Anda di halaman 1dari 14

JUDUL : : UJI TOKSISITAS TERHADAP

SENYAWA FLAVONOID ESTRAK


METANOL DAUN FALOAK
(Sterculia quadrifida R.Br)
DENGAN METODE BSLT (Brine
Shrimp Lethality Test)
NAMA : MATILDIS TRISNAPARI LABOK
NIM : 17.01.343
PEMBIMBING UTAMA : Dr. WAHYU HENDRARTI, S.Si.,
M.Kes., Apt
PEMBIMBING PERTAMA : KHAIRUDIN, S.Si., M.Si., Apt

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Pengobatan secara tradisional telah dilakukan oleh masyarakat
Indonesia secara turun-temurun, baik untuk pemeliharaan kesehatan
maupun untuk mengobati dan menyembuhkan suatu penyakit. Salah satu
tanaman tradisional yang sering digunakan adalah tanaman faloak
(Sterculia quadrifida R.Br) (Siswadi dkk., 2013).
Tanaman faloak telah banyak dimanfaatkan masyarakat di Nusa
Tenggara Timur untuk pengobatan berbagai penyakit seperti disentri,
gastroenteritis, demam tifoid, hepatitis, diuretik, diabetes, reumatik, nyeri
pinggang dan anemia. Bagian dari tanaman faloak yang sering digunakan
sebagai obat tradisional adalah rebusan dari kulit kayu atau klika (Siswadi,
dkk.,2013). Pemanfaatan bagian daun faloak sendiri sebagai bahan obat
tradisional belum banyak dilaporkan, padahal kandungan kimia yang
dimilikinya hampir serupa dengan senyawa kimia yang terdapat pada
bagian klika batang.
Penelitian yang dilakukan Hamidu dan Abubakar (2012)
menunjukkan bahwa skrining fitokimia dari ekstrak daun faloak
mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, fenolik, tanin, saponin dan
glikosida. Beberapa penelitian tentang aktivitas dari daun faloak juga telah
dilakukan. Senyawa kimia yang terkandung dalam daun faloak yang
berperan sebagai antioksidan dan antihiperlipedemia adalah flavonoid
(Zulviyati dkk., 2016).
Senyawa flavonoid merupakan metabolit sekunder yang dihasilkan
tanaman yang terlibat dalam berbagai fungsi fisiologis khususnya untuk
pertumbuhan, perkembangan dan pertahanan mekanisme normal dari
tanaman, pengaturan fotosintesis, sistem imun, antimikroba dan antivirus
(Maisuthisakul, 2007). Oleh karena banyaknya manfaat dari senyawa
flavonoid tersebut, maka dipandang perlu untuk melakukan pengkajian
komponen senyawa aktif.
Toksisitas adalah efek berbahaya dari bahan kimia atau suatu obat
pada organ target. Umumnya setiap senyawa kimia mempunyai potensi
terhadap timbulnya gangguan atau kematian jika diberikan kepada
organisme hidup dalam jumlah yang cukup (Hayes, 1983).
Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) didasarkan pada bahan
senyawa aktif dari tumbuhan yang bersifat toksik dan mampu membunuh
larva A. salina Leach. dan dapat digunakan sebagai uji praskrining
aktivitas antikanker (Sukandar, et al., 2007).
Pengkajian komponen zat aktif yang terkandung dalam daun faloak
dianggap perlu dilakukakan untuk mendukung penelitian-penelitian terkait
potensi daun faloak dalam pencegahan dan pengobatan penyakit.
Penelitian yang dilakukan oleh Maria Feby (2017) telah berhasil
melakukan isolasi dan karakterisasi senyawa flavonoid golongan
flavanone jenis hesperetin dari Daun Faloak. Berdasarkan hal tersebut,
maka perlu suatu kajian ilmiah yang lebih diperhatikan untuk
mengidentifikasi secara detail senyawa kimia yang terdapat dalam Daun
Faloak. Pengkajian komponen zat dari Daun Faloak ini diarahkan untuk
mengetahui komponen kimia khususnya flavonoid dan pengujian
sitotoksiknya sebagai alternatif pengobatan kanker.
I.2 Rumusan Masalah
Apakah Senyawa Flavonoid Ekstrak Metanol Daun Faloak
(Sterculia quadrifida R.Br) memiliki efek toksik terhadap larva A. salina
Leach dengan metode BSLT ?
I.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui nilai LC50 Senyawa Flavonoid Ekstrak Metanol
Daun Faloak (Sterculia quadrifida R.Br) dengan metode BSLT
I.4 Manfaat Penelitian
Diharapkan dari penelitian ini diperoleh data ilmiah tentang potensi
toksisitas pada Senyawa Flavonoid Ekstrak Metanol Daun Faloak
(Sterculia quadrifida R.Br) dengan metode BSLT untuk pengembangan
obat anti kanker
BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Jenis penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalah penelitian eksperimental
skala laboratorium.
III.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi Sekolah
Tinggi Ilmu Farmasi Makassar pada bulan agustus 2018 sampai selesai
III.3 Pelaksanaan Penelitian
III.3.1 Populasi dan Sampel Penelitian
III.3.1.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah larva A. salina Leach
III.3.1.2 Sampel
Sampel penelitian yang digunakan adalah daun Faloak
(Sterculia quadrifida R.Br) yang diperoleh dari Kelurahan Kayu
Putih, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang Propinsi Nusa
Tenggara Timur (NTT).
III.3.1.2.1 Kriteria Inklusi
Larva A. salina Leach yang berumur 48 jam sebagai
hewan uji
III.3.1.2.2 Kriteria Ekslusi
Larva A. salina Leach yang tidak menunjukkan aktivitas
pergerakan sebelum percobaan
III.3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : alat –
alat gelas (pyrex®), cawan porselin, bejana maserasi, rotary
evaporator, corong pisah, seperangkat alat kromatografi kolom
konvensional, vial, timbangan kasar, tabung reaksi, mikropipet, aerator
lampu pijar, cawan petri, botol pengencer, timbangan analitik (Mettlet
Toledo®), lampu UV 254 dan 366 nm, spektrofotometer UV-Vis
(Shimadzu®) , FT-IR (Shimadzu®,
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
aquadest, metanol, etanol 70%, etil asetat, n-heksan, HCl pekat,
serbuk Mg, pereaksi semprot AlCl3 10%, daun faloak (Sterculia
quadrifida R.Br), pelat KLT silika gel 60 GF254 (Merck@), pelat kaca
KLT silika gel 60 GF254 (Merck@) , serbuk silika gel 60 GF254 (Merck@),
air laut, ragi danDMSO.
III.3.3 Cara Kerja
III.3.3.1 Pembuatan Ekstrak Daun Faloak
1. Pengumpulan dan Pengolahan Sampel
Sampel daun faloak yang diperoleh disortasi basah lalu
dicuci. Sampel kemudian dirajang dan dikeringkan dalam
lemari pengering. Setelah kering dilakukan sortasi dan
diserbukkan.
2. Pembuatan Ekstrak Daun Faloak
Simplisia ditimbang sebanyak 300 g kemudian
dimasukkan kedalam bejana maserasi dan diekstraksi
dengan 3L metanol. Simplisia direndam selama 3 x 24 jam
sambil sesekali diaduk setiap 6 jam, kemudian diamkan
ditempat gelap yang terlindung dari cahaya. Maserat
dipisahkan dengan cara disaring. Proses penyarian
diulangi sebanyak satu kali dengan residu yang sama.
Setelah itu maserat yang diperoleh dikumpulkan dan
diuapkan dengan rotary evaporator hingga diperoleh
ekstrak kental dan dihitung rendemennya (Depkes RI,
2007).
III.3.3.2 Proses Pemisahan
III.3.3.2.1 Partisi/Fraksinasi
Ekstrak kental yang diperoleh difraksinasi dengan metode
ekstraksi cair-cair menggunakan corong pisah dengan pelarut n-
heksan, etil asetat dan aquadest yang ditambahkan secara
berturut-turut. Ekstrak cair yang diperoleh dipisahkan dan
diuapkan hingga diperoleh ekstrak kental.
Masing-masing ekstrak hasil partisi diidentifikasi kandungan
flavonoidnya, ekstrak dilarutkan dengan etanol kemudian
ditambahkan serbuk Mg dan 1 mL HCL pekat, apabila terjadi
perubahan warna merah sampai merah ungu mengandung
senyawa flavon, sedangkan apabila terjadi perubahan warna
merah tua berarti mengandung senyawa flavanon atau flavanol
dan apabila terjadi perubahan warna hijau berarti mengandung
aglikon atau glikosida. Fraksi yang diduga positif mengandung
senyawa flavonoid dilanjutkan ke kromatografi kolom.
III.3.3.2.2 Fraksinasi dengan Kromatografi Kolom
Seperangkat alat kromatografi kolom dipasang tegak lurus
pada statif, kemudian dimasukkan kapas secukupnya pada bagian
bawah tabung kolom untuk menahan serbuk silika. Bubur silika
dimasukkan kedalam tabung kolom sambil diketuk-ketuk dinding
kolom hingga memadat dan ditambahkan eluen secukupnya
(preparasi basah).
Ekstrak kental sebanyak 3 g ditambahkan 5 g serbuk silika
gel 60 GF254, kemudian dimasukkan kedalam kolom. Dielusi
dengan kombinasi eluen n-heksan:etil asetat berdasarkan gradien
kepolaran (10:0, 9:1, 8:2, 7:3, 6:4, 5:5, 4:6, 3:7, 2:8, 1:9, 0:10).
Keran pada kolom dibuka agar fraksi keluar perlahan-lahan. Hasil
fraksinasi ditampung dalam vial. Fraksi dikelompokkan
berdasarkan warna dan profil noda. Fraksi hasil KLT yang
mempunyai pola pemisahan yang sama (nilai Rf sama)
digabungkan kemudian diuapkan.
III.3.3.3 Identifikasi Senyawa Flavonoid pada Fraksi
Semua fraksi ditotolkan pada lempeng, dimasukkan dalam
chamber yang telah dijenuhkan dengan eluen n-heksan:etil asetat
(1:1), dielusi sampai garis batas atas. Lempeng dikeluarkan dan
dikeringkan, disemprot menggunakan pereaksi AlCl3 10%. Hasil
positif menunjukkan bercak berflouresensi kuning, hijau dan biru
dibawah lampu UV (Seikel, 1950).
III.3.3.4 Pemurnian dengan Kromatografi Lapis Tipis
Preparatif
Fraksi aktif terpilih dimurnikan lebih lanjut pada
kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP) dengan fase diam silika
dan fase gerak berupa eluen n-heksan:etil asetat (1:1). Amati
semua noda dibawah lampu UV 366 nm dan 254 nm. Selanjutnya
pita dikerok dan dilarutkan dengan 2 mL etil asetat PA kemudian
disentrifugasi. Pipet lapisan cairannya dan diuapkan. Kemudian
dilakukan pengujian kandungan senyawa flavonoid pada pita
menggunakan pereaksi AlCl3. Hasil positif menunjukkan bercak
berflouresensi kuning, hijau dan biru dibawah lampu UV (Seikel,
1950).
III.3.3.5 KLT 2 Dimensi
Isolat dari pita I ditotolkan pada lempeng dan dielusi
menggunakan eluen n-heksan : etil asetat (1:1 ). Proses elusi
yang kedua dilakukan dengan cara lempeng diputar 900 sehingga
bercak noda berada pada posisi batas bawah, kemudian dielusi
lagi dengan eluen kloroform : aseton (1:1). Profil noda diamati
dibawah lampu UV 254 nm dan 365 nm. Penampakan bercak
noda tunggal menunjukkan bahwa isolat relatif murni secara KLT.
III.3.3.6 Karakterisasi Isolat
Isolat yang diperoleh kemudian dikarakterisasi
menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan FT-IR.
III.3.3.7 Pembuatan Sediaan Uji Toksisitas

Uji toksisitas dilakukan terhadap larva udang Artemia salina


Leach.Telur Artemia sebanyak 3 gram dimasukkan dalam 700 ml
air laut yang telah diaerasi dan diberi penerangan dengan cahaya
lampu. Telur akan menetas dalam waktu 24-48 jam dan disiapkan
untuk digunakan sebagai target uji toksisitas. Perlakuan uji
toksisitas dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan pada masing-
masing ekstrak sampel. Larutan stok dibuat dengan konsentrasi
2000 ppm. Dari larutan stok dibuat pengenceran hingga konsentrasi
larutan menjadi 1000, 500, 200, 100, dan 50 ppm. 10 ekor larva
udang dimasukkan dalam wadah uji yang berisi 5 ml larutan
uji.Kontrol dibuat dengan memasukkan 10 ekor larva udang dalam
5 ml air laut tanpa penambahan ekstrak.Pengamatan dilakukan
selama 24 jam dengan selang waktu 4 jam terhadap jumlah
kematian larva udang. Teknk Analisis Data Analisis data dilakukan
untuk mencari LC50 dengan analisis probit menggunakan program
MC excel, dimana hubungan nilai logaritma konsentrasi bahan
toksik uji dan nilai probit dari persentase mortalitas hewan uji
merupakan fungsi linear y = a + bx. Nilai LC50 diperoleh dari antilog
m, dimana m merupakan logaritma konsentrasi bahan toksik pada y
= 5, yaitu nilai Probit 50% hewan uji.
III.3.4 Variabel Penelitian
Variabel bebas pada penelitian ini berupa isolat, sedangkan
variabel terikatnya adalah profil sitotoksik ekstrak metanol Daun Faloak
(Sterculia quadrifida R.Br).
III.3.5 Jenis Data
Data yang diperoleh berupa data primer berasal dari hasil uji
pendahuluan, pemisahan, isolasi dan pemurnian serta karakterisasi dan
perhitungan LC50 senyawa flavonoid ekstrak metanol daun faloak
(Sterculia quadrifida R.Br).
III.3.6 Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil identifikasi senyawa, hasil
pembacaan pada spektrofotometer UV-Vis berupa panjang gelombang
dan hasil pembacaan pada spektrofotometer FT-IR berupa gugus fungsi
kemudian akan dibandingkan dengan data penunjang dan disajikan dalam
table kemudian dilakukan perhitungan mortalitas dan nilai LC50
III.3.7 Jadwal Penelitian

Periode Waktu
Tahap Kegiatan
6 7 8 9 10 11 12
Studi
Pustaka
Seminar
Persiapan
Skripsi I
Orientasi
Penelitian
Ekstraksi
Isolasi dan
karakterisasi
Pelaksanaan
senyawa
flafoniod
daun faloak
Analisis Data
Penulisan
Skripsi
Penyelesaian Seminar
Skripsi II
Ujian Tugas
Akhir
LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema kerja ekstraksi daun Faloak (Sterculia quadrifida

R.Br)

Sampel

 Dipotong-potong
 Dikeringkan dengan cara diangin-anginkan
 Dihaluskan

Simplisia Kering

 dimaserasi dengan metanol selama 3x24 jam.


 Disaring

Filtrat Residu

 remaserasi dengan
metanol selama 1x24 jam.
diuapkan dengan  Disaring

rotary evaporator
Filtrat residu

Ekstrak kental
Lampiran 2. Skema kerja fraksinasi ekstrak metanol daun faloak

(Sterculia quadrifida R.Br)

Ekstrak kental daun faloak


 Dilarutkan 3 g eks. Kental dengan 100 mL
aquadest dalam gelas kimia.
 Dimasukkan dalam corong pisah
Fraksi air
 Ditambahkan 100 mL n-heksan
 Dikocok dan dipisahkan
 Proses ini diulangi sampai fase n-heksan jernih
Diuapkan

Fraksi n-heksan Fraksi air


 Ditambahkan 100 mL etil asetat
 Dikocok dan dipisahkan
 Proses ini diulangi sampai fase etil asetat jernih

Diuapkan Diuapkan

Fraksi etil asetat Fraksi air

 Masing-masing fraksi diidentifikasi senyawa


flavonoid (0,05 g serbuk Mg + 1 mL HCl P)
 Amati perubahan warna

a) Fraksi n-heksan (-)


b) Fraksi etil aseat (+)
c) Fraksi air (-)

Keterangan perubahan warna yang terjadi pada identifikasi senyawa


flavonoid
a) Fraksi n-heksan= larutan warana hijau menjadi kuning (-)
b) Fraksi etil asetat =larutan warna hijau kehitaman menjadi merah bata
c) Fraksi air = Larutan warna merah tetap merah
Lampiran 3. Skema kerja isolasi dan karakterisasi senyawa flavonoid
ekstrak etanol daun faloak (Sterculia quadrifida R.Br)
Fraksi Etil asetat
 Dilakukan kromatografi kolom
 Dielusi dengan eluen n-heksan: etil asetat (gradien),
klroform:n-butanol (1:5, 1:3 dan 0:10) dan metanol
100 mL.
84 Vial
 Dikelompokkan berdasarkan warna

F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9 F10 F11 F12

 Dikelompokkan berdasarkan profil noda


dibawah UV 254 nm dan 365 nm.

N1 N2 N3 N4 N5

 digabung dan diuapkan

Ekstrak kental
 Dikromatografi kolom ulang
 Dielusi dengan eluen n-heksan: etil asetat (9:1, 3:1
dan 1:1) dan metanol 100 mL.
34 Vial
 Dikelompokkan berdasarkan warna dengan
profil noda dibawah UV 254 nm dan 365 nm.

C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7

 KLTP dengan eluen n-heksan: etil asetat:amoniak


(1:1:0,0001)
 Identifikasi isolat dengan pereaksi semprot AlCl3
10%
 KLT 2-D

Isolat murni

 Karakterisasi dengan spektrofotometri


UV-Vis dan FTIR
 Analisis data
 pembahasan

Uji Toksisitas
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, S.A. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta : Universitas


Terbuka Harborne, J.B. 1987.

Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan.


Bandung; Institut Teknologi Bandung Cahyadi, R. 2009.

Siswadi, Dani, S.H., Grace, S.S dan Heny, R., 2013, Potential Distribution
and Utilazation of Faloak (Sterculia quadrifida R.Br 1844),
Proceeding International Confrence of Forest and Biodiversity
Manado, Editor: Langi.M, Manado Forestry institute: Manado p
165.

Uji toksisitas akut ekstrak etanol nuah pare (Momordica charantia L.)
terhadap larva Artemia salina Leach dengan metode Brine
Shrimp Lethality Test (BSLT). Karya tulis ilmiah. Fakultas
kedokteran. Semarang

Hayati, E. dan N. Halimah. 2010. Phytochemical test and brine shrimp


lethality test against Artemia salina leach of anting-anting
(Acalypha indica linn.) plant extract. Fakultas

Hamidu dan Abubakar, A. 2012, Phytochemical Constituents of the


Leaves of Sterculia setigera. IOSR Journal of Pharmacy; ISSN
2250-3013:62.

Zulviyati, Siswoyo, T.A. dan Puspitasari, E. 2016, Uji Aktivitas Antioksidan


dan Antihiperlipidemia Ekstrak Daun Kepuh (Sterculia foetida L)
Metode DPPH dan Hambatan Lipase in Vitro. UT-Faculty of
Pharmacy (786). Koleksi skripsi fakultas farmasi Jember.

Anda mungkin juga menyukai