Kelas : 2 Reguler B
NIM : P3.73.20.1.16.058
I. DATA
Seorang perempuan berusia 38 tahun, datang dibawa oleh keluarganya kerumah sakit dengan
keluhan terdapat benjolan pada rahim. Keluhan disertai dengan nyeri pada abdomen bagian
bawah. Diketahui pasien bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan keadaan umum pasien tampak lemah karena masih merasa nyeri setelah operasi
laparatomi dan kesadaran Compos Metis (CM). Pemeriksaan tanda-tanda vital diperoleh
Tekanan Darah 123/86 mmHg, denyut nadi 105 kali/menit, frekuensi nafas 20 kali/menit, dan
Suhu 36˚C.
1. Sistem penglihatan : posisi mata simetris; kelopak mata, gerakan mata, dan pergerakan
bola mata normal; konjungtiva anemis; kornea normal dan skelera anikterik.
2. Sistem pernafasan : jalan nafas bersih, pernafasan tidak sesak, tidak menggunakan otot-
otot bantu pernafasan, irama teratur, kedalaman dalam, batuk non produktif, tidak ada
sputum, suara nafas vesikuler, dan nafas tidak berbunyi.
3. Sistem kardiovaskuler : pada sirkulasi perifer terdapat distensi vena jugularis kanan dan
kiri, temepratur kulit hangat, warna kulit pucat, dan tidak terdapat edema. Dan pada
sirkulasi jantung irama jantung teratur, tidak memiliki kelainan bunyi jantung, dan tidak
ada sakit dada.
4. Sistem pencernaan : pada mulut tidak terdapat stomatitiis, gigi tidak terdapat carries,
lidah tidak kotor, tidak terdapat rasa mual dan muntah, nafsu makan baik, terdapat nyeri
tekan pada abdomen bagian bawah yang terjadi terus menerus setelah dilakukan operasi
laparatomi, BAB normal dan tidak terjadi diare, hepar teraba dan kondisi abdomen baik.
5. Sistem hematologi : Hemoglobin 10,2 gr/dl, leukosit 23,26 ribu/ul, tromosit 36,1
ribu/ul, hematokrit 31,1 vol%, dan tidak menegluh kesakitan.
6. Sistem endokrin : hasil pemeriksaan tes gula darah 98 mg/dl, dan nafas tidak berbau
keton.
7. Sistem Uro-Ano Genital : BAK normal, tidak ada rasa sakit pada saat BAK, warna
kuning jernih, dan tidak ada keluhan sakit pinggang.
8. Sistem Integumen : turgor kulit elastis, warna kulit pucat, keadaan kulit baik dan bersih,
tidak ada kontraktur pada persediaan ekstremitas, dan tidak terdapat kesulitan dalam
pergerakan.
9. Dada axila : mammae tidak mengalami pembesaran, areolla mammae bersih dan papila
mammae menonjol.
10. Abdomen : terdapat massa pada abdomen, tidak terdapat distensi dan konsistensi,
terdapat luka bekas operasi dengan kondisi luka baik tanda infeksi tidak ada.
Elektrolit
II. SOAL
Seorang perempuan berusia 38 tahun, datang dibawa oleh keluarganya kerumah sakit dengan
keluhan terdapat benjolan pada rahim. Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum
pasien tampak lemah karena masih merasa nyeri setelah operasi laparatomi dan kesadaran
Compos Metis (CM). Pemeriksaan tanda-tanda vital diperoleh Tekanan Darah 123/86 mmHg,
denyut nadi 105 kali/menit, frekuensi nafas 20 kali/menit, dan Suhu 36˚C. Sebagai perawat
tindakan apa yang sesuai dengan keluhan pada pasien tersebut?
IV. KUNCI
A. Teknik relaksasi nafas dalam
V. ALASAN
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini
perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas dalam, napas lambat
(menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas secara perlahan,
Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi napas dalam juga dapat
meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare, 2002).
Menurut Smeltzer & Bare (2002) tujuan teknik relaksasi napas dalam adalah untuk
meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru,
meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stres baik stres fisik maupun emosional yaitu
menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan.
Teknik relaksasi napas dalam dipercaya dapat menurunkan intensitas nyeri melalui mekanisme
yaitu (Smeltzer & Bare, 2002) :
1. Dengan merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme yang disebabkan oleh
peningkatan prostaglandin sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan akan
meningkatkan aliran darah ke daerah yang mengalami spasme dan iskemic.
2. Teknik relaksasi napas dalam dipercayai mampu merangsang tubuh untuk melepaskan
opoiod endogen yaitu endorphin dan enkefalin
3. Mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat Relaksasi melibatkan sistem otot dan
respirasi dan tidak membutuhkan alat lain sehingga mudah dilakukan kapan saja atau
sewaktu-waktu.
Prinsip yang mendasari penurunan nyeri oleh teknik relaksasi terletak pada fisiologi sistem
syaraf otonom yang merupakan bagian dari sistem syaraf perifer yang mempertahankan
homeostatis lingkungan internal individu. Pada saat terjadi pelepasan mediator kimia seperti
bradikinin, prostaglandin dan substansi, akan merangsang syaraf simpatis sehingga
menyebabkan vasokostriksi yang akhirnya meningkatkan tonus otot yang menimbulkan
berbagai efek seperti spasme otot yang akhirnya menekan pembuluh darah, mengurangi aliran
darah dan meningkatkan kecepatan metabolisme otot yang menimbulkan pengiriman impuls
nyeri dari medulla spinalis ke otak dan dipersepsikan sebagai nyeri.
Menurut Priharjo (2003) manfaat dari teknik relaksasi nafas dalam;
1. Ketentraman hati,
7. Tidur lelap,
14. Intuisi,
Menurut Priharjo (2003) bentuk pernapasan yang digunakan pada prosedur ini adalah
pernapasan diafragma yang mengacu pada pendataran kubah diagfragma selama inspirasi yang
mengakibatkan pembesaran abdomen bagian atas sejalan dengan desakan udara masuk selama
inspirasi. Adapun langkah-langkah teknik relaksasi napas dalam adalah sebagai berikut:
1. Ciptakan lingkungan yang tenang,
3. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui hitungan
1,2,3,
6. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara perlahan-
lahan,
7. Membiarkan telapak tangan dan kaki rilek. Usahakan agar tetap konsentrasi / mata
sambil terpejam,
10. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.
11. Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas secara dangkal dan cepat.
VI. SUMBER/DAFTAR PUSTAKA SOAL DAN KUNCI