Anda di halaman 1dari 6

Tugas bahasa indonesia

CERPEN
Nama :Krivan matius
Kelas :IX A
NO :13
Persabatan menjadi permusuhan

Pada saat aku kelas 7,8 aku adalah orang yang sangat pendiam. Aku selalu
membuat masalah walaupun aku pendiam. Di sekolah selalu menjadi bahan bully
ataupun bahan gosipan bagi para teman-teman sekelas, atapun teman-teman
yang tidak sekelas. Aku selalu diam, malas-malasan, jarang sekolah, dan hampir
membuat orang tua menjadi malu. Setiap pelajaran berlangsung aku hampir tidak
ada yang menemani untuk bekerja sama ataupun untuk menanyakan hal-hal
yang tidak atau belum di pahami. Malahan setiap ada pelajaran untuk membuat
kelompok aku selalu di pilih terakhir, hingga akhirnya aku menjadi minder.

Awal-awal Kelas 7 mungkin aku hanya atau jarang untuk bolos tapi lama-
kelamaan menjadi kebiasan. Tapi pada saat orang tuaku menjadi ragu untuk
bertanya “Bang, tadi sekolah gak?” Aku pun menjadi takut dan berbohong,
“sekolah ma, kenapa gitu?” Jawabku sambil bertanya. “gak, dikira gak sekolah.”
Lama-kelamaan orangtua ku menjadi ragu dan bertanya pada GURU ku, dan itu
membuat aku ketahuan bahwa aku bolos. Aku pun masuk dengan di antarkan
kakak ku banyak yang melihat ku dengan mata yang tidak biasanya. Akupun
menjadi malu dan banyak susulan serta tugas yang harus aku kerjakan. Belum
lagi masih banyak pr dan remedial yang harus aku kerjakan. Akupun menerima
semua tugas susulan dan remedialnya karena itu kesalahanku pula.

Hingga akhirnya, banyak teman-temanku yang merasa kesal ada pula yang
merasa kasihan. Tapi banyak guru yang merasa kesal karena kesalahanku pula,
ada juga yang merasa perhatian. Tapi mungkin bagiku itu hanya kebiasan para
guru. Karena melihat muridnya yang sangat butuh perhatian. Akupun merasa
diam saja tapi banyak teman-teman beda kelas yang tak mau bergaul, tapi itu
juga karena salahku tak mau begaul juga. Saat itu aku hanya punya teman
sekelas saja dan teman se SD. Aku jarang sekali terlihat, hanya diam di kelas
dan tak pernah mengikuti estrakurikuler.

Pada saat pembagian rapot UAS aku pun merasa takut di marahin oleh orang
tua, tapi ternyata tidak aku malah di suruh untuk menjadi lebih rajin lagi dan lebih
mau untuk bersosialisasi. Tapi kata itu tak masuk dalam telingaku ibaratkan;
masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Saat hari masuk semester genap banyak
yang menanyakan ranking padaku tapi aku hanya berkata “aku ranking 28”
jawabku pada teman-temanku. Saat semester 2 aku menjadi lebih rajin, tapi
pernah sekali aku bolos 4 hari tanpa ada keterangan. Ketahuannya saat sudah 4
hari guru ku menelepon ibuku karena punya nomer telepon ibuku yang di berikan
pada pembagian rapot UAS. Tetapi aku tetap optimis masuk ke kelas dengan
muka tanpa dosa, tapi banyak teman yang menanyakan padaku apa yang
sebenarnya terjadi? Tapi aku hanya menjawab “.....Gak”.

Akupun rajin lagi sesudah kejadian itu terjadi tapi malh banyak teman yang
melihatku dengan pandagan yang tidak biasannya. Tapi aku tetap optimis tanpa
basa basi saku selalu untuk buang muka. Pada siapapun juga agar tidak malu.
Pulang sekolah langsung pulang, pergi sekolah dengan tidak telat. Tapi makin
banyak sekali teman yang menjauhiku, hingga akhirnya aku menjadi makin
pendiam hampir menjadi seorang introvert yang sangat menbenci semua orang
yang ada di sekitarku. Walaupun banyak yang mengjauhiku tapi aku tetap
semangat mungkin ini jalan yang di berikan TUHAN padaku. Tapi masalha
remedial ataupun susulan masih banyak karena masih ada rasa malas dalam
diriku, dan tidak ada daya juang di dalam diriku.

Saat sesudah pembagian rapot semester 2 akupun naik menjadi kelas 8.


Liburpun tiba aku hanya berlibur di rumah tidak, dan hanya bermain warnet. Saat
masuk semester 2, pertama-tama banyak mungkin yang ingin menemani karena
rasa penasaran pada kehidupanku. Tapi sesudah banyak yang tau tentang
kehidupanku aku menjadi seorang yang pendiam dan tak mau bersosialisasi.
Aku selalu telat jika masuk ke kelas karena guru-guru tau rumah ku jauh tapi
sesudah semester 2, kejadian kelas 7 terjadi lagi aku bolos lagi dan ketahuan
oleh orang tua ku. Tetapi sekali lagi aku tetap optimis untuk bersekolah.

Hingga karena masalah tersebut aku di bawa oleh GURU BK. Aku di beri
pertanyaan tentang seputar dan alasan aku selalu membolos. Akupun jujur dan
memberitahu semuanya. Sesudah aku di selesai masalahnya dengan GURU BK
aku langsung masuk ke kelas pada jam ke 3. Tak ada yang mau bicara padaku.
Tapi itu mungkin karena mereka fokus pad pelajaran. Akupun selalu besosialisasi
dengan orang yang CULUN-CULUN. Aku masih saja optimis, tapi pada saat jam
kosong, seseorang yang dulu menhina dan membullyku memdekatiku dan bicara
“kamu napa jarang sekolah?” Jawabku padanya “gak, ada weh.”

Aku pun bicara padanya dan akhirnya aku menjadi dekat dengan dia. Tanpa
banyak bicara dia menyuruh aku untuk datang kerumhanya deng mencari
rumahnya. Awalnya aku mencarinya tak ketemu. Tapi sesudah di beri tau
olehnya beberapa kali akhirnya bertemu juga dan aku pun menjadi sahabat yang
dekat sekali. Aku selalu berbicara dengannya tentang bagaimana kedepannya.
“maneh, gimana nanti ke smanya?” tanyanya padaku, “urangmah engke rek ka
smk 12 atuhh” jawabku sambil sombong. Tapi dia memberitahu padaku bahwa
lebih baik aku masuk sma sebelah smpku, ya mungkin aku mau kalo gak di
terima di smk. Lama-kelamaan dia menyuruh aku untuk berani bersosialisasi
dengan sesama, terlebih dengan perempuan ataupun di suruh maju ke depan
untuk test.

Waktu-demi waktu berlalu dan akhirnya aku menjadi berani untuk bersosialisasi
dengan sesama tapi dengan perempuan aku masih gerogi. Hingga akhirnya aku
menjadi rajin untuk bersekolah dan selalu mengerjakan tugas atapun remed,
susulan dan pr. Tapi masih banyak yang selalu melihat ku seperti saat kelas 7.
Walaupun begitu aku tetap optimis dan tak pernah memikirkan hal itu karena ada
sahabatku yang sangat baik dan mau menolonku di manapun juga. Pada saat
pembagian rapot semester 2 pun aku sangat senang, karena rankingku naik dan
aku naik kelas 9. Wali kelas berkat agar aku lebih lagi menjadi lebih rajin dan
intinya yaitu semangat. Aku pun mendengarnya dengan baik tanpa basa-basi
pun libur tiba.

Akupun selalu bermain bersama sahabatku setiap hari aku niat pergi ke rumah
untuk sharing atau curhat gimana dulu walaupun dulu kita pernah bermusuhan.
Aku senang setiap hari selalu bersamanya walaupun kadang dia selalu sibuk
sehingga, aku harus bermain sendiri lagi atau bermain warnet lagi. Tapi dia
selalu chatting padaku untuk datang ke rumahnya walaupun sesudah pulang dari
kesibukannya. Ya akupun datang saja tanpa banyak bicara dan banyak
mengomel. Setiap ada dari kita yang kesusahan aku dan sahabatku ini selalu
membantu satu sama lain tanpa banyak bicara ataupun tanpa banyak
mengomel. Tak ada keegoisan dari kita, sehingga kita selalu rukun dan dalam
melakukan apapun. Setiap kita ada masalah selalu di pecahkan tanpa ada
perselisihan ataupun pertengkaran antara satu dengan yang lainnya.

Tetapi saat mulai masuk kelas 9, persahabatan aku mulai pudar karena dia
mendapat banyak teman lagi. Aku pun menerimanya dan selalu berkata pada dia
untuk tidak menemani teman barunya tapi dia selalu menjawab”gak atuhh, gak
akan urang kebawa sama mereka.” Aku menerimanya karena mungkin dia gak
akan kebawa oleh mereka-mereka. Tetapi tidak saat aku sedang jail pada
temanku, temanku pun mulai marah dan memukuliku hingga aku mulai emosi.
Tetapi sahabatku malah mengetawakan aku dengan terbahak-bahak saat aku di
pukuli temanku. Akupun mual dan mulai marah padanya. Sesudah itu dia marah
padaku dan tidak mau menemaniku. Akupun sendirian kembali tanpa siapapun
juga dengan rasa sedih. Aku menerima segala yang tealh TUHAN berikan
padaku. Walaupun hingga akhirnya persahabatanku berubah menjadi
perselisihan yang sangat lama, hingga sekarang aku masih bermusuhan
dengannya dan tak pernah berbicara padanya.
Unsur Intrisik Cerpen

1. Tema :
2. Tokoh :

3. Alur :

4. Latar :-Waktu

-Tempat

-Suasana

5. Sudut Pandang :

6. Amanat :
Kerangka CERPEN

1. Seorang pendiam yang pemalas

2. Seorang yang selalu menyusahkan orang lain

3. Seseorang yang tak ada yang mau


menemani

4. Saat adanya Teman yang akan menjadi


sahabat

5. Persahabatan yang selalu solid

6. Persabatan mulai pudar

7. Persahabatan menjadi perselisihan

Anda mungkin juga menyukai