ABSTRAK
Tujuan utama dari proses identifikasi bencana massal adalah untuk menemukan identitas mayat untuk memberikannya kembali kepada keluarga
mereka dengan melakukan beberapa metode identifikasi seperti identifikasi primer yang harus lakukan pada pertama kalinya karena mereka
memiliki hasil yang sangat akurat dan sebagai pengidentifikasi . Ada banyak perbedaan antara mayat-mayat terbakar pada tragedi pembakaran
GarudaAirlines dan mayat-mayat yang tenggelam di tragedi tenggelamnya kapal Senopati Nusantara, banyak karakteristik perbedaan yang
mempengaruhi proses identifikasi forensik. Dalam mayat dibakar, teeths masih utuh dan kerabat masih bisa diperiksa dari pengidentifikasi primery
lain. Itu membuat prioritas perbedaan antara satu kasus lain. Jadi, dari dua kasus yang berbeda,
87
88 Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. XXV No. 2, Agustus 2009
termudah Dan sederhana Yaitu Beroperasi TIDAK visual yang Lagi Tabel 1: Perbedaan Kondisi Dan Identifikasi Jenazah PADA
DAPAT digunakan. Demikian also PADA Jenazah Yang mengalami Bencana Kapal Tenggelam Dan
Pesawat Terbakar.
pembusukan lanjut, Pemeriksaan identifikasi primer berdasarkan sidik
jari akan Sulit dilakukan, Maka DAPAT digantikan DENGAN Perbedaan Bencana Kapal Senopati
Nusantara
Bencana Pesawat Garuda
Indonesia
Pemeriksaan gigi geligi KARENA gigi bersifat LEBIH tahan lama Tourism Udara Darat
Cara Kejadian Tenggelam Terbakar
Terhadap Proses pembusukan. Namun keadaan gigi
Sifat Bencana terbuka bencana Tutup bencana
Waktu Pemeriksaan 2 -30 hari (Waktu berdasarkan 1-3 hari
penemuan
tersebut also dipengaruhi faktor Penghasilan kena pajak
Kejadian (paparan Jenazah)
Lingkungan Tempat Jenazah berada ITU. Fakta pembusukan)
kontribusi Yang Tinggi hearts menentukan Identitas Seseorang. PADA Serta Tempat Terbatas DAPAT
Segera diletakkan ditempat Ruang
KASUS Bom Bali I, Korban Yang teridentifikasi berdasarkan gigigeligi Tertutup
Disertai DENGAN TIDAK utuhnya Jaringan Tubuh. Sebaliknya PADA Bersama DENGAN Angkatan Laut Republik Indonesia DENGAN
keadaan mayoritas Telah mengalami pembusukan lanjut PADA Saat
Jenazah Terbakarnya Korban Pesawat Garuda GA 200 PK-GZC
ditemukan di Tengah laut. Dari Ke 36 Jenazah tersebut Hanya 13
Boeing 737-400 jurusan Jakarta-Yogyakarta,
Jenazah (36%) Saja Yang DAPAT
Jenazah ditemukan
teridentifikasi Dan Diserahkan Kepada Keluarga Yang
terpanggang Menjadi Separuh arang. Mempelajari doa KASUS Yang
berhak. Jenazah tersebut merupakan Jenazah Tenggelam di udara
BERBEDA tersebut DAPAT dijadikan dasar dasar hearts menentukan
laut DENGAN Rentang Waktu Bervariasi Mulai dari Hanya 2 hari
Prioritas identifikasi primer Akibat Perbedaan keutuhan Jaringan Tubuh
ditemukan Penghasilan kena pajak Kejadian Hingga 3 minggu sete l ah
Sesuai DENGAN modus Kejadian Kecelakaan. Perbedaan Suami akan
Ke j iklan i sebuah. ha l
Sangat mempengaruhi Pelaksanaan fase Rekonsiliasi hearts Upaya
tersebut Sangat
Perusahaan Company Dan penyerahterimaan Jenazah ditunjukan mempengaruhi keutuhan Dan DAPAT menghilangkan Tanda khas
kepada Keluarga Yang bersangkutan. Meskipun Terdapat skala Anda Seorang individu sebagai Bahan Pemeriksaan identifikasi
Prioritas Pemeriksaan namun prosedur pengajian Dan Tahap Forensik. Kesulitan
Pemeriksaan Harus dikerjakan Seluruhnya Baik Pemeriksaan primer Pemeriksaan identifikasi also dipengaruhi Kejadian Bencana Yang
Dan Pemeriksaan sekunder. bersifat terbuka Bencana . Bencana
tersebut merupakan Kejadian Bencana DENGAN Jangka Waktu
Korban Meninggal TIDAK DAPAT diketahui Beroperasi Pasti Dan Jelas
sehingga TIDAK DAPAT ditentukan apakah memiliki kesamaan
Jangka Waktu
Properti ( Properti ) Dan 1 Jenazah diidentifikasi Semakin lama terpapar hearts udara Maka Proses pembusukan also
Data through Kombinasi Pemeriksaan DNA primer Data Dan akan berlangsung DENGAN Cepat sehingga akan menyebabkan
Pemeriksaan sekunder Medis Dan Properti (Gambar 1). TIDAK ADA terbatasnya Upaya Pemeriksaan primer. Proses identifikasi PADA
identifikasi Dari 13 Jenazah tersebut Yang DAPAT dilakukan Dari konsisi Harus dilakukan Kombinasi Pemeriksaan primer DENGAN
Pemeriksaan postmortem murni berdasarkan Pemeriksaan primer ( sekunder Beroperasi Cermat Dan Akurat. PADA KASUS Suami
Korban berikutnya ditemukan Penghasilan kena pajak 9-29 hari
pengidentifikasi utama ) Saja . Penghasilan kena pajak Kejadian sehingga TIDAK ADA Satu pun Yang
BERHASIL diidentifikasi berdasarkan Pemeriksaan primer Yang
Terjangkau Yaitu sidik jari maupun gigi KARENA Terjadi pembusukan
lanjut (Gambar 3). Hampir keseluruhan mengandalkan Pemeriksaan
13 Jenazah teridentifikasi: sekunder DENGAN hasil temuan DAPAT disebut teridentifikasi Bila
memenuhi 2 Kriteria Pemeriksaan sekunder, seperti Pemeriksaan
1. 7,7% Masih DAPAT using Metode sederhana visual yang digabung
Medis, maupun properti fotografi (Gambar 4 a, b dan c).
DENGAN Pemeriksaan primer-sekunder
13 Jenazah
SEBUAH C
4b
4c
KASUS 2 Terbakarnya Pesawat Garuda GA 200 1. 5% Utuh, DAPAT using Metode sederhana visual yang digabung
PK-GZCBoeing737-400 DENGAN Pemeriksaan primer-sekunder
PADA Kecelakaan Pesawat Garuda GA200 PK-GZC Boeing 737-400 2. 95% Menjadi Separuh arang
Bencana Massal Yang BERBEDA memiliki Karakter Yang BERBEDA Kematian PADA Daerah DENGAN kelembaban tinggi, Panas Yang
pula terutama Dari keadaan Kondisi Jenazah, Proses Pemeriksaan Disertai DENGAN Tingkat AKTIVITAS larva lalat Yang Tinggi. PADA
Jenazah Dan keberhasilan identifikasi keadaan yang normal adanya Kandungan kelembaban sebesar 30%
Jenazah. Hal tersebut DENGAN temperatur 70 F, Tujuh Tahapan Proses pembusukan
0
terutama disebabkan KARENA Kondisi Utama Jenazah Yang Semakin akanmulai Nampak selama 24 jampost mortem (3). PADA Jenazah
TIDAK Utuh Maka akan Semakin mempersulit Proses identifikasi Terbakarnya Korban Pesawat Garuda sebanyak 20 Dari 21 Jenazah
Jenazah, sehingga akan mempengaruhi keberhasilan Penentuan Yang ditemukan (95%) mengalami Kondisi Rusak Menjadi Separuh
Identitas individu.
arang (
Perbedaan Keadaan Jenazah Korban Tragedi Tenggelamnya KM. Luka bakar parah Almarhum ) Dan Hanya 1 Jenazah
Senopati Dan Terbakarnya Pesawat Garuda Yang Relatif arang tidakmenjadi. 21 Jenazah tersebut DAPAT
dilakukan identifikasi Beroperasi Tepat. PADA KASUS Penyanyi
Pemeriksaan primer Dari data yang gigi Masih DAPAT dilakukan
PADA Jenazah Tenggelamnya Korban KM. Senopati Tampak bahwa
dibandingkan Pemeriksaan primer yang lain Yang bersifat murah,
sebagian gede (97,3%) Jenazah Telah mengalami pembusukan lanjut.
Mudah Dan Akurat Yaitu Pemeriksaan sidik jari. Identifikasi DENGAN
Hal Suami
sidik jari, mata, kulit TIDAK DAPAT dilakukan KARENA Semuanya
dikarenakan KARENA Jenazah tersebut sebagian gede hearts selang
Telah Menjadi Kerangka Dan Sisa kulit Yang Terbakar Telah terpapar
Waktu minimal 3-4 hari Dan Maksimal 29-30 hari Penghasilan kena
Panas sehingga Sulit diidentifikasi. Pemeriksaan sekunder PADA
pajak Kejadian. Dalam Jangka Waktu tersebut minimal, didukung
KASUS Terbakar akan mengalami Banyak permasalahan KARENA
DENGAN keadaan Lingkungan Sekitar Tempat
ANTARA lain pakaian maupun Segala Perhiasan justru akan berfungsi
Jenazah tersebut
sebagai konduktor, Panas penghantar, sehingga akan Menjadi LEBIH
ditemukan, Yaitu nematoda di udara di lautan
Cepat Terbakar Dan hangus (3,4,8). Sebagian tulang tidak ditemukan,
prabayar bebas, KECEPATAN Proses pembusukan Menjadi LEBIH Cepat.
kemungkinan Telah Hancur Menjadi abu. Hal Penyanyi dimungkinan
KARENA PADA Saat Terbakar Korban mengenakan pakaian. Korban
PADA Proses pembusukan lanjut akan terbentuk ATAU Menuju PADA Yang berpakaian LEBIH Cepat Hancur Dan kerusakan LEBIH komplit
Arakh Proses skeletonisasi, Yang diawali DENGAN adanya Proses Bila Terbakar dibandingkan DENGAN Yang TIDAK memakai pakaian.
Autolisis Jaringan Dan pembusukan. Skeletonisasi merupakan Proses Hal Penyanyi pakaianmerupakanmedia dikarenakan yang Baik untuk
hilangnya ATAU lepasnya Jaringan Lunak Dari tulang. Proses review Kejadian Kebakaran. Terbakar PADA Tempat Terbuka
Penyanyi DAPAT Terjadi Beroperasi Lengkap PADA Seluruh ATAU biasanya TIDAK Terjadi luka bakar komplit, kecuali Bila using Bahan
sebagian Jaringan Lunak terutama PADA tulang Yang terekspos Saja. bakar untuk review meningkatkan fungsi fungsi api sebagai pembakar,
Proses Awal sehingga Tubuh Sampai Menjadi arang. Also mungkin Suhu Panas
terjadinya Yang Tinggi. Bohnert Also mungkin Suhu Panas Yang Tinggi. Bohnert
pembusukan Adalah adanya kerusakan sel through Proses Autolisis. Also mungkin Suhu Panas Yang Tinggi. Bohnert
Proses Penyanyi memiliki doa Tahap yakni
awal reversibel Dan akhir ireversibel. Keadaan lanjut
Dari Proses Tahap 2 ( akhir ireversibel ) Adalah
terbentuknya MEKANISME Autolisis Sales manager PADA Seluruh
Jaringan Lunak Tubuh Yang Telah mengalami pembusukanyang et al . .
Berhubungan DENGAN Proses sintesa ATP. Jaringan DENGAN (1998) hearts penelitiannya TENTANG Tingkat kerusakan Tubuh
biosintesa Dan transportasi membran Tingkat Tinggi akan mengalami Manusia hearts kaitannya DENGAN paparan Panas api
kerusakan terlebih PT KARYA CIPTA PUTRA. Pembusukan diawali menyebutkanproses kerusakan Tubuh Sangat Parah PADA Suhu 67
DENGAN organ: traktus digestivus, Jantung, Darah Dan Sistem
0 0
-810 C. Senada DENGAN Temuan tersebut Penelitian Buikstra et.al
sirkulasi, Otot Jantung kemudian traktus respiratorius Dan paru (1984) menyatakan bahwa tulangmampumenahan Panas Sampai 600
selanjutnya ginjal Dan Kandung empedu Lalu otak Dan Jaringan Saraf, C (3) .
Otot Rangka Dan terakhir di Jaringan konektif Dan integumen Jaringan
0
Lunak DENGAN kadar kolagen Tinggi akan memiliki Tingkat lisis Yang.
PADA kasusPesawat Garuda Telah Terjadi luka bakar Tingkat empat
LEBIH gede, sehingga baru akan Tampak PADA Proses pembusukan
dalam Yaitu PADA kulit, Dan Jaringan dibawahnya Telah Terjadi
Tingkat lanjut. PADA KASUS Penyanyi Proses pembusukan PADA
kehancuran komplit Dan terbentuk arang. PADA Kebakaran Tingkat 4
Daerah mandibula Dan maksila PADA Jenazah Korban Tenggelamnya
Maka kulit akan mengkerut (mengetat Dan kontraksi), Hal Penyanyi
KM Senopati
Terjadi KARENA PADA Terbakar Terjadi penyusutan Berat Tubuh>
60% dan Akibat Pemanasan Maka Terjadi koagulasi protein Yang
terutama menyebabkan Otot mengecil diikuti mengkerutnya kulit. Dikatakan
terletak PADA adanya Jaringan penyangga ANTARA tulang rahang bahwa Telinga Yang Terbakar DAPAT Menjadi mengkerut Sampai 2/3
Dan tulang gigi yakni adanya peridontal ligamen periodontal ATAU bagiannya. Untuk tulang Yang TIDAK terproteksi, Saat terpapar Panas
membran. Hal Inilah Yang akan mempengaruhi ketidakberhasilan Maka akan mengalami Proses: Rapuh (
Penentuan identifikasi forensikmelalui Pemeriksaan primer DENGAN
Bahan gigi, KARENA akan menyebabkan hi langnya gigi Dari
Suatu matrik Yang terdiri Dari garam anorganik adanya Sifat individualistik Yang Sangat Tinggi (5,
hidroksiapatit kristal Yang tersusun differences kalsium 11).
Dan fosfor, sehingga DAPAT Bertahan LEBIH lama (10). Kedua
KASUS menunjukkan Tempat Kejadian Yang BERBEDA akan
mempengaruhi KECEPATAN Proses pembusukan. Jenazah Yang Tubuh korban
berada di Udara Terbuka akan membusuk doa kali
LEBIH Cepat
dibandingkan DENGAN Jenazah Yang ADA di udara. Namun PADA
KASUS Penyanyi memiliki Perbedaan Pola KARENA Proses Cara
Kematian Yang BERBEDA. PADA Jenazah Yang Meninggal di Udara
Terbuka namun hearts Kondisi Terbakar Maka akan mempengaruhi
TIDAK Hanya Proses pembusukannya, namun also akan
DNA
mempengaruhi Proses keberhasi lan Pemeriksaan Identitas Jenazah
FP DR
KARENA Efek api terhadaptubuh
jenazahyang
bersangkutan.Sebagai Bahan Pemeriksaan identifikasi primer, baik M
sidik jari PADA KASUS Tenggelam Dan Terbakar memiliki kesamaan
Tingkat kesulitan Pemeriksaan. Hal Suami disebabkan PADA Jenazah
Yang Tenggelam Telah Terjadi pengelupasan kulit ari Dan PADA PG P
Jenazah Yang Terbakar Maka akan Terjadi kerusakan Struktur kulit.
PADA kedua KASUS tersebut TIDAK DAPAT using sidik jari sebagai
Bahan identifikasi. Penentuan identifikasi
Post Mortem data
gigi geligi Yaitu PADA Jenazah Terbakar KARENA gigi merupakan PG ( Properti ) DR ( Rekaman )
P( ) DNA ( tes DNA )
media Yang TIDAK Mudah jaringan sidik jari Rusak seperti Dan
memiliki Daya tahan Terhadap dekomposisi Dan Panas. Selain ITU
Akibat Pemanasan Terjadi koagulasi protein Yang menyebabkan Otot Gambar 9. Skema Pemeriksaan Post Mortem
mengecil diikuti mengkerutnya kulit, termasuk pengerutan peridontal Jenazah (5).
ligamen periodontal ATAU membran sebagai Jaringan penyangga
tulang Dan gigi. Bila ditemukan Jenazah Korban Bencana massal Maka tim Pemeriksa
Jenazah ATAU tim post mortem akan melakukan komparasi data yang
DENGAN tim pengumpul Fakta orangutan Hilang ATAU tim ante
Hal Suami akan Sulit dilakukan PADA Jenazah Yang Meninggal mortem Yang datanya TIMAH Dari
DENGAN Cara Tenggelam. PADA Jenazah Yang Meninggal hearts Keluarga Laporan.
udara PADA Saat Proses pembusukan berlangsung Disertai DENGAN Berdasarkan komparasi Pemeriksaan masingmasing tim Bila Terdapat
Proses pembusukan PADA maksila Dan mandibula Yang akan diikuti Tiga macam pengidentifikasi utama, Pemilihan sebaiknya dilakukan
DENGAN terlepasnya gigi Dari tulang Akibat lisis Jaringan penyangga. terlebih PT KARYA CIPTA PUTRA Pemeriksaan Yang bersifat: Cepat,
Gigi Yang terlepas akan Sulit dilakukan Pemeriksaan KARENA Akurat, Efektif terutama dalamhal Ekonomis. Dalam skema Gambar 9,
sebagian gede akan Jatuh hearts udara. Hal pula Suami Yang meskipun DNA merupakan shalat Satu Bagian Dari Pemeriksaan
mempengaruhi keberhasilan identifikasi primer through Pemeriksaan primer namun diletakkan hearts Sisi yang. Hal Penyanyi mengingat
gigi geligi PADA Korban Tenggelam. bagaimanapun Pemeriksaan DNA, baik nukleus maupun mi tokondr
besarbesaran merupakan Pemeriksaan identifikasi Yang Terpercaya,
hearts pelaksanaannya tetapmemerlukanwaktu Dan mencakup biaya
Yang Relatif mahal, meskipun bersifat sensitif (5,12). Sebaliknya
Prioritas Cara Pemeriksaan Primer Mencari Google Artikel Kondisi Pemeriksaan sekunder differences dilakukan sebagai telkom rutin
FisikJenazahPadaDuaKasusBerbeda Sesuai Prosedur meskipun hasil temuan Pemeriksaan primer Sudah
DAPAT dilakukan identifikasi. Syarat
Mayoritas Jenazah Korban Terbakarnya Pesawat Garuda, sebanyak
14 Dari 20 Jenazah Yang Menjadi Separuh arang DAPAT diidentifikasi
murni Dari Pemeriksaan primer (
ident utama IERS IFI (catatan )
berdasarkan gigi Data gigi). Sebaliknya
TIDAK ADA Jenazah Korban KM Senopati Yang teridentifikasi identifikasi dikatakan Tepat, Yaitu menentukan Identitas
berdasarkan Pemeriksaan primer ( Seseorang to positively berdasarkan
pengidentifikasi utama ) Saja. Identifikasi Dewan DVI Indonesia
Adalah didukung minimal shalat Satu utama
Sehingga Prioritas identifikasi Jenazah DAPAT
pengidentifikasi positif, ATAU didukung DENGAN minimal
dilakukan BERBEDA Sesuai DENGAN kekhususannya. PADA
doa pengidentifikasi sekunder positif.
Prinsipnya Pemeriksaan primer ATAU pengenal primer memiliki Nilai
keakuratan Yang LEBIH Tinggi dibanding Berdasarkan Pemeriksaan Korban bencanamassal tersebut Penulis
pengidentifikasi sekunder KARENA mengambil KESIMPULAN bahwa Prioritas Pemeriksaan primer
Berdasarkan Jenis
Prawestiningtyas, Identifikasi Forensik .. 93.
KASUS (Gambar 9). PADA Korban Pesawat Terbakar Maka Terdapat Pemeriksaan primer lain seperti sidik jari namun differences
keutuhan Jaringan penyangga KARENA Sifat organ Dan Jaringan dikombinasikan DENGAN Pemeriksaan Pendukung sekunder. PADA
Yang Terbakar Adalah akan MEMBUAT Jaringan tersbeut mengkerut Jenazah Yang tenggelamdengan pembusukan lanjut keadaan gigi
Dan menyusut Dari volume yang Segi. Hal tersebut menyebabkan gigi TIDAK memungkinkan digunakan sebagai Bahan Prioritas identifikasi
sebagai penanda identifikasi primer Masih DAPAT sehingga Harus using Kombinasi Pemeriksaan sekunder. Sebagai
Tindak lanjut disarankan Data Identitas Penduduk TIDAK Hanya
Terjaga keutuhannya
tergantung PADA Kartu sidik jari melainkan Mulai untuk review
dibandingkan PADA Jenazah Yang Tenggelam. Mencari Google Artikel
digalakkan kepemilikan Kartu Identitas Yang Memuat Data Rekam gigi
demikian Rekam gigi merupakan Prioritas Pemeriksaan Utama
ATAU bilamemungkinkan dataDNA.
(Prioritas 1) Yang Harus
dilakukan SEBELUM melakukan Pemeriksaan sekunder baikmedis,
Properti Dan fotografi.
skeletonized Tissue:
potongan
tulang
(Prioritas 3)
Gambar 10. Hasil Prioritas Identifikasi Jenazah PADA Korban Tenggelam Dan Pesawat Terbakar.