Untuk saat ini anemia dalam kehamilan di Indonesia ditetapkan dengan kadar
Hb < 11 g% pada trimester I dan III atau Hb < 10.5 g% pada trimester sehingga
prevalansi anemia pada kehamilan di indoesia relative tinggi (63,5%). Sebab utama
rendahnya Hb dalam kehamilan adalah defisiensi besi terutama bila hanya terjadi
anemia ringan. Pada Hb dibawah 9 g% dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan lebih
teliti, karena masih adanya kemungkinan penyebab lain di luar kerurangan besi
9Mahomed Hytten 1989). Pada umumnya seorang ibu hamil dengan Hb rendah harus
dierikan suplementasi besi, meskipun ada sebab lain seperti infestasi cacing dan malaria
harus dipertimbangkan untuk menentukan langkah tindak lanjut yang sesuai.
Secara tradisional perkiraan tinggi fundus dilakukan dengan palpasi fundus dan
membandingkannya dengan beberapa patokan antara lain simfisis pubis, umbilicus atau
prosesus sifoideus. Cara tersebut dilakukan dengan tanpa memeprhitungkan ukuran
tubuh ibu. Sebaik-baiknya pemeriksaan (perkiraan) tersebut, hasilnya masih kasar dan
dilaporkan hasilnya bervariasi.
Penting untuk diketahui bahwa pita ukur yang digunakan hendaknya teruat dari
ahan yang tidak bisa mengendur (seperti yang digunakan para penjahit). Kandung
kemih hendaknya kosong. Pengukuran dilakukan denegan menempatkan ujung dari pita
ukur pada tepi atas simfis pubis dan dengan tetap menjaga pita ukur menempel pada
dinding abdomen diukur jaraknya ke bagian atas fundus uteri. Ukuran ini biasanya
sesuai dengan umur kehamilan dalam minggu setelah umur kehamilan 24 minggu.
Namun demikian bisa terjadi beberapa variasi (+ 1-2 cm). bila deviasi lebih dari 1-2 cm
dari umur gestasi kemungkinan terjadi kehamilan kembar atau polihidramnion dan bila
deviasi lebih kecil berarti ada gangguan pertumbuhan janin.
Pengukuran tinggi fundus uteri tersebut bila dilakukan pada setiap kunjungan
oleh petugas yang sama, terbukti memiliki nilai prediktif yang aik, terutama untuk
mengidentifikasi adanya gangguan pertumbuhan intrauterin yang berat dan kehamiln
kembar. Walaupun pengukuran tingg fundus uteri dengan pita ukur untuk
memperkirakan tinggi fundus sebagai bagian dari pemeriksaan rutin pada setiap
kunjungan (Villard an Bergsjo, 1997, Nelson 1994).
Sebagai besar peneliti menjelaskan efek fisologis pada ibu hamil yang berbaring
terlentang, dilakukan pada kal I persalinan (Diaz, Schwarz den Caldeyro-Barcia 1980,
Chan 1963, WHO 1996). Namun ada beberapa studi yang meneliti secara spesifik
akibat dari posisi terlentang pada kehamilan. Semua studi tersebut menunjukkan bahwa
posisi ibu mempengaruhi aliran darah melalui vena pelvis maor dan pada beberapa
kasus melalui sirkulasi uterus dan placenta, namun posisi terlentang memberikan efek
paling besar.
Periksa dalam
1. Ketuban pecah dini dengan letak bagan bawah janin masih tinggi untuk
mneyingkirkan kemungkinan prolpas tali pusat;
2. Untuk memantau kemajuan persalinan dan mencatat pembukaan serviks pada
partograf;
Posisi tegak pada persalinan lebih baik dan mempunyai pengaruh positif
terhadap kemampuan kontraksi uterus dibandingkan dengan posisi terlentak atau
bersandar (Roberts, Mendez-Bauer dkk 1984. Roberts, Mendez-Bauerndan Wodell
1983). Bagaimanapun juga pilihan mereka akan terbatas bila terdapat kontra indikasi
obstertik atau medic. Misalnya bila kepala janin masih tinggi pada ketuban yang sudah
pecah, posisi terbaring atau setengah berbaring pada sisi badannya dianggap lebih
aman.