Anda di halaman 1dari 53

PRESENTASI KASUS

“ FRAKTUR TERBUKA CRURIS DEXTRA 1/3 MEDIA “

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Departemen Ilmu Radiologi
Rumah Sakit Tentara TK II dr. Soedjono, Magelang

Pembimbing:
Dr. Rosalia Sri Sulistijawati, M.Sc, Sp.Rad (K)

Disusun Oleh:
Syifa Silviyah
1710221036

KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN
NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
RUMAH SAKIT TENTARA TK II DR. SOEDJONO, MAGELANG
PERIODE 02 JULI – 03 AGUSTUS 2018
LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS

“FRAKTUR TERBUKA CRURIS DEXTRA 1/3 MEDIA “

Diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik di Departemen


Ilmu Radiologi
Rumah Sakit Tentara TK II dr. Soedjono, Magelang

Telah disetujui dan dipresentasikan


Pada tanggal: Juli 2018

Dokter Pembimbing

Dr. Rosalia Sri Sulistijawati, M.Sc, Sp.Rad (K)


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan kasus dengan judul “Fraktur
Terbuka Cruris Dextra 1/3 Media”. Laporan kasus ini ditulis untuk menambah
pengetahuan dan wawasan mengenai Fraktur Terbuka Cruris Dextra 1/3 Media dan
merupakan salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik di Departemen
Ilmu Radiologi Rumah Sakit Tentara TK II dr. Soedjono, Magelang.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada
dosen pembimbing, Dr. Rosalia Sri Sulistijawati, M.Sc, Sp.Rad (K) yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan pengarahan dalam
penyusunan laporan kasus ini dari awal hingga selesai. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
dimasa yang akan datang. Semoga laporan kasus ini dapat berguna bagi kita semua.

Magelang, Juli 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

Ilmu pengetahuan di bidang kedokteran semakin berkembang yaitu dengan


ditemukannya alat dan metode yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa
terhadap penderita dilakukan berbagai cara antara lain : pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan secara radiologis.
Radiodiagnostik merupakan salah satu cabang dari radiologi yang bertujuan
untuk membantu pemeriksaan dalam bidang kesehatan, yaitu untuk menegakkan
diagnosa suatu penyakit melalui pembuatan gambar yang disebut dengan radiograf.
Pemeriksaan dengan memanfaatkan sinar-X yang mengalami perkembangan yang
sangat pesat sejak pertama kali ditemukan pada tanggal 8 November 1895 oleh
Wilhelm Conrad Rontgen. Penemuan ini merupakan suatu revolusi dalam dunia
kedokteran karena dengan hasil penemuan ini dapat digunakan untuk pemeriksaan
bagian-bagian tubuh manusia yang sebelumnya tidak pernah tercapai.
Saat ini, penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak
dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bahkan WHO telah
menetapkan dekade ini (2000-2010) menjadi Dekade Tulang dan
Persendian. Penyebab fraktur terbanyak adalah karena kecelakaan lalu
lintas. Kecelakaan lalu lintas ini selain menyebabkan fraktur, menurut WHO juga
menyebabkan kematian 1,25 juta orang setiap tahunnya, dimana sebagian besar
korbannya adalah remaja atau dewasa muda.
Pada makalah ini disajikan pemeriksaan radioliogi ossa cruris yaitu, salah
satu pemeriksaan radiologi tanpa menggunakan media kontras. Indikasi pada
pemeriksaan ossa cruris yang sering terjadi adalah fraktur. Fraktur adalah
discontinuitas dari jaringan tulang ( patah tulang ) yang biasanya disebabkan oleh
adanya kekerasan yang timbul secara mendadak. Proyeksi yang digunakan dalam
permeriksaan ossa cruris di Instalasi Radiologi RST. Dr. Soedjono adalah proyeksi
AP dan Lateral. Pada laporan kasus ini, penulis ingin mengetahui manfaat
pemeriksaan ossa cruris dengan proyeksi AP dan Lateral di Instalasi RST. Dr.
Soedjono untuk mendukung diagnosa suatu penyakit atau fraktur.
BAB II
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M Jenis Kelamin : Laki – laki
Usia : 51 tahun Suku Bangsa : Jawa
Status Perkawinan : Menikah Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan No. CM : 170692
Alamat : Grabeg Tgl Masuk RS : 8 Juli 2018

II. PRIMARY SURVEY


Airway : clear
Breathing : clear
Circulation : clear
Dissability : pupil isokor 3mm/3mm, GCS : E4M6V5
Exposure :-

III. ANAMNESIS (SUBJEKTIF)


PRE OPERATIF
A. Keluhan Utama
Nyeri kaki kanan
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RST dr. Soedjono dengan keluhan nyeri pada
kaki kanan post KLL. Selain itu pasien mengeluh pada kaki yang sakit keluar
darah dan terlihat dagingnya tetapi tidak terlihat tulang. Pasien menjadi sulit
berjalan karena keluhan tersebut. KLL terjadi saat pasien seorang diri sedang
mengendarai sepeda motor yang tiba tiba ada motor yang menabraknya dari
belakang sehingga pasien sempat terseret bersama motornya dan kaki kanan
pasien tertimpa oleh motornya. Penurunan kesadaran, mual, muntah, kejang,
pandangan ganda dan telinga berdenging setelah kejadian disangkal oleh
pasien.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
 R. Keluhan serupa : disangkal
 R.P trauma sebelumnya : disangkal
 R. Hipertensi : diakui dan tidak terkontrol
 R. DM : disangkal

D. Riwayat Penyakit Keluarga


 R. Keluhan serupa : disangkal
 R.P hipertensi : disangkal
 R.P DM : disangkal

IV. PEMERIKSAAN FISIK


Tanggal 10 Juli 2018 di Bangsal
A. Status Generalis
 Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
 Kesadaran : Compos mentis
 Tanda Vital
- Tekanan darah : 170/100 mmHg
- Nadi : 90 kali/menit
- Suhu : 36,5C
- Pernapasan : 20 x/menit
- Saturasi oksigen : 98 %
 Kepala
Tampak kepala normocephal, hematom (-)
 Mata
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya +/+
 Hidung
Bentuk normal, sekret (-/-), nyeri tekan (-).
 Telinga
Bentuk normal, discharge (-/-).
 Mulut
Bibir tidak tampak kering, sianosis (-), lidah tidak ada kelainan, uvula di
tengah, faring tidak hiperemis, tonsil T1/T1.
 Leher
Benjolan di leher (-).
 Thorax
a. Paru
o Inspeksi : bentuk normal, simetris, otot bantu pernapasan (-)
o Palpasi : vocal fremitus sama kuat pada seluruh lapang paru,
nyerit tekan (-/-), krepitasi (-)
o Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
o Auskultasi : suara napas vesikuler (+/+), rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
b. Jantung
o Inspeksi : pulsasi iktus kordis tidak tampak
o Palpasi : iktus kordis tidak teraba
o Perkusi :
- Batas kiri : ICS V, 1-2 cm ke medial linea
midclavicula sinistra
- Batas atas : ICS II, linea parasternal sinistra
- Batas kanan : ICS IV, linea sternalis dextra
- Batas pinggang : ICS III linea parasternal kiri
o Auskultasi : BJ I-II normal, suara tambahan (-)
 Abdomen
o Inspeksi : datar, pergerakan usus (-), sikatrik (-), massa (-)
o Auskultasi : bising usus (+) normal
o Palpasi : supel, massa (-), nyeri tekan (-), defans muskular
(-), hepar dan lien tidak teraba
o Perkusi : timpani, pekak alih (-)
 Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik
 Kelenjar Getah Bening inguinal tidak teraba membesar
B. Status Lokalis
a/r region cruris anterior dextra
Look
• Perubahan warna kulit : warna kulit membiru,
hematom (+)
• Deformitas :
- Bengkak : (+) pada bagian cruris anterior dextra
• Luka : VL pada bagian cruris anterior dextra, tepi
irregular , ukuran diameter 7 cm, kontaminasi sedang dan terlihat dasar otot.
• Perdarahan : (+)
Feel
• Nyeri tekan : (+) pada bagian cruris anterior dextra
• Sensibilitas ( Raba/nyeri ) : +/+ (masih baik)
• Suhu : teraba hangat
• Krepitasi : tidak diperiksa
• CRT : < 2 detik
Move
 Gerak aktif dan pasif, ROM terbatas karena nyeri

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium 07 Juli 2018
Hemoglobin 14,2 g/dl 12.0 – 16.0
Hematocrit 35,3 % 35.0 – 47.0
Leukosit 22.100 U/L (H) 3600 – 11.000
Trombosit 332.000 150.000 – 44.000
Eritrosit 4.17 X 106 /ul 3,8 – 5,2
MCV 85,7 fl 80.0 – 100.0
MCH 29,6 pg/cell 26.0 – 35.0
MCHC 35,7 % 31.0 – 36.0
RDW 9,9 % (L) 11.0 – 16.0
MPV 8,9 fl 8.0 – 11.0
b. Hasil roentgen regio cruris dextra AP/Lateral view

Hasil interpretasi foto rontgen :


o Fracture segmentale fibulae dextra 1/3 media, cum avulsi, a/a tidak
baik
o Tak tampak dislokasi
o Soft tissue swelling region cruris dextra 1/3 media suspect hematoma.
c. Hasil roentgen regio thoraks AP view
Hasil :
o Corakan bronchovascular normal
o Kedua sinus costophrenicus lancip
o Kedua diafragma licin, dumb diafgragma normal
o CTR < 0,56
o Trachea dan Mediastinum di tengah
o Tak tampak penebalan hilus
o Sistema tulang tak tampak kelainan
Kesan :
o Tak tampak fracture / dislokasi
o Tak tampak hematopneumothorax
o Pulmo dan besar cor normal

VI. DIAGNOSIS
Open Fracture segmentale fibullae dextra 1/3 media grade II.

VII. PLANNING
A. Treatment
 Planning Diagnostik
o Laboratorium darah : Darah lengkap, CT, BT.
 Planning Terapi
Farmakologi (7 Juli 2018)
o IVFD RL 20 tpm
o Amoxilline 3 x 1
o Asam Mefenamat 3 x 1
o Captopril

Non Farmakologi
o Debridement
o Imobiliasasi
o Operatif
1. Puasa 6 jam
2. Konsultasi spesialis Anestesi
o Operation

Rontgen Cruris Dextra AP/Lateral View (Post op)


Hasil :
o Terpasang fixasi intramedullary k-wire pada fracture segmentale
fibulae dextra 1/3 media, cum avulsi. a/a baik
o Tak tampak dislokasi
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

III. 1 Anatomi dan Fisiologi


Ossa Cruris berasal dari bahasa latin crus atau cruca yang berarti tungkai
bahwa yang terdiri dari tulang tibia dan fibula (Ahmad Ramadi, 1987). 1/3 distal
dextra adalah tualng dibagi menjadi tiga bagian kemudian bagian yang paling
bawah yang diambil.
Os Tibialis dan fibularis merupakan tulang pipa yang terbesar setelah tulang
paha yang membentuk persendian lutut dengan Os femur. Pada bagian ujungnya
terdapat tonjolan yang disebut Os maleolus lateralis (mata kaki luar).
1. Tibia
Tibia atau tulang kering merupakan kerangka yang utama dari tungkai
bawah dan terletak medial dari fibula atau tulang betis. Tibia adalah tulang
pipa dengan sebuah batang dan dua ujung.
Ujung atas memperlihatkan adanya kondil medial dan kondil lateral.
Kondi-kondil ini merupakan bagian yang paling atas dan paling pinggir
dari tulang. Permukaan superior memperlihatkkan dua dataran permukaan
persendian untuk femur dalam formasi sendi lutut.
Kondil lateral memperlihatkan posterior sebuah faset untuk
persendian dengan kepala fibula pada sendi tibio-fibuler superior. Kondil-
kondil ini di sebelah belakang dipisahkan oleh lekukan popliteum.
Ujung bawah masuk dalam formasi persendian mata kaki. Tulangnya
sedikit melebar dan ke bawah sebelah medial menjulang menjadi maleolus
medial atau maleolus tibiae.
Permukaan lateral dari ujung bawah bersendi dengan fibula pada
persendian tibio-fibuler inferior. Tibia membuat sendi dengan tiga tulang,
yaitu femur, fibula dan talus.
Merupakan tulang tungkai bawah yang lebih besar dan terletak di
sebelah medial sesuai dengan os radius pada lengan atas.Tetapi Radius
posisinya terletak disebelah lateral karena anggota badan bawah memutar
kearah medialis. Atas alasan yang sama maka ibu jari kaki terletak
disebelah medialis berlawanan dengan ibu jari tangan yang terletak
disebelah lateralis. (Anatomi fisiologi, untuk siswa perawat, 1997)
1. Malleolus medialis
Merupakan sebuah ciri yang penting untuk segi medis
pergelangan kaki. Mempunyai sebuah pinggir bawah dan permukaan
pinggir bawah mempunyai sebuah lekukan disebelah posterior dan
merupakan tempat lekat dari ligamentum deltoideum.
2. Permukaan anterior
Merupakan tempat lekat dari kapsula pergelangan kaki.
Permukaan posterior beralur untuk tempat lewat tendo muskulus
tibialis posterior dan pinggir dari alur merupakan tempat lekat dari
retinakulum fleksores.
3. Permukaan posterior
Berhubungan dengan permukaan posterior korpus. Dipisahkan
dari permukaan inferior oleh sebuah pinggiran yang tajam dan
merupakan tempat lekat dari kapsula sendi pergelangan kaki.
4. Permukaan lateralis
Mempunyai bentuk seperti koma yang merupakan sendi yang
sama pada permukaan medialis os talus.
2. Fibula
Merupakan tulang tungkai bawah yang terletak disebelah lateral dan
bentuknya lebih kecil sesuai os ulna pada tulang lengan bawah. Arti kata
fibula adalah kurus atau kecil. Tulang ini panjang, sangat kurus dan
gambaran korpusnya bervariasi diakibatkan oleh cetakan yang bervariasi
dari kekuatan otot – otot yang melekat pada tulang tersebut. Tidak urut
dalam membentuk sendi pergelangan kaki, dan tulang ini bukan merupakan
tulang yang turut menahan berat badan.
Pada fibula bagian ujung bawah disebut malleolus lateralis. Disebelah
bawah kira – kira 0,5 cm disebelah bawah medialis, juga letaknya lebih
posterior. Sisi – sisinya mendatar, mempunyai permukaan anterior dan
posterior yang sempit dan permukaan – permukaan medialis dan lateralis
yang lebih lebar. Permukaan anterior menjadi tempat lekat dari ligamentum
talofibularis anterior. Permukaan lateralis terletak subkutan dan berbentuk
sebagai penonjolan lubang. Pinggir lateral alur tadi merupakan tempat lekat
dari retinakulum. Permukaan sendi yang berbentuk segi tiga pada
permukaan medialis bersendi dengan os talus, persendian ini merupakan
sebagian dari sendi pergelangan kaki. Fosa malleolaris terletak disebelah
belakang permukaan sendi mempunyai banyak foramina vaskularis
dibagian atasnya. Pinggir inferior malleolus mempunyai apek yang
menjorok kebawah. Disebelah anterior dari apek terdapat sebuah insisura
yang merupakan tempat lekat dari ligamentum kalkaneofibularis.(Anatomi
fisiologi untuk siswa perawat, 1997).

Gambar : Anatomi Tibia dan Fibula kiri dilihat dari anterior


(Merills edisi 11, 2007).

Gambar : Anatomi Tibia dan Fibula kiri dilihat dari posterior


(Merills edisi 11,2007)

Gambar : Anatomi Tibia dan Fibula kiri dilihat dari lateral


(Merills edisi 11, 2007)

III. 2 Teknik Pemeriksaan Ossa Cruris


1) Definisi pemeriksaan Ossa Cruris
Teknik radiografi Ossa Cruris adalah teknik radiografi dengan memperlihatkan
tulang-tulang yang terdapat pada Ossa Cruris yaitu tulang tibia dan fibula
2) Tujuan pemeriksaan Ossa Cruris
Teknik radiografi Ossa Cruris bertujuan untuk melihat kelainan-kelainan yang
terdapat pada tulang tibia dan fibula
3) Persiapan pemeriksaan Ossa Cruris :
 Persiapan pasien
Tidak ada persiapan khusus pada pemeriksaan cruris, hanya melepas
benda-benda yang dapat mengganggu gambaran radiograf
 Persiapan alat
 Pesawat sinar-x
 Kaset ukuran 30 x 40 cm.
 Marker R dan L
 Procecing Film
 Meteran
 Spon/Sandbag

4) Teknik pemeriksaan Ossa Cruris


 Proyeksi Antero-Posterior (AP).
 Posisi pasien : Supine atau duduk diatas meja pemeriksaan dan
kedua tungkai lurus.
 Posisi obyek :
- Tungkai yang akan difoto diatur true AP, kedua condylus
berjarak sama terhadap kaset, serta
- atur kedua maleolus medial dan lateral sama dengan kaset
dan kaset membujur dibawah kaset.
 Titik bidik : Pada pertengahan cruris.
 Arah sumbu sinar : Vertikal tegak lurus terhadap kaset.
 Kriteria foto :
- Tampak gambaran AP cruris.
- Pada proksimal dan distal artikulatio tibia dan fibula
sedikit overlap, tapi pada korpus tidak.
- Trabekula tulang dan jaringan lunak tampak.
- Angkle joint dan knee joint dalam posisi ”true AP”.

Proyeksi AP
Gambar : Posisi pasien pada pemeriksaan cruris proyeksi AP
Sumber : Merril’s Atlas of Radiographyc Possitioning and Procedures
Gambar : Radiograf proyeksi AP pada pemeriksaan cruris
Sumber : Merril’s Atlas of Radiographyc Possitioning and Procedures
 Proyeksi Lateral .
 Posisi pasien :
- Pasien tidur miring diatas meja pemeriksaan dengan tungkai
yang akan difoto lurus,
- tungkai yang lain genu fleksi diletakkan didepan tungkai
yang sakit dan diganjal.
 Posisi obyek :
- Tungkai bawah yang akan difoto diatur true lateral dengan
cara mengatur kedua condylus saling superposisi dan kedua
maleolus juga saling superposisi.
 Titik bidik : Pada pertengahan cruris.
 Arah sumbu sinar : Vertikal tegak lurus terhadap kaset.
 Kriteria gambar :
- Tampak cruris pada posisi lateral.
- Tampak tibia dan fibula saling superposisi.
- Tampak fibula distal overlep dengan setengah bagian
posterior tibia.
- “Shaf of tibia” dan fibula tampak terpisah kecuali pada kedua
ujung persendian.
Gambar : Posisi pasien pada pemeriksaan cruris proyeksi Lateral
Sumber : Merril’s Atlas of Radiographyc Possitioning and Procedures

Gambar : Radiograf proyeksi Lateral pada pemeriksaan cruris


Sumber : Merril’s Atlas of Radiographyc Possitioning and Procedures

 Proyeksi AP Obliq Medial Rotation


 Posisi pasien : Pasien tidur miring diatas meja pemeriksaan
dengan tungkai yang akan difoto obliq medial
 Posisi obyek :
- Tungkai bawah yang akan difoto diatur obliq medial, dengan
cara mambentuk sudut 45°.
- Kaki diganjal dengan alat fiksasi
 Titik bidik : Pada pertengahan cruris.
 Arah sumbu sinar : Vertikal tegak lurus terhadap kaset.
 Kriteria gambar :
- Tampak gambaran AP Obliq Medial.
- Tampak tibia dan fibula tidak superposisi.
- Tampak Ankle Joint
- Tampak fraktur pada medial tibia dan fibula

Gambar : Posisi pasien pada pemeriksaan cruris proyeksi AP Obliq Medial


Rotation
Sumber : Merril’s Atlas of Radiographyc Possitioning and Procedures

Gambar : Radiograf proyeksi AP Obliq Medial Rotation pada pemeriksaan cruris


Sumber : Merril’s Atlas of Radiographyc Possitioning and Procedures
 Proyeksi AP Obliq Lateral Rotation
 Posisi pasien : Pasien tidur miring diatas meja pemeriksaan
dengan tungkai yang akan difoto obliq lateral
 Posisi obyek :
- Tungkai bawah yang akan difoto diatur obliq lateral, dengan
cara mambentuk sudut 45°.
 Titik bidik : Pada pertengahan cruris.
 Arah sumbu sinar : Vertikal tegak lurus terhadap kaset.
 Kriteria gambar :
- Tampak gambaran AP Obliq Lateral.
- Tampak tibia dan fibula superposisi.
- Tampak Ankle Joint
- Tampak fraktur pada 1/3 distal tibia

Gambar : Posisi pasien pada pemeriksaan cruris proyeksi AP Obliq Lateral


Rotation
Sumber : Merril’s Atlas of Radiographyc Possitioning and Procedures
Gambar : Radiograf proyeksi AP Obliq Lateral Rotation pada pemeriksaan cruris
Sumber : Merril’s Atlas of Radiographyc Possitioning and Procedures

III. 3 Klasifikasi Fraktur


Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas struktur tulang. Gejala klinis yang
terjadi pada fraktur adalah pembengkakan, deformitas, kekakuan gerak yang
abnormal, krepitasi, kehilangan fungsi dan rasa sakit. Terdapat dua penyebab
utama yang menyebabkan fraktur yaitu trauma seperti trauma langsung atau tidak
langsung dan peristiwa patologis seperti stress fraktur atau kelemahan tulang.
Secara garis besar fraktur dapat dibagi menjadi fraktur komplit dan fraktur
inkomplit.1,7
A. Fraktur Inkomplit
Fraktur inkomplit adalah patahnya tulang hanya pada satu sisi saja (terjadi
kerusakan cortex pada satu sisi tulang). Terdapat dua tipe fraktur inkomplit
yaitu fraktur greenstick dan fraktur torus.8,9
1) Fraktur Greenstik adalah fraktur yang sering terjadi pada anak-anak
karena tulang anak-anak yang masih lunak. Fraktur ini terjadi apabila
satu sisi tulang patah dan pada sisi lain bengkok atau melengkung,
tulang melengkung disebabkan oleh konsistensinya yang elastik.
Periosteumnya tetap utuh. Fraktur ini biasanya mudah diatasi dan
sembuh dengan baik.1,9

Gambar. Fraktur Greenstick.10


Gambar. panah diatas menunjukkan bagian tulang yang patah yang ujungnya
saling berpisah satu sama lain dan tidak intak sedangkan sisi lain periosteumnya
masih baik.11
2) Fraktur torus adalah adalah cedera kompresi pada tulang anak-anak.
Tulang elastis tidak terjadi fraktur tapi tulang tersebut
membengkok.1,9

Gambar. Gambaran torus fraktur.12


Gambar. Foto wrist joint posisi AP/Oblik/Lateral. Tampak gambaran fraktur tipe
torus (buckle) pada cortex distal os radius.13

B. Fraktur Komplit
Fraktur. Fraktur ini bisa menyebabkan tulang terbagi menjadi dua segmen
dan biasanya disertai dengan displasia dari fragmen tersebut. Fraktur komplit
sering terjadi pada orang dewasa dan bisa diklasifikasikan berdasarkan arah
komplit adalah patah pada seluruh garis tengah tulang, luas dan melintang
fraktur tulang (Direction of the break), jumlah garis fragmen (The degree of
the damage to the bone), hubungan dengan dunia luar, dan penggeseran
fragment tulang (displacement).7,8,9
1) Berdasarkan arah fraktur tulang (Direction of the break)
Arah fraktur dikenal juga sebagai garis patah tulang. Seperti yang
dipaparkan pada gambar dibawah ini, arah fraktur bisa terbagi kepada
fraktur transversal, fraktur oblik, fraktur spiral, fraktur impaksi, dan fraktur
avulsi. Fraktur komunitif dan fraktur segmental akan dibahas pada
klasifikasi berdasarkan jumlah fragment.7,8

Gambar 6. Pembagian tipe fraktur.14


a. Fraktur Transversal
Fraktur transversal adalah fraktur yang arah garis patahnya
melintang. Pada fraktur ini, segmen-segmen tulang yang patah apabila
direposisi atau direduksi kembali ke tempatnya semula, maka segmen-
segmen tersebut akan stabil, dan biasanya mudah dikontrol dengan
bidai gips.1,8,9,15

Gambar. Fraktur transversal.16

Gambar 8. Foto Cruris posisi AP/ Lateral. Tampak gambaran fraktur transversal
pada bagian distal os tibia.17

b. Fraktur Oblik
Fraktur Oblik adalah garis patah miring. Fraktur ini garis patahnya
membentuk sudut terhadap tulang dan cenderung tidak stabil serta sulit
untuk diperbaiki.1,8,9,15
Gambar. Fraktur Oblik.16

Gambar. Foto Cruris posisi AP/ Lateral. Tampak gambaran fraktur oblik pada os
tibia.17
c. Fraktur spiral
Fraktur spiral adalah fraktur yang garis patahnya melingkar. Fraktur
ini biasanya timbul akibat torsi pada
ekstremitas. Fraktur ini biasanya hanya
menimbulkan sedikit kerusakan pada
jaringan lunak, dan fraktur semacam ini
cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi
luar.1,8,9,15

Gambar. Fraktur Spiral.16


Gambar 12. Foto crurisr posisi AP/ Lateral. Tampak gambaran fraktur spiral
pada os tibia.17
d. Fraktur Impaksi
Fraktur kompresi terjadi ketika dua tulang
menumbuk tulang ketiga yang berada di
antaranya.8,9

Gambar. Fraktur Impaksi.18

Gambar 14. Fraktur impaksi os humerus.19


e. Fraktur Avulsi
Fraktur avulsi adalah
pemisahan fragmen tulang
(biasanya kecil) di area
perlekatan ligament atau tendon
(Gambar 11). Fraktur avulsi
sering terjadi di pergelangan
kaki (ankle) dan di jari-jari.
Fragmen tulang avulsi agak
besar dan garis fraktur sering
terjadi secara transversal karena
fraktur avulsi menyebabkan
kerusakan pada struktur perlekatan jaringan lunak.8,9,15
Gambar. Fraktur avulsi.20

Gambar 16. Tampak gambaran


fraktur avulsi pada pole inferior
patella dengan bergeraknya
patella ke atas dan swelling
jaringan lunak yang signifikan.21

2) Berdasarkan jumlah fragment (The degree of the damage done to the


bone)
a. Fraktur segmental
Fraktur segmental terjadi apabila dua fraktur komplit yang terpisah
(sering terpisah secara transversal). Oleh itu, tulang akan terbagi
menjadi tiga fragment besar. Butterfly Fragment adalah fragment
segitiga yang besar, sering terjadi di axis tulang panjang.8,9,15
Gambar. Fraktur segmental.22

Gambar. Foto crurisr posisi AP/ Lateral. Tampak gambaran fraktur segmental os
tibia dan fibula.23
b. Fraktur Kominutif
Fraktur komunitif adalah serpihan-serpihan atau terputusnya
keutuhan jaringan dengan lebih dari dua fragment tulang. Tahap fraktur
komunitif tergantung pada kekuatan gaya yang menyebabkan
cedera.1,8,9
Gambar. Fraktur kominutif.16
Gambar 17. Foto cruris posisi AP/ Lateral. Tampak gambaran fraktur kominutif
os tibia dan fibula.31
c. Fraktur Multipel
Fraktur multipel adalah fraktur tulang yang terjadi pada beberapa
bagian tulang yang berlainan.1,7,8

Gambar. Fraktur mutipel.25

Gambar. Foto Manus. Tampak gambaran fraktur mutipel os metacarpal.26


3) Berdasarkan hubungan dengan dunia luar
a. Fraktur tertutup (Closed Fracture) bila tidak terdapat hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar. Fraktur tanpa adanya
komplikasi, kulit masih utuh, tulang tidak menonjol melalui
kulit.1,8,9,15

Gambar. Gambaran klinis fraktur tertutup.27

Gambar. Tampak gambaran fraktur 1/3 distal os radius dan ulna dengan soft
tissue intak (fraktur tertutup).27

b. Fraktur terbuka (open/ compound fracture) bila terdapat hubungan


antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di
kulit.
Gambar 22. Gambaran klinis fraktur terbuka.28

Gambar. Tampak fraktur distal os fibula dan dislokasi tibia ke caudal, tampak
tulang menempus soft tissue.28
Fraktur terbuka dibagi menjadi tiga derajat (menurut R.Gustillo),
yaitu:1,8,9,15
a. Derajat I:
i. Luka <1 cm
ii. Kerusakan jaringan lunak sedikit, relatif tanda luka remuk
iii. Fraktur sederhana, transversal, oblik atau komunitif ringan
iv. Kontaminasi minimal
b. Derajat II:
i. Laserasi >1 cm
ii. Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/avulse
iii. Fraktur komunitif sedang
iv. Kontaminasi sedang
c. Derajat III:
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit,
otot, dan neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi. Fraktur terbuka
derajat III terbagi atas:
i. Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun
terdapat laserasi luas/flap/avulse atau fraktur segmental/sangat
komunitif yang disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa
melihat besarnya ukuran luka.
ii. Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar atau
terkontaminasi.
iii. Luka pada pembuluh arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki tanpa
melihat kerusakan jaringan lunak.
4) Berdasarkan kedudukan pergeseran fraktur (Displacement of
fracture)
Fraktur pergeseran adalah posisi yang abnormal pada fragment fraktur
di bagian distal yang berhubungan dengan tulang proximal. Fraktur
penggeseran bisa menyebabkan peralihan tulang, pemendekan tulang,
pembentukan sudut angulasi, rotasi, dan perubahan alignment seperti yang
dilampirkan pada Gambar 16. Peralihan (distraction) adalah pemisahan pada
axis longitudinal tulang yang ditandai dengan gangguan alignment tulang.
Namun, pergeseran (displacement) adalah tahap dimana fragmen fraktur
keluar dari alignment tulang. Angulasi adalah sudut pada fragmen distal yang
diukur dari fragment proximal. Penggeseran dan angulasi bisa terjadi pada
ventral-dorsal plane, lateral-medial plane atau keduanya.15
Gambar 24. Displacement of Fractur.14
a. Perubahan alignment (Loss of alignment)
Istillah ‘pergeseran’ (displacement) adalah perubahan alignment
tulang di sepanjang axis tulang. Perubahan alignment sering disertai
beberapa derajat angulasi, rotasi, atau perubahan kepanjangan tulang.15
b. Pemendekkan tulang (shortening)
Pergeseran tulang distal kearah proximal menyebabkan pemendekan
(shortening) pada tulang panjang. Pemendekan tulang pada fraktur oblik
lebih parah dibandingkan pemendekan akibat fraktur transversal.15
c. Angulasi (Angulation) dan Rotasi (Rotation)
Angulasi merupakan berkaitan dengan arah tulang distal dan
terhadap tulang proximal (Gambar 21). Angulasi pada bagian medial
dikenal sebagai ‘Varus’ dan angulasi pada pada lateral dikenal sebagai
‘Valgus’.7,15

Gambar 25. Angulasi dan


Rotasi.12
d. Peralihan tulang (distraction)
dan impaksi
Fraktur yang menyebabkan peningkatan panjang tulang. Peningkatan
panjang tulang ini disebabkan oleh pelebaran komponen tulang. Jika
terjadi adalah disebabkan oleh suatu impaksi.15

Gambar 26. Peralihan tulang dan Impaksi.14


5) Berdasarkan lokasi pada tulang fisis
Tulang fisis adalah bagian tulang yang merupakan lempeng pertumbuhan,
bagian ini relatif lemah sehingga strain pada sendi dapat berakibat pemisahan
fisis pada anak-anak. Fraktur fisis dapat terjadi akibat jatuh atau cedera traksi.
Klasifikasi yang paling banyak digunakan untuk cedera atau fraktur fisis
adalah klasifikasi menurut Salter-Harris:29

Gambar 27. Klasifikasi Salter-Harris.30


a. Tipe I: fraktur transversal melalui sisi metafisis dari lempeng
pertumbuhan, prognosis sangat baik setelah dilakukan reduksi
tertutup.
b. Tipe II: fraktur melalui sebagian lempeng pertumbuhan, timbul
melalui tulang metafisis, prognosis juga sangat baik dengan reduksi
tertutup.
c. Tipe III: fraktur longitudinal melalui permukaan artikularis dan
episfisis dan kemudian secara transversal melalui sisi metafisis dari
lempeng pertumbuhan. Prognosis cukup baik meskipun hanya
dengan reduksi antomi.
d. Tipe IV: fraktur longitudinal melalui epifisis, lempeng pertumbuhan
dan terjadi melalui tulang metafisis. Reduksi terbuka biasanya
penting dan mempunyai resiko gangguan pertumbuhan lanjut yang
lebih besar.
e. Tipe V: cedera remuk dari lempeng pertumbuhan, insidens
gangguan pertumbuhan lanjut adalah tinggi tidak normal.1,29

III. 4 Penyembuhan Fraktur


Penyembuhan fraktur pada tulang kortikal
Proses penyembuhan fraktur pada tulang kortikal terdiri atas lima fase, yaitu
:
1. Fase hematoma
Apabila terjadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah kecil
yang melewati kanalikuli dalam sistem Haversian mengalami robekan pada
daerah fraktur dan akan membentuk hematoma di antara kedua sisi fraktur.
Hematoma yang besar diliputi oleh periosteum. Periosteum akan terdorong dan
dapat mengalami robekan akibat tekanan hematoma yang terjadi sehingga
dapat terjadi ekstravasasi darah ke dalam jaringan lunak.
Osteosit dengan lakunanya yang terletak beberapa millimeter dari fraktur
akan kehilangan darah dan mati, yang akan menimbulkan suatu cincin
avaskuler tulang yang mati pada sisi fraktur segera setelah trauma.
2. Fase proliferasi seluler subperiosteal dan endosteal
Pada saat ini terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu
reaksi penyembuhan. Penyembuhan fraktur terjadi karena adanya sel-sel
osteogenik yang berproliferasi dari periosteum untuk membentuk kalus
eksterna serta pada daerah endosteum membentuk kalus interna sebagai
aktifitas seluler dalam kanalis medularis. Apabila terjadi robekan yang hebat
pada periosteum, maka penyembuhan sel berasal dari diferensiasi sel-sel
mesenkimal yang tidak berdiferensiasi ke dalam jaringan lunak. Pada tahap
awal dari penyembuhan fraktur ini terjadi petambahan jumlah dari sel-sel
osteogenik yang member pertumbuhan yang cepat pada jaringan osteogenik
yang sifatnya lebih cepat dari tumor ganas. Jaringan seluler tidak terbentuk dari
organisasi pembekuan hematoma suatu daerah fraktur. Setelah beberapa
minggu, kalus dari fraktur akan membentuk suatu massa yang meliputi jaringan
osteogenik. Pada pemeriksaan radiologis kalus belum mengandung tulang
sehingga merupakan suatu daerah radiolusen.
3. Fase pembentukan kalus (fase union secara klinis)
Setelah pembentukan jaringan seluler yang bertumbuh dari setiap
fragmen sel dasar yang berasal dari osteoblas dan kemudian pada kondroblas
membentuk tulang rawan. Tempat osteoblas diduduki oleh matriks interseluler
kolagen dan perlekatan polisakarida oleh garam-garam kalsium membentuk
suatu tulang yang imatur. Bentuk tulang ini disebut sebagai woven bone. Pada
pemeriksaan radiologis kalus atau woven bone sudah terlihat dan merupakan
indikasi radiologik pertama terjadinya penyembuhan fraktur.
4. Fase konsolidasi (fase union secara radiologik)
Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan-lahan
diubah menjadi tulang yang lebih matang oleh aktivitas osteoblas yang menjadi
struktur lamelar dan kelebihan kalus akan diresorpsi secara bertahap.
5. Fase remodeling
Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru membentuk bagian
yang menyerupai bulbus yang meliputi tulang tetapi tanpa kanalis medularis.
Pada fase remodeling ini, perlahan-lahan terjadi resorpsi secara osteoklastik
dan tetap terjadi proses osteoblastik pada tulang dan kalus eksternal secara
perlahan-lahan menghilang. Kalus intermediate berubah menjadi tulang yang
kompak dan berisi sistem Haversian dan kalus bagian dalam akan mengalami
peronggaan untuk membentuk ruang sumsum

Penyembuhan fraktur pada tulang kanselosa (spongiosa)


Penyembuhan fraktur pada tulang kanselosa terjadi secara cepat karena
beberapa faktor, yaitu:
1. Vaskularisasi yang cukup
2. Terdapat permukaan yang lebih luas
3. Kontak yang baik memberikan kemudahan vaskularisasi yang cepat
4. Hematoma memegang peranan dalam penyembuhan fraktur
Tulang kanselosa yang berlokalisasi pada metafisis tulang panjang, tulang
pendek serta tulang pipih diliputi oleh korteks yang tipis. Penyembuhan fraktur
pada daerah tulang kanselosa melalui proses pembentukan kalus interna dan
endosteal. Pada anak-anak proses penyembuhan pada daerah korteks juga
memegang peranan penting. Proses osteogenik penyembuhan sel dari bagian
endosteal yang menutupi trabekula, berproliferasi untuk membentuk woven bone
primer di dalam daerah fraktur yang disertai hematoma. Pembentukan kalus interna
mengisi ruangan pada daerah fraktur. Penyembuhan fraktur pada tulang kanselosa
terjadi pada daerah dimana terjadi kontak langsung diantara kedua permukaan
fraktur yang berarti satu kalus endosteal. Apabila terjadi kontak dari kedua fraktur
maka terjadi union secara klinis. Selanjutnya woven bone diganti dengan tulang
lamelar dan tulang mengalami konsolidasi.

Penyembuhan fraktur pada tulang rawan persendian


Tulang rawan hialin permukaan sendi sangat terbatas kemampuannya untuk
regenerasi. Pada fraktur inta-artikuler penyembuhan tidak terjadi melalui tulang
rawan hialin, tetapi terbentuk melalui fibrokartilago.

Pengobatan
Tindakan pengobatan selalu harus mempertimbangkan pengobatan
konservatif dengan pemakaian gips sirkuler di atas lutut dengan sedikit fleksi.
Operasi dilakukan apabila ada indikasi seperti fraktur terbuka, malunion atau
nonunion yang sangat jarang ditemukan.
1. Konservatif
Pengobatan standar dengan cara konservatif berupa reduksi fraktur dengan
manipulasi tertutup dengan pembiusan umum. Pemasangan gips sirkuler untuk
immobilisasi, dipasang sampai diatas lutut.
Prinsip reposisi adalah fraktur tertutup, ada kontak 70% atau lebih, tidak ada
angulasi dan tidak ada rotasi. Apabila ada angulasi, dapat dilakukan koreksi
setelah 3 minggu (union secara fibrosa). Pada fraktur oblik atau spiral,
imobilisasi dengan gips biasanya sulit dipertahankan, sehingga mungkin
diperlukan tindakan operasi.
Cast bracing adalah teknik pemasangan gips sirkuler dengan tumpuan pada
tendo patella (gips Sarmiento) yang biasanya dipergunakan setelah
pembengkakan mereda atau terjadi union secara fibrosa.
2. Operatif
Terapi operatif dilakukan pada fraktur terbuka, kegagalan dalam terapi
konservatif, fraktur tidak stabil dan adanya nonunion. Metode pengobatan
operatif adalah sama ada pemasangan plate dan screw, atau nail intrameduler,
atau pemasangan screw semata-mata atau pemasangan fiksasi eksterna.
Indikasi pemasangan fiksasi eksterna pada fraktur tibia:
 Fraktur tibia terbuka grade II dan III terutama apabila terdapat kerusakan
jaringan yang hebat atau hilangnya fragmen tulang
 Pseudoartrosis yang mengalami infeksi (infected pseudoarthrosis)
III. 5 Komplikasi
Komplikasi pada fraktur yang dapat dilihat pada foto roentgen, ialah:
a. OSTEOMIELITIS
Osteomyelitis adalah penyakit pada tulang, yang ditandai dengan
adanya peradangan sumsum tulang dan tulang yang berdekatan dan sering
dikaitkan dengan hancurnya kortikal dan trabekular tulang. Penyakit ini
memiliki dua manifestasi yaitu osteomyelitis hematogenous dan contiguous
osteomyelitis dengan atau tanpa insufisiensi vaskular. Baik hematogenous
dan contiguous osteomyelitis mungkin lebih lanjut diklasifikasikan sebagai
akut atau kronis.35
Invasi dari organisme yang dapat menyerang tulang baik secara invasi
lansung yang berasal dari luka yang terinfeksi , atau dari infeksi persendian,
atau dapat pula berasal dari penyebaran melalui pembuluh darah yang berasal
dari daerah yang jauh, biasanya adalah kulit. Osteomyelitis haematogenus
biasanya terjadi selama proses pertumbuhan , namun semua umur dapat
beresiko dan pada beberapa kasus ditemukan pada orang tua. Pada bayi,
penyebab tersering adalah streptococcus. Pada orang dewasa Staphylococcus
lebih sering ditemukan.35
Sangat penting untuk mengetahui suplai pembuluh darah tulang
sebelum mendeskripsikan infeksi yang melalui pembuluh darah. Suplai
pembuluh darah pada tulang panjang dapat berasal dari :35
1. Arteri Nutrisia. Arteri ini merupakan sumber terbesar suplai darah .
Arteri ini mensuplai medulla dan bagian dalam korteks.
2. Pembuluh darah periosteum, yang mensuplai darah korteks bagian luar.
3. Pembuluh darah metaphisis dan epifisis.
Pada orang dewasa, setelah lempengan epifisis tergabung, pembuluh
darah metafisi dan epifisis akan bergabung sehingga dapat terjadi arthritis
septic. Bagaimanapun periosteum merupakan sumber yang paling banyak
yang berperan pada infeksi pada sendi dibandingkan dengan sumber yang
berasal dari metafisis.35

Pada osteomielitis akut terdapat periode laten yaitu 10 -12 hari diantara
onset gejala klinis dan perkembangan gambran radiologi pada tulang . Karena
terapi yang adekuat sangat diperlukan pada keadaan awal , dimana tidak
diperlukan untuk menunggu perkembangan dari foto radiologi untuk
melakukan penanganan yang tepat. Radioisotop tulang sangat sensitive
terhadap perubahan osteomielitis, tampak daerah dimana meningkatnya
aktifitas radiografi pada daerah infeksi baik sebelum tampak tanda-tanda
osteomielitis pada foto polos tulang.35

A B C
Gambar 29. Osteomyelitis akut pada ulna. 8
Gambar Osteomyelitis akut A : Pemeriksaan didapatkan setelah 10 hari dari
onset gejala yang menggambarkan hancurnya dinding tulang disertai dengan reaksi
periosteal pembentukan tulang baru yang mengelilingi distal diafisis dan metafisis.
B : Pemeriksaan diulangi kembali pada 1 minggu berikutnya memperlihatkan
jumlah formasi subperiosteal pada pebentukan tulang baru. C : Pemeriksaan
dilakukan 6 bulan kemudian memperlihatkan penebalan residual korteks , tetapi
tidak tampak area destruksi tulang.8
Dalam waktu singkat , destruksi tulang menjadi sangat menonjol,
menyebabkan tepi tulang tidak rata, moth-eaten appearance pada daerah medulla
tulang, dimana focus destruksi bercampur dengan area tulang normal. Formasi
pembentukan tulng baru periosteal lebih jelas terlihat , dan reaksi periosteal dan
destruksi intramedullar meluas hingga ke diafisis. 35
Gambaran morfologis dari osteomyelitis kronis adalah adanya bagian tulang
yang nekrosis ditandai dengan tidak adanya osteosit yang hidup. Kebanyakan
mengandung sel mononuklear, granula dan jaringan fibrosa menggantikan tulang
yang diserap oleh osteoklas. Jika diwarnai beberapa macam organisme dapat
ditemukan.35
Terdapat banyak organisme penyebab osteomyelitis kronis namun
penyebab terbanyak adalah Staphylococus Aureus. Proses patologis yang timbul
meliputi adanya infeksi yang menyebabkan timbulnya peningkatan tekanan
intramedullar dan adanya eksudat. Adanya gangguan aliran darah mengakibatkan
timbulnya iskemik tulang dan formasi sequestrum. Adanya abses kemungkinan
keluar dari kulit membentuk sinus. Pada waktu yang sama periosteum kemungkinan
berusaha membentuk dinding atau berusaha menyerap sequestra dan membentuk
formasi tulang baru yakni involucrum. 35

Gambar 30. Osteomyelitis kronik pada femur.1

Gambar Osteomyelitis kronik. A : Gambaran radiologi awal deformitas dari


os femur kanan. Terdapat penebalan dari korteks disertai cavitas pada daerah
intramedullar dan angulasi. B : Penekanan jaringan lemak coronal pada MRI yang
memperlihatkan hilangnya gambaran otot; tampak deformitas tulang . Terdapat
peningkatan tanda yang luas pada medulla, merupakan indikasi dari penumpukan
cairan. Tumpukan yang terdapat pada medulla superior dapat meluas masuk
kedalam korteks lateral dan pada perbatasan jaringan lunak .Terdapat efusi pada
sendi lutut dan edema pada subkutan jaringan lunak. C : Sinogram memperlihatkan
gambaran medium sebagai dsitribusi dari cairan seperti pada gambar B.1
Evaluasi biasanya dimulai dengan radiografi polos pada semua pasien yang
diduga menderita osteomyelitis; radiografi polos mungkin menyarankan diagnosis
yang benar, termasuk kemungkinan diagnostik lainnya, atau memberikan petunjuk
untuk kondisi patologis yang mendasarinya. Foto polos pada awalnya menunjukkan
perubahan jaringan lunak, pembengkakan otot, dan kabur dari pesawat jaringan
lunak. Pada infeksi piogenik, perubahan pertama pada tulang menunjukkan bahwa
proses infeksi telah hadir selama 2 sampai 3 minggu atau lebih. Secara umum,
osteomyelitis harus memperpanjang setidaknya 1 cm dan kompromi 30 sampai
50% dari kandungan mineral tulang untuk menghasilkan perubahan nyata dalam
radiografi polos.36
Temuan awal mungkin halus, dan perubahan mungkin tidak jelas sampai 5
sampai 7 hari pada anak-anak dan 10 sampai 14 hari pada orang dewasa. Khas
perubahan awal tulang meliputi: penebalan periosteal, lesi litik, scalloping
endosteal, osteopenia, hilangnya arsitektur trabecular, dan tulang baru
apposition.Kekhasan radiografi polos untuk mendeteksi osteomyelitis lebih tinggi
dari sensitivitas, dan karena ini, penggunaan metode pencitraan alternatif seperti
modalitas scintigraphic dan MRI telah diminta. Abses radiolusen Satu atau
beberapa dapat terlihat selama subakut atau tahap kronis osteomyelitis. Abses ini
sekarang didefinisikan sebagai lesi dibatasi menunjukkan kecenderungan untuk
(tetapi tidak untuk kurungan) ekstrem tulang tubular; mereka khas ditemukan dalam
osteomyelitis subakut piogenik, biasanya berasal dari staphylococcal. Abses Brodie
adalah sangat umum pada anak-anak, lebih khusus anak laki-laki. Pada kelompok
usia ini, mereka muncul dalam metaphyses, terutama yang dari bagian distal atau
proksimal tibia.35
Gambaran yang membedakan dari osteomielitis kronis adalah tulang
nekrotik, yang terbentuk dalam rata-rata 10 hari, namun radiografi polos tidak dapat
mendeteksi sequestra atau tulang sklerotik selama berminggu-minggu. Periostitis,
pembentukan involucrum, dan sinus saluran disebabkan abses subperiosteal dengan
mengangkat periosteum, pembentukan tulang baru, dan fistula jaringan lunak.
Semua temuan ini adalah indikasi dari sifat berlarut-larut dari proses infeksi. 35

b. NEKROSIS AVASKULAR
Nekrosis avaskular didefinisikan sebagai kematian dari komponen sel tulang
yang terjadi akibat terhentinya suplai darah, struktur tulang menjadi kolaps,
menghasilkan destruksi tulang, nyeri, dan kehilangan fungsi persendian. Nekrosis
avaskular dapat diikuti oleh kondisi-kondisi lainnya dan biasanya melibatkan
epifisis dari tulang panjang seperti caput femur, humerus, dan condilus femur,
namun tulang-tulang kecil dapat pula terkena. Pada pemeriksaan klinis nekrosis
avaskular dapat pula dijumpai pada pertemuan panggul, belakangan ini didapatkan
nekrosis avaskular pada rahang.
Diagnosis yang cepat dan intervensi pengobatan yang tepat dapat menunda
perubahan persendian. Namun, beberapa pasien memperlihatkan penyakit-penyakit
tambahan setelahnya. Tanpa penanganan, proses ini hampir selalu progresif,
menjadikan destruksi persendian dalam jangka waktu 5 tahun. Pasien yang
mengkonsumsi kortikosteroid dan yang menerima transplantasi organ memiliki
resiko terhadap nekrosis avaskular. Kebanyakan data menunjukkan adanya
hubungan riwayat, natural, patologi, patogenesis, dan penanganan dari AVN
terhadap nekrosis pada caput femur.
Gambaran Radiologi
Radiografi : Temuan foto polos radiografi tidak terlihat pada nekrosis avaskular
tahap awal. Pada nekrosis avaskular ringan hingga sedang gambaran radiografi
menunjukkan sklerosis dan perubahan densitas tulang. Pada penyakit yang lebih
berat, deformitas tulang, seperti flattening subchondral radiolucent lines (crescent
sign), dan kolaps pada caput femur terlihat jelas. (lihat gambar di bawah ini)

Gambar 31. Nekrosis Avaskular pada caput femur merupakan hasil dari terapi
kortikosteroid.37
Gambar 31. Nekrosis avaskular pada bahu menunjukkan garis radiolusen
subchondral (crescent sign).37

c. NON-UNION
Non union didefinisikan sebagai berhentinya semua proses penyembuhan
tanpa penyatuan tulang. Kegagalan untuk menunjukkan perubahan progresif pada
gambaran radiografi setidaknya 3 bulan setelah periode waktu selamapenyatuan
fraktur normal telah dilewati adalah bukti dari non union. Perubahan pada
gambaran radiografi mungkin sedikit, oleh karena itu pemeriksaan radiologi harus
dilakukan selama beberapa bulan apakah terdapat perubahan atau tidak.38
Diagnosis klinis non union biasanya didasarkan padariwayat dan gejala klinis
yang ditemukan. Tanda paling umum adalah tidak digunakannya ekstremitas, yang
mana dapat menyebabkan atrofi otot, kekakuan sendi, angulasi progresif, dan mal
alignment tulang. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya gerakan pada daerah
fraktur. Kadang-kadang gerakan ini sulit untuk dilihat, karena fraktur mungkin
berada pada proximal sendi sehingga dipikirkan bahwa fraktur ada di seluruh sendi.
Biasanya jika terdapat non union di dekat sendi maka gerakan sendi menjadi
terbatas. Dengan palpasi dalam pada daerah fraktur dapat menghasilkan ekspresi
nyeri pada pasien, tapi hal tersebut tidak selalu ditemukan. Penegakan diagnosis
radiografi dari non union dibuat berdasarkan temuan: garis radiolusen pada daerah
fraktur(fraktur persisten), biasanya disertai dengan pinggiran sklerotik, dan ditandai
dengan sklerosis yang mengelilingi garis fraktur. MRI dapat berperan dalam untuk
memperlihatkan fraktur non union dengan infeksi.38
Gambar 32. Gambaran Non union Os. Tibia yang telah dilakukan transplantasi tulang
interosseus dan terdapat kawat. Tampak sklerosis diekitar garis fraktur, tanpa adanya
tanda-tanda bone bridging 1 tahun setelah terjadinya fraktur.1

Gambar 33. (A) MRI menggambarkan tanda intensitas campuran di jaringan celah
fraktur non union pada distal femur (panah) pada gambaran T1. (B) Daerah dimana
meningkatnya tanda-tanda intensitas diperlihatkan oleh T2 (panah hitam),
mengindikasikan adanya tanda-tanda infeksi.1
Gambar 34. Non union Tibia. Pada radiografi frontal dari distal tibia memperlihatkan
garis halus dan sklerotik pada ujung fraktur (panah biru) pada pasien 14 bulan setelah
fraktur, tanda-tanda non union. Terdapat beberapa formasi kalus eksternal (panah putih).
Terdapat pula fraktur non union dari os. fibula.39
Setelah diagnosis selesai, pengobatan harus segera dilakukan. Sebelum hal
ini dilakukan, bagaimanapuntetap penting untuk melakukan pemeriksaan fisik
secara menyeluruh dan bagian yang cedera untuk memastikan ada tidaknya
kerusakan saraf atau keterbatasan gerak sendi dan jaringan lunak. Penaganan yang
sering dilakukan adalah melalui operasi yang dapat memperbaiki non union
menjadi penyatuan tulang yang kuat walaupun fungsi ekstremitas tetap berkurang.
Tujuan utama penyatuan tulang adalah untuk mengembalikan fungsi yang adekuat.
Jika penanganan ini tidak mengembalikan fungsi secara adekuat maka sebaiknya
tidak dilakukan. Namun, amputasi mungkin juga harus dipikirkan sebagai salah
satu penanganan.38
d. DELAYED UNION
Pada fraktur normal dibutuhkan waktu penyembuhan terntentu yang dapat
diperkirakan untuk penyembuhan tulang. Waktu normal ini dapat bergantung pada
usia, suku, keturunan, tulang yang terlibat, tingkat keparahan fraktur, dan apakah
terdapat cedera jaringan lunak. Definisi dari Delayed Union adalah ketika periode
penyembuhan normal telah terlewati mulai dari awal cedera dengan
mempertimbangkan variabel-variabel di atas (Gambar 1). Faktanya, delayed union
bukan berarti akan menjadi non-union. Namun non-union adalah hasil dari delayed
union, dan perbedaan antara keduanya kadang sulit untuk dijelaskan. Masalah
klasik yang menjadi penyebab delayed union adalah reduksi yang tidak adekuat,
imobilisasi yang tidak adekuat, ditraksi, kehilangan suplai pembuluh darah, dan
infeksi. 38

Gambar 35. Radius caninus yang matur dan ulna pada 6 minggu setelah dysplasia akibat
fraktur dan setelah pemakaian bebat. (A) akhir rotgenogram memperlihatkn external
callus trnsversal (zona radiolusen), merupakan gambaran khas fibrocartilaginous
delayed union. (B) Microangiogram dari fraktur radius menunjukan zona avaskular (zona
radiolusen),dan juga menunjukan lapisan fibrokartilago.38
Reduksi fraktur yang tidak adekuat, kurang memperhatikan penyebabnya,
merupakan alasan terbentuknya delayed union dan non union. Hal ini biasanya
dimulai dari ketidakstabilan dan imobilisasi yang buruk. Selain itu, reduksi yang
tidak adekuat dapat disebabkan oleh hancurnya jaringan lunak melalui daerah
fraktur, yang dapat menunda penyembuhan. Gangguan pada jaringan lunak dapat
menyebabkan hilangnya suplai vaskularisasi pada daerah fraktur. Pada daerah
tulang yang memiliki otot, suplai vascular dapat kembali dengan cepat. Pada daerah
lain, seperti pada sepertiga distal radius dan ulna pada anjing, dimana terdapat
sedikit otot, vaskularisasi justru dapat tidak kembali. 38
Imobilisasi yang tidak adekuat dapat menyebabkan biomekanikal seperti
masalah fisiologis yang akan mempengaruhi penyembuhan fraktur (Gambar). Pada
penjelasan Perren baru-baru ini, bahwa masalah penyembuhan fraktur terutama
pada pergerakan relative pada daerah fraktur. 38
Gambar 36. Matur caninus radius 6 minggu setelah osteotomy dan fiksasi dengan 4
lubang standar plate dan screw. (A) Rontgen standar memperlihatkan pelepasan dari 2
crew proksimal dengan elvasi. Daerah osteotomy dengan gambaran radiolusen dan dan
dibatasi oleh sedikit tumpukan kalus eksternal pada daerah proyeksi craniocaudal. (B)
Microangiogram menunjukkan kelonggaran dan elevasi dari plate pada sisi, dengan suplai
pembuluh darah kortikal yang, ketika pembuluh darah pada daerah osteotomy tersumbat
oleh. Kotex bagian bawah terikat kuat oleh plate, pada daerah kanan tampak pembuluh
darah yang berasal dari medulla. 38

e. MAL-UNION
Istilah malunion diberikan bagi fraktur yang telah sembuh dengan perubahan
anatomi yang buruk, disertai dengan banyaknya fragmen yang tumpang tindih, dan
terjadi pemendekan tulang, atau angulasi yang buruk atau displace dari fragmen
distal. Malunions dapat diklasifikasikan sebagai fungsional atau nonfungsional.
Malunion fungsional biasanyaditemukan pada orang-orang yang memiliki deviasi
minimal dari axis normalnya tanpa menganggu mobilitas. Malunions dapat terjadi
baik dengandeviasi axial dan deformitas protational. Deformitas axial seperti
valgus atau deviasi lateral dapat menyebabkan fraktur baru yang kemudian
menyebabkan penyakit degeneratif sekunder dari tulang pergelangan tangan karena
weight bearing pada posisi yang abnormal.sangat sering deviasi malunion axial
akan menyebabkan masalah pada persendian. Fraktur yang berhubungan dengan
cedera fisis juga dapat menyebabkan deformitas yang biasanya tidak
diklasifikasikan sebagai malunion. Deformitas biasanya disebakan karena
lempengan pertumbuhan belum matur. Sangat sering deformitas dalam kasus ini
sama dengan malunion, tapi itu terjadi setelah waktu penyatuan karena
pertumbuhan lebih lanjut dari satu atau lebih tulang dalam hubungannya dengan
tulang lain yang juga sementara bertumbuh. Malunion rotasi dapat juga terjadi dan
biasanya adalah rotasi eksternal. Sebaliknya, deformitas rotasi internal dapat
menyebabkan masalah yang lebih serius namun jarang terjadi.38
Kebanyakan malalignments harus terdeteksi sebelum penyembuhan terjadi.
pengobatan yang memadai harus dilakukan dengan memperbaiki axis dan
deformitas rotasi yang ada, sehinggan penyatuan tulang normal dapat terjadi.
Biasanya lebih baik untuk menghentikan penyembuhan fraktur pada stadium awal
untuk memperbaiki deformitas daripada menunggu osteotomi. Malunion jarang
terjadi pada kasus dengan follow up yang baik setelah internal fiksasi atau
splinting.38
.

Gambar 37. Malunion fraktur tibia yang telah sembuh dengan baik menunjukkan
angulasi lateral dari fragmen distal.1
2.7. CT-SCAN
CT scan adalah pemeriksaan yang sangat baik untuk mengevaluasi sistem skeletal.
CT Scan dapat memperlihatkan struktur jaringan lunak yang berdekatan dan juga marrow
dari kafitas medulla. Posis dari pembuluh darah yang mengelilingi suatu struktur dapat juga
dilihat dengan media kontras. CT scan dapat sangat menguntungkan karena sangat
sensitive untuk mendeteksi destruksi tulang dibandingkan foto polos atau tomografi
standar. Gambaran CT memperlihatkan potongan axial dan horizontal atau juga potongan
sagital dan coronal, dengan rekonstruksi foto. Bagaimanapun, rekonstruksi foto
menurunkan kualitas foto. Foto yang diberikan memperlihatkan baik tulang maupun
jaringan lunak. Jaringan lunak dapat terlihat walaupun tidak seoptimal gambaran tulang.
Pada foto tulang gambaran yang lebih baik akan terlihat pada korteks dan medulla tulang.38

Gambar 38.. Fraktur subkapital leher femur ( panah atas) dengan garis fraktur
membentuk angulasi sekitar 450 terhadap garis horizontal, sesuai dengan Pauwels Fraktur
tipe II.1

Gambar 39. Potongan coronal CT scan memper lihatkan fraktur trochanter tanpa
displace dengan garis fraktur bergabung pada garis intratrochanter(modifikasi klasifikasi
Evans tipe I).1
BAB IV
PENUTUP

Fraktur yang sering terjadi pada orang dewasa biasanya melibatkan tulang
panjang. Salah satu contohnya adalah kasus fraktur lengan bawah. Fraktur lengan
bawah yang paling sering adalah fraktur pada radius distal seperti fraktur Colles,
fraktur Smith atau fraktur Barton. Kemudian diikuti dengan fraktur pada midshaft
tulang radius-ulna seperti fraktur Galeazzi, fraktur Monteggia, atau fraktur radius
ulna, maupun fraktur pada olecranon dan kepala radius.
Mekanisme terjadinya fraktur adalah melalui mekanisme rudapaksa baik
akibat trauma langsung atau terjatuh. Pemahaman mekanisme trauma ini akan
membantu dalam menegakkan diagnosis. Selain dari mekanisme trauma, diagnosis
juga dapat ditegakkan melalui gambaran klinis yang khas pada masing-masing
fraktur selain dari gejala umum fraktur seperti pembengkakan, deformitas, nyeri
gerak, nyeri tekan. Pemeriksaan fisik yang teliti diperlukan terutama menilai
neurovaskular dari daerah yang terlibat.
Pemeriksaan radiografi X-ray sangat membantu dan berperan penting dalam
menegakkan diagnosis. Beragam posisi diperlukan untuk menentukan arah serta
fragmen-fragmen kecil yang tidak tampak hanya pada satu tampilan, sehingga
diperlukan minimal dua tampilan foto X-ray yaitu AP dan Lateral.
Penatalaksanaan yang cepat dengan reposisi tertutup sebisa mungkin
dilakukan untuk mencegah komplikasi, tentunya dengan memberikan terlebih
dahulu anestesi umum. Jika reposisi tertutup gagal dilakukan, diperlukan tindakan
operasi seperti pemasangan internal fiksasi. Immobilisasi daerah yang terkait sangat
diperlukan mulai dari kejadian hingga reposisi dilakukan sekitar 4-8 minggu
bergantung jenis frakturnya.
DAFTAR PUSTAKA

Carter Michel A., Fraktur dan Dislokasi dalam: Price Sylvia A, Wilson Lorraine
McCarty. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2006. Hal 1365-1371

Ekayuda Iwan, Trauma Skelet (Rudapaksa Skelet) dalam: Rasad Sjahriar,


Radiologi Diagnostik. Edisi kedua, cetakan ke-6. Penerbit Buku Balai
Penerbitan FKUI. Jakarta. 2009. Hal 31-43.

Goh Lesley A., Peh Wilfred C. G., Fraktur-klasifikasi,penyatuan, dan komplikasi


dalam : Corr Peter. Mengenali Pola Foto-Foto Diagnostik. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta. 2011. Hal 112-121.

Patel Pradip R., Trauma Skeletal dalam: Patel Pradip R. Lecture Notes Radiologi.
Edisi kedua. Penerbit Buku Erlangga. Jakarta. 2005. Hal 221-230.

Rasjad Chairuddin, Struktur dan Fungsi Tulang dalam: Rasjad Chairuddin.


Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Cetakan keenam. Penerbit PT. Yarsif
Watampone. Jakarta. 2009. Hal 6-11.

Anda mungkin juga menyukai