Anda di halaman 1dari 21

JOURNAL READING

“Oligohydramnios and Fetal Outcome : A Review“

Pembimbing:
dr. Erdiyan Astato, Sp. OG

Syifa Silviyah
1710221036

Kepaniteraan Klinik Obstetrik Dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu
Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta
Identitas Jurnal
Judul : Oligohydramnios and Fetal Outcome : A Review

Authors : Khatun Tarannum, Ansari Akhtar Alam, Hamid Irfan,


Gupta Ravi Shankar, Ahmad Md. Parwez

Tanggal : 27 September 2017


Abstrak

Oligohidramnion adalah kondisi yang mengancam


kesehatan janin dan dikaitkan dengan peningkatan morbiditas
janin. Kondisi ini sering terabaikan oleh ibu hamil sehingga ibu
hamil tidak melakukan pengobatan yang tepat pada waktu yang
tepat sehingga resiko berbahaya dari kondisi ini sering
meningkat.
Abstrak
Jurnal review ini dilakukan dengan mencari artikel-artikel di Google
scholar, PubMed, Medline, EMBASE dengan menggunakan kata-kata kunci.
Kriteria inklusi dalam pemilihan artikel : kehamilan tunggal, definisi
oligohidramnion sebagai AFI <5 cm, penilaian AF pada UK 37-42 minggu.
Ditemukan bahwa oligohidramnion dikaitkan dengan Pertumbuhan janin
terhambat (IUGR), kecil untuk usia kehamilan (SGA), persalinan lama, operasi
caesar (C / S) untuk gawat janin (FD), cairan yang terkontaminasi mekonium,
skor Apgar yang Rendah dan bayi yang masuk NICU.
Pendahuluan
Oligohidramnion adalah komplikasi dlm kehamilan
yang umum dan sering dijumpai dalam praktik klinis yang
mengacu pada volume AF < normal untuk UK.

Biasanya didiagnosis dengan pemeriksaan USG dan


dapat dideskripsikan secara kualitatif (mis. Normal,
berkurang) atau secara kuantitatif (mis. Indeks cairan
ketuban [AFI] <5). Volume cairan yang berkurang mungkin
sering ditemukan pada kehamilan posterm.
Pendahuluan
Oligohidramnion didefinisikan sebagai AFI <5, AF
normal AFI 5 - 8 cm. Sebagai alternatif, beberapa klinisi lebih
memilih menggunakan SVP untuk menilai AF. Dmn SVP < 1
cm didefinisikan sebagai Oligohidramnion berat, SVP 1-2 cm :
oligohidramnion ringan. Volume AF yang cukup sangat
penting untuk memungkinkan pergerakan dan pertumbuhan
janin normal, dan untuk melindungi janin dan tali pusat.
Oligohidramnion dapat menghambat proses ini dan dapat
menyebabkan deformasi janin, kompresi tali pusat, dan
kematian.
Insiden
Sebuah penelitian terhadap 3050 kehamilan tanpa komplikasi
dengan janin tunggal yang tidak anomali antara UK 40 - 41,6 minggu
tercatat 11% oligohidramnion. Insidensinya tinggi pada wanita yang
sedang dalam proses persalinan, sebagian besar disebabkan oleh
pecahnya membran janin selama atau sebelum persalinan

Sebuah studi prospektif yang dilakukan di Pusat Medis


Universitas Texas Barat Daya menunjukkan kejadian oligohidramnion
sebesar 2,3%.
Volume Cairan Amnion
Volume cairan ketuban (AFV) diatur oleh beberapa sistem, termasuk
jalur intramembran, produksi janin (urin janin dan cairan paru-paru),
penyerapan (menelan janin) dan keseimbangan pergerakan cairan melalui
gradien osmotik.

Penurunan AFV pada kehamilan-kehamilan tanpa ketuban pecah dini


dapat mencerminkan janin dalam keadaan stres kronis, sehingga
mengutamakan aliran darah ke otak, kelenjar adrenalin dan jantung sedang
organ-organ lain tidak termasuk ginjal dan mengakibatkan penurunan
perfusi janin dan urin output.
Volume Cairan Amnion
Kecukupan AFV diperkirakan dengan pengukuran USG. Evaluasi
ini telah digunakan pada saat masuk ke persalinan dan melahirkan
untuk mengenali kehamilan yang berisiko untuk hasil perinatal yang
buruk; rentan terhadap deselerasi variabel, deselerasi lambat, kelahiran
caesar untuk gawat janin, AF dengan mekonium, skor Apgar rendah dan
pH arteri tali pusat rendah.
Volume Cairan Amnion

Sebuah penelitian menguji kegunaan velosimetri arteri


umbilikalis Doppler, dimana denyut jantung janin awal yang
abnormal dan indeks cairan ketuban ≤ 5,0 cm pada periode
awal intra-partum dikaitkan dengan peningkatan yang
signifikan dalam kejadian gawat janin intrapartum.
Metode Estimasi AFI
Cairan ketuban meningkat dari UK 14 - 31 minggu dan menurun
setelahnya. Penggunaan single depest pocket (SDP) atau 2DP
menunjukkan bahwa AF meningkat saat UK 14 - 20 minggu, stabil
antara 20 hingga 37 minggu dan kemudian menurun secara bertahap.

Teknik saat ini untuk memperkirakan kisaran AFV dari penilaian


subjektif klinis dan elaborasi dari indeks volume AF yang didapatkan
dari USG.
Nilai cutoff untuk AFI yang biasa digunakan adalah AFI 0-5cm
: AF rendah, 5.1-18 cm : AF normal dan > 18 sebagai AF tinggi.

Penggunaan sonografi Doppler warna baru-baru ini tidak


meningkatkan akurasi diagnostik estimasi AFV tetapi malah
menyebabkan diagnosis oligohidramnion yang berlebihan. Dengan
demikian penggunaan AFI untuk mengidentifikasi oligohidramnion
pada kehamilan berisiko tampaknya menjadi pilihan yang lebih
baik.
Mode of Delivery

Oligohidramnion pada saat aterm dapat dikelola secara


aktif melalui induksi persalinan atau diharapkan melalui
hidrasi, pengawasan janin dan atau USG reguler yang menilai
AFV. AFI yang borderline, yaitu 5-8 cm bukan merupakan
indikasi untuk induksi persalinan. Studi kasus kontrol
retrospektif dilakukan di Rumah Sakit Bersalin Liverpool, 103
kehamilan dengan AFI berkurang pada trimester ketiga
menunjukkan risiko induksi yang lebih tinggi karena alasan
janin.
Oligohidramnion intrapartum dikaitkan dengan peningkatan
risiko C/S untuk gawat janin. Sebuah studi yang dilakukan di AS, di
antara 953 wanita selama 12 bulan mengungkapkan peningkatan
tindakan C/S untuk gawat janin pada kelompok oligohidramnion (9,7%
vs 5%). Dari wanita yang melahirkan secara C/S, mereka yang memiliki
oligohidramnion lebih cenderung memiliki gawat janin yang mengarah
untuk C/S (47%) dibandingkan dengan mereka yang AFI lebih dari 5 cm
(20%).
Dalam sebuah penelitian oleh Chauhan et al diantara 490 pasien dengan
oligohidramnion 14% (70/490) melakukan operasi caesar untuk dugaan gawat
janin. Indikasi untuk operasi ini adalah bradikardia pada 29 pasien, deselerasi
lambat berulang pd 27 pasien, deselerasi variabel berat persisten pada 6 pasien.
Kehamilan berada pada risiko lebih besar untuk hasil perinatal yang buruk
sebagaimana didefinisikan oleh AF yang terkontaminasi mekonium, skor Apgar 1
menit kurang dari tujuh, perlambatan variabel, deselerasi lambat, C/S untuk FD,
pH arteri umblical < 7.2. Chauhan et al mencatat bahwa AFI ≤ 5cm dibandingkan
dengan AFI > 5 cm adalah tes penyaringan untuk mengidentifikasi kehamilan
yang berisiko untuk FD dan AS 1 dan 5 menit < 7.
Morbiditas dan Mortalitas

Kehamilan yang rumit dengan penurunan AFV sering dikaitkan dengan hasil
perinatal yang buruk. Tingkat kematian pada oligohidramnion tinggi. Kurangnya AF
memungkinkan kompresi perut janin, yang membatasi pergerakan diafragma.
Selain fiksasi dinding dada, kurangnya AF yang mengalir masuk dan keluar dari paru
janin menyebabkan hipoplasia paru. Oligohidramnion juga dikaitkan dengan AF
yang terkontaminasi meconium, kelainan konduksi jantung janin, kompresi tali
pusat, toleransi persalinan yang buruk, skor Apgar yang lebih rendah, dan asidosis
janin.
Morbiditas dan Mortalitas

Sebuah studi kasus kontrol retrospektif yang dilakukan di Rumah Sakit


Bersalin Liverpool menemukan risiko empat kali lipat berat lahir rendah
(BBLR) dan tingkat masuk yang tinggi ke NICU dalam kasus oligohidramnion.
Studi serupa mengeksplorasi beberapa hubungan dengan kelahiran mati
janin, denyut jantung janin yang tidak meyakinkan, masuk ke ruang NICU,
sindrom aspirasi mekonium, dan kematian neonatal.
Hidrasi dan Amnioinfusi

Hidrasi ibu dengan air oral dan larutan hipotonik IV telah terbukti
meningkatkan AFV.

Rehidrasi oral hipotonik akut pada trimester ketiga menurunkan osmolalitas


plasma ibu. Penurunan osmolalitas plasma ibu setelah hidrasi oral menyebabkan
pergeseran air dari ibu ke janin. Sebagai akibatnya, osmolalitas plasma janin
menurun yang mengakibatkan penurunan sekresi vasopresin arginin janin, yang
menyebabkan peningkatan produksi urin janin. Peran potensial hidrasi ibu dalam
pengobatan oligohidramnion juga ditemukan efektif.
Hidrasi dan Amnioinfusi

Studi terbaru menunjukkan efektivitas amnioinfusi transabdominal


sebelum induksi persalinan dalam mengurangi insiden gawat janin pada
kehamilan dengan oligohidramnion pada aterm. Penggunaan amnioinfusi
intrapartum profilaksis dalam kasus oligohidramnion telah dijelaskan efektif
dalam mengurangi tingkat C/S untuk FD dan peningkatan kondisi neonatal.
Amnioinfusion menyebabkan peningkatan AFI yang signifikan dengan nilai
median menjadi 6 cm sebelum infus menjadi 11 cm setelah infus.
Kesimpulan

Deteksi dini oligohidramnion dan penatalaksanaannya


dapat membantu mengurangi morbiditas dan mortalitas
perinatal di satu sisi dan menurunkan persalinan sesar di sisi
lain

Anda mungkin juga menyukai