SKIZOFRENIA PARANOID
Pembimbing :
dr. Mardi Susanto, SpKJ (K)
dr. Tribowo T Ginting, SpKJ (K)
Disusun oleh:
Syifa Silviyah
1710221036
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. P
Usia : 39 tahun
Jenis Kelamin : Laki- laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Status : Duda
Pekerjaan : Buruh kontrak
A. Keluhan Utama
Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan Jakarta
dengan sulit untuk tidur.
2
terganggu karena biasanya pasien hanya tidur satu jam dalam sehari. Pasien
mulai tertidur dari jam 4 pagi dan terbangun jam 5 atau jam 5.30 pagi. Oleh
karena itu, pasien sangat merasa kelelahan dan sulit untuk memulai
aktivitasnya kembali bekerja. Pasien merupakan buruh kontrak pabrik di
daerah Karawaci. Untuk beban dalam pekerjaan pasien, pasien mengatakan
itu tidak terlalu bermasalah dan tidak membuat pasien tertekan, hanya akhir-
akhir ini pasien mulai ada kecemasan bahwa sebentar lagi kontrak dengan
pabrik sudah ingin habis dan pasien takut tidak punya penghasilan lagi.
Kecemasan yang dirasakan pasien juga ada karena pasien mengatakan
ia seorang ODHA dan takut diketahui oleh teman-temannya karena pasien
merasa malu dan takut teman-teman di pabrik mengejek dan menjauhinya.
Kecemasan yang dirasakan pasien tidak disertai dengan ketegangan motorik
seperti pusing, pegal-pegal pada otot maupun disertai dengan overaktivitas
otonom seperti banyak berkeringat, jantung berdebar-bedar, mual, muntah
dan sesak nafas.
Untuk mengatasi gangguan tidur dan kecemasan yang pasien alami,
biasanya pasien mencoba mengalihkan dengan mendengar musik yang ia
sukai, bermain game di handphone, lihat video-video di handphone, minum
obat dan kontrol berobat rutin, berdoa kepada Allah SWT, shalat dan
terkadang ngobrol dengan teman. Hal ini membuat pasien merasa lebih
tenang walau terkadang bila bisikan-bisikan mulai terdengar pasien sulit
untuk menanganinya walaupun sudah melakukan hal-hal tersebut. Pasien
mengatakan bahwa ia tidak memiliki tempat untuk curhat mengenai masalah
yang dialaminya.
Pasien mangatakan sudah memiliki gangguan kejiwaan sejak tahun
2013 dan rutin konsumsi Seroquel dan lorazepam. Dengan mengkonsumsi
obat tersebut pasien merasan lebih enak, tidak gelisah dan tidur bisa enak.
Pasien mengatakan ia seorang ODHA sejak tahun 2005 dan rutin minum
ARV hingga saat ini. Pada awalnya pasien mengatakan sejak tahun 1996 ia
adalah pengguna heroin yang suka bertukar jarum suntik hingga 2005 pasien
berhenti mengkonsumsi heroin karena terdiagnosis HIV.
Setelah terdiagnosis HIV pasien merasa sangat malu dengan hidupnya
3
dan merasa tidak berguna dan gagal dalam hidupnya dikarenakan juga
pasien tidak lulus dalam perkuliahan karena ketahuan memakai heroin.
Karena pasien sudah merasa malu dan gagal dalam hidupnya pasien lebih
sering murung dan sedih, tetapi belum muncul halusinasi-halusinasi maupun
bisikan-bisikan.
Tahun 2009 pasien menikah, pernikahan pasien tidak dikaruniai anak
dan juga tidak berlangsung lama karena pada tahun 2013 pasien bercerai
karena istri tahu bahwa pasien seorang ODHA. Mulai saat itu, pasien merasa
hidupnya sangat hancur berantakan, tidak ada yang peduli lagi dengan dia
sehingga muncullah bisikan-bisakan yang menyurunya untuk bunuh diri
karena hidupnya ia jalan sudah tidak ada gunanya lagi dan gagal, tetapi
pasien langsung mengalihakan bisikan-bisikan tersebut dengan beribadah
kepada Allah SWT (shalat, dzikir, berdoa).
Selain bisikan pasien juga pernah melihat istrinya ada didepannya lalu
mengobrol seperti biasannya padahal ia sudah cerai dengan sang istri dan
orang lain tidak bisa melihat sosok mantan istrinya tersebut. Pasien juga
pernah merasa ada rasa manis ditenggorokan sedangkan pasien tidak
sehingan makan atau minum apapun. Pasien juga mengatakan bahwa
terkadang ia suka merasakan ada yang jalan-jalan dibadannya atau merasa
disentuh bagian tubuhnya sedangkan tidak ada yang menyentuh pasien
maupun ada binatang kecil yang merayap ditubuh pasien.
Pasien mengatakan ia merasa ada orang yang selalu mengejar dan
mengikutinya, terkadang ia merasa bahwa ia ingin dijahati oleh seseorang.
Pasien juga merasa orang-orang di pekerjaan sering membicarakannya, ia
merasa bahwa orang-orang disekitarnya tahu apa yang sedang ia pikirkan.
Terkadang pasien sering merasa bahwa dirinya dikontrol oleh sesuatu yang
entah athu darimana dan siapa yang mengontrolnya. Pasien juga
mengatakan terkang tiba-tiba isi pikiran kosong sehingga pasien merasa
blank.
Pasien berpenampilan rapih, bersih, tidak mencolok dan sopan sesuai
usianya. Pasien merupakan buruh kontrak dipabrik yang berpenghasilan Rp.
3.300.000,- / bulan, menurut pasien saat ini ia tidak ada kesulitan ekonomi
4
karena dengan gaji itu ia dapat memenuhi kebutukan sehari-harinya, untuk
tempat tinggal pasien tingga di mess bersama buruh yang lain dan makan
juga disediakan dari mess tersebut. Di mess pasien tidak memiliki sahabat
atau teman bertukar cerita yang bisa membuatnya jujur tentang keadaannya.
Pasien mengatakan, pasien lahir secara normal dan saat lahir tidak ada
kelainan bawaan yang mengganggu kejiwaannya maupun adanya gangguan
mental. Pasien merupakan anak ke-2 dari 3 bersaudara. Adik pasien seorang
perempuan dan sudah menikah dan tidak bekerja. Kaka pasien seorang laki-
laki dan sudah berkeluarga. Menurut pengakuan pasien tidak ada
keluarganya yang memiliki gangguan jiwa. Pasien beragama Islam dan
pasien mengatakan bahwa ia sering sholat dan berdoa karena pasien merasa
tenang setelah selesai sholat dan berdoa.
Saat dilakukan anamnesis pasien diajukan beberapa pertanyaan untuk
menilai kearah mana gangguan pasien ini. Pertanyaan pertama adalah untuk
mengetahui kemampuan memori jangkan pendek seperti datang ke RS
“dengan siapa?”, “naik apa?”, pasien bisa menjawab dengan cepat dan tidak
terlihat bingung bahwa ia ke RS mengendarai motor seorang diri yang
menunjukkan bahwa tidak terdapat gangguan memori jangka sedang.
Pasien juga mampu memberi tahu jenjang pendidikan pasien dari SD,
SMP, SMA dan kuliah di bandung walaupun tidak samapi lulus karena
ketahuan memakai heroin saat diperkuliahan. Saat sekolah pasien memiliki
banyak teman dan tidak sulit untuk bersosialisasi. Hal ini menunjukkan
bahwa memori jangka panjang pasien baik tidak ada gangguan.
Pasien juga diminta untuk mengingat tiga kata yang diberikan dokter
yaitu “buku, pensil, meja” lalu diminta untuk langsung mengulang pasien
mampu mengulang. Setalah itu pasien diajukan pertanyaan-pertanyaan
kembali untuk mengalihkan ingatan pasien tentang tiga benda tadi. Setelah
diajukan pertanyaan untuk mengalihkan ingatan, pasien ditanya kembali apa
saja 3 benda yang disebutkan dokter tadi, lalu pasien dapat mengulang kata
“buku, pensil, meja” dengan cepat dan benar. Oleh karena itu, tidak terdapat
gangguan memori segera atau pendek pada pasien.
Pasien ditanyakan beberapa pertanya mengenai waktu saat
5
pemeriksaan?”, “sedang ada dimana?”, “dengan siapa?”, “sedang apa?”.
Semua pertanyaan tersebut dapat dijawab pasien dengan benar dan cepat.
Hal ini menunjukan bahwa tidak ada gangguan orientasi waktu, tempat,
orang maupun situasi pada pasien.
Selain itu pasien diberikan pertanyaan untuk mengetahui fungsi
kognitif pasien apakah masih baik atau tidak. Pasien ditanya berapakah 100
dikurang 7 ? Lalu pasien menjawab jawabannya adalah 93. Kemudian
pasien diberi pertanyaan lagi, berapakah 93 dikurang 7 ? pasien menjawab
bahwa jawabannya adalah 86, lalu diberikan pertanyaan lagi berapakah 86
– 7 ? pasien menjawab hasilnya adalah 79. Dari pertanyaan tersebut dapat
diketahui bahwa fungsi kognitif pasien masih baik.
Untuk mengetahui fungsi kognitif pasien juga ditanyakan tentang
pengetahuan umum. Pasien ditanyakan “apa ibukota Malaysia?”, lalu pasien
menjawab “Kuala Lumpur”. Pasien juga ditanyakan “ siapa presiden
pertama di Indonesia?” pasien menjawab “Soekarno”. Hal ini menunjukkan
bahwa pengetahuan umum pasien tidak ada gangguan.
Kemudian pasien diberikan pertanyaan untuk mengetahui daya
abstrak yang dimiliki pasien dengan pertanyaan “ketika ada seorang anak di
jalan sendiran sedang ingin nyebrang apa yang ada lakukan?” lalu pasien
menjawab akan menolong anak tersebut untuk menyebrang jalan. Pasien
juga diminta untuk menerangkan apa arti peribahasa “air susu dibalas
dengan air tuba” lalu pasien menjawab “perbuatan yang baik di balas dengan
kejahatan. Hal ini menunjukkan bahwa daya nilai dan daya pikir abstrak
pasien baik. Pasien menderita HIV dan rutin minum ARV hingga saat ini
Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan diatas karena fungsi kognitif,
daya ingat, pengetahuan umum, daya nilai dan daya pikir abstrak pasien,
orientasi pasien baik, HIV terkontrol maka tidak ada disfungsi otak pada
pasien. Sehingga dapat diartikan bahwa tidak ada gangguan mental organik
pada pasien.
Pasien mengatakan pasien mengkonsumsi heroin dari tahun 1996
sampai dengan tahun 2005 dan juga minum minuman beralkhohol. Tetapi
sejak pasien didiagnosis HIV pada tahun 2005 pasien sudah berhenti
6
memakai heroin.
Pasien mengatakan bahwa dirinya ada perasaan seperti melihat,
mendengar, mengecap, atau disentuh oleh sesuatu hal yang tidak ada
sumbernya. Pasien merasa sering dibicarakan oleh orang-orang sekitar, ada
perasaan ada orang yang ingin berbuat jahat kepadanya, merasa diikuti dan
dikejar oleh seseorang, merasa dikontrol oleh sesuatu dan pasien juga
merasa pernah pikirannya tiba-tiba blank, pasien juga merasa bahwa orang-
orang sekitar tahu apa isi pikirannya.
Pasien mengatakan saat ini tidak ada perasaan sedih, kehilangan
minat, tidak bernergi maupun ada rasa gembira yang berlebihan, ingin selalu
beraktifitas, sulit tidur karena senang. Hal ini menunjukkan pada pasien
tidak ada gangguan mood baik depresi maupun manik.
Saat pasien ditanyakan bagaimana persaan pasien seminggu terakhir
ini, pasien menjawab bahwa pasien merasa cemas karena tidak bisa tidur
dikarenakan ada bisikan-bisikan, kontrak kerjanya mau habis dan takut
teman satu mess tahu pasien penderita HIV sehingga membuat menderita.
Lalu pasien ditanya sebenarnya pasien sakit tidak jiwanya? Pasien
menjawab bahwa dirinya ada gangguan dan perlu untuk berobat. Lalu pasien
ditanyakan apa 3 keinginan pasien saat ini. Lalu pasien menjawab, ingin
sehat, kontrak kerja diperpanjang dan hidup bahagia.
7
Pasien pernah mengkonsumsi heroin sejak tahun 1996 – 2005, dengan
jarum suntik yang dipakai bergantian. Pasien pernah mengkonsumsi
alkohol.
1. Riwayat prenatal : pasien lahir normal tanpa ada kelainan bawaan lahir.
9. Riwayat agama : Islam, taat beribadah seperti shalat, berdzikir dan berdoa
karena dan mengurangi kecemasannya.
10. Aktivitas sosial : saat ini pasien dapat bersosialisasi dengan baik dengan
teman dipabrik walaupun sulit untuk memilkiki sahabat. Biasa bermain
futsal dengan teman-teman di mess karena merupakan hobby pasien.
11. Status sosial sekarang : pasien seorang laki-laki berusia 39 tahun dapat
melakukan aktivitas sehari-hari tetapi sering kelelahan karena sulit tidir.
Tinggal di mess Karawang dengan teman-teman buruhnya.
8
Berpenghasilan Rp. 3.300.000,-/bulan cukup untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari dan tidak kekurangan, tetapi pasien belum memiliki rumah
sendiri.
12. Persepsi pasien tentang Dirinya dan Kehidupannya : pasien ingin sehat,
kontrak kerja diperpanjang dan hidup bahagia.
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Laki-laki berusia 39 tahun, penampilan rapi dan bersih, sopan sesuai usia.
Pasien mempunyai kulit yang berwarna sawo matang.
a. Kesadaran : Compos Mentis
involunter.
3. Pembicaraan
dengan jelas.
b. Kualitas : Bicara spontan, volume bicara sedang, artikulasi jelas,
pembicaraan terarah, kalimat yang diucapkan isi
pembicaraan dapat dimengerti.
4. Sikap terhadap pemeriksa : Pasien kooperatif
9
B. Keadaan Afektif
1. Mood : euthim
2. Afek : Luas
pasien.
dokter.
4. Daya ingat
10
a. Daya ingat jangka panjang
Baik, pasien dapat mengerti pribahasa “air susu dibalas dengan ait tuba”
pasien menjawabnya “kebaikan dibalas dengan kejahatan”.
6. Kemampuan menolong diri sendiri
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi
11
E. Proses Pikir
1. Arus Pikir
a. Preokupasi : Ada
F. Pengendalian Impuls
G. Daya Nilai
a. Nilai Sosial
Baik, ketika diberikan pertanyaan jika sedang berada di jalan dan melihat
seorang anak kecil sendirian ingin menyebrang jalan, apakah yang akan
dilakukan pasien? Pasien menjawab bahwa pasien akan menolong anak
tersebut untuk menyebrang.
c. Penilaian Realitas
12
H. Persepsi Pemeriksa terhadap Diri dan Kehidupan Pasien
I. Tilikan
Tilikan derajat 4 yaitu pasien mengakui bahwa dirinya sakit dan tidak
tahu penyebabnya.
a. Status Generalis
▪ Tanda Vital
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 36,5˚C
13
▪ Sistem Gastrointestinal : Tidak ada kelainan
b. Status Neurologis
14
g. Pasien pernah konsumsi heroin, alkohol dan merokok
q. Pada pasien ini gejala dan disabilitas ringan. Pasien dalam kondisi
baik, dapat melakukan aktivitas sehari-hari sendiri tanpa bantuan
orang lain.
15
▪ Dari anamnesis didapatkan riwayat penggunaan NAPZA yaitu heroin,
rokok, alkohol. Tetapi pasien sudah tidak mengkonsumsi heroin sejak
tahun 2005. Maka dari itu kita dapat simpulkan bahwa pasien ini
bukan penderita Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Zat
Psikoaktif atau Alkohol (F.1).
▪ Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan dalam menilai realita
berupa waham kejar, thought withdrawal, thought broadcasting,
delusion of control, merasa ingin dijahati orang lain, merasa sering
dibicarakan oleh orang sekitar. Dan terdapat halusinasi auditorik
dibisiki untuk bunuh diri, halusinasi visual melihat sosok mantan istri,
halusinasi taktik seperti tubuh diraba, dan halusinasi gustatori merasa
manis walau sedang tidak makan atau minum apapun yang
membuatnya merasa cemas, takut sehingga sulit tidur maka pasen ini
merupakan penderita Gangguan Psikotik (F.2) berupa
Skizofrenia Paranoid.
b. Diagnosis Aksis II
d. Diagnosis Aksis IV
▪ Pasien laki-laki tinggal di mess. Belum punya rumah sendiri. Pasien
16
memiliki beban pikiran karena kontrak kerja sudah mau habis.
Perekonomian pasien cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Hubungan pasien dengan keluarga, tetangga serta lingkungan tempat
tinggal baik. Maka diagnosis aksis IV pasien ini adalah masalah
belum punya rumah sendiri dan cemas kontrak kerja habis.
e. Diagnosis Aksis V
IX. PROGNOSIS
17
Pasien berobat ke poliklinik dan rutin minum obat
Pasien mudah stress bila apa yang terjadi tidak sesuai dengan
pikirannya
X. TERAPI
a. Psikofarmaka :
Clobzam 2x 0,5 mg
Anafril 1x1mg
b. Psikoterapi
18
Edukasi pentingnya minum obat secara teratur dan kontrol rutin.
19
DAFTAR PUSTAKA
20