Anda di halaman 1dari 20

BAB VI

Kelainan-kelainan penyulit kelahiran

1. Cephalopelvic Disporportion (CPD)


2. Plasenta Previa
3. distosia

1. Cephalo pelvic disproportion

Cephalo pelvic disproportion adalah ketidakseimbangan antara besarnya

kepala janin dalam perbandingan dengan luasnya ukuran panggul ibu. Post section

caesariaindikasi cephalo pelvik disproportion adalah suatu cara untuk melahirkan

janin dengan cara pembedahan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau

vagina dimana janin tidak dapat dilahirkan secara manual pervaginam karena

ketidakseimbangan antara ukuran kepala dengan panggul.

Etiologi Cephalo Pelvic Disproportion

Faktor-faktor terjadinya CPD:

1. Faktor Ibu

a. Adanya kelainan panggul

b. Perubahan bentuk karena penyakit tulang belakang

c. Perubahan bentuk karena penyakit

d. Adanya kesempitan panggul


a) Kesempitan pada pintu atas panggul (PAP) dianggap sempit kalau

conjurgata vera kurang 10 cm atau diameter tranvera kurang dari 12

cm biasanya terdapat pada kelainan panggul.

b) Kesempitan bidang tengah panggul

Dikatakan bahwa bidang tengah panggul sempit kalau; jumlah

diameter spina kurang dari 9 cm, kesempitan pintu bawah

perut.Dikatakan sempit kalau jarak antara tuberosis 15 cm atau

kurang, kalau pintu bawah panggul sempit biasanya bidang tengah

juga sempit.Kesempitan pintu bawah panggul jarang memaksa.

2. Faktor Janin

a. Janin yang terlalu besar

b. Hidrocephalus

c. Kelainan letak janin

Penatalaksanaan CPD

Sectio Caesaria dan partus percobaan merupakan tindakan utama untuk

menangani persalinan pada disproporsi sefalopelvik. Di samping itu kadangkadang

ada indiksi untuk melakukan simfisiofomia dan kraniotomia akan tetapi

simfisiotomia jarang sekali dilakukan di Indonesia, sedangkan kraniotomia hanya

dikerjakan pada janin mati. (Wiknjosastro, 2007)

1. Sectio Caesaria
Sectio caesaria dapat dilakukan secara elektif atau primer, yaitu sebelum

persalinan mulai atau pada awal persalinan, dan secara sekunder, yaitu sesudah

persalinan berlangsung selama beberapa waktu.

a) Sectio caesaria elektif direncanakan lebih dahulu dan dilakukan pada

kehamilan cukup bulan karena kesempatan panggul yang cukup berat, atau

kerana terdapat disproporsi sefalopelvik yang nyata.

b) Sectio sekunder dilakukan karena persalinan percobaan dianggap gagal,

atau karena timbul indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas

mungkin, sedang syarat-syarat untuk persalinan per vaginam tidak atau

belum terpenuhi.

2. Persalinan Percobaan

Berdasarkan pemeriksaan yang teliti pada hamil tua diadakan penilaian

tentang bentuk serta ukuran-ukuran panggul dalam semua bidang dan hubungan

antara kepala janin dan panggul, dan setelah dicapai kesimpulan bahwa ada harapan

bahwa persalinan dapat berlangsung pervaginam dengan selamat, dapat diambil

keputusan untuk menyelenggarakan persalinan percobaan.

3. Simfisiotomi

Simfisiotomi adalah tindakan untuk memisahkan tulang panggul kiri dan

tulang panggul kanan pada simfisis supaya dengan demikian rongga panggul menjadi

lebih luas.

4. Kraniotomi
Pada persalinan yang dibicarakan berlarut-larut dan dengan janin sudah

meninggal, sebaiknya persalinan diselesaikan dengan kraniotomi.

2. Plasenta Previa

a. Pengertian

Plasenta previa adalah keadaan plasenta berimplantasi rendah pada segmen

bawah rahim, meutupi atau tidak menutupi ostium uteri internum pada usia

kehamilan lebih dari 20 minggu dan janin mampu hidup diluar rahim (Sumapraja dan

Rachimhadi, 2007).

Plasenta previa adalah komplikasi obstetri yang terjadi pada trimester kedua

dan ketiga kehamilan.Hal itu dapat menyebabkan kematian yang serius baik bagi

janin dan ibu.Ini adalah salah satu penyebab utama perdarahan vagina pada trimester

kedua dan ketiga (Patrcik, 2009).

b. Frekuensi

Plasenta previa terjadi pada kira-kira 1 diantara 200 persalinan. Di Rumah

Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, antara tahun 1971 – 1975, terjadi 37 kasus plasenta

previa diantara 4781 persalinan yang terdaftar, atau kira-kira 1 diantara 125

persalinan terdaftar (Sumapraja dan Rachimhadi, 2007).


c. Klasifikasi Plasenta Previa

Plasenta previa diklasifikasikan oleh Patrick (2009) menjadi beberapa jenis:

1) Plasenta previa totalis

Ostium uteri internum tertutup seluruhnya oleh plasenta.

2) Plaenta previa parsialis

Ostium uteri internum tertutup sebagian oleh plasenta.

3) Plasenta previa marginalis

Pinggir bawah plasenta sampai pada pinggir ostium uteri internum.

4) Plasenta previa letak rendah

Terjadi jika plasenta tertanam di segmen bawah uterus.

d. Etiologi Plasenta Previa

Menurut Sheiner (2001) etiologi plasenta previa sampai saat ini belum

diketahui secara pasti, namun ada beberapa teori dan faktor risiko yang

berhubungan dengan plasenta previa, diantaranya:

b. Ovum yang dibuahi tertanam sangat rendah di dalam rahim,

menyebabkan plasenta terbentuk dekat dengan atau di atas pembukaan

serviks.
c. Lapisan rahim (endometrium) memiliki kelainan seperti fibroid atau

jaringan parut (dari previa sebelumnya, sayatan, bagian bedah caesar

atau aborsi).

d. Hipoplasia endometrium : bila kawin dan hamil pada umur muda.

e. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap

menerima hasil konsepsi.

f. Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium.

g. Plasenta terbentuk secara tidak normal.

h. Kejadian plasenta previa tiga kali lebih sering pada wanita multipara

daripada primipara. Pada multipara, plasenta previa disebabkan

vaskularisasi yang berkurang dan perubahan atrofi pada desidua akibat

persalinan masa lampau. Aliran darah ke plasenta tidak cukup dan

memperluas permukaannnya sehingga menutupi pembukaan jalan

lahir (Sumapraja dan Rachimhadi, 2005).

i. Ibu merokok atau menggunakan kokain.

j. Ibu dengan usia lebih tua.

e. Gambaran klinis

Kay (2003) menyebautkan bahwa gejala plasenta previa mencakup satu

atau kedua hal berikut:

1. Tiba-tiba, tanpa rasa sakit pendarahan vagina yang berkisar dari ringan

sampai berat. Darah sering berwarna merah terang. Pendarahan dapat


terjadi pada awal minggu ke-20 kehamilan tetapi yang paling umum

selama trimester ketiga.

2. Gejala persalinan prematur. Satu dari 5 wanita dengan tanda-tanda

plasenta previa juga memiliki kontraksi rahim.

f. Penatalaksanaan Plasenta Previa Menurut Scearce (2007)

1) Terapi ekspektatif (pasif)

Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur, penderita

dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis

servisis.Upaya diagnosis dilakukan secara non invasif.Pemantauan

klinis dilakukan secara ketat dan baik.

Syarat-syarat terapi ekspektatif:

i. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian

berhenti.

ii. Belum ada tanda-tanda in partu.

iii. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas

normal).

iv. Janin masih hidup.

2) Terapi aktif
Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang

aktif dan banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa

memandang maturitas janin. Cara menyelesaikan persalinan dengan

plasenta previa

a. Seksio sesarea

b. Melahirkan pervaginam

3. Distosia

Pengertian distosia

Distosia adalah suatu persalinan yang sulit, ditandai dengan kemajuan

persalinan yang lambat. Untuk menentukan adanya distosia dapat

menggunakan batasan waktu ataupun kelajuan proses. Distosia dapat terjadi

pada kala I atau pun kala II persalinan.

1. ETIOLOGI
Distosia dapat disebabkan karena kelainan his ( his hipotonik dan
his hipertonik ), karena kelainan besar anak, bentuk anak (
hidrocefalus, kembar siam, prolaps tali pusat ), letak anak (letak
sungsang, letak melintang ), serta karena kelainan jalan lahir.

Distosia Karena Kelainan Tenaga

Inersia Uteri

Inersia uteri adalah kelainan his yang kekuatannya tidak adekuat untuk
melakukan pembukaan serviks atau mendorong janin keluar. Inersia uteri dibagi
dalam:
a. Inersia uteri primer, ialah kalau his lemah dari permulaan persalinan.

b. Inersia uteri sekunder, kalau mula-mula his baik tapi kemudian menjadi lemah

karena otot-otot rahim lelah jika persalinan berlangsung lama.

Etiologi

a. Multipara

b. Kelainan letak janin

c. Disproporsi sefalopelvik

d. Kehamilan ganda

e. Hidramnion

f. Uterus bikornis unikolis

Penatalaksanaan

Inersia uteri sekunder, berikan sedative lalu nilai pembukaan serviks setelah 12 jam.
Pecahkan ketuban dan beri infuse oksitosin bila tidak ada kemajuan his. Oksitosin
diberikan 5 satuan dalam larutan glukosa 5% secara infuse intravena dengan
kecepatan 12 tetes per menit. Tetesan dapat dinaikkan perlahan-lahan sampai kira-
kira 50 tetes, tergantung hasilnya. Inersia uteri sekunder, pecahkan ketuban berikan
infuse pitosin 5 satuan dalam larutan glukosa 5% secara infuse intravena dengan
kecepatan 12 tetes per menit. Tetesan dapat dinaikkan perlahan-lahan sampai 50 tetes
per menit.

PENGERTIAN DISTOSIA BAHU


Distosia bahu adalah tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan
setelah kepala janin dilahirkan. Selain itu distosia bahu juga dapat di defenisikan
sebagai ketidakmampuan melahirkan bahu dengan mekanisme atau cara biasa.

TANDA DAN GEJALA TERJADINYA DISTOSIA BAHU


1. Pada proses persalinan normal kepala lahir melalui gerakan ekstensi. Pada distosia
bahu kepala akan tertarik kedalam dan tidak dapat mengalami putar paksi luar yang
normal.

2. Ukuran kepala dan bentuk pipi menunjukkan bahwa bayi gemuk dan besar. Begitu
pula dengan postur tubuh parturien yang biasanya juga obese.

3. Usaha untuk melakukan putar paksi luar, fleksi lateral dan traksi tidak berhasil
melahirkan bahu.
DIAGNOSA DISTOSIA BAHU
• Kepala janin dapat dilahirkan tetapi tettap berada dekat vulva.
• Dagu tertarik dan menekan perineum.
• Tarikan pada kepala gagal melahirkan bahu yang terperangkap di belakang
simfisis pubis
PENATALAKSANAAN DISTOSIA BAHU
Rekomendasi dari American College of Obstetricians and Gynecologist
(2002) untuk penatalaksanaan pasien dengan riwayat distosia bahu pada persalinan
yang lalu:
1. Perlu dilakukan evaluasi cermat terhadap perkiraan berat janin, usia
kehamilan, intoleransi glukosa maternal dan tingkatan cedera janin pada kehamilan
sebelumnya.
2. Keuntungan dan kerugian untuk dilakukannya tindakan SC harus dibahas
secara baik dengan pasien dan keluarganya. American College Of Obstetricians and
Gynecologist (2002)
Penelitian yang dilakukan dengan metode evidence based menyimpulkan bahwa :
a. Sebagian besar kasus distosia bahu tidak dapat diramalkan atau dicegah.
b. Tindakan SC yang dilakukan pada semua pasien yang diduga mengandung janin
makrosomia adalah sikap yang berlebihan, kecuali bila sudah diduga adanya
kehamilan yang melebihi 5000 gram atau dugaan berat badan janin yang dikandung
oleh penderita diabetes lebih dari 4500 gram. Untuk
penatalaksanaannya:

1. Beritahu ibu bahwa terjadi komplikasi yang gawat dan diperlukan kerja sama lebih
lanjut. 2. Geser posisi ibu sehingga bokong berada dipinggir tempat persalinan agar
memudahkan traksi curam bawah kepala anak.
3. Pakai sarung tangan DTT atau steril
4. Lakukan episotomi secukupnya
5. Lakukan manuver Mc Robert’s Posisi ibu berbaring pada punggungya, minta ibu
untuk menarik lututnya sejauh mungkin ke arah dadanya. Minta suami atau anggota
keluarga untuk membantu ibu
Maneuver Mc RobertTehnik ini ditemukan pertama kali oleh Gonik dkk tahun 1983
dan selanjutnya William A Mc Robert mempopulerkannya di University of Texas di
Houston. Maneuver ini terdiri dari melepaskan kaki dari penyangga dan melakukan
fleksi sehingga paha menempel pada abdomen ibu.Tindakan ini dapat menyebabkan
sacrum mendatar, rotasi simfisis pubis kearah kepala maternal dan mengurangi sudut
inklinasi. Meskipun ukuran panggul tak berubah, rotasi cephalad panggul cenderung
untuk membebaskan bahu depan yang terhimpit. Fleksi sendi lutut dan paha serta
mendekatkan paha ibu pada abdomen sebaaimana terlihat pada (panah horisontal).
Asisten melakukan tekanan
suprapubic secara bersamaan (panah vertikal)
6. Lakukan fleksi maksimal pada sendi paha dan sendi lutut kedua tungkai ibu
sedemikian rupa sehingga lutut hampir menempel pada bahu. Penolong persalinan
menahan kepala anak dan pada saat yang sama seorang asisten memberikan tekanan
diatas simfisis.
7. Tekan kepala bayi secara mantap dan terus menerus kearah bawah(kearah anus
ibu) untuk menggerakkan bahu anterior di bawah simfisis pubis.
8. Tekanan suprapubik ini dimaksudkan untuk membebaskan bahu depan dari tepi
bawah simfsis pubis. Ibu diminta untuk meneran sekuat tenaga saat penolong
persalinan berusaha untuk melahirkan bahu.Meminta seorang asisten untuk
melakukan tekanan secara simultan kearah bawah pada daerah suprapubis untuk
membantu persalinan bahu.
Catatan :
-jangan lakukan dorongan pada fundus, karena akan mempengaruhi bahu lebih jauh
dan bisa menyebabkan rupture uteri.
-Tekanan ringan pada suprapubic
-Dilakukan tekanan ringan pada daerah suprapubik dan secara bersamaan dilakukan
traksi curam bawah pada kepala janin.
-Tekanan ringan dilakukan oleh asisten pada daerah suprapubic saat traksi curam
bawah pada kepala janin.

Distosia karena kelainan presentas, posisi atau kelaianan janin

2.3.1 Posisi belakang kepala oksiput posterior menetap

posisi belakang kepala oksiput posterior menetap adalah ubun-ubun kecil menetap di
belakang karena tidak ke depan ketika mencapai dasar panggul. Kepala janin
lahir dalam keadaan muka di bawah simfisis pubis.

a) Etiologi
Panggul anthropoid dan android, lembek otot dasar panggul pada multipara
ataukepala janin yang kecil dan bulat sehingga tidak ada paksaan pada
belakang

kepala untuk memutar ke depan.

b) Penatalaksanaan

Lakukan pengawasan persalinan yang seksama dengan harapan


terjadinya persalinan spontan. Bila kala II terlalu lama atau tidak ada gawat janin,
lakukan tindakan mempercepat persalinan. Lakukan ekstraksi cunam,
sebelumnyausahakan ubun-ubun kecil di depan dengan cara memutar tangan
atau cunam.

Letak muka

Persentasi muka adalah kepala dalam kedudukan defleksi maksimal sehingga oksiput
tertekan pada panggung dan muka merupakan bagian terendah. Kala dagu di bagian
belakang dan tidak dapat berputar ke depan waktu paksi dalam disebut posisi
mentoposterior persisiten dan janin tidak dapat lahir spontan.

a) Etiologi

Keadaan yang memaksa terjadi defleksi kepala. Seperti panggul sempit tumor di

leher bagian depan atau keadaan yang menghalangi terjadinya fleksi kepala, seperti

janin besar dan kematian janin intrauterin.

b) Faktor Presdiposisi
c) Multipara dan perut gantung

Penatalaksanaan

Tentukan ada/tidak disproporsi safalopelvik. Bila tidak ada dan dagu berada di depan.
Diharapkan terjadi persalinan spontan.Rujuk pasien kerumah sakit bila ada
disproporsi safalopelvik atau dagu berada di belakang. Bila dagu berada di belakang,
berika kesempatan kepada dagu untuk memutar ke depan. Pada posisi mentoposterior
persisten, usahakan untuk memutar dagu ke depan dengan satu tangan yang
dimasukan ke dalam vagina. Pesentasi di ubah menjadi persentasi belakang kepala
bial dagu berada di belakang atau kepala belum turun ke dalam rongga panggul dan
masih mudah di dorong ke atas dengan cara memasukan tangan penolong kedalam
vagina kemudian menekan muka pada daerah mulut dan dagu ke atas. Bila tidak
berhasil, dapat di coba perasat thorn.Yaitu satu tangan penolong dimasukan ke dalam
vagina untuk memegang bagian belakang kepala janin, kemudian menariknya ke
bawah. Tangan yang lain berusaha meniadakan ekstensi tubuh janin dengan menekan
dada dari luar. Pada kala II yang berlangsung lebi dari dua jam di indikasikan untuk
ekstraksi cunam. Bila tidak berhasil atau didapatkan diproporsi safalipelvik lakukan
SC.

Letak dahi

Persentasi dahi adalah kedudukan kepala di antara fleksi maksimal dan defleksi
maksimal sehingga dahi merupakan bagian terendah. Pada umumnya persentasi dahi
merupakan kedudukan sementara dan sebagian besar akan berubah menjadi
persentasi muka atau belakang kepala.

Diagnosis
Pemerikasaan luar : dada teraba seprti punggung, denyut jantung terdengar lebih
jelas di bagian dada, yaitu pada sisi yang sama dengan bagian-bagian
kecil.Pemeriksaan dalam : teraba satura frontalis, yaitu bila diikuti, teraba ubun-
ubun besar pada ujung yang satu dan pangkal hidung dan lingkaran orbita pada ujung
yang lain

Etiologi

Kejadian yang memaksa terjadi defleksi kepala, seperti panggul sempit, tumor di
leher bagian depan atau keadaan yang menghalangi terjadinya fleksi kepala, seperti
janin besar, dan kematian janin intrauterin.

Penatalaksanaan

Pada janin kecil dan panggul luas, penanganan sama dengan persentasi muka. Pada
persentasi dahi dengan ukuran panggul dan janin yang normal, tidak dapat dilakukan
persalinan spontan pervaginam sehingga harus dilakukan SC. Maka, pasien dirujuk
kerumah sakit.Bila persalinan maju atau ada harapan persentasi dahi dapat berubah
menjadi persentasi belakang kepala atau muka, ktidak perlu dilakukan tindakan.Bila
pada akhir kala I kepala belum masuk rongga panggul.Persentasi dapat di ubah
dengan prasat thorn.Bila tidak berhasil, lakukan SC. Bial kala II tidak mengalami
kemajuan, meskipun kepala sudah masuk rongga panggul, lakuakn SC.

Letak lintang

Letak lintang adalah keadaan sumbu memanjang kira-kira tegak lurus dangan sum
memanjang pada tubuh ibu. Bial sumbu memanjang tersebut membentuk sudut
lancip, di sebelah letak lintang oblik, yang biasanya sementara karena kemudian akan
berubah menjadi poslongitudinal pada persalinan. Pada letak lintang, bahu berada
atas panggul. Kepala berada disalah satu fosa iliaka dan bokong pada fosa iliaka yang
lain. Pada keadaan ini, janin biasanya berada pada persentasi bahu/akromion.
Panggung janin dapat berada di depan ( dorsoanterior), belakang ( dorsoposterior),
atas (dorsoinferior), atau bawah (dorsoinferior). Bila persalinan di biarkan tanpa
pertolongan, bahu akan masuk ke dalam panggul sehingga rongga panggul
seluruhnya terisi bahu dan bagian-bagian tubuh lain. Janin tidak dapat turun lebih
lanjut dan terjepit dalam rongga panggul.Bila janin kecil, sudah mati, dan menjadi
lembek, kadang-kadang persalinan dapat belangsung spontan. Janin lahir dalam
keadaan berlipat melalui jalan lahir (konduplikasio korpore) atau lahir dengan
evolusio spontanea menurut cara dauglan dan denman

a) Etiologi

- Relaksasi berlebih dinding abdomen akibat multiparitas

- Panggul sempit

- Tumor daerah panggul

- Placenta previa

- Bayi preatur

- Kehamilan ganda

Diagnosis

Poemeriksaan luar : uterus lebih melebar dan fundus uteri lebih rendah, tidak sesuai
dengan umur kehamilan, fundus uteri kosong, kepala janin berada disamping. Di atas
smfisis juga kosong, kecuali bila bahu sudah turun ke dalam panggul. Denyut jantung
janin ditemukan sekitar umbilicus.Pemeriksaan dalam : teraba bahu dan tulang-tulang
iga/ketiak/punggung (terba scapula dan ruas tulang belakang)/dada (teraba
klavikula). Kadang-kadang teraba tali pusat yang menumbung.
Penatalaksanaan

Lakukan versi luar bial syarat versi luar terpenuhi.Ibu di haruskan masuk rumah sakit
lebih dini pada permulaan persalinan.Pada permulaan persalinan masih dapat di
usahakan untuk melakukan versi luar asalkan pembukaan masih kurang dari 4 cm dan
ketuban belum pecag. Pada primigravida, bila very luar tidak berhasil, segera lakukan
SC. Pada multigravida, bial riwayat obsetri baik, tidak ada kesempitan panggul, dan
janin tidak seberapa besar, dapat ditunggu dan diawasi sampai pembukaan seviks
lengkap, kemudian dilakukan vesi ekstraksi.

Letak sungsang

Letak sungsang adalah janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan
bokong di bagian bawah kavum uteri.Pada letak sungsang berturut-turut bagian-
bagian yang makin lama makin besar.Di mulai dari lahirnya bokomng, bahu,
kemudian kepala.

a)Etiologi

Kehamilan ganda

Hidrosephalus

Placenta previa

Panggul sempit

Prematuritas
Kelainan Tanda dan Gejala Faktor resiko Penatalaksanaan

Cephalopelvic ketidakseimbangan 1. Faktor Ibu 1. Sectio Caesaria


Disporportion antara besarnya a. Adanya kelainan 2. Persalinan
kepala janin dalam panggul Percobaan
perbandingan b. Perubahan bentuk 3. Simfisiotomi
dengan luasnya karena penyakit tulang 4. Kraniotomi
ukuran panggul ibu belakang
c. Perubahan bentuk
karena penyakit
d. Adanya kesempitan
panggul

2. Faktor Janin
a. Janin yang terlalu
besar
b. Hidrocephalus
c. Kelainan letak janin

Plasenta Previa terjadinya kondisi Faktor maternal : 3) Terapi ekspektatif


plasenta menempel (pasif)
di bagian bawah a. Ibu merokok atau 4) Terapi aktif
rahim sehingga menggunakan - Seksio
bukan berada dalam kokain. sesarea
posisi normal b. Ibu dengan usia - Melahirkan
lebih tua. pervaginam
Faktor lainnya:
a. Ovum yang
dibuahi tertanam
sangat rendah di
dalam rahim,
menyebabkan
plasenta
terbentuk dekat
dengan atau di
atas pembukaan
serviks.
b. Lapisan rahim
(endometrium)
memiliki
kelainan seperti
fibroid atau
jaringan parut
(dari previa
sebelumnya,
sayatan, bagian
bedah caesar atau
aborsi).
c. Hipoplasia
endometrium :
bila kawin dan
hamil pada umur
muda.
d. Korpus luteum
bereaksi lambat,
dimana
endometrium
belum siap
menerima hasil
konsepsi.
e. Tumor-tumor,
seperti mioma
uteri, polip
endometrium.
f. Plasenta
terbentuk secara
tidak normal.
.

Distosia Kelambatan atau 1. Maternal: 1. Pengobatan


kesulitan persalinan. •Kelainan anatomi simtomatis
Dapat disebabkan panggul 2. Sectio Caesaria
kelainan tenaga, •Diabetes
kelainan letak, dan Gestational
bentuk janin, serta •Kehamilan
kelainan jalan lahir postmatur
• Riwayat distosia
bahu
•Tubuh ibu pendek
2. Fetal
•Dugaan
macrosomia
BAB VII

HIPOTESIS AKHIR

Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, kami

menyimpulkan diagnose akhir kelompok kami adalah Distosia

Anda mungkin juga menyukai