Anda di halaman 1dari 8

KEPEMIMPINAN ISLAM PADA MASA KHALIFAH ABU

BAKAR ASH-SIDIQ

I. PENDAHULUAN
Pemimpin memiliki kedudukan yang sangat penting bagi kelompok
masyarakat, berbangsa dan bernegara. Suatu komunitas masyarakat, bangsa dan
negara tidak akan maju, aman dan terarah jika tidak adanya seorang pemimpin.
Pemimpin menjadi kunci keberhasilan dalam suatu komunitas masyarakat,
pemimpin yang mampu memberi rasa aman, tentram, mampu mewujudkan
keinginan rakyatnya, itulah yang dianggap sebagai pemimpin yang sukses.
Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang dicintai oleh yang
dipimpinnya, sehingga pikirannya selalu didukung, perintahnya selalu diikuti dan
rakyat membelanya tanpa diminta terlebih dahulu. Figur kepemimpinan yang
mendekati penjelasan tersebut adalah kepemimpinan Rasulullah saw beserta para
sahabatnya (Khulafaur Rasyidin). Abu Bakar terpilih menjadi kalifah untuk
mengganti kepemimpinan setelah Rasulullah saw merupakan anugrah tersendiri,
dan semacam ini merupakan keistimewaan yang diberikan Allah kepadanya. Pada
dasarnya sahabat Rasulullah saw merupakan orang akan mewarisi dakwah
Islamiyah/ risalah bagi seluruh umat manusia, sekaligus menjadi pemimpin bagi
dirinya dengan keteladanan yang mereka unggulkan dan keistiqamahan di dalam
menjalankan syari’at Allah swt dan Rasul-Nya, baik melalui kitabullah maupun
sunnah Rasulullah.
Dalam makalah ini akan dibahas bagaimana kiprah kepemimpinan pada masa
khalifahan Abu Bakar selama menjadi pemimpin, problematika yang dihadapi
sekaligus kemajuan yang telah dicapai dalam memperjuangkan dan memperluas
daerah kekuasaan Islam, sehingga Islam bisa jaya ketika itu

1
II. BIOGRAFI ABU BAKAR
Abu Bakar merupakan sahabat terdekat Nabi saw, beliau yang menemani Nabi
berhijrah dari Makkah ke Madinah, selain itu beliau juga merupakan mertua dari
Nabi saw, karena Nabi menikah dengan putri beliau yaitu Siti ‘Aisyah. Abu Bakar
mendapatkan gelar ash Shiddiq, artinya orang yang membenarkan dalam peristiwa
Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad saw.
Nama Abu Bakar yang sebenarnya adalah Abdul Ka’bah (hamba ka’bah),
yang kemudian diganti oleh Rasulullah saw menjadi Abdullah (hamba Allah). Abu
Bakar ash Siddiq atau Abdullah bin Abi Quhafah (Usman) bin Amir bin Amru bin
Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr al
Quraisy at Tamimi. Nasabnya bertemu dengan Nabi saw dikakeknya yang keenam
yaitu Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai. Dan ibunya, Ummul Khair sebenarnya bernama
Salma binti Sakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim.
Abu Bakar Ash Siddiq tumbuh besar di Mekah dan tidak pernah keluar dari
Mekah kecuali untuk tujuan dagang dan bisnis. Beliau memiliki harta kekayaan
yang sangat banyak dan kepribadian yang sangat menarik, memiliki kebaikan yang
sangat banyak, dan sering melakukan perbuatan-perbuatan yang terpuji.
Sebagaimana hal ini dikatakan oleh Ibnu Dughunnah : “Sesungguhnya engkau
selalu menyambung tali kasih dan keluarga, bicaramu selalu benar dan kau
menanggung banyak kesulitan, engkau bantu orang-orang yang menderita dan
engkau menghormati tamu.”
An-Nawawi berkata: “Abu Bakar termasuk tokoh Quraisy dimasa Jahiliyah,
orang yang selalu dimintai nasehat dan pertimbangannya, sangat dicintai
dikalangan mereka, sangat mengetahui kode etik dikalangan mereka. Tatkala Islam
datang, Abu Bakar mengedepankan Islam atas yang lain dan beliau masuk Islam
dengan sempurna.”
Wanita-wanita yang pernah mendampinginya, sebagai berikut :
1. Abu Bakar pernah menikahi Qutailah binti Abdul Uzza bin Abdullah bin As’ad
pada masa jahiliyyah, dari pernikahan tersebut lahirlah Abdullah dan Asma’.
2. Beliau juga menikah dengan Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir bin Zuhal
bin Dahman dari Kinanah, dari pernikahan tersebut lahirlah Abdurrahman dan
‘Aisyah.
3. Beliau juga menikah dengan Asma’ binti Umais bin ma’add bin Taim al
Khatts’amiyyah dan sebelumnya Asma’ diperistri oleh Ja’far bin Abi Thalib.
4. Beliau juga menikah dengan Habibah binti Kharijah bin Zaid bin Zuhair dari
Bani al Haris bin al Khazraj. Dari pernikahan tersebut lahirlah Ummu
Khultsum.
Pendapat Abu Bakar terpilih untuk memimpin kaum Muslimin setelah Rasulullah
saw disebabkan oleh beberapa hal, adalah sebagai berikut :

2
1. Beliau dekat dengan Nabi saw, baik dalam hal ilmu maupun persahabatan
2. Sahabat yang dipercaya Nabi saw
3. Dipercaya oleh rakyat, sehingga mendapatkan gelar ash Sidiq
4. Seorang yang dermawan
5. Sahabat yang diperintah oleh Nabi saw menjadi imam shalat jama’ah
6. Termasuk orang yang pertama kali masuk Islam
Abu Bakar ash Siddiq meninggal pada tanggal 23 Agustus 634 / 8 Jumadil
Awwal 13 H di Madinah pada usia 63 tahun. Ketika itu beliau ditimpa sakit, setelah
15 hari lamanya menderita penyakit itu, kemudian beliau wafat. Beliau berwasiat
agar jenazahnya dimandikan oleh Asma’ binti Umais yaitu istri beliau. Kemudian
beliau dimakamkan di samping makam Rasulullah saw. Umar menshalati
jenazahnya diantara makam Nabi dan mimbar ar Raudhah. Sedangkan yang turun
langsung ke dalam liang lahat adalah putranya yang bernama Abdurrahman bin
Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Thalhah bin Ubaidillah

III. METODE KEPEMIMPINAN


Khulafaur Rasyidin merupakan pemimpin umat Islam setelah Nabi
Muhammad saw wafat, yaitu pada masa pemerintahan Abu Bakar, Umar bin
Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, dimana sistem pemerintahan
yang diterapkan adalah pemerintahan yang demokratis.
Nabi Muhammad saw tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan
menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat.
Beliau nampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum muslimin sendiri
untuk menentukannya. Karena itulah tidak lama setelah beliau wafat, belum lagi
jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar berkumpul di balai
kota Bani Sa’idah tepatnya di Madinah, mereka bermusyawarah menentukan siapa
yang akan dipilih menjadi pemimpin. Musyawarah itu berjalan cukup alot karena
masing-masing pihak baik Muhajirin maupun Anshar sama-sama merasa berhak
menjadi pemimpin umat Islam. Namun dengan semangat ukhuwah Islamiyah yang
tinggi, akhirnya Abu Bakar yang terpilih.
Semangat keagamaan Abu Bakar mendapat penghargaan yang tinggi dari
umat Islam, sehingga masing-masing pihak menerima dan membaiatnya. Sebagai
pemimpin umat Islam setelah Rasul, maka Abu Bakar disebut Khalifah
Rasulullah (Pengganti Rasul). Khalifah adalah pemimpin yang diangkat sesudah
Nabi wafat untuk menggantikan beliau melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin
agama dan kepala pemerintahan.
Setelah selesai orang membaiat, Abu Bakar pun berpidato sebagai sambutan
atas kepercayaan orang banyak kepada dirinya, penting dan ringkas : “Wahai

3
manusia, sekarang aku telah menjabat pekerjaan kami ini, tetapi bukanlah aku
orang yang lebih baik dari pada kamu. Jika aku lelah berlaku baik dalam jabatanku,
sokonglah aku, tetapi kalau aku berlaku salah, tegakkanlah aku kembali, kejujuran
adalah suatu amanat, kedustaan adalah suatu khianat. Orang yang kuat di antara
kamu, pada sisiku hanyalah lemah, sehingga hak si lemah aku tarik dari padanya.
Orang yang lemah di sisimu, pada sisiku kuat, sebab akan ku ambilkan dari pada si
kuat akan haknya, Insyaallah. Janganlah kamu suka menghentikan jihad itu, yang
tidak akan ditimpa kehinaan. Taatlah kepadaku selama aku taat kepada Allah dan
Rasul-Nya. Tetapi kalau aku melanggar perintah-Nya, tak usahlah kamu taat dan
ikut aku lagi. Berdirilah sembahyang, semoga rahmat Allah meliputi kamu.”
Pemerintahan Abu Bakar adalah pemerintahan pertama yang mengobarkan
peperangan dan memepersenjatai bala tentara untuk membela hak-hak kaum kafir
yang lemah. Dalam hal ini Abu Bakar sangat di kenal dengan sebuah ungkapannya
sekaligus yang menjadi komitmennya : “Demi Allah jika mereka tidak mau
membayar zakat dari harta yang mampu mereka bayar , padahal (dahulu) mereka
membayarkannya kepada Rasulullah SAW. Maka niscaya aku akan memerangi
mereka.”
Abu Bakar yang memulai penakhlukan dan perluasan Islam pada masanya,
Islam mampu menakhlukan Persia dan Romawi, bahkan beliau meninggal pada saat
perang yarmuk melawan imperium Romawi. Dalam setiap peperangan yang
diperintahkan beliau adalah selalu menanamkan nilai-nilai etika yang berdasar al
Qur’an dan as sunnah. Beliau mewasiatkan pada kaum Muslimin : “Janganlah
sekali-kali membunuh pendeta biarlah mereka melaksanakan peribadatan sesuai
keyakinan mereka”.
Abu Bakar menjadi khalifah hanya selama dua tahun, pada tahun 634 M
beliau meninggal dunia. Masa sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persoalan
dalam negeri terutama tantangan yang ditimbulkan oleh suku-suku bangsa Arab
yang tidak mau tunduk lagi kepada pemerintah Madinah, mereka menganggap
bahwa perjanjian yang dibuat dengan Nabi Muhammad saw dengan sendirinya
batal setelah Nabi wafat. Karena itu mereka menentang Abu Bakar. Karena sikap
keras kepala dan penentangan mereka yang dapat membahayakan agama dan
pemerintahan, maka Abu Bakar menyelesaikan persoalan ini dengan apa yang
disebut Perang Riddah (perang melawan kemurtadan). Khalid bin Walid adalah
jenderal yang banyak berjasa dalam Perang Riddah ini.
Kekuasaan yang dijalankan pada masa Khalifah Abu Bakar, sebagaimana
pada masa Rasulullah saw, bersifat sentral : kekuasaan legislatif, eksekutif dan
yudikatif terpusat di tangan khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan,
khalifah juga melaksanakan hukum. Meskipun demikian, seperti juga Nabi
Muhammad saw, Abu Bakar selalu mengajak sahabat-sahabat besarnya
bermusyawarah.

4
Setelah menyelesaikan urusan perang dalam negeri, barulah Abu Bakar
mengirim kekuatan ke luar Arabia. Khalid ibn Walid dikirim ke Iraq dan dapat
menguasai al Hirah di tahun 634 M. Ke Syria dikirim ekspedisi di bawah pimpinan
empat jenderal yaitu Abu Ubaidah, Amr ibnu ‘Ash, Yazid ibnu Abi Sufyan dan
Syurahbil. Sebelumnya pasukan dipimpin oleh Usamah yang masih berusia 18
tahun. Untuk memperkuat tentara ini, Khalid ibnu Walid diperintahkan
meninggalkan Irak, dan melalui gurun pasir yang jarang dijalani, ia sampai ke
Syria.
Abu Bakar meninggal dunia, sementara barisan depan pasukan Islam
sedang mengancam Palestina, Irak, dan kerajaan Hirah. beliau diganti oleh “tangan
kanan”nya, Umar bin Khattab. Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah
dekat, ia bermusyawarah dengan para pemuka sahabat, kemudian mengangkat
Umar sebagai penggantinya dengan maksud untuk mencegah kemungkinan
terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam. Kebijaksanaan Abu
Bakar tersebut ternyata diterima masyarakat yang segera secara beramai-ramai
membaiat Umar. Umar menyebut dirinya Khalifah Rasulillah (pengganti dari
Rasulullah). Ia juga memperkenalkan istilah Amir al-Mu’minin (Komandan orang-
orang yang beriman).
Abu Bakar ash Sidiq juga berperan dalam pelestarian teks-teks tertulis al
Quran. Dikatakan bahwa setelah kemenangan yang sangat sulit saat melawan
Musailamah dalam perang Ridda, banyak penghafal al Qur’an yang ikut tewas
dalam pertempuran. Abu Bakar ash Sidiq lantas meminta Umar bin Khattab untuk
mengumpulkan koleksi dari al Qur’an. Setelah lengkap koleksi ini, yang
dikumpulkan dari para penghafal al Quran dan tulisan-tulisan yang terdapat pada
media tulis seperti tulang, kulit dan lain sebagainya, oleh sebuah tim yang diketuai
oleh sahabat Zaid bin Tsabit, kemudian disimpan oleh Hafsah, anak dari Umar bin
Khattab dan juga istri dari Nabi Muhammad saw. Kemudian pada masa
pemerintahan Ustman bin Affan koleksi ini menjadi dasar penulisan teks al Qur’an
hingga yang dikenal hingga saat ini.

IV. KEMAJUAN PADA MASA KEPEMIMPINAN


Prestasi atau keberhasilan yang telah dilakukan Khalifah Abu Bakar ash
Shidiq, sebagai berikut :
1. Perbaikan Sosial Masyarakat
a. Memerangi kaum murtad
Setelah Rasulullah wafat, sekelompok orang Madinah menyatakan keluar
dari Islam dan melakukan pemberontakan. Kelompok inilah yang
disebut Kaum Riddah
b. Mengatasi orang yang tidak mau membayar zakat

5
Ada beberapa orang yang berpendapat bahwa membayar zakat hanya
kepada Nabi Muhammad, oleh karena itu setelah Nabi Muhammad wafat
mereka enggan membayar zakat.
c. Memberantas Nabi-nabi palsu
Orang-orang yang mengaku sebagai nabi sebenarnya sudah ada semenjak
Nabi Muhammad masih hidup. Namun setelah Nabi saw wafat mereka
semakin berani, diantara orang-orang yang mengaku sebagai Nabi adalah :
1. Aswad al Ansi, orang yang pertama kali mengaku sebagai nabi
2. Musailamah al Kazzab, pada waktu terjadi Perang Yamamah yang
menyebabkan banyak penghafal al Qur’an wafat
3. Saj’ah, wanita Kristen yang mengaku sebagai nabi
4. Thulaihah bin Khuwailid, dalam pertempuran ia kalah dan akhirnya
masuk Islam.
d. Pengumpulan Ayat-ayat al Qur’an
Dalam perang Yamamah, banyak sekali para sahabat penghafal al Qur’an
yang wafat, oleh karena itu Sahabat Umar mengusulkan agar dilakukan
pembukuan al Qur’an karena khawatir al Qur’an akan musnah.
Oleh karena itu Khalifah Abu Bakar memberikan tugas kepada Zaid bin
Tsabit untuk menuliskannya kedalam satu mushaf dan disimpan di
kediaman Abu Bakar.
e. Perluasan wilayah Islam
 Perluasan ke wilayah Irak dan Persia, dipimpin oleh Khalid bin Walid
 Perluasan ke wilayah Syiria, dipimpin oleh Usamah bin Zaid
 Perluasan ke wilayah Palestina, dipimpin oleh Amr bin Ash
 Perluasan ke wilayah Roma, dipimpin oleh Ubaidah bin Jarrah
 Perluasan ke wilayah Damaskus, dipimpin oleh Yazid bin Muawiyah
 Perluasan ke wilayah Yordania, dipimpin oleh Surahbin bin Hasanah.

V. PENUTUP
Kata pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang
tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan
suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya
memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan
yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat-sifatnya atau
kewenangannya yang dimiliki yang sangat berpengaruh terhadap teori maupun
gaya kepemimpinan yang akan diterapkannya.
Rahasia utama kepemimpinan yaitu kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan
hanya dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya.
Seorang pemimpin sejati selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk

6
memperbaiki orang lain. Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang
diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri
seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal.
Gaya Kepemimpinan Khalifah Abu Bakar ash Shidiq merupakan seorang
khalifah penerus perjuangan Nabi yang berusaha menciptakan sebuah masyarakat
yang hidup dalam zaman “Baldatun tayyibatun warabbun ghafur”. Dengan dua
sifat yang menonjol yaitu, kelembutannya beliau menginsyafkan orang yang
berbuat munkar dengan ketegasannya beliau mengatasi orang yang memberontak.
Ibrah dari kisah khalifah Abu Bakar ash Shidiq, sebagai berikut :
1. Menciptakan stabilitas sosial dengan cara mengatasi orang-orang murtad dan
para pemberontak.
2. Menerima masukan dari orang lain demi kebaikan, hal ini ditunjukkan dalam
usaha pembukuan al Qur’an
3. Menyebarkan Islam dengan cara damai, karena selain dengan cara perang,
penyebaran agama Islam dapat dilakukan dengan dakwah dan suri teladan yang
baik.

7
DAFTAR PUSTAKA

1. http://blog.umy.ac.id/anafarida/2012/10/17/kepemimpinan-khalifah-abu-
bakar-ash-sidiq/
2. http:// KepemimpinanAbuBakar/MasaKepemimpinanAbuBakarAs-
SiddiqBlog.htm
3. http://www.Suara Media.com
4. http://KepemimpinanAbuBakar/masa-kemajuan-islamkhilafahrasyidah.html
5. http://KepemimpinanAbuBakar/MakalahTentangKepemimpinblog.htm

Anda mungkin juga menyukai