Anda di halaman 1dari 3

Penggolongan Darah dan Kaitannya dengan Transfusi Darah

1. Penggolongan Darah

Antigen merupakan substansi yang bisa menjadi pemicu mekanisme pertahanan dan
perlindungan yang dikenal dengan respons imun. Umumnya antigen merupakan protein,
walaupun beberapa macam molekul organic lainnya juga merupakan antigen. Tipe darah
dikelompokkan berdasarkan atas ada atau tidaknya antigen tertentu di membrane sel darah
merah.

1.Penggolongan Darah Sistem ABO


Golongan darah yang paling dikenal dan penting dalam dunia medis adalah grup ABO.
Penggolongan ini ditemukan pada tahun 1900 dan 1901 oleh Karl Landsteiner ketika
melakukan uji silang antara eritrosit dengan serum dari darah lain, terdapatbeberapa sampel
yang terjadi aglutinasi. Eksperimen ini menemukan bahwa ada dua jenis antigen yang
terdapat pada permukaan eritrosit (juga pada seluruh tubuh) dan dua jenis antibodi yang
terdapat serum, kombinasi dari keempatnya menentukan golongan darah individu.

Setiap individu memiliki antibodi terhadap antigen permukaan sel eritrosit yang tidak
dimilikinya, kecuali pada golongan darah AB yang memiliki kedua jenis antigen
(isoaglutinin) secara bersama-sama. Antibodi tersebut yang menimbulkan reaksi aglutinasi.
Antibodi ini sudah dimiliki tubuh sejak usia 3 – 6 bulan.

Serum Anti-A Serum Anti-B Golongan darah


Mengalami aglutinasi Tidak mengalami aglutinasi A
Tidak mengalami aglutinasi Mengalami aglutinasi B
Mengalami aglutinasi Mengalami aglutinasi AB
Tidak mengalami aglutinasi Tidak mengalami aglutinasi O

Berdasarkan antigen pada sel darah merah, ada empat tipe darah, yaitu :

a. Tipe A
Sel darah merahnya hanya mempunyai antigen A.

b. Tipe B
Sel darah merahnya hanya mempunyai antigen B.

c. Tipe AB
Sel darah merahnya mempunyai antigen A dan B.
d. Tipe O
Sel darah merahnya tidak mempunyai antigen A ataupun B.

Golongan darah Aglutinogen Aglutinin


A Tipe A Anti-B
B Tipe B Anti-A
AB Tipe A dan Tipe B -
O - Anti-A dan Anti-B

Golongan darah berdasarkan alel orang tua :

Alel orang tua A B O

A AA AB AO

(A) (AB) (A)

B AB BB BO

(AB) (B) (B)

O AO BO OO

(A) (B) (O)

2.Penggolongan Darah Sistem Rhesus


Penggolongan darah Rh ditemukan oleh Karl Landsteiner dan Alexander Wiener pada tahun
1940. Golongan darah ini mungkin merupakan yang paling kompleks karena melibatkan 45
antigen yang berbeda pada permukaan eritrosit yang dikontrol oleh dua gen pada kromosom 1.
Dari sejumlah antigen tersebut, terdapat 5 antigen mayor yang menjadi determinan fenotipe,
yaitu D, E/e, dan C/c.Gen-gen ini selalu ada dalam bentuk bertiga dalam berbagai kombinasi
dengan satu set diperoleh dari orang tua. Tetapi antigen D adalah yang paling kuat menimbulkan
alloantigen dan bersifat dominan. Ekspresinya gen tersebut terdapat pada sel eritroid dan
megakariosit awal.
Rh + mengindikasikan adanya antigen Rh (Rh factor) dalam sel darah merah, sedangkan tidak
adanya antigen Rh diindikasikan dengan Rh -.
Bila individu yang memiliki antigen D dalam genotipe heterozigot maka individu tersebut
memiliki fenotipe Rhesus positif dan yang tidak memiliki antigen tersebut (homozigot) disebut
sebagai Rhesus negatif. Terdapat sekitar 15% dari populasi yang Rhesus negatif dan paparan
terhadap darah Rhesus positif akan menstimulasi timbulnya aloantibodi.

2. Sistem Transfusi Darah

Macam-macam transfusi darah :


1. Darah lengkap (Whole Blood)
Diberikan pada penderita yang mengalami perdarahan aktif yang kehilangan darah lebih dari 25
%.
2. Darah komponen
 SEL DARAH MERAH :
Sel Darah Merah Pekat : Diberikan pada kasus kehilangan darah yang tidak terlalu berat,
transfusi darah pra operatif atau anemia kronik dimana volume plasmanya normal.
Sel Darah Merah Pekat Cuci : Untuk penderita yang alergi terhadap protein plasma.
Sel Darah Merah Miskin Leukosit : Untuk penderita yang tergantung pada transfusi darah.
Sel Darah Merah Pekat Beku yang Dicuci : Diberikan untuk penderita yang mempunyai
antibodi terhadap sel darah merah yang menetap.
Sel Darah Merah Diradiasi : Untuk penderita transplantasi organ atau sumsum tulang.
 LEUKOSIT/ GRANULOSIT KONSENTRAT : Diberikan pada penderita yang jumlah
leukositnya turun berat, infeksi yang tidak membaik/ berat yang tidak sembuh dengan
pemberian Antibiotik, kualitas Leukosit menurun.
 TROMBOSIT : Diberikan pada penderita yang mengalami gangguan jumlah atau fungsi
trombosit.
 PLASMA dan PRODUKSI PLASMA : Untuk mengganti faktor pembekuan, penggantian
cairan yang hilang.
Contoh : Plasma Segar Beku untuk prnderita Hemofili.

Reaksi transfusi dapat berupa:


1. Reaksi segera (immediate reactions), yaitu aglutinasi dan hemolisis.
2. Reaksi lambat (delayed reactions), yaitu reaksi hemolitik lambat dan
penularan infeksi seperti hepatitis B, AIDS, malaria,dsb.

Sumber. martiny

Anda mungkin juga menyukai