, and social, well-being, an individual or group must be able
to identify and realize aspirations, to satisfy needs, and to change or cope with the environment “.
(Ottawa Charter,1986).

Jadi, dapat disimpulkan dari kutipan tersebut diatas bahwa Promosi Kesehatan adalah proses untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu
untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka masyarakat harus
mampu mengenal serta mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi
lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya).

Selanjutnya, Australian Health Foundation merumuskan batasan lain pada promosi kesehatan sebagai
berikut :

“ Health promotion is programs are design to bring about “change”within people, organization,
communities, and their environment ”.

Artinya bahwa promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa
perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya.
Dengan demikian bahwa promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan menyangkut
pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan untuk perubahan lingkungan dan perilaku
yang menguntungkan kesehatan (Green dan Ottoson,1998). Promosi kesehatan merupakan proses
pemberdayaan masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Proses
pemberdayaan tersebut dilakukan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat; Artinya proses
pemberdayaan tersebut dilakukan melalui kelompok-kelompok potensial di masyarakat, bahkan semua
komponen masyarakat. Proses pemberdayaan tersebut juga dilakukan dengan menggunakan pendekatan
sosial budaya setempat. Proses pembelajaran tersebut juga dibarengi dengan upaya mempengaruhi
lingkungan, baik lingkungan fisik termasuk kebijakan dan peraturan perundangan.

RUANG LINGKUP PROMOSI KESEHATAN

Secara sederhana ruang lingkup promosi kesehatan diantaranya sebagai berikut :

1. Promosi kesehatan mencakup pendidikan kesehatan (health education) yang penekanannya pada
perubahan/perbaikan perilaku melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan.

2. Promosi kesehatan mencakup pemasaran sosial (social marketing), yang penekanannya pada
pengenalan produk/jasa melalui kampanye.

3. Promosi kesehatan adalah upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi) yang tekanannya pada
penyebaran informasi.

4. Promosi kesehatan merupakan upaya peningkatan (promotif) yang penekanannya pada upaya
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.

5. Promosi kesehatan mencakup upaya advokasi di bidang kesehatan, yaitu upaya untuk mempengaruhi
lingkungan atau pihak lain agar mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan (melalui upaya
legislasi atau pembuatan peraturan, dukungan suasana dan lain-lain di berbagai bidang /sektor, sesuai
keadaan).

6. Promosi kesehatan adalah juga pengorganisasian masyarakat (community organization),


pengembangan masyarakat (community development), penggerakan masyarakat (social mobilization),
pemberdayaan masyarakat (community empowerment), dll.

Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Menurut Prof.Dr. Soekidjo Notoadmodjo, ruang lingkup promosi
kesehatan dapat dilihat dari 2 dimensi yaitu: a).dimensi aspek pelayanan kesehatan, dan b).dimensi
tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan promosi kesehatan.

1. Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek Kesehatan

Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspek pokok, yakni: promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif. Sedangkan ahli lainnya membagi menjadi dua aspek, yakni :

a. Aspek promotif dengan sasaran kelompok orang sehat, dan

b. Aspek preventif (pencegahan) dan kuratif (penyembuhan) dengan sasaran kelompok orang yang
memiliki resiko tinggi terhadap penyakit dan kelompok yang sakit.

Dengan demikian maka ruang lingkup promosi kesehatan di kelompok menjadi dua yaitu :

a. Pendidikan kesehatan pada aspek promotif.


b. Pendidikan kesehatan pada aspek pencegahan dan penyembuhan.

2. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Berdasarkan Tatanan Pelaksanaan

Ruang lingkup promosi kesehatan ini dikelompokkan menjadi :

a. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga).

b. Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah.

c. Pendidikan kesehatan di tempat kerja.

d. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum.

e. Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan.

3. Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan

Pada ruang lingkup tingkat pelayanan kesehatan promosi kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima
tingkat pencegahan (five level of prevention) dari Leavel and Clark.

a. Promosi Kesehatan.

b. Perlindungan khusus (specific protection).


c. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment).

d. Pembatasan cacat (disability limitation)

e. Rehabilitasi (rehabilitation).

VISI DAN MISI PROMOSI KESEHATAN

Perhatian utama dalam promosi kesehatan adalah mengetahui visi serta misi yang jelas. Dalam konteks
promosi kesehatan “ Visi “ merupakan sesuatu atau apa yang ingin dicapai dalam promosi kesehatan
sebagai salah satu bentuk penunjang program-program kesehatan lainnya. Tentunya akan mudah
dipahami bahwa visi dari promosi kesehatan tidak akan terlepas dari koridor Undang-Undang Kesehatan
Nomor 23 tahun 1992 serta organisasi kesehatan dunia WHO (World Health Organization).

Adapun visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik
fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial.

2. Pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi
lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya dan bermuara
pada kemampuan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan individu, kelompok, maupun masyarakat.
Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya suatu upaya yang harus dilakukan dan
lebih dikenal dengan istilah “ Misi ”. Misi promosi kesehatan merupakan upaya yang harus dilakukan dan
mempunyai keterkaitan dalam pencapaian suatu visi.

Secara umum Misi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Advokasi (Advocation)

Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan kepada para penentu kebijakan
dalam rangka mendukung suatu isyu kebijakan yang spesifik. Dalam hal ini kegiatan advokasi merupakan
suatu upaya untuk mempengaruhi para pembuat keputusan (decission maker) agar dapat mempercayai
dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu mendapat dukungan melalui kebijakan
atau keputusan-keputusan.

2. Menjembatani (Mediate)

Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu kerjasama dengan program lain di
lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor yang terkait. Untuk itu perlu adanya suatu jembatan dan
menjalin suatu kemitraan (partnership) dengan berbagai program dan sektor-sektor yang memiliki
kaitannya dengan kesehatan. Karenanya masalah kesehatan tidak hanya dapat diatasi oleh sektor
kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut. Oleh
karena itu promosi kesehatan memiliki peran yang penting dalam mewujudkan kerjasama atau
kemitraan ini.

3. Kemampuan/Keterampilan (Enable)

Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan memelihara serta meningkatkan
kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan dari pemberian keterampilan kepada masyarakat adalah
dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga sehingga diharapkan dengan peningkatan ekonomi
keluarga, maka kemapuan dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan keluarga akan meningkat.

STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

Strategi merupakan cara untuk mencapai/mewujudkan visi dan misi pendidikan/promosi kesehatan
tersebut secara efektif dan efisien. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat dilakukan dalam promosi
kesehatan :

1. Strategi Global (Global Strategy)

* Advokasi (advocacy)

* Dukungan sosial (social support)

* Pemberdayaan masyarakat (empowerment)

2. Strategi Promosi Kesehatan Berdasarkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter)

Konfrensi internasional promosi kesehatan di Ottawa-Canada tahun 1986 telah menghasilkan Piagam
Ottawa (Ottawa Charter), dan salah satunya adalah rumusan strategi promosi kesehatan yang telah
dikelompokkan menjadi lima bagian diantaranya :
* Kebijakan berwawasan kesehatan (healthy public policy).

* Lingkungan yang medukung (supportive environment)

* Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health service).

* Keterampilan individu (personal skill).

* Gerakan masyarakat (community action).

SASARAN PROMOSI KESEHATAN

Berdasarklan pentahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran dibagi dalam tiga kelompok sasaran,
yaitu :

1. Sasaran Primer (primary target)

Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi, kepala keluarga untuk
masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan menyusui anak untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
serta anak sekolah untuk kesehatan remaja dan lain sebagianya. Sasaran promosi ini sejalan dengan
strategi pemberdayaan masyarakat (empowerment).

2. Sasaran Sekunder (secondary target)


Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat,
serta orang-orang yang memiliki kaitan serta berpengaruh penting dalam kegiatan promosi kesehatan,
dengan harapan setelah diberikan promosi kesehatan maka masyarakat tersebut akan dapat kembali
memberikan atau kembali menyampaikan promosi kesehatan pada lingkungan masyarakat sekitarnya.

Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan pula agar dapat menjadi
model dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat sekitarnya.

3. Sasaran Tersier (tertiary target)

Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah pembuat keputusan (decission
maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal ini dilakukan dengan suatu harapan agar kebijakan-
kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok tersebut akan memiliki efek/dampak serta
pengaruh bagi sasaran sekunder maupun sasaran primer dan usaha ini sejalan dengan strategi advokasi
(advocacy)

STRATEGI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

Ditinjau dari prinsip-prinsip yang dapat dipelajari dalam promosi kesehatan, pada pertengahan tahun
1995 dikembangkanlah strategi atau upaya peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), sebagai
suatu bentuk operasional setidaknya merupakan embrio promosi kesehatan di Indonesia. Strategi
tersebut dikembangkan dalam pertemuan baik internal, pusat penyuluhan kesehatan maupun eksternal
secara lintas program dan lintas sektor, termasuk dengan organisasi profesi, FKM UI dan LSM (Lembaga
Swadaya Masyarakat).

Adapun beberapa hal yang disarikan tentang pokok-pokok promosi kesehatan (health promotion) atau
PHBS yang merupakan embrio promosi kesehatan di Indonesia ini adalah bahwa:
1. Promosi Kesehatan (Health Promotion), yang diberi definisi: Proses pemberdayaan masyarakat untuk
memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya (the process of enabling people to control
over and improve their health), lebih luas dari Pendidikan atau Penyuluhan Kesehatan. Promosi
Kesehatan meliputi Pendidikan/ Penyuluhan Kesehatan, dan di pihak lain Penyuluh/Pendidikan
Kesehatan merupakan bagian penting (core) dari Promosi Kesehatan.

2. Pendidikan/Penyuluhan Kesehatan (dapat dikatakan) menekankan pada upaya perubahan atau


perbaikan perilaku kesehatan. Promosi Kesehatan adalah upaya perubahan/perbaikan perilaku di bidang
kesehatan disertai dengan upaya mempengaruhi lingkungan atau hal-hal lain yang sangat berpengaruh
terhadap perbaikan perilaku dan kualitas kesehatan.

3. Promosi Kesehatan juga berarti upaya yang bersifat promotif (peningkatan) sebagai perpaduan dari
upaya preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan) dalam rangkaian upaya
kesehatan yang komprehensif. Promosi Kesehatan juga merupakan upaya untuk menjajakan,
memasarkan atau menjual yang bersifat persuasif, karena sesungguhnya “kesehatan” merupakan
“sesuatu” yang sangat layak jual, karena sangat perlu dan dibutuhkan setiap orang dan masyarakat.

4. Pendidikan/penyuluhan kesehatan menekankan pada pendekatan edukatif, sedangkan pada promosi


kesehatan, selain tetap menekankan pentingnya pendekatan edukatif yang banyak dilakukan pada
tingkat masyarakat di strata primer (di promosi kesehatan selanjutnya digunakan istilah gerakan
pemberdayaan masyarakat), perlu dibarengi atau didahului dengan upaya advokasi, terutama untuk
strata tertier (yaitu para pembuat keputusan atau kebijakan) dan bina suasana (social support),
khususnya untuk strata sekunder (yaitu mereka yang dikategorikan sebagai para pembuat opini). Maka
dikenalah strategi ABG, yaitu Advokasi, Bina Suasana dan Gerakan/pemberdayaan Masyarakat.

5. Pada pendidikan/penyuluhan kesehatan, masalah diangkat dari apa yang ditemui atau dikenali
masyarakat (yaitu masalah kesehatan atau masalah apa saja yang dirasa penting/perlu diatasi oleh
masyarakat); Pada PHBS, masyarakat diharapkan dapat mengenali perilaku hidup sehat, yang ditandai
dengan sekitar 10 perilaku sehat (health oriented). Masyarakat diajak untuk mengidentifikasi apa dan
bagaimana hidup bersih dan sehat, kemudian mengenali keadaan diri dan lingkungannya serta
mengukurnya seberapa sehatkah diri dan lingkungannya itu. Pendekatan ini kemudian searah dengan
paradigma sehat, yang salah satu dari tiga pilar utamanya adalah perilaku hidup sehat.
6. Pada pendidikan/penyuluhan kesehatan yang menonjol adalah pendekatan di masyarakat (melalui
pendekatan edukatif), sedangkan pada PHBS/promosi kesehatan dikembangkan adanya 5 tatanan: yaitu
di rumah/tempat tinggal (where we live), di sekolah (where we learn), di tempat kerja (where we work),
di tempat-tempat umum (where we play and do everything) dan di sarana kesehatan (where we get
health services). Dari sini dikembangkan kriteria rumah sehat, sekolah sehat, tempat kerja sehat, tempat
umum sehat, dan lain-lain yang mengarah pada kawasan sehat seperti : desa sehat, kota sehat,
kabupaten sehat, sampai ke Indonesia Sehat.

7. Pada promosi kesehatan, peran kemitraan lebih ditekankan lagi, yang dilandasi oleh kesamaan
(equity), keterbukaan (transparancy) dan saling memberi manfaat (mutual benefit). Kemitraan ini
dikembangkan antara pemerintah dengan masyarakat termasuk swasta dan Lembaga Swadaya
Masyarakat, juga secara lintas program dan lintas sektor.

8. Sebagaimana pada Pendidikan dan Penyuluhan, Promosi Kesehatan sebenarnya juga lebih
menekankan pada proses atau upaya, dengan tanpa mengecilkan arti hasil apalagi dampak kegiatan. Jadi
sebenarnya sangat susah untuk mengukur hasil kegiatan, yaitu perubahan atau peningkatan perilaku
individu dan masyarakat. Yang lebih sesuai untuk diukur: adalah mutu dan frekwensi kegiatan seperti:
advokasi, bina suasana, gerakan sehat masyarakat, dan lain-lain. Karena dituntut untuk dapat mengukur
hasil kegiatannya, maka promosi kesehatan mengaitkan hasil kegiatan tersebut pada jumlah tatanan
sehat, seperti: rumah sehat, sekolah sehat, tempat kerja sehat, dan seterusnya.

Berbagi ilmu Singkat Cerdas Bermanfaat di 07.44

Berbagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beranda

Lihat versi web

ABOUT Me _ Nuroel Sii Well

Berbagi ilmu Singkat Cerdas Bermanfaat


lhokseumawe_Aceh utara, NANGGROE ACEH DARUSSALAM, Indonesia

I was very simple ... I just want to be kids who can make both my parents and my brother and sister
both ... was happy with my time.I was not a child with high capacity and very very smart ... once again ...
I'm just a simple women's figure ... and just want to make a family that I love happy

Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai

  • Epid Sosial
    Epid Sosial
    Dokumen26 halaman
    Epid Sosial
    weli
    Belum ada peringkat
  • Motivasi Pek
    Motivasi Pek
    Dokumen4 halaman
    Motivasi Pek
    weli
    Belum ada peringkat
  • PPT Tetanus
    PPT Tetanus
    Dokumen12 halaman
    PPT Tetanus
    weli
    Belum ada peringkat
  • Soal Linda
    Soal Linda
    Dokumen1 halaman
    Soal Linda
    weli
    Belum ada peringkat
  • Tetanus
    Tetanus
    Dokumen16 halaman
    Tetanus
    weli
    Belum ada peringkat
  • Tetanus
    Tetanus
    Dokumen16 halaman
    Tetanus
    weli
    Belum ada peringkat
  • PERTUSIS
    PERTUSIS
    Dokumen15 halaman
    PERTUSIS
    weli
    Belum ada peringkat
  • Tugas Laker Manggarai
    Tugas Laker Manggarai
    Dokumen1 halaman
    Tugas Laker Manggarai
    weli
    Belum ada peringkat
  • Gizi Baru
    Gizi Baru
    Dokumen21 halaman
    Gizi Baru
    weli
    Belum ada peringkat
  • Gizi 4
    Gizi 4
    Dokumen23 halaman
    Gizi 4
    weli
    Belum ada peringkat