PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hal ini sering terjadi pada ibu hamil terutama pada primipara karena
ringan tapi kadang juga terjadi luka yang luas sehingga dapat
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) disuatu Negara dapat dilihat
cut rosmawar,2013)
lebih dari 585.000 per tahun ibu meninggal saat hamil dan bersalin. Di
mencatat AKI yang signifikan, yakni dari 228 menjadi 359 kematian ibu per 100.000
kelahiran hidup. Oleh karena itu, pada tahun 2012 Kementrian Kesehatan
rangka menurunkan angka kematian ibu dan neonatal sebesar 25%. Program ini
dilaksanakan di provinsi dan kabupaten dengan jumlah kematian ibu dan neonatal
yang besar, yaitu Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
dan Sulawesi Selatan. Dasar pemilihan provisi tersebut dikarenakan 52,6% dari
jumlah total kejadian kematian ibu di Indonesia berasal dari enam provinsi tersebut.
Selatan pada tahun 2015 menurun lagi menjadi 118 orang atau 78,84 per
100.000 KH. Kematian ibu maternal tersebut terdiri dari kematian ibu hamil 19%,
Sidenreng Rappang. Tahun 2016 jumlah ibu bersalin yaitu 5.230 ibu dan
meninggal karena hipertensi 0,1%. Pada bulan Januari sampai dengan April
2017 jumlah ibu bersalin 1.724 ibu dan terdapat 61% yang mengalami ruptur
Desa Kalosi Alau, Desa Salobukkang, Desa Taccimpo, Desa Kampale, Desa
Padangloang, Desa Padangloang Alau, Kelurahan Salomallori, Kelurahan
Tanrutedong dan Desa Bila memiliki sasaran ibu hamil 606 orang dan
persalinan 578 orang dan kejadian ruptur tingkat I sebanyak 10,38%, tingkat II
sebanyak 9%, tingkat III sebanyak 1,7%, ruptur tingkat IV tidak ada. Tahun 2017
mulai dari bulan januari sampai juni sebanyak 243 ibu hamil dan terdapat 73 ibu
bersalin secara menyeluruh yang ditolong oleh tenaga kesehatan dan yang
47,22% , ruptur tingkat II sebanyak 41,66%, ruptur tingkat III sebanyak 5,55%
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2017.
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
Bersalin.
Ruptur Perineum Pada Ibu Bersalin Dan sebagai acuan untuk meningkatkan
3. Manfaat praktis
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Persalinan
dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari
serviks lengkap sehingga siap untuk pengeluaran janin dari rahim ibu.
(Salemba Medika;2014).
plasenta) yang telah cukup bulan atau hidup diluar kandungan melalui jalan
lahir atau melalui jalan lain. Dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan
َ سنَ َةً أ َ ْربَ ِعينََ َوبَلَ ََغ أَشدَّهَ بَلَ ََغ إِ َذا َحتَّى
ََشه ًْرا ث َ ََلثون َِ ن أ َ ْو ِز ْعنِي َر
َ ب قَا ََل َْ َ أ َ ْنعَ ْمتََ الَّتِي نِ ْع َمتَكََ أَشْك ََر أ
َّ َعل
َي َ علَى
َ َيَ َو َْ َ صا ِل ًحا أ َ ْع َم ََل َوأ
َّ ن َوا ِلد ْ َ ِمنََ َوإِنِي إِلَيْكََ تبْتَ إِنِي ذ ِريَّتِي فِي ِلي َوأ
َ َص ِلحَْ ت َ ْرضَاه
ْ ا ْلم
ََس ِل ِمين
Artinya : “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua
orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai
menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan
umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku
untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan
kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang
Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan)
kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan
sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”. (QS. Al-
Ahqaf/36:15)
a. Teori keregangan
progesterone tertentu.
d. Teori prostaglandin
( Salemba Medika,2014)
a. Passage (jalan lahir) yang terdiri dari atas panggul ibu, yakni bagian tulang
meneran ibu.
pada ibu dan janin, dalam hal ini tergantung dari kemampuan dan kesiapan
4. Jenis-jenis persalinan
ibu sendiri.
Posisi ini mengharuskan ibu miring kiri atau kanan. Salah satu kaki
diangkat sedangkan kaki lainnya lurus. Posisi ini akrab disebut dengan
posisi lateral, umumnya dilakukan bila posisi kepala bayi belum tepat.
c. Posisi merangkak
sakit mengurangikeluhan hemoroid dan posisi yang baik bagi ibu yang
6. Mekanisme persalinan
a. Penurunan kepala
biasanya sudah terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan, tetapi pada
melintang dan dengan fleksi yang ringan. Masuknya kepala melewati pintu
atas panggul dapat dalam keadaan asinklitismus yaitu bila sutura sagitalis
promontorium.
b. Fleksi
ini, dagu dibawah lebih dekat kearah dada janin sehingga ubun-ubun kecil
lebih rendah dari ubun-ubun besar. Ini terjadi karena adanya tahanan dari
c. Rotasi dalam
rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan janin memutar ke depan
ke bawah simpisi. Pada presentasi belakang kepala, bagian yang terendah
ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke
d. Ektensi
berada dibawah simpisis, maka terjadilah ekstensi dari jalan lahir. Hal ini
disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah
melewatinya.
menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam.
f. Ekspulsi
bahu bayi lahir, selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan
7. Tanda-tanda persalinan
ingin meneran disebabkan oleh tekanan kepala janin pada vagina dan
rectum, serta tekanan oleh uterus yang berkontraksi lebih kuat dan lebih
sering.
b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum atau vaginanya.
spingter ani terjadi akibat adanya tahanan kepala janin pada perineum.
8. Diagnosa persalinan
persalinan terdiri atas 2 fase yaitu fase laten dan fase aktif.
1) Fase laten
2) Fase aktif
aktif dibedakan menjadi fase akselerasi, fase dilatasi maksimal, dan fase
deselarasi.
pada fase ini berjalan lambat rata-rata 1 cm per jam, namun pada
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat dan cepat kira-
kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk keruang panggul
merasa seperti buang air besar, dengan anus membuka. Pada waktu his,
kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang. His
badan janin. Kala 2 pada primigravida 1½ jam dan pada multi ½ sampai 1
jam.
Setelah lepas, plasenta akan turun kebagian bawah uterus atau kedalam
vagina.
Tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua
berbentuk segitiga atau seperti buah peer atau alvokat dan fundus
Kala IV adalah kala pengawasan 2 jam setelah bayi dan ari-ari lahir
partum.
darah yang keluar setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap
30 menit selama satu jam pada jam ke dua kala IV. Jika ada temuan
yang tidak normal, tingkatkan frekuensi observasi dan penilaian kondisi
ibu.
Setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama
jam ke dua kala IV. Jika ada temuan yang tidak normal, tingkatkan
3) Pantau temperature tubuh setiap jam dalam dua jam pertama pasca
perlukan.
satu jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua pada kala
Perineum adalah daerah antara kedua belah paha, antara vulva dan
anus (Dorland, 2010). Perineum adalah daerah yang terletak antara vulva dan
anus yang berperan dalam persalinan. Ruptur perineum adalah ruptur yang
(Winknjosastro, 2010)
dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Terjadinya ruptur perineum
disebabkan oleh faktor ibu (paritas, jarak kelahiran dan berat badan bayi),
pimpinan persalinan tidak sebagaimana mestinya, riwayat persalinan.
1) Faktor ibu
a) Paritas
baik lahir hidup maupun lahir mati, tapi tidak termasuk abortus
(winkjosastro.H.2011).
lebih dari dua kali melahirkan (multipara) dan wanita yang telah
b) Jarak kelahiran
c) Cara meneran
bila pembukaan sudah lengkap dan reflex ferguson telah terjadi. Ibu
perinem, diantaranya:
kontraksi.
(3) Mungkin ibu akan merasa lebih mudah untuk meneran jika ibu
(Siswosudarmo, 2012).
2) Faktor Janin
Bayi besar adalah bayi yang begitu lahir memiliki berat badan
lebih dari 4000 gram. Ruptur perineum terjadi pada kelahiran dengan
berat badan bayi yang besar. Hal ini terjadi karena semakin besar
regangan kepala bayi dengan berat badan bayi lahir yang besar
a) Vakum Ekstraksi
sampai dapat ditarik relative lebih lama daripada forsep (lebih dari 10
menit). Cara ini tidak dapt dipakai untuk melahirkan anak dengan fetal
distress ( gawat janin). Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu adalah
robekan pada serviks uteri dan robekan pada vagina dan ruptur
perineum.
2012). Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu karena tindakan forsep
c) Persalinan presipitatus
abnormalitas kontraksi uterus dan rahim yang terlalu kuat atau pada
keadaan yang sangat jarang dijumpai, tidak adanya rasa nyeri pada
saat pada saat his sehingga ibu tidak menyadari adanya proses
laserasi spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi saat kepala
4) Faktor Penolong
Penolong persalinan adalah seseorang yang mampu dan
Mukosa, Vagina, Kulit perineum, otot perineum dan otot spigter ani.
daerah Mukosa, Vagina, Kulit perineum, otot perineum, otot spingter ani
sampai terjadi ruang kosong terbuka kearah vagina yang biasanya dapat
b. Bila plasenta lahir lengkap dan kontraksi uterus baik, dapat dipastikan
dilakuka penjahitan.
1) Reparasi mula-mula dari titik pangkal robekan sebelah dalam/proksimal
ke arah luar/distal. Jahitan dilakukan lapis demi lapis, dari lapis dalam
2) Ruptur perineum tingkat I : tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan
dan posisi luka baik, namun jika terjadi perdarahan segera dijahit
angka delapan.
depan rektum yang robek, kemudian fasia perirektal dan fasia septum
karena robekan diklem dengan klem lurus, kemudian dijahit antara 2-3
dijahit lapis demi lapis seperti menjahit robekan perineum tingkat II.
dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Terjadinya ruptur perineum
disebabkan oleh faktor ibu (paritas, jarak kelahiran dan berat badan bayi),
b. Faktor ibu
1) Paritas
baik lahir hidup maupun lahir mati, tapi tidak termasuk abortus
(winkjosastro.H.2011).
lebih dari dua kali melahirkan (multipara) dan wanita yang telah
2) Jarak kelahiran
yang lebih aman bagi ibu dan janin. Begitu juga dengan keadaan jalan
3) Cara meneran
pembukaan sudah lengkap dan reflex ferguson telah terjadi. Ibu harus di
4) Umur ibu
Wanita yang berumur <20 tahun atau >35 tahun beresiko dengan
c. Faktor Janin
Bayi besar adalah bayi yang begitu lahir memiliki berat badan
lebih dari 4000 gram. Ruptur perineum terjadi pada kelahiran dengan
berat badan bayi yang besar. Hal ini terjadi karena semakin besar berat
bayi dengan berat badan bayi lahir yang besar sering terjadi ruptur
1) Vakum Ekstraksi
lebih lama daripada forsep (lebih dari 10 menit). Cara ini tidak dapt
Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu adalah robekan pada serviks
2012). Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu karena tindakan forsep
3) Persalinan presipitatus
abnormalitas kontraksi uterus dan rahim yang terlalu kuat atau pada
keadaan yang sangat jarang dijumpai, tidak adanya rasa nyeri pada
saat pada saat his sehingga ibu tidak menyadari adanya proses
persalinanyang sangat kuat. Sehingga sering petugas belum siap untuk
menolong persalinan dan ibu meneran kuat tidak terkontrol kepala janin
spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi saat kepala dan bahu
b. Faktor Penolong
sangat diperlukan kerja sama dengan ibu dan penggunaan pirasat manual
yang tepat dapat mengatur ekspulsi kepala, bahu, dan seluruh tubuh bayi
KERANGKA KONSEP
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagi ciri, sifat atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep
Variabel independen
independen dalam penelitian ini adalah paritas , Jarak Kelahiran, Berat Badan
Lahir.
Variabel Dependen
Variable dependent merupakan variable terikat adalah variabel yang
atau menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel dependen yang dimaksud
a. Paritas
Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah di alami oleh ibu baik
(Winkjosastro.H.2011).
dari dua kali melahirkan (multipara) dan wanita yang telah melahirkan lebih
b. Jarak Kelahiran
melahirkan sebelumnya.
Bayi besar adalah bayi yang begitu lahir memiliki berat badan lebih dari
4000 gram. Robekan perineum terjadi pada kelahiran dengan berat badan
bayi yang besar. Hal ini terjadi karena semakin besar berat badan bayi yang
perineum tidak cukup kuat menahan regangan kepala bayi dengan berat
badan bayi lahir yang besar sering terjadi laserasi perineum (Saifuddin, 2011).
B. Kerangka Konsep
Berdasarkan variabel fakror-faktor penyebab terjadinya rupture perineum
Paritas
Berat badan
lahir
Keterangan
: variabel dependen
: variabel independen
diamati atau diteliti secara tidak langsung. Defenisi operasional ini akan
suatu variabel.
Pada penelitian ini yang digunakan skala nominal yaitu suata data yang
1. Paritas : jumlah yang dilahirkan oleh seorang ibu baik hidup maupun mati.
Variabel ini akan diukur dengan wawancara dan penyebaran kuesioner. Hasil
kategori, yaitu:
Hasil timbangan Berat Badan Bayi saat dilahirkan. Variabel ini akan
a. Bayi Besar : bayi yang memiliki berat badan lebih dari 4000 gram
c. BBLR : bayi yang memiliki berat badab yang kurang dari 2500 gram.
a. Tidak termasuk= 0%
f. Sebagian besar76-90%
g. Termasuk = 100%
(Arikunto 2010)
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
lain-lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan
1. Lokasi
2. Waktu
1. Populasi
diteliti (Notoatmojo,2011).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang bersalin pada
Bulan Januari sampai dengan Bulan ........ tahun 2017 di Wilayah Kerja
2. Sampel
Keterangan :
n : Ukuran sampel
N : Ukuran populasi
Dari rumus diatas, maka besarnya jumlah sampel (n) adalah sebagai berikut :
n= 73
1 + 73 (0.10 x 0.10)
n= 73
1 + 0.73
n = 42
sebanyak 42 orang.
D. Etika Penelitian
1. Informed concent
alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.
3. Kerahasiaan (confidentiality)
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkkan pada hasil riset..
a. Analisa Univariat
Dari hasil tabulasi data tersebut kemudian dianalisa dalam bentuk statistik
rumus :
𝑓
P= x 100
𝑛
f = frekuensi variabel
A. Hasil Penelitian
Responden. Ibu yang telah bersalin dan tercatat mengalami ruptur perineum.
1. Karakteristik responden
a. Ruptur perineum
Tabel 5.1.
Distribusi Responden Berdasarkan Gambaran Penyebab Terjadinya Ruptur
Perineum Pada Ibu Bersalin Diwilayah Kerja Puskesmas Tanrutedong
Kabupaten Sidenreng RappangTahun 2017
Tingkat I 13 31 %
Tingkat II 28 66,6 %
Tabel 5.2.
Distribusi Frekuensi Paritas Terhadap Terjadinya Ruptur Perineum Pada
Ibu Bersalin Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanrutedong
Kabupaten Sidenreng RappangTahun 2017
Primipara 17 40,5%
Multipara 25 59,5 %
grandemultipara 0 0%
Total 42 100%
sebanyak 100%.
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Jarak Kelahiran Terhadap Terjadinya Ruptur Perineum
Pada Ibu Bersalin Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanrutedong
Kabupaten Sidenreng RappangTahun 2017
< 2 tahun 2 8%
≥ 2 tahun 23 92 %
Total 25 100 %
kurang dari 2 tahun yang mengalami ruptur sebanyak 2 orang (8%),dan jarank
kelahiran ≥ 2 tahun sebanyak 23 orang (92%) dengan. Total total kejadian ruptur
perineum pada jarak kelahiran sebanyak 100%. Dari hasil ukur dari kriteria
objektif jarak kelahiran masuk kategori 100% yaitu termasuk salah satu factor
Tabel 5.4.
Distribusi Frekuansi Berat Badan Lahir Terhadap Penyebab Terjadinya Ruptur
Perineum Pada Ibu Bersalin Di Wilayah Kerja PuskesmasTanrutedong
Kabupaten Sidenreng RappangTahun 2017
2500-4000 40 95,2 %
gram
>4000 gram 0 0%
Total 42 100%
mengalami ruptur perineum dengan berat badan lahir <2500 gram sebanyak 2
orang ( 4,8%), berat badan 2500-4000 gram sebanyak 40 orang (95,2%) dan
memiliki berat badan > 4000 gram tidak ada. Total kejadiadian ruptur perineum
B. Pembahasan
Tahun 2017 pada 42 responden, maka secara umum didapatkan bahwa dari 42
28 orang (66,7%) dan yang mengalami ruptur perineum tingkat III sebanyak 1
Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan maka pada bagian
ini akan diuraikan tentang pembahasan hasil penelitian untuk menjawab tujuan
ibu paritas primipara memiliki resiko lebih besar untuk mengalami ruptur
jalan lahir yang belum pernah di lalui kepala bayi sehingga otot-otot perineum
yang pernah di alami oleh ibu baik lahir hidup maupun lahir mati, tapi tidak
kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup di luar rahim ( lebih
dari 28 minggu).
Penelitian ini juga pernah dilakukan oleh Hutomo (2010) dan Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan ruptur pada jalan lahir dengan
paritas. Hasil penelitian ini diperoleh ruptur perineum. Hasil penelitian ini pada
Dari total sampel 230 orang kejadian ruptur spontan pada perineum
ditemukan sebanyak 124 orang (53,9%) dan tidak terjadi laserasi spontan
orang dan grandemultipara tidak ada. Di tinjau dari hasil ukur paritas masuk
Tahun 2017 digambarkan pada tabel 5.3 yang menunjukkan bahwa dari 42
orang (92%) dengan total kejadian ruptur perineum pada jarak kelahiran
sebanyak 100 %. Dari hasil ukur dari kriteria objektif jarak kelahiran masuk
kategori 100 % yaitu jarak kelahiran merupakan salah satu faktor penyebab
Namun laserasi pada persalinan normal dapat terjadi karena ibu kurang
Hal ini tidak sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Depkes,
(2011) Jarak kelahiran kurang dari dua tahun tergolong resiko tinggi karena
merupakan jarak kelahiran yang lebih aman bagi ibu dan janin. Begitu juga
Penelitian ini juga pernah dilakukan oleh Ruhama (2011) dengan hasil
episiotomy, hal ini timbul pada jarak kelahiran yang tidak beresiko, meskipun
melahirkan yang benar seperti meneran sebelum waktunya atau belum ada
kontraksi (his) dan juga karena bimbingan persalinan yang salah sehingga
responden yang mengalami ruptur perineum dengan berat badan lahir <2500
semakin berat badan bayi semakin besar terjadinya ruptur perineum pada
bayi. Berat badan janin dapat Berat badan janin dapat mengakibatkan
terjadinya ruptur perineum yaitu berat badan janin lebih dari 3500 gram,
karena resiko trauma partus melalui vagina seperti distosia bahu dan
kerusakan jaringan lunak pada ibu. Perkiraaan berat janin bergantung pada
bahwa ada berat badan bayi lahir merupakan salah satu factor terjadinya
ruptur perineum jalan lahir pada ibu bersalin normal. Berat mengakibatkan
terjadinya laserasi pada jalan lahir yaitu berat badan badan janin lebih dari
3500 gram, karena resiko trauma partus melalui vagina seperti distosia bahu
dan kerusakan jaringan lunak pada ibu. Berat badan lahir adalah berat badan
bayi yang ditimbang 24 jam pertama kelahiran. Semakin besar bayi yang
dari 42 responden yang mengalami ruptur perineum dengan berat badan lahir
<2500 gram sebanyak 2 orang ( 4,8%) tingkat I sebanyak 2 orang dan , berat
orang dan memiliki berat badan > 4000 gram tidak ada. Berat badan lahir
persalinan normal pada ibu bersalin. Di tinjau dari hasil ukur paritas masuk
bahwa faktor resiko terjadi ruptur perineum pada persalinan normal pada
berat badan bayi 2500-4000 gram dikarenakan semakin besar berat badan
bayi lahir semakin besar kemungkinan terjadi ruptur perineum pada jalan
lahir.
BAB VI
A. Kesimpulan
kejadian ruptur perineum dilihat dari nilai frekuensi menunjukkan bahwa dari
(59,5%).
orang. Jarak kelahiran kurang dari 2 tahun yang mengalami ruptur sebanyak
dengan. Total total kejadian ruptur perineum pada jarak kelahiran sebanyak
100 %.
3. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berat badan lahir merupakan salah
dengan berat badan lahir <2500 gram sebanyak 2 orang (4,8%), berat
1. Bagi Program
a. Pendidikan
pada ibu agar ibu dapat tenang dan memposisikan ibu dengan tepat dan
c. Bagi masyarakat
Data Laporan Program Kesehatan Ibu Dan Anak Puskesmas Tanrutedong Tahun.
(2015)
Jurnal: Hutomo. (2010) hubungan paritas dengan ruptur perineum pada ibu bersalin
Jurnal: Siti Dwi Endriana, Ali Rosidi Dan Wening Andarsari. (2012) Hubungan Umur
Paritas Dan Berat Bayi Lahir Dengan Kejadian Laserasi Perineum Di Bidan
Praktek Swasta Hj. Sri Wahyuni, S.Sit
Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah( Jenis Penelitian) Program Studi Diploma
Tiga (DIII) Kebidanan STIKES Muhammadiyah Sidrap (2015)
Rohani, Dkk (2011) Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.Jakarta: Salemba Medika
Worid Health Organization (WHO) (2015). Data Angaka Kematian Ibu Dab Bayi.
L
N
LAMPIRAN 1
Nama : Wahidah.l
Nim : 201302097
menghambat karier atau hambatan lain yang berkaitan dengan tugas yang saudara/i
laksanakan.
Sidrap,…………2016
Informan Peneliti
(………………..) Wahidah.L
LAMPIRAN 2
LEMBAR KUESIONER
Nama :
Umur :
Alamat :
Faktor Paritas
No Pertanyaan G P A
1. Primipara
2. Multipara
3. Grande multipara
Jarak Kelahiran
1. <2 tahun
2. ≥ 2 tahun
Berat Badan Bayi
NIM : 201302092
Agama : Islam
B. Riwayat pendidikan
sampai sekarang