Pembimbing :
dr. Mardi Susanto, SpKJ (K)
dr. Tribowo T Ginting, SpKJ (K)
Disusun oleh:
Syifa Silviyah
1710221036
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Usia : 30 tahun
Jenis Kelamin : Laki- laki
Agama : Islam
Pendidikan : D4
Status : Menikah
Pekerjaan : PNS
A. Keluhan Utama
Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan Jakarta
dengan keluhan cemas.
2
Pasien mengatakan bahwa dirinya sulit untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan atau suasana yang tidak pasien inginkan atau tidak
sesuai dengan pola pikirnya. Dimana pasien yang merupakan seorang PNS
yang bekerja di BPKP baru-baru ini dikantor ada pergatian atasan. Menurut
pasien atasan yang sekarang lebih membuatnya tertekan karena lebih
disiplin dan tegas. Oleh karena itu perasaan cemas pada pasien mulai
muncul sejak ada pergantian atasan dikantor dan memuncak 2 minggu
terakhir ini.
Pasien saat ini sudah berumah tangga, dan memiliki satu orang anak
yang berumur 6 bulan. Pasien tinggal dirumah kontrakan bersama istri dan
anaknya. Istri pasien seorang ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Saat ini
pasien mengaku tidak ada masalah dengan keluarga baik istri, anak
maupun anggota keluarga lain. Pasien mengatakan tidak ada kesulitan
ekonomi untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga walaupun belum punya
rumah sendiri.
Pasien mengatakan untuk mengatasi perasaan cemas yang muncul,
pasien mencoba untuk melakukan hal-hal yang disenangi seperti main
dengan anak, menonton video di youtube, bermain game, touring dengan
motor tetapi perasaan cemas itu tidak kunjung hilang dan membuat pasien
merasa menderita.
Pasien mengatakan bahwa pada tahun 2007 pasien mengalami
depresi yang mengharuskannya sampai dirawat di rumah sakit selama 4
minggu dan didiagnosis OCD. Pada tahun 2009 dikarenakan ketakutan
pasien tidak lulus dalam ujian di perkuliahannya di STAN pasien
mengalami depresi kembali dan mulai ada perasaan cemas. Ditahun 2011
pasien mengalami depresi dan cemas kembali karena diputuskan oleh
pacarnya yang sudah 3,5 tahun dipacarinya. Dan yang terakhir gangguan
cemas yang dialami pasien dan mengharuskannya untuk berobat ke rumah
sakit terjadi pada tahun 2015. Pasien mengatakan sesudah berobat ke
rumah sakit dan diberikan obat keluhan cemas yang dirasakan pasien mulai
berangsur hilang. Tetapi mulai muncul kembali saat ini dan membuatnya
kembali dating ke rumah sakit.
3
Pasien berpenampilan rapih, bersih, tidak mencolok dan sopan sesuai
usianya. Pasien mengatakan, pasien lahir secara normal dan saat lahir tidak
ada kelainan bawaan yang mengganggu kejiwaannya maupun adanya
gangguan mental. Pasien merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Adik
pasien seorang perempuan dan sudah menikah dan tidak bekerja. Baik
pasien dan adik pasien sudah tinggal dirumah masing-masing dengan
keluarga mereka masing-masing. Menurut pengakuan pasien ibu pasien
juga memiliki OCD tipe cheking sedang adik perempuan pasien memiliki
OCD pula tipe cleaning. Pasien tinggal di rumah kontrakan didaerah Hutan
Bambu sejak menikah bersama istri dan satu orang anak. Pasien beragama
Islam tetapi, pasien mengatakan bahwa ia jarang sholat maupun berdoa
karena pasien merasa setelah selesai sholat dan berdoa kecemasan pasien
semakin bertambah.
Saat dilakukan anamnesis pasien diajukan beberapa pertanyaan untuk
menilai kearah mana gangguan pasien ini. Pertanyaan pertama adalah
untuk mengetahui kemampuan memori jangkan pendek seperti dating ke
RS “dengan siapa?”, “naik apa?”, pasien bisa menjawab dengan cepat dan
tidak terlihat bingung yang menunjukkan bahwa tidak terdapat gangguan
memori jangka pendek.
Pasien juga mampu memberi tahu jenjang pendidikan pasien dari
SD, SMP, SMA dan kuliah di STAN awal ambil D3 lalu setelah itu kerja 2
tahun, lalu kembali lagi kuliah mengambil D4. Hal ini menunjukkan bahwa
memori jangka panjang pasien baik tidak ada gangguan.
Pasien juga diminta untuk mengingat tiga kata yang diberikan dokter
yaitu “piring, sendok, garpu” lalu diminta untuk langsung mengulang
pasien mampu mengulang. Setalah itu pasien diajukan pertanyaan-
pertanyaan kembali untuk mengalihkan ingatan pasien tentang tiga benda
tadi. Setelah diajukan pertanyaan untuk mengalihkan ingatan, pasien
ditanya kembali apa saja 3 benda yang disebutkan dokter tadi, lalu pasien
dapat mengulang kata “piring, sendok, garpu” dengan cepat dan benar.
Oleh karena itu, tidak terdapat gangguan memori segera pada pasien.
4
Pasien ditanyakan beberapa pertanya mengenai waktu saat
pemeriksaan?”, “sedang ada dimana?”, “dengan siapa?”, “sedang apa?”.
Semua pertanyaan tersebut dapat dijawab pasien dengan benar dan cepat.
Hal ini menunjukan bahwa tidak ada gangguan orientasi waktu, tempat,
orang maupun situasi pada pasien.
Selain itu pasien diberikan untuk mengetahui fungsi kognitif pasien
apakah masih baik atau tidak. Pasien ditanya berapakah 100 dikurang 7 ?
Lalu pasien menjawab jawabannya adalah 93. Kemudian pasien diberi
pertanyaan lagi, berapakah 93 dikurang 7 ? pasien menjawab bahwa
jawabannya adalah 86, lalu diberikan pertanyaan lagi berapakah 86 – 7 ?
pasien menjawab hasilnya adalah 79. Dari pertanyaan tersebut dapat
diketahui bahwa fungsi kognitif pasien masih baik.
Untuk mengetahui fungsi kognitif pasien juga ditanyakan tentang
pengetahuan umum. Pasien ditanyakan “pada tanggal berapakah sumpah
pemuda?”, lalu pasien menjawan tanggal 28 Oktober. Hal ini menunjukkan
bahwa pengetahuan umum pasien tidak ada gangguan.
Kemudian pasien diberikan pertanyaan untuk mengetahui daya nilai
yang dimiliki pasien dengan pertanyaan “ketika ada seorang anak di mall
sedang menangis karena tersesat dan berpisah dari orangtua apa yang ada
lakukan?” lalu pasien menjawab akan membawa anak tersebut ke pusat
informasi dan mengumumkannya. Pasien juga diminta untuk menerangkan
apa arti peribahasa “karena nila setitik, rusak susu sebelanga” lalu pasien
menjawab karena perbuatan buruk yang hanya sedikit dapat
menghancurkan semua kebaikan. Hal ini menunjukkan bahwa daya nilai
dan daya pikir abstrak pasien baik.
Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan diatas karena fungsi kognitif,
daya ingan, pengetahuan umum, daya nilai dan daya pikir abstrak pasien,
orientasi pasien baik maka tidak ada disfungsi otak pada pasien. Sehingga
dapat diartikan bahwa tidak ada gangguan mental organik pada pasien.
Pasien mengatakan pasien tidak pernah memakai obat-obatan
psikotropika atau pun obat-obat terlarang lainnya, pasien juga tidak suka
minum-minuman berakhohol.
5
Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak pernah ada perasaan seperti
melihat, mendengar, menghirup, mengecap, atau disentuh oleh sesuatu hal
yang tidak ada sumbernya. Pasien tidak merasa sering dibicarakan oleh
orang-orang sekitar, ada perasaan ada orang yang ingin berbuat jahat
kepadanya, tidak merasa ada orang sekitar maupun di TV yang sering
menyindirnya.
Pasien mengatakan saat ini tidak ada perasaan sedih, kehilangan
minat, tidak bernergi maupun ada rasa gembira yang berlebihan, ingin
selalu beraktifitas, sulit tidur karena senang. Hal ini menunjukkan pada
pasien tidak ada gangguan mood baik depresi maupun manik.
Saat pasien ditanyakan bagaimana persaan pasien seminggu terakhir
ini, pasien menjawab bahwa pasien merasa cemas terus-menerus sehingga
membuat menderita. Lalu pasien ditanya sebenarnya pasien sakit tidak
jiwanya? Pasien menjawab bahwa dirinya belum sampai ketahapan sakit
jiwa hanya baru gejalanya saja. Lalu pasien ditanyakan apa 3 keinginan
pasien saat ini. Lalu pasien menjawab, ingin memiliki keluarga yang
sejahtera, karir yang terus meningkat dan bisa sekolah lagi.
6
Pasien tidak pernah konsumsi NAPZA.
1. Riwayat prenatal : pasien lahir normal tanpa ada kelainan bawaan lahir.
9. Riwayat agama : Islam, tetapi jarang sholat dan berdoa karena pasien
merasa semakin cemas setelah beribadah
10. Aktivitas sosial : saat ini pasien dapat bersosialisasi dengan baik
dengan teman dikantor maupun tetangganya walaupun sulit untuk
memiliki sahabat, dan terkadan touring motor dengan teman.
7
tinggal dirumah kontrakan penghasilan pasien cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari dan tidak kekurangan.
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
8
4. Sikap terhadap pemeriksa : Pasien kooperatif
B. Keadaan Afektif
1. Mood : Cemas
2. Afek : Luas
9
a. Daya ingat jangka panjang
Baik, pasien dapat mengerti pribahasa “nila setitik rusak susu sebelanga”
pasien menjawabnya “kejahatan yang sedikit bisa merusak seluruh
kebaikan”.
6. Kemampuan menolong diri sendiri
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi
E. Proses Pikir
10
1. Arus Pikir
F. Pengendalian Impuls
a. Nilai Sosial
11
P
asien mengalami keluhan cemas. Pasien menyadari bahwa
dirinya mengalami gangguan jiwa tetapi baru gejalanya saja belum
sakit jiwa. Pasien mengetahui bahwa dirinya sering cemas dan
kadang tidak tahu penyebabnya. Pasien memiliki keinginan untuk
sembuh sehingga pasien berobat dan mau minum obat.
I. Tilikan
a. Status Generalis
▪ Tanda Vital
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 36,6˚C
12
▪ Sistem Muskuloskeletal : Tidak ada kelainan
b. Status Neurologis
13
j. Saat remaja pasien tidak ada masalah dalam bersosialisasi. Pasien
bisa bergaul dan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan serta
tidak mempunyai musuh dan aktif berorganisasi.
k. Pasien mempunyai keluarga yang mempunyai keluhan serupa
gejala OCD yaitu ibu dan adiknya.
l. Pasien memiliki riwayat Obesitas.
m. Hubungan pasien dengan saudaranya baik. Pasien sudah menikah
dan memiliki seorang anak.
n. Pasien tinggal di rumah kontrakan, tinggal bersama anak dan
istrinya.
p. Pada pasien ini gejala dan disabilitas ringan. Pasien dalam kondisi
baik, dapat melakukan aktivitas sehari-hari sendiri tanpa bantuan
orang lain.
14
▪ Dari anamnesis tidak didapatkan riwayat penggunaan NAPZA,
rokok, alkohol. Maka dari itu kita dapat simpulkan bahwa pasien
ini bukan penderita Gangguan Mental dan Perilaku Akibat
Zat Psikoaktif atau Alkohol (F.1).
▪ Pada pasien ini tidak ditemukan adanya gangguan dalam menilai
realita berupa waham dan halusinasi maka pasen ini bukan
penderita Gangguan Psikotik (F.2).
▪ Pada pasien ini tidak ditemukan adanya afek depresi atau
kesedihan, kehilangan minat, mudah merasa kelelahan, ataupun
memiliki ide-ide suicide sehingga pasien ini bukan penderita
gangguan depresi. Pada pasien ini juga tidak ditemukan adanya
elevasi afek atau euphoria, aktivitas mental dan psikomotorik
yang berlebihan sehingga dapat disimpulkan pasien ini bukan
penderita gangguan manik. Karena pada pasien ini tidak
ditemukan adanya gangguan manik dan depresi maka pasien ini
bukan penderita gangguan mood (F3).
b. Diagnosis Aksis II
15
tidak terdapat gangguan retardasi mental. Karena tidak
terdapat gangguan kepribadian dan tidak terdapat gangguan
retardasi mental, maka diagnosi pada Aksis II adalah tidak ada
diagnosis.
c. Diagnosis Aksis III
d. Diagnosis Aksis IV
▪ Pasien laki-laki tinggal bersama anak dan istrinya. Pasien
memiliki beban pikiran karena atasan yang sekarang di kantor
membuatnya lebih tertekan. pasien tinggal dirumah kontrakan.
Perekonomian pasien cukup untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Hubungan pasien dengan keluarga, tetangga serta
lingkungan tempat tinggal baik. Maka diagnosis aksis IV
pasien ini adalah masalah dengan atasan dikantor yang
membuatnya tertekan dan belum punya rumah sendiri.
e. Diagnosis Aksis V
16
VIII. DAFTAR PROBLEM
IX. PROGNOSIS
Pasien mudah stress bila apa yang terjadi tidak sesuai dengan
pikirannya
17
▪ Ad Sanationam : dubia ad malam
X. TERAPI
a. Psikofarmaka :
Clobzam 2x 0,5 mg
Anafril 1x1mg
b. Psikoterapi
18
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta: 2007
3. Elvira, Sylvia D, dkk. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit FK UI. Jakarta:
2015