Anda di halaman 1dari 2

BAB 2

KONSEP DAN TEORI KEPERAWATAN KOMUNITAS

2.1. Konsep keperawatan komunitas

komunitas adalah komponen penting dari pengalaman manusia sebagai bagian dari
pengalaman yang saling terkait dengan keluarga, rumah, serta berbagai ragam budaya
dan agama (Ervin, 2002). Keperawatan kesehatan komunitas adalah area pelayanan
keperawatan profesional yang diberikan secara holistik (bio-psiko-sosio-spritual) dan
difokuskan pada kelompok risiko tinggi yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan
melalui upaya promotif, preventif, tanpa menhabaikan kuratif dan rehabilitatif dengan
melibatkan komunitas sebagai mitra dalam menyelesaikan masalah (Hithcock, Scubert
dan Thomas, 1999; Allender dan Spradley, 2001, Stanhope dan Lancaster, 2016).

Praktik keperawatan komunitas adalah sintesis praktik keperawatan dan praktik


kesehatan masyarakat, diaplikasikan dalam peningkatan dan pemeliharaan kesehatan
masyarakat (populasi),menggunakan ilmu yang berasal dari keperawatan, sosial, dan
kesehatan masyarakat (Stanhope dan Lancaster, 2016). Lingkup praktik keperawatan
komunitas adalah generalis dan spesialis. Praktik keperawatan generalis bertujuan
memberikan asuhan keperawatan komunitas dasar (basic community) dengan sasaran
individu, keluarga, dan kelompok untuk beberapa aspek keterampilan dasar (beginning
skill). Sedangkan praktik keperawatan spesialis bertujuan memberikan asuhan
keperawatan komunitas lanjut (advanced nursing comunnity) dengan sasaran kelompok
(agregat) dan masyarakat serta masalah individu dan dan keluarga yang kompleks.

2.1.1. Tujuan keperawatan komunitas

Tujuan keperawatan komunitas adalah mempertahankan sistem klien dalam keadaan


stabil melalui upaya prevensi primer, sekunder, dan tersier (Pacala, 2007; Wallace,
dalam Allender; Rector; dan Warner, 2014). Adapun penjelasan mengenai upaya
prevensi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Prevensi Primer
Prevensi primer ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat yang sehat. Bentuk tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah
promosi kesehatan dan perlindungan spesifik agar terhindar dari masalah/penyakit.
Contohnya adalah memberikan imunisasi pada balita, pemberian vaksin, serta
promosi kesehatan tentang perilaku hidup bersih dan sehat.

b. Prevensi sekunder
Prevensi sekunder ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat yang berisiko mengalami masalah kesehatan. Bentuk intervensi yang
dapat dilakukan adalah pelayanan/asuhan keperawatan mencakup identifikasi
masyarakat atau kelompok yang berisiko mengalami masalah kesehatan, melakukan
penanggulangan masalah kesehatan secara tepat dan cepat, upaya penemuan penyakit
sejak awal (skrining kesehatan), pemeriksaan kesehatan berkala, serta melakukan
rujukan terhadap masyarakat yang memerlukan penatalaksanaan lebih lanjut.

c. Prevensi Tersier

Prevensi tersier ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan


masyarakat pada masa pemulihan setelah mengalami masalah kesehatan. Bentuk
intervensi yang dapat dilakukan adalah upaya rehabilitasi pasca perawatan di fasilitas
tatanan pelayanan kesehatan lain untuk mencegah ketidakmampuan, ketidak
berdayaan atau kecacatan lebih lanjut. Contoh tindakan yang dilakukan adalah
melatih rentang pergerakan sendi/range of motion (ROM) pada klien pasca stroke,
atau melakukan kegiatan pemulihan kesehatan pasca bencana.

Anda mungkin juga menyukai