Anda di halaman 1dari 85

1

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Didalam kehidupan sehari-hari kita sering sekali menggunakan reaksi kimia
seperti, makanan yang kita konsumsi setiap saat setelah dicerna diubah menjadi
tenaga tubuh. Pelajaran yang berkaitan dengan reaksi kimia lazimnya disebut
stoikiometri. Stoikiometri adalah ilmu kimia yang mempelajari hubungan
kuantitatif antara zat yang berkaitan dalam reaksi kimia. Bila senyawa dicampur
untuk bereaksi maka sering tercampur secara kuantitatif stoikiometri, artinya
semua reaktan habis, sedangkan yang lain masih tersisa. Reaktan yang habis
disebut pereaksi pembatas. Dalam setiap persoalan atau penyelesaiannya, perlu
menentukan reaktan mana yang terbatas untuk mengetahui jumlah produk yang
dihasilkan.

Ilmu kimia dasar juga merupakan salah satu mata kulia yang diajarkan pada
semester pertama disetiap universitas, dengan bertujuan untuk menambah
pengetahuan serta ilmu yang sudah didapat pada masa SMA dapat diingat
kembali, maka dilakukan praktikum yang sangat bermanfaat untuk menambah
pengalaman bekerja mahasiswa di laboratorium. Dalam percobaan ini juga
perhitungan kimia sangat penting di laboratorium, di pabrik, tetapi juga tidak
jarang di rumah dan untuk kebutuhan-kebutuhan lainnya. Perhitungan ini
menyangkut reaksi-reaksi kimia dan ini yang menjadi sasaran dalam percobaan
ini.

Oleh karena itu, pentingnya stoikiometri dalam kehidupan sehari-hari untuk


mengetahui dan dapat membedakan berbagai macam zat-zat yang dibutuhkan
dalam ilmu kimia. Dalam praktikum stoikiometri ini diharapkan siswa mampu
menentukan titik maksimum dan titik minimum pada suatu sistem. Hal penting
lainnya adalah reaksi itu berlangsung stoikiometri atau non stoikiometri. Reaksi

63
stoikiometri adalah reaksinya habis bereaksi sedangkan non stoikiometri adalah
reaktannya tidak habis bereaksi.
1.2 Tujuan
- Mengetahui pereaksi pembatas dan reaksi sisa dalam setiap percobaan NaOH-HCl
- Mengetahui suhu campuran dari larutan NaOH dengan larutan H2SO4
- Mengetahui reaksi eksoterm dengan menghubungkan dalam percobaan

64
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Ilmu kimia merupakan salah satu cabang dari ilmu sains. Sasaran utama ialah
mempelajari setiap persoalan di alam dengan eksperimen dan menentukan fisika
biasanya diperoleh melalui eksperimen. Oleh karena itu kimia adalah ilmu yang
berlandaskan eksperimen. Jika dari sejumlah eksperimen diperoleh hasil yang
sama akan ketentuan ini dapat diungkapkan dalam pernyataan yang disebut
hukum. Jadi hukum adalah ketentuan yang diperoleh dari hasil eksperimen.
Pernyataan umum yang digunakan untuk menyatakan hukum kekekalan massa
adalah massa dapat berubah bentuk tetapi tidak dapat diciptakan atau
dimusnahkan. Untuk suatu proses kimiawi di dalam suatu sistem tertutup, massa
dari reaktan harus sama dengan massa produk. Berdasarkan ilmu relativitas
spesial, kekekalan massa adalah pernyataan dari kekekalan energi. Hal ini terjadi
ketidakpastian benda berubah menjadi energi kinetik/energi potensial dan
sebaliknya. Karena massa dan energi berhubungan, dalam suatu sistem yang
mendapat mengeluarkan energi, massa dalam jumlah yang sangat sedikit akan
tercipta/hilang dari sistem. Namun demikian dalam hampir seluruh peristiwa yang
melibatkan perubahan energi, hukum kekekalan massa dapat digunakan karena
massa yang digunakan sangatlah sedikit. Hukum perbandingan tetap (hukum
proust) berbunyi “perbandingan massa unsur – unsur dalam satu senyawa adalah
tertentu dan tetap” sehingga segala jenis senyawa pasti terdiri dari perbandingan
massa yang pasti. Hukum perbandingan berganda (hukum dalton) : “jika dua
unsur dapat membentuk satu atau lebih senyawa, maka perbandingan massa dan
unsur lainnya tertentu massanya akan merupakan bilangan mudah dan
tetap”(Tresna, 1985).

Suatu reaksi kimia adalah proses dimana ikatan di dalam molekul – molekul zat
yang bereaksi dipecah, diikuti oleh penyusunan kembali dari atom – atom tersebut

65
dalam kombinasi molekul baru dengan perkataan lain, timbul zat kimia baru dan
yang lama hilang, tetapi atomnya tetap sama (Harjono, 1987).

Reaksi kimia secara umum dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu reaksi
asam – basa dan reaksi redoks. Secara garis besar, terdapat perbedaan yang
mendasar antara kedua jenis reaksi tersebut, yaitu pada reaksi redoks terjadi
perubahan bilangan (biloks), sedangkan pada reaksi asam – basa tidak ada
perubahan biloks. Kedua kelompok reaksi kimia ini dapat dikelompokkan
kedalam 4 tipe reaksi : sintesis, dekomposisi, pengganti tunggal, dan pengganti
ganda (Yusuf, 2001).

Stoikiometri berasal dari kata Yunani, Stoicheion (unsur) dan Mettrein


(mengukur), berarti mengukur unsur. Pengertian unsur, unsur dalam hal ini adalah
partikel – partikel atom, molekul atau elektron yang terdapat dalam unsur atau
senyawa yang terlibat dalam reaksi kimia. Stoikiometri yang menyangkut cara
untuk menimbang dan menghitung spesi – spesi kimia atau dengan kata lain,
stoikiometri adalah kajian tentang hubungan – hubungan kuantitatif dalam reaksi
kimia (Ahmad, 1996).

Stoikiometri beberapa reaksi dapat dipelajari dengan mudah, salah satunya dengan
metode JOB atau metode variasi kontinou, yang mekanismenya yaitu dilakukan
pengamatan terhadap kuantitas molar pereaksi yang berubah – ubah, namun molar
totalnya sama. Sifat fisika tentunya (massa, volume, suhu, daya serap) diperiksa,
dan perubahannya digunakan untuk meramal Stoikiometri sistem. Dari grafik
aluran sifat fisik terhadap kuantitas pereaksi, akan diperoleh titik maksimal atau
minimal yang sesuai titik stoikiometri sistem yang menyatakan perbandingan
pereaksi – pereaksinya dalam senyawa. Perubahan kalor pada reaksi kimia
bergantung jumlah pereaksinya. Jika mol yang bereaksi berubah dengan volume
tetap, stoikiometri dapat ditentukan dari titik perubahan kalor maksimal, yakni
dengan menyalurkan kenaikan temperatur terhadap komposisi campuran
(Sutrisno, 1986).

66
Hubungan perbandingan volume (Gay Lussac) berbunyi “volume gas – gas yang
bereaksi dengan volume gas – gas hasil reaksi berbanding sebagai bilangan bulat
yang sederhana bila diukur pada suhu dan tekanan yang sama” (Dody, 2009).

Stoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan massa unsur – unsur dalam


senyawa pembentukan senyawa. Pada perhitungan kimia secara stoikiometri,
biasanya diperlukan hukum – hukum dasar ilmu kimia (Braddy, 1986).

Hukum kimia adalah hukum alam yang relevan dengan bidang kimia. Konsep
paling fundamental dalam kimia adalah hukum konversi massa, yang menyatakan
bahwa tidak terjadi perubahan kuantitas materi sewaktu reaksi kimia biasa
(Hiskia, 1996).

Reaksi eksoterm adalah reaksi yang melepas kalor dari sistem ke lingkungan
sehingga suhunya lingkungan bertambah, dan reaksi endoterm adalah reaksi yang
menyerap kalor dari lingkungan ke sistem sehingga suhu lingkungan berkurang
(Keenan, 1999).

Reaksi pembatas adalah reaktan yang ada dalam jumlah Stoikiometri terkecil,
reaktan ini membatasi jumlah produk yang dapat dibentuk. Jumlah produk yang
dihasilkan dalam suatu reaksi (hasil) mungkin lebih kecil dari jumlah maksimum
yang mungkin diperoleh (Charles, 1992).

Variasi kontinou adalah suatu metode yang digunakan dalam stoikiometri, tujuan
dari percobaan variasi kontinou adalah untuk mendapatkan atau menentukan hasil
campuran terbaik dari suatu larutan dengan menggunakan barometer suhu, untuk
penentuan suhu. Untuk penentuan suhu menggunakan termometer fungsinya
untuk menentukan suhu dari suatu larutan atau dari campuran larutan. Dari variasi
kontinou yang dilakukan suatu campuran terdapat suhu mula – mula masing
masing larutan yang dibagi dua. Kemudian ada juga suhu akhir atau yang disebut
TA . TA adalah suhu akhir yang diperoleh dari pencampuran kedua larutan serta

67
dihasilkan titik minimum dan titik maksimum. Titik minimum adalah titik dimana
suatu campuran mencapai titik terendah dalam stoikiometri sedangkan titik
maksimum adalah titik dimana campuran mencapai titik tertinggi dalam
stoikiometri (Underwood, 1983).

Reaksi stoikiometri adalah reaksi yang pereaksinya habis bereaksi membentuk


hasil reaksi/produk. Contohnya pada stoikiometri NaOH-HCl. Pada NaOH 7,5 ml
dalam 1 M dan HCl 1 M pada 7,5 ml. Sedangkan reaksi non stoikiometri adalah
reaksi yang pereaksinya tidak habis bereaksi membentuk suatu hasil reaksi/produk
(Syukri, 1999).

NaOH (Natrium Hidroksida) bereaksi berwarna putih, massa melebur berbentuk


pelier, serpihan atau batang atau bentuk lain. Sangat basa, keras, rapuh dan
menunjukkan pecahan hablur. Bila dibiarkan diudara akan cepat menyerap karbon
dioksida dan lembab. Kelarutan mudah larut dalam air dan dalam etanol tetapi
tidak larut dalam etter, titik leleh 318°C serta titik didih 1390°C. NaOH
membentuk basa kuat bila dilarutkan dalam air, NaOH murni maupun padatan
berwarna putih, densitas NaOH adalah 21. Senyawa ini sangat mudah terionisasi
membentuk ion natrium dan hidroksida. HCl (asam klorida) adalah asam kuat dan
terbuat dari atom hidrogen dan klorin. Atom hidrogen dan klorin berpartisipasi
dalam ikatan kovalen, yang berarti bahwa hidrogen akan berbagi sepasang
elektron dengan klorin, HCl bening tidak berwarna ketika ditambahkan ke air,
namun asam klorida memiliki bau yang kuat, dan mengandung rasa asam yang
khas dari kebanyakan asam. Asam klorida mudah larut dalam air dan semua
konsentrasi dan memiliki titik didih sekitar 110º C. Asam klorida bersifat korosif,
yang berarti akan merusak dan mengikis jaringan biologis bila tersentuh. H2SO4
(asam sulfat) memiliki bau yang lumayan tajam. Ketika panas mempunyai berat
molekul 98,8 gram/mol, pada dasarnya tidak berwarna, dan tidak mempunyai titik
didih 270º C (518ºF) – 340 deg. H2SO4 mudah larut dalam air dingin. Sifat larut
dalam air dengan pemebebasan banyak panas. Larut dalam etil alkhohol (Keenan,
1999).

68
Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari kuantitas produk dan reaktan dalam
reaksi kimia. Perhitungan stoikiometri paling baik dikerjakan dengan menyatakan
kuantitas yang diketahui dan yang tidak diketahui dalam mol kemudian bila perlu
dikonversi menjadi satuan lain. Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani Stoichein
(unsur) dan mettrein (mengukur) berarti mengukur unsur (Jumran, 2014).

69
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.11. Alat
- Gelas Ukur 25 ml
- Gelas Kimia 100 ml
- Pipet Tetes
- Termometer

3.12. Bahan
- Larutan NaOH
- Larutan HCl
- Larutan H2SO4
- Aquadest

3.2 Prosedur Percobaan


3.21 Sistem NaOH – HCl
- Diberi kertas label pada gelas ukur 25 ml, gelas kimia 50 ml, gelas kimia 100 ml,
dan pipet tetes.
- Dimasukkan larutan NaOH ke dalam gelas ukur 25 ml menggunakan pipet tetes
sebanyak 2,5 ml.
- Dituangkan larutan ke dalam gelas kimia 100 ml
- Diukur suhunya menggunakan termometer
- Dicatatat nilai suhunya
- Dimasukkan larutan HCl ke dalam gelas ukur 25 ml lainnya menggunakan pipet
tetes sebanyak 12,5 ml
- Dituangkan larutan ke dalam gelas kimia 100 ml
- Diukur suhunya menggunakan termometer
- Dicatatat nilai suhunya

70
- Dituangkan larutan NaOH dan HCL ke dalam gelas kimia 100 ml lainnya,
dihomogenkan
- Diukur suhu campurannya
- Dilakukan kembali langkah – langkah tersebut 5 ml NaOH dan 10 ml HCl, 7,5 ml
NaOH dan 7,5 ml HCl, 10 ml NaOH dan 5 ml HCl, 12,5 ml NaOH dan 2,5 ml
HCl

3.2.2 Sistem NaOH - H2SO4


- Diberi kertas label pada gelas ukur 25 ml, gelas kimia 50 ml, gelas kimia 100 ml,
dan pipet tetes.
- Dimasukkan larutan NaOH ke dalam gelas ukur 25 ml menggunakan pipet tetes
sebanyak 2,5 ml.
- Dituangkan larutan ke dalam gelas kimia 100 ml
- Diukur suhunya menggunakan termometer
- Dicatatat nilai suhunya
- Dimasukkan larutan H2SO4 ke dalam gelas ukur 25 ml lainnya menggunakan
pipet tetes sebanyak 12,5 ml
- Dituangkan larutan ke dalam gelas kimia 100 ml
- Diukur suhunya menggunakan termometer
- Dicatatat nilai suhunya
- Dituangkan larutan NaOH dan H2SO4 ke dalam gelas kimia 100 ml lainnya,
dihomogenkan
- Diukur suhu campurannya
- Dilakukan kembali langkah – langkah tersebut 5 ml NaOH dan 10 ml H2SO4, 7,5
ml NaOH dan 7,5 ml H2SO4, 10 ml NaOH dan 5 ml H2SO4, 12,5 ml NaOH dan
2,5 ml H2SO4

71
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pengamatan


4.1.1 Sistem Stoikiometri NaOH – HCl
Suhu
No ml NaOH ml HCL Suhu NaOH Suhu HCl Campuran

1 2,5 12,5 30,2º 30,5º 31º

2 5 10 30,5º 30º 32º

3 7,5 7,5 30,3º 30º 33º

4 10 5 30,5º 30,5º 32,3º

5 12,5 2,5 30,5º 30,5º 31,4º

4.1.2 Sistem Stoikiometri NaOH - H2SO4


Suhu Suhu
No ml NaOH ml H2SO4 Suhu NaOH H2SO4 Campuran

1 2,5 12,5 30,5º 31,5º 31,1º

2 5 10 30,5º 30,5º 31,5º

3 7,5 7,5 30,4º 30,5º 33,5º

4 10 5 30,5º 31º 35º

5 12,5 2,5 31º 30,9º 33º

72
4.2 Reaksi
4.2.1 Sistem NaOH – HCl
NaOh + HCl → NaCl + H2O

4.2.2 Sistem NaOH - H2SO4


2NaOH + H2SO4 → Na2SO4 + 2 H2O

4.3 Perhitungan
4.3.1.1 Tabel Hasil Perhitungan NaOH – HCl
Mol Reaksi
No Sistem Zat Pembata Jenis
Mula Reaksi Sisa s Reaksi

NaOH 2,5 ml 2,5 2,5 0


NaOH - Non
NaOH
HCl Stoikiometri
1 HCl 12,5 ml 12,5 2,5 10

NaOH 5 ml 5 5 0
NaOH - Non
NaOH
HCl Stoikiometri
2 HCl 10 ml 10 5 5

NaOH 7,5 ml 7,5 7,5 0


NaOH -
- Stoikiometri
3 HCl
HCl 7,5 ml 7,5 7,5 0

NaOH 10 ml 10 5 5
NaOH - Non
HCl
HCl Stoikiometri
4 HCl 5 ml 5 5 0

NaOH 12,5
12,5 2,5 0
NaOH - ml Non
HCl
HCl Stoikiometri
5 HCl 2,5 ml 2,5 2,5 0

73
4.3.1.2 Tabel Hasil Pengamatan Perhitungan NaOH - H2SO4
Mol Reaksi
No Sistem Zat Pembata Jenis
Mula Reaksi Sisa s Reaksi

NaOH 2,5 ml 2,5 2,5 0


NaOH - Non
NaOH
H2SO4 H2SO4 12,5 Stoikiometri
1 12,5 1,25 11,25
ml

NaOH 5 ml 5 5 0
NaOH - Non
NaOH
H2SO4 Stoikiometri
2 H2SO4 10 ml 10 2,5 7,5

NaOH 7,5 ml 7,5 7,5 0


NaOH - Non
NaOH
H2SO4 Stoikiometri
3 H2SO4 7,5 ml 7,5 3,75 3,75

NaOH 10 ml 10 10 0
NaOH -
- Stoikiometri
H2SO4
4 H2SO4 5 ml 5 5 0

NaOH 12,5
12,5 5 2,5
NaOH - ml Non
H2SO4
H2SO4 Stoikiometri
5 H2SO4 2,5 ml 2,5 2,5 0

4.3.2.1 Sistem NaOH – HCl


- 1 M NaOH 2,5 ml dan 1 M HCl 12,5 ml
Dik : V NaOH = 2,5 ml
V HCl = 12,5 ml
M NaOH =1M
M HCl =1M
Dit : -Pereaksi pembatas ?
-Pereaksi sisa ?
Jawab :
NaOH + HCL ↔ NaCL + H2O
m : 2,5 12,5 - -

74
b : 2,5 12,5 2,5 2,5
s :0 10 2,5 2,5
- Pereaksi pembatas = NaOH
- Pereaksi Sisa = HCl
- Reaksi Non Stoikiometri
- 1 M NaOH 5 ml dan 1 M HCl 10 ml
Dik : V NaOH = 5 ml
V HCl = 10 ml
M NaOH =1M
M HCl =1M
Dit : -Pereaksi pembatas ?
-Pereaksi sisa ?
Jawab :
NaOH + HCL ↔ NaCL + H2O
m :5 10 - -
b :5 5 5 5
s :0 5 5 5
- Pereaksi pembatas = NaOH
- Pereaksi Sisa = HCl
- Reaksi Non Stoikiometri
- 1 M NaOH 7,5 ml dan 1 M HCl 7,5 ml
Dik : V NaOH = 7,5 ml
V HCl = 7,5 ml
M NaOH =1M
M HCl =1M
Dit : -Pereaksi pembatas ?
-Pereaksi sisa ?
Jawab :
NaOH + HCL ↔ NaCL + H2O
m : 7,5 7,5 - -
b : 7,5 7,5 7,5 7,5

75
s :0 0 7,5 7,5
- Pereaksi pembatas =-
- Pereaksi Sisa =-
- Reaksi Stoikiometri
- 1 M NaOH 10 ml dan 1 M HCl 5 ml
Dik : V NaOH = 10 ml
V HCl = 5 ml
M NaOH =1M
M HCl =1M
Dit : -Pereaksi pembatas ?
-Pereaksi sisa ?
Jawab :
NaOH + HCL ↔ NaCL + H2O
m : 10 5 - -
b :5 5 5 5
s :5 0 5 5
- Pereaksi pembatas = HCl
- Pereaksi Sisa = NaOH
- Reaksi Non Stoikiometri
- 1 M NaOH 12,5 ml dan 1 M HCl 2,5 ml
Dik : V NaOH = 12,5 ml
V HCl = 2,5 ml
M NaOH =1M
M HCl =1M
Dit : -Pereaksi pembatas ?
-Pereaksi sisa ?
Jawab :
NaOH + HCL ↔ NaCL + H2O
m : 12,5 2,5 - -
b : 2,5 2,5 2,5 2,5
s : 10 0 2,5 2,5

76
- Pereaksi pembatas = HCl
- Pereaksi Sisa = NaOH
- Reaksi Non Stoikiometri
4.3.2.2 Sistem NaOH - H2SO4
- 1 M NaOH 2,5 ml dan 1 M H2SO4 12,5 ml
Dik : V NaOH = 2,5 ml
V H2SO4 = 12,5 ml
M NaOH =1M
M H2SO4 =1M
Dit : -Pereaksi pembatas ?
-Pereaksi sisa ?
Jawab :
2NaOH + H2SO4 ↔ Na2SO4 + H2O
m : 2,5 12,5 - -
b : 2,5 1,25 1,25 1,25
s :0 11,25 1,25 1,25
- Pereaksi pembatas = NaOH
- Pereaksi Sisa = H2SO4
- Reaksi Non Stoikiometri
- 1 M NaOH 5 ml dan 1 M H2SO4 10 ml
Dik : V NaOH = 5 ml
V H2SO4 = 10 ml
M NaOH =1M
M H2SO4 =1M
Dit : -Pereaksi pembatas ?
-Pereaksi sisa ?
Jawab :
2NaOH + H2SO4 ↔ Na2SO4 + H2O
m :5 10 - -
b :5 2,5 2,5 2,5
s :0 7,5 2,5 2,5

77
- Pereaksi pembatas = NaOH
- Pereaksi Sisa = H2SO4
- Reaksi Non Stoikiometri
- 1 M NaOH 7,5 ml dan 1 M H2SO4 7,5 ml
Dik : V NaOH = 7,5 ml
V H2SO4 = 7,5 ml
M NaOH =1M
M H2SO4 =1M
Dit : -Pereaksi pembatas ?
-Pereaksi sisa ?
Jawab :
2NaOH + H2SO4 ↔ Na2SO4 + H2O
m : 7,5 7,5 - -
b : 7,5 3,75 3,75 3,75
s :0 3,75 3,75 3,75
- Pereaksi pembatas = NaOH
- Pereaksi Sisa = H2SO4
- Reaksi Non Stoikiometri
- 1 M NaOH 10 ml dan 1 M H2SO4 5 ml
Dik : V NaOH = 10 ml
V H2SO4 = 5 ml
M NaOH =1M
M H2SO4 =1M
Dit : -Pereaksi pembatas ?
-Pereaksi sisa ?
Jawab :
2NaOH + H2SO4 ↔ Na2SO4 + H2O
m : 10 5 - -
b : 10 5 5 5
s :0 0 5 5
- Pereaksi pembatas = -

78
- Pereaksi Sisa = -
- Reaksi Stoikiometri
- 1 M NaOH 12,5 ml dan 1 M H2SO4 2,5 ml
Dik : V NaOH = 12,5 ml
V H2SO4 = 2,5 ml
M NaOH =1M
M H2SO4 =1M
Dit : -Pereaksi pembatas ?
-Pereaksi sisa ?
Jawab :
2NaOH + H2SO4 ↔ Na2SO4 + H2O
m : 12,5 2,5 - -
b :5 2,5 2,5 2,5
s : 7,5 0 2,5 2,5
- Pereaksi pembatas = H2SO4
- Pereaksi Sisa = NaOH
- Reaksi Non Stoikiometri

4.4 Grafik
4.4.1 Sistem NaOH – HCl

33.5
33
32.5
T (ºC)

32
31.5
31
30.5
30
2,5 | 12,5 5 |10 7,5 | 7,5 10 | 5 12,5 |2,5
NaOH - HCl
4.4.2

79
4.4.2 Sistem NaOH - H2SO4

36
35
34
T (ºC)

33
32
31
30
29
2,5 | 12,5 5 |10 7,5 | 7,5 10 | 5 12,5 |2,5
NaOH - H2SO4

4.5 Pembahasan
Dalam praktikum kali ini dilakukan 2 percobaan. Percobaan pertama adalah
NaOH – HCl. Pertama dilakukan dengan mengukur 2,5 ml NaOH 1 M, setelah itu
di ukur suhunya menggunakan termometer dan di dapat suhunya 30,2ºc.
Selanjutnya mengukur suhu 12,5 ml HCl 1M dan suhunya 30,5ºc. Kemudian
kedua larutan dicampurkan dan diukur suhunya, didapati 31ºc.Reaksi ini
merupakan non stoikiometri,karena NaOH habis terlebih dahulu sedangkan HCl
masih tersisa. NaOH merupakan pereaksi pembatas sedangkan HCl merupakan
pereaksi sisa. Pada perlakuan yang kedua yaitu dengan 5 ml NaOH 1M, dalam
pengukuran menggunakan termometer didapatkan suhunya 30,5ºc. Diukur juga
suhu larutan HCl 10 ml dan didapat suhunya 30ºc.Setelah melakukan pengukuran
terhadap kedua larutan campurkan atau homogenkan dan didapt suhunya 32ºc.
Reaksi ini merupakan non stoikiometri, karena NaOH terlebih dahulu bereaksi
habis dan HCl masih tersisa. Sehingga NaOH merupakan pereaksi pembatas dan
HCl merupakan pereaksi sisa.

Pada perlakuan ketiga dilakukan pengukuran suhu larutan 7,5 ml NaOH 1 M dan
suhunya 30,3ºc dan pengukuran suhu larutan 7,5 ml HCl 1M, didapati suhunya
30ºc. Setelah itu campurkanlah kedua larutan (dihomogenkan) dan didapati hasil
suhunya yaitu 33ºc.Reaksi ini merupakan stoikiometri karena kedua larutan habis
bereaksi dan tanpa sisa.Pada perlakuan keempat yaitu dengan mengukur suhu

80
larutan 10 ml NaOH 1M dan didapti suhunya 30,5ºc.Selanjutnya ukur juga larutan
5 ml H2SO4 dabn didapati suhunya 30,5ºc. Setelah itu di campurkan kedua larutan
(dihomogenkan) dan diukur suhunya,di dapati suhunya 32,3ºc.Reaksi ini
merupakan non stoikiometri karena HCl telah habis bereaksi dan NaOH masih
bersisa.Perlakuan kelima yaitu di ukur suhunya 12,5 ml NaOH 1M suhunya yaitu
30,5ºc dan suhu dari 2,5 ml HCl yaitu 30,5ºc. Kemudian kedua dicampurkan
(dihomogenkan) dan didapati suhunya 31,4ºc.Reaksi ini merupakan non
stoikiometri karena HCl habis bereaksi dan NaOH masih bersisa.

Percobaan yang pertama ini menggunakan reagen NaOH yang bersifat basa kuat
dan larutan HCl yang bersifat asam kuat yang apabila kedua larutan di campurkan
akan di dapati garam NaCl yang kemudian di ukur suhunya menggunakan
termometer.

Percobaan kedua menggunakan reagen NaOH 1M dan H2SO4 1M. Perlakuan yang
pertama yaitu mengukur suhu larutan 2,5 ml larutan NaOH 1M dan didapatkan suhunya
30,5ºc dan larutan 12,5 ml H2SO4 suhunya 31,5ºc, kemudian dicampurkan kedua larutan
(dihomogenkan) dan diukur suhunya yaitu 31,1ºc.Reaksi ini termasuk reaksi non
stoikiometri karena larutan NaOH telah habis bereaksi sedangkan H2SO4 masih tersisa.
NaOH merupakan reaksi pembatas sedangkan H2SO4 reaksi sisa, perlakuan yang kedua
yaitu mengukur suhu larutan 5ml larutan NaOH 1M dan didapatkan suhunya 30,5ºc dan
duhu larutan 10ml H2SO4 adalah 31,5ºc. Reaksi ini merupakan reaksi non stoikiometri
karena NaOh telah habis bereaksi sedangkan H2SO4 masih tersisa. Larutan NaOH
merupakan pereaksi pembatas sedangkan H2SO4 merupakan pereaksi sisa. Perlakuan
ketiga ialah mengukur larutan 7,5 ml NaOH 1M suhunya 30,4ºc dan suhu larutan 7,5 ml
H2SO4 1M suhunya 30,5ºc. Kemudian campuran kedua larutan tersebut suhunya 33,5ºc.
Reaksi ini merupakan reaksi non stoikiometri karena larutan NaOH telah habis bereaksi
sedangkan larutan H2SO4 masih tersisa. NaOH merupakan pereaksi pembatas sedangkan
H2SO4 merupakan pereaksi sisa. Pada percobaan keempat diukur larutan 10 ml NaOH
dan didapati suhunya 30,5ºc dan diukur suhu larutan H2SO4 5 ml 1M dan didapati
suhunya 31ºc. Kemudian dicampurkan (dihomogenkan) didapatkan suhunya 33ºc. Reaksi
ini merupakan reaksi non stoikiometri karena larutan NaOH masih tersisa sedangkan

81
laruta H2SO4 telah habis bereaksi,maka H2SO4 merupakan reaksi pembatas sedangkan
NaOH reaksi sisa.

Reaksi eksoterm pada percobaan kali ini yaitu pada sistem HCl dan NaOH berada pada
NaOH dengan volume 7,5 ml dan HCl pada 7,5 ml merupakan reaksi eksoterm karena
suhu campuran meningkat dan merupakan titik maksimum sehingga merupakan reaksi
eksoterm. Reaksi endoterm pada sistem NaOH-HCl yaitu berada pada NaOH dengan
volume 2,5ml dan HCl 12,5 ml. Merupakan reaksi endoterm karena terjadi penuruna suhu
dan suhu sebesar 31,1ºc dan merupakan titik minimum sehingga merupakan reaksi
endoterm. Reaksi eksoterm pada sistem NaOH-H2SO4 yaitu pada NaOH 10 ml dan H2SO4
5 ml,karena pada reaksi inilah titik maksimum suhu yaitu 35ºc. Dan reaksi endotermnya
yaitu pada NaOH 2,5 ml dan H2SO4 12,5 ml karena pada reaksi ini titik minimum dan
suhu terendah dengan suhu 31ºc.

Sistem NaOH-HCl
Titik minimum adalah titik dimana suatu reaksi dalam keadaan titik suhu terendah. Titik
minimum akan menuju ke reaksi non stoikiometri karena adanya penurunan suhu. Titik
maksimum adalah titik dimana suatu reaksi dalam keadaan titik suhu tertinggi. Titik
maksimum akan menuju ke reaksi stoikiometri karena adanya kenaikan suhu.

Sistem NaOH-H2SO4
Titik minimum adalah titik dimana suatu reaksi dalam keadaan titik suhu terendah,titik
minimum akan menuju ke reaksi non stoikiometri. Dalam percobaan titik minimum
adalah NaOH 2,5 ml dan H2SO4 12,5 ml ,NaOH 5 ml dan H2SO4 10 ml,NaOH 7,5 ml dan
H2SO4 7,5 ml,NaOH 12,5 ml dan H2SO4 2,5 ml. Titik maksimum adalah titik dimana
suatu reaksi dalam keadaan titik suhu tertinggi,titik ini adalah reaksi stoikiometri. Dalam
percobaan titik maksimum pada larutan NaOH 10 ml dan 5 ml H2SO4.

Reaksi stoikiometri adalah reaksi dimana reaksinya habis bereaksi atau habis tanpa sisa.
Oleh karena itu tidak ada lagi mol tersisa dan pembatas reaksi sedangkan non stoikiometri
adalah reaksi dimana reaksinya tidak habis bereaksi atau bersisa. Reaksi non stoikiometri
dimana suhu mengalami titik minimum.Masih terdapat pereaksi pembatas dan pereaksi
sisa.

82
Fungsi perlakuan pada percobaan yang pertama perlakuan pada cara menggunakan
termometer dengan memegang karet yang terdapat pada ujung termometer tanpa
menyentuh termometernya,karena apabila menyentuh termometer tersebut akan
mempengaruhi suhu dari larutannya dan juga pada saat kita mencelupkan ujung
termometer karena jika tersentuh termometernya akan membaca suhu tubuh. Pada
penggunaan pipet tetes unutk mengambil larutan dengan skala kecil agar sesuai dengan
volume yang diinginkan. Dan dalam mencampurkan larutan NaOH dan HCl serta NaOH
dan H2SO4 harus di homogenkan agar larutan tersebut dapat larut sempurna. Dalam
perlakuan selanjutnya adalah dalam percobaan berikutnya dibersihkan gelas ukur
menggunakan air mengalir bertujuan menetralkan gelas kimia. Selanjutnya penggunaan
gelas kimia harus di bedakan antara larutan HCl dan NaOH begitupun dengan larutan
H2SO4 dan NaOH karena apabila menggunakan gelas kimia yang sama larutannya yang
sisa di gelas kimia akan tercampur dan volumenya akan bertambah. Dalam perlakuan
berikutnya adalah sebelum menggunakan termometer untukl mengukur suhu larutan
terlebih dahula di lap menggunkan tisu agar terhindar dalam larutan lain dan untuk
menjaga ke sterilan termometer. Selanjutnya adalah mengamati dengan seksama suhu
larutan, menunggu sampai beberapa saat, ini di karenakan suhunya benar-benar tetap
kemudian kita mencatatnya. Selanjutnya di masukkan berfungsi untuk memasukkan
larutan atau bahan NaOH, HCl dan H2SO4 ke dalam gelas kimia.

Faktor kesalahan dalam praktikum kali ini adalah mengukur banyaknya larutan saat
mengukur volume pada gelas ukur tidak teliti. Dan pada penggunaan termometer yang
masih menyentuh jari yang menyebabkan suhu berubah. Dan pada saat percobaan yaitu
termometer yang selalu menempel ke dinding atau kaca gelas kimia 100 ml sehingga
suhu pada termometer terganggu. Pada saat memasukkan larutan dalam gelas ukur
larutannya berlebih dan di ambil lagi menggukan pipet tetes. Pada saat membaca
termometer kurang tepat,karena tidak menunggu sampai suhu termometer konstan atau
stabil. Pada saat membersihkan gelas kimia sesudah digunakan unutk larutan NaOH dan
HCl dan akan digunakan lagi untuk larutan NaOH dan H2SO4 tidak terlalu bersih saat di
lap menggunakan tisu masih terdapat bekas air ataub sisa air dalam gelas kimia. Tidak
membilas gelas kimia menggunakan aquades tapi menggunakan air biasa.

83
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
- Reaksi pembatas pada NaOH-HCl dalam 2,5 NaOH dan 12,5 HCl,5 ml NaOH dan
10 ml HCl adalah NaOH dan pereaksi sisanya adalah HCl. Sedangkan dalam 10
ml NaOH dan 5 ml HCl,12,5 ml NaOH dan 2,5 ml HCl reaksi pembatasnya
adalah HCl dan reaksi sisanya adalah NaOH.
- Pada sistem NaOH-H2SO4 suhu campuran dari reaksi 2,5 ml NaOH dengan 12,5
ml H2SO4 yaitu 31,1ºc, reaksi 5 ml NaOH dan 10 ml H2SO4 yaitu 31,5ºc. Reaksi
7,5 ml Naoh dan 7,5 ml H2SO4 yaitu 35ºc, reaksi 12,5 ml NaOH dan 2,5 ml
H2SO4 yaitu 33ºc.
- Reaksi eksoterm pada sistem NaOH-HCl pada NaOh volume 7,5 ml dan HCl 7,5
ml, merupakan eksoterm karena suhu campuran meningkat. Reaksi eksoterm pada
sistem NaOH- H2SO4 yaitu volume NaOH 10 ml dan H2SO4 5 ml, karena pada
reaksi inilah titik maksimum suhu sebesar 35ºc.

5.2 Saran
Sebaiknya dalam percobaan selanjutnya yang digunakan tidak hanya larutan itu
saja tetapi ditambahkan agar lebih bervariasi,seperti menggunakan larutannya
yaitu NaCO3-Ca(OH)2.

84
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad,Hiskia.1991.Kimia Dasar.Jakarta:UT.
Brady,J.E.1986.Kimia Universitas Asas Struktur.Jakarta:Binarupa Aksara.
Charles,W.1992.Kimia untuk Universitas.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
Djojodiharjo,Harjono.1987.Termodinamika Teknik Aplikasi dan Termodinamika
Jumran.2014.Stoikiometri Online. Fisika-atom.blogspot.com/2014/03/contoh-
laporan- s
Sastrawijaya, Tresna.1985.Buku Materi Pokok Fisika.Jakarta:Departemen
Pendidikan dan
Syukri,S.1999.Kimia Dasar 1.Bandung:ITB
Underwood,A.L.1983.Analisa Kimia Kuantitatif.Jakarta: Erlangga.
Yusuf.2011.stoikiometri.http://yusuf
2ae.blogspot.com/2011/12/Stoikiometri.html.06 oktober

85

Anda mungkin juga menyukai