± 1 hari yang lalu keluhan nyeri pada telinga penderita dirasakan bertambah hebat. Penderita mengeluh sangat kesulitan makan karena rasa
nyeri pada telinga bertambah berat saat membuka mulut. Sakit dirasakan sepanjang hari hingga mengganggu konsentrasi dan aktivitas.
Keluhan sakit kepala (+), keluar darah dari telinga (-), keluar cairan dari telinga (-), telinga berdenging (-), rasa pusing berputar (-),
pendengaran terganggu atau menurun (-), demam (-). Keluhan lain seperti batuk (-), pilek (-), nyeri menelan (-), suara serak (-), sakit gigi
(-).Riwayat DM dan Hipertensi Disangkal
.
Tujuan :
Tn A datang ke Puskesmas Labuha. OS mengaku ± 3 hari yang lalu penderita mengeluh timbul nyeri pada telinga kanan secara tiba-tiba.
Nyeri dirasakan berdenyut, terus menerus dan nyeri pada telinga kanan. Nyeri bertambah berat saat telinganya dipegang dan saat
mengunyah atau membuka mulut. Penderita juga mengeluh sakit kepala terutama di sisi sebelah kanan. Keluar darah dari telinga (-),
keluar cairan dari telinga (-), telinga berdenging (-), rasa pusing berputar (-), pendengaran terganggu atau menurun (-). Penderita juga
mengeluh demam, suhu tubuh tidak diukur, namun dirasakan tidak terlalu tinggi, demam naik turun dan disertai menggigil, keringat dingin
(-). Keluhan lain seperti batuk (-), pilek (-), bersin-bersin (-) nyeri menelan (-), suara serak (-), sakit gigi (-). Karena nyeri dirasakan
mengganggu penderita lalu berobat ke bidan dan diberi obat asam mefenamat 500 mg 3x1 dan Amoxicilin 500mg 3x1 namun keluhan
tidak berkurang. Satu hari sebelumnya, penderita mengaku mengorek kedua telinga menggunakan cotton buds.
± 1 hari yang lalu keluhan nyeri pada telinga penderita dirasakan bertambah hebat. Penderita mengeluh sangat kesulitan makan karena rasa
nyeri pada telinga bertambah berat saat membuka mulut. Sakit dirasakan sepanjang hari hingga mengganggu konsentrasi dan aktivitas.
Keluhan sakit kepala (+), keluar darah dari telinga (-), keluar cairan dari telinga (-), telinga berdenging (-), rasa pusing berputar (-),
pendengaran terganggu atau menurun (-), demam (-). Keluhan lain seperti batuk (-), pilek (-), nyeri menelan (-), suara serak (-), sakit gigi
(-).Riwayat DM dan Hipertensi Disangkal
3. Riwayat Penyakit :TB Paru (-), DM (-) Hepatitis (-), keganasan (-), Sakit jantung (-)
6. Kondisi Lingkungan Sosial : Os tinggal di Desa Gandasuli Memiliki 1 anak, serumah dengan keluarga berjumlah 3 orang
7. Lain – lain
Objective
Kesadaran : Compos Mentis ; Kesan sakit : tampak sakit ringan.
TB : 176 cm
BB : 68 kg
Tanda Vital : TD : 110/70 mmHg, Nadi : 110 x/menit, isi cukup, regular, RR : 18 x/menit, tipe abdominal-thoracal.Suhu : 36,7
ºC SpO2 : 99 %
GCS : E4 V5 M6.
Status Generalis :
Kulit : Sawo matang, turgor baik
Kepala : Normosefal, tidak ada deformitas
Rambut : warna hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Mata : conjungtiva anemis (-/-), Sclera icteric (-/-), pupil bulat isochor
Telinga : Di status Lokalis
Hidung : Deviasi (-), Sekret (-)
Tenggorokan : Tonsil T1 / T1, Mukosa Faring tidak Hyperemis
Gigi dan Mulut : mukosa mulut tenang.
Leher : JVP < 5 cmH2O Pembersaran KGB (-)
Paru
Inspeksi : frekuensi pernapasan : 16x/ menit, tipe abdominal-thoracal. Pergerakan pola napas simetris, penggunaan otot
bantu pernapasan (-).Barrel chest (-)
Palpasi : Simetris, Vocal vremitus kanan dan kiri sama
Perkusi : Sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : Ronchi paru kanan (-)/ Rhonki paru kiri (-). pleural friction rub (-)
Jantung :
Inspeksi : Ictus Cordis 1 cm LMCS
Palpasi : Ictus cordis 1cm LMCS
Perkusi : Batas jantung normal.
Auskultasi : S1 – S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Tidak Terdapat deformitas dan efloresensi yang bermakna, ascites -, sagging of flank -
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Abdomen timpani.
Palpasi : Supel,Nyeri Tekan -. Hepar / Lien tak teraba.
Punggung :
Nyeri ketok CVA -/-
Ekstermitas : Edema tungkai (-/-)
Kekuatan otot : 5/5, tonus otot : normotonus, CRT < 2 detik.
Status Lokalis
Telinga
-Abses – –
-Sikatrik – –
-Pembengkakan – –
-Fistula – –
-Jaringan granulasi – –
Regio Zigomatikus – –
-Fistula – –
-Lobulus Aksesorius
Aurikula – –
-Mikrotia – –
-Efusi perikondrium – –
-Keloid – –
-Lapang/sempit
Sempit Sempit
-Oedema
+ -
-Hiperemis
+ -
-Pembengkakan
– –
-Erosi
– –
-Krusta
– –
-Sekret (serous/seromukus/mukopus/pus)
– –
-Perdarahan
– –
-Bekuan darah
– –
-Bentuk (oval/bulat)
-Pembuluh darah
-Refleks cahaya
-Retraksi
Daftar Pustaka
1. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari sel ke sistem. Edisi kedua. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2001.412-413.
2. Jacob Ballenger, John. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. Jilid 1. Edisi ketiga belas. Jakarta : Binarupa Aksara, 1994.435 –
456.
Hasil Pembelajaran :
Subjective:
Tn A datang ke Puskesmas Labuha. OS mengaku ± 3 hari yang lalu penderita mengeluh timbul nyeri pada telinga kanan secara tiba-tiba.
Nyeri dirasakan berdenyut, terus menerus dan nyeri pada telinga kanan. Nyeri bertambah berat saat telinganya dipegang dan saat
mengunyah atau membuka mulut. Penderita juga mengeluh sakit kepala terutama di sisi sebelah kanan. Keluar darah dari telinga (-),
keluar cairan dari telinga (-), telinga berdenging (-), rasa pusing berputar (-), pendengaran terganggu atau menurun (-). Penderita juga
mengeluh demam, suhu tubuh tidak diukur, namun dirasakan tidak terlalu tinggi, demam naik turun dan disertai menggigil, keringat dingin
(-). Keluhan lain seperti batuk (-), pilek (-), bersin-bersin (-) nyeri menelan (-), suara serak (-), sakit gigi (-). Karena nyeri dirasakan
mengganggu penderita lalu berobat ke bidan dan diberi obat asam mefenamat 500 mg 3x1 dan Amoxicilin 500mg 3x1 namun keluhan
tidak berkurang. Satu hari sebelumnya, penderita mengaku mengorek kedua telinga menggunakan cotton buds.
± 1 hari yang lalu keluhan nyeri pada telinga penderita dirasakan bertambah hebat. Penderita mengeluh sangat kesulitan makan karena rasa
nyeri pada telinga bertambah berat saat membuka mulut. Sakit dirasakan sepanjang hari hingga mengganggu konsentrasi dan aktivitas.
Keluhan sakit kepala (+), keluar darah dari telinga (-), keluar cairan dari telinga (-), telinga berdenging (-), rasa pusing berputar (-),
pendengaran terganggu atau menurun (-), demam (-). Keluhan lain seperti batuk (-), pilek (-), nyeri menelan (-), suara serak (-), sakit gigi
(-).Riwayat DM dan Hipertensi Disangkal
Obyektive
Pemeriksaan Fisik
Status Lokalis
Telinga
-Abses – –
-Sikatrik – –
-Pembengkakan – –
-Fistula – –
-Jaringan granulasi – –
Regio Zigomatikus – –
-Fistula – –
-Lobulus Aksesorius
Aurikula – –
-Mikrotia – –
-Efusi perikondrium – –
-Keloid – –
-Oedema + -
-Hiperemis + -
-Pembengkakan – –
-Erosi – –
-Krusta – –
-Sekret (serous/seromukus/mukopus/pus) – –
-Perdarahan – –
-Bekuan darah – –
II.Membran Timpani
-Warna (putih/suram/hiperemis/hematoma)
-Bentuk (oval/bulat)
Sulit Sulit
+ +
-Pembuluh darah
-Refleks cahaya
-Retraksi
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit.
Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya
terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5 – 3 cm ( Soetirto dkk, 2001).
Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kalenjar serumen (modifikasi kalenjar keringat = kalenjar serumen) dan
rambut. Kalenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada duapertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai serumen (Soetirto
dkk, 2001).
Telinga luar termasuk aurikula atau pinna dan liang telinga. Telinga luar berfungsi mengumpulkan dan menghantarkan gelombang bunyi
ke struktur-struktur telinga tengah. Karena keunikan anatomi aurikula serta konfigurasi liang telinga yang melengkung atau seperti spiral
maka telinga luar mampu melindungi membrana timpani dari trauma, benda asing dan efek termal (Boies, 1997).
Panjang liang telinga kira-kira 2,5 cm, membentang dari bibir depan konka hingga membrana timpani. Bagian tersempit dari liang telinga
adalah dekat perbatasan tulang dan tulang rawan. Hanya sepertiga bagian luar atau bagian kartilaginosa dari liang telinga yang dapat
bergerak. Jika menggunakan otoskop, aurikula biasanya harus ditarik ke posterolateral untuk dapat melihat bagian tulang dan membran
timpani. Bersama dengan lapisan luar membran timpani, liang telinga membentuk suatu kantung berlapis epitel yang dapat merangkap
kelembaban sehingga daerah ini menjadi rentan infeksi pada keadaan tertentu (Boies, 1997).
Kulit yang melapisi bagian kartilaginosa lebih tebal daripada kulit bagian tulang, selain itu juga mangandung folikel rambut yang
banyaknya bervariasi antar individu namun ikut membantu menciptakan suatu sawar dalam liang telinga. Anatomi liang telinga bagian
tulang sangat unik karena merupakan satu-satunya tempat dalam tubuh dimana kulit langsung terletak di atas tulang tanpa adanya jaringan
subkutan. Dengan demikian daerah ini sangat peka dan tiap pembengkakan akan sangat nyeri karena tidak terdapat ruang untuk ekspansi
(Boies, 1997).
Salah satu cara perlindungan yang diberikan telinga luar adalah pembentukan serumen. Sebagian struktur kalenjar terletak pada bagian
kartilaginosa. Eksfoliasi sel-sel stratum korneum ikut pula berperan dalam pembentukan materi yang membentuk suatu lapisan pelindung
penolak air pada dinding kanalis ini. pH gabungan pada bagian ini adalah sekitar 6, suatu faktor tambahan yang berfungsi mencegah
infeksi lagipula migrasi sel-sel epitel yang terlepas membentuk suatu mekanisme pembersihan sendiri dari membran timpani kearah luar
(Boies, 1997).
Struktur yang unik dari canalis auditoris eksterna memudahkan terjadi otitis eksterna. Canalis auditoris eksterna lembab, hangat dan gelap,
hal ini merupakan lingkungan yang bagus untuk perkembangan jamur dan bakteri. Kulit sangat tipis dan miskin jaringan lunak subkutis
sehingga akan terjadi penekanan langsung pada perikondrium. Canalis auditoris externa mempunyai pertahanan yang spesifik. Serumen
berubah menjadi asam yang mengandung lisozim dan substansi lain yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur. Selain itu
juga adanya epitelial yang unik juga dapat memberikan perlindungan pada kanalis auditoris eksterna. Ketika pertahanan itu terganggu atau
rusuk maka dapat menyebabkan otitis eksterna (Sander, 2001).
Definisi
Otitis eksterna adalah inflamasi atau radang pada canalis auditoris eksterna yang dapat mengenai pinna, jaringan lunak periaurikula dan
dapat juga mengenai tulang temporal (Carr, 1998). Otitis eksterna juga dapat diartikan sebagai radang liang telinga akut dan kronis yang
dapat disebabkan oleh bakteri. Di klinik sukar sekali dibedakan peradangan yang disebabkan oleh penyebab lain seperti jamur, alergi atau
virus karena sering kali timbul bersama-sama (Sosialisman dan Helmi, 2001).
Etiologi
Pada umumnya penyebab dari otitis eksterna adalah infeksi bakteri seperti Staphyilococcus aureus, Staphylococcus albus, E. colli. Selain
itu juga dapat disebabkan oleh penyebaran yang luas dari proses dermatologis yang non-infeksius (Sander, 2001).
Patofisiologi
Otitis eksterna adalah penyakit yang sering diderita oleh semua orang. Otitis eksterna seringkali ditunjukkan adanya infeksi bakteri akut
dari kulit canalis auricularis tapi juga dapat disebabkan adanya infeksi jamur. Adanya lekukan pada liang telinga dan adanya kelembaban
dapat menyebabkan laserasi dari kulit dan merupakan media yang bagus untuk pertumbuhan bakteri. Hal ini sering terjadi setelah
berenang dan mandi. Otitis eksterna ini sering terjadi jika suasana panas dan lembab (Waitzman, 2004).
Faktor lain yang dapat menyebabkan otitis eksterna adalah adanya trauma pada liang telinga yang diikuti invasi bakteri kedalam kulit yang
rusak trauma ini sering terjadi akibat dari pembersihan liang teling dengan cotton bud ataupun alat lain yang dimasukkan ke dalam telinga.
Selain itu masuknya air atau bahan iritan atau hair spray atau cat rambut dapat menyebabkan otitis eksterna (Anonim, 2003).
Sebagai akibatnya terjadi respon inflamasi, edema dan pembengkakan liang telinga yang akan menyebabkan visualisasi menbran timpani
terganggu. Eksudat dan pus dapat terproduksi di liang telinga. Pada keadaan yang berat, infeksi dapat meluas pada wajah dan leher.
Kuman pathogen yang sering kali menyebabkan otitis eksterna adalah Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus dan bakteri gram
negatif lainnya. Meskipun demikian, jamur, seperti Candida atau Aspergilus sp dapat menyebabkan otitis eksterna (Waitzman, 2004).
Hal ini terjadi karena adanya penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen yang menumpuk didaerah dekat gendang telinaga
menyembabkan penimbunan air yang masuk ke liang telinga ketika mandi atau berenang sehingga kulit pada liang telinga basah dan
lembut (Anonim, 2003)
Otitis eksterna maligna merupakan komplikasi dari otitis eksterna yang terjadi pada pasien yang mengalami imunocompresi atau pasien
yang mendapatkan radioterapi pada tulang kepala. Pada kondisi ini bakteri akan meninvasi jaringan lunak yang dalam dan menyebabkan
oeteomielitis pada os temporal (Waitzman, 2004).
Manifestasi Klinik
Pasien dengan otitis eksterna biasanya mengeluh adanya nyeri telinga (otalgia) dari yang sedang sampai berat, berkurangnya atau
hilangnya pendengaran, tinnitus atau dengung, demam, discharge yang keluar dari telinga, gatal-gatal (khususnya pada infeksi jamur atau
otitis eksterna kronik), rasa nyeri yang sangat berat (biasanya pada pasien yang imunocompopromais, diabetes, otitis eksterna maligna).
Selain itu juga ditemukan adanya tanda nyeri tekan pada tragus (Waitzmann, 2004).
Pada keadaan yang berat, penderita sering mengeluh sakit pada saat mengunyah atau membuka mulut (Sander, 2001).
Klasifikasi
Terdapat 2 kemungkinan otitis eksterna akut yaitu otitis eksterna sirkumskripta dan otitis eksterna difus.
Oleh karena kulit di sepertiga luar liang telinga mengandung adneksa kulit seperti folikel rambut, kalenjar sebasea dan kalenjar serumen
maka di tempat itu dapat terjadi infeksi pada pilosebaseus sehingga membentuk furunkel. Kuman penyebabnya biasanya Staphylococcus
aureus atau Staphylococcus albus(Sosialisman dan Helmi, 2001).
Gejalanya ialah rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan besar bisul. Hal ini disebabkan karena kulit liang telinga tidak mengandung
jaringan longgar dibawahnya, sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan perikondrium. Rasa nyeri dapat juga timbul spontan pada waktu
membuka mulut (sendi temporomandibula). Selain itu terdapat juga gangguan pendengaran bila furunkel besar dan menyumbat liang
telinga (Sosialisman dan Helmi, 2001).
Terapinya tergantung pada keadaan furunkel. Bila sudah menjadi abses, diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanahnya. Lokal
diberikan antibiotika dalam bentuk salep, seperti polymixin B atau bacitrasin atau antiseptic (asam asetat 2-5% dalam alcohol 2%). Kalau
dinding furunkel tebal, dilakukan incise kemudian dipasang drain untuk mengalirkan nanahnya. Biasanya tidak perlu diberikan obat
simtomatik seperti analgetik dan obat penenang (Sosialisman dan Helmi, 2001).
Gejalanya sama dengan otitis eksterna sirkumskripta. Kadang-kadang terdapat sekret yang berbau. Sekret ini tidak mengandung lendir
(musin) seperti sekret yang ke luar dari cavum timpani pada otitis media. Pengobatannya ialah dengan memasukkan tampon tampon yang
mengandung antibiotika ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara obat dengan kulit yang meradang. Kadang-kadang
diperlukan antibiotika sistemik (Sosialisman dan Helmi, 2001).
Prognosis :
Quo ad Vitam : Ad bonam
Qou ad Functionam : Ad bonam
Qou ad Sanationam : Ad Bonam