Anda di halaman 1dari 8

Identifikasi forensik Berdasarkan Kedua Dasar dan Menengah Prioritas Pemeriksaan di

Identifiers korban pada Dua Kasus Bencana Mass Berbeda

Identifikasi Forensik Berdasarkan


Pemeriksaan Primer Dan Sekunder Sebagai Penentu Identitas Korban
PADA Dua KASUS Bencana Massal

Eriko Prawestiningtyas *, Agus Mochammad Algozi **


* Laboratorium Kedokteran Forensik, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang
* * Departemen Kedokteran Forensik, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya

ABSTRAK

Tujuan utama dari proses identifikasi bencana massal adalah untuk menemukan identitas mayat untuk memberikannya kembali kepada keluarga
mereka dengan melakukan beberapa metode identifikasi seperti identifikasi primer yang harus lakukan pada pertama kalinya karena mereka
memiliki hasil yang sangat akurat dan sebagai pengidentifikasi . Ada banyak perbedaan antara mayat-mayat terbakar pada tragedi pembakaran
GarudaAirlines dan mayat-mayat yang tenggelam di tragedi tenggelamnya kapal Senopati Nusantara, banyak karakteristik perbedaan yang
mempengaruhi proses identifikasi forensik. Dalam mayat dibakar, teeths masih utuh dan kerabat masih bisa diperiksa dari pengidentifikasi primery
lain. Itu membuat prioritas perbedaan antara satu kasus lain. Jadi, dari dua kasus yang berbeda,

Kata kunci : Identifikasi primer, catatan gigi, identifikasi sekunder

PENDAHULUAN ditunjukan kepada keluarganya. Proses identifikasi Penyanyi itub


Bukan hanya untuk menganalisis penyebab Bencana, tetapi
Bencana DAPAT diakibatkan Baik Oleh alammaupun Manusia. Kondisi
memberikan Ketenangan psikologis Bagi Keluarga DENGAN adanya
alam memegang Peran Penting akan timbulnya Suatu Bencana,
Kepastian Identitas Korban.
termasuk
Identifikasi Korban Bencana (DVI) Adalah
Indonesia. Indonesia merupakan gatra kepulauan Yang Sangat Luas
Suatu Definisi Yang diberikan sebagai Sebuah prosedur pengajian
DENGAN Luas keseluruhan lima juta kilometer Persegi. Terletak
untuk review mengidentifikasi Korban mati Akibat Bencana massal
PADA Pertemuan Tiga lempeng tektonik Utama Dunia Yang memiliki
Beroperasi Ilmiah Yang DAPAT dipertanggungjawabkan Dan mengacu
setidaknya 400 gunung berapi DENGAN 150 diantaranya Adalah
PADA standar baku Interpol (1). Proses DVI meliputi 5 fase Yang
gunung berapi Aktif. Disamping ITU Iklim Tropis MEMBUAT beberapa
PADA SETIAP fase memiliki keterkaitan ANTARA Satu DENGAN
Bagian Daerah basah Oleh curah hujan Yang Melimpah sehingga
Yang lain. Proses DVI using bermacam-macam Metode Dan Teknik.
beresiko Timbul Bencana banjir Dan Longsor. Sebaliknya PADA
Interpol Telah menentukan adanya
Daerah lain DAPAT mengalami kekeringan. Faktor Manusia also Turut
berperan menimbulkan Bencana. Hal Penyanyi seringmenyebabkan
Identifier primer Yang
banjir ataupun Longsor Akibat penggundulan hutan, Kecelakaan Lalu
terdiri Dari sidik jari (FP), catatan gigi (DR) Dan
Lintas Dan terorisme.
Serta DNA Identifier sekunder Yang terdiri Dari
medis (M), Properti (P) Dan fotografi (PG),
DENGAN Prinsip identifikasi Adalah membandingkan data yang
antemortem Dan postmortem. Utama
Different Kejadian Yang memakan Banyak Korban jiwa, terutama sejak pengidentifikasi mempunyai Nilai Yang Sangat Tinggi Bila dibandingkan
Kejadian Bom Bali I MEMBUAT activities identifikasi Korban Bencana DENGAN pengidentifikasi sekunder .
massal (
SETIAP Bencana massal Yang menimbulkan Banyak Korban jiwa, baik
Identifikasi Korban Bencana ) Menjadi activities
Akibat Bencana alam ataupun
Yang Penting Dan dilaksanakan hampir PADA SETIAP Kejadian Yang
Man Made Disaster . memiliki spesifikasi Tertentu
menimbulkan Korban jiwa hearts Jangka Waktu Yang Banyak. Tujuan
Yang BERBEDA ANTARA KASUS Yang Satu DENGAN yang lain.
Utama Pemeriksaan identifikasi PADA KASUS Musibah Bencana
Perbedaan Penyanyi menyebabkan tindakan Pemeriksaan identifikasi
massal Adalah untukmengenali Korban. Mencari Google Artikel
DENGAN skala Anda Prioritas Bahan Yang akan diperiksa Sesuai
identifikasi Yang Tepat selanjutnya DAPAT dilakukan Upaya Merawat,
DENGAN keadaan Jenazah Yang ditemukan. Kejadian Bencana
mendoakan Serta akhirnyamenyerahkan
massal
tersebut akan menghasilkan keadaan Jenazah Yang
mungkin DAPAT intak, intak Separuh, membusuk, tepisah
Jurnal KedokteranBrawijaya, Vol XXV, No. 2, Agustus 2009 Korespondesi: Eriko berfragmen-fragmen, Terbakar Menjadi abu, Terbakar Separuh,
Prawestiningtyas, Lab. Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas terkubur ataupun Kombinasi Dari bermacam-macamkeadaan (2).
Brawijaya, Jln. VeteranMalang. Tel. (0341) 569117 Masalah akan Timbul DENGAN different Variasi Tingkat kesulitan
Dimana tindakan identifikasi

87
88 Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. XXV No. 2, Agustus 2009

termudah Dan sederhana Yaitu Beroperasi TIDAK visual yang Lagi Tabel 1: Perbedaan Kondisi Dan Identifikasi Jenazah PADA
DAPAT digunakan. Demikian also PADA Jenazah Yang mengalami Bencana Kapal Tenggelam Dan
Pesawat Terbakar.
pembusukan lanjut, Pemeriksaan identifikasi primer berdasarkan sidik
jari akan Sulit dilakukan, Maka DAPAT digantikan DENGAN Perbedaan Bencana Kapal Senopati
Nusantara
Bencana Pesawat Garuda
Indonesia
Pemeriksaan gigi geligi KARENA gigi bersifat LEBIH tahan lama Tourism Udara Darat
Cara Kejadian Tenggelam Terbakar
Terhadap Proses pembusukan. Namun keadaan gigi
Sifat Bencana terbuka bencana Tutup bencana
Waktu Pemeriksaan 2 -30 hari (Waktu berdasarkan 1-3 hari
penemuan
tersebut also dipengaruhi faktor Penghasilan kena pajak
Kejadian (paparan Jenazah)
Lingkungan Tempat Jenazah berada ITU. Fakta pembusukan)

Pengalaman di Lapangan bahwa menunjukkan


Paparan Terpapar Tempat Terpapar Oleh Udara .
identifikasi Korban Meninggal massal through gigigeligi mempunyai pembusukan Terbuka Oleh Udara dan Air KARENA bersifat bencana dekat

kontribusi Yang Tinggi hearts menentukan Identitas Seseorang. PADA Serta Tempat Terbatas DAPAT
Segera diletakkan ditempat Ruang
KASUS Bom Bali I, Korban Yang teridentifikasi berdasarkan gigigeligi Tertutup

mencapai 56%, PADA Kecelakaan Lalu Lintas bis Terbakar di


Identifikasi Jenazah Akibat Jenazah Sulit Jenazah masih bisa
Situbondomencapai 60%, pembusukan tersebut diidentifikasi through diidentifikasi through
Pemeriksaan primer (Harus Pemeriksaan primer (Tetap DENGAN
using Kombinasi
sekunder Pemeriksaan) sekunder Pemeriksaan)
Laporan KASUS Penyanyi menyajikan Proses identifikasi Korban
Bencana PADA Kejadian Kapal Tenggelam Dan Pesawat Udara Yang
Terbakar didarat. Jenazah Korban Tenggelamnya KM Senopati Meninggal, 36 diantaranya dikirimkan Ke Instalasi Ilmu Kedokteran
Nusantara, jenazahmengalami pembusukan lanjut Yang Berarti Forensik-Medikolegal RSU Dr Soetomo Surabaya Oleh Tim SAR

Disertai DENGAN TIDAK utuhnya Jaringan Tubuh. Sebaliknya PADA Bersama DENGAN Angkatan Laut Republik Indonesia DENGAN
keadaan mayoritas Telah mengalami pembusukan lanjut PADA Saat
Jenazah Terbakarnya Korban Pesawat Garuda GA 200 PK-GZC
ditemukan di Tengah laut. Dari Ke 36 Jenazah tersebut Hanya 13
Boeing 737-400 jurusan Jakarta-Yogyakarta,
Jenazah (36%) Saja Yang DAPAT

Jenazah ditemukan
teridentifikasi Dan Diserahkan Kepada Keluarga Yang
terpanggang Menjadi Separuh arang. Mempelajari doa KASUS Yang
berhak. Jenazah tersebut merupakan Jenazah Tenggelam di udara
BERBEDA tersebut DAPAT dijadikan dasar dasar hearts menentukan
laut DENGAN Rentang Waktu Bervariasi Mulai dari Hanya 2 hari
Prioritas identifikasi primer Akibat Perbedaan keutuhan Jaringan Tubuh
ditemukan Penghasilan kena pajak Kejadian Hingga 3 minggu sete l ah
Sesuai DENGAN modus Kejadian Kecelakaan. Perbedaan Suami akan
Ke j iklan i sebuah. ha l
Sangat mempengaruhi Pelaksanaan fase Rekonsiliasi hearts Upaya
tersebut Sangat
Perusahaan Company Dan penyerahterimaan Jenazah ditunjukan mempengaruhi keutuhan Dan DAPAT menghilangkan Tanda khas
kepada Keluarga Yang bersangkutan. Meskipun Terdapat skala Anda Seorang individu sebagai Bahan Pemeriksaan identifikasi
Prioritas Pemeriksaan namun prosedur pengajian Dan Tahap Forensik. Kesulitan
Pemeriksaan Harus dikerjakan Seluruhnya Baik Pemeriksaan primer Pemeriksaan identifikasi also dipengaruhi Kejadian Bencana Yang
Dan Pemeriksaan sekunder. bersifat terbuka Bencana . Bencana
tersebut merupakan Kejadian Bencana DENGAN Jangka Waktu
Korban Meninggal TIDAK DAPAT diketahui Beroperasi Pasti Dan Jelas
sehingga TIDAK DAPAT ditentukan apakah memiliki kesamaan
Jangka Waktu

KASUS DENGAN nama di PADA PT manifest Penumpang Yang


dalamkeadaanmeninggal dinyatakan. Dari 36 Jenazah Yang DAPAT
Kedua KASUS Kecelakaan Yang dilaporkan disebabkan KARENA
dievakuasi 13 Dari 36 Jenazah tersebut DAPAT dilakukan identifikasi
kelalaian Manusia Disertai DENGAN Kondisi alam Yang TIDAK
Dan Sesuai berdasarkan Kombinasi Pemeriksaan primer (
Bersahabat DENGAN Jangka Waktu Korban Yang Cukup Banyak.
Perbedaan terletak PADA LOKASI Tempat terjadinya Musibah
Bencana massal, yakni di laut dan DI darat DENGAN Cara Yang pengidentifikasi utama ) Dan sekunder ( sekunder
BERBEDA pula Yaitu Tenggelam Dan Terbakar. Dari Tempat Dan pengidentifikasi ). Satu Dari 13 Jenazah (7,7%) Yang
Cara Kejadian Yang BERBEDA Ternyata memberikan keberhasilan teridentifikasi memiliki Kondisi Fisik membusuk Awal sehingga DAPAT
identifikasi Yang BERBEDA. Hal Penyanyi selain dipengaruhi Oleh dilakukan pula teknik identifikasi sederhana Beroperasi visual yang
media, also dipengaruhi Oleh Kondisi kekuatan Jaringan ikat Yang ( fotografi ) Yang
Masih intak Terhadap Proses pembusukan, Serta lamanya Jenazah dikonfirmasi DENGAN Data Pemeriksaan primer gigi Dan sekunder
terpapar denganmedia pembusukan (Tabel 1). Medis Dan Properti. Mayoritas, Terdapat 10 Dari 13 Jenazah (77%)
teridentifikasi through Kombinasi Data-data yang Pemeriksaan
sekunder (
pengidentifikasi sekunder ) through Data Pemeriksaan
Medis ( medis ) Dan Properti ( Properti ).
KASUS 1 Aku den TIFI kas i Jenazah PADA TenggelamnyaKM.
Senopati Nusantara Terdapat 3 Dari 13 Jenazah (23%) Yang BERHASIL diidentifikasi
through Data Kombinasi Pemeriksaan primer Dan sekunder, Yaitu: 1
Akhir Tahun 2006 Terjadi tragedi Tenggelamnya Kapal Penumpang
Jenazah diidentifikasi DENGAN Kombinasi Data Pemeriksaan primer
KM Senopati Nusantara di perairan Rembang, JawaTengah
gigi (
yangmenewaskan ratusan Korban jiwa. TIDAK SEMUA Korban
catatan gigi medis
) Dan data sekunder Medis ( )
DAPAT dievakuasi Dan TIDAK SEMUA Proses identifikasi DAPAT
Dan fotografi ( fotografi ) , 1 Jenazah through
dilakukan Sesuai DENGAN Harapan. Dari
Kombinasi Data Pemeriksaan primer gigi Beserta gigi Tiruan lepasan
Jenazah Korban
Yang ditemukan didalamnya (catatan gigi) Dan Medis data sekunder (
medis ) Dan
Prawestiningtyas, Identifikasi Forensik ... 89

Properti ( Properti ) Dan 1 Jenazah diidentifikasi Semakin lama terpapar hearts udara Maka Proses pembusukan also
Data through Kombinasi Pemeriksaan DNA primer Data Dan akan berlangsung DENGAN Cepat sehingga akan menyebabkan
Pemeriksaan sekunder Medis Dan Properti (Gambar 1). TIDAK ADA terbatasnya Upaya Pemeriksaan primer. Proses identifikasi PADA
identifikasi Dari 13 Jenazah tersebut Yang DAPAT dilakukan Dari konsisi Harus dilakukan Kombinasi Pemeriksaan primer DENGAN
Pemeriksaan postmortem murni berdasarkan Pemeriksaan primer ( sekunder Beroperasi Cermat Dan Akurat. PADA KASUS Suami
Korban berikutnya ditemukan Penghasilan kena pajak 9-29 hari
pengidentifikasi utama ) Saja . Penghasilan kena pajak Kejadian sehingga TIDAK ADA Satu pun Yang
BERHASIL diidentifikasi berdasarkan Pemeriksaan primer Yang
Terjangkau Yaitu sidik jari maupun gigi KARENA Terjadi pembusukan
lanjut (Gambar 3). Hampir keseluruhan mengandalkan Pemeriksaan
13 Jenazah teridentifikasi: sekunder DENGAN hasil temuan DAPAT disebut teridentifikasi Bila
memenuhi 2 Kriteria Pemeriksaan sekunder, seperti Pemeriksaan
1. 7,7% Masih DAPAT using Metode sederhana visual yang digabung
Medis, maupun properti fotografi (Gambar 4 a, b dan c).
DENGAN Pemeriksaan primer-sekunder

2. 0% TIDAK DAPAT using murni Pemeriksaan primer Saja

13 Jenazah

77% Kombinasi 23% Kombinasi Pemeriksaan


Pemeriksaan Sekunder primer-sekunder
(MP)

33,3% 33,3% 33,3%

DR, M, Photogr DR (+ prothesa), M, P DNA, M, P

G ambar 1. Keberhasilan Identifikasi Jenazah Korban


Tenggelamnya Kapal Senopati Nusantara

Data Dari Diatas DAPAT diketahui bahwa Jenazah DENGAN


keadaanmembusuk Awal Yaitu ditemukan 2 hari Penghasilan kena
pajak Kejadian, memiliki kemudahan hearts Proses identifikasi
ANTARA lain KARENA Masih DAPAT dilakukan teknik sederhana Gambar 3. Pemeriksaan Primer Gigi TIDAK Akurat Akibat avulsi Gigi
through visual yang Yaitu foto Keluarga Yang ditunjukkan. Data postmortem Dan Hilangnya
tersebut Tetap dilakukan Konfirmasi DENGAN Pemeriksaan sekunder Jaringan Lunak.
yang lain, Yaitu ditemukannya sikatrik PADA kesemek Korban, Kumis
Dan tahi lalat (Gambar 2 a, b dan c). Kondisi pembusukan Awal also
Masih memungkinkan

diidentifikasi through Proses


Pemeriksaan primer Yang bersifat Ekonomis Dan pengerjaannya
efisien Yaitu Pemeriksaan gigi, meskipun Keluarga TIDAK DAPAT
merinci Kondisi gigi Korban DENGAN Tepat.
4a

SEBUAH C

4b

4c

Gambar 2. Metode Identifikasi Jenazah. Keterangan: Sebuah. Gambar 4. Pemeriksaan Sekunder.


Jenazah DAPAT diidentifikasi sederhana Beroperasi visual, b. Pemeriksaan sekunder Keterangan:
Medis: sikatrik; c. sekundermedis Pemeriksaan: kumis, tahi lalat. 4aPemeriksaan sekundermedis seks Dari danTinggi Badan 4bPemeriksaan sekunder
Properti Dari KTPyangmelekat 4c Pemeriksaan sekunder Medis Dari tatoo sebagai sarana
identifikasi.
90 Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. XXV No. 2, Agustus 2009

bencana dekat . Selain ITU mayoritas Korban berada


Status PADA Sosial Ekonomi Menengah keatas DENGAN Kesadaran
Pemeriksaan gigi sehingga

Gambar 5. Pemeriksaan Primer DNA sebagai


Alternatif Penentu Terakhir.
21 Jenazah teridentifikasi:

KASUS 2 Terbakarnya Pesawat Garuda GA 200 1. 5% Utuh, DAPAT using Metode sederhana visual yang digabung
PK-GZCBoeing737-400 DENGAN Pemeriksaan primer-sekunder

PADA Kecelakaan Pesawat Garuda GA200 PK-GZC Boeing 737-400 2. 95% Menjadi Separuh arang

jurusan Jakarta Yogyakarta, Saat melakukan pendaratan. Pesawat


Yang membawa 133 Penumpang dan 7 awak Pesawat Penyanyi
Terbakar Dan menewaskan 21 penumpangnya (20 Penumpang, 1 kru
66,7% murni DAPAT 33,3% Kombinasi
Pesawat). Dua puluh Dari 21 Jenazah Yang ditemukan (95%) teridentifikasi Dari Pemeriksaan primer - sekunder
mengalami Kondisi Menjadi Separuh arang Dan Hanya 1 Jenazah Pemeriksaan primer (DR)
Yang Relatif TIDAK Menjadi arang. Seluruh (21) Jenazah tersebut
DAPAT dilakukan identifikasi Beroperasi Tepat, sehingga DAPAT 66,7% 33,3%

Segera diserahterimakan ditunjukan kepada Keluarga Yang berhak. DR, P DR, M

Jenazah DENGAN Kondisi Terbakar akan Relatif LEBIH tahan lama


Gambar 6. Keberhasilan Identifikasi Jenazah Korban
terpapar pembusukan, Dan PADA KASUS Penyanyi Pemeriksaan
Terbakar Pesawat Garuda Indonesia.
identifikasi Forensik Segera dilaksanakan Satu Hari Penghasilan kena
pajak Kejadian.
DAPAT di lakukan Proses identifikasi Tepat
berdasarkan gigi geligi. Meskipun demikian Tetap Harus dilakukan
Pemeriksaan sekunder lain, seperti Pemeriksaan fotografi Dan
Properti (Gambar 8a
Kelebihan keberhasilan identifikasi PADA KASUS Penyanyi ANTARA lain Dan 8b). Pemeriksaan sekunder Medis justru
Adalah KARENA Sifat Bencana Yang Terjadi Adalah Bencana DENGAN mengalami keterbatasan Evaluasi Akibat PADA Jenazah Yang
tipe Tutup Bencana . tipe Terbakar Maka akan Terjadi perubahan Fisik Beroperasi Nyata Baik
Kejadian Bencana Suami memiliki Jangka Waktu Korban Tinggi badan Dan Ciri khas lain, kecuali Jenis Kelamin Yang DAPAT
Meninggal DAPAT diketahui Beroperasi Pasti Dan Jelas Dan dilakukan DENGAN membedah Jenazah. PADA KASUS Penyanyi
dinyatakan sama DENGAN Jangka Waktu nāma PADA PT manifest DAPAT disimpulkan bahwa Pemeriksaan primer (
Penumpang Yang dinyatakan TIDAK ADA ATAU dinyatakan utama
Meninggal. pengidentifikasi ) mempunyai Nilai Yang Sangat Tinggi
Dari 21 Jenazah Satu Jenazah (5%) memiliki Kondisi Fisik Masih Baik (95%) Bila dibandingkan DENGAN Pemeriksaan sekunder (
Beroperasi visual yang sehingga DAPAT pengidentifikasi sekunder ) Yaitu through
dilakukan teknik identifikasi sederhana Beroperasi visual ( Pemeriksaan primer gigi ( catatan gigi ).
fotografi ) Yang dikonfirmasi DENGAN
Data Pemeriksaan sekunder ( identifier sekunder s)
Dari Medis ( medis ) Dan Properti ( Properti ). 7a 7b
Mayoritas Jenazah, empatbelas sebanyak Jenazah (66,7%) Yang
Menjadi Separuh arang DAPAT diidentifikasi murni Dari Pemeriksaan
primer (
identifiiers utama ) Data berdasarkan gigi ( dental
arsip ).

Sisanya, sebanyak Enam Jenazah (33,3%) Yang Telah Menjadi


Gambar 7. Proses Pemeriksaan Jenazah Terbakar.
Separuh arang teridentifikasi through Kombinasi Pemeriksaan primer
Keterangan: 7 Sebuah. Kondisi Jenazah Terbakar hangus, sidik jari TIDAK
Dan sekunder, Yaitu: 4 Jenazah (66,7%) diidentifikasi DENGAN
DAPAT dievaluasi, 7b. Pemeriksaan gigi Yang Tetap Utuh Dan merupakan Ciri
Kombinasi Data Pemeriksaan primer gigi (
khasmasing-masing.
properti catatan gigi ) Dan
Data sekunder Properti ( ). doa Jenazah
(33,3%) diidentifikasi DENGAN Kombinasi Data Pemeriksaan primer 8b
8a
gigi ( catatan gigi medis ) Data Dan
sekundermedis ( ).

Dari data yang tersebut Tampak bahwa PADA KASUS Pemeriksaan


Jenazah Yang mengalami Terbakar Akibat hangusnya Pesawat
Garuda Masih DAPAT dilakukan Upaya Pemeriksaan primer
Gambar 8. Pemeriksaan Gigi.
Beroperasi optimal. Hal Suami KARENA disebabkan Proses Terbakar
Keterangan : 8a. Pemeriksaan sekunder fotografi, gigi DAPAT
menyebabkan keutuhan Jaringan penyangga, sehingga meskipun sidik
dijadikan identifikasi Bahan ditumpangkan, 8b. Pemeriksaan primer gigi Disertai
jari TIDAK DAPAT digunakan untuk review Proses identifikasi primer
DENGAN gigi Palsu .
namun Masih Terdapat gigi yangmelekat Utuh (Gambar 7a Dan 7b).
Kemudahan identifikasi didukung Sifat Bencana
DISKUSI

Data Pemeriksaan Jenazah Dari doa Kejadian


Prawestiningtyas, Identifikasi Forensik ... 91

Bencana Massal Yang BERBEDA memiliki Karakter Yang BERBEDA Kematian PADA Daerah DENGAN kelembaban tinggi, Panas Yang
pula terutama Dari keadaan Kondisi Jenazah, Proses Pemeriksaan Disertai DENGAN Tingkat AKTIVITAS larva lalat Yang Tinggi. PADA
Jenazah Dan keberhasilan identifikasi keadaan yang normal adanya Kandungan kelembaban sebesar 30%
Jenazah. Hal tersebut DENGAN temperatur 70 F, Tujuh Tahapan Proses pembusukan
0
terutama disebabkan KARENA Kondisi Utama Jenazah Yang Semakin akanmulai Nampak selama 24 jampost mortem (3). PADA Jenazah
TIDAK Utuh Maka akan Semakin mempersulit Proses identifikasi Terbakarnya Korban Pesawat Garuda sebanyak 20 Dari 21 Jenazah
Jenazah, sehingga akan mempengaruhi keberhasilan Penentuan Yang ditemukan (95%) mengalami Kondisi Rusak Menjadi Separuh
Identitas individu.
arang (

Perbedaan Keadaan Jenazah Korban Tragedi Tenggelamnya KM. Luka bakar parah Almarhum ) Dan Hanya 1 Jenazah
Senopati Dan Terbakarnya Pesawat Garuda Yang Relatif arang tidakmenjadi. 21 Jenazah tersebut DAPAT
dilakukan identifikasi Beroperasi Tepat. PADA KASUS Penyanyi
Pemeriksaan primer Dari data yang gigi Masih DAPAT dilakukan
PADA Jenazah Tenggelamnya Korban KM. Senopati Tampak bahwa
dibandingkan Pemeriksaan primer yang lain Yang bersifat murah,
sebagian gede (97,3%) Jenazah Telah mengalami pembusukan lanjut.
Mudah Dan Akurat Yaitu Pemeriksaan sidik jari. Identifikasi DENGAN
Hal Suami
sidik jari, mata, kulit TIDAK DAPAT dilakukan KARENA Semuanya
dikarenakan KARENA Jenazah tersebut sebagian gede hearts selang
Telah Menjadi Kerangka Dan Sisa kulit Yang Terbakar Telah terpapar
Waktu minimal 3-4 hari Dan Maksimal 29-30 hari Penghasilan kena
Panas sehingga Sulit diidentifikasi. Pemeriksaan sekunder PADA
pajak Kejadian. Dalam Jangka Waktu tersebut minimal, didukung
KASUS Terbakar akan mengalami Banyak permasalahan KARENA
DENGAN keadaan Lingkungan Sekitar Tempat
ANTARA lain pakaian maupun Segala Perhiasan justru akan berfungsi
Jenazah tersebut
sebagai konduktor, Panas penghantar, sehingga akan Menjadi LEBIH
ditemukan, Yaitu nematoda di udara di lautan
Cepat Terbakar Dan hangus (3,4,8). Sebagian tulang tidak ditemukan,
prabayar bebas, KECEPATAN Proses pembusukan Menjadi LEBIH Cepat.
kemungkinan Telah Hancur Menjadi abu. Hal Penyanyi dimungkinan
KARENA PADA Saat Terbakar Korban mengenakan pakaian. Korban
PADA Proses pembusukan lanjut akan terbentuk ATAU Menuju PADA Yang berpakaian LEBIH Cepat Hancur Dan kerusakan LEBIH komplit
Arakh Proses skeletonisasi, Yang diawali DENGAN adanya Proses Bila Terbakar dibandingkan DENGAN Yang TIDAK memakai pakaian.
Autolisis Jaringan Dan pembusukan. Skeletonisasi merupakan Proses Hal Penyanyi pakaianmerupakanmedia dikarenakan yang Baik untuk
hilangnya ATAU lepasnya Jaringan Lunak Dari tulang. Proses review Kejadian Kebakaran. Terbakar PADA Tempat Terbuka
Penyanyi DAPAT Terjadi Beroperasi Lengkap PADA Seluruh ATAU biasanya TIDAK Terjadi luka bakar komplit, kecuali Bila using Bahan
sebagian Jaringan Lunak terutama PADA tulang Yang terekspos Saja. bakar untuk review meningkatkan fungsi fungsi api sebagai pembakar,
Proses Awal sehingga Tubuh Sampai Menjadi arang. Also mungkin Suhu Panas
terjadinya Yang Tinggi. Bohnert Also mungkin Suhu Panas Yang Tinggi. Bohnert
pembusukan Adalah adanya kerusakan sel through Proses Autolisis. Also mungkin Suhu Panas Yang Tinggi. Bohnert
Proses Penyanyi memiliki doa Tahap yakni
awal reversibel Dan akhir ireversibel. Keadaan lanjut
Dari Proses Tahap 2 ( akhir ireversibel ) Adalah
terbentuknya MEKANISME Autolisis Sales manager PADA Seluruh
Jaringan Lunak Tubuh Yang Telah mengalami pembusukanyang et al . .
Berhubungan DENGAN Proses sintesa ATP. Jaringan DENGAN (1998) hearts penelitiannya TENTANG Tingkat kerusakan Tubuh
biosintesa Dan transportasi membran Tingkat Tinggi akan mengalami Manusia hearts kaitannya DENGAN paparan Panas api
kerusakan terlebih PT KARYA CIPTA PUTRA. Pembusukan diawali menyebutkanproses kerusakan Tubuh Sangat Parah PADA Suhu 67
DENGAN organ: traktus digestivus, Jantung, Darah Dan Sistem
0 0
-810 C. Senada DENGAN Temuan tersebut Penelitian Buikstra et.al
sirkulasi, Otot Jantung kemudian traktus respiratorius Dan paru (1984) menyatakan bahwa tulangmampumenahan Panas Sampai 600
selanjutnya ginjal Dan Kandung empedu Lalu otak Dan Jaringan Saraf, C (3) .
Otot Rangka Dan terakhir di Jaringan konektif Dan integumen Jaringan
0

Lunak DENGAN kadar kolagen Tinggi akan memiliki Tingkat lisis Yang.
PADA kasusPesawat Garuda Telah Terjadi luka bakar Tingkat empat
LEBIH gede, sehingga baru akan Tampak PADA Proses pembusukan
dalam Yaitu PADA kulit, Dan Jaringan dibawahnya Telah Terjadi
Tingkat lanjut. PADA KASUS Penyanyi Proses pembusukan PADA
kehancuran komplit Dan terbentuk arang. PADA Kebakaran Tingkat 4
Daerah mandibula Dan maksila PADA Jenazah Korban Tenggelamnya
Maka kulit akan mengkerut (mengetat Dan kontraksi), Hal Penyanyi
KM Senopati
Terjadi KARENA PADA Terbakar Terjadi penyusutan Berat Tubuh>
60% dan Akibat Pemanasan Maka Terjadi koagulasi protein Yang
terutama menyebabkan Otot mengecil diikuti mengkerutnya kulit. Dikatakan
terletak PADA adanya Jaringan penyangga ANTARA tulang rahang bahwa Telinga Yang Terbakar DAPAT Menjadi mengkerut Sampai 2/3
Dan tulang gigi yakni adanya peridontal ligamen periodontal ATAU bagiannya. Untuk tulang Yang TIDAK terproteksi, Saat terpapar Panas
membran. Hal Inilah Yang akan mempengaruhi ketidakberhasilan Maka akan mengalami Proses: Rapuh (
Penentuan identifikasi forensikmelalui Pemeriksaan primer DENGAN
Bahan gigi, KARENA akan menyebabkan hi langnya gigi Dari

Tempat charring ) , Retak ( Cracking ) , Patah ( pecah ) Dan


menancapnya Baik PADA mandibula maupun maksila. Menjadi abu ( kalsinasi ) (7). Sedangkan gigi, selain
dikatakan sebagaimana sidik jari, media merupakan Yang TIDAK
Mudah Rusak seperti sidik jari
Proses akhir Tahap pembusukan Yang ditandai DENGAN
tisu (9). * Menurut Schaefer (2001) gigi memiliki Daya tahan
terbentuknya skeletonisasi, dilaporkan akan Terjadi pagar Cepat Tiga
Terhadap dekomposisi Dan Panas Hingga Suhu 1000 F, KARENA gigi
(3) hari Penghasilan kena pajak 0
dikelilingi Oleh
92 Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. XXV No. 2, Agustus 2009

Suatu matrik Yang terdiri Dari garam anorganik adanya Sifat individualistik Yang Sangat Tinggi (5,
hidroksiapatit kristal Yang tersusun differences kalsium 11).
Dan fosfor, sehingga DAPAT Bertahan LEBIH lama (10). Kedua
KASUS menunjukkan Tempat Kejadian Yang BERBEDA akan
mempengaruhi KECEPATAN Proses pembusukan. Jenazah Yang Tubuh korban
berada di Udara Terbuka akan membusuk doa kali
LEBIH Cepat
dibandingkan DENGAN Jenazah Yang ADA di udara. Namun PADA
KASUS Penyanyi memiliki Perbedaan Pola KARENA Proses Cara
Kematian Yang BERBEDA. PADA Jenazah Yang Meninggal di Udara
Terbuka namun hearts Kondisi Terbakar Maka akan mempengaruhi
TIDAK Hanya Proses pembusukannya, namun also akan
DNA
mempengaruhi Proses keberhasi lan Pemeriksaan Identitas Jenazah
FP DR
KARENA Efek api terhadaptubuh

jenazahyang
bersangkutan.Sebagai Bahan Pemeriksaan identifikasi primer, baik M
sidik jari PADA KASUS Tenggelam Dan Terbakar memiliki kesamaan
Tingkat kesulitan Pemeriksaan. Hal Suami disebabkan PADA Jenazah
Yang Tenggelam Telah Terjadi pengelupasan kulit ari Dan PADA PG P
Jenazah Yang Terbakar Maka akan Terjadi kerusakan Struktur kulit.
PADA kedua KASUS tersebut TIDAK DAPAT using sidik jari sebagai
Bahan identifikasi. Penentuan identifikasi
Post Mortem data

Forensik berdasarkan Identifier sekunder: pengidentifikasi utama:


Pemeriksaan primer Masih DAPAT dilakukan DENGAN Pemeriksaan M ( Medis Fotografi
) FP ( Fingers Cetak Gigi)

gigi geligi Yaitu PADA Jenazah Terbakar KARENA gigi merupakan PG ( Properti ) DR ( Rekaman )
P( ) DNA ( tes DNA )
media Yang TIDAK Mudah jaringan sidik jari Rusak seperti Dan
memiliki Daya tahan Terhadap dekomposisi Dan Panas. Selain ITU
Akibat Pemanasan Terjadi koagulasi protein Yang menyebabkan Otot Gambar 9. Skema Pemeriksaan Post Mortem
mengecil diikuti mengkerutnya kulit, termasuk pengerutan peridontal Jenazah (5).
ligamen periodontal ATAU membran sebagai Jaringan penyangga
tulang Dan gigi. Bila ditemukan Jenazah Korban Bencana massal Maka tim Pemeriksa
Jenazah ATAU tim post mortem akan melakukan komparasi data yang
DENGAN tim pengumpul Fakta orangutan Hilang ATAU tim ante
Hal Suami akan Sulit dilakukan PADA Jenazah Yang Meninggal mortem Yang datanya TIMAH Dari
DENGAN Cara Tenggelam. PADA Jenazah Yang Meninggal hearts Keluarga Laporan.
udara PADA Saat Proses pembusukan berlangsung Disertai DENGAN Berdasarkan komparasi Pemeriksaan masingmasing tim Bila Terdapat
Proses pembusukan PADA maksila Dan mandibula Yang akan diikuti Tiga macam pengidentifikasi utama, Pemilihan sebaiknya dilakukan
DENGAN terlepasnya gigi Dari tulang Akibat lisis Jaringan penyangga. terlebih PT KARYA CIPTA PUTRA Pemeriksaan Yang bersifat: Cepat,
Gigi Yang terlepas akan Sulit dilakukan Pemeriksaan KARENA Akurat, Efektif terutama dalamhal Ekonomis. Dalam skema Gambar 9,
sebagian gede akan Jatuh hearts udara. Hal pula Suami Yang meskipun DNA merupakan shalat Satu Bagian Dari Pemeriksaan
mempengaruhi keberhasilan identifikasi primer through Pemeriksaan primer namun diletakkan hearts Sisi yang. Hal Penyanyi mengingat
gigi geligi PADA Korban Tenggelam. bagaimanapun Pemeriksaan DNA, baik nukleus maupun mi tokondr
besarbesaran merupakan Pemeriksaan identifikasi Yang Terpercaya,
hearts pelaksanaannya tetapmemerlukanwaktu Dan mencakup biaya
Yang Relatif mahal, meskipun bersifat sensitif (5,12). Sebaliknya
Prioritas Cara Pemeriksaan Primer Mencari Google Artikel Kondisi Pemeriksaan sekunder differences dilakukan sebagai telkom rutin
FisikJenazahPadaDuaKasusBerbeda Sesuai Prosedur meskipun hasil temuan Pemeriksaan primer Sudah
DAPAT dilakukan identifikasi. Syarat
Mayoritas Jenazah Korban Terbakarnya Pesawat Garuda, sebanyak
14 Dari 20 Jenazah Yang Menjadi Separuh arang DAPAT diidentifikasi
murni Dari Pemeriksaan primer (
ident utama IERS IFI (catatan )
berdasarkan gigi Data gigi). Sebaliknya
TIDAK ADA Jenazah Korban KM Senopati Yang teridentifikasi identifikasi dikatakan Tepat, Yaitu menentukan Identitas
berdasarkan Pemeriksaan primer ( Seseorang to positively berdasarkan
pengidentifikasi utama ) Saja. Identifikasi Dewan DVI Indonesia
Adalah didukung minimal shalat Satu utama
Sehingga Prioritas identifikasi Jenazah DAPAT
pengidentifikasi positif, ATAU didukung DENGAN minimal
dilakukan BERBEDA Sesuai DENGAN kekhususannya. PADA
doa pengidentifikasi sekunder positif.
Prinsipnya Pemeriksaan primer ATAU pengenal primer memiliki Nilai
keakuratan Yang LEBIH Tinggi dibanding Berdasarkan Pemeriksaan Korban bencanamassal tersebut Penulis
pengidentifikasi sekunder KARENA mengambil KESIMPULAN bahwa Prioritas Pemeriksaan primer
Berdasarkan Jenis
Prawestiningtyas, Identifikasi Forensik .. 93.

KASUS (Gambar 9). PADA Korban Pesawat Terbakar Maka Terdapat Pemeriksaan primer lain seperti sidik jari namun differences
keutuhan Jaringan penyangga KARENA Sifat organ Dan Jaringan dikombinasikan DENGAN Pemeriksaan Pendukung sekunder. PADA
Yang Terbakar Adalah akan MEMBUAT Jaringan tersbeut mengkerut Jenazah Yang tenggelamdengan pembusukan lanjut keadaan gigi
Dan menyusut Dari volume yang Segi. Hal tersebut menyebabkan gigi TIDAK memungkinkan digunakan sebagai Bahan Prioritas identifikasi
sebagai penanda identifikasi primer Masih DAPAT sehingga Harus using Kombinasi Pemeriksaan sekunder. Sebagai
Tindak lanjut disarankan Data Identitas Penduduk TIDAK Hanya
Terjaga keutuhannya
tergantung PADA Kartu sidik jari melainkan Mulai untuk review
dibandingkan PADA Jenazah Yang Tenggelam. Mencari Google Artikel
digalakkan kepemilikan Kartu Identitas Yang Memuat Data Rekam gigi
demikian Rekam gigi merupakan Prioritas Pemeriksaan Utama
ATAU bilamemungkinkan dataDNA.
(Prioritas 1) Yang Harus
dilakukan SEBELUM melakukan Pemeriksaan sekunder baikmedis,
Properti Dan fotografi.

Hasil KM Korban. Senopati Pemeriksaan Primer Korban Hasil


Yang dilakukan Pesawat
Garuda

- Destruksi tahap SIDIK JARI (I) Terbakar -


VIII Tingkat IV

± hilangnya bertahap Rekam GIGI Tidak lengkap, + +


(Prioritas 1/2) jaringan lunak, parsial (II) kelangsungan hidup (Prioritas 1)

skeletonized Tissue:
potongan
tulang

Kombinasikan DENGAN Pemeriksaan


(Prioritas 1/2) Sekunder SEBELUM melakukan (Prioritas 2)
Pemeriksaan primer terakhir di

Perlu dilakukan PADA TIDAK Perlu, terlebih Bila


Jenazah, terlebih Bila data Telah didukung data
yang Pemeriksaan sekunder yang positif Pemeriksaan
Tampak meragukan DNA (III) sekunder

(Prioritas 3)

Gambar 10. Hasil Prioritas Identifikasi Jenazah PADA Korban Tenggelam Dan Pesawat Terbakar.

Sebaliknya PADA Korban Kapal Yang Tenggelam Terdapat DAFTARKEPUSTAKAAN


ketidakutuhan Jaringan penyangga, Semakin lama terpapar Media
1. Saparwoko E. DVI di Indonesia: Sebuah Tinjauan,
pembusukan padaudara Dan udara mempengaruhi kerusakan
.
hearts DVI Lokakarya Bandung November 25-27 2006.
Jaringan Tubuh termasuk Jaringan penyangga PADA gigi. Hal tersebut
.
menyebabkan Rekam gigi TIDAK DAPAT dijadikan Prioritas Utama
Proses identifikasi (memiliki prioritas½) karenamutlak Harus dilakukan 2. Blau S. Peran antropologi Forensik dalam identifikasi korban
Pemeriksaan sekunder sebagai Bahan identifikasi DENGAN Prioritas bencana: Singkat Ikhtisar,
Yang sama, Pemeriksaan primer TIDAK DAPAT diprioritaskan. Apabila hearts DVI Lokakarya Bandung November. 25-27 2006.
Pemeriksaan sekunder Yang Seharusnya DAPAT dijadikan Bahan .
untuk review mengident jika IKASI
3. Haglund W, Sorg M. Forensik aphonomy, The
posting nasib mortem dari sisa-sisa manusia. CRC
Tekan. KAMI; 1996 .
dianggap individu
meragukan, DAPAT dilakukan Pemeriksaan DNA sebagai Prioritas 4. Bukit T. Disastermanagement dan identifikasi: gambaran singkat,
berikutnya. hearts DVI Lokakarya Bandung .
. 25-27November 2006.

KESIMPULAN 5. Interpol. Bencana panduan identifikasi korban,


terjemahan Musaddeq, Buku Pedoman Indentifikasi Korban
Perbedaan doa Kejadian Bencana massal menunjukkan Karakter Yang
Bencana Massal (IKBM); 2005
BERBEDA terutama keadaan Kondisi .
Jenazah, Proses Pemeriksaan
Jenazah sehingga mempengaruhi keberhasilan identifikasi Jenazah. 6. Notosuhardjo I. Penentuan Jenis Kelamin
Kondisi Utama Jenazah Yang Semakin TIDAK Utuh akan Semakin berdasarkan pemer i ksaan DNA Dan antropometri
mempersulit pr OS i den TIFI kas i
tulang. [Disertasi] .Surabaya:
UniversitasAirlangga. 1999 .
j enazah, seh i ngga
mempengaruhi keberhasilan Penentuan Identitas Seorang individu. 7. Camps G. obat Hukum 3 ed.JohnWright &
PADA Jenazah Terbakar DENGAN keadaan gigi geligi Yang Masih anak Ltd; Briston; 1976 .
Relatif Baik Maka Pemeriksaan primer LEBIH dititik beratkan PADA
8. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. standar
pemer i ksaan gigi dibandingkan DENGAN
nasional Rekam medik kedokteran gigi:
Odontogram. Departemen Kesehatan RI
Jakarta; 2004.
94 Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. XXV No. 2, Agustus 2009

9. Idries AM, Tjiptomartono AL. Penerapan ilmu


kedokteran Forensik hearts Proses penyidikan.
Jakarta; SagungSeto; 2008 .

10. Indriati E. Antropologi Forensik, identifikasi


Rangka Manusia, Aplikasi antropologis biologis hearts Konteks
hukum. Yogyakarta; Gadjah
MadaUniversityPress; 2004 .

11. Cattaneo C, Porta D, Malaikat D, et al.


mayat tak dikenal dari sisa-sisa manusia. Sekilas Italia melalui
masalah Eropa.
ForensicScience International. 2009; 195: 167.

12. Humas UniversitasAirlangga. Peran Dokter Gigi


hearts identifikasi Korban Bencana . On line
[WWW] 0,2006. http://www.unair.ac.id. [Diakses Tanggal
29Oktober 2008]

13. Lukman D. Buku Ajar Ilmu kedokteran gigi


Forensik. Jilid 1. Jakarta; CV Sagung Seto;
2006.

14. M oon R. T hechronologyof


penguraian . Onl ine [WWW] . 2006.
http://www.searchdogs.org/articles/chronology% 20of% 20
Death.pdf. [Diakses Tanggal 25 Februari 2009]

15. Pounder D. Waktu kematian. Departemen


Kedokteran Forensik; University of Dundee; 2005.

16. Vass A. Kubur, memahami decompisition manusia.


University of Tennesse di
Forensik Anthropolgy. Oak Ridge National L aboratory. O nline
[WWW] .
2001.http: //pages.newton.k12.ct.us/ndmc. [Diakses Tanggal
25Februari 2009]

Anda mungkin juga menyukai