Disusun Oleh:
Pembimbing:
DR. dr. Dyah Y, Sp.An KNA-KNIC
Laporan Kasus
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. E
Umur : 53 tahun
Alamat : Jakarta Selatan
Agama : Islam
Status pernikahan : Menikah
Status Generalis:
Kepala : Normocephali
Mata: konjungtiva anemis (-/-), hiperemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
THT: faring hiperemis (-/-), tonsil T1/T1
Leher: tidak ada kelainan
Thoraks
Paru : BND Vesikuler +/+, Rh -/- , Wh -/- ,
Jantung : BJ I dan BJ II reguler, M-, G-
Abdomen : Bu +, Nyeri tekan -/- /-/-
Ekstremitas : Akral hangat +/+/+/+, Oedem -/- /-/-
V. RESUME
Pasien dibawa oleh keluarga ke IGD RSUD Pasar Minggu pada tanggal 14 Maret
2019 dengan penurunan kesadaran 1 jam SMRS. Penurunan kesadaran terjadi
secara perlahan-lahan, menurut keluarga pasien awalnya tidak menyambung ketika
diajak berkomunikasi kemudian pasien mengigau dan gelisah ketika tidur
kemudian tidak dapat dibangunkan. Keluhan penurunan kesadaran disertai dengan
keluarnya keringat dingin sebelumnya sekitar pukul 08.00
RPD: Riwayat hipertensi, DM
RPK: Ayah riwayt hipertensi dan DM
RKP: Pasien Pasien jarang berolahraga, pasien sering mengkonsumsi
makanan berlemak, dan tidak minum minuman beralkohol, dan tidak
memiliki riwayat merokok.
• Status generalis:
Kesadaran : GCS (E1 M4 V2) Tekanan darah : 240/100 mmHg
Pernafasan : 24x/menit Nadi : 100 x/menit
Suhu : 37⁰C Saturasi: 98%
Hasil Laboraturium :
o Ureum 82 mg/dl <48
o Kreatinin 3.26 mg/dL 0.70 - 1.30 |
o Kalium 3.10 mEq/L 3.50 - 5.00
VI. DIAGNOSIS
Penurunan kesadaran ec Gangguan metabolik
DM tipe II
Hipertensi emergency
CKD
Hipokalemia
VII. PENATALAKSANAAN
Terapi IGD
- protap hipoglikemia
11.00 GCS = E4M6V5
- candesartan 16 mg PO
- amlodipine 10 mg PO
- HCT 1 tab
- Clonidin 1 tab
13.00 GDS 167
Rencana Terapi Ranap
-diet ML
- lanjut protap hipoglikemia
- start perdipin 0,5 mcg/kgbb up titrasi sampai targer sistol 160/170
- ceftriaxone 1x2 gr iv
- KSR 3x1
- ranitidine 2x1 amp
-candesartan 1 x16 mg PO
20.20 GDS = 247. GCS = E4M6V5
21.08 GDS = 151. GCS = E4M6V5
23.43 GDS = 47
Pindah HCU
Terapi 16-03-19
- Iinfus asering 20 gtt/m
- Drip perdipin 1 ug
- Amlodipine 1x10
- Candesartan 1x 16 mg
- Ksr 3x1
- Bicnat 3x1
- Caco3 3x1
- Nocid 3x1
- Folic acid 2x1
- Ranitidin 2x1 amp iv
- Ceftriaxone drip 1x2 gr drip
- Gds/12 jam
VIII. PROGNOSIS
- Ad vitam : Dubia ad bonam
- Ad sanationum : Dubia ad malam
- Ad fungsionum : Dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PENURUNAN KESADARAN
II.1 Definisi
Kesadaran adalah suatu keadaan dimana seseorang sadar penuh atas dirinya
sendiri dan lingkungan sekitarnya. Komponen yang dapat dinilai dari suatu keadaan
sadar yaitu kualitas kesadaran itu sendiri dan isinya. Isi kesadaran menggambarkan
keseluruhan dari fungsi cortex serebri, termasuk fungsi kognitif dan sikap dalam
merespon suatu rangsangan. Pasien dengan gangguan isi kesadaran biasanya
tampak sadar penuh, namun tidak dapat merespon dengan baik beberapa
rangsangan - rangsangan, seperti membedakan warna, raut wajah, mengenali
bahasa atau simbol, sehingga seringkali dikatakan bahwa penderita tampak
bingung4.
Penurunan kesadaran atau koma menjadi petunjuk kegagalan fungsi
integritas otak dan sebagai “final common pathway” dari gagal organ seperti
kegagalan jantung, nafas dan sirkulasi akan mengarah kepada gagal otak dengan
akibat kematian. Jadi, bila terjadi penurunan kesadaran maka terjadi disregulasi dan
disfungsi otak dengan kecenderungan kegagalan seluruh fungsi tubuh. Dalam hal
menilai penurunan kesadaran, dikenal beberapa istilah yang digunakan diklinik
yaitu kompos mentis, somnolen, stupor atau sopor, koma ringan dan koma.
Terminologi tersebut bersifat kualitatif. Sementara itu, penurunan kesadaran dapat
pula dinilai secara kuantitatif, dengan menggunakan skala koma Glasgow4.
Mata:
E1 tidak membuka mata dengan rangsang nyeri
E2 membuka mata dengan rangsang nyeri
E3 membuka mata dengan rangsangsuara
E4 membuka mata spontan
Motorik:
M1 tidak melakukan reaksi motorik dengan rangsang nyeri
M2 reaksi deserebrasi dengan rangsang nyeri
M3 reaksi dekortikasi dengan rangsang nyeri
M4 reaksi menghampiri rangsang nyeri tetapi tidak mencapai sasaran
M5 reaksi menghampiri rangsang nyeri tetapi mencapai sasaran
M6 reaksi motorik sesuai perintah
Verbal:
V1 tidak menimbulkan respon verbal dengan rangsang nyeri (none)
V2 respon mengerang dengan rangsang nyeri (sounds)
V3 respon kata dengan rangsang nyeri (words)
V4 bicaradengan kalimat tetapi disorientasi waktu dan tempat (confused)
V5 bicaradengan kalimat dengan orientasi baik (orientated)
Jika nilai GCS 14-13 menandakan somnolen, 12-9 sopor, dan kurang dari 8
menandakan koma.
Dua skala yang lebih sederhana ACDU (alert, confused, drowsy, unresponsive),
dan AVPU (alert, respon to voice, respon to pain, unresponsive). Skala AVPU
adalah cara mudah dan cepat untuk menilai tingkat kesadaran. Pemeriksaan ini ideal
sebagai penilaian awal dan cepat, yaitu terdiri dari:2
Alert
Respon terhadap suara
Respon terhadap nyeri
Penurunan kesadaran
AVPU termasuk ke dalam beberapa sistem skor peringatan dini untuk pasien –
pasien kritis, sebagai cara yang lebih sederhana dibanding dengan GCS, tetapi tidak
cocok untuk observasi jangka panjang2.
Etiologi penurunan kesadaran secara garis besar terbagi menjadi dua, yaitu:
gangguan metabolik/fungsional dan gangguan struktural.2
1. Gangguan metabolik/fungsional
Gangguan ini antara lain berupa keadaan hipoglikemik/hiperglikemik, gangguan
fungsi hati, gangguan fungsi ginjal, gangguan keseimbangan elektrolit, intoksikasi
obat-obatan, intoksikasi makanan serta bahan-bahan kimia, infeksi susunan saraf
pusat.
d. Kepala
Perhatikan ada tidaknya hematom, laserasi dan fraktur.
e. Leher
Perhatikan kaku kuduk dan jangan manipulasi bila dicurigai fraktur servikal (jejas,
kelumpuhan 4 ekstremitas, trauma di daerah muka).
f. Toraks/abdomen dan ekstremitas.
Perhatikan ada tidaknya fraktur.
3). Pupil
Diperiksa: ukuran, reaktivitas cahaya
Simetris/reaktivitas cahaya normal, petunjuk bahwa integritas mesensefalon
baik.Pupil reaksi normal, reflek kornea dan okulosefalik(-), dicurigai suatu
koma metabolik
Midposisi(2-5mm),ƒixed dan irregular, lesi mesenfalon fokal.
Pupil reaktif point-point, pada kerusakan pons, intoksikasi opiate
kolinergik.
Dilatasi unilateral danƒixed,terjadi herniasi.
Pupil bilateral ƒixed dan dilatasi, herniasi sentral, hipoksik – iskemi global,
keracunan barbiturat.
Funduskopi
Pada pemeriksaan funduskopik perhatikanlah keadaan papil. apakah ada edema,
perdarahan, dan eksudasi, serta bagaimana keadaan pembuluh darah Tekanan
intrakranlal yang meninggi dapat menyebabkan terjadinya edema papli. Pada
perdarahan subarakhnoid dapat dijumpai perdarahan subhiaMd. Pada retinopati
diabetik dapat dijumpai mikro-anerisma di pembuluh darah retina
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium ada yang bersifat segera, ada yang bersifat
terencana. Pemeriksaan laboratorium yang bersifat segera pada umumnya meliputi
pemeriksaan glukosa darah, jumlah leukosit, kadar hemoglobin, hematokrit, dan
analisis gas darah. Pada kasus tertentu (meningitis, ensefalitis, perdarahan
suabarahnoid) diperlukan tindakan pungsi lumbal dan kemudian dilakukan analisis
cairan serebrospinal.
b. Pemeriksaan elektrofisiologi pada kasus koma bersifat terbatas kecuali
pemeriksaan EKG. Pemeriksaan eko-ensefalografi bersifat noninvasif, dapat
dikerjakan dengan mudah, tetapi manfaat diagnostiknya terbatas. Apabila ada CT
scan maka pemeriksaan ekoensefalografi tidak perlu dikerjakan. Pemeriksaan
elektroensefalografi terutama dikerjakan pada kasus mati otak (brain death).
c. Pemeriksaan radiologik dalam penanganan kasus koma tidak selamanya
mutlak perlu. CT scan akan sangat bermanfaat pada kasus-0kasus GPDO,
neoplasma, abses, trauma kapitis, dan hidrosefalus. Koma metabolik pada
umumnya tidak memerlukan pemeriksaan CT scan kepala.
2. Pernafasan2
Pada pasien dengan penurunan kesadaran perlu diperhatikan frekuensi pernafasan
dan pola pernafasan. Frekuansi pernafasan normal adalah 16-24 kali permenit
dengan pola nafas torakoabdominal. Pada psien dengan gangguan pernafasan
seringkali disertai retraksi otot-otot ekstrapulmonal, seperti rektarksi suprasternal,
retraksi supraklavikula, dan retraksi otot abdominal. Suara nafas tambahan juga
perlu diperhatikan pada pasien dengan penurunan kesadaran. Suplai oksigen binasal
dapat diberikan sesuai dengan oksigenasinya. Pada keadaan tertentu seperti
kecurigaan adanya penyakit paru yang berat dapat siperiksa analisis gas darah dan
digunakan ventilator bila terdapat kondisi gagal nafas.
3. Sirkulasi2
Pada pasien dengan penurunan kesadaran, untuk monitor dan evaluasi kondisi
sirkulasi sebaiknya dipasang kateterisasi vena sentral untuk memudahkan dalam
monitoring cairan dan pemberian nutrisi. Selain itu pula optimalkan tekanan darah
dengan target Mean Arterial Pressure di atas 70mmHg. Pada kondisi hipovolemia
berikan cairan kristaloid isotonik seperti cairan NaCl fisiologis dan ringer laktat.
Kita harus menghindari pemberian cairan hipotonik seperti cairan glukosa maupun
dektrosa terutama pada kasus stroke kecuali penyebab penurunan kesadarannya
adalah kondisi hipoglikemi. Bila cairan infus sudah diberikan tetapi MAP belum
mencapoai target, maka diusahakan untuk pemberian obat-obatan vasopresor
seperti dopamine dan epinefrin/norepinefrin.
II.6 Prognosis
Prognosis penurunan kesadaran bersifat luas tergantung kepada penyebab,
kecepatan serta ketepatan dari pengobatan yang diberikan. Sehingga pemeriksaan
dan penegakan diagnosis pada kasus penurunan kesadaran harus dilakukan sesegera
mungkin untuk mencegah timbulnya kelainan yang sifatnya ireversible.
Prognosis jelek bila didapatkan gejala-gejala adanya gangguan fungsi
batang otak, seperti doll’s eye, refleks kornea yang negatif, refleks muntah yang
negatif; Pupil lebar tanpa adanya refleks cahaya; dan GCS yang rendah (1-1-1) yang
terjadi selama lebih dari 3 hari2.
BAB III
DAFTAR PUSTAKA