Anda di halaman 1dari 6

TAFSIR, TA’WIL DAN TERJEMAH

A. Pengertian Tafsir, Ta’wil, dan Terjemah

1. Tafsir
Tafsir menurut bahasa artinya menyingkap (membuka) dan melahirkan. Adapun pengertian
tafsir menurut para ulama yaitu sebagai berikut:[1]
1. Menurut Al-Kilabi tafsir adalah menjelaskan Al-Qur’an, menerangkan maknanya dan
menjelaskan apa yang dikehendaki dengan nashnya atau dengan isyaratnya atau
tujuannya.
2. Menurut Syekh Al-Jazairi tafsir pada hakikatnya adalah menjelaskan lafadz yang sukar
dipahami oleh pendengar dengan mengemukakan lafadz sinonimnya atau makna yang
mendekatinya, atau dengan jalan mengemukakan salah satu dialah lafadz tersebut.[2]
3. Menurut Az-Zakkasyi tafsir adalah ilmu yang digunakan untuk memahami dan
menjelaskan makna-makna kitab Allah yang diturunkan kepada Rasulullah serta
menyimpulkan kandungan-kandungan hukum dan hikmahnya.
4. Sedangkan menurut Abu Hayyan tafsir adalah ilmu mengenai cara pengucapan lafadz-
lafadz Al-Qur’an serta cara mengungkapkan petunjuk, kandungan-kandungan hukum,
dan makna yang terkandung di dalamnya.[3]
5. Menurut Al-Jurjani tafsir pada asalnya , ialah membukadan melahirkan. Dalam istilah
syara’, ialah menjelaskan makna ayat, urusannya, kisahnya, dan sebab diturunkannya
ayat, dengan lafazh yang menunjukannya secara terang.[4]
1. Takwil
Menurut lughat takwil adalah menerangkan dan menjelaskan. Adapun pengertian takwil
menurut para ulama yaitu sebagai berikut:

1. Menurut Al-Jurzani takwil adalah memalingkan satu lafazh dari makna lahirnya
terhadap makna yang dikandungnya, apabila makna alternatif yang dipandangnya
sesuai dengan ketentuan Al-kitab dan As-sunnah.
2. Menuurut ulama khalaf takwil adalah mengalihkan suatu lafazh dari makna yang rajih
pada makna yang marjuh karena ada indikasi untuk itu.[5]
3. Menurut sebagian ulama lain takwil ialah menerangkan salah satu makna yang dapat
diterima oleh lafazh.[6]
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan takwil adalah suatu usaha untuk memahami lafazh-
lafazh (ayat-ayat) Al-Qur’an melalui pendekatan memahami arti atau maksud sebagai
kandungan dari lafazh itu.

1. Terjemah
Arti terjemah menurut bahasa adalah salinan dari satu bahasa ke bahasa lain, atau mengganti,
menyalin, memindahkan kalimat dari suatu bahasa ke bahasa lain.
Sedangkan menurut istilah seperti yang dikemukakan oleh Ash-Shabuni: “Memindahkan
bahasa Al-Qur’an ke bahasa lain yang bukan bahasa ‘Arab dan mencetak terjemah ini
kebeberapa naskah agar dibaca orang yang tidak mengerti bahasa ‘Arab, sehingga dapat
memahami kitab Allah SWt, dengan perantaraan terjemahan.”

Pada dasarnya ada tiga corak penerjemahan, yaitu:

1. Terjemah maknawiyyah tafsiriyyah, yaitu menerangkan makna atau kalimat dan


mensyarahkannya, tidak terikat oleh leterlek-nya, melainkan oleh makna dan tujuan
kalimat aslinya (sinonim dengan tafsir)
2. Terjamah harfiyah bi Al-mistli, yaitu menyalin atau mengganti kata-kata dari bahasa
asli dengan kata sinonimnya (muradif) ke dalam bahasa baru dan terikat oleh bahasa
aslinya.
3. Terjemah harfiyah bi dzuni Al-mistl, yaitu menyalin atau mengganti kata-kata bahasa
asli kedalam bahasa lain dengan memperhatikan urutan makna dan segi sastranya.
B. Perbedaan Tafsir, Takwil dan Terjemah

Perbedaan tafsir dan takwil di satu pihak dan terjemah di pihak lain adalah bahwa berupaya
menjelaskan makna-makna setiap kata di dalam Al-Qur’an dan mengalihkan bahasa Al-
Qur’an yang aslinya bahasa Arab ke bahasa non Arab.

Para mufassirin telah berselisih tentang makna tafsir dan takwil:

– Menurut Abu Ubaidah: “Tafsir dan takwil satu makna.” Pendapat ini di bantah oleh
para ulama yaitu diantaranya Abu Bakar Ibnu Habib an-Naisabury

– Menurut Al-Raghif Al-Ashfahani: “Tafsir itu lebih umum dan lebih banyak dipakai
mengenai kata-kata tunggal, sedangkan takwil lebih banyak dipakai mengenai makna dan
susunan kalimat.

– Menurut setengah ulama : “Tafsir menerangkan makna lafazh yang tidak menerima
selain dari satu arti. Sedangkan takwil menetapkan makna yang dikehendaki oleh suatu lafazh
yang dapat menerima banyak makna, karena ada dalil-dalil yang menghendakinya.[7]
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa perbedaan tafsir dan takwil yaitu:

1. Tafsir itu lebih umum dari takwil karena dipakai dalam kitab Allah dan lainnya,
sedangkan takwil itu lebih banyak digunakan dalam kitab Allah.
2. Tafsir pada umumnya digunakan pada lafazh dan mufradat (kosakata), sedangkan
takwil pda umumnya digunakan untuk menunjukan makna dan kalimat.
3. Takwil diartikan juga sebagai memalingkan makna suatu lafazh dari makna yang kuat
(ar-rajih) ke makna yang kurang kuat (al-marjuh), karena disertai dalilyang
menunjukan demikian. Sedangkan tafsir menjelaskan makna suatu ayat berdasarkan
makna yang kuat.
4. Para ulama ada juga yang berpendapat bahwa tafsir adalah penjelasan yang
berdasarkan riwayah, dan takwilberdasarkan dirayah.[8]
C. Metode Tafsir

Ulama selalu berusaha untuk memahami kandungan al-Quran sejak masa ulama salaf sampai
masa modern. Dari sekian lama perjalanan sejarah penafsiran al-Quran, banyak ditemui
beragam tafsir dengan metode dan corak yang berbeda-beda. Dari sekian banyak macam-
macam tafsir, ulama mencoba membuat menglasifikasikan tafsir dengan sudut pandang yang
berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya.

Jika dilihat dari segi etnis atau cara bagaimana mufassir menjelaskan makna ayat-ayat Al-
Qur’an, maka tafsir itu dapat dikategorikan dalam beberapa macam yaitu:

1. Tahlili
2. Muqarran
3. Ijmali
4. Maudhu’i
D. Corak Tafsir

Tafsir merupakan karya manusia yang selalu diwarnai pikiran, madzhab, dan disiplin ilmu
yang ditekuni oleh mufassirnya, oleh karena itu buku-uku tafsir mempunyai berbagai corak
pemikiran dan madzhab. Diantara corak tafsir yaitu adalah sebagai berikut:[9]
1. Tafsir Shufi

Tafsir shufi yaitu suatu karya tafsir yang diwarnai oleh teori atau pemikiran tasawuf, baik
tasawuf teoritis(at-tasawuf an-nazhary) maupun tasawuf praktis (at-tasawuf al-‘amali).

2. Tafsir Falsafi

Yaitu suatu karya tafsir yang bercorak filsafat. Artinya dalam menjelaskan suatu ayat,
mufassir merujuk pendapat filosof. Persoalan yang diperbincangan dalam suatu ayat
dimaknai berdasarkan pandangan para ahli filsafat.

3. Tafsir Fiqhi
Yaitu penafsiran al-Qur’an yang bercorak fiqih, diantara isi kandungan al-Qur’an adalah
penjelasan mengenai hukum, baik ibadah maupun muamalah. Tafsir fiqih ini selain lebih
banyak berbincang mengenai persoalan hukum , juga kadang-kadang diwarnai oleh ta’asub
(fanatik). Buku-buku tafsir fiqhi ini dapat pula dikategorikan kepada corak lain yaitu tafsir
fiqhi hanafi, maliki, syafi’i, dan hambali.

4. Tafsir ‘Ilmi

Yaitu tafsir yang bercorak ilmu pengetahuan modern, khususnya sains eksakta. Tafsir ini
selalu mengutiip teori-teori ilmiah yang berkaitan denagn ayat yang sedang
ditafsirkan. Seperti biologi, embriologi, geologi, astronomi, pertanian, perterrnakan, dan
lain-lain. Contoh tafsir yang bercorak ilmi yaitu: Al-Jawahir fi Tafsir Al-Qur’an Al-karim
karya Thanthawi Jauhari dan Mafatih Al-Ghaib karya Ar-Razi, Khalq Al-Insan Bayna Ath-
Thib Wa Al-Qur’an karya Muhammad Ali Al-Bar.

5. Corak Al-Adabi WaAl-Ijtima’i

Yaitu tafsir yang bercorak sastra kesopanan dan sosial. Dengan corak ini mufassir
mengungkap keindahan dan ke agungan Al-Qur’an yang meliputi aspek balagah, mukjizat,
makna, dan tujuannya. Mufassir berusaha menjelaskan sunnah yang terdapat pada alam dan
sistem sosial yang terdapat dalam Al-Qur’an, dan berusaha memecahkan persoalan
kemanusiaan pada umumnya dan umat islam pada khususnya, sesuai dengan petunjuk Al-
Qur’an.[10]
KESIMPULAN

Berdasarkan pengertian-pengertian pendapat para ulama dapat disimpulkan bahwa: “Tafsir”


adalah suatu usaha tanggapan, penalaran, dan ijtihad manusia untuk menyikapi nilai-nilai
samawi yang terdapat didalam Al-Qur’an.

“Takwil” adalah suatu usaha untuk memahami lafazh-lafazh (ayat-ayat) Al-Qur’an melalui
pendekatan memahami arti atau maksud sebagai kandungan dari lafazh itu.

“Terjemah” adalah memindahkan bahasa Al-Qur’an ke bahasa lain yang bukan bahasa ‘Arab
dan mencetak terjemah ini kebeberapa naskah agar dibaca orang yang tidak mengerti bahasa
‘Arab, sehingga dapat memahami kitab Allah SWt, dengan perantaraan terjemahan.

Bentuk penafsiran:

1. Al-Ma’tsur
2. Al-Ra’y
Metode penafsiran:

1. Tahlili (analisis)
2. Muqarran (perbandingan)
3. Ijmali (global)
4. Mawdhu’i (tematik)
Corak penafsiran:

1. Tafsir shufy
2. Tafsir falsafi
3. Tafsir fiqhi
4. Tafsir ‘ilmi
5. Al-Adabi wa al-Ijtima’i

Anwar Rosihun, Ulum Al-Qur’an, Pustaka Setia, Bandung, 2012.

Ashiddieqy Hasbi, Sejarah dan Pengantar ilmu Al-Qur’an/Tafsir, Bulan bintang, jakarta,
1989.

Hasbi Muhammad, Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Pustaka Rizki Putra, Semarang, 1987.

M. Yusuf Kadar, study Al-Qur’an, Amzah, Jakarta, 2010.

Al-Hayy Abd, Metode tafsir Mawdhu’i, Raja Grafindo Persada, jakarta, 1994.

Syadali Ahmad, Rafi’i, Ulumul Qur’an II, Pustaka Setia, Bandung, 2000.

Al-Qaththan Manna’ Khalil, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, Litera Antarnusa, Bogor, 2011.
[1] Rosihun Anwar, Ulum Al-Qur’an, Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm. 209

[2] Hasbi Ashiddieqy, Sejarah dan Pengantar ilmu Al-Qur’an/Tafsir, Bulan bintang, jakarta,
1989, hlm. 193

[3] Rosihun Anwar, op. cit., hlm. 210

[4] Hasbi Muhammad, Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Pustaka Rizki Putra, Semarang, 1987,
hlm. 171.

[5] Rosihun Anwar, op. cit., hlm. 211

[6] Hasbi Muhammad, Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Pustaka Rizki Putra, Semarang, 1987,
hlm. 172

[7] Hasbi Muhammad,op. cit., hlm. 173

[8] Kadar M. Yusuf, study Al-Qur’an, Amzah, Jakarta, 2010, hlm. 133

[9] Kadar M. Yusuf, op. cit., hlm. 158

[10] Ibid., hlm. 158-162

Anda mungkin juga menyukai