Anda di halaman 1dari 3

MASALAH YANG TERJADI DI AREA TAMBANG

Didalam kegiatan eksplorasi pemahaman mengenai kondisi struktur geologi daerah sangat
penting untuk merekonstruksi endapan bahan galian bawah permukaan, terlebih pada
daerah yang banyak dipengaruhi oleh struktur geologi, contoh lapisan batubara pada
cekungan sedimen akan lebih bernilai ekonomis dikarenakan memiliki tingkat kematangan
batubara yang sangat baik pada daerah yang dipengaruhi oleh kegiatan sesar namun, tidak
akan bernilai apabila gagal dalam perekonstruksian arah bidang perlapisan bawah
permukaan.
Selain itu, hubungan geologi struktur terhadap mineralisasi adalah, struktur (terutama sesar
dan sistem kekar), yang terbentuk sebelum mineralisasi sangat penting artinya karena
merupakan saluran dan tempat berkumpulnya mineral berharga, terutama dalam
pembentukan endapan hidrotermal. Contoh : endapan-endapan hidrotermal Au, Cu, Pb, Zn,
dll.
Pada kegiatan penambangan, proses penggalian merupakan kegiatan yang utama.
Penggalian dilakukan terhadap massa batuan yang memiliki struktur geologi yang
kompleks didalamnya. Oleh karena itu diperlukan suatu perancangan yang tepat agar
massa batuan tetap dalam kesetimbangannya. Perancangan yang buruk dapat
mengakibatkan bahaya kelongsoran pada waktu-waktu yang akan datang yang dapat
berakibat pada keselamatan kerja, keamanan peralatan dan harta benda, serta kelancaran
produksi tambang yang akhirnya akan menaikkan biaya produksi, yang jelas tidak
diinginkan oleh suatu perusahaan tambang.
Ada empat parameter yang perlu diperhatikan dalam perancangan kemantapan lereng di
tambang terbuka, yaitu rencana penambangan, kondisi struktur geologi, sifat- sifat fisik
dan mekanik material pembentuk lereng dan tekanan air tanah. Dari ke-empat parameter
tersebut, struktur geologi merupakan parameter yang paling dominan dalam mengontrol
kemantapan lereng batuan baik bentuk maupun arah longsoran lereng.

Penyebab utama longsor dan karakteristik dari tiap kejadian longsor pada daerah-daerah
tambang serta sebagai langkah awal pencegahan kejadian longsor nantinya dan merupakan
langkah pertama dalam upaya meminimalkan kerugian akibat bencana tanah longsor.
Identifikasi daerah kejadian longsor juga penting untuk mengetahui hubungan antara lokasi
kejadian longsor dengan faktor persebaran geologi (batuan, patahan, lipatan) dan penggunaan
lahan di daerah terjadinya longsor, sehingga dapat diketahui penggunaan lahan apa yang sesuai
pada setiap karakteristik lahan dan geologinya.
Faktor penyebab terjadinya gerakan pada lereng juga tergantung pada kondisi batuan dan tanah
penyusun lereng, struktur geologi, curah hujan, vegetasi penutup dan penggunaan lahan pada
lereng tersebut, namun secara garis besar dapat dibedakan sebagai faktor alami dan manusia.
Menurut Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (2005), tanah longsor dapat
terjadi karena faktor alam dan faktor manusia sebagai pemicu terjadinya tanah longsor, yaitu :
a. Faktor alam
Kondisi alam yang menjadi faktor utama terjadinya longsor antara lain:
a. Kondisi geologi: batuan lapuk, kemiringan lapisan, sisipan lapisan batu lempung, lereng yang
terjal yang diakibatkan oleh struktur sesar dan kekar (patahan dan lipatan), gempa bumi,
stratigrafi dan gunung api, lapisan batuan yang kedap air miring ke lereng yang berfungsi sebagai
bidang longsoran, adanya retakan karena proses alam (gempa bumi, tektonik).
b. Keadaan tanah : erosi dan pengikisan, adanya daerah longsoran lama, ketebalan tanah
pelapukan bersifat lembek, butiran halus, tanah jenuh karena air hujan.

c. Iklim: curah hujan yang tinggi, air (hujan. di atas normal)


d. Keadaan topografi: lereng yang curam.
e. Keadaan tata air: kondisi drainase yang tersumbat, akumulasi massa air, erosi dalam, pelarutan
dan tekanan hidrostatika, susut air cepat, banjir, aliran bawah tanah pada sungai lama).
f. Tutupan lahan yang mengurangi tahan geser, misal lahan kosong, semak belukar di tanah kritis.
b. Faktor manusia
Ulah manusia yang tidak bersahabat dengan alam antara lain :
a. Pemotongan tebing pada penambangan batu di lereng yang terjal.
b. Penimbunan tanah urugan di daerah lereng.
c. Kegagalan struktur dinding penahan tanah.
d. Perubahan tata lahan seperti penggundulan hutan menjadi lahan basah yang menyebabkan
terjadinya pengikisan oleh air permukaan dan menyebabkan tanah menjadi lembek
e. Adanya budidaya kolam ikan dan genangan air di atas lereng.
f. Sistem pertanian yang tidak memperhatikan irigasi yang aman.
g. Pengembangan wilayah yang tidak diimbangi dengan kesadaran masyarakat, sehingga RUTR
tidak ditaati yang akhirnya merugikan sendiri.
h. Sistem drainase daerah lereng yang tidak baik yang menyebabkan lereng semakin terjal akibat
penggerusan oleh air saluran di tebing
i. Adanya retakan akibat getaran mesin, ledakan, beban massa yang bertambah dipicu beban
kendaraan, bangunan dekat tebing, tanah kurang padat karena material urugan atau material
longsoran lama pada tebing
j. Terjadinya bocoran air saluran dan luapan air saluran

-Faktor-faktor Penyebab dan Pemicu Tanah Longsor


Selain dari pada factor gaya gravitasi sendiri, tanah longsor material batuan atau tanah
yang terletak di atas lereng dipengaruhi oleh factor antara lain :

1. Kemiringan lereng; semakin besar sudut lereng semakin besar pula daya dorong
disebabkan meningkatnya tegangan geser (shearing stress) berbanding terbalik dengan
tegangan normal (normal strength) berupa kekuatan penahan.
2. Litologi ; tergantung mudah/tidaknya batuan mengalami pelapukan, besar/kecilnya
porositas atau permeability, semakin mudah batuan melapuk semakin mengurangi kohesi
dan kekuatan batuan penyusun kondisi stratigrafi batuan, terutama jika lapisan batuan
keras berselang seling dengan lapisan batuan lunak, maka batuan yang lunak dapat
menjadi factor penyebab tanah longsor.

3. Struktur geologi dan batuan; Zona sesar merupakan zona batuan yang mengalami
penghancuran disebabkan pergeseran bolak-blok batuan pada bidang patahan, pada sona
sesar tersebut daya tahan menjadi lemah, sehingga lebih mudah mengalami proses
pelapukan, erosi dan tanah longsor. Bidang permukaan sesar, lapisan batuan, kekar,
retakan, zona bidang batas soil dan batuan dasar, kontak batuan merupakan biadang
diskontinuitas, dapat menjadi bidang gelincir apaila arah kemiringanya searah dengan
kemiringan lereng.

4. Kandungan air pori; tinggi rendahnya permukaan air tanah (water table), terhadap
bidang diskontinuitas dan permukaan lereng juga merupakan salah satu factor pendorong
terjadinya gesekan massa.

Anda mungkin juga menyukai