Sap Fraktur
Sap Fraktur
Oleh :
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2018
SAP FRAKTUR (PATAH TULANG)
A. Latar Belakang
Fraktur adalah patah tulang atau terganggunya kesinambungan jaringan
tulang yang disebabkan oleh trauma langsung maupun trauma tidak
langsung. Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat jumlah kejadian fraktur
pada tahun 2011-2012 terdapat 1,3 juta orang yang menderita fraktur.
Menurut DEPKES RI tahun 2011 di Indonesia sendiri juga banyak yang
mengalami fraktur, fraktur di Indonesia terdapat 45.987 orang yang
mengalami fraktur, prevalensi kejadian fraktur yang paling tinggi adalah
fraktur femur yaitu terdapat 19.729 orang yang mengalami fraktur, sedangkan
ada 14.037 orang yang mengalami fraktur cluris dan terdapat 3.776 orang
mengalami fraktur tibia. Salah satu cara untuk mengembalikan fraktur seperti
semula yaitu salah satu cara adalah rekognisi atau dilakukan tindakan
pembedahan (Sjamsuhidayat & Jong, 2005).
Pembedahan adalah segala upaya tindakan pengobatan yang secara
invasif dengan cara membuka bagian organ tubuh yang akan ditangani.
Setelah tindakan pembedahan akan dilakukan tindakan untuk menangani
rasa nyeri yaitu dengan menggunakan obat penghilang rasa nyeri
(Sjamsuhidajat, R. & Jong, 2005). Menurut The International Association for
the Study of Pain, nyeri adalah suatu pengalaman sensorik yang tidak
menyenangkan yang diakibatkan oleh kerusakan jaringan ataupun yang
berpotensi merusak jaringan.
B. Tujuan intruksional
1. Tujuan umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan peserta
mengetahui tentang fraktur (patah tulang)
2. Tujuan Khusus :
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan peserta akan mampu :
1) Menjelaskan pengertian fraktur (patah tulang)
2) Menjelaskan tujuan fraktur (patah tulang)
3) Menjelaskan macam-macam fraktur (patah tulang)
4) Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur (patah tulang)
5) Menjelaskan pedoman penatalaksanaan fraktur (patah tulang)
6) Menjelaskan komplikasi fraktur (patah tulang)
E. Metode
Metode yang digunakan saat penyuluhan adalah ceramah dan tanya jawab
F. Media
Media yang digunakan saat penyuluhan adalah leaflet, LCD dan laptop
G. Pengorganisasian & Uraian Tugas
1. Penanggung Jawab Acara :
Uraian tugas :
a. Penanggung Jawab Acara dari pre PKRS sampai laporan PKRS
b. Controling Acara
2. Protokol / Pembawa Acara :
Uraian tugas :
a. Membuka acara penyuluhan, memperkenalkan diri dan tim kepada
peserta
b. Mengatur proses dan lamanya penyuluhan
c. Memotivasi peserta untuk bertanya
d. Menutup acara penyuluhan
3. Penyuluh / Pengajar :
Uraian tugas :
1. Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan bahasa
yang mudah dipahami oleh peserta
2. Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses
penyuluhan
3. Memotivasi peserta untuk bertanya
4. Fasilitator dan Dokumentasi :
Uraian tugas :
a. Memfasilitasi kebutuhan peserta sesuai fasilitas yang diberikan.
b. Memotivasi peserta untuk bertanya materi yang belum jelas
c. Mendokumentasikan acara dalam bentuk foto atau video.
5. Observer :
Uraian Tugas :
a. Ikut bergabung dan duduk bersama diantara peserta
b. Mengamati perilaku verbal dan non verbal peserta selama proses
penyuluhan
c. Menyampaikan evaluasi kepada semua penyuluh/panitia selama
penyuluhan yang dirasa tidak sesuai dengan rencana penyuluhan
6. Notulen :
Uraian tugas :
a. Mencatat nama, alamat dan jumlah peserta, serta menempatkan diri
sehingga memungkinkan dapat mengamankan jalannya proses
penyuluhan
b. Mencatat pertanyaan yang diajukan peserta
H. Setting Tempat
Observer Peserta
Notulen
Fasilitator
Pemateri Moderator
I. Kegiatan Belajar Mengajar
Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan peserta Metode Media
Pembukaan 5 menit • Membuka dengan • Mendengarkan Ceramah -
salam • Memperhatikan
• Memperkenalkan diri • Menjawab
• Menjelaskan maksud pertanyaan
dan tujuan penyuluhan
• Kontrak waktu
• Menggali pengetahuan
peserta sebelum
dilakukan penyuluhan
1. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Peserta hadir ditempat penyuluhan.
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di ruang 12 HCU RSUD
dr. Saiful Anwar
c. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan
sebelumnya.
2. Evaluasi Proses
a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan.
b. Peserta mengikuti jalannya penyuluhan sampai selesai
c. Peserta dapat mengulang pengertian, manfaat, dan pelaksanaan
fraktur (patah tulang)
d. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara
benar.
3. Evaluasi Hasil
a. Setelah penyuluhan diharapkan sekitar 20% peserta penyuluhan
mampu mengerti dan memahami penyuluhan yang diberikan sesuai
dengan tujuan khusus.
2. Materi (lampiran 1)
Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh.
Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan
yang berlebihan pada tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma
tidak langsung (Sjamsuhidajat & Jong, 2011). Berdasarkan pengertian
tersebut dapat disimpulkan bahwa fraktur adalah terputusnya kontinuitas
tulang yang ditentukan oleh jenisnya, luasnya, dan tipenya yang biasanya
disebabkan oleh trauma / tenaga fisik.
B. KLASIFIKASI FRAKTUR
Jenis – jenis fraktur (Brunner dan Suddart, 2011)
D. PATOFISIOLOGI
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan
gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang
lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada
tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas
tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta
saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus
tulang rusak.
1. Faktor Ekstrinsik
2. Faktor Intrinsik
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Radiologi
2. Pemeriksaan Laboratorium
4. Stadium Empat-Konsolidasi
5. Stadium Lima-Remodelling
I. KOMPLIKASI
1. Umum
a. Shock
b. Kerusakan organ
c. Kerusakan saraf
d. Emboli lemak
2. Dini
a. Cedera arteri
b. Cedera kulit dan jaringan.
c. Cedera partement syndrom
3. Lanjut
a. Stiffnes (kaku sendi)
b. Degenerasi sendi
c. Penyembuhan tulang terganggu
d. Mal union
e. Non union
f. Delayed union
g. Cross union
J. PENATALAKSANAAN MEDIS
Nyeri yang timbul pada fraktur bukan karena frakturnya sendiri, namun
karena terluka jaringan disekitar tulang yang patah tersebut. Untuk
mengurangi nyeri tersebut, dapat diberikan obat penghilang rasa nyeri
dan juga dengan tehnik imobilisasi (tidak menggerakkan daerah yang
fraktur). Tehnik imobilisasi dapat dicapai dengan cara pemasangan bidai
atau gips.
Bidai dan gips tidak dapat mempertahankan posisi dalam waktu yang
lama. Untuk itu diperlukan lagi tehnik yang lebih mantap seperti
pemasangan traksi kontinyu, fiksasi eksternal, atau fiksasi internal
tergantung dari jenis frakturnya sendiri.
a. Penarikan (traksi) :
1) Traksi manual
Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan
pada keadaan emergency
b) Traksi skeletal
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang
merupakan balanced traction. Dilakukan untuk
menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal / penjepit
melalui tulang / jaringan metal.
Lampiran 2
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, Suddarth. 2011. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3.
EGC. Jakarta
Carpenito, LJ. 2009. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: EGC
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Mc Closkey, C.J., et all. 2011. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Smeltzer, S.C., 2010, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.