Anda di halaman 1dari 13

PRESENTASI KASUS BESAR

DENGUE FEVER

Disusun oleh :

Syifa Silviyah 1710221036

Pembimbing :
dr. Much. Maschun, Sp.PD

SMF ILMU PENYAKIT DALAM


RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARDJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
PURWOKERTO

2018
LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS
DENGUE FEVER

Diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik di bagian


Ilmu Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

Disusun oleh:
Syifa Silviyah 1710221036

Telah disetujui
Pada Tanggal, September 2018

Mengetahui
Pembimbing:

dr. Much. Maschun , Sp.PD


BAB I
PENDAHULUAN

Demam Berdarah Dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-


tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam
jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968
hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia
sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas
daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas
dan kepadatan penduduk. Di Indonesia Demam Berdarah pertama kali ditemukan
di kota Surabaya pada tahun 1968, dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24
orang diantaranya meninggal dunia (Angka Kematian (AK) : 41,3 %). Dan sejak
saat itu, penyakit ini menyebar luas ke seluruh Indonesia.
Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue dari genus Flavivirus, famili
Flaviviridae. DBD ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes yang
terinfeksi virus Dengue. Virus Dengue penyebab Demam Dengue (DD), Demam
Berdarah Dengue (DBD) dan Dengue Shock Syndrome (DSS) termasuk dalam
kelompok B Arthropod Virus (Arbovirosis) yang sekarang dikenal sebagai genus
Flavivirus, famili Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu: Den-1, Den-
2, Den-3, Den-4.

Persebaran Kasus
Di Indonesia DBD telah menjadi masalah kesehatan masyarakat selama 41
tahun terakhir. Sejak tahun 1968 telah terjadi peningkatan persebaran jumlah
provinsi dan kabupaten/kota yang endemis DBD, dari 2 provinsi dan 2 kota,
menjadi 32 (97%) dan 382 (77%) kabupaten/kota pada tahun 2009. Provinsi
Maluku, dari tahun 2002 sampai tahun 2009 tidak ada laporan kasus DBD. Selain
itu terjadi juga peningkatan jumlah kasus DBD, pada tahun 1968 hanya 58 kasus
menjadi 158.912 kasus pada tahun 2009.
BAB II
LAPORAN KASUS

II.1 Identitas Pasien


Nama : Sdr. AKS
Umur : 20 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Karangrau Rt. 01 Rw. 03 Sokaraja
Tanggal masuk RSMS : 10 September 2018
Tanggal periksa : 13 September 2018
No. CM : 02067325

II.2 Anamnesis (13/09/18)


1. Keluhan utama : Demam
2. Keluhan tambahan : Nyeri Kepala
3. Riwayat penyakit sekarang :.
Pasien datang ke IGD RSMS dengan keluhan demam. Demam
dirasakan sejak 2 hari SMRS tepatnya pada hari Sabtu tanggal 8 September saat
pagi hari kira-kira pukul 10. Demam dirasakan pasien timbul mendadak tinggi
tetapi, pasien tidak mengukur suhu badannya saat demam. Demam dirasakan pasien
berlangsung terus-menerus sehingga pasien membeli obat demam. Demam
dirasakan pasien menurun dengan obat demam tetapi, demam muncul kembali
beberapa jam setelah minum obat. Demam pada pasien tidak disertai menggigil,
tetapi disertai keringat dingin saat suhu mulai turun.
Satu hari SMRS pasien masih demam dan muncul bintik-bintik
kemerahan pada tangan dan sempat ada gusi berdarah sebentar. Selain demam
pasien juga mengeluhkan adanya nyeri kepala yang terasa berdenyut-denyut. Selain
itu juga pasien mengeluhkan pegal-pegal pada seluruh badan, mual dan muntah
juga dikeluhkan pasien, muntah dialami pasien satu kali dan berisi makanan yang
dimakan. Pasien juga merasa mulut terasa pahit dan nafsu makannya menurun.
Keluhan adanya nyeri pada daerah belakang mata, nyeri perut,
mimisan dan perdarahan lain pada tubuh disangkal pasien, keluhan adanya flu,
batuk, nyeri menelan dan sakit tenggorokkan disangkal pasien. BAB pasien normal
warna kuning kecoklatan, BAK pasien normal berwarna kuning. Oleh karena
keluhan tersebut pasien berobat ke klinik Yusodaro dan disarankan untuk periksa
ke RSMS.
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang menderita
keluhan serupa ataupun didiagnosis demam berdarah, tetangga pasien juga tidak
ada yang menderita demam berdarah. Sehari-hari pasien tinggal dikos dan juga
tidak mengetahui ada temannya yang menderita demam berdarah.

4. Riwayat penyakit dahulu


a. Riwayat penyakit yang sama : disangkal
b. Riwayat Demam Berdarah : disangkal
c. Riwayat perdarahan lama, mudah berdarah dan memar :
disangkal

5. Riwayat penyakit keluarga


a. Riwayat keluhan sama : disangkal
b. Riwayat gangguan pembuluh dan pembekuan darah
: disangkal

6. Riwayat Pekerjaan, Kebiasaan dan Sosial exposure


a. Pasien seorang mahasiswa dan tinggal sehari-hari dikos. Pasien tidak
mengetahui apakah disekitar lingkungannya ada yang mengalami
keluhan demam atau didiagnosis demam berdarah.
b. Seperti tempat kos laki-laki pada umumnya pasien mengatakan
tempat kosnya tidak terlalu bersih.
c. Riwayat berpergian keluar kota tidak ada.
d. Pasien memiliki kebiasaan makan sehari 3 kali dan sering membeli
makanan di warung-warung sekitar kampus
II.3 Pemeriksaan Fisik (13/09/18)
1. Keadaan umum : tampak sakit sedang
2. Kesadaran : compos mentis
3. Vital sign
TD : 120/75 mmHg
N : 75 x/menit
RR : 18 x/menit
S : 37.5 oC  tanggal 10/09/18 38.4 oC
4. Uji Tourniket : Positif
5. Tinggi Badan : 169 cm
6. Berat Badan : 53 kg
7. Status Gizi (IMT) : 18.55 (normo weigth)
8. Status generalis
a. Pemeriksaan Kepala
Bentuk kepala : Mesochepal, simetris
Rambut :Warna hitam, tidak mudah rontok, distribusi
Merata
b. Pemeriksaan Mata
Palpebra : Edema (-/-)
Konjungtiva : Anemis (-/-)
Sklera : Ikterik (-/-)
Pupil : Reflek cahaya (+/+), isokor Ø 3 mm
c. Pemeriksaan telinga : Otore (-/-), nyeri tekan (-/-)
d. Pemeriksaan hidung : Nafas cuping hidung (-/-), deformitas (-/-),

Rhinorhea (-/-), secret (-/-), perdarahan (-/-)


e. Pemeriksaan bibir : Bibir sianosis (-), tepi hiperemis (-), bibir

kering (-), lidah kotor (-), tremor (-),


perdarahan (-/-), faring hiperemis (-),
pembesaran tonsil (-).
f. Pemeriksaan leher : Deviasi trakea (-)

Kelenjar tiroid : Tidak membesar


Kelenjar limfonodi : Tidak membesar, nyeri tekan (-)
JVP : 5+2 cm diatas atrium kanan
g. Pemeriksaan dada
Anterior

Inspeksi : Dinding dada simetris, retraksi interkostal


(-), ketinggalan gerak (-), jejas (-), barrel
chest (-)
Palpasi : Vokal fremitus hemitoraks kanan sama
Dengan hemitoraks kiri
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
peranjakan hati = 2 jari (normal)
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), RBH (-/-),
RBK (-/-), wheezing (-/-)
Posterior
Inspeksi : Dinding punggung simetris, retraksi interkostal (-),
ketinggalan gerak (-), barrel chest(-). Kelainan
vertebre (-)
Palpasi : Vokal fremitus hemitoraks kanan sama dengan
hemitoraks kiri
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+) RBH (-/-) RBK (-/-)
wheezing (-/-)
h. Pemeriksaan jantung
Inspeksi : Ictus cordis tampak di SIC V LMCS
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC V LMCS
Perkusi : batas jantung
Kanan atas : SIC II LPSD
Kanan bawah : SIC V LPSD
Kiri atas : SIC II, LPSS
Kiri bawah : SIC V, 2 jari medial LMCS
Auskultasi : S1 > S2 reguler, Gallop (-), Murmur (-)
i. Pemeriksaan abdomen :
Inspeksi : Perut datar, venektasi (-), distensi (-)
Auskultasi : Bising usus 5-7x/ menit, bunyi tambahan (-
)
Perkusi : timpani, pekak hati (liver dullness),
Pekak sisi (-), pekak alih (-), undulasi (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-) pada seluruh regio
Hepar dan lien : tidak teraba membesar
j. Pemeriksaan extremitas
Ekstremitas
Ekstremitas inferior
superior
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Ptekie + + + +
Edema - - - -
Sianosis - - - -
Akral hangat + + + +
Reflek
+ + + +
fisiologis
Reflek
- - - -
patologis

k. Pemeriksaan Limphonodi : Tidak teraba perbesaran


l. Pemeriksaan turgor kulit :< 2 detik

II.4 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan Laboratorium tanggal 14 September 2018

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


Tanggal 3/8/2018

Hemoglobin 15.5 11.7-15.5 g/dL

Leukosit 3500 L 3.600-11.000 U/L

Hematokrit 44 35-47 %

Eritrosit 4.2 3.8-5.2 ^6/uL


Trombosit 68.000 L 150.000– 440.000 /uL

MCV 83.9 80-100 fL

MCH 29.6 26-34 Pg/cell

MCHC 35.3 32 – 36 %

RDW 12.6 11.5 – 14.5 %

MPV 11.5 9.4-12.3 fL

Basofil 0.6 0–1%

Eosinofil 3.1 2–4%

Batang 0.3 L 3–5%

Segmen 32.9 L 50 – 70 %

Limfosit 53.4 H 25 – 40 %

Monosit 9.7 H 2–8%

SERO IMUNOLOGI

IgG Anti DHF Reaktif

IgM Anti DHF Non Reaktif

II.5 Diagnosa Kerja


- Diagnosis kerja : Dengue Fever

II.6 Penatalaksanaan
a. Farmakologi :
- IVFD RL 20 tpm
- Inj. Ranitidin 2x50 mg IV
- Inj. Metoklopramid 3x1 amp IV
- Paracetamol tab 4x500 mg

b. Non Farmakologi
- Istirahat yang cukup.
- Banyak minum air putih atau cairan yang bisa menambah elektrolit dan
trombosit seperti pocari sweat dan jus jambu merah.
- Kompres bila demam.
- Mengkonsumsi makan-makanan yang bergizi.
II.7 Prognosis
Ad vitam : Dubia ad Bonam
Ad fungsionam : Dubia ad Bonam
Ad sanationam : Dubia ad Bonam

II.8 Pemantauan Harian

Tanggal Subject & Object Assessment Plan


14-09-18 S : Demam sudah - Dengue Fever - IVFD RL 20
membaik. Pada tpm
tangan dan kaki - Inj Ranitidin
bitnik-bintik merah 2x50 mg
sudah mulai hilang, - Inj
tetapi muncul ruam metoklopramid
ruam kemerahan 3x1 amp
yang terasa gatal, - Paracetamol tab
mual dan muntah 4x500 mh k/p
semalam 1 kali - Cetirizine 2x1
O:
Ku/Kes :
Sedang/CM
TD : 115/70 mmHg
N : 60 x/menit
R : 18 x/menit
S : 36,9 oC

15-09-18 S : Demam sudah - Dengue Fever Pasien BLPL


tidak ada, mual dan
muntah tidak ada. Obat yang dibawa
O: pulang :
Ku/Kes : - Paracetamol tab
Sedang/CM 4x500 mh k/p
TD : 120/80 mmHg - Cetirizine 2x1
N : 75 x/menit
R : 18 x/menit
S : 37,2 oC
BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien di diagnosis Dengue Fever. Diagnosis tersebut ditegakkan


berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan Hasil laboraturium. Dari
anamnesis didapatkan keluhan pasien demam 3 hari SMRS. Demam dirasakan
pasien timbul mendadak tinggi berlangsung terus-menerus. Hal tersebut sesuai
dengan kepustakaan bahwa, demam Dengue pada pasien menimbulkan gejala
demam yang timbulnya mendadak dan terus-menerus.

Selain demam pasien juga mengeluhkan bitnik-bintik kemerahan pada


tangan dan kaki serta sempat ada gelaja gusi berdarah walaupun hanya sebentar.
Pasien tidak memiliki riwayat perdarahan lama bila luka. Gejala tersebut sesuai
dengan kepustakaan bahwa denge fever memiliki gejala perdarahan.

Pasien juga mengeluh adanya nyeri kepala seperti berdenyut-denyut, pegal-


pegal seluruh badan dan juga terdapat keluhan mual-muntah. Tetapi pasien tidak
mengeluhkan adanya nyeri daerah belakang kepala, nyeri ulu hati, mimisan,
maupun BAB hitam. Berdasarkan kepustaan gejala yang dialami pasien sesuai
dengan diagnosis dengue fever walaupun ada beberapa gejala yang tidak muncul.

Dari pemeriksaan klinis didaptkan adanya perdarahan pada pasien berupa


ptekie-ptekie yang terdapat pada ekstremitas bawah dan juga atas dan pasein juga
sempat mengalami gusi berdarah. Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa pada
pasien dengue fever terdapat gejala perdarahan.

Diagnosis banding lain dari varisela yang saya ambil adalah eczema
herpeticum, tapi ini bisa dipatahkan dengan anamnesis karena berdasarkan
kepustakaan eczema herpeticum biasa terkena pada orang yang memiliki dermatitis
atopi, luka bakar maupun ada infeksi dikulit sebelumnya dan vesikel pun jauh lebih
banyak tetapi pada anamnesis semua disangkal.

Diagnosis dengue fever semakin ditegakkan kembali dengan dilakukannya


pemeriksaan laboraturium dimana terdapat trombosit yang rendah yaitu 65.000,
leukosit yang rendah yaitu 2500 yang menandakan infeksi virus dan semakin
diperkuat dengan diperiksanya IgG Anti DHF yang hasilnya reaktif. Hal diatas
sesuai kepustakaan dimana dengue fever memiliki kriteria trombosit turun <
100.000 dan sero imunologi yang postif reaktif terhadap DHF

Pada pasien ini dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan hasil
laboraturium saya menegakkan diagnosis dengue fever dan tidak demam berdarah
dengue karena pada pasien ini tidak ada hemokonsentrasi.

Dari diagnosis varisela pasien diberi tata laksana sebagai berikut:

1. Infus RL 20 TPM yang bertujuan untuk menjaga kebutuhan cairan, dan


elektrolit pada pasien yang saat sakit tidak terpenuhi asupannya dan untuk
mengantisipasi terjadinya syok hipovolemik yang bisa terjadi pada pasien
dengue fever.

2. Cetrizine 2 x 1 PO

Cetirizine adalah obat golongan antihistamin yang pada pasien ini diberikan
untuk mengatasi rasa gatal. Cetirizine adalah antihistamin, pada dosis farmakologi
aktif, mempunyai efek mengantuk yang lebih kecil, dengan tambahan sifat
antialergi. Cetirizine adalah reseptor H1-antagonis selektif dan pada reseptor lain
efeknya dapat diabaikan, bebas dari efek anticholinergik dan antiserotonin.
Cetirizine menghambat mediator histamin fase awal dari reaksi alergi, juga
menurunkan migrasi sel inflamasi dan melepaskan mediator yang berhubungan
dengan respon alergi yang sudah lama. Dosis yang diberika sudah sesuai
berdasarkan kepustakaan.

3. Paracetamol tab 4 x 500 mg PO bila demam > 380C

Pada pasien ini diberikan paracetamol syrup 4 x 500 sebagai pengobatan


simtomatik antipiretik bila > 380C.

PCT dapat mengganggu sintesis prostaglandin di dalam susunan saraf.


Bekerja di hipotalamus untuk menimbulkan antipiretik dan di SSP untuk
menimbulkan analgesia. PCT juga memiliki efek antiinflamasi yang ringan. PCT
digunakan untuk mengobati demam dan nyeri ringan hingga sedang.
BAB V

DAFTAR PUSTAKA

A Rena, Ni Made, SusilaUtama, Tuti Parwati M. Kelainan hematologi pada demam


berdarah dengue. FK Unud RSUP Sanglah Denpasar. Jurnal Penyakit Dalam,
Volume 10 Nomor 3. 2009.
Chan VF. Viriological and epidemiological studies of DHF in the Philippines. South East
Asian J. Trop. Med. Pub. Hlth. 1987. (cited 2012 July 14). Available from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/3433158.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Tata Laksana Demam Berdarah
Dengue.
Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Linkungan. Tata laksana demam
berdarah dengue di Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia:
2006.p 1-6.
Halstead SB. Dengue. London : Imperial College Press; 2008.
Michael B, Deen J, Buchy P, Gubler D, Harris E, Hombach J, et al. World Health
Organization dengue guidelines for diagnosis, treatment, prevention, and control
new edition 2009. Switzerland : WHO press. 2009. (cited : 2011 Oct 11). Available
from http://www.cdc.gov.
Rezeki, Sri H et al. 2004. Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat jendral Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Edisi ke-3. Jakarta: Departemen
Kesehatan.
Susanti, Y. Management Function Enquiry Dengue Fever Dengue Epidemiology In Health
City Semarang. Medical Faculty of the University of Dian Nuswantoro. Semarang;
2014.
Sutaryo. Dengue. Yogyakarta: Medika FK UGM; 2004.
Who. Dengue and severe dengue.Diakses tanggal 21 Januari 2015 pada jam 11.00 WIB
dari URL http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/

Anda mungkin juga menyukai