Anda di halaman 1dari 15

BAB 2.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi kesehatan Masyarakat


Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling berinteraksi. Suatu kesatuan
masyarakat dapat memiliki prasarana yang memungkinkan para warganya untuk berinteraksi
(Koentjaraningrat, 2003). Kesehatan masyarakat didefinisikan oleh Winslow pada tahun 1920
sebagai ilmu dan kiat untuk mencegah penyakit, memperpanjang harapan hidup, meningkatkan
kesehatan dan efisiensi masyarakat (Soemirat, 2007).
Kesehatan Masyarakat adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah sanitasi yang
mengganggu kesehatan. Dengan kata lain kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi.
Upaya memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan adalah merupakan kegiatan kesehatan
masyarakat. Kemudian pada akhir abad ke-18 dengan diketemukan bakteri-bakteri penyebab
penyakit dan beberapa jenis imunisasi, kegiatan kesehatan masyarakat adalah pencegahan penyakit
yang terjadi dalam masyarakat melalui perbaikan sanitasi lingkungan dan pencegahan penyakit
melalui imunisasi. Kegiatan Kesehatan masyarakat adalah pencegahan penyakit yang terjadi dalam
masyarakat melalui perbaikan sanitasi lingkungan dan pencegahan penyakit melalui imunisasi
(Notoatmodjo, 2007).
Menurut WHO beberapa indikator dari masyarakat sehat adalah keadaan yang berhubungan
dengan status kesehatan masyarakat meliputi:
1. Indikator komprehensif
a. Angka kematian kasar menurun
b. Umur harapan hidup meningkat
2. Indikator spesifik
a. Angka kematian ibu dan anak menurun
b. Angka kematian karena penyakit menular menurun
c. Angka kelahiran menurun
3. Indikator pelayanan kesehatan
a. Rasio antara tenaga kerja dan jumlah penduduk seimbang
b. Distribusi tenaga kesehatan merata
c. Informasi lengkap tentang jumlah tempat tidur di Rumah Sakit, fasilitas kesehatan lain.
d. Informasi tentang jumlah sarana pelayanan kesehatan diantaranya Rumah Sakit,
Puskesmas, Rumah Bersalin.
Masalah kesehatan masyarakat adalah multikausal, maka pemecahannya harus secara
multidisiplin. Oleh sebab itu, kesehatan masyarakat sebagai seni atau prakteknya mempunyai
bentangan yang luas. Semua kegiatan baik yang langsung maupun tidak langsung untuk mencegah
penyakit (preventif), meningkatkan kesehatan (promotif), terapi (terapi fisik, mental dan sosial)

4
atau kuratif, maupun pemulihan (rehabilitatif) kesehatan (fisik, mental, sosial) adalah upaya
kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2007).
Secara garis besar, upaya-upaya yang dapat dikategorikan sebagai seni atau penerapan ilmu
kesehatan masyarakat antara lain sebagai berikut (Notoatmodjo, 2003):
a. Pemberantasan penyakit, baik menular maupun tidak menular.
b. Perbaikan sanitasi lingkungan.
c. Perbaikan lingkungan pemukiman.
d. Pemberantasan vektor.
e. Pendidikan (penyuluhan) kesehatan masyarakat.
f. Pelayanan kesehatan ibu dan anak.
g. Pembinaan gizi masyarakat.
h. Pengawasan sanitasi dan tempat-tempat umum.
i. Pengawasan obat dan minuman.
j. Pembinaan peran serta masyarakat.
Menurut Skiner, perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan) dari luar. Perilaku kesehatan adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek
yang berkaitang dengan sehat-sakit, penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat-sakit
(kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan dengan perkataan
lain perilaku kesehatan semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati
(observeble) maupun yang tidak dapat diamati (unobserveble), yang berkaitan dengan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau
melindungi diri dari penyakit atau masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari
penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan (Koentjaraningrat, 2003).
Promosi kesehatan menurut Lawrence Green 1984, merumuskan definisi sebagai berikut :
“Promosi kesahatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang
terkait dengan ekonomi, polotik dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perubahan
perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan”.
Promosi kesehatan sebagai pendekatan terhadap faktor promosi kesehatan, maka
kegiatannya tidak terlepas dari faktor-faktor yang menentukan perilaku tersebut. Dengan perkataan
lain, kegiatan promosi kesehatan harus disesuaikan dengan determinan (faktor yang mempengaruhi
perilaku itu sendiri). Menurut Lawrence Green 1980, perilaku ini ditentukan oleh tiga faktor
utama, yakni :
a. Faktor Predisposisi (Predisposing factor)
Faktor-faktor yang dapat mempernudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku pada
diri seseorang atau masyarakat, adalah pengetahuan dan sikap seseorang atau masyarakat
tersebut terhadap apa yang akan dilakukan. Disamping itu, kepercayaan, tradisi, sistem, nilai di
mayarakat setempat juga mejadi mempermudah (positif) atau mempersulit (negatif) terjadinya
perilaku seseorang atau masyarakat.
b. Faktor Pemungkin (Enabling factor)

5
Faktor pemungkin atau pendukung (enabling) perilaku adalah fasilitas, sarana, atau
prasarana yang mendukung atau yang memfasilitasi tejadinya perilaku seseorang atau
masyarakat.
c. Faktor Penguat (Reinforcing factor)
Pengetahuan, sikap, dan fasilitas yang tersedia kadang-kadang belum menjamin
terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Disamping tokoh masyarakat, peraturan,
undang-undang surat-surat keputusan dari para pejabat pemerintahan pusat atau daerah,
merupakan faktor penguat perilaku.
(Notoatmodjo, 2003).
Berdasarkan ketiga faktor determinan perilaku tersebut, maka kegiatan promosi kesehatan
sebagai pendekatan perilaku hendaknya diarahkan pada ketiga faktor tersebut.

Predisposing
Factors

Health Enabling Health


Promotion Factors Behavior

Reinforcing
Faktor

Bagan 2.1 Hubungan Promosi Kesehatan dengan Determinan Perilaku

B. Analisis Situasi
1. Definisi Analisis Situasi
Analisis situasi adalah langkah awal dalam perencanaan yang bertujuan untuk
identifikasi masalah yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang berkaitan dengan
masyarakat. Analisis situasi ini sangat penting untuk menentukan langkah selanjutnya. Analisis
situasi dapat digunakan untuk :
a. Mengetahui masalah kesehatan yang ada dalam masyarakat.
b. Mengetahui keadaan faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan tersebut.
c. Mengetahui upaya yang telah dilakukan, keadaan sumber daya, hambatan dan faktor
pendukung dalam upaya tersebut.

2. Tujuan Analisis Situasi


a. Memahami Masalah Secara Spesifik Dan Jelas

6
Masalah adalah kesenjangan yang dapat diamati antara kondisi yang sebenarnya
(diamati) dengan kondisi yang diharapkan dengan menggunakan berbagai jenis batasan masalah
yang dapat dirumuskan. Masalah ini dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kategori masalah
yakni masalah kesehatan, masalah manajemen pelayanan kesehatan (masalah program), dan
masalah perilaku (kebiasaan dan pengetahuan masyarakat tentang penyakit dan program
kesehatan) (Muninjaya, 2004).
b. Mempermudah Menentukan Prioritas Masalah
Menentukan prioritas masalah dapat dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan
kritis pada masyarakat, sehingga dapat diketahui tingkatan kegawatan (mortalitas dan
morbiditas) masalah yang terjadi dan memerlukan tindakan yang segera.
Beberapa contoh pertanyaan untuk menentukan prioritas masalah (Muninjaya, 2004):
1) Apakah masalah tersebut terkait dengan tingkat kematian bayi ?
2) Apakah masalah tersebut mempengaruhi kesehatan dan kematian balita ?
3) Apakah masalah tersebut dapat menggangu produktivitas penduduk?
4) Mempermudah Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah
Dengan melakukan analisis situasi kita mendapatkan gambaran tentang suatu
permasalahan yang terdapat dalam masyarakat, dimana masalah tersebut dapat terpecahkan
dengan sebuah rencana kerja operasional.
3. Langkah-langkah Analisis Situasi
1. Pengumpulan Data
Dalam langkah ini terdapat beberapa cara dalam proses pengumpulan data, antara lain:
a. Studi dokumentasi
Data yang dikumpulkan berasal dari laporan yang sudah ada, seperti laporan atau
profil Puskesmas Raas.
b. Wawancara (Interview)
Cara ini bisa dilakukan secara lisan dari responden (bercakap-cakap atau
berhadapan muka dengan responden tersebut). Bisa juga menggunakan kuesioner ataupun
dengan pencatatan data (langsung, ingatan, alat recording, pencatatan dengan field ratting,
dan pencatatan dengan field coding).
c. Observasi (Pengamatan)
Cara ini dilakukan dengan melihat dan mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu
yang ada hubungannya dengan maslah kesehatan masyarakat. Alat bantu yang digunakan
diantaranya, check list, rating scale, daftar riwayat kelakuan dan alat elektronik.
d. Angket
Yaitu mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang berupa formulir, diajukan secara
tertulis kepada sejumlah subjek untuk mendapatkan tanggapan, informasi dan jawaban.
Adapun cara pengambilan sampel dapat dilakukan dengan berbagai metode, antara
lain :

7
a. Random sampling, meliputi, simple random sampling, systemic random sampling,
stratified random sampling, multistage random sampling, cluster random sampling.
b. Non random sampling, meliputi purposive sampling, quota sampling dan accidental
sampling.
Sedangkan data yang dibutuhkan dapat diperoleh dari berbagai sumber data, dalam hal
ini dapat berupa :
a. Primer
Sumber data primer merupakan sumber data yang berasal dari hasil pemeriksaan
atau wawancara langsung dengan masyarakat.
b. Sekunder
Sumber data Sekunder merupakan sumber data yang berasal dari laporan suatu
instansi. Contohnya seperti laporan puskesmas, profil desa/keurahan dan profil kecamatan.
c. Tersier
Sumber data tersier merupakan hasil publikasi badan-badan resmi. Seeperti kantor
dinas statistik, dinas kesehatan dan kantor pemerintahan kabupaten.
Kerangka atau acuan dalam pengumpulan data terdapat dalam konsep Bloom. Bloom
mengenai 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan.

Keturunan

Pelayanan Status Lingkungan


Kesehatan Kesehatan

Perilaku

Bagan 2.2 Faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan


Keempat faktor tersebut (keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan)
disamping berpengaruh langsung kepada kesehatan, juga saling berpengaruh satu sama lainnya.
Status kesehatan akan tercapai secara optimal, bilamana keempat faktor tersebut secara
bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula. Salah satu faktor saja berada dalam
keadaan terganggu (tidak optimal), maka status kesehatan akan bergeser dibawah optimal
(Notoatmodjo, 2003).

a. Faktor Keturunan
Faktor ini paling kecil pengaruhnya terhadap kesehatan perorangan atau masyarakat
dibandingkan dengan ketiga faktor lain. Pengaruhnya pada status kesehatan perorangan

8
yang terjadi secara evolutif dan paling sukar dideteksi. Oleh karena itu, perlu dilakukan
konseling genetik dengan orientasi kepentingan kesehatan keluarga atau masyarakat.
b. Faktor Pelayanan Kesehatan
Ketersediaan sarana pelayanan, tenaga kesehatan, dan pelayanan kesehatan yang
berkualitas akan berpengaruh pada derajat kesehatan masyarakat. Pengetahuan dan
keterampilan petugas kesehatan yang diimbangi dengan kelengkapan sarana atau prasarana
dan dana akan menjamin kualitas pelayanan kesehatan. Pelayanan seperti ini akan mampu
mengurangi atau mengatasi masalah kesehatan yang berkembang disatu wilayah atau
kelompok masyarakat.
c. Faktor Perilaku
Faktor ini terutama terjadi di negara berkembang. Pada dasarnya, faktor ini paling
besar pengaruhnya terhadap munculnya gangguan kesehatan atau masalah kesehatan di
masyarakat. Tersedianya jasa pelayanan kesehatan (healthy services) tanpa disertai peran
serta masyarakat akan mengakibatkan masalah kesehatan tetap berpotensi untuk
berkembang di masyarakat.
d. Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan
lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status
kesehatan yang optimal pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain:
perumahan, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan ternak (kandang), dan
sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha
untuk memperbaiki dan mengoptimumkan lingkungan hidup manusia agar merupakan
media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup
didalamnya.
Usaha memperbaiki atau meningkatkan kondisi lingkungan ini dari masa ke masa, dan
dari masyarakat satu ke masyarakat lain bervariasi dan bertingkat-tingkat, dari usaha yang
paling sederhana (primitif) sampai pada yang paling mutakhir (modern). Dengan kata lain
bahwa teknologi dibidang kesehatan lingkungan sangat bervariasi, dari tekhnologi primitif,
teknologi menengah (teknologi tepat guna) sampai dengan teknologi mutakhir (Notoatmodjo,
2007).
Di dalam pengumpulan data terdapat komponen-komponen, yaitu :
a. Karakteristik Responden
1) Jumlah anggota keluarga
2) Jenis kelamin
3) Umur
4) Pendidikan
5) Agama
6) Pekerjaan (pekerjaan utama)

9
7) Pendapatan keluarga
8) Pengeluaran (jenis, dan besar)
b. Status Kesehatan Masyarakat
1) Morbiditas
Morbiditas adalah jumlah kesakitan yang terjadi pada suatu daerah tertentu dan
tahun tertentu per 1000 penduduk (Hartanto, 2003). Menurut Nasry Noor tahun 2006,
morbidity rate adalah angka kejadian insidensi yang digunakan dengan memasukkan
semua orang dalam populasi tertentu atau yang diamati secara klinis menderita penyakit
dalam satu batas waktu tertentu. Populasinya dapat dibatasi untuk jenis kelamin atau
golongan umur kelamin tertentu, atau dengan sifat khusus yang lain.
c. Aspek Kependudukan
1. Angka kelahiran
a) CBR (Crude Birth Rate)
Didefinisikan sebagai banyaknya kelahiran hidup pada suatu tahun tertentu tiap
1000 penduduk pada pertengahan tahun.

Keterangan:
CBR : Crude Birth Rate atau Tingkat Kelahiran Kasar
Pm : Penduduk pertengahan tahun
K : Bilangan konstan yang biasanya 1000
B : Jumlah kelahiran pada tahun tertentu
b) Tingkat Fertilitas Umum (General Fertility Rate)
Penduduk yang mempunyai resiko hamil adalah perempuan dalam usia
reproduksi (umur 15-49 tahun). Dengan alasan tersebut ukuran fertilitas ini perlu
diadakan perubahan yaitu membandingkan jumlah kelahiran dengan jumlah penduduk
perempuan usia subur (15-49 tahun). Tingkat fertilitas penduduk yang dihasilkan dari
perhitungan ini disebut Tingkat Fertilitas Umum (General Fertility Rate) yang ditulis
dengan rumus:

2. Angka kematian
Angka kematian meliputi angka kematian kasar (Crude Death Rate) dan ASDR.
Crude Death Rate adalah jumlah semua kematian yang ditemukan pada satu jangka
waktu (lazimnya satu tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk pada pertengahan
waktu bersangkutan dalam persen atau permil (Azwar, 1999).
1) Tingkat Kematian Bayi
Tingkat kematian bayi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:
K : Bilangan konstan (1000)

2) Tingkat Kematian Anak

10
Tingkat kematian anak didefinisikan sebagai jumlah kematian anak berumur
1-4 tahun selama satu tahun tertentu per 100 anak umur yang sama pada pertengahan
tahun.
3) Tingkat Kematian di bawah Lima Tahun.
Tingkat kematian anak balita didefinisikan sebagai jumlah kematian anak
usia dibawah lima tahun selama satu tahun per 1000 anak usia yang sama (0-4)
tahun pada pertengahan tahun.
(Mantra, 2003).
d. Keluarga Berencana (KB)
Aspek kependudukan juga terkait dengan upaya KB. Seperti yang tertuang dalam
GBHN bahwa agar pembangunan ekonomi dan kesejahteraan rakyat dapat terlaksana dengan
cepat harus dibarengi dengan pengaturan jumlah penduduk melalui program keluarga
berencana yang mutlak harus berhasil, karena kegagalan pelaksanaan keluarga berencana
akan mengakibatkan hasil usaha pembangunan menjadi tidak berarti dan dapat
membahayakan generasi yang akan datang (Manuaba, 1999).
Metode KB ada beberapa macam, yaitu metode sederhana dan metode modern.
Metode sederhana terdiri dari metode tanpa alat dan metode dengan alat. Sedangkan metode
modern terdiri dari kontrasepsi hormonal (peroral, injeksi, implant), IUD atau AKDR,
kontrasepsi mantap (vasektomi, tubektomi) (Hartanto, 2003).
e. Aspek Kesehatan Lingkungan
1) Lingkungan Fisik
a) Penyediaan Air Bersih
Air yang diperuntukkan manusia harus berasal dari sumber yang bersih dan
aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman tersebut, antara lain: bebas dari
kontaminasi kuman atau bebas dari bibit penyakit, bebas dari substansi kimia yang
berbahaya dan beracun, tidak berasa dan tidak berbau, dapat dipergunakan untuk
mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga, memenuhi standart minimal yang
ditentukan oleh WHO dan Departemen Kesehatan RI. Air dinyatakan tercemar bila
mengandung bibit penyakit, parasit, bahan-bahan kimia yang berbahaya, dan sampah
atau limbah industri (Budiman, 2003). Syarat Kualitas air bersih berdasarkan ciri fisik :
1) Syarat Fisik
Beberapa syarat fisik pada air antara lain:
a) Jernih atau tidak keruh
Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid dari bahan
tanah liat. Semakin banyak kandungan koloid maka air semakin keruh. Derajat
kekeruhan dinyatakan dengan satuan unit.
b) Tidak berwarna
Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna berarti
mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan. Warna air dapat

11
ditimbulkan oleh kehadiran organisme, baha-bahan tersupensi yang berwarna dan
oleh ekstrak senyawa-senyawa organik serta tumbuh-tumbuhan.
c) Rasanya tawar
Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis,
pahit, atau asin menunjukkan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin
disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa
asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam organik.
d) Tidak berbau
Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari
dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan-bahan organik yang sedang
mengalami dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme air.
e) Temperatur normal
Air yang baik harus memiliki temperatur yang sama dengan temperatur
udara (20-26ºC). Air yang secara mencolok mempunyai temperatur di atas atau di
bawah temperatur udara berarti mengandung zat-zat tertentu (misalnya fenol yang
terlarut di dalam air cukup banyak) atau sedang terjadi proses tertentu (proses
dekomposisi bahan organik oleh mikroorgaanisme yang menghasilkan energi)
yang mengeluarkan atau menyerap energi dalam air.
f) Tidak mengandung zat padatan
Air minum yang baik tidak boleh mengandung zat padatan yang terapung
di dalam air. Walaupun jernih, tetapi bila air mengandung padatan yang terapung
maka tidak baik digunakan sebagai air minum. Apabila air didihkan maka zat
padat tersebut dapat larut sehingga dapat menurunkan kualitas air minum
(Kusnaedi, 2002).
b) Sumber Air
Air yang berada di permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber.
Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi (Budiman, 2003):
a) Air angkasa (air hujan)
b) Air permukaan
c) Air tanah
c) Sumber Air Minum
Menurut WHO, standar-standar air minum yang harus dipenuhi agar suatu
persediaan air dapat dinyatakan layak sebagai air minum (Budiman, 2003):
a) Memenuhi persyaratan fisik
b) Memenuhi persyaratan biologis
c) Mengandung zat-zat kimia
d) Mengandung radioaktif

12
Berikut standar untuk kelayakan air minum yang berlaku di Indonesia
menurut Permenkes RI No.01/Birhubmas/I/1975 :
a) Standar fisik: suhu, warna, bau, rasa, kekeruhan
b) Standar biologis: kuman parasit, patogen, bakteri golongan koli (sebagai
patokan adanya pencemaran tinja)
c) Standar kimia: pH, jumlah zat padat, dan bahan kimia lain
d) Standar radioaktif: radioaktif yang mungkin ada dalam air
d) Sumur
Menurut Budiman, 2003, sumur merupakan sumber utama penyediaan air
bersih bagi penduduk yang tinggal di daerah pedesaan maupun di perkotaan
Indonesia. Secara teknis sumur dapat dibedakan menjadi dua jenis:
a) Sumur Dangkal (shallow well)
Air dari sumur dangkal ini biasanya akan terdapat kontaminasi kotoran
dari permukaan tanah, maka air dari sumur tersebut perlu direbus terlebih dahulu
(Notoatmodjo, 2003).
b) Sumur Dalam (deep well).
Sumur dalam (deep well) yaitu <5 meter (Notoatmodjo, 2003). Sumur
harus berjarak minimal 15 meter dan terletak lebih tinggi dari sumber
pencemaran seperti kakus, kandang ternak dan sebagainya (Budiman, 2003).
e) Pengelolaan Air Limbah
Air limbah rumah tangga (sullage) adalah air limbah yang tidak mengandung
ekskreta manusia dan dapat berasal dari buangan kamar mandi, dapur, air cuci
pakaian dan lain-lain yang mungkin mengandung mikroorganisme patogen. Ada 5
cara pembuangan air limbah rumah tangga yaitu:
a) Pembuangan umum, yang melalui tempat penampungan air limbah yang
terletak di halaman.
b) Digunakan untuk menyiram tanaman kebun.
c) Dibuang ke lapangan peresapan.
d) Dialirkan ke saluran terbuka.
e) Dialirkan ke saluran tertutup atau selokan.
(Budiman, 2003).
f) Pengelolaan Sampah
Menurut definisi (WHO), sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak
dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan
manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Budiman, 2003).
Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya jenis sampah dibagi
menjadi 2 yaitu:
a) Anorganik misalnya logam, pecah belah, besi, gelas dan lain-lain.

13
b) Organik misalnya sisa makanan, daun, sayur, dan buah
(Budiman, 2003).
Ada beberapa tahapan di dalam pengelolahan sampah yang baik, diantaranya
tahap pengumpulan dan penyimpanan, tahap pengangkutan, dan tahap pemusnahan
(Budiman, 2003).
Menurut Mukono tahun 2003, ada 2 macam metode pembuangan sampah:
a) Metode yang tidak memuaskan
(1) Pembuangan sampah yang terbuka (open dumping)
(2) Pembuangan sampah dalam air (dumping in water)
(3) Pembakaran sampah dirumah-rumah (burning on premises)
b) Metode yang memuaskan
(1) Pembuangan sampah dengan sistem kompos (composting)
(2) Pembuangan sampah melalui inecerator
(3) Pembuangan sampah dengan maksud menutup tanah dengan cara sanitair
(sanitary landfill)
Ada beberapa tahapan didalam pengelolaan sampah padat yang baik,
diantaranya (Budiman, 2003):
a) Tahap pengumpulan dan penyimpanan di tempat sumber
b) Tahap pengangkutan
c) Tahap pemusnahan
g) Jamban
Dua jenis jamban tipe utama yang memenuhi persyaratan (Suparmin, 2002)
adalah:
a) Jamban Cubluk
Dengan perhatian sedikit pada penempatan dan konstruksi, jenis jamban
ini tidak akan mencemari tanah ataupun mengontaminasi air permukaan atau air
tanah.
b) Jamban Air
Jamban air memerlukan penambahan air setiap hari agar dapat beroperasi
sebagaimana hasilnya. Air itu berasal dari air yang digunakan untuk pembersih
anus dan untuk pembersih lantai jamban, serta pipa atau corong pemasukan tinja.
Jenis jamban ini memerlukan sedikit pemeliharaan dan merupakan jenis instalasi
yang permanen. Jamban air terdiri dari sebuah tangki yang berisi air, di
dalamnya terdapat pipa pemasukan tinja yang tergantung pada lantai jamban.
Dalam pembuatan jamban perlu diperhatikan berbagai hal yang dapat
mempengaruhi lingkungan sekitar. Syarat-syarat yang harus dimiliki oleh
jamban adalah:
(1) Memiliki pijakan atau lantai yang kuat.

14
(2) Lengkap dengan peralatan atau peralatan WC.
(3) Tertutup dan terlindung dengan baik.
(4) Berada di lokasi yang baik.
Septic tank merupakan cara yang memuaskan dalam pembuangan
ekskreta untuk sekelompok kecil rumah tangga dan lembaga yang memiliki
persediaan air yang tenang dan mencukupi, tetapi tidak memiliki hubungan
dengan sistem penyaluran limbah masyarakat (Suparmin, 2002).
f. Aspek Perilaku Kesehatan
1. ASI Ekslusif
ASI Eksklusif adalah pemberian air susu ibu hingga usia 6 bulan tanpa
pemberian makanan pendamping ASI seperti susu formula, madu, air teh, air putih dan
tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu, biskuit dan bubur nasi (Rusli,
2000)
2. Tindakan Pencegahan dan Hidup Sehat
Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau
kegiatan sseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya
(Notoatmodjo, 2003).
3. Pengetahuan dan Perilaku Tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan atau kedokteran
beserta praktenya yang bertujuan agar pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh
derajat kesehatan yang setinggi-tingginyabaik fisik, mental maupun sosial dengan
usaha-usaha preventif maupun kuratif, terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-
gangguan kesehatan yang diakibtkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta
terhadap penyakit-penyakit umum (Suma’mur, 1996).
Untuk menjaga agar tidak terjadi kecelakaan kerja dalam bekerja dapat
digunakan alat pelindung diri (APD). Alat pelindung diri (APD) adalah usaha untuk
mengendalikan keadaan bahaya dengan cara melindungi tubuh. Jenis-jenis APD antara
lain penutup kepala, sarung tangan, masker Fungsi dari APD adalah untuk mencegah
kecelakaan kerja sehingga pengetahuan tentang APD sangat penting dalam
kelangsungan hidup pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya (Suma’mur,1996).

g. Aspek Pelayanan Kesehatan


Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan
ataupun masyarakat. Macam pelayanan kesehatan menurut pendapat Hodgetts dan Cascio

15
terdiri dari pelayanan kedokteran dan pelayanan kesehatan masyarakat (Azwar, 1996).
Secara umum aspek pelayanan kesehatan meliputi beberapa hal, yaitu :
1. Sarana Kesehatan
Menurut UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, sarana kesehatan adalah tempat
yang di gunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Sarana kesehatan berfungsi
untuk melakukan upaya kesehatan dasar atau upaya kesehatan rujukan dan atau upaya
kesehatan penunjang.
Sarana kesehatan meliputi balai pengobatan, pusat kesehatan masyarakat, rumah
sakit umum, rumah sakit khusus, praktek dokter, praktek dokter gigi, praktek dokter
spesialis, praktek dokter gigi spesialis, praktek bidan, toko obat, apotek, pedagang besar
farmasi, pabrik obat dan bahan obat, laboratorium, sekolah dan akademik kesehatan, balai
pelatihan kesehatan, dan sarana kesehatan lainnya.
2. Tenaga Kesehatan
Menurut UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, tenaga kesehatan adalah setiap
orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memilki pengetahuan dan
atau ketrampilan melalui pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan bertugas
menyelenggarakan atau melakukan kegiatan kesehatan sesuai dengan bidang keahlian
atau kewenangan tenaga kesehatan yang bersangkutan.
3. Biaya Kesehatan Keluarga
Biaya kesehatan adalah besarnya dana yang harus diperkirakan untuk
menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan
oleh keluarga dan masyarakat. Secara umum sumber biaya kesehatan dibedakan atas dua
macam yakni :
a) Seluruhnya bersumber dari anggaran pemerintah. Seluruh pelayanan kesehatan
diselenggarakan oleh pemerintah dan pelayanan kesehatan tersebut dilaksanakan secara
cuma-cuma.
b) Sebagian ditanggung oleh masyarakat. Pada jenis ini masyarakat diajak berperan serta
baik dalam menyelenggarakan upaya kesehatan ataupun pada waktu pemanfaatan jasa
pelayanan kesehatan. Dengan diikut sertakannya masyarakat membiayai pemanfaatan
pelayanan kesehatan maka pelayanan kesehatan tidaklah cuma-cuma, masyarakat
diharuskan membayar pelayanan kesehatan yang dimanfaatkannya.
(Azwar, 1996)
4. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan adalah suatu upya untuk memberikan
perlindungan terhadap kemungkinan yang dapat megakibatkan kerugian ekonomi,
terutama yang berhubungan dengan kesehatan (Azwar, 1996). Ditinjau dari pengelolaan
dana,asuransi kesehatan terdiri dari :
1) Asuransi Kesehatan Pemerintah

16
Disebut asuransi kesehatan pemerintah jika pengelolaan dana dilakukan oleh
pemerintah. kelebihan pembiayaan kesehatan oleh pemerintah adalah biaya kesehatan
dapat diawasi dan pelayanan kesehatan dapat distandarisasi, akan tetapi juga
ditemukan beberapa kekurangan yaitu kurang puasnya para peserta yang kesemuanya
berkaitan dengan mutu pelayanan kesehatan yang kurang sempurna.
2) Asuransi Kesehatan Swasta
Disebut asuransi kesehatan swasta jika pengelolaan dana dilakukan oleh suatu
badan swasta. Keuntungan dari asuransi kesehatan swasta adalah sulit mengawasi
biaya kesehatan yang pada akhirnya dapat memberatkan pemakai jasa pelayanaan
kesehatan.
(Azwar, 1996)

C. Pengolahan Data
Dalam suatu penelitian data merupakan salah satu langkah yang penting. Untuk
memperoleh penyajian data sebagai hasil yang berarti dan kesimpulan yang baik, diperlukan
pengolahan data. Untuk mempermudah pengolahan data perlu dilakukan klasifikasi. Klasifikasi
data ini didasarkan pada kategori yang dibuat berdasakan justifikasi atau pertimbangan peneliti
sendiri (Notoatmodjo, 2003). Cara pengolahan data secara umum dapat dibedakan atas tiga macam
yakni secara manual, mekanikal serta elektrikal (Azwar, 1996)

D. Penyajian Data
Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk informasi, penyajian data yang baik
dapat mendukung dan melengkapi suatu laporan tertulis sehingga akan mempermudah pihak-
pihak yang akan menggunakan data tersebut. Metode penyajian data yang lazim ada tiga, yakni :
1. Narasi
Adalah penjelasan data dengan menggunakan kalimat tertulis tentang informasi
kesehatan. Kalimat yang dipakai perlu diperhatikan, yakni harus jelas, singkat dan tidak ambigu
(bermakna ganda). Narasi ini digunakan untuk menjelaskan arti dari suatu tabel atau grafik.
2. Grafik
Adalah metode untuk menyajikan data secara kuantitatif, yang menggunakan suatu
sistem koordinat (X dan Y). Sumbu X menggambarkan variabel independen (bebas) sedangkan
sumbu Y menggambarkan variabel dependen (tergantung).
3. Tabel
Adalah penyajian data yang disusun dalam kolom dan baris. Dalam metode ini dapat
dilihat suatu frekuensi kejadian dalam bentuk kategori yang berbeda.

E. Identifikasi Masalah
Merupakan suatu proses untuk menghasilkan suatu rumusan masalah dan faktor-faktor
yang berhubungan dengan data yang telah terkumpul. Untuk dapat mengidentifikasi masalah

17
program atau masalah kesehatan masyarakat, hasil analisis pada umumnya dibandingkan dengan
target atau ukuran keberhasilan program yang telah ditentukan sebelumnya.

18

Anda mungkin juga menyukai