F. Reorganisasi tulang
1. Tulang mempertahankan bentuk eksternalnya selama masa
pertumbuhan akibat proses reorganisasi konstan, disertai proses
pengerasan tulang (oleh osteoblas) dan proses resorpsi (oleh
osteoklas) yang terjadi pada permukaan dan di dalam tulang.
2. Tulang adalah jaringan plastik yang hidup. Tulang mengadaptasikan
bentuk dan arsitekturnya terhadap stres, aktivitas, saat pemakaian,
saat tidak dipakai, dan penyakit melalui keseimbangan kerja
osteoblas dan osteoklas, dan dikendalikan oleh faktor-faktor hormon
dan nutrisi.
a. Hormon yang mempengaruhi proses pertumbuhan juga
reorganisasi kehidupan antara lain hormon pertumbuhan,
hormon tiroid, kalsitonin, hormon paratiroid, dan hormon
kelamin (androgen dan estrogen).
b. Faktor nutrisi yang penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan tulang yang sempurna meliputi kalsium, fosfor,
dan vitamin A dan D.
II. ANATOMI RANGKA: RANGKA AKSIAL. Rangka aksial terdiri dari tulang-
tulang dan bagian kartilago yang melindungi dan menyangga organ-organ
kepala, leher, dan dada. Bagian rangka aksial meliputi tengkorak, tulang
hioid, osikel auditori, kolumna vertebra, sternum dan tulang iga.
B. Vertebra
1. Kolumna vertebra menyangga berat tubuh dan melindungi medulla
spinalis. Kolumna ini terdiri dari vertebra-vertebra yang dipisahkan
diskus fibrokartilago intervertebral.
a. Ada tujuh tulang vertebra serviks, 12 vertebra toraks, 5
vertebra limbal, dan 5 tulang vertebra sakrum yang menyatu
menjadi tulang koksiks.
b. Ke-31 pasang saraf spinal keluar melalui foramina (foramen)
intervertebralis di antara vertebra yang letaknya bersebelahan.
2. Struktur khas vertebra
a. Badan atau sentrum menyangga sebagian besar berat tubuh.
b. Lengkung saraf (vertebra), yang terbentuk dari dua pedikel
dan lamina, membungkus rongga saraf dan menjadi lintasan
medulla spinalis.
c. Sebuah prosesus spinosa menonjol dari lamina ke arah posterior
dan inferior untuk tempat perlekatan otot.
d. Prosesus transversa menjorok ke arah lateral.
e. Prosesus pengartikulasi inferior dan prosesus pengartikulasi
superior menyangga faset untuk berartikulasi dengan vertebra
atas dan vertebra bawah.
3. Variasi regional pada karakteristik vertebra (Gambar 7-7)
a. Semua vertebra serviks memiliki foramina transversal untuk
lintasan arteri vertebra. Vertebra serviks pertama dan kedua
dimodifikasi untuk menyangga dan menggerakkan kepala.
(1) Atlas adalah vertebra serviks pertama dan tidak memiliki
badan.
(2) Aksis adalah vertebra serviks kedua. Vertebra ini memiliki
prosesus odontoid yang menonjol ke atas dan bersandar
pada tulang atlas.
(3) Vertebra serviks ketujuh memiliki prosesus spinosa yang
panjang, sehingga dapat teraba dan terlihat pada pangkal
leher. Oleh karena itu, vertebra ini sering disebut sebagai
vertebra prominens.
b. Vertebra toraks memiliki prosesus spinosa panjang, yang
mengarah ke bawah, dan memiliki faset artikular pada prosesus
transversus, yang digunakan untuk artikulasi tulang iga.
c. Vertebra lumbal merupakan vertebra terpanjang dan terkuat.
Prosesus spinosanya pendek dan tebal, serta menonjol hampir
searah garis horisontal.
d. Sakrum adalah tulang triangular. Bagian dasar tulang ini
berartikulasi dengan vertebra lumbal kelima.
(1) Di arah lateral, banyak terdapat foramen (lubang) pada
sakrum untuk lintasan arteri dan saraf.
(2) Tepi anterior bagian atas sakrum adalah promontorium
sakrum, suatu tanda obstretik yang dipakai sebagai petunjuk
untuk menentukan ukuran pelvis.
e. Koksiks (tulang ekor) menyatu dan berartikulasi dengan ujung
sakrum, yang kemudian membentuk sendi dengan sedikit
pergerakan. Pergerakan ini penting selama melahirkan untuk
membentuk jalur keluar kepala janin.
4. Lengkung pada kolumna vertebra
a. Lengkung primer, yaitu konkaf/cembung (berbentuk-C)
terbentuk pada area toraks dan pelvis selama pertumbuhan
janin.
b. Lengkung sekunder, yaitu konveks/cekung terbentuk pada
spina serviks setelah kelahiran saat bayi mulai mengangkat
kepalanya, dan pada spina lumbal saat bayi mulai berdiri dan
berjalan.
c. Lengkung abnormal
(1) Skoliosis, yang dapat muncul selama masa pertumbuhan
yang cepat (masa remaja), yaitu lengkungan latera spina
dengan rotasi pada vertebra.
(2) Kifosis, yang merupakan kasus kongenital (bawaan lahir)
atau akibat penyakit, merupakan lengkung posterior yang
berlebihan pada bidang toraks; biasanya disebut punggung
bungkuk.
(3) Lordosis (swayback) adalah lengkung anterior yang
berebihan pada area lumbal.
5. Gangguan pada vertebra
a. Diskus terherniasi (keluar)
(1) Diskus intervertebral terletak di antara dua badan tulang
vertebra yang berdekatan dan bertindak sebagai peredam
stres di antara kedua tulang tersebut.
(2) Setiap diskus mengandung suatu massa sentral, nukleus
pulposus, yang tersusun dari jaringan kartilago lunak dan
elastik yang diselimuti oleh lapisan fibrokartilago bagian luar,
anulus fibrosus. Anulus ini terdiri dari cincin fibrosa
konsentris yang menahan nukleus pulposus tetap di
tempatnya.
(3) Sejalan dengan pertambahan usia, atau akibat cedera, anulus
fibrosus kehilangan daya elastisitasnya sehingga nukleus
pulposus dapat keluar dari tempatnya, dan menekan medulla
spinalis atau akar saraf, serta menimbulkan nyeri (Gambar 7-
8).
b. Spina bifida adalah suatu defek kongenital yang di dalamnya
dua lamina pada lengkungan vertebra gagal menyatu di garis
tengah, sehingga menyebabkan jaringan pada medulla spinalis
menonjol. Defek ini paling sering terjadi di area lumbal.
IV. PERSENDIAN