Anda di halaman 1dari 17

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/319039312

PROSPEK DAN POTENSI PEMANFAATAN


LIGNOSELULOSA JERAMI PADI MENJADI
KOMPOS, SILASE DAN BIOGAS...

Article · May 2016


DOI: 10.25269/jsel.v3i02.44

CITATIONS READS

0 125

1 author:

Raden HARYO BIMO Setiarto


Indonesian Institute of Sciences
21 PUBLICATIONS 1 CITATION

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

DIPA tematik 2016 View project

DIPA tematik 2015 View project

All content following this page was uploaded by Raden HARYO BIMO Setiarto on 13 September 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Prospek dan Potensi Pemanfaatan Lignoselulosa
Jerami Padi menjadi Kompos... : R. Haryo Bimo Setiarto
PROSPEK DAN POTENSI PEMANFAATAN LIGNOSELULOSA JERAMI PADI
MENJADI KOMPOS, SILASE DAN BIOGAS MELALUI FERMENTASI MIKROBA
R. Haryo Bimo Setiarto
Pusat Penelitian Biologi LIPI
Jalan Raya Jakarta-Bogor Km 46, Kawasan CSC Cibinong 16911, Jawa Barat
haryobimo42@yahoo.com

Diterima : 10 Juni 2013, Revisi akhir : 14 November 2013, Disetujui terbit : 02 Desember 2013

Prospects and Potential of Rice Straw Utilization of lignocellulose


into Compost, Silage and Biogas by Microbial Fermentation

ABSTRACT

Microbial fermentation can processes lignocelluloses rice straw become several commodity with high value
economics. Aerobic fermentation will results compost, and carbondioxyde. Meanwhile, anaerobic fermentation
will results silase, biogas, and sludge. This review focused to doing comparative study about prospect and
potency bioconversion rice straw to become biogas, silase, and compost by using microbial fermentation based
on technoeconomical parameter. Compost from rice straw fermentation using Trichoderma sp., Trametes sp., and
Aspergillus sp. which have quality: C/N ratio (18.88), C (35.11%) , N (1.86%), P2O5 (0.21%), K2O (5,35%), water
activity (55%), Ca (4.2%), Mg (0.5%), Cu (20 ppm), Mn (684 ppm) and Zn (144 ppm). Moreover, silase from rice
straw fermentation using Lactobacillus bulgaricus, Lactobacillus plantarum, and Plediococcus pentosomonas
which have quality like acid flavour, it can not growth with fungi, it have green and yellow colour, pH 4.2,
lactic acid composition (1.5-2.5%), butyric acid concentration (0.1%), acetic acid composition (0.5-0.8%),
and composition N-NH3 (5-8%). Furthermore, biogas from rice straw fermentation using metanogenic bacteria
(Methanobacterium and Methanobacillus) which have value 590 – 700 kcal per cubic, so it can results
electricity energy from 1.25 to 1.50 kWH. It was equivalen with 0.5 kg liquid natural gas, 0.5 litres premium, and
0.5 litres diesel oil. From technoeconomical aspect, it can concluded that prospect bioconversion rice straw
become biogas is more profitable to be applied in Indonesia based on parameter Benefit Cost Ratio because it
will be gotten two advantages from once processes which are product biogas and compost from residual sludge.

Keywords: rice straw, fermentation, compost, silase, biogas

ABSTRAK

Fermentasi mikroba mampu mengolah limbah lignoselulosa jerami padi menjadi beberapa komoditas dengan
nilai ekonomi yang tinggi. Fermentasi secara aerob akan menghasilkan kompos, dan karbondioksida. Sementara
itu proses fermentasi secara anaerob akan menghasilkan silase, biogas dan sludge. Review ini bertujuan melakukan
studi komparatif terhadap prospek dan potensi pemanfaatan jerami padi menjadi biogas, silase maupun kompos
melalui fermentasi mikroba ditinjau dari aspek teknis maupun ekonomis. Kompos jerami padi hasil fermentasi
Trichoderma sp., Tremates sp., dan Aspergillus sp. memiliki kualitas: rasio C/N (18,88), C (35,11%) , N (1,86%),
P2O5 (0,21%), K2O (5,35%), kadar air (55%), Ca 4,2%, Mg (0,5%), Cu (20 ppm), Mn (684 ppm) dan Zn (144 ppm).
Kualitas produk silase jerami padi hasil fermentasi Lactobacillus bulgaricus, Lactobacillus plantarum, dan
Plediococcus pentosomonas adalah berbau asam, tidak berjamur, berwarna hijau kekuningan, memiliki
pH 4,2; kandungan asam laktat 1,5-2,5%, kandungan asam butirat 0,1%, kandungan asam asetat 0,5-0,8%;
dan kandungan N-NH3 5-8%. Biogas jerami padi hasil fermentasi bakteri metanogenik Methanobacterium dan
Methanobacillus memiliki nilai kalor 590 – 700 kkal per kubik, sehingga mampu membangkitkan energi listrik
sebesar 1,25 – 1,50 kWH dan dapat disetarakan dengan 0,5 kg gas alam cair, 0,5 liter bensin, dan 0,5 liter
minyak diesel. Secara ekonomi, prospek pemanfaatan jerami padi menjadi biogas lebih menguntungkan untuk
diaplikasikan di Indonesia berdasarkan parameter Benefit Cost Ratio karena akan diperoleh dua keuntungan
dalam satu kali proses produksi yaitu produk biogas serta kompos yang berasal dari sludge residu.

Kata kunci: jerami padi, fermentasi, kompos, silase, biogas

51
Jurnal Selulosa, Vol. 3, No. 2, Desember 2013 : 51 - 66

PENDAHULUAN juta ton jerami yang dihasilkan pada tahun


tersebut, pada tahun 2010 diperkirakan
Jerami merupakan bagian vegetatif berupa produksi jerami padi mencapai 84 juta ton
batang, daun, dan tangkai dari tanaman padi. (Hartono dan Kurniawan, 2009).
Jerami padi merupakan limbah pertanian Dilihat dari segi daur ulang, tentu sangatlah
terbesar di Indonesia dengan ketersediaan jelas bahwa jerami padi dapat didaur ulang
sebesar 55 juta ton setahun yang tersebar kembali menjadi produk yang lebih bermanfaat
sebagian besar di daerah Jawa Timur yaitu khususnya kompos yang menyediakan unsur
sebesar 31,27% (17,2 juta ton jerami padi), hara bagi tanah dan biogas sebagai bahan
Jawa Tengah sebesar 23,79% (13.08 juta bakar alternatif pengganti elpiji. Dari segi
ton jerami padi), Jawa Barat sebesar 15,19% penggunaan ulang, penggunaan limbah jerami
(8,35 juta ton jerami padi), Sulawesi Selatan dapat dipergunakan secara terus menerus untuk
sebesar 10,1% (5,55 juta ton jerami padi), dan di dapat memenuhi kebutuhan pakan ternak dalam
Nusa Tenggara Barat sebesar 4,6% (2,53 juta ton bentuk silase (Murni dkk., 2008). Dilihat dari
jerami padi) (Syamsu, 2006). Karena jumlahnya segi pengurangan limbah, abu jerami padi banyak
yang melimpah jerami padi mudah diperoleh dan dimanfaatkan oleh petani karena mengandung
sangat ekonomis (murah). kalium yang tinggi dan sangat diperlukan oleh
Dari ketersediaan jerami padi tersebut baru tanaman padi. Di samping itu limbah jerami juga
sekitar 31-32% yang dimanfaatkan sebagai pakan dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk
ternak, sebesar 36-38% dimanfaatkan sebagai industri pulp dan kertas.
pupuk, serta 7-8% yang dimanfaatkan sebagai Untuk meningkatkan produktivitas di sektor
bahan baku industri pulp dan kertas, sehingga pertanian dalam upaya mencapai swasembada
diestimasikan sebesar 22-25% jerami padi pangan diperlukan perbaikan kualitas lahan
masih belum bisa dimanfaatkan dengan optimal. pertanian melalui peningkatan kandungan
Sesungguhnya jerami padi masih memiliki unsur hara dalam tanah. Salah satu solusinya
banyak potensi bagi kehidupan masyarakat adalah dengan mengubah jerami padi menjadi
diantaranya dapat diolah menjadi sumber energi kompos. Sebagaimana yang diketahui jerami
alternatif seperti biogas maupun bioetanol dengan padi mengandung bahan-bahan organik yang
fermentasi mikroba. Peningkatan nilai manfaat dapat menyuburkan tanah (Husen dkk., 2007).
jerami perlu dilakukan, mengingat potensinya Mikroba lignoselulolitik dari kelompok bakteri
yang sangat besar dan tidak ada habis-habisnya dan fungi sangat berperan dalam proses
selama padi masih menjadi makanan pokok fermentasi jerami padi menjadi kompos (Jin
masyarakat Indonesia (Hartono dan Kurniawan, dan Chen, 2006). Mikroba lignoselulolitik
2009). tersebut dimanfaatkan sebagai starter inokulan
Komposisi kimia jerami padi ditandai oleh kompos karena memiliki kemampuan untuk
rendahnya kadar nitrogen dan mineral esensial, menghasilkan enzim lakase, selulase, maupun
sedangkan kadar serat kasarnya tinggi, sehingga xilanase yang secara berturut-turut mampu
kecernaanya mencapai 37%. Jerami padi menghidrolisis senyawa lignin, selulosa
mengandung 21% inti sel dan 79% dinding sel maupun hemiselulosa yang banyak terkandung
berdasarkan berat kering. Dari 79% berat kering dalam jerami padi (Howard dkk., 2003).
ini terdiri dari 26% hemiselulose, 33% selulosa, Selulase merupakan enzim yang dapat
7% lignin, dan silika 13% (Syamsu, 2006). menghidrolisis ikatan β-1,4 glukosida pada
Kandungan dinding sel terutama lignin selulosa dan turunannya. Enzim ini dapat
bertambah dengan meningkatnya umur mengubah selulosa tak tersubstitusi menjadi
tanaman. Pada waktu tanaman padi dipanen, selobiosa yang kemudian dihidrolisis lebih lanjut
jerami adalah bagian tanaman yang tidak dengan β-glukosidase (Sukumaran dkk., 2005).
diambil. Produksi jerami padi dihasilkan Pemutusan ikatan ini menghasilkan oligosakarida
sekitar 50% dari produksi gabah kering turunan selulosa, untuk akhirnya diubah menjadi
panen. Perbandingan antara bobot gabah monomer glukosa. Selulase termasuk sistem
yang dipanen dengan jerami padi (grain multienzim yang terdiri dari endoglukanase
straw ratio) pada saat panen pada umumnya (EC.3.2.1.4), selobiohidrolase (EC.3.2.1.91),
2:3. Pada saat produksi gabah nasional 54 dan β-glukosidase (EC.3.2.1.21) (Ahamed dan
juta ton pada tahun 2005, berarti terdapat 80 Vermette, 2008).

52
Prospek dan Potensi Pemanfaatan Lignoselulosa
Jerami Padi menjadi Kompos... : R. Haryo Bimo Setiarto

Xilanase merupakan kelompok enzim yang mengatasi hal tersebut peternak memberi pakan
memiliki kemampuan menghidrolisis xilan sisa-sisa pertanian seperti jerami padi. Akan
atau polimer dari xilosa (Saha, 2003). Xilanase tetapi kendala utama dari pemanfaatan jerami
dapat diklasifikasikan berdasarkan substrat yang padi sebagai salah satu bahan pakan ternak
dihidrolisis, yaitu β-xilosidase, eksoxilanase, dan adalah kandungan serat kasar tinggi, sementara
endoxilanase. Eksoxilanase mampu memutus itu kandungan protein dan kecernaannya rendah.
rantai polimer xilosa (xilan) pada ujung reduksi, Penggunaan jerami secara langsung atau sebagai
sehingga menghasilkan xilosa sebagai produk pakan tunggal tidak dapat memenuhi pasokan
utama dan sejumlah oligosakarida rantai nutrisi yang dibutuhkan ternak. Hal ini disebabkan
pendek (Da Silva dkk., 2005; Dewi 2002). karena adanya faktor pembatas yaitu rendahnya
Lakase (benzendiol: oksigen oxidoreductase, kandungan protein kasar, serta tingginya serat
EC 1.10.3.2) merupakan enzim ekstraseluler kasar, lignin, silika. Untuk itu, jerami padi perlu
yang menggunakan senyawa oksigen untuk ditingkatkan nilai nutrisi dan dayacernanya
menjalankan reaksi oksidasi berbagai senyawa melalui fermentasi mikroba (Yunilas, 2009).
aromatik dan nonaromatik. Enzim ini termasuk Fermentasi silase dari jerami padi dapat
ke dalam kelas enzim oksidase yang memerlukan berjalan dengan baik dalam kondisi aerob
ion logam. Dalam kinerjanya enzim lakase hanya maupun anaerob dan didominasi oleh bakteri
memerlukan oksigen dan menghasilkan air penghasil asam laktat yang bersifat fakultatif 
sebagai satu-satunya produk samping. anaerob. Bakteri yang memfermentasi jerami padi
Beberapa genus fungi Basidiomycetes mempunyai ciri yaitu memproduksi asam laktat
diantaranya Trametes versicolor, Marasmius dengan jumlah bakteri asam laktat 7.6 x 106 dalam
sp., Irpex lacteus, Heterobasidium annosum, silase. Lactobacillus bulgaricus merupakan salah
Phanerochaete chrysosporium, Ganoderma satu bakteri penghasil asam laktat yang dapat
australe, Phlebia tremellosa, Pleurotus spp dan digunakan sebagai starter dalam pembuatan
Phelinus pini memiliki kemampuan menghasilkan silase.  Lactobacillus bulgaricus adalah bakteri
enzim lakase (Couto dkk., 2007). Genus tersebut berbentuk batang, tumbuh pada suhu 15-45oC,
sebagian besar merupakan kelompok jamur tidak tahan garam, merupakan bakteri asam
pengurai kayu dengan kemampuan mendegradasi laktat homofermentatif yang mengubah glukosa
lignin dan melakukan dekomposisi. Lakase menjadi asam laktat. Stimulan fermentasi bekerja
merupakan hasil metabolisme sekunder dari jamur membantu pertumbuhan bakteri asam laktat
pelapuk putih dengan kondisi keterbatasan sumber sehingga kondisi asam segera tercapai. Stimulan
karbon dan nitrogen (Taniguchi dkk., 2005). tersebut akan meningkatkan populasi bakteri
Sementara itu enzim selulase dan xilanase asam laktat dalam bahan pakan. Sementara
banyak dihasilkan oleh beberapa spesies itu inhibitor fermentasi digunakan untuk
fungi diantaranya Trichoderma viridae, menghambat pertumbuhan mikroorganisme
Trichoderma longibrachiatum, Trichoderma pembusuk seperti Clostridia sehingga pakan
reseei, Aspergillus niger, Aspergillus bisa awet, sebagai contohnya yaitu asam-asam
fumigatus, Aspergillus nidulans, Neurospra organik seperti asam format, propionat dan
sitophila dan Penicillium sp. (Saha, 2004). laktat. Salah satu penambahan zat aditif sebagai
Selain fungi ada beberapa genus bakteri stimulan fermentasi silase yaitu dengan bakteri
diantaranya Bacillus subtilis dan Pseudomonas asam laktat seperti Lactobacillus plantarum,
aeruginosa yang mampu menghasilkan kedua Pledioccus pentosomonas.
enzim tersebut (Singhania, 2009). Selain peningkatan produktivitas pertanian
Masalah lain yang juga sedang dihadapi dan peternakan, salah satu permasalahan utama
oleh pemerintah adalah sektor peternakan yaitu yang dihadapi bangsa Indonesia adalah tingkat
terbatasnya sediaan pakan hijauan ternak (silase) konsumsi energi yang semakin tinggi, sedangkan
yang keberadaannya sangat dipengaruhi faktor sumber energi fosil terbatas. Oleh karena itu
musim. Pada musim penghujan silase tersedia diperlukan usaha-usaha untuk mendapatkan
dalam jumlah banyak sedangkan pada musim energi terbarukan. Strategi pemerintah dengan
kemarau ketersediaannya sangat terbatas. mensubstitusi sebagian kebutuhan energi
Hal ini yang menjadi kendala dalam upaya fosil dengan energi alternatif terbarukan dari
pemerintah untuk meningkatkan produksi ternak sumber nabati seperti biodiesel dari minyak
dan mengurangi volume impor daging. Untuk sawit kasar (CPO/Crude Palm Oil) atau jarak

53
Jurnal Selulosa, Vol. 3, No. 2, Desember 2013 : 51 - 66

pagar (Jatropha curcas, L.), singkong dan kehijau-hijauan, disukai ternak ruminansia, tidak
tebu, telah menyebabkan kompetisi dengan berbau, tidak berjamur dan tidak menggumpal.
kebutuhan pangan dan berpotensi mengancam Sementara itu secara kimiawi silase yang baik
ketahanan pangan. Salah satu alternatif untuk memiliki temperatur 27-35ºC dan pH 4,2 – 4,8;
memecahkan kedua masalah tersebut di atas mengandung asam laktat, tidak mengandung
adalah pemanfaatan sumberdaya yang selama asam butirat, kadar N ammonia rendah (kurang
ini belum dikelola secara maksimum. Sebagai dari 10%) (Yulinas, 2009).
solusinya, ketersediaan limbah pertanian jerami Review ini bertujuan untuk melakukan
padi yang melimpah dapat dimanfaatkan sebagai studi komparatif terhadap prospek dan potensi
sumber energi alternatif biogas untuk mengatasi pemanfaatan jerami padi menjadi biogas, silase
kelangkaan energi dan memperoleh energi maupun kompos melalui fermentasi mikroba
terbarukan. Jerami padi berpotensi dikonversi ditinjau dari aspek teknis maupun ekonomis.
menjadi biogas melalui fermentasi mikroba Hasil studi komparatif ini selanjutnya diharapkan
dengan nilai konversi jerami menjadi biogas dapat memberikan masukan bagi pemerintah,
mencapai 250-350 liter/kg berat kering (Deublin stakeholder, serta pengambil kebijakan dalam
dan Strainhauser, 2008). Terdapat tiga kelompok memanfaatkan limbah lignoselulosa jerami padi
bakteri yang berperan dalam biokonversi jerami dengan efektif dan efisien.
padi menjadi biogas yaitu: 1. Kelompok bakteri
fermentatif, yaitu: Streptococci, Bacteriodes, BAHAN DAN METODE
dan beberapa jenis genus Enterobactericeae
yang sangat berperan dalam tahapan hidrolisis 1. Peralatan dan Bahan
jerami padi; 2. Kelompok bakteri asetogenik,
yaitu Desulfovibrio yang bertanggungjawab a. Pembuatan Kompos
selama tahapan asidogenesis; dan 3. Kelompok
bakteri metana, yaitu Methanobacterium, Bahan yang digunakan adalah jerami padi,
Methanobacillus, Methanosacaria, dan larutan starter yang mengandung mikroba
Methanococcus yang berkontribusi pada proses Trichoderma sp., Aspergillus sp., dan Trametes
metanogenesis. Ketiga kelompok bakteri tersebut sp., dan air untuk menyiram timbunan kompos.
bekerja sama dalam pembentukan biogas, Peralatan pendukung yang diperlukan adalah bak
walaupun yang mendominasi fermentasi metana kompos berukuran panjang 1 m, lebar 1 m, dan
(biogas) adalah jenis Methanobacterium. tinggi 1-1,25 m sebanyak 5 buah, plastik warna
Persyaratan kompos jerami yang layak gelap berukuran 1 m x 5 m dan 2 m x 2 m masing-
dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman antara lain: masing satu lembar, tali rafia untuk mengikat
berwarna coklat tua hingga hitam mirip dengan timbunan kompos, ember, gayung (Setyorini
warna tanah, tidak larut dalam air meski sebagian dkk., 2006).
kompos dapat membentuk suspensi, rasio C/N
sebesar 10 – 20, suhunya kurang lebih sama b. Pembuatan Silase
dengan suhu lingkungan (untuk lingkungan tropis
27-30°C), memiliki kadar air bahan sebesar 50 Alat utama untuk membuat silase adalah
– 60% dan tidak berbau (Rachman dkk., 2006). mesin pencacah (chopper). Mesin ini terdiri
Adapun persyaratan kualitas produk biogas yang dari bilah pisau yang berputar, dengan tenaga
bermutu dari bahan baku jerami padi sebagai penggerak berbahan bakar bensin maupun
bahan bakar antara lain adalah biogas mampu solar. Silo merupakan bangunan permanen
menghasilkan suhu pembakaran 270°C – 280°C, berupa tembok, beton, besi, seng atau bahan
memiliki kandungan oksigen 0,1%, metana 54- lain. Untuk kapasitas jerami padi 10 ton dapat
70%, karbondioksida 27-35%, nitrogen 0,5-2%, dibuat bangunan silo dengan ukuran 4 x 5 m.
karbonmonoksida 0,1%, hidrogen sulfida 0-3%, Lantai dasar dibuat dari semen atau tanah
dan hidrogen 1-5% (Hartono dan Kurniawan, yg dipadatkan serta ditinggikan dari tempat
2009). Sementara itu persyaratan silase yang baik sekitarnya, tanpa dinding. Bahan bangunan
sebagai pakan ternak dapat diketahui melalui dapat menggunakan kayu/ bambu. Atapnya
uji organoleptik dan pengujian secara kimiawi. dapat berupa seng atau bahan lain yg tersedia di
Secara organoleptik ciri-ciri silase yang baik tempat. Untuk jarak lantai sampai dengan  atap
antara lain: mempunyai tekstur segar, berwarna kira-kira 3 m.

54
Prospek dan Potensi Pemanfaatan Lignoselulosa
Jerami Padi menjadi Kompos... : R. Haryo Bimo Setiarto

c. Pembuatan Biogas 20-25 cm di dalam area yang sudah diberi batas


patok, lalu disiram air dan diberi larutan starter
Instalasi biogas merupakan digester yang secara merata. Demikian seterusnya sampai
berfungsi untuk menampung gas metan hasil tinggi tumpukan jerami mencapai 1,25 m, lalu
perombakan bahan bahan organik oleh bakteri. ditutup dengan plastik berwarna gelap. Satu
Jenis digester yang banyak digunakan adalah minggu kemudian kompos dibalik. Pembalikan
model  continuous feeding. Besar kecilnya dilakukan secara bertahap per lapisan mulai
digester tergantung pada volume jerami padi lapisan atas sampai lapisan bawah. Satu minggu
dan banyaknya biogas yang ingin diproduksi. berikutnya kompos jerami dapat disebar
Pada umumnya luas lahan yang diperlukan di lahan sawah dan diaduk bersama tanah
untuk membangun digester adalah sekitar 16 m2. (Rachman dkk., 2006).
Beberapa kelengkapan dari instalasi biogas adalah
saluran masuk slurry, saluran keluar residu, b. Pembuatan Silase
katup pengaman tekanan (control valve) , sistem
pengaduk, saluran gas dan tangki penyimpan gas. Pembuatan silase dibagi menjadi empat
tahapan yaitu: persiapan bahan jerami padi;
2. Mekanisme Pemanfaatan Jerami Padi pencampuran, fermentasi dan produksi
silase. Jerami padi dipotong-potong dengan
a. Pembuatan Kompos ukuran sekitar 3-5 cm, untuk memudahkan
proses pencampuran dengan bahan lainnya.
Pembuatan Kompos dapat dilakukan di dalam Pencampuran dilakukan dengan menggunakan
bak atau pada lahan sawah. mixer atau mesin pencampur. Untuk pencampuran
dalam skala kecil, dapat dilakukan secara manual
Pembuatan di dalam bak dengan menggunakan sekop. Proses pencampuran
Lapisan pertama jerami padi dimasukkan ke dilakukan secara merata, untuk menghasilkan
dalam bak dengan tinggi tumpukan 20-25 cm, silase yang berkualitas baik. Proses fermentasi
lalu disiram agar lembab. Selanjutnya tumpukan dilakukan pada kondisi anaerob yaitu pada
jerami padi disiram dengan larutan starter secara suhu 25°C–37°C dan pada RH (kelembapan)
merata per lapisan. Lanjutkan dengan pembuatan mencapai 25–30%, serta pH 3,8– 4,2. Silase
lapisan kedua dan seterusnya sampai tinggi merupakan hasil dari proses fermentasi. Namun,
tumpukan jerami kira-kira tiga perempat bak produk fermentasi tersebut masih mengandung
kompos atau 80-90 cm. Untuk mempercepat sejumlah gas. Kondisi ini dapat menekan
proses penguraian, pada setiap lapisan diberi konsumsi dan dapat berbahaya bagi ternak. Oleh
kapur atau abu dapur.  Tumpukkan kompos harus karena itu, sebelum diberikan pada ternak, silase
cukup basah dan terlindung dari cahaya matahari perlu diangin-anginkan terlebih dahulu, untuk
dan hujan (Husen dkk., 2007). Bak berisi menghilangkan aromanya yang menyengat, dan
jerami yang siap dikomposkan lalu ditutup juga perlu dilakukan uji terhadap logam-logam
dengan plastik berwarna gelap.Setelah satu berat yang mungkin mencemarinya.
minggu, kompos dibalik agar panasnya merata
dan pengomposan berlangsung sempurna. c. Pembuatan Biogas
Pengomposan jerami padi dengan aktivator
mikroba lignoselulolitik umumnya memerlukan Mekanisme pembentukan biogas dari
waktu fermentasi selama 2 minggu. Kompos yang jerami padi melalui fermentasi bakteri terdiri
telah matang akan berwarna hitam kecoklatan dari 3 tahapan yaitu hidrolisis, asidogenesis
dengan suhu sekitar 30ºC, kelembaban dan metanogenesis. Diagram alir mekanisme
40-60%, dan tidak mengeluarkan bau. biokonversi jerami padi menjadi biogas dapat
dilihat pada Gambar 1.
Pembuatan dilahan sawah Hidrolisis merupakan penguraian senyawa
Pembuatan kompos dilakukan di sudut kompleks menjadi senyawa yang sederhana.
petakan sawah dengan ukuran 2 m x 5 m Pada tahap ini bahan yang tidak larut seperti
atau lebih luas, bergantung pada jerami padi selulosa, polisakarida dan lemak diubah
yang tersedia. Jerami ditumpuk rata setinggi menjadi bahan yang larut dalam air seperti

55
Jurnal Selulosa, Vol. 3, No. 2, Desember 2013 : 51 - 66

karbohidrat dan asam lemak. Tahap pelarutan padi dan 6 liter air ke dalam digester (Deublein
berlangsung pada suhu 25oC di dalam digester dan Steinhauser, 2008).
(Mosier dkk., 2005).
Asidogenesis merupakan pembentukan asam HASIL DAN PEMBAHASAN
dari senyawa sederhana. Bakteri asidogen pada
tahap ini memproses senyawa terlarut menjadi Karakteristik Jerami Padi
asam-asam lemak rantai pendek yang umumnya
berupa asam asetat dan asam format dalam Jerami padi yang kaya akan kandungan
suasana anaerob. Tahap ini berlangsung pada lignoselulosa dapat dikonversi melalui fermentasi
suhu 25oC di dalam digester. mikroba baik secara aerob maupun anaerob.
Metanogenesis adalah proses pembentukan Hasil akhir dari kedua macam fermentasi
gas metan secara anaerobic dengan bantuan tersebut berbeda, tergantung dari proses maupun
bakteri metanogenik seperti  Methanobacterium,  mekanisme yang digunakan. Fermentasi secara
Methanobacillus,----Methanosacaria,---dan  aerob akan menghasilkan kompos dan karbon
Methanococcus. Tahap ini mengubah asam - dioksida (CO2). Sementara itu proses fermentasi
asam lemak rantai pendek menjadi H2, CO2, dan secara anaerob akan menghasilkan silase, biogas
asetat. Asetat akan mengalami dekarboksilasi dan dan sludge (Taherzadeh dan Karimi, 2008).
reduksi CO2, kemudian bersama-sama dengan Kandungan lignin sebesar 7% dalam jerami
H2 dan CO2 menghasilkan produk akhir, yaitu gas padi dapat dihidrolisis oleh fungi dari spesies
metana (CH4) dan karbondioksida (CO2). Proses Trichoderma sp., Aspergillus sp., maupun
ini berlangsung selama 14 hari pada suhu 25oC Trametes sp. yang mampu menghasilkan
(Taherzadeh dan Karimi, 2008). enzim ligninase (manganese peroksidase,
Tata cara pembuatan biogas adalah jerami lakase maupun lignin peroksidase) pada
padi yang berukuran 4–5 cm dimasukkan kondisi aerobik. Ketiga genus fungi tersebut
ke dalam bak penampung dan ditambahkan juga dikenal mampu mengkonversi komponen
air dengan perbandingan air dan jerami padi selulosa jerami padi sebesar (33%) menjadi
1:3. Kemudian dimasukkan ke dalam digester glukosa dan hemiselulosa (26%) pada jerami
hingga penuh. Diamkan selama 30-45 hari dan padi menjadi xilosa dan mannosa yang akan
lakukan pengadukan setiap lima hari sekali. dimanfaatkan sebagai sumber C (Saha, 2004).
Supaya produksi gas dapat dilakukan setiap Berlangsungnya hidrolisis oleh ketiga mikroba
hari, tambahkan campuran 2 kg cacahan jerami lignoselulolitik tersebut akan menyebabkan

Selulosa

1. Hidrolisis (C6H10O5)n + nH2O → n(C6H12O6)

Glukosa
n(C6H12O6) + nH2O → CH3CHOHCOOH
Glukosa Asam Laktat
2. Asidogenesis n(C6H12O6) + nH2O → CH3CH2CH2COOH + CO2 + H2
Glukosa Asam Butirat
n(C6H12O6) + nH2O → CH3CH2OH + CO2
Glukosa Etanol

Asam Lemak dan


Alkohol

4H2 + CO2 → 2H2O + CH4


CH3CH2OH + CO2 → CH3COOH + CH4
3. Metanogenisis
CH3COOH + CO2 → CO2 + CH4
CH3CH2CH2COOH + 2H2 + CO2 → CH3COOH + CH4

Metan + CO2

Gambar 1. Mekanisme Jerami Padi menjadi Biogas

56
Prospek dan Potensi Pemanfaatan Lignoselulosa
Jerami Padi menjadi Kompos... : R. Haryo Bimo Setiarto

terjadinya pengomposan yang ditandai dengan enzim terhadap jaringan tanaman dan lignin
perubahan tekstur, dan warna jerami padi menjadi berkaitan erat dengan hemiselulosa. Di sisi lain,
coklat kehitaman. Kompos jerami yang terbentuk dengan menurunnya kadar dinding sel jerami padi
melalui proses fermentasi juga akan mengalami menunjukkan telah terjadi pemecahan selulosa
peningkatan kandungan karbon (C), nitrogen (N), dinding sel sehingga pakan akan lebih mudah
kalium (K2O), fosfat (P2O5), kalsium, magnesium, dicerna oleh ternak.
serta senyawa mikromineral (Cu, Mn, dan Zn). Pembuatan biogas dari jerami padi juga
Di samping itu keberadaan senyawa metabolit dilakukan melalui fermentasi anaerobik, dengan
sekunder seperti asam indol asetat (auksin) yang memanfaatkan bakteri Streptococci, Bacteriodes,
dihasilkan selama pengomposan oleh fungi dan beberapa genus Enterobactericeae  yang
merupakan hormon pertumbuhan yang penting mampu menghidrolisis senyawa protein kasar
bagi tanaman (Saha, 2003). (3,9%), lemak kasar (1,8%), selulosa sebesar 33%,
Komposisi kimia jerami padi terdiri dari: bahan dan hemiselulosa sebesar 26% menjadi senyawa
kering 71,2%, protein kasar 3,9%, lemak kasar dengan rantai pendek seperti peptida, asam
1,8%, serat kasar 28,8%, bahan ekstrak tanpa amino, asam lemak, gliserol dan gula sederhana
nitrogen 37,1%, silikat 13%. Dengan kandungan (glukosa, xilosa, dan mannosa). Selanjutnya
nutrisi yang rendah hewan ternak yang hanya senyawa rantai pendek hasil hidrolisis tersebut
mendapatkan jerami saja sebagai pakannya akan dikonversi menjadi senyawa asam karboksilat
memiliki produktivitas rendah karena tingkat rantai pendek seperti asam format dan asam
ketercernaan nutrisi jerami padi hanya 40,2%. asetat oleh bakteri asidogen Desulfovibrio.
Oleh karena itu diperlukan fermentasi anaerob Sampai akhirnya bakteri metanogenik seperti 
dengan memanfaatkan bakteri asam laktat untuk Met h a n o b a ct er i u m, Met h a n o b a ci l l u s,-
meningkatkan nutrisi jerami padi Methanosacaria, dan Methanococcus mengubah
Penelitian Syamsu (2006) menghasilkan asam-asam karboksilat tersebut menjadi H2, CO2,
bahwa komposisi nutrisi jerami padi yang telah dan asetat. Asetat akan mengalami dekarboksilasi
difermentasi dengan menggunakan starter dan reduksi CO2, kemudian bersama-sama
mikroba Lactobacillus bulgaricus, Lactobacillus dengan H2 dan CO2 menghasilkan produk akhir,
plantarum, dan Pledioccus pentosomonas yaitu gas metan (CH4) dan karbondioksida (CO2).
sebanyak 0,06% dari berat jerami padi. Secara
umum memperlihatkan peningkatan kualitas Pemanfaatan Jerami Padi menjadi Kompos
apabila dibandingkan dengan jerami padi yang
tidak difermentasi. Selanjutnya diketahui bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi
kadar protein kasar jerami padi yang difermentasi kompos jerami selama 4–6 musim di Jepang dan
mengalami peningkatan dari 4,23% menjadi 8,14% China, mampu meningkatkan kesuburan tanah
dan diikuti dengan penurunan  kadar serat kasar. dan meningkatkan produktivitas tanaman padi
Hal ini memberikan indikasi bahwa starter bakteri sekitar 25%. Dari 1 ton jerami padi dapat diperoleh
asam laktat yang merupakan mikroba proteolitik 0,5 ton sampai 0,67 ton kompos jerami. Dengan
penghasil protease dapat merombak protein demikian jika kita ingin membuat satu ton kompos,
menjadi polipeptida yang selanjutnya menjadi maka bahan baku jerami yang disiapkan sekitar
peptida sederhana. Selanjutnya Syamsu (2006) 1,5-2 ton jerami. Kandungan kualitas beberapa
juga menyatakan bahwa penggunaan starter unsur hara untuk 1 ton kompos jerami padi adalah
mikroba menurunkan kadar dinding sel jerami : rasio C/N (18,88),  kadar C (35,11%), kadar N
padi dari 73,41% menjadi 66,14%. Dengan (1,86%), kadar P2O5 (0,21%), kadar K2O (5,35%),
demikian selama fermentasi telah terjadi kadar air (55%), Kalsium (Ca) 4,2%, serta unsur
pemutusan ikatan lignoselulosa dan hemiselulosa mineral mikro seperti Magnesium (0,5%), Cu (20
sehingga selulosa dan lignin dapat terlepas dari ppm), Mn (684 ppm) dan Zn (144 ppm).
ikatan tersebut oleh ligninase. Fenomena ini Penggunaan kompos jerami dengan dosis
terlihat dengan menurunnya kandungan selulosa 2–6 ton/ha mampu menghasilkan sekitar
dan lignin jerami padi yang difermentasi. 4–8 ton gabah/ha tanpa pemberian pupuk kalium,
Menurunnya kadar lignin menunjukkan selama sedangkan bila disertai pemberian 50 kg KCl,
fermentasi terjadi penguraian ikatan lignin aplikasi kompos jerami mampu menhasilkan
dan hemiselulosa. Lignin merupakan benteng padi hingga 9 ton/ha dan bila pemberian kompos
pelindung fisik yang menghambat daya cerna jerami hasil tertinggi hanya sekitar 6 ton/ha

57
Jurnal Selulosa, Vol. 3, No. 2, Desember 2013 : 51 - 66

walaupun sudah dipupuk dengan 150 kg KCl. sebaiknya bahan-bahan yang akan digunakan
Tampak jelas aplikasi kompos jerami mampu untuk membuat kompos dipotong-potong terlebih
menurunkan penggunaan pupuk anorganik dahulu. c) Kadar N bahan kompos (10%), bahan
dengan signifikan. Diperkirakan aplikasi kompos asal yang kaya N akan cepat terurai karena jasad
jerami di negara tropis seperti Indonesia, akan renik yang mengurai tersebut memerlukan N
mampu meningkatkan kandungan C-organik, untuk pertumbuhannya.  Oleh sebab itu pada
ketersediaan hara, kesuburan tanah dan tanaman pembuatan kompos perlu ditambah sedikit
dengan signifikan. pupuk N buatan. d) pH tumpukan kompos (pH
Paparan di atas memperlihatkan bahwa 5-6), agar proses penguraian berlangsung cepat
pemberian kompos jerami antara lain berfungsi; pH tumpukkan kompos tidak boleh terlalu
(1) sebagai bahan atau agent pemulih kesuburan rendah maka perlu diberi kapur ataupun abu
& kualitas lahan sawah yang murah dan mudah dapur. e) Cukup mengandung air dan udara (
diperoleh, (2) sebagai sumber hara lengkap O2 ), kadar air optimal adalah sebesar 70-75%
(nutrisi) dengan komposisi yang optimal apabila tumpukan kurang mengandung air, akan
untuk mendukung pertumbuhan dan hasil berjamur sehingga penguraiannya terhambat dan
tanaman padi, (4) sebagai pupuk organik untuk tidak sempurna.  Sebaliknya bila terlalu banyak
mengurangi penggunaan pupuk anorganik mngandung air, keadaanya menjadi anaerob yang
hingga 50% sedangkan untuk pupuk kalium akan merugikan mikroba perombak. f) Suhu
dan silika (Si) dapat dikurangi hingga 100%, (5) Optimal bagi berlangsungnya proses perombakan
sebagai sumber energi dan nutrisi bagi organisme adalah 30-45oC. g) Porositas yaitu ruang antara
tanah menguntungkan, (6) memiliki efek residu partikel  dalam tumpukan kompos. Porositas
untuk perbaikan kualitas lahan dan peningkatan dihitung dengan mengukur volume rongga
produktivitas secara berkelanjutan. dibagi dengan volume total. Rongga-rongga
ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan
a. Tinjauan dari Aspek Teknis menyuplai oksigen untuk proses pengomposan.
Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan
Kompos jerami padi memiliki potensi hara oksigen akan berkurang dan proses pengomposan
yang sangat tinggi yang dapat dimanfaatkan juga akan terganggu. h) Kandungan Bahan
para petani Indonesia. Berikut ini hasil analisis Berbahaya, beberapa bahan organik mungkin
kompos jerami padi dengan mikroba Trichoderma mengandung bahan-bahan yang berbahaya
sp., Trenates sp., dan Aspergillus sp. yang dibuat bagi kehidupan mikroba. Logam-logam berat
dalam bak dengan waktu pengomposan 3 minggu: seperti Mg (pada kadar 1000 ppm), Cu (kadar
Rasio C/N (18,88),  kadar C (35,11%) , kadar N 800 ppm), Zn (kadar 750 ppm), Nikel (kadar
(1,86%), kadar P2O5 (0,21%), kadar K2O 5,35%, 950 ppm), Cr (kadar 450 ppm) adalah beberapa
kadar air (55%), Kalsium (Ca) 4.2%, serta unsur bahan yang termasuk kategori ini. Logam-logam
mikro Magnesium (Mg) 0.5%, Cu 20 ppm, Mn berat akan mengalami imobilisasi selama proses
684 ppm dan Zn 144 ppm. Dari data di atas, setiap pengomposan. j) Aerasi, pengomposan yang
1 ton kompos jerami padi memiliki kandungan cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup
hara dan kualitas produk akhir yang setara dengan oksigen (aerob). Aerasi secara alami akan terjadi
41,3kg urea, 5,8 kg SP36, dan 89,17kg KCl atau pada saat peningkatan suhu yang menyebabkan
total 136,27 kg NPK (Setyorini, 2006). udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin
Sementara itu beberapa faktor yang masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi
mempengaruhi penguraian jerami padi dalam ditentukan oleh porositas dan kandungan air
pembuatan kompos adalah : a) Kandungan bahan (kelembaban). Apabila aerasi terhambat,
senyawa kimia jerami padi (kadar lignin 7-9%, maka akan terjadi proses anaerob yang akan
selulosa 33-35%, hemiselulosa 26-28%), menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat
semakin banyak bahan ini, semakin baik kulitas ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau
kompos jerami karena senyawa tersebut dapat mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.
dikomposkan oleh fungi menjadi sumber C dan Di dalam tumpukan bahan organik seperti
H organik untuk tanaman. b) Ukuran jerami padi pada pembuatan kompos selalu terjadi berbagai
(2-5 cm), semakin halus bagian-bagian jerami macam perubahan yang dilakukan oleh
padi yang digunakan maka proses penguraiannya mikroba.  Perubahan-perubahan itu antara lain: 
akan berlangsung lebih cepat.  Oleh karena itu, a). Penguraian bahan organik kompleks (selulosa,

58
Prospek dan Potensi Pemanfaatan Lignoselulosa
Jerami Padi menjadi Kompos... : R. Haryo Bimo Setiarto

hemiselulosa, lignin) menjadi CO2 dan H2O atau memerlukan kelembaban yang tinggi (RH
CH4 dan H2. b). Penguraian protein menjadi sebesar 25-30%) untuk mengomposkan jerami.
amoniak, CO2 dan air, c). Pengikatan beberapa
jenis unsur hara dalam tubuh jasad renik terutama b. Tinjauan dari Aspek Ekonomi
N disamping P dan K yang akan terlepas kembali
bila jasad itu mati, d). Pembebasan unsur hara Tinjauan analisis ekonomi dilakukan
dari senyawa organik menjadi senyawa anorganik berdasarkan parameter total penerimaan,
yang tersedia bagi tanaman, e). Penguraian perhitungan laba rugi, nilai Return Cost Ratio,
lemak dan lilin menjadi karbondioksida dan air. nilai Benefit Cost Ratio, dan Break Event Point.
Akibat dari perubahan-perubahan tersebut diatas Berdasarkan analisis teknoekonomi selama
berat dan isi bahan-bahan itu sangat berkurang.  produksi kompos dari jerami padi diketahui bahwa
Sebagian besar dari senyawa-senyawa karbon keuntungan atau laba (rugi) dapat diperoleh setelah
hilang ke udara (Perez dkk., 2002). Kadar penerimaan hasil penjualan produk  dikurangi
senyawa N yang larut meningkat dan peningkatan dengan harga pokok dan biaya produksi. Dimana
ini akan tergantung pada perbandingan C/N bahan untuk jumlah jerami padi sebanyak 860.000 kg
asalnya.  Dengan demikian nisbah C/N semakin akan dihasilkan pupuk kompos sebanyak 430.000
kecil dan akhirnya relatif konstan pada 15-22.  kg (430 ton/bulan) (Setyorini, 2006). Tabel 1 dan
Sejalan dengan perubahan-perubahan dan Tabel 2 menunjukkan jumlah penerimaan, biaya
kehilangan karbon tersebut akan terjadi produksi, dan keuntungan yang diperoleh dari
peningkatan kadar humus dalam bahan organik produksi kompos jerami.
tersebut.  Kualitas kompos jerami padi sangat Return Cost Ratio (R/C) adalah perbandingan
tergantung kepada teknis pembuatan di lapangan. antara penerimaan penjualan dengan biaya-biaya
Untuk itu beberapa hal harus diperhatikan: yang dikeluarkan selama proses produksi hingga
a) Starter/ aktivator pengomposan yaitu mikroba menghasilkan produk. Usaha pembuatan pupuk
yang digunakan harus berkualitas tinggi. Dalam kompos jerami akan menguntungkan apabila
hal ini starter inokulan yang ditambahkan nila R/C bernilai lebih dari 1, sebagaimana
yaitu 1 kg untuk 100 kg jerami padi akan perhitungan yang ditampilkan pada Tabel 3.
mampu menghasilkan enzim lignoselulolitik Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa
dengan aktivitas yang tinggi, sehingga dapat kegiatan pengolahan jerami padi sebagai kompos
mengkonversi substrat lignoselulosa jerami layak untuk direalisasikan dan cukup berprospek.
padi menjadi unsur hara seperti karbon (C) dan Sebagai contoh nilai R/C = 1,2 artinya bahwa
hidrogen (H) yang penting untuk kesuburan setiap Rp 1.000,00 yang dikeluarkan akan
tanah. b) Pembalikan kompos jerami padi menghasilkan tambahan penerimaan sebesar
dilakukan tiap minggu karena mikroorganisme Rp 1.200,00.
pengurai jerami memerlukan aerasi atau udara Sementara itu Benefit Cost Ratio (B/C) adalah
selama proses fermentasi agar dapat bekerja perbandingan antara tingkat keuntungan yang
secara optimal. c) Selain itu mikroba juga diperoleh dengan total biaya yang dikeluarkan.

Tabel 1. Perhitungan Total Penerimaan dari Produksi Kompos Jerami (Setyorini, 2006)

No Jenis Kompos Jumlah Produksi Satuan Harga Jual Penerimaan


1. Kompos curah 430.000 kg/bulan 600 258.000.000
2. Kompos Blok 430.000 kg/bulan 600 258.000.000
3. Kompos granula 430.000 kg/bulan 1000 430.000.000
4. Kompos bokhasi 430.000 kg/bulan 2500 1.075.000.000

 Tabel 2. Perhitungan Laba/Rugi Perbulan Kompos Jerami (Setyorini, 2006)

No. Jenis Kompos Penerimaan Biaya Produksi Keuntungan


1. Kompos curah 258.000.000 215.000.000 43.000.000
2. Kompos Blok 258.000.000 215.000.000 43.000.000
3. Kompos granula 430.000.000 387.000.000 43.000.000
4. Kompos bokhasi 1.075.000.000 1.032.000.000 43.000.000

59
Jurnal Selulosa, Vol. 3, No. 2, Desember 2013 : 51 - 66

Dalam analisis (B/C) ini akan diuji seberapa jauh dan tidak pula mengalami kerugian. Sebagaimana
nilai rupiah yang dipakai dalam kegiatan produksi dapat dilihat pada Tabel 5, untuk pembuatan
kompos jerami dapat memberikan sejumlah nilai kompos curah usaha tidak mengalami kerugian
penerimaan sebagai manfaatnya Dengan kata lain atau memberikan keuntungan jika total produksi
analisis rasio penerimaan atas biaya produksi dapat kompos curah sebanyak 358.333 kg atau harga
digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan pupuk kompos curah hanya Rp 500,00 per kg.
relatif kegiatan produksi kompos jerami, artinya
dari angka rasio penerimaan atas biaya tersebut Pemanfaatan Jerami Padi menjadi Silase
dapat diketahui apakah produksi kompos jerami
menguntungkan atau tidak. Usaha pengolahan a. Tinjauan Aspek Teknis
jerami padi ini dikatakan layak dan  memberikan
manfaat jika nilai B/C lebih besar dari 0. Dari Silase adalah bahan yang dihasilkan dari
Tabel 4 diketahui bahwa kegiatan pengolahan fermentasi hijauan berkadar air tinggi (60-70%)
jerami padi menjadi kompos berdasarkan nilai melalui proses yang disebut ensilase dalam
rasio B/C sangat layak untuk direalisasikan. tempat penyimpanan yang disebut silo. Ensilase
Nilai B/C = 0,2 artinya bahwa setiap Rp 1.000,00 merupakan proses penyimpanan hijauan yang
yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan bersifat anaerob dimana asam laktat diproduksi
sebesar Rp 200,00. saat fermentasi yang menyebabkan pH turun
Sedangkan BEP (Break Event Poin) hingga ke tingkat penurunan yang cukup bagi
merupakan titik impas usaha. Dari nilai BEP ini perkembangan mikroorganisme pemecah asam
dapat diketahui pada tingkat produksi dan harga laktat dan asam amino membentuk asam butirat,
berapa suatu usaha pengolahan jerami padi amonia dan produk degradasi lain. Ensilase
menjadi kompos tidak memberikan keuntungan terjadi dalam 2 kondisi yaitu kondisi aerob

Tabel 3. Perhitungan R/C Produksi Kompos Jerami (Setyorini, 2006)

No. Jenis Kompos Penerimaan Biaya Produksi R/C


1. Kompos curah 258.000.000 215.000.000 1,2
2. Kompos Blok 258.000.000 215.000.000 1,2
3. Kompos granula 430.000.000 387.000.000 1,1
4. Kompos bokhasi 1.075.000.000 1.032.000.000 1,04

Tabel 4. Perhitungan B/C Produksi Kompos Jerami Padi (Setyorini, 2006)

No. Jenis Kompos Keuntungan Total Biaya B/C


1. Kompos curah 43.000.000 215.000.000 0,2
2. Kompos Blok 43.000.000 215.000.000 0,2
3. Kompos granula 43.000.000 387.000.000 0,11
4. Kompos bokhasi 43.000.000 1.032.000.000 0,04

Tabel 5. Perhitungan BEP Produksi Jerami Padi (Setyorini, 2006)

Harga Total Total Biaya BEP


Jenis Kompos BEP Produksi
Penjualan Produksi (× sejuta) Harga
Kompos curah 600 430.000 215 358.333 500
Kompos Blok 600 430.000 215 358.333 500
Kompos granula 1.000 430.000 387 387.000 900
Kompos bokhasi 2.500 430.000 1.032 412.800 2.400

60
Prospek dan Potensi Pemanfaatan Lignoselulosa
Jerami Padi menjadi Kompos... : R. Haryo Bimo Setiarto

yang biasanya berjalan 4-6 jam dan kondisi Upaya peningkatan kualitas gizi silase
anaerob setelah oksigen habis dipakai. untuk pakan ternak juga dapat dilakukan
Karakteristik kualitas produk silase dari dengan amoniasi. Amoniasi merupakan suatu
jerami padi adalah berbau asam, tidak berjamur, cara pengolahan jerami padi secara kimiawi
berwarna hijau kekuningan, memiliki pH 4,2; dengan menggunakan gas ammonia, 1 kg urea
kandungan asam laktat 1,5-2,5%, kandungan asam menghasilkan 0,57 kg gas ammonia. Tujuan
butirat 0,1%, kandungan asam asetat 0,5-0,8%; amoniasi adalah untuk menguraikan ikatan serat
dan kandungan N-NH3 5-8% (Yunilas, 2009). yang sangat kuat pada dinding jerami tersebut
Silase memiliki beberapa kelebihan antara lain: agar selulosa dan hemiselulosa yang mempunyai
ransum lebih awet, memiliki kandungan bakteri nilai energi sangat tinggi bisa di cerna dan diserap
asam laktat yang berperan sebagai probiotik dan oleh pencernaan ternak ruminansia. Kandungan
memiliki kandungan asam organik berperan urea pada proses amoniasi mempengaruhi tinggi
sebagai  growth promotor dan penghambat rendahnya kandungan amoniak. Keuntungan dari
penyakit. Silase yang baik diperoleh dengan proses amoniasi antara lain cara pengerjaannya
menekan berbagai aktivitas enzim yang berada tidak berbahaya, murah, menghilangkan
dalam bahan baku yang tidak dikehendaki, kontaminasi mikroorganisme, meningkatkan
namun dapat mendorong berkembangnya bakteri protein kasar sampai dua kali lipat, meningkatkan
penghasil asam laktat. jumlah konsumsi pakan karena jerami amoniasi
Fermentasi jerami padi dengan starter lebih mudah dicerna. Ciri – ciri kualitas amoniasi
mikroba Lactobacillus bulgaricus, Lactobacillus yang baik yaitu berbau amonia menyengat,
plantarum, dan Pledioccus pentosomonas akan berwarna coklat tua, tekstur remah, pH basa
meningkatkan kualitas nutrisi jerami padi. Hal ini dan tidak berjamur atau menggumpal, bersifat
ditunjukkan dengan peningkatan kadar protein anaerob. Proses amoniasi ini dapat meningkatkan
kasar jerami padi dari 4,23% menjadi 8,14% unsur-unsur kandungan nutrisi jerami padi
yang diikuti dengan penurunan  kadar serat kasar. yaitu dapat meningkatkan protein kasar dari
Fermentasi juga menurunkan kadar dinding 4% menjadi 7% serta dapat meningkatkan nilai
sel jerami padi dari 73,41% menjadi 66,14%. kecernaan silase.
Hal tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi
pemecahan selulosa dinding sel jerami padi b. Tinjauan Aspek Ekonomi
sehingga pakan akan lebih mudah dicerna oleh
ternak. Secara teknoekonomi, rincian biaya produksi
Kualitas silase dicapai ketika asam laktat silase melalui proses fermentasi jerami padi
sebagai asam yang dominan diproduksi oleh dapat dilihat pada Tabel 6.
mikroba dihasilkan secara cepat dengan
konsentrasi yang tinggi. Semakin cepat fermentasi Tabel 6. Perhitungan Biaya Produksi Silase
yang terjadi maka semakin banyak nutrisi yang Jerami Padi
dikandung silase dapat dipertahankan. Kualitas
silase sangat dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu Harga/ ton
a) karakteristik bahan (kandungan bahan No Keterangan
(Rp)
kering, kapasitas buffer, struktur fisik dan 1 Harga jerami padi 100.000
varietas), b) tata laksana pembuatan silase (besar 2 Harga konsentrat 600.000
partikel, kecepatan pengisian ke silo, kepadatan
3 Biaya pencacahan 25.000
pengepakan, dan penyegelan silo), c) keadaan
4 Biaya pencampuran 25.000
iklim (suhu dan kelembaban). Pembuatan silase
5 Biaya pembungkusan 25.000
perlu ditambahkan bahan pengawet agar terbentuk
suasana asam dengan derajat keasaman optimal. Total biaya keseluruhan 775.000
Bau asam dapat dijadikan sebagai indikator untuk
melihat keberhasilan proses ensilase, sebab untuk Biaya produksi pembuatan silase jerami padi
keberhasilan proses ensilase harus dalam suasana adalah sebesar Rp 775/kg atau Rp 775.000/ton.
asam dan secara anaerob. Tidak tumbuhnya jamur Dalam kondisi saat ini di pasaran silase jerami
dalam proses pembuatan silase ini sangat penting padi dijual dengan harga Rp 800.000/ton.
untuk dipertahankan karena pH pertumbuhan Apabila dihitung nilai Benefit Cost Ratio dengan
optimum jamur adalah 4,0-6,5. membagi harga jual silase jerami padi dengan

61
Jurnal Selulosa, Vol. 3, No. 2, Desember 2013 : 51 - 66

biaya produksi yaitu 800.000/775.000 maka pembakaran antara 650°C – 750°C. Biogas tidak
akan diperoleh nilai rasio 1,03. Berdasarkan berbau dan tidak berwarna. Apabila dibakar,
hasil analisis kelayakan usaha tersebut dimana akan menghasilkan nyala api biru cerah seperti
diperoleh nilai B/C rasio sebesar 1,03 maka gas LPG. Nilai kalor gas metana adalah 20 MJ/
dapat diartikan bahwa setiap penambahan biaya m3 dengan efisiensi pembakaran sebesar 60%
sebesar Rp 1, akan memberikan penerimaan pada kompor biogas konvensional (Khorshidi
(nilai produksi) sebesar Rp 1,03. Karena nilai dan Arikan, 2008).
B/C > 1 maka pembuatan silase jerami padi Gas metana hasil fermentasi jerami padi akan
sangat layak untuk diusahakan. menyumbang nilai kalor yang dikandung biogas,
Sementara itu untuk usaha peternakan yang besarnya antara 590 – 700 kkal per kubik.
berskala menengah ke atas atau lebih dari 20 Sumber utama nilai kalor biogas berasal dari
ekor pemakaian silase jerami padi sebagai gas metana ditambah sedikit dari H2 serta gas
pakan ternak juga dapat memberikan efesiensi CO. Sedang karbon dioksida dan gas nitrogen
tenaga kerja. Pemeliharan ternak sapi dalam tidak memiliki konstribusi dalam nilai kalor
skala besar pada umumnya menggunakan tenaga tersebut. Sementara dalam hal tingkat nilai kalor
kerja dalam jumlah yang banyak, sehingga yang dimiliki, biogas memiliki keunggulan yang
dirasa kurang menghemat biaya, apabila signifikan ketimbang sumber energi lainnya,
dihitung upah yang digunakan untuk tenaga seperti coalgas (586 kkal/m3) ataupun watergas
kerja lebih mahal dibandingkan dengan harga (302 kkal/m3). Nilai kalor biogas masih kalah
pakan yang diberikan. Upah tenaga kerja/orang dari gas alam (967 kkal/m3). Dalam setiap kubik
adalah sebesar 500-700 ribu/bulan. Apabila biogas setara dengan 0.5 kg gas alam cair (liquid
pemeliharaan ternak sapi hanya mencapai 100 petroleum gases), 0,5 liter bensin dan 0,5 liter
ekor dan perbandingan 10/1 maka peternak minyak diesel. Biogas pun dapat membangkitkan
harus mengeluarkan biaya sebanyak Rp tenaga listrik sebesar 1,25 – 1,50 kilo watt hour
6.000.000/bulan. Dalam pemeliharaan ternak (kWh). Dari nilai kalor yang dikandung, biogas
sapi skala besar penggunaan pakan sebaiknya mampu dijadikan sumber energi dalam beberapa
menggunakan pakan silase hasil fermentasi kegiatan sehari-hari. Mulai dari memasak,
karena dengan pakan tersebut peternak tidak pengeringan, penerangan hingga pekerjaan yang
perlu lagi menyediakan lahan, menanam hijauan membutuhkan pemanasan (pengelasan). Selain
sebagai pakan ternak, tidak mengeluarkan itu, biogas juga bisa dipakai sebagai bahan bakar
biaya untuk membeli unit produksi pakan,dan untuk menggerakkan motor. Untuk keperluan
menghemat biaya terutama tenaga kerja sebesar ini, biogas sebelumnya harus dibersihkan
50-70%. Dengan pemberian pakan silase, dari kemungkinan adanya gas H2S karena
peternak dapat menghemat biaya tenaga kerja gas tersebut bisa menyebabkan korosi. Agar
sebesar Rp. 4.200.000./bulan atau sama dengan tak timbul gas yang berbau busuk, kita mesti
harga pakan sebesar 2,4 ton/bulan. Jumlah melewatkan biogas pada ferri oksida. Nantinya
tersebut bisa dikonsumsi oleh sapi sebanyak 6 ferri oksida inilah yang akan mengikat (gas)
ekor/bulan dengan berat badan 200 kg. Apabila H2S. Bila biogas digunakan sebagai bahan bakar
kenaikan berat badannya perhari rata- rata 0,5 motor maka diperlukan sedikit modifikasi pada
kg, maka produksi daging per bulan minimal 90 sistem karburator. Hasil kerja motor dengan
kg x Rp 55.000 yaitu sebesar Rp 4.950.000. bahan bakar biogas ini dapat dimanfaatkan
untuk berbagai keperluan seperti pembangkit
Pemanfaatan Jerami Padi menjadi Biogas tenaga listrik, pompa air dan lainnya. Selain
itu, biogas juga bisa dipadukan dengan sistem
Biogas adalah campuran gas yang dihasilkan produksi lain.
oleh bakteri metanogenik yang terjadi pada
material-material yang dapat terurai secara a. Tinjauan Aspek Teknis
alami dalam kondisi anaerobik. Pada umumnya
biogas dari jerami padi terdiri atas gas metana Secara umum energi biogas sangat potensial
(CH4) 50% - 70%, gas karbon dioksida (CO2) untuk dikembangkan. Beberapa alasannya
30% - 40%, hidrogen (H2) 5% - 10%, dan gas- adalah Pertama, produksi biogas dari jerami
gas lainnya dalam jumlah yang sedikit. Biogas padi ditunjang oleh kondisi yang kondusif
memiliki berat 20% lebih ringan dibandingkan perkembangan pertanian di Indonesia. Kedua,
dengan udara bebas. Biogas memiliki suhu regulasi di bidang energi seperti kenaikan

62
Prospek dan Potensi Pemanfaatan Lignoselulosa
Jerami Padi menjadi Kompos... : R. Haryo Bimo Setiarto

tarif listrik, kenaikan harga LPG (Liquefied Analisis dampak lingkungan dari limbah
Petroleum Gas), premium, minyak tanah, biogas yang keluar dari digester menunjukkan
minyak solar, minyak diesel dan minyak bakar penurunan COD sebesar 90% dari kondisi bahan
telah mendorong pengembangan sumber awal dan pebandingan BOD/COD sebesar
energi alternatif yang murah, berkelanjutan 0.37 lebih kecil dari kondisi normal limbah
dan ramah lingkungan. Ketiga, kenaikan harga cair BOD/COD yaitu sebesar 0,5. Sementara
dan kelangkaan pupuk anorganik di pasaran itu unsur utama N (1,82%), P (0,73%) dan K
karena distribusi pemasaran yang kurang baik (0,41%) tidak menunjukkan perbedaan yang
menyebabkan petani berpaling pada penggunaan nyata dibandingkan pupuk kompos komersial
pupuk organik. (dengan kandungan N (1.45%), P (1.10%)
Biogas sendiri mudah diterapkan di pedesaan dan K (1.10%). Berdasarkan hasil penelitian,
dengan skala rumah tangga sebagai usaha hasil samping biogas berupa pupuk kompos
multiguna. Pemanfaatan biogas di pedesaan mengandung lebih sedikit bakteri pathogen
adalah untuk bahan bakar kompor, penerangan, sehingga aman untuk pemupukan sayuran/buah,
pemanas air dan penggunaan lainnya yang terutama untuk konsumsi segar.
mendukung kegiatan industri kecil di pedesaan. Secara teknis penelitian pembuatan biogas
Sedangkan lumpur keluaran dari digester dapat dari jerami padi telah banyak dilakukan.
dimanfaatkan untuk pupuk atau dialirkan ke Namun, permasalahan timbul karena jerami
kolam ikan. Energi biogas dapat dimanfaatkan padi mengandung selulosa dan lignin yang
secara optimal dengan cara teringrasi dan sulit didegradasi sehingga menyebabkan
penggunaan pada kegiatan-kegiatan yang permasalahan pada saluran pengeluaran.
produktif. Sehingga pemanfaatan energi biogas Untuk menanggulangi hal tersebut, perlakuan
dapat memberikan dampak yang lebih luas dan khusus terhadap jerami padi perlu dilakukan
dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi serta untuk mendegradasi lignin dengan cara biologi
nilai tambah pada produk. Dengan demikian, dan cara fisik. Jerami padi yang dipotong 5-8
melalui kegiatan agribisnis ini diharapkan dapat cm kemudian dimasak dengan steam 220°C
menciptakan lapangan kerja dan menggairahkan selama 5 menit akan meningkatkan yield gula
perekonomian di pedesaan. dan hidrolisis enzimatis. Untuk meningkatkan
Selain potensi yang besar, pemanfaatan produksi biogas dari jerami padi, kombinasi
energi biogas dengan digester biogas memiliki pretreatment dengan grinding, pemanasan dan
banyak keuntungan, yaitu mengurangi efek gas treatment ammonia akan memperoleh yield
rumah kaca, mengurangi bau yang tidak sedap, yang tertinggi.
mencegah penyebaran penyakit, menghasilkan Pada proses fermentasi bahan, pada
panas dan daya (mekanis/listrik) serta hasil umumnya produksi biogas yang banyak
samping berupa pupuk kompos. Pemanfaatan dilakukan menggunakan sistem batch, dan
jerami padi dengan cara seperti ini secara memerlukan waktu yang panjang. Untuk
ekonomi akan sangat kompetitif seiring naiknya mendapatkan produksi biogas yang lebih baik
harga bahan bakar minyak dan pupuk anorganik. dan waktu tinggal (retention time) yang lebih
Disamping itu, prinsip zero waste merupakan cepat fermentasi bahan dilakukan dengan
praktek pertanian yang ramah lingkungan dan penggunaan kembali digestat dari proses
berkelanjutan. fermentasi jerami sebagai starter pada proses
Produksi gas metana tergantung pada kondisi fermentasi bahan berikutnya. Penggunaan
input (jerami padi), residence time, pH, suhu kembali sebagian digestat ini diharapkan dapat
dan toksisitas. Suhu digester berkisar 25- mempercepat proses penguraian dan produksi
27°C menghasilkan biogas dengan kandungan biogas dari bahan jerami. Proses fermentasi
gas metana (CH4) sekitar 77%. Berdasarkan berlangsung dari proses awal bahan baku input
perhitungan produksi biogas yaitu 6 m³/hari, yang merupakan bahan organik (lignoselulosa)
sedangkan hasil pengukuran tanpa beban difermentasi oleh bakteri metanogenik secara
menunjukkan laju aliran gas 1.5 m³/jam dengan anaerob sehingga menghasilkan biogas (gas
tekanan 490 mmH2O (lebih besar daripada metana) dan gas CO2. Dalam proses ini banyak
perkiraan). Penggunaan lampu penerangan faktor yang memfasilitasi dan menghambat
diperlukan biogas 0.23 m³/jam dengan tekanan proses fermentasi ini antara lain nilai pH, suhu,
45 mmH2O dan untuk kompor gas diperlukan laju pengumpanan, waktu retensi, toksisitas
biogas 0,30 m³/jam dengan tekanan 75 mmH2O. dan sludge.

63
Jurnal Selulosa, Vol. 3, No. 2, Desember 2013 : 51 - 66

• Nilai pH • Waktu Tinggal di dalam Digester

Produksi biogas secara optimum dapat Waktu tinggal di dalam digester adalah rata-
dicapai bila pH dari campuran input di dalam rata periode waktu saat bahan baku masih berada
digester berada pada kisaran 6 dan 7. Derajat dalam digester dan proses fermentasi dilakukan
keasaman (pH) dalam digester juga merupakan oleh bakteri metanogen. Dalam jaringan dari
fungsi waktu di dalam digester tersebut. Pada digester dengan jerami padi, waktu tinggal
tahap awal proses fermentasi, asam organik dihitung dengan pembagian volume total dari
dalam jumlah besar diproduksi oleh bakteri digester oleh volume input yang ditambahkan
pembentuk asam, pH dalam digester dapat setiap hari. Waktu tinggal juga tergantung pada
mencapai di bawah 5. Keadaan ini cenderung suhu. Di atas 35°C atau suhu lebih tinggi, waktu
menghentikan proses fermentasi. Bakteri- tinggal input semakin singkat.
bakteri metanogenik sangat peka terhadap pH
dan tidak dapat bertahan hidup di bawah pH 6.6. • Toksisitas
Kemudian proses fermentasi berlangsung,
konsentrasi NH4 bertambah sehingga dapat Ion mineral, logam berat, dan detergen adalah
meningkatkan pH sehingga tercapai pH di atas beberapa material racun yang mempengaruhi
8. Ketika produksi metana dalam kondisi stabil, pertumbuhan normal bakteri patogen di dalam
kisaran nilai pH adalah 7,2 – 8,2. digester. Ion mineral dalam jumlah kecil
(sodium, potasium, kalsium, amonium, dan
• Suhu belerang) juga merangsang pertumbuhan bakteri.
Namun, bila ion-ion ini dalam konsentrasi yang
Bakteri metanogen berada dalam keadaan tidak tinggi, maka akan berakibat meracuni. Sebagai
aktif pada kondisi suhu ekstrim tinggi maupun contoh NH4 pada konsentrasi 50 hingga 200
rendah, trend suhu menunjukkan bahwa produksi mg/l, dapat merangsang pertumbuhan mikroba.
gas metana akan mulai terbentuk pada kisaran suhu Namun, bila konsentrasi di atas 1.500 mg/L, akan
15-20°C. Produksi gas metana terus meningkat mengakibatkan bakteri keracunan.
pada suhu 25- 30°C dan mencapai puncaknya pada
suhu 35°C. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa • Sludge
suhu optimum pertumbuhan bakteri metanogenik
dalam memproduksi gas metana adalah 35°C. Sludge adalah limbah keluaran berupa lumpur
Selanjutnya peningkatan suhu hingga temperatur dari lubang pengeluaran digester setelah mengalami
di atas 40°C justru mulai mengurangi produksi proses fermentasi oleh bakteri metanogenik dalam
gas metana oleh bakteri metanogenik. Ketika suhu keadaan anaerobik. Lumpur ini bebas patogen serta
udara turun hingga mencapai 10°C maka produksi dapat dipergunakan untuk memperbaiki kesuburan
gas akan terhenti. Produksi gas sangat bagus yaitu tanah dan meningkatkan kesuburan tanaman
pada kisaran mesofilik, antara suhu 25°C dan (digunakan sebagai pupuk organik).
30°C. Penggunaan isolator yang memadai pada
digester membantu produksi gas khususnya di b. Tinjauan Aspek Ekonomi
daerah dingin.
Berdasarkan hasil analisis teknoekonomi
• Laju Pengumpanan yang dapat dilihat pada Tabel 7, pendapatan yang
diperoleh dari instalasi biogas adalah sekitar
Laju pengumpanan adalah jumlah bahan yang Rp 600.000,00 per bulan bila dikonversikan
dimasukan ke dalam digester per unit kapasitas dengan harga dan nilai kalori LPG (Liquefied
per hari. Pada umumnya laju pengumpanan yang Petroleum Gas). Asumsi ekonomi ini
digunakan adalah 6 kg jerami padi per m3 volume didasarkan pada data teknis bahwa 1 m3 biogas
digester. Apabila terjadi pemasukan bahan setara dengan 0,5 kg gas alam cair (liquid
yang berlebih, akan terjadi akumulasi asam dan petroleum gases), sehingga apabila produksi
produksi metana akan terganggu. Sebaliknya, biogas tiap bulan mencapai 180 m3, dengan laju
bila pengumpanan kurang dari kapasitas digester, produksi biogas per hari sebesar 6 m3 maka dapat
produksi juga menjadi rendah. disetarakan dengan produksi 90 kg elpiji. Jika

64
Prospek dan Potensi Pemanfaatan Lignoselulosa
Jerami Padi menjadi Kompos... : R. Haryo Bimo Setiarto

Tabel 7. Parameter dan Hasil Analisis Kelayakan Ekonomi

Parameter
1. Biaya investasi, Rp 18.448.000
Biaya operasional dan perawatan, Rp/tahun 2.767.200
Pendapatan, Rp/tahun 7.051.800
Keuntungan, Rp/tahun 4.284.600
Umur ekonomi, tahun 20
Produksi gas, m3/hari 6
Produksi gas, m3/tahun 2190
Suku Bunga, %/tahun 12
2. Hasil Analisis Kelayakan Ekonomi
Net Present Worth (NPW), Rp 13.555.578
Net Present Cost (NPC), Rp 39.117.444
Net Present Revenue (NPR), Rp 52.673.023
B/C Ratio 1.35
Simple Payback, tahun 4.3
Internal Rate Return (IRR), % 23.70

elpiji 12 kg harganya Rp 80.000,00 maka dengan 89,17 kg KCl atau total 136,27 kg NPK. Kualitas
asumsi yang sama harga biogas sebesar 180 m3 produk silase jerami padi hasil fermentasi
dapat disetarakan menjadi Rp 600.000,00. Lactobacillus bulgaricus, Lactobacillus
Dengan menggunakan parameter dan analisis plantarum, dan Pledioccus pentosomonas adalah
kelayakan ekonomi seperti pada Tabel 7 diperoleh berbau asam, tidak berjamur, berwarna hijau
B/C Rasio 1,35 yang berarti secara ekonomi kekuningan, memiliki pH 4,2; kandungan asam
investasi tersebut sangat layak dan berprospek laktat 1,5-2,5%, kandungan asam butirat 0,1%,
untuk dikembangkan karena dapat memberikan kandungan asam asetat 0,5-0,8%; dan kandungan
keuntungan yang besar. Demikian pula dari hasil N-NH3 5-8%.
analisis simple payback diketahui bahwa modal Biogas jerami padi hasil fermentasi
investasi pembangunan konstruksi digester akan bakteri metanogenik Methanobacterium dan
kembali pada tahun ke-4 (umur ekonomi digester Methanobacillus sangat berkualitas karena
adalah 20 tahun). Hasil pendapatan ini belum memiliki nilai kalor 590 – 700 kkal per kubik.
termasuk hasil samping berupa pupuk kompos. Dalam setiap kubik biogas setara dengan 0,5
kg gas alam cair (liquid petroleum gases),
KESIMPULAN 0,5 liter bensin dan 0,5 liter minyak diesel.
Biogas jerami juga mampu membangkitkan
Fermentasi mikroba mampu mengolah tenaga listrik sebesar 1,25 – 1,50 kilowatt hour
limbah lignoselulosa dari jerami padi menjadi (kWh). Biokonversi jerami padi menjadi biogas
beberapa komoditas dengan nilai ekonomi yang memiliki prospek ekonomi yang lebih baik untuk
cukup tinggi diantaranya menjadi kompos, diaplikasikan dalam skala menengah maupun
biogas, dan silase. besar jika dibandingkan dengan biokonversi
Kompos jerami padi hasil fermentasi mikroba kompos dan silase.
Trichoderma sp., Trametes sp., dan Aspergillus
sp. memiliki kualitas sebagai berikut: Rasio C/N SARAN
(18,88),  kadar C (35,11%) , kadar N (1,86%) ,
kadar P2O5 (0,21%), kadar K2O (5,35%), kadar air Perlu ada program sosialisasi dan penyuluhan
(55%), Kalsium (Ca) 4,2%, serta unsur mineral kepada para petani tentang pemanfaatan jerami
mikro seperti Magnesium (0.5%), Cu (20 ppm), padi melalui fermentasi mikroba. Dengan
Mn (684 ppm) dan Zn (144 ppm). Sehingga setiap adanya penyuluhan tersebut diharapkan akan
1 ton kompos jerami padi memiliki kandungan meningkatkan kesadaran para petani terhadap nilai
hara setara dengan 41.3kg urea, 5,8 kg SP36, dan ekonomi yang tinggi dari jerami padi. Dengan

65
Jurnal Selulosa, Vol. 3, No. 2, Desember 2013 : 51 - 66

memanfaatkan lignoselulosa jerami padi melalui Murni, R., Suparjo, Akmal, dan Ginting B. L.,
teknologi fermentasi mikroba maka sebuah desa 2008. Teknologi pemanfaatan Limbah untuk
akan menjadi desa agroteknologi dan ramah pakan. Laboratorium Makanan Ternak
lingkungan yang berswasembada pupuk kompos, fakultas Peternakan Universitas, Jambi.
mandiri energi melalui konversi biogas, serta Perez, J., J.M. Dorado, T. Rubia, J. Martinez. 2002.
berswasembada pakan ternak dengan produksi Biodegradation and Biological treatments
silase. of Cellulose, Hemicellulose and Lignin: An
Overview. Int. Microbiol. 5, 53-63.
DAFTAR PUSTAKA Rachman, A., Dariah, A., dan Santoso, D., 2006.
Pupuk hijau. hlm. 41-56. Dalam Pupuk
Ahamed, A.P., Vermette, 2008. Culture-based Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar
Strategies to Enhance Cellulase Enzyme Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya
Production from Trichoderma reesei Lahan Pertanian, Bogor.
RUT-C30 in Bioreactor Culture Conditions. Saha, B.C., 2003. Hemicellulose Bioconversion.
Biochemical Engineering Journal 40, 399- J. Ind. Microbiol. Biotechnol. 30: 279-291.
407. Saha, B.C., 2004. Lignocellulose Biodegradation
Couto, S.R., Toca Hererra, J.L., 2007. Laccase and Application in Biotechnology. US
production at reactor scale by filamentous Government Work. American Chemical
fungi. Biotechnology Advances 25, 558-569. Society. 2-14.
Da Silva R., Lago E.S., Merheb, C.W., Machione, Setyorini, D., Saraswati R., dan Anwar E.K.,
M.M., Park, Y.K., Gomes, E. 2005. 2006. Kompos. hlm.11- 40. Dalam Pupuk
Production of Xylanase and CMCase on Solid Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar
State Fermentation in Different Residues by Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya
Thermoascus auranticus Miehe. Brazilian Lahan Pertanian, Bogor.
Journal of Microbiology 36, 235 – 241. Singhania, 2009. Cellulolytic Enzymes.
Deublein, D. and Steinhauser, A., 2008. Biogas Biotechnology for Agro-Industrial Residues
from Waste and Renewable Resource, Wiley- Utilization. Chapter 20, 371-381.
VCH Verlag GmbH & Co. KGaA ,Weinheim. Sukumaran, R.K., Singhania, R.R. and Pandey,
Dewi, 2002. Hidrolisis Limbah Hasil Pertanian A., 2005. Microbial Cellulases: Production,
Secara Enzimatik. Akta Agrosia 5 (2), 67 – Applications and Challenges. J. of Scientific
71. & Industrial Res. Vol 64, 832-844.
Hartono, R. dan Kurniawan, T., 2009. Produksi Syamsu,. J.A., 2006. Kajian Penggunaan Starter
Biogas dari Jerami Padi dengan Penambahan Mikroba Dalam Fermentasi Jerami Padi
Kotoran Kerbau, Prosiding Seminar Nasional Sebagai Sumber Pakan Pada Peternakan
Teknik Kimia Indonesia- SNTKI 2009, Rakyat di Sulawesi Tenggara. Dalam Seminar
Bandung , 19-20 Oktober 2009. Nasional Bioteknologi. Puslit Bioteknologi
Howard, R.L., Abotsi, E., J. van Rensburg E.L., LIPI: Bogor.
and Howard, S., 2003. Lignocellulose Taherzadeh, M. J. and Karimi, K., 2008.
Biotechnology: Issue of Bioconversion and Pretreatment of Lignocellulosic Wastes to
Enzyme Production. African J. of Biotech. Improve Ethanol and Biogas: A Review,
Vol 2(12), 602-619. International Journal of Molecular Sci , 9,
Husen, E., Saraswati, R., Rachman A., 2007. 1621-1651.
Kompos, Manfaat dan Cara Membuatnya. Taniguchi, M., Suzuki, H., Watanabe, D., Sakai,
Balai Penelitian Tanah, Bogor. K., Hoshino, K., and Tanaka, T., 2005.
Jin, S., Chen, H., 2006. Superfine Grinding Evaluation of Pretreatment with Pleurotus
of Steam Exploded Rice Straw and Its ostreatus for Enzymatic Hydrolysis of Rice
Enzymatis Hydrolisis, Biochem Eng, J, 30, Straw, Biosci, Bioeng, J , 100,637-43.
225-230. Yunilas, M.P., 2009. Bioteknologi Jerami
Khorshidi, N., Arikan, B., 2008. “Experimental Padi Melalui Fermentasi Sebagai Bahan
Practice in order to Increasing Efficiency of Pakan Ternak Ruminansia. Karya Ilmiah.
Biogas Production by Treating Digestate of Departemen Peternakan. Fakultas Pertanian.
Sludge”. Thesis. University College of Boras Universitas Sumatera Utara. Medan.
School of Engineering.
Mosier, N., Wayman C., Dale B., Elander, R.,
Lee Y.Y., Holtzapple M., Ladisch, M.,
2005. Features of Promising Technologies
for Pretreatment of Lignocellulose. Biores.
Technol. 96, 673-686.

66

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai