Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PSIKIATRI

GANGGUAN CEMAS MENYELURUH

Pembimbing :
dr. Mardi Susanto, SpKJ (K)
dr. Tribowo T Ginting, SpKJ (K)

Disusun oleh:
Syifa Silviyah
1710221036

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA


RUMAH SAKIT UMUM PUSAT PERSAHABATAN
PERIODE 2 JANUARI – 3 FEBRUARI 2018
LAPORAN PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Usia : 30 tahun
Jenis Kelamin : Laki- laki
Agama : Islam
Pendidikan : D4
Status : Menikah
Pekerjaan : PNS

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 3 Januari
2018 pukul 10.0 WIB di Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan Jakarta.

A. Keluhan Utama
Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan Jakarta
dengan keluhan cemas.

B. Riwayat Gangguan Sekarang


Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan Jakarta
pada tanggal 3 Januari 2018 dengan keluhan cemas. Cemas sudah
dirasakan pasien kurang lebih sudah 2 bulan ini, terkadang cemas
dirasakan tanpa penyebab yang jelas dan hilang lalu muncul kembali.
Dalam 2 minggu terakhir ini cemas dirasakan terus-menerus, disertai
dengan perasaan gelisah, kaku otot atau pegal terutama di daerah tengkuk
sehingga pasien sering merasa pusing. Selain itu, cemas juga disertai
berkeringat, terkadang terdapat rasa berdebar-debar, mual-mual dan sulit
untuk tidur. Cemas tidak disertai sesak napas maupun badan terasa dingin

2
Pasien mengatakan bahwa dirinya sulit untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan atau suasana yang tidak pasien inginkan atau tidak
sesuai dengan pola pikirnya. Dimana pasien yang merupakan seorang PNS
yang bekerja di BPKP baru-baru ini dikantor ada pergatian atasan. Menurut
pasien atasan yang sekarang lebih membuatnya tertekan karena lebih
disiplin dan tegas. Oleh karena itu perasaan cemas pada pasien mulai
muncul sejak ada pergantian atasan dikantor dan memuncak 2 minggu
terakhir ini.
Pasien saat ini sudah berumah tangga, dan memiliki satu orang anak
yang berumur 6 bulan. Pasien tinggal dirumah kontrakan bersama istri dan
anaknya. Istri pasien seorang ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Saat ini
pasien mengaku tidak ada masalah dengan keluarga baik istri, anak
maupun anggota keluarga lain. Pasien mengatakan tidak ada kesulitan
ekonomi untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga walaupun belum punya
rumah sendiri.
Pasien mengatakan untuk mengatasi perasaan cemas yang muncul,
pasien mencoba untuk melakukan hal-hal yang disenangi seperti main
dengan anak, menonton video di youtube, bermain game, touring dengan
motor tetapi perasaan cemas itu tidak kunjung hilang dan membuat pasien
merasa menderita.
Pasien mengatakan bahwa pada tahun 2007 pasien mengalami
depresi yang mengharuskannya sampai dirawat di rumah sakit selama 4
minggu dan didiagnosis OCD. Pada tahun 2009 dikarenakan ketakutan
pasien tidak lulus dalam ujian di perkuliahannya di STAN pasien
mengalami depresi kembali dan mulai ada perasaan cemas. Ditahun 2011
pasien mengalami depresi dan cemas kembali karena diputuskan oleh
pacarnya yang sudah 3,5 tahun dipacarinya. Dan yang terakhir gangguan
cemas yang dialami pasien dan mengharuskannya untuk berobat ke rumah
sakit terjadi pada tahun 2015. Pasien mengatakan sesudah berobat ke
rumah sakit dan diberikan obat keluhan cemas yang dirasakan pasien mulai
berangsur hilang. Tetapi mulai muncul kembali saat ini dan membuatnya
kembali dating ke rumah sakit.

3
Pasien berpenampilan rapih, bersih, tidak mencolok dan sopan sesuai
usianya. Pasien mengatakan, pasien lahir secara normal dan saat lahir tidak
ada kelainan bawaan yang mengganggu kejiwaannya maupun adanya
gangguan mental. Pasien merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Adik
pasien seorang perempuan dan sudah menikah dan tidak bekerja. Baik
pasien dan adik pasien sudah tinggal dirumah masing-masing dengan
keluarga mereka masing-masing. Menurut pengakuan pasien ibu pasien
juga memiliki OCD tipe cheking sedang adik perempuan pasien memiliki
OCD pula tipe cleaning. Pasien tinggal di rumah kontrakan didaerah Hutan
Bambu sejak menikah bersama istri dan satu orang anak. Pasien beragama
Islam tetapi, pasien mengatakan bahwa ia jarang sholat maupun berdoa
karena pasien merasa setelah selesai sholat dan berdoa kecemasan pasien
semakin bertambah.
Saat dilakukan anamnesis pasien diajukan beberapa pertanyaan untuk
menilai kearah mana gangguan pasien ini. Pertanyaan pertama adalah
untuk mengetahui kemampuan memori jangkan pendek seperti dating ke
RS “dengan siapa?”, “naik apa?”, pasien bisa menjawab dengan cepat dan
tidak terlihat bingung yang menunjukkan bahwa tidak terdapat gangguan
memori jangka pendek.
Pasien juga mampu memberi tahu jenjang pendidikan pasien dari
SD, SMP, SMA dan kuliah di STAN awal ambil D3 lalu setelah itu kerja 2
tahun, lalu kembali lagi kuliah mengambil D4. Hal ini menunjukkan bahwa
memori jangka panjang pasien baik tidak ada gangguan.
Pasien juga diminta untuk mengingat tiga kata yang diberikan dokter
yaitu “piring, sendok, garpu” lalu diminta untuk langsung mengulang
pasien mampu mengulang. Setalah itu pasien diajukan pertanyaan-
pertanyaan kembali untuk mengalihkan ingatan pasien tentang tiga benda
tadi. Setelah diajukan pertanyaan untuk mengalihkan ingatan, pasien
ditanya kembali apa saja 3 benda yang disebutkan dokter tadi, lalu pasien
dapat mengulang kata “piring, sendok, garpu” dengan cepat dan benar.
Oleh karena itu, tidak terdapat gangguan memori segera pada pasien.

4
Pasien ditanyakan beberapa pertanya mengenai waktu saat
pemeriksaan?”, “sedang ada dimana?”, “dengan siapa?”, “sedang apa?”.
Semua pertanyaan tersebut dapat dijawab pasien dengan benar dan cepat.
Hal ini menunjukan bahwa tidak ada gangguan orientasi waktu, tempat,
orang maupun situasi pada pasien.
Selain itu pasien diberikan untuk mengetahui fungsi kognitif pasien
apakah masih baik atau tidak. Pasien ditanya berapakah 100 dikurang 7 ?
Lalu pasien menjawab jawabannya adalah 93. Kemudian pasien diberi
pertanyaan lagi, berapakah 93 dikurang 7 ? pasien menjawab bahwa
jawabannya adalah 86, lalu diberikan pertanyaan lagi berapakah 86 – 7 ?
pasien menjawab hasilnya adalah 79. Dari pertanyaan tersebut dapat
diketahui bahwa fungsi kognitif pasien masih baik.
Untuk mengetahui fungsi kognitif pasien juga ditanyakan tentang
pengetahuan umum. Pasien ditanyakan “pada tanggal berapakah sumpah
pemuda?”, lalu pasien menjawan tanggal 28 Oktober. Hal ini menunjukkan
bahwa pengetahuan umum pasien tidak ada gangguan.
Kemudian pasien diberikan pertanyaan untuk mengetahui daya nilai
yang dimiliki pasien dengan pertanyaan “ketika ada seorang anak di mall
sedang menangis karena tersesat dan berpisah dari orangtua apa yang ada
lakukan?” lalu pasien menjawab akan membawa anak tersebut ke pusat
informasi dan mengumumkannya. Pasien juga diminta untuk menerangkan
apa arti peribahasa “karena nila setitik, rusak susu sebelanga” lalu pasien
menjawab karena perbuatan buruk yang hanya sedikit dapat
menghancurkan semua kebaikan. Hal ini menunjukkan bahwa daya nilai
dan daya pikir abstrak pasien baik.
Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan diatas karena fungsi kognitif,
daya ingan, pengetahuan umum, daya nilai dan daya pikir abstrak pasien,
orientasi pasien baik maka tidak ada disfungsi otak pada pasien. Sehingga
dapat diartikan bahwa tidak ada gangguan mental organik pada pasien.
Pasien mengatakan pasien tidak pernah memakai obat-obatan
psikotropika atau pun obat-obat terlarang lainnya, pasien juga tidak suka
minum-minuman berakhohol.

5
Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak pernah ada perasaan seperti
melihat, mendengar, menghirup, mengecap, atau disentuh oleh sesuatu hal
yang tidak ada sumbernya. Pasien tidak merasa sering dibicarakan oleh
orang-orang sekitar, ada perasaan ada orang yang ingin berbuat jahat
kepadanya, tidak merasa ada orang sekitar maupun di TV yang sering
menyindirnya.
Pasien mengatakan saat ini tidak ada perasaan sedih, kehilangan
minat, tidak bernergi maupun ada rasa gembira yang berlebihan, ingin
selalu beraktifitas, sulit tidur karena senang. Hal ini menunjukkan pada
pasien tidak ada gangguan mood baik depresi maupun manik.
Saat pasien ditanyakan bagaimana persaan pasien seminggu terakhir
ini, pasien menjawab bahwa pasien merasa cemas terus-menerus sehingga
membuat menderita. Lalu pasien ditanya sebenarnya pasien sakit tidak
jiwanya? Pasien menjawab bahwa dirinya belum sampai ketahapan sakit
jiwa hanya baru gejalanya saja. Lalu pasien ditanyakan apa 3 keinginan
pasien saat ini. Lalu pasien menjawab, ingin memiliki keluarga yang
sejahtera, karir yang terus meningkat dan bisa sekolah lagi.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Riwayat Gangguan Psikiatri

Pasien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya pada tahun 2007


sampai dirawat di rumah sakit dengan diagnosis OCD oleh dokter. Di
tahun 2009 pasien mengalami gangguan depresi karena takut ujian di
perkuliahannya tidak lulus. Pada tahun 2011 pasien kembali mengalami
gangguan jiwa berupa depresi karena diputuskan oleh pacar yang sudah
dipacarinya selama 4,5 tahun. Di tahun 2015 pasien kembali mengalami
depresi.

2. Riwayat Gangguan Medik

Pasien memiliki riwayat obesitas

3. Riwayat Penggunaan NAPZA

6
Pasien tidak pernah konsumsi NAPZA.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi

1. Riwayat prenatal : pasien lahir normal tanpa ada kelainan bawaan lahir.

2. Riwayat masa kanak-kanak awal : tumbuh kembang pasien sesuai usia,


tidak terdapat masalah dalam pertumbuhan maupun perkembangan dan
dapat bergaul dengan teman sebayanya.
3. Riwayat masa kanak-kanak akhir : pasien tumbuh baik. Tidak ada
masalah serta dapat bersosialisasi dengan baik dengan teman sebaya,
perkembangannya pun sesuai usia
4. Riwayat masa remaja : pasien tumbuh baik dan tidak ada masalah dapat
bersosialisasi dengan baik, mudah bergaul, bisa menyesuaikan diri
dengan lingkungan, memiliki banyak teman dan dapat mengikuti
pelajaran dengan baik, pasien aktif mengikuti berbagai organisasi di
SMP dan SMA
5. Riwayat pendidikan : pendidikan terakhir pasien adalah D4.

6. Riwayat pekerjaan : Bekerja sebagai PNS di BPKP.

7. Riwayat pernikahan : Pasien sudah menikah dan memiliki seorang anak


berusia 6 bulan
8. Hubungan dengan keluarga : hubungan pasien dengan keluarga tidak ada
masalah, ibu pasien dan adik pasien memiliki OCD.

9. Riwayat agama : Islam, tetapi jarang sholat dan berdoa karena pasien
merasa semakin cemas setelah beribadah

10. Aktivitas sosial : saat ini pasien dapat bersosialisasi dengan baik
dengan teman dikantor maupun tetangganya walaupun sulit untuk
memiliki sahabat, dan terkadan touring motor dengan teman.

11. Status sosial sekarang : pasien seorang laki-laki berusia 34 tahun


dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik. Tinggal di rumah
kontrakan daerah utan bamboo dengan seorang anak dan istri. Walaupun

7
tinggal dirumah kontrakan penghasilan pasien cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari dan tidak kekurangan.

12. Persepsi pasien tentang Dirinya dan Kehidupannya : pasien ingin


memiliki keluarga yang sejahtera, karir terus meningkat dan bisa sekolah
lagi.

III. STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Laki-laki berusia 30 tahun, penampilan rapi dan bersih, sopan sesuai


usia. Berpakaian rapih sesuai usia pasien. Pasien mempunyai kulit yang
berwarna sawo matang.
a. Kesadaran : Compos Mentis

b. Kontak Psikis :Dapat dilakukan dengan baik dan dapat


berkomunikasi dengan baik
2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor

a. Cara berpakaian : Baik, rapih dan bersih

b. Aktivitas psikomotor : Pasien kooperatif, tenang, kontak mata


baik, dapat menjawab pertanyaan dengan baik, tidak terdapat
gerakan-gerakan involunter.
3. Pembicaraan

a. Kuantitas : Baik, pasien dapat menjawab pertanyaan yang diberikan


dokter dan dapat mengungkapkan isi hati dan keluhan dengan jelas.
b. Kualitas : Bicara spontan, volume bicara sedang, artikulasi jelas,
pembicaraan terarah, kalimat yang diucapkan isi pembicaraan dapat
dimengerti.

8
4. Sikap terhadap pemeriksa : Pasien kooperatif

B. Keadaan Afektif

1. Mood : Cemas

2. Afek : Luas

3. Keserasian : Mood dan afek serasi

4. Empati : Pemeriksa dapat merasakan apa yang dirasakan


pasien

C. Fungsi Intelektual dan Kognitif

1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan

Pendidikan terakhir pasien adalah D4. Tingkat kecerdasan dan


pengetahuan umum, serta kemampuan berhitung pasien baik.
2. Daya konsentrasi

Daya konsentrasi pasien baik. Pasien dapat mengikuti wawancara


dengan baik dari awal sampai akhir. Pasien dapat menjawab hitung-
hitungan 100-7=93, 93-7=86. Pasien dapat menjawab pengetahuan
umum dengan baik seperti tanggal sumpah pemuda adalah 28 Oktober.
Pasien dapat mengulang dan menyebutkan 3 benda yang disebutkan
yaitu piring, garpu, sendok.
3. Orientasi

a. Waktu : Baik, pasien dapat mengetahui waktu berobat pagi hari.

b. Tempat : Baik, pasien dapat mengetahui sedang berada di

Poliklinik Jiwa RS Persahabatan.


c. Personal : Baik, pasien mengetahui sedang berbicara dengan dokter
dan dokter muda

d. Situasi : Baik, pasien menyadari sedang berkonsultasi dengan dokter.


4. Daya ingat

9
a. Daya ingat jangka panjang

Baik, pasien dapat mengingat dengan cukup baik hal-hal tentang


pendidikannya saat SD hingga D4.
b. Daya ingat jangka pendek

Baik, pasien dapat mengingat datang berobat sendiri dengan motor.


c. Daya ingat segera

Baik, pasien dapat mengulang dan menyebutkan 3 benda yang


disebutkan oleh dokter
5. Pikiran abstrak

Baik, pasien dapat mengerti pribahasa “nila setitik rusak susu sebelanga”
pasien menjawabnya “kejahatan yang sedikit bisa merusak seluruh
kebaikan”.
6. Kemampuan menolong diri sendiri

Baik, pasien mengerjakan segala sesuatunya sendiri dan masih mampu


mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain.

D. Gangguan Persepsi

1. Halusinasi

a. Halusinasi Auditorik : Tidak ada

b. Halusinasi Visual : Tidak ada

c. Halusinasi Taktil : Tidak ada

d. Halusinasi Olfaktorik : Tidak ada

e. Halusinasi Gustatorik : Tidak ada

2. Depersonalisasi dan Derealisasi

a. Depersonalisasi : Tidak ada

b. Derealisasi : Tidak ada

E. Proses Pikir

10
1. Arus Pikir

a. Produktivitas : Baik, pasien dapat menjawab


spontan

b. Kontuinitas : Baik dan kohern, pasien


menjawab semua pertanyaan
dengan baik dan kohern.
2. Isi Pikiran

a. Preokupasi : Tidak ada

b. Gangguan pikiran : Tidak ada

F. Pengendalian Impuls

Selama melakukan tanya jawab pasien cukup tenang pasien dapat


melawan perasaannya, tidak cemas, kooperatif, tidak terdapat
gerakan involunter.
G. Daya Nilai

a. Nilai Sosial

Baik, pasien dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.

b. Uji Daya Nilai

Baik, ketika diberikan pertanyaan jika sedang berada di mall dan


melihat seorang anak kecil sendirian menangis karena
kehilangan orangtua, apakah yang akan dilakukan pasien?
Pasien menjawab bahwa pasien akan menolong anak tersebut
membawa anak tersebut ke pusat informasi
c. Penilaian Realitas

Pada saat dilakukan pemeriksaan tidak terdapat gangguan dalam


menilai realitas berupa waham dan halusinasi.

H. Persepsi Pemeriksa terhadap Diri dan Kehidupan Pasien

11
P
asien mengalami keluhan cemas. Pasien menyadari bahwa
dirinya mengalami gangguan jiwa tetapi baru gejalanya saja belum
sakit jiwa. Pasien mengetahui bahwa dirinya sering cemas dan
kadang tidak tahu penyebabnya. Pasien memiliki keinginan untuk
sembuh sehingga pasien berobat dan mau minum obat.

I. Tilikan

Tilikan derajat 4 yaitu pasien mengakui bahwa dirinya sakit dan


tidak tahu penyebabnya.

J. Taraf dapat Dipercaya

Pemeriksa memperoleh kesan secara menyeluruh bahwa jawaban


pasien dapat dipercaya karena pasien menjawab dengan konsisten
terhadap pertanyaan yang diberikan.

IV. PEMERIKSAAN FISIK

a. Status Generalis

▪ Keadaan Umum/Kesadaran : Baik, compos mentis

▪ Tanda Vital

 TD : 120/80 mmHg

 Nadi : 80 x/menit

 RR : 24 x/menit

 Suhu : 36,6˚C

 BB : 102 kg TB : 175 cm BMI : 33.3

Dari BMI didapatkan bahwa pasien ini penderita obesitas.

▪ Sistem Kardiovaskuler : Tidak ada kelainan

12
▪ Sistem Muskuloskeletal : Tidak ada kelainan

▪ Sistem Gastrointestinal : Tidak ada kelainan

▪ Sistem Urogenital : Tidak ada kelainan

▪ Gangguan Khusus : Tidak ada kelainan

b. Status Neurologis

▪ Saraf Kranial : Kesan dalam batas normal

▪ Saraf Motorik : Kesan dalam batas normal

▪ Sensibilitas : Kesan dalam batas normal

▪ Susunan Saraf Vegetative : Tidak ada kelainan

▪ Fungsi Luhur : Tidak ada kelainan

▪ Gangguan khusus : Tidak ada kelainan

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

a. Pasien usia 30 tahun datang untuk berobat.

b. Pasien mempunyai keluhan cemas yang tidak diketahui


penyebabnya.

c. Pasien mengeluh sering terganggu dengan keluhan tersebut.

d. Mood pada pasien cemas dan afeknya luas.

e. Tidak ada riwayat trauma kepala. Kesadaran, orientasi, fungsi


kognitif, daya ingat jangka panjang, pendek dan segera baik.
f. Pasien tidak pernah konsumsi NAPZA dan merokok

g. Pasien tidak mengalami waham dan halusinasi.

h. Tidak ada gangguan makan, sedih dan gembira berlebihan, maupun


niatan untuk bunuh diri.
i. Pasien menempuh pendidikan hingga D4 sehingga tidak terdapat
retardasi mental.

13
j. Saat remaja pasien tidak ada masalah dalam bersosialisasi. Pasien
bisa bergaul dan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan serta
tidak mempunyai musuh dan aktif berorganisasi.
k. Pasien mempunyai keluarga yang mempunyai keluhan serupa
gejala OCD yaitu ibu dan adiknya.
l. Pasien memiliki riwayat Obesitas.
m. Hubungan pasien dengan saudaranya baik. Pasien sudah menikah
dan memiliki seorang anak.
n. Pasien tinggal di rumah kontrakan, tinggal bersama anak dan
istrinya.

o. Pasien merupakan pasien Mandiri bukan BPJS.

p. Pada pasien ini gejala dan disabilitas ringan. Pasien dalam kondisi
baik, dapat melakukan aktivitas sehari-hari sendiri tanpa bantuan
orang lain.

VI. FORMULASI DIAGNOSTIK

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan yang telah dilakukan


pada pasien ini terdapat gejala atau perilaku yang secara klinis
ditemukan bermakna sehingga menimbulkan penderitaan (distress)
dan yang berkaitan dengan terganggunya fungsi (disfungsi).
Berdasarkan hasil tersebut, pasien dikatakan menderita Gangguan
Jiwa.
a. Diagnosis Aksis I

▪ Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah


dilakukan tidak terdapat penyakit yang menyebabkan disfungsi
otak. Hal ini dapat dinilai dari tingkat kesadaran, daya ingat atau
daya konsentrasi, fungsi kognitif dan orientasi yang masih baik,
sehingga pasien ini bukan penderita Gangguan Mental
Organik (F.0).

14
▪ Dari anamnesis tidak didapatkan riwayat penggunaan NAPZA,
rokok, alkohol. Maka dari itu kita dapat simpulkan bahwa pasien
ini bukan penderita Gangguan Mental dan Perilaku Akibat
Zat Psikoaktif atau Alkohol (F.1).
▪ Pada pasien ini tidak ditemukan adanya gangguan dalam menilai
realita berupa waham dan halusinasi maka pasen ini bukan
penderita Gangguan Psikotik (F.2).
▪ Pada pasien ini tidak ditemukan adanya afek depresi atau
kesedihan, kehilangan minat, mudah merasa kelelahan, ataupun
memiliki ide-ide suicide sehingga pasien ini bukan penderita
gangguan depresi. Pada pasien ini juga tidak ditemukan adanya
elevasi afek atau euphoria, aktivitas mental dan psikomotorik
yang berlebihan sehingga dapat disimpulkan pasien ini bukan
penderita gangguan manik. Karena pada pasien ini tidak
ditemukan adanya gangguan manik dan depresi maka pasien ini
bukan penderita gangguan mood (F3).

▪ Pada pasien mengeluhkan adanya kecemasan yang terus-


menerus ataupun yang datang setiap hari disertai ketegangan
otot berupa kaku pada bagian tengkuk leher dan overaktivitas
otonom berupa berkeringat, jantung berdebar-debar, mual
sehingga karena ada kecemasan terus-menerus, disertai
ketegangan motoric dan overaktivitas otonom maka pasien ini
pada aksis I merupakan penderita Gangguan Cemas
Menyeluruh (F.41.1).

b. Diagnosis Aksis II

▪ Pada masa kanak-kanak hingga dewasa pasien tumbuh dengan


baik dapat berkomunikasi dengan baik dengan sekitarnya.
Pasien dapat berteman dan tidak mempunyai musuh sehingga
pasien tidak menderita gangguan kepribadian. Pendidikan
terakhir pasien adalah D4 fungsi kognitif pasien baik, dan pasien
bekerja sebagai PNS di perusahaan BPKP sehingga pada pasien

15
tidak terdapat gangguan retardasi mental. Karena tidak
terdapat gangguan kepribadian dan tidak terdapat gangguan
retardasi mental, maka diagnosi pada Aksis II adalah tidak ada
diagnosis.
c. Diagnosis Aksis III

▪ Pada pemeriksaan fisik didapatkan bahwa pasien ini


merupakan penderita obesitas. Maka diagnosis aksis III pada
pasien ini adalah Penderita Obesitas.

d. Diagnosis Aksis IV
▪ Pasien laki-laki tinggal bersama anak dan istrinya. Pasien
memiliki beban pikiran karena atasan yang sekarang di kantor
membuatnya lebih tertekan. pasien tinggal dirumah kontrakan.
Perekonomian pasien cukup untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Hubungan pasien dengan keluarga, tetangga serta
lingkungan tempat tinggal baik. Maka diagnosis aksis IV
pasien ini adalah masalah dengan atasan dikantor yang
membuatnya tertekan dan belum punya rumah sendiri.
e. Diagnosis Aksis V

▪ Pada pasien ini didapatkan gejala minimal, berfungsi baik,


cukup puas, tidak lebih dari masalah harian yang biasa. Maka
pada aksis V didapatkan GAF scale 90-81.

VII. EVALUASI MULTIAKSIAL

▪ Aksis I : Gangguan Cemas Menyeluruh

▪ Aksis II : Tidak ada diagnosis

▪ Aksis III : Penderita Obesitas

▪ Aksis IV : Terdapat masalah karena atasan baru dikantornya


membuat tertekan dan belum memiliki rumah sendiri.
▪ Aksis V : GAF Scale 80-71

16
VIII. DAFTAR PROBLEM

▪ Organobiologik : Obesitas, genetik

▪ Psikologis : Mengalami gangguan cemasan


menyeluruh, sulit untuk tidur
▪ Sosio ekonomi : Rumah masih kontrak.

IX. PROGNOSIS

a. Prognosis ke Arah Baik

 Pasien menyadari situasi tentang dirinya

 Pasien mempunyai keinginan untuk sembuh

 Pasien berobat ke poliklinik dan rutin minum obat

 Respon terhadap pengobatan membaik

 Pasien mampu membiayai pengobatannya, tanpa ditanggung


asuransi kesehatan

 Ada dukungan keluarga untuk sembuh

b. Prognosis ke Arah Buruk

 Gejala dirasakan menetap jika tidak minum obat

 Pasien memiki gangguan jiwa berulang

 Ada faktor genetik yang mempengaruhi keluhan pasien.

 Pasien mudah stress bila apa yang terjadi tidak sesuai dengan
pikirannya

Berdasarkan data-data diatas, dapat disimpulkan prognosis pada


pasien ini
adalah

▪ Ad Vitam : dubia ad bonam

▪ Ad Functionam : dubia ad bonam

17
▪ Ad Sanationam : dubia ad malam

X. TERAPI

a. Psikofarmaka :

 Clobzam 2x 0,5 mg

 Anafril 1x1mg

b. Psikoterapi

 Diajarkan cara untuk relaksasi

 Edukasi pentingnya minum obat secara teratur dan kontrol rutin.

 Banyak beribadah dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.

 Melakukan kegitan yang disenangi dan hobinya

 Curhat dengan istri kalau ada permasalahan

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Cetakan Kedua. PT


Nuh Jaya. Jakarta: 2013
2. Maslim, Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ketiga. PT Nuh
Jaya.

Jakarta: 2007

3. Elvira, Sylvia D, dkk. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit FK UI. Jakarta:
2015

Anda mungkin juga menyukai