PENDAHULUAN
DASAR TEORI
Suatu atom atau kumpulan dari atom-atom yang terikat bersama dengan cara
tertentu sebagai bagian suatu molekul yang kemudian mempengaruhi karakteristik
sifat dan kimia molekul secara keseluruhan disebut dengan istilah gugus fungsi.
Alkohol dan fenol termasuk senyawa yang memiliki gugus fungsi yang sama, yaitu
gugus hidroksil (-OH). Perbedaannya pada alkohol gugus hidroksil terikat pada atom
karbon tetrahedral, sedangkan pada fenol gugus hidroksil terikat pada karbon yang
menjadi bagian langsung dari cincin aromatik (Wahyuningrum, 2014).
Fenol yang dikenal dengan nama asam karbolat ini memiliki sifat jutaan kali
lebih asam dibandingkan dengan alkohol karena fenol mampu melepasakan ion H+
dari gugus hidroksil sehingga membuat fenol menjadi anion fenoksida. Anion
(muatan negatif) ini akan disebar oleh cincin aromatik (delokalisasi), sedangkan pada
alkohol tidak terjadi. Fenol memiliki sifat beracun (toksik) pada jaringan hewan dan
berbau sangat menyengat. Fenol juga sulit didegradasi oleh organisme
pengurai/dekomposer sehingga dapat masuk dengan mudah ke dalam tubuh manusia
melalui pencernaan dan pernapasan (Ulya, 2012) Berdasarkan cara pembuatannya,
fenol didapat melalui reaksi oksidasi sebagian pada benzena atau asam benzoat
dengan proses Rasching (Kaniawati, 2011). Fenol (fenil alkohol) mempunyai
substituen pada kedudukan orto, meta atau para. Fenol berguna dalam sintesis
senyawa aromatis yang terdapat dalam batu bara. Turunan senyawa fenol (fenolat)
banyak terjadi secara alami sebagai flavonoid alkaloid dan senyawa fenolat yang lain.
Contoh dari senyawa fenol adalah eugenol yang merupakan minyak pada cengkeh.
Sedangkan pada alkohol didapat dari turunan hidrosi pada alkana. Alkohol
terdapat di alam terutama dalam bentuk ester. Alkohol juga sebagai pelarut senyawa
organik dan pembuat senyawa-senyawa organik lainnya (Besari, 1998). Pada alkohol
Semakin besar struktur suatu alkohol atau fenol, maka biasanya titik didih
semakin tinggi. Ketika ukuran suatu alkohol bertanbah besar, maka probabilitas
alkohol menjadi berwujud padat semakin besar. Sebagian besar senyawa fenol
Kocok
+ 5 tetes FeCl3
d) Uji Keasaman
celupkan indikator pH
a) Uji Lucas
Sesudah Reaksi
Sampel Sebelum Reaksi Keterangan
( + Reagen Lucas)
Terjadi perubahan
Putih keruh, setelah dipanaskan.
2-Propanol Bening
Seperti air tajin Larutan semakin
berwarna putih.
Terjadi perubahan
Adanya 2 lapisan setelah dipanaskan.
warna jingga, Endapan pada bagian
Fenol Orange tua
Endapan terdispersi atas semakin terpisah
pada bagian atas antara reagen Lucas
dengan fenol.
Sesudah Reaksi
Sampel Sebelum Reaksi Keterangan
( + Asam Kromat)
Terjadi perubahan
warna setelah
didiamkan. Awalnya
Terdapat 2 warna. larutan kehitaman,
Fenol Orange tua
Coklat dan hitam menjadi terpisah 2
lapisan yaitu lapisan
atas coklat dan lapisan
bawah hitam.
Sesudah Reaksi
Sampel Sebelum Reaksi Keterangan
( + FeCl3)
Larutan berwarna
kuning keemasan
1-Propanol Bening
Larutan berwarna
2-Propanol Bening
kuning kecolatan
Sebelum reaksi
Larutan berwarna
hitam atau ungu
Fenol Orange tua kehitaman
Sesudah Reaksi
d) Uji Keasaman
Kualitas pH
Sampel Sebelum Reaksi Dengan Keterangan
indikator pH
1-Propanol Larutan bening pH 6
Reagen Lucas adalah campuran dari antara HCl pekat dengan seng klorida. Seng
klorida merupakan asam Lewis yang jika ditambahkan ke dalam HCl akan membuat
larutan menjadi lebih asam. Akan terbentuk emulsi atau awan. Pada uji Lucas ini,
diberikan 5 tetes tiap sampel (1-Propanol, 2-Propanol, Fenol, Tert butyl alkohol)
pada tabung sesuai label. Tambahkan 1 ml reagen lucas dan tutup tabung reaksi
dengan gabus atau alumunium foil, digoyang dengan kuat agar campuran teraduk
merata. Setelah tercampur keseluruhan, tutup tabung dibuka dan dibiarkan sekitar 5
menit untuk menunggu produk hasil reaksi agar nampak. Jika larutan masih bening
perlu diberi suhu 60̊ C dengan penangas air selama 15 menit. Hal ini dilakukan agar
campuran memperoleh energi dari panas yang diberi ke sistem sehingga menambah
∆U / energi dalam berupa energi kinetik (yang meningkatkan laju partikel agar
probabilitas tumbukan dan reaksi makin besar). Penentuan jenis alkohol dan fenol
sudah ada referensinya sendiri, yaitu jika senyawa tidak saling bereaksi maka sampel
alkohol primer. Jika bereaksi sedikit demi sedikit dan ditambah dengan pemanasan
maka alkohol sekunder sedangkan alkohol tersier dapat bereaksi cepat meskipun
tanpa pemanasan. Hasil positif dari pengujian Lucas adalah campuran yang berwarna
keruh.
Pada uji asam kromat atau Bordwell-Wellman, diteteskan 5 tetes sampel pada tabung
reaksi yang sesuai label. Ditambahkan 10 tetes aseton dan 2 tetes asam kromat.
Pengadukan dan penutupan tabung dilakukan agar reaktan mudah bereaksi dalam
sistem tertutup (closed system). Setelah itu dibuka tutup tabung dan dipanaskan di
penangas air bersuhu 60̊ C selama 5 menit untuk membuat kepastian semua reaktan
bereaksi. Untuk menentukan jenis alkohol ataupun fenol diperlukannya referensi,
yaitu apabila senyawa tidak bereaksi (tidak dapat dioksidasi) berarti sampel adalah
alkohol tersier. Jika campuran menjadi asam karboksilat dan berwarna kehijauan
maka sampel merupakan alkohol primer. Untuk alkohol sekunder akan berwarna
Uji besi (III) klorida. Sampel yang terpisah, masing-masing dimasukkan 5 tetes
larutan besi (III) klorida ke dalam tabung reaksi sampel. Warna akan nampak setelah
diaduk (kisaran warna dari merah sampa ungu). Terakhir didapat hasil pengamatan
senyawa fenol berupa perubahan warna menjadi hitam yang menunjukkan hasil
positif sedangkan pada 2-propanol menunjukkan hasil negatif. Perubahan warna
larutan menjadi hitam mengindikasikan terdapat gugus aromatik (sesuai referensi).
Selanjutnya, Uji keasaman juga dilakukan untuk pengujian fenol dan alkohol yaitu
dengan menggunakan kertas pH. Sebelumnya, kedua senyawa masing-masing
dilarutkan dengan 5 tetes aqua dest dan diaduk dengan batang pengaduk agar semua
partikel sampel terlarutkan. Batang pengaduk tadi kemudian disentuhkan ujungnya
(ditotolkan) pada kertas pH . Tunggu 15 menit dan cocokkan warna yang nampak
pada kertas pH dengan skala pH yang tersedia. Hasilnya didapat 1-propanol dan 2-
propanol memiliki pH 6 dan fenol ber-pH 4. Dalam problem ini fenol menunjukkan
sifat keasamaannya lebih tinggi dibanding 2-propanol karena cincin fenol beresonansi
dan menstabilkan ion-ion atom O dan fenol juga memiliki elektron terdelokalisasi.
5.1 Kesimpulan
Semua senyawa turunan dari alkohol dan fenol larut dalam air (senyawa polar) dan
tidak larut pada senyawa nonpolar misalnya n-heksan. Hasil positif dari pengujian
Lucas adalah campuran yang berwarna keruh. Dengan uji asam kromat (Uji
Bordwell-Wellman) fenol akan beraksi menjadi warna kehitaman. Fenol merupakan
senyawa bersifat lebih asam dari alkohol. pH atau nilai keasaman fenol dan alkohol
masing-masing 6 dan 4. Untuk reaksi besi (III) klorida dapat diselesaikan dengan
suatu konklusi bahwa di alkohol tidak terdapat gugus aromatik dan fenol memiliki
gugus aromatik.
5.2 Saran
Pemahaman materi dan responsi dasar sebelum praktek harus lebih ditingkatkan
untuk pemahaman materi dan kelancaran praktikum.