Anda di halaman 1dari 3

Distilasi

Distilasi adalah sistem perpindahan yang memanfaatkan perpindahan massa. Perpindahan


massa dapat didekati dengan dua cara yang berbeda. Pertama dengan menggunakan konsep
tahapan kesetimbangan (equilibrium stage) dan kedua atas dasar proses laju difusi (difusional
forces). Distilasi dilaksanakan dengan rangakaian alat berupa kolom/menara yang terdiri dari
piring (plate tower/tray) sehingga dengan pemanasan komponen dapat menguap, terkondensasi,
dan dipisahkan secara bertahap berdasarkan tekanan uap/titik didihnya. Proses ini memerlukan
perhitungan tahap kesetimbangan
Kolom distilasi dapat berfungsi sebagai sarana pemisahan karena sistem perangkat
sebuah kolom distilasi memiliki bagaian-bagian proses yang memiliki fungsi-fungsi:

1. Menguapkan campuran fasa cair (terjadi di evaporator)

2. Memisahkan fasa cair dan fasa uap yang berbeda komposisinya (terjadi di kolom
distilasi)

3. Mengondensasikan fasa uap (terjadi di kondensor)

Distilasi molekuler adalah proses separasi fraksi-fraksi molekul yang berbeda bobotnya
pada suhu serendah mungkin untuk menghindari kerusakan bahan (Lutisan et al. 2001). Distilasi
molekuler dicirikan dengan alokasi waktu distilasi yang singkat, koefisien transfer panas tinggi,
penghilangan hotspot, aliran operasi kontinyu, tekanan rendah sampai 0,001 mbar dan jarak yang
sempit antara kondensor dan evaporator (Shimada 2000; Ibanez 2002).
Teknologi wiped-film menggunakan hukum bahwa setiap molekul kimia memiliki
karakteristik penguapan yang berbeda-beda. Perbedaan titik uap dapat mendegradasi komponen
kompleks menjadi lebih sederhana. Molekul merupakan materi yang selalu bergerak konstan
dengan derajat tertentu tergantung komposisi dan perlakuan pada suhu dan tekanan yang
diberikan padanya. Molekul yang berada di permukaan mempunyai kecenderungan untuk
meloncat ke udara yang mengelilingnya. Ketika suhu dinaikkan dan tekanan diturunkan,
loncatan molekul bertambah sehingga disebut menguap.
Proses distilasi molekuler bekerja berdasarkan sifat penguapan molekul. Distilasi
molekuler terdiri dari pemanas yang dialiri bahan baku (tergantung dari suhunya pemanasannya).
Cairan bahan baku kemudian disebar dalam lapisan film tipis dengan memutar wiper pada
kecepatan yang telah ditentukan. Lapisan tipis yang terbentuk, dibentuk menjadi aliran turbulen
oleh wiper kemudian turun sepanjang pemanas dengan adanya gaya gravitasi dan lubang di
dalam wiper.

Selama bahan mengalir pada pemanas, terjadi evaporasi yang tergantung pada
karakteristik bahan baku dan suhu pemanas. Bahan yang tidak terevaporasi mengalir ke bagian
bawah, sedangkan bahan yang terevaporasi dikondensasikan dan dipisahkan.

Dasar-Dasar Evaporasi dan Kondensasi pada Distilasi Molekuler.

Distilasi molekuler menggunakan lapisan tipis dilakukan karena beberapa alasan,


diantaranya adalah:

1. Turbulensi dihasilkan dari pergerakan wiper yang berperan besar pada transmisi panas ke
seluruh permukaan evaporator, oleh karena itu dapat menghasilkan suhu yang lebih rendah
di dalam evaporator.
2. Dihasilkan luas area permukaan pemanasan per unit volume yang maksimum dengan adanya
aliran evaporasi.
3. Waktu kontak cairan dengan pemanas dapat dikontrol dalam hitungan detik atau kurang. Hal
ini meminimasi kerusakan produk karena panas dengan mengontrol kecepatan wiper.
4. Bahan baku dengan viskositas tinggi dapat diproses dengan atau tanpa penambahan pelarut.
5. Untuk menunjang lapisan tipis, Pope Science mendesain blade yang dapat meminimasi
waktu tinggal dan memastikan bahan yang masuk ke dalam proses seragam.
Bentuk blade seperti pada Gambar 5.
Bermacam-macam kecepatan wiper dengan kemampuan untuk berputar balik, menghasilkan
variasi retention time yang sangat beragam pada proses untuk mengalirkan fluida ke
evaporator. Blade dapat terbuat dari karbon maupun teflon, stainless steel, hastelloy, titanium, C-
20, alumunium alloys dan kaca

Daftar Pustaka

Shimada Y, et al. (2000) Nuclear sequestration of the exchange factor Cdc24 by Far1
regulates cell polarity during yeast mating. Nat Cell Biol 2(2):117-24.

Ibanez MD, Blanco C, Carrillo T, Bencharitiwong R, Sanchez S, Wegrzyn AN, Sampson


HA. 2009. Sarcoplasmic calciumbinding protein is an EF-hand-type protein identified as a new
shrimp allergen. J Allergy Clin Immunol 124(1):114-120.

Anda mungkin juga menyukai