Anda di halaman 1dari 6

Fisiologi

Tulang adalah adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis
sel : osteoblast, osteosit, dan osteoklas. Osteoblast membangun tulang dengan
membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan
osteoid melalui suatu proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif
menghasilkan jaringan osteoid, osteoblast mensekresikan sejumlah besar fosfatase
alkali, yang memegang peranan penting dalam mengendapkan kalsium dan fosfat
ke dalam matriks tulang. Sebagian dari fosfatase alkali akan memasuki aliran darah,
dengan demikian maka kadar fosfatase alkali di dalam darah dapat menjadi
indikator yang baik tentang tingkat pembentukan tulang setelah mengalami patah
tulang atau pada kasus metastasis kanker ke tulang (Carter 2006).
Osteoblas merupakan salah satu jenis sel hasil diferensiasi mesenkim yang
sangat penting dalam proses osteogenesis atau osifikasi. Sebagai sel, osteoblas
dapat memproduksi substansi organic intraseluler matriks, dimana klasifikasi
terjadi di kemudian hari. Jaringan yang tidak mengandung kalsium disebut osteoid
dan apabila klasifikasi terjadi pada matriks maka jaringan disebut tulang. Sesaat
setelah osteoblas dikelilingi oleh substansi organic intraseluler, disebut osteosit
dimana keadaaan ini terjadi dalam lacuna (Carter 2006).
Sel yang bersifat multinukleus, tidak ditutupi oleh permukaan tulang dengan
sifat dan fungsi resopsi serta mengeluarkan tulang yang disebut osteoklas. Kalsium
hanya dapat dikeluarkan oleh tulang melalui proses aktivitas osteoklasin yang
menghilangkan matriks organic dan kalsium secara bersamaan dan disebut
deosifikasi (Carter 2006).
Struktur tulang berubah sangat lambat terutama setelah periode
pertumbuhan tulang berakhir. Setelah fase ini tulang lebih banyak terjadi dalam
bentuk perubahan mikroskopik akibat aktifitas fisiologi tulang sebagai suatu organ
biokimia utama tulang.
Komposisi tulang terdiri atas:
Substansi organic : 35%
Substansi Inorganic : 45%
Air : 20%
Substansi organik terdiri atas sel-sel tulang serta substansi organic
intraseluler atau matriks kolagen dan merupakan bagian terbesar dari matriks
(90%), sedangkan adalah asam hialuronat dan kondroitin asam sulfur. Substansi
inorganic terutama terdiri atas kalsium dan fosfor dan sisanya oleh magnesium,
sodium, hidroksil, karbonat dan fluoride. Enzim tulang adalah alkali fosfatase yang
diproduksi oleh osteoblas yang kemungkinan besar mempunyai peranan yang
paling penting dalam produksi organic matriks sebelum terjadi kalsifikasi (Rasjad
2009).
Pada keadaan normal tulang mengalami pembentukan dan absorpsi pada
suatu tingkat yang konstan, kecuali pada masa pertumbuhan kanak-kanak ketika
terjadi lebih banyak pembentukan daripada absorpsi tulang. Pergantian yang
berlangsung terus-menerus ini penting untuk fungsi normal tulang dan membuat
tulang dapat berespon terhadap tekanan yang meningkat dan untuk mencegah
terjadi patah tulang. Betuk tulang dapat disesuaikan dalam menanggung kekuatan
mekanis yang semakin meningkat. Perubahan tersebut juga membantu
mempertahankan kekuatan tulang pada proses penuaan. Matriks organik yang
sudah tua berdegenerasi, sehingga membuat tulang secara relative menjadi lemah
dan rapuh. Pembentukan tulang yang baru memerlukan matriks organik baru,
sehingga memberi tambahan kekuatan pada tulang (Carter 2006).

Secara garis besar, fraktur dapat diklasifikasikan menjadi fraktur komplit


dan inkomplit. Pada fraktur komplit, tulang benra-benar patah menjadi dua fragmen
atau lebih. Fraktur inkomplit adalah patahnya tulang hanya pada satu sisi saja.
Fraktur komplit dapat dibagi lagi menjadi fraktur transversa, oblik/spiral, impaksi,
kominutif, dan intra-artikular. Fraktur inkomplit dapat dibagi menjadi greenstick
fracture, yang khas pada anak-anak, dan fraktur kompresi, yang biasanya
ditemukan pada orang dewasa. Fraktur avulsi terjadi bila suatu fragmen tulang
terputus dari bagian tulang sisanya yang disebabkan oleh tarikan ligamentum atau
pelekatan tendon yang kuat dan biasnya terjadi akibat dari kontraksi otot secara
paksa (Goh & Peh 2011).

Jenis-jenis fraktur :
 Greenstick : tulang anak bersifat fleksibel, sehingga fraktur dapat berupa
bengkokan tulang di satu sisi dan patahan korteks di sisi lainnya. Tulang juga
dapat melengkung tanpa disertai patahan yang nyata (fraktur torus).
 Comminuted : fraktur dengan fragmen multiple.
 Avulsi : sebuah fragmen tulang terlepas dari lokasi ligamen atau insersi tendon.
 Patologis : fraktur yang terjadi pada tulang yang memang telah memiliki
kelainan, seringkali terjadi setelah trauma trivial, misalnya penyakit Paget,
osteoporosis, atau tumor.
 Fraktur stres atau lelah : akibat trauma minor berulang dan kronis. Daerah yang
rentan antara lain metatarsal kedua atau ketiga (fraktur march), batang tibia
proksimal, fibula, dan batang femoral (pada pelari jarak jauh dan penari balet).
 Fraktur impaksi : fragmen-fragmen saling tertekan satu sama lain, tanpa adanya
garis fraktur yang jelas.
 Fraktur lempeng epifisis pada anak di bawah usia 16 tahun. Fraktur ini dapat
dikelompokkan menjadi tipe 1 sampai 5 berdasarkan klasifikasi Salter Harris
(Patel 2005).
Gambar Beberapa tipe fraktur
(Ekayuda 2009)
Mekanisme Fraktur Pergelangan

Trauma yang menyebabkan fraktur di daerah pergelangan tangan biasanya


merupakan trauma langsung, yaitu jatuh pada permukaan tangan sebelah volar atau
dorsal. Jatuh pada permukaan tangan sebelah volar menyebabkan dislokasi fragmen
fraktur sebelah distal ke arah dorsal. Dislokasi ini menyebabkan bentuk lengan
bawah dan tangan bila dilihat dari samping menyerupai garpu, seperti yang terjadi
pada fraktur Colles.

Umumnya fraktur distal radius terutama fraktur Colles’ dapat timbul setelah
penderita terjatuh dengan tangan posisi terkedang dan meyangga badan (Appley,
1995 ; Salter, 1981). Pada saat terjatuh sebahagian energi yang timbul diserap oleh
jaringan lunak dan persendian tangan, kemudian baru diteruskan ke distal radius,
hingga dapat menimbulkan patah tulang pada daerah yang lemah yaitu antara batas
tulang kortikal dan tulang spongiosa.
Pada saat jatuh terpeleset, posisi tangan berusaha untuk menahan badan dalam
posisi terbuka dan pronasi. Lalu dengan terjadinya benturan yang kuat, gaya akan
diteruskan ke daerah metafisis radius distal dan mungkin akan menyebabkan patah
radius 1/3 distal di mana garis patah berjarak 2 cm dari permukaan persendian
pergelangan tangan

Gambar mekanisme trauma pada fraktur colles

(Sumber : https://freddypanjaitan.wordpress.com/2011/10/22/fraktur-colles/)

Sehingga tulang yang kemungkinan mengalami fratur pada posisi tersebut adalah
radius distal

Dengan posisi tangan pada saat jatuh seperti gambar di atas, maka gaya yang
kuat akan berlawanan arah ke daerah pergelangan tangan. Dan seperti yang telah
disebutkan sebelumnya bahwa yang mungkin mengalami fraktur adalah distal
radius sebab dilihat dari struktur jaringannya saja tulang daerah tersebut memang
rawan patah.
Gambar fraktur colles’

(Sumber : https://medlineplus.gov/ency/imagepages/9205.htm)

1. Goh Lesley A., Peh Wilfred C. G., Fraktur-klasifikasi,penyatuan, dan


komplikasi dalam : Corr Peter. Mengenali Pola Foto-Foto Diagnostik.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2011. Hal 112-121.
2. Patel Pradip R., Trauma Skeletal dalam: Patel Pradip R. Lecture Notes
Radiologi. Edisi kedua. Penerbit Buku Erlangga. Jakarta. 2005. Hal 221-
230.
3. Ekayuda Iwan, Trauma Skelet (Rudapaksa Skelet) dalam: Rasad Sjahriar,
Radiologi Diagnostik. Edisi kedua, cetakan ke-6. Penerbit Buku Balai
Penerbitan FKUI. Jakarta. 2009. Hal 31-43.
4. Rasjad Chairuddin, Struktur dan Fungsi Tulang dalam: Rasjad Chairuddin.
Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Cetakan keenam. Penerbit PT. Yarsif
Watampone. Jakarta. 2009. Hal 6-11.
5. Carter Michel A., Anatomi dan Fisiologi Tulang dan Sendi dalam: Price
Sylvia A, Wilson Lorraine McCarty. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2006.
Hal 1357-1359.

Anda mungkin juga menyukai