Anggota Kelompok 6:
Ida Ayu Mas Indira Pramesti (1515351065/4)
Ni Wayan Sukma Kartika Dewi (1515351084/12)
I Gusti Ayu Made Rita Susanti (1515351115/20)
Ni Made Ayu Nita Adiyantari (1515351118/21)
c. Risiko Operasional
Dampak risiko operasional timbul karena munculnya gangguan operasional dari
dalam atau dari luar perusahaan. Gangguan operasional dari dalam perusahaan dapat
berupa kerusakan mesin atau peralatan produksi yang lain, kesalahan manusia dan
kesalahan sistem dan prosedur operasi. Sedangkan contoh gangguan dari luar
perusahaan dapat berupa krisis moneter, krisis politik, faktor persaingan pasar,
keterlambatan pasokan bahan dari perusahaan pemasok dan bencana alam. Dalam tabel
1 disajikan contoh risiko operasional, penyebab potensial risiko dan potensi kerugian
yang dapat diderita perusahaan.
Tabel 1
Contoh risiko Operasional
b. Menganalisis Risiko.
Tujuan utama analisis risiko adalah memisahkan risiko yang potensi
kerugiannya diperkirakan kecil dari yang derajad kerugiannya cukup signifikan.
Dengan perkataan lain menyusun daftar kategori risiko. Sudah barang tentu daftar
kategori risiko satu perusahaan tidak sama dengan yang lain, walaupun mereka
bergerak dalam sektor usaha yang sama. Hal itu disebabkan karena adanya perbedaan
tingkat kekuatan dan kelemahan masing-masing perusahaan dalam menangani dan
memonitor risiko. Secara umum dapat diutarakan apabila dampak negatif risiko kecil
saja, risiko tersebut dapat ditolerir.
Sebagai contoh risiko penurunan hasil penjualan tahunan produk sebesar lima
persen sebagai akibat munculnya teknologi baru atau perusahaan saingan baru yang
kuat, masih dapat ditolerir oleh sebuah perusahaan yang menduduki peringkat follow
the market leader.
Batas toleransi. Untuk menentukan dapat atau tidaknya dampak risiko
ditolerir, perusahaan perlu menyusun kriteria tentang hal itu. Kriteria toleransi terhadap
dampak risiko dapat diambil dari aspek operasional, teknis, finansial, legal, sosial atau
kriteria yang lain. Contoh kriteria aspek keuangan, misalnya risiko yang bersangkutan
tidak akan menurunkan keuntungan total perusahaan sampai maksimal dua setengah
persen. Sedangkan contoh kriteria aspek teknis adalah, risiko yang bersangkutan tidak
akan menyebabkan sarana produksi tidak dapat lagi beroperasi tiga shifts tiap hari.
Apabila dimungkinkan pada akhir tahap analisis risiko dapat disimpulkan derajad
toleransi yang dapat diberikan pada tiap jenis risiko.
c. Mengaksep Risiko
Dari hasil tahap-tahap manajemen risiko terdahulu perusahaan dapat memutuskan
risiko bisnis mana dapat diterima, karena dampak negatifnya diperkirakan masih dapat
ditolerir. Di lain pihak mereka juga dapat menentukan jenis-jenis risiko mana yang
membutuhkan penanganan dan monitoring secara khusus, karena dampaknya
diperkirakan signifikan.
d. Penanganan Risiko
Penanganan risiko lebih lanjut meliputi aktifitas yang berikut:
- Menentukan pilihan penanganan risiko,
- Mengevaluasi tiap jenis pilihan penanganan,
- Menyiapkan rencana penanganan tiap jenis risiko,
- Pelaksanaan penanganan
e. Memonitor risiko
Kebanyakan resiko tidak bersifat statis. la dapat berubah sesuai dengan
perubahan faktor-faktor yang menimbulkannya. Oleh karena itu secara reguler
perusahaan wajib memonitor perkembangan resiko yang mereka hadapi dan efektifitas
upaya mereka menangani masing-masing resiko.