Anda di halaman 1dari 322

351.

770 212
Ind
p

PROFIL
KESEHATAN INDONESIA
2006

DEPARTEMEN KESEHATAN R.I.


JAKARTA
2007
TIM PENYUSUN

Pengarah
Dr. H. Sjafii Ahmad, MPH
Sekretaris Jenderal Depkes

Ketua
DR Bambang Hartono, SKM, MSc
Kepala Pusat Data dan Informasi Depkes

Sekretaris
Bob Susilo Kusumobroto, SKM, MPH
Dra. Rahmaniar Brahim, Apt, MKes
Anggota,
Sugito, SKM, MKes
Sunaryadi, SKM, MKes
Nuning Kurniasih, SSi, Apt
Boga Hardhana, SSi, MM
Evida Manullang, SSi
M. Syahrul Anam, Dr.
Fatta Hatta, Dr.
Wardah, SKM
Marlina Indah Susanti, SKM
Supriyono, SKM
Dewi Roro Kumbini, SPd
Istiqomah, SS
Rida Sagitarina, Dra.
Sariyono
Sondang Tambunan
Maryati
B.B Sigit

Kontributor
Badan Pusat Statistik
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal
Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat
Ditjen Pelayanan Medik
Ditjen PP-PL
Ditjen Yanfar & Alkes
Badan Litbangkes
Badan PPSDMKes
Biro Perencanaan dan Anggaran
Biro Kepegawaian
Biro Umum dan Humas
Pusat Promosi Kesehatan
Pusat Penanggulangan Krisis
Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan RI
351.770 212
Ind Indonesia. Departemen Kesehatan. Pusat Data dan Informasi
p Profil Kesehatan Indonesia 2006. - - Jakarta :
Departemen Kesehatan RI 2007

I. Judul 1. HEALTH STATISTICS

Buku ini diterbitkan oleh


Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Jalan HR. Rasuna Said Blok X-5 Kav 4-9, Jakarta 12950
Telepon no: 62-21-5229590, 5221432
Fax no: 62-21-5203874
E-mail: pusdatin@depkes.go.id
Web site: http://www.depkes.go.id
KATA PENGANTAR

“Profil Kesehatan Indonesia 2005” merupakan kelanjutan dari profil tahun-tahun


sebelumnya. Profil Kesehatan juga merupakan salah satu wujud akuntabilitas dari Pusat Data
dan Informasi. Supaya profil kesehatan ini tidak membingungkan dan dianggap tertinggal,
maka data dan informasi yang disajikan adalah sesuai dengan tahun yang tercantum.

“Profil Kesehatan Indonesia 2006” selain memuat informasi seperti profil kesehatan
sebelumnya dan juga memuat kejadian-kejadian penting pada tahun 2006, antara lain desa
siaga, askeskin, flu burung dan gempa bumi di Yogyakarta. Namun demikian “Profil
Kesehatan Indonesia 2006” masih terdapat keterbatasan karena ada beberapa data yang masih
belum bisa terkumpul. Untuk itu akan kami masukan data yang belum ada dalam Profil
Kesehatan 2006 ke dalam Profil Kesehatan berikutnya.

“Profil Kesehatan Indonesia” dengan segala keterbatasannya tetap diupayakan agar


dapat terbit lebih cepat daripada tahun-tahun sebelumnya. Di samping terbit dalam versi
cetak, Profil Kesehatan 2006 dapat diakses lewat internet; http://www.depkes.go.id.

Mudah-mudahan “Profil Kesehatan Indonesia 2006” ini bermanfaat dalam mengisi


kebutuhan data dan informasi kesehatan yang terkini sesuai dengan harapan kita semua.

Jakarta, 2007

Kepala Pusat Data dan Informasi

DR. Bambang Hartono, SKM, MSc


NIP. 140 058 225

i
ii
SAMBUTAN
SEKRETARIS JENDERAL DEPKES

Saya menyambut gembira terbitnya “Profil Kesehatan Indonesia 2006” yang lebih
cepat bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Meskipun berat dan banyak
tantangan di dalam proses pengumpulan data untuk mengisi profil kesehatan ini, akhirnya
Pusat Data dan Informasi berhasil menghimpun data tahun 2006 dan menyusunnya menjadi
“Profil Kesehatan Indonesia 2006”.

Tantangan dalam penyediaan data dan informasi yang tepat waktu ternyata banyak
kendala sehingga data dan informasi dari setiap provinsi maupun program masih belum terisi
secara lengkap. Dengan telah terbitnya “Profil Kesehatan Indonesia 2006” yang juga memuat
kejadian-kejadian penting di tahun 2006, saya harapkan profil ini dimanfaatkan dalam
pengambilan keputusan yang didasari kepada data dan informasi (evidence based) serta
digunakan sebagai salah satu rujukan data dan informasi.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan kontribusi sehingga
memungkinkan tersusunnya “Profil Kesehatan Indonesia 2006”.

Jakarta, 2007

Sekretaris Jenderal
Departemen Kesehatan

Dr. H. Sjafii Ahmad, MPH


NIP. 140 086 897

iii
iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

SAMBUTAN SEKRETARIS JENDERAL iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR LAMPIRAN vii

BAB I: PENDAHULUAN 1

BAB II: GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK 3


A. Keadaan Penduduk 3
B. Keadaan Ekonomi 4
C. Keadaan Pendidikan 8
D. Keadaan Lingkungan 11
E. Keadaan Perilaku Masyarakat 15

BAB III: SITUASI DERAJAT KESEHATAN 19


A. Mortalitas 19
B. Morbiditas 26

BAB IV: SITUASI UPAYA KESEHATAN 59


A. Pelayanan Kesehatan Dasar 59
B. Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang 72
C. Pengendalian Penyakit Menular 81
D. Perbaikan Gizi Masyarakat 99
E. Pelayanan Kesehatan dalam Situasi Bencana 101

BAB V: SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN 104


A. Sarana Kesehatan 104
B. Tenaga Kesehatan 115
C. Pembiayaan Kesehatan 122

v
BAB VI: PERBANDINGAN INDONESIA DENGAN NEGARA ANGGOTA
ASEAN DAN SEARO 125
A. Kependudukan 125
B. Derajat Kesehatan 134

BAB VII: PENUTUP 149

DAFTAR PUSTAKA 150

LAMPIRAN 153

***

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 2.1 Pembagian Wilayah Administrasi Pemerintahan per Provinsi Tahun


2006
Lampiran 2.2 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut
Provinsi Tahun 2006
Lampiran 2.3 Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur Tertentu, Angka Beban
Tanggungan dan Provinsi Tahun 2006 (Perkotaan+Perdesaan)
Lampiran 2.3.a Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur Tertentu, Angka Beban
Tanggungan dan Provinsi Tahun 2006 (Perkotaan)
Lampiran 2.3.b Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur Tertentu, Angka Beban
Tanggungan dan Provinsi Tahun 2006 (Perdesaan)
Lampiran 2.4 Jumlah dan Persentase Daerah Tertinggal Menurut Provinsi Tahun 2004
– 2006
Lampiran 2.5 Persentase Rumah Tangga Yang Mendapat Pelayanan Gratis Selama 6
Bulan Referensi Menurut Provinsi dan Jenis Kartu yang Digunakan
Tahun 2006
Lampiran 2.6 Penduduk Rumah Tangga yang Membeli Beras Murah/Raskin Selama 6
Bulan Referensi dan Jumlah Beras yang Dibeli Menurut Provinsi Tahun
2006
Lampiran 2.7 Tingkat Pengangguran dan Inflasi Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 2.8 Persentase Kepandaian Membaca Menulis pada Penduduk Berumur 10
Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Provinsi Tahun 2006
(Perkotaan+Perdesaan)
Lampiran 2.8.a Persentase Kepandaian Membaca Menulis pada Penduduk Berumur 10
Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Provinsi Tahun 2006
(Perkotaan)
Lampiran 2.8.b Persentase Kepandaian Membaca Menulis pada Penduduk Berumur 10
Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Provinsi Tahun 2006
(Perdesaan)
Lampiran 2.9 Persentase Status Pendidikan pada Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas
Menurut Provinsi Tahun 2006 (Perkotaan+Perdesaan)
Lampiran 2.9.a Persentase Status Pendidikan pada Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas
Menurut Provinsi Tahun 2006 (Perkotaan)

vii
Lampiran 2.9.b Persentase Status Pendidikan pada Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas
Menurut Provinsi Tahun 2006 (Perdesaan)
Lampiran 2.10 Persentase Penduduk Indonesia Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut
Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki dan Provinsi Tahun 2006
(Perkotaan+Perdesaan)
Lampiran 2.10.a Persentase Penduduk Indonesia Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut
Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki dan Provinsi Tahun 2006
(Perkotaan)
Lampiran 2.10.b Persentase Penduduk Indonesia Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut
Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki dan Provinsi Tahun 2006
(Perdesaan)
Lampiran 2.11 Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai Tempat Tinggal (m2),
Tipe Daerah dan Provinsi Tahun 2006
Lampiran 2.12 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum dan Provinsi
Tahun 2006 (Perkotaan+Perdesaan)
Lampiran 2.12.a Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum dan Provinsi
Tahun 2006 (Perkotaan)
Lampiran 2.12.b Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum dan Provinsi
Tahun 2006 (Perdesaan)
Lampiran 2.13 Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum dari
Pompa/Sumur/Mata Air Menurut Tipe Daerah, Jarak ke Tempat
Penampungan Akhir Kotoran/Tinja Terdekat dan Provinsi Tahun 2006
Lampiran 2.14 Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas Tempat Buang Air Besar,
Tipe Daerah dan Provinsi Tahun 2006
Lampiran 2.15 Persentase Rumah Tangga dengan Air Bersih (Perpipaan/Non Perpipaan)
yang Memenuhi Syarat Bakteriologis dan Air Minum yang Memenuhi
Syarat Kesehatan Menurut Provinsi Tahun 2004-2006
Lampiran 2.16 Persentase Rumah Sehat dan Sekolah Sehat Menurut Provinsi Tahun
2006
Lampiran 2.17 Persentase Rumah Tangga Sehat Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 2.18 Persentase Tempat-Tempat Umum (TTU) dan Tempat Pengelolaan
Makanan yang Memenuhi Syarat Kesehatan Menurut Provinsi Tahun
2006
Lampiran 2.19 Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Selama
Bulan Referensi Menurut Jenis Keluhan Kesehatan yang Dialami dan
Provinsi Tahun 2006
Lampiran 2.20 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan dan Mengobati Sendiri Selama
Bulan Referensi Menurut Tipe Daerah dan Provinsi Tahun 2006

viii
Lampiran 2.21 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Menurut Bulan Referensi
Menurut Tempat/Cara Berobat dan Provinsi Tahun 2006
Lampiran 2.22 Proporsi Penduduk yang Mengobati Sendiri Selama Bulan Referensi
Menurut Jenis Obat yang Digunakan, Tipe Daerah dan Provinsi Tahun
2006
Lampiran 2.23 Persentase Anak Usia 2-4 Tahun yang Pernah Disusui Menurut Lamanya
Disusui dan Provinsi Tahun 2006 (Perkotaan+Perdesaan)
Lampiran 2.23.a Persentase Anak Usia 2-4 Tahun yang Pernah Disusui Menurut Lamanya
Disusui dan Provinsi Tahun 2006 (Perkotaan)
Lampiran 2.23.b Persentase Anak Usia 2-4 Tahun yang Pernah Disusui Menurut Lamanya
Disusui dan Provinsi Tahun 2006 (Perdesaan)
Lampiran 3.1 Estimasi Angka Kematian Bayi, Angka Harapan Hidup, Net
Reproduction Rate dan Angka Fertilitas Total Menurut Provinsi Tahun
2005-2010
Lampiran 3.2 Indeks Pembangunan Manusia Menurut Provinsi Tahun 1999, 2002,
2005
Lampiran 3.3 Persentase 10 Penyakit Utama pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit
di Indonesia Tahun 2006
Lampiran 3.4 Persentase 10 Penyakit Utama pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit
di Indonesia Tahun 2006
Lampiran 3.5 Distribusi Pasien Rawat Jalan Menurut Bab ICD-X di Rumah Sakit di
Indonesia Tahun 2006
Lampiran 3.6 Distribusi Pasien Rawat Inap Menurut Bab ICD-X di Rumah Sakit di
Indonesia Tahun 2006
Lampiran 3.7 Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Malaria Menurut Provinsi
Tahun 2006
Lampiran 3.8 Annual Parasite Incidence (API) Malaria di Jawa-Bali Tahun 1997-2006
Lampiran 3.9 Hasil Cakupan Penemuan Kasus dan Evaluasi Hasil Pengobatan
Penyakit TB Paru Tahun 2006
Lampiran 3.10 Jumlah Kasus Baru BTA Positif Menurut Jenis Kelamin dan Provinsi
Tahun 2006
Lampiran 3.11 Jumlah Kasus Baru BTA Positif Menurut Kelompok Umur (Tahun) dan
Provinsi Tahun 2006
Lampiran 3.12 Jumlah Kumulatif Kasus AIDS, Meninggal, dan Angka Kumulatif Kasus
Per 100.000 Penduduk Menurut Provinsi sampai dengan 31 Desember
2006
Lampiran 3.13 Jumlah dan Persentase Kasus AIDS Yang Menggunakan NAPZA
Suntikan (IDU) Menurut Provinsi sampai dengan 31 Desember 2006

ix
Lampiran 3.14 Jumlah Kasus Baru AIDS Ditemukan dan Persentase Kasus Baru Per Tri
Wulan Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 3.15 Estimasi Populasi Rawan Tertular HIV Tahun 2006
Lampiran 3.16 Jumlah Kasus Pneumonia Balita Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 3.17 Situasi Penyakit Kusta Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 3.18 Jumlah Kasus Baru Kusta dan Kecacatan Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 3.19 Jumlah Kasus Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
(PD3I) Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 3.20 Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 3.21 Jumlah Kasus Penyakit Campak di Rawat Jalan, Rawat Inap Rumah
Sakit dan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 3.22 Jumlah Kasus Penyakit Campak Menurut Provinsi Tahun 2006 (jumlah
yang divaksinasi)
Lampiran 3.23 Jumlah Kasus Penyakit Difteri di Rawat Jalan, Rawat Inap Rumah Sakit
dan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 3.24 Jumlah Kasus Penyakit Pertusis (Batuk Rejan) di Rawat Jalan, Rawat
Inap Rumah Sakit dan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 3.25 Jumlah Kasus Penyakit Hepatitis Klinis di Rawat Jalan, Rawat Inap
Rumah Sakit dan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 3.26 Jumlah Kasus Penyakit Hepatitis B di Rawat Jalan, Rawat Inap Rumah
Sakit dan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 3.27 Jumlah Kasus AFP Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 3.28 Jumlah Kasus AFP Menurut Kriteria Klinis dan Provinsi Tahun 2006
Lampiran 3.29 Perkembangan Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio Tahun 2006
Lampiran 3.30 Jumlah Kasus Penyakit Tetanus di Rawat Jalan, Rawat Inap Rumah
Sakit dan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 3.31 Frekuensi KLB Menurut Penyakit di Indonesia Tahun 2006
Lampiran 3.32 Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare Tahun 2001 - 2006
Lampiran 3.33 Jumlah Penderita, Case Fatality Rate (%), dan Incidence Rate Penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD/DHF) Menurut Provinsi Tahun 2000-
2006
Lampiran 3.34 Jumlah Kabupaten/Kota yang Terjangkit Penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD/DHF) Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2001– 2006
Lampiran 3.35 Jumlah dan Persentase Kabupaten Terjangkit dan Jumlah Kasus Gigitan
Hewan Tertular Rabies serta Hasil Pemeriksaan Spesimen Hewan
Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 3.36 Jumlah Penderita Filariasis Menurut Provinsi Tahun 2000 – 2006
Lampiran 3.37 Prevalensi Frambusia Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 3.38 Situasi Leptospirosis pada Manusia Menurut Provinsi Tahun 2006

x
Lampiran 3.39 Situasi Taeniasis/Cysticercosis pada Manusia Menurut Provinsi Tahun
2006
Lampiran 3.40 Situasi Pes pada Manusia Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 3.41 Situasi Antraks pada Manusia Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran3.42 Kepesertaan dan Jenis Kasus Kecelakaan Kerja (PT Jamsostek) Tahun
2006
Lampiran 4.1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 dan K4, Persalinan Ditolong Tenaga
Kesehatan, dan Kunjungan Neonatus Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 4.2 Cakupan Rujukan Kasus Risti dan Penangan Komplikasi Ibu Hamil dan
Neonatal Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 4.3 Proporsi Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin yang
Sedang Menggunakan/Memakai Alat KB menurut Daerah Tempat
Tinggal dan Provinsi, Tahun 2006
Lampiran 4.4 Proporsi Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin yang
Pernah Menggunakan/Memakai Alat KB Menurut Daerah Tempat
Tinggal dan Provinsi, Tahun 2006
Lampiran 4.5 Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin Menurut
Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan/Dipakai dan Provinsi, Tahun
2006 (Perkotaan+Perdesaan)
Lampiran 4.5.a Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin Menurut
Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan/Dipakai dan Provinsi, Tahun
2006 (Perkotaan)
Lampiran 4.5.b Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin Menurut
Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan/Dipakai dan Provinsi, Tahun
2006 (Perdesaan)
Lampiran 4.6 Hasil Pelayanan Peserta KB Baru Kumulatif Menurut Metoda
Kontrasepsi dan Provinsi Tahun 2006
Lampiran 4.7 Jumlah dan Proporsi Peserta KB Baru Kumulatif Menurut Tempat
Pelayanan dan Provinsi Tahun 2006
Lampiran 4.8 Pencapaian Desa Universal Child Immunization (UCI) Menurut Provinsi
Tahun 2004-2006
Lampiran 4.9 Cakupan Imunisasi Dasar pada Bayi Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 4.10 Cakupan Imunisasi Hepatitis B pada Bayi Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 4.11 Angka Drop Out Cakupan Imunisasi DPT1-Campak pada Bayi Menurut
Provinsi Tahun 2002-2006
Lampiran 4.12 Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil Menurut Provinsi, Tahun 2006
Lampiran 4.13.a Jumlah Kunjungan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Menurut Provinsi
Tahun 2006

xi
Lampiran 4.13.b Jumlah Kunjungan Pasien Rawat Jalan dan Gangguan Jiwa di Rumah
Sakit Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 4.14 Pemeriksaan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Rumah Sakit Umum
Depkes dan Pemda Menurut Provinsi
Tahun 2006
Lampiran 4.15 Indikator Pelayanan Rumah Sakit Umum Depkes dan Pemda Menurut
Provinsi Tahun 2006
Lampiran 4.16 Pemeriksaan Radiodiagnostik pada Rumah Sakit Umum Depkes dan
Pemda Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 4.17 Jumlah Pelayanan Laboratorium di Rumah Sakit Milik Pemerintah
Kabupaten/Kota Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 4.18 Utilisasi Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Lanjut (RJTL) dan Rawat Inap
Tingkat Lanjut (RITL) Keluarga Miskin Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 4.19 Penanganan Penyalahgunaan NAPZA di Rumah Sakit Menurut
Kepemilikan Tahun 2006
Lampiran 4.20 Hasil Pekan Imunisasi Nasional Menurut Provinsi Tahun 2005-2006
Lampiran 4.21 Cakupan TB Paru BTA Positif, Sembuh, Pengobatan Lengkap dan
Succes Rate (SR) Menurut Provinsi
Tahun 2005
Lampiran 4.22 Cakupan Penemuan Penderita Pneumonia Balita Menurut Provinsi
Tahun 2005
Lampiran 4.23 Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 4.24 Cakupan Pemberian Tablet Besi (Fe) pada Ibu Hamil Menurut Provinsi
Tahun 2006
Lampiran 4.25 Rekapitulasi Kejadian Bencana Tahun 2006
Lampiran 5.1 Jumlah Puskesmas serta Sarana Lainnya Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 5.2 Jumlah Puskesmas dan Rasionya Terhadap Penduduk Menurut Provinsi
Tahun 2002 - 2006
Lampiran 5.3 Jumlah Puskesmas dan Puskesmas Perawatan Menurut Provinsi di
Indonesia Tahun 2002-2006
Lampiran 5.4 Jumlah Puskesmas Keliling dan Rasio Puskesmas Keliling per
Puskesmas Menurut Provinsi, Tahun 2002-2006
Lampiran 5.5 Jumlah Rumah Sakit di Indonesia Menurut Pengelola dan Provinsi
Tahun 2006
Lampiran 5.6 Jumlah Rumah Sakit Umum Menurut Pengelola Tahun 2002-2006
Lampiran 5.7 Jumlah Rumah Sakit Umum Depkes/Pemda Menurut Kelas dan Provinsi
Tahun 2005
Lampiran 5.8 Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit Umum Menurut Pengelola Tahun
2002 - 2006

xii
Lampiran 5.9 Jumlah Rumah Sakit Khusus dan Tempat Tidurnya Menurut Jenis
Rumah Sakit Tahun 2002 - 2006
Lampiran 5.10 Jumlah Sarana Produksi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Menurut
Jenis Dan Provinsi Tahun 2002 - 2006
Lampiran 5.11 Jumlah Sarana Distribusi dan Pelayanan Kefarmasian Menurut Provinsi
Tahun 2002 - 2006
Lampiran 5.12 Jumlah Sarana Usaha Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM)
Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 5.13 Jumlah Posyandu Menurut Tingkat Perkembangannya dan Provinsi
Tahun 2006
Lampiran 5.14 Jumlah Polindes Menurut Tingkat Perkembangannya dan Provinsi Tahun
2006
Lampiran 5.15 Jumlah Pos Obat Desa (POD) Menurut Tingkat Perkembangannya dan
Provinsi Tahun 2006
Lampiran 5.16 Rekapitulasi Institusi Poltekkes Menurut Jurusan dan Provinsi Tahun
2006
Lampiran 5.17 Rekapitulasi Strata Akreditasi Jurusan/Program Studi Poltekkes Tahun
2006
Lampiran 5.18 Jumlah Institusi Diknakes Non Politeknik Kesehatan Menurut
Jurusan/Program Studi dan Provinsi Tahun 2006
Lampiran 5.19 Rekapitulasi Strata Akreditasi Institusi Non Poltekkes Tahun 2006
Lampiran 5.20 Jumlah Institusi Diknakes Non-Poltekkes Menurut Status Kepemilikan
Per Desember 2006
Lampiran 5.21 Rekapitulasi Data SDM Kesehatan Per Propinsi Tahun 2005
Lampiran 5.22 Data Sumber Daya Manusia Kesehatan di Rumah Sakit Menurut
Provinsi dan Jenis Ketenagaan Tahun 2006
Lampiran 5.23 Jumlah dan Jenis Ketenagaan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 5.24 Jumlah PTT yang Masih Aktif Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 5.25 Jumlah dan Jenis Ketenagaan Farmasi di Rumah Sakit Pemerintah/
Swasta dan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 5.26 Jumlah dan Jenis Ketenagaan Farmasi Disarana Produksi dan Distribusi
Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 5.27 Jumlah Peserta Didik Tahun Ajaran 2006/2007 di Poltekkes Menurut
Profesi
Lampiran 5.28 Jumlah Peserta Didik Tahun Ajaran 2006/2007 di Non Poltekkes
Menurut Profesi
Lampiran 5.29 Jumlah Peserta Didik Program Khusus Tahun 2006
Lampiran 5.30 Jumlah Lulusan Diknakes Poltekkes dan Non Poltekkes Menurut Jenis
Tenaga Kesehatan Tahun 2006

xiii
Lampiran 5.31 Distribusi Lulusan Poltekkes Berdasarkan Jurusan/Program Studi dan
Kota Tahun 2006
Lampiran 5.32 Distribusi Lulusan Non Poltekkes Berdasarkan Jurusan /Program Studi
dan Kota Tahun 2006
Lampiran 5.33 Jumlah Pelatihan yang dilaksanakan Pusdiklatkes dan Bapelkes Nasional
Tahun 2006
Lampiran 5.34 Jumlah dan Persentase Kepesertaan Penduduk dalam Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Menurut Jenis dan Provinsi Tahun 2006
Lampiran 5.35 Distribusi Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Menurut Jenis
dan Provinsi Tahun 2006
Lampiran 6.1 Perbandingan Beberapa Data Kependudukan di Negara ASEAN Tahun
2006
Lampiran 6.2 Perbandingan Beberapa Data Kependudukan di Negara-Negara SEARO
Tahun 2006
Lampiran 6.3 Perbandingan Angka Kelahiran, Angka Kematian, dan Indeks
Pembangunan Manusia di Negara ASEAN
Lampiran 6.4 Perbandingan Angka Kelahiran, Angka Kematian, dan Indeks
Pembangunan Manusia di Negara-Negara SEARO
Lampiran 6.5 Perbandingan Data Tuberkulosis di Negara ASEAN Tahun 2004/2005
Lampiran 6.6 Perbandingan Data Tuberkulosis di Negara-Negara SEARO Tahun
2004/2005
Lampiran 6.7 Angka Estimasi HIV/AIDS di Negara ASEAN Tahun 2005
Lampiran 6.8 Angka Estimasi HIV/AIDS di Negara-Negara SEARO Tahun 2005
Lampiran 6.9 Jumlah Kasus Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
di Negara ASEAN Tahun 2006
Lampiran 6.10 Jumlah Kasus Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
di Negara-Negara SEARO Tahun 2006
Lampiran 6.11 Perbandingan Cakupan Imunisasi pada Bayi di Negara ASEAN Tahun
2005
Lampiran 6.12 Perbandingan Cakupan Imunisasi pada Bayi di Negara-Negara SEARO
Tahun 2005
Lampiran 6.13 Perbandingan Upaya Kesehatan di Negara ASEAN
Lampiran 6.14 Perbandingan Upaya Kesehatan di Negara-Negara SEARO

***

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

Dalam rangka mewujudkan visi “Masyarakat yang Mandiri untuk Hidup Sehat”, dan
mengemban misi “Membuat Rakyat Sehat”, tahun 2006 Departemen Kesehatan telah
membuat kebijakan "Pengembangan Desa Siaga" melalui Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 546/Menkes/SK/VIII/2006 tanggal 2 Agustus 2006. Untuk tahun
2006 ditarget sebanyak 12 ribu telah menjadi desa siaga. Kemudian diharapkan pada akhir
tahun 2008, lebih kurang 70.000 desa di Indonesia telah menjadi desa siaga.

Tahun 2005 hingga 2009, Departemen Kesehatan dalam periode tersebut me-
nempatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak sebagai prioritas pertama pembangunan
kesehatan. Sesudahnya menyusul pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin,
pendayagunaan tenaga kesehatan, penanggulangan penyakit menular, gizi buruk, dan krisis
kesehatan akibat bencana, serta peningkatan pelayanan kesehatan di daerah terpencil,
tertinggal, daerah perbatasan, dan pulau-pulau terluar. Program-program tersebut, sangat ber-
kaitan untuk meningkatkan kesehatan rakyat.

Penyusunan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2006 ini berupaya untuk mengacu
kepada sasaran utama Departemen Kesehatan tersebut di atas. Menggerakkan dan
memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat akan digambarkan pada Bab II dan Bab III,
meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas digambarkan
pada Bab IV dan Bab V, meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi
kesehatan digambarkan pada Bab III dan IV serta meningkatkan pembiayaan kesehatan
digambarkan pada Bab V.

Profil Kesehatan Indonesia 2006 ini terdiri dari 8 (delapan) bab, yaitu:

Bab I - Pendahuluan. Bab ini menyajikan tentang acuan diterbitkannya Profil Kesehatan
Indonesia 2006 ini serta sistimatika penyajiannya.

Bab II - Situasi Umum dan Lingkungan. Bab ini menyajikan tentang gambaran umum
Indonesia. Selain uraian tentang letak geografis, demografis, pendidikan, ekonomi dan
informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas faktor-faktor lingkungan dan perilaku.

Bab III - Situasi Derajat Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang hasil-hasil pembangunan
kesehatan sampai dengan tahun 2006 yang mencakup tentang angka kematian, umur harapan
hidup dan angka kesakitan.

1
Bab IV - Situasi Upaya Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang upaya-upaya kesehatan yang
telah dilaksanakan oleh bidang kesehatan sampai tahun 2006, untuk tercapainya dan
berhasilnya program-program pembangunan di bidang kesehatan. Gambaran tentang upaya
kesehatan yang telah dilakukan itu meliputi persentase pencapaian cakupan pelayanan
kesehatan dasar, persentase pencapaian cakupan pelayanan kesehatan rujukan dan berbagai
upaya lain yang berupa gambaran pelayanan program kesehatan lainnya.

Bab V - Situasi Sumber Daya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang sumber daya
pembangunan bidang kesehatan sampai tahun 2006 ini. Gambaran tentang keadaan sumber
daya sampai dengan tahun 2006 ini mencakup tentang keadaan tenaga, sarana dan fasilitas
kesehatan yang ada sampai tahun 2006. Pada bab ini juga akan dijelaskan tentang jumlah dan
penyebaran sarana pelayanan kesehatan yang terdiri dari rumah sakit dan puskesmas
termasuk puskesmas pembantu dan puskesmas keliling.

Bab VI - Perbandingan Indonesia dengan Negara Anggota ASEAN dan SEARO. Bab ini
menyajikan perbandingan beberapa indikator tertentu meliputi data kependudukan, Angka
Kelahiran, Angka Kematian, Indeks Pembangunan Manusia, data tuberkulosis, angka
estimasi HIV/AIDS, kasus penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi, status gizi
buruk, gizi kurang, dan BBLR, cakupan imunisasi pada bayi dan upaya kesehatan.

Bab VII - Penutup.

***

2
BAB II
GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di Asia Tenggara dengan jumlah


pulau 17.504. Fakta ini membuat Indonesia memiliki keragaman budaya dan adat istiadat
dengan karakteristik yang berbeda satu sama lain. Keragaman dalam berbagai aspek
tersebut juga terkait dengan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan.
Pada tahun 2006 secara administratif wilayah Indonesia terbagi atas 33 provinsi,
349 kabupaten, dan 91 kota. Wilayah tersebut meliputi 5.656 kecamatan, 7.123 kelurahan
dan 71.563 desa. Jika jumlah tersebut dibandingkan dengan tahun 2005, maka dapat
dikatakan telah terjadi peningkatan. Pada tahun 2005 wilayah kecamatan berjumlah 5.263
dan wilayah desa berjumlah 62. 806.
Pada bab ini akan diuraikan gambaran umum Indonesia dan perilaku penduduk
pada tahun 2006 yang meliputi: keadaan penduduk, keadaan ekonomi, keadaan
pendidikan, keadaan lingkungan, dan perilaku penduduk yang berkaitan dengan
kesehatan.

A. KEADAAN PENDUDUK
Berdasarkan proyeksi penduduk terhadap hasil Survei Penduduk Antar Sensus
(SUPAS) Tahun 2005, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2006 tercatat sebesar
222.192.000 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 118 per km2.
Tingkat kepadatan yang tinggi masih didominasi oleh provinsi-provinsi di Pulau
Jawa. Provinsi yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi adalah DKI Jakarta, yaitu
sebesar 13.499 jiwa per km2. Provinsi Jawa Barat merupakan wilayah yang memiliki
kepadatan penduduk tertinggi ke-2 dengan kepadatan 1.146 jiwa per km2. Provinsi
dengan tingkat kepadatan tertinggi ke-3 yaitu Banten sebesar 1.066 jiwa per km2.
Kepadatan penduduk terendah di Provinsi Papua, yaitu hanya 8 jiwa per km2. Sulawesi
Barat merupakan provinsi dengan tingkat kepadatan penduduk terendah ke-2 yaitu
sebesar 11 jiwa per km2, yang kemudian diikuti oleh Kalimantan Timur dengan
kepadatan 13 jiwa per km2.
Dari proyeksi jumlah penduduk dapat diketahui terdapat ketimpangan persebaran
penduduk antar pulau yang nyata. Lebih dari separuh penduduk Indonesia berada di
Pulau Jawa, yaitu sebesar 58,51%, dengan luas hanya 7% wilayah Indonesia. Sisanya
tersebar di Sumatera sebesar 21,10 %; Sulawesi 7,23%; Kalimantan 5,55%; Kepulauan
Nusa Tenggara dan Bali 5,42%; dan Papua dan Maluku 2,18%. Jumlah penduduk dan
angka kepadatan penduduk per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.2.

3
Melalui proyeksi penduduk berdasarkan hasil SUPAS 2005 kita dapat
memperoleh gambaran piramida penduduk sebagai berikut.

GAMBAR 2.1
PIRAMIDA PENDUDUK INDONESIA
TAHUN 2006

Sumber : Proyeksi SUPAS Tahun 2005, Badan Pusat Statistik

Komposisi penduduk Indonesia menurut kelompok umur, menunjukkan bahwa


penduduk yang berusia muda (0-14 tahun) sebesar 28,26%, yang berusia produktif (15-64
tahun) sebesar 66,71%, dan yang berusia tua (> 65 tahun) sebesar 5,03%. Dengan
demikian maka Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio) penduduk Indonesia pada
tahun 2006 sebesar 49,90%. Angka ini mengalami sedikit penurunan dibandingkan tahun
2005 sebesar 50,81%. Provinsi dengan persentase beban tanggungan tertinggi adalah
Nusa Tenggara Timur sebesar 71,45%, diikuti oleh Sulawesi Barat sebesar 64,18%, dan
Maluku sebesar 63,85%. Sedangkan provinsi dengan Angka Beban Tanggungan terendah
yaitu DKI Jakarta sebesar 37,01%, diikuti oleh Jawa Timur sebesar 44,38% dan DI
Yogyakarta sebesar 44,63%. Berdasarkan tipe daerah, angka beban tanggungan di
perdesaan lebih besar dibandingkan perkotaan, yaitu 53,61% berbanding 45,35%.
Rincian jumlah penduduk menurut kelompok umur, provinsi, wilayah dan angka beban
tanggungan tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 2.3, 2.3.a, dan 2.3.b.

B. KEADAAN EKONOMI
Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur dalam
menentukan keberhasilan pembangunan suatu negara. Data BPS menyebutkan bahwa
selama tahun 2006, pertumbuhan ekonomi nasional menunjukkan penurunan
dibandingkan tahun sebelumnya. Jika pada tahun 2005 pertumbuhan ekonomi sebesar
5,7%, pada tahun 2006 angka ini turun menjadi 5,5%.
Mengkaji kondisi perekonomian tentu saja tidak terlepas dari tingkat inflasi. Data
BPS menyebutkan bahwa tingkat inflasi pada tahun 2004 berada pada tingkat 6,4 %.
Angka ini melonjak drastis menjadi 17,11 % pada tahun 2005. Hingga pada tahun 2006

4
tingkat inflasi turun secara signifikan menjadi 6,6%. Tingkat pengangguran juga menjadi
salah satu variabel yang dikaji dalam menilai keadaan ekonomi suatu negara. Dengan
merujuk pada data BPS, tingkat pengangguran pada tahun 2004 sebesar 9,86%, lalu
merangkak naik menjadi 11,24% pada tahun 2005 hingga kemudian berada pada level
10,45% pada tahun 2006.
Kemiskinan merupakan salah satu isu krusial yang sangat terkait dengan dimensi
ekonomi. Kemiskinan telah lama menjadi persoalan mendasar yang menjadi pusat
perhatian pemerintah dan berbagai kalangan. Statistik Kesra Tahun 2006 menyajikan
persentase rumah tangga yang mendapatkan pelayanan gratis bidang kesehatan dan yang
membeli beras murah/raskin selama 6 bulan referensi. Persentase rumah tangga yang
mendapatkan pelayanan gratis menunjukkan angka 12,85%. Angka tersebut terdiri dari
Askeskin sebesar 54,2%, Kartu Kompensasi BBM sebesar 3,26%, Kartu Sehat sebesar
28,12% dan lainnya sebesar 14,41%. Rumah tangga yang membeli beras murah/raskin
selama 6 bulan referensi sebesar 45,01%. Rincian mengenai persentase rumah tangga
yang membeli beras murah/raskin selama 6 bulan referensi dan jumlah beras yang dibeli
menurut provinsi tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 2.6
Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional, penduduk miskin adalah penduduk
yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan
(GK) yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non
Makanan (GKNM). Penentuan GKM dilakukan berdasarkan pengeluaran penduduk
untuk memenuhi kebutuhan dasar berupa makanan, sedangkan GKNM ditentukan
berdasarkan pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan perumahan, sandang, pendidikan
dan kesehatan. Pada Bulan Maret 2006, jumlah penduduk miskin di Indonesia meningkat
menjadi 39,3 juta dari 35,10 juta pada Februari 2005. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi
pertambahan 4,2 juta penduduk miskin. Jika melihat persentase penduduk miskin,
peningkatan yang signifikan terjadi pada tahun 2006. Persentase penduduk miskin yang
semula 15,97% pada tahun 2005 meningkat menjadi 17,75% pada tahun 2006. Persentase
penduduk miskin dari tahun 2002-2006 disajikan pada Gambar 2.2 berikut ini.

GAMBAR 2.2
PERSENTASE PENDUDUK MISKIN
TAHUN 2002 - 2006

Sumber : Analisis dan Penghitungan Tingkat


Kemiskinan Tahun 2006, BPS

5
Tingkat kemiskinan juga dapat diketahui dengan melihat indeks kedalaman
kemiskinan dan keparahan kemiskinan . Indeks kedalaman kemiskinan menunjukkan gap
antara penghasilan penduduk miskin dengan garis batas kemiskinan, baik makanan
maupun non makanan. Sedangkan indeks keparahan kemiskinan mencerminkan gap
penghasilan antara sesama penduduk miskin. Dalam kurun waktu 2002-2006, terjadi
peningkatan yang cukup signifikan pada periode Februari 2005-Maret 2006 dibandingkan
periode sebelumnya, dari 2,78 menjadi 3,43. Peningkatan yang sama ditunjukkan oleh
indeks keparahan kemiskinan, dimana terdapat peningkatan pada periode Februari 2005-
Maret 2006 dibandingkan periode sebelumnya, yaitu dari 0,76 menjadi 1,00.
Kemiskinan menjadi isu yang cukup menyita perhatian berbagai kalangan
termasuk kesehatan. Keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan terkait
dengan daya beli ekonomi. Kemiskinan juga menjadi hambatan besar dalam pemenuhan
kebutuhan terhadap makanan yang sehat sehingga dapat melemahkan daya tahan tubuh
yang dapat berdampak pada kerentanan untuk terserang penyakit-penyakit tertentu.
Fenomena gizi buruk dan kurang kerap dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang buruk
jika merujuk pada fakta betapa keterbatasan pemenuhan pangan dapat menyebabkan
busung lapar, Kwashiorkor, penyakit kekurangan vitamin seperti Xeropthalmia, Scorbut,
dan Beri-beri.
GAMBAR 2.3
INDEKS KEDALAMAN (P1) DAN KEPARAHAN (P2) KEMISKINAN
TAHUN 2002 – 2006

Sumber : Analisis dan Penghitungan Tingkat


Kemiskinan Tahun 2006, BPS

Selama periode Februari 2005-Maret 2006 terjadi pergeseran posisi penduduk


miskin dan hampir miskin. Dengan memperhatikan pergeseran posisi ini, dapat
disimpulkan bahwa penambahan jumlah penduduk miskin selama periode Februari 2005-
Maret 2006 terjadi karena adanya pergeseran penduduk yang tergolong dalam transient
poor yaitu mereka yang berpenghasilan tidak jauh dari garis kemiskinan. Sekitar 56,58%
penduduk miskin pada bulan Februari 2005 tetap tercatat sebagai miskin pada bulan
Maret 2006, tetapi sisanya berpindah posisi menjadi hampir miskin (19,36%), hampir
tidak miskin (17,65%) dan tidak miskin (6,42%). Perubahan besar terjadi pada penduduk

6
hampir miskin dan hampir tidak miskin. Sekitar 30,42% penduduk hampir miskin di
bulan Februari 2005 jatuh menjadi miskin pada bulan Maret 2006. Pada saat yang sama,
11,76% penduduk hampir tidak miskin di bulan Februari 2005 jatuh menjadi miskin pada
bulan Maret 2006.
TABEL 2.1
PERGESERAN PENDUDUK MENURUT STATUS KEMISKINAN
FEBRUARI 2005-MARET 2006 (%)

Kondisi Kondisi Maret 2006


Februari 2005 Miskin Hampir Miskin Hampir Tidak Tidak Miskin Jumlah
Miskin
Miskin 56,58 19,36 17,65 6,42 100
Hampir Miskin 30,42 26,32 30,71 12,56 100
Hampir Tidak 11,76 17,69 40,13 30,42 100
Miskin
Tidak Miskin 2,32 3,60 21,76 72,32 100
Jumlah 17,75 13,45 27,64 41,16 100
Sumber : Analisis dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan Tahun 2006, BPS

Pembangunan ekonomi yang diupayakan pemerintah diharapkan mampu


mendorong kemajuan, baik fisik, sosial, mental dan spiritual di segenap pelosok negeri
terutama wilayah yang tergolong daerah tertinggal. Suatu daerah dikategorikan menjadi
daerah tertinggal karena beberapa faktor penyebab, yaitu ; geografis, sumber daya alam,
sumber daya manusia, prasarana dan sarana, daerah rawan bencana dan konflik sosial,
dan kebijakan pembangunan. Keterbatasan prasarana terhadap berbagai bidang termasuk
di dalamnya kesehatan menyebabkan masyarakat di daerah tertinggal mengalami
kesulitan untuk melakukan aktivitas ekonomi dan sosial.
Unit terkecil daerah tertinggal yang digunakan dalam Strategi Nasional
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (STRANAS PPDT) adalah wilayah
administrasi kabupaten. Menurut data Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal,
hingga tahun 2006 jumlah kabupaten/kota tertinggal mencapai 199 dari 440
Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia. Jumlah ini mengalami sedikit peningkatan
dibandingkan tahun 2005, yang menunjukkan jumlah 197 kabupaten tertinggal.
Penambahan 2 kabupaten tersebut terdapat pada Provinsi Sumatera Barat yang pada
tahun 2005 berjumlah 7 kemudian meningkat menjadi 9 kabupaten. Provinsi dengan
persentase kabupaten/kota tertinggal tertinggi adalah Sulawesi Barat, yaitu sebesar 100%,
diikuti oleh Papua yang sebesar 95%, dan Nusa Tenggara Timur sebesar 93,75%. Jumlah
dan persentase kabupaten/kota tertinggal menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran
2.4.

7
GAMBAR 2.4
PERSENTASE KABUPATEN TERTINGGAL
TAHUN 2006

Sumber : Strategi Nasional Percepatan Pembangunan Daerah


Tertinggal Tahun 2004-2009

C. KEADAAN PENDIDIKAN
Kondisi pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah dalam
mengukur tingkat pembangunan manusia suatu negara. Melalui pengetahuan, pendidikan
berkontribusi terhadap perubahan perilaku kesehatan. Pengetahuan yang dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor pencetus (predisposing) yang berperan
dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku sehat. Pada bagian ini akan
diuraikan mengenai kemampuan membaca-menulis, status pendidikan, dan tingkat
kepesertaan sekolah.
Kemampuan membaca dan menulis (baca-tulis) penduduk tercermin dari Angka
Melek Huruf, yaitu persentase penduduk umur 10 tahun ke atas yang dapat membaca dan
menulis huruf latin atau huruf lainnya. Secara nasional, persentase penduduk yang dapat
membaca huruf latin pada tahun 2006 sebesar 70,51%. Sedangkan mereka yang dapat
membaca huruf lainnya sebesar 2,06%, huruf latin dan lainnya sebesar 19,82% dan yang
buta huruf sebesar 7,61%. Dengan demikian persentase penduduk melek huruf yang
terdiri dari penduduk yang mampu membaca huruf latin, lainnya serta latin dan lainnya
adalah 92,39%. Persentase melek huruf pada laki-laki lebih besar dibandingkan
perempuan, yaitu 95,12% berbanding 89,66%. Daerah perkotaan memiliki persentase
melek huruf sebesar 95,76%. Angka ini lebih besar dibandingkan daerah perdesaan yang
hanya sebesar 89,76%.
Provinsi dengan persentase melek huruf tertinggi adalah Sulawesi Utara sebesar
99,00%, diikuti oleh DKI Jakarta sebesar 98,34% dan Riau 97,54%. Sedangkan
persentase melek huruf terendah adalah Provinsi Papua sebesar 71,58%, diikuti oleh
Nusa Tenggara Barat sebesar 81,66%, dan Bali sebesar 87,15%. Persentase kepandaian
membaca menulis pada penduduk berumur 10 tahun ke atas menurut provinsi, jenis

8
kelamin dan tipe daerah tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 2.8, 2.8.a dan Lampiran
2.8.b.

GAMBAR 2.5
PERSENTASE PENDUDUK UMUR 10 TAHUN KE ATAS
YANG MELEK HURUF TAHUN 2006

Sumber : Statistik Kesra, 2006

Pada tahun 2006, persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang tidak
memiliki ijazah/STTB di Indonesia sebanyak 28,20%. Persentase ini lebih besar di
wilayah perdesaan yang sebesar 35,15% dibandingkan perkotaan yang sebesar 19,30%.
Sedangkan secara nasional, persentase penduduk yang sudah memiliki ijazah/STTB yang
dimiliki yaitu SD/MI sebanyak 31,67%, tamat SLTP/MTs sebanyak 17,56%, tamat
SMU/MA/SMK sebanyak 18,12%, dan tamat Diploma I sampai dengan Universitas
sebesar 4,44%. Dengan demikian maka persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas
yang memiliki ijazah SMU/SMK atau pendidikan yang lebih tinggi sebesar 22,56%.
Provinsi dengan persentase tertinggi penduduknya berpendidikan SMU/SMK atau
lebih tinggi adalah DKI Jakarta (47,56), DI Yogyakarta (36,97%) dan Kepulauan Riau
(36,77%). Sedangkan yang terendah di Provinsi Sulawesi Barat (14,17%), Nusa Tenggara
Timur (14,20%), dan Kalimantan Barat (16,29%). Persentase penduduk berumur 10
tahun ke atas menurut ijazah/STTB tertinggi yang dimiliki per provinsi dapat dilihat pada
Lampiran 2.10.

9
TABEL 2.2
PERSENTASE PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS
MENURUT TIPE DAERAH , JENIS KELAMIN DAN STATUS PENDIDIKAN
TAHUN 2006

Daerah/Jenis Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki


Kelamin Tidak SD/ SLTP/ SMU/ SMU Dipl I/ Akademi/ Dipl IV/ Jumlah
Memiliki MI MTs MA Kejuruan Dipl II Dipl III S1/S2/
S3
Perkotaan
Laki-laki 16,88 24,02 19,29 22,78 8,24 0,83 1,92 6,05 100,00
Perempuan 21,69 26,11 19,30 20,30 5,36 1,29 1,91 4,04 100,00
L+P 19,30 25,07 19,29 21,53 6,79 1,06 1,91 5,04 100,00
Perdesaan
Laki-laki 31,48 37,27 17,40 9,13 2,90 0,50 0,33 0,98 100,00
Perempuan 38,83 36,37 15,02 6,67 1,60 0,59 0,32 0,59 100,00
L+P 35,15 36,82 16,21 7,90 2,25 0,55 0,33 0,78 100,00
Perkotaan +
Perdesaan
Laki-laki 25,10 31,48 18,23 15,09 5,24 0,64 1,03 3,20 100,00
Perempuan 31,28 31,85 16,90 12,67 3,26 0,90 1,02 2,11 100,00
L+P 28,20 31,67 17,56 13,88 4,24 0,77 1,02 2,65 100,00

Sumber : Statistik Kesra, 2006

Tabel 2.2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan signifikan terjadi pada


persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang memiliki ijazah/STTB SMU/MA/SMK
hingga Universitas antara wilayah perkotaan dengan perdesaan. Pada perkotaan sebesar
36,33%, sedangkan perdesaan hanya sebesar 11,81%. Sedangkan berdasarkan jenis
kelamin persentase penduduk 10 tahun ke atas yang memiliki ijazah/STTB
SMU/MA/SMK hingga Universitas pada laki-laki lebih besar dibandingkan pada
kelompok perempuan, yaitu 25,20% berbanding 19,96%.
Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut Statistik Kesra Tahun 2006
dikategorikan menjadi 3 kelompok umur, yaitu 7-12 tahun mewakili umur setingkat SD,
13-15 tahun mewakili umur setingkat SLTP, dan 16-18 tahun mewakili umur setingkat
SMU. Secara umum, APS kelompok umur 7-12 tahun sebesar 97,39%, kelompok umur
13-15 tahun sebesar 84,08% dan kelompok umur 16-18 tahun sebesar 53,92%. Semakin
tinggi kelompok umur, semakin rendah APS, baik bagi laki-laki maupun perempuan.
Berdasarkan wilayah, APS penduduk perkotaan lebih besar dibandingkan APS penduduk
perdesaan.
Berbeda dengan APS, Angka Partisipasi Murni (APM) menunjukkan banyaknya
penduduk usia sekolah yang masih bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai
dengan usianya. Statistik Kesra mengelompokkan APM berdasarkan jenjang pendidikan
dan tipe daerah. APM SD di daerah perkotaan sebesar 93,07%, lebih kecil dibandingkan
angka di perdesaan yang sebesar 93,86%. Hasil yang berbeda ditunjukkan pada APM
SLTP dan SMU. APM SLTP di perkotaan sebesar 73,56%, lebih besar dibandingkan
angka di perdesaan sebesar 61,76%. APM SMU di perkotaan juga lebih besar
dibandingkan APM SMU di perdesaan, yaitu sebesar 57,17% di perkotaan sedangkan di
perdesaan hanya 33,47%. Secara nasional APM SD sebesar 93,54%, APM SLTP sebesar
66,52%, dan APM SMU 43,77%.

10
TABEL 2.3
ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH (APS) PENDUDUK UMUR 7-18 TAHUN
MENURUT TIPE DAERAH, JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR
TAHUN 2006

Daerah/Jenis Kelamin Kelompok Umur (Tahun)


7 - 12 13 - 15 16 - 18
Perkotaan
Laki-laki 98,14 90,19 66,60
Perempuan 98,54 89,26 64,38
Laki-Laki + Perempuan 98,33 89,74 65,50
Perdesaan
Laki-laki 96,37 79,50 45,03
Perempuan 97,16 81,08 44,99
Laki-Laki + Perempuan 96,75 80,25 45,01
Perkotaan + Perdesaan
Laki-laki 97,08 83,75 54,09
Perempuan 97,72 84,44 53,73
Laki-Laki + Perempuan 97,39 84,08 53,92
Sumber : Statistik Kesra, 2006

TABEL 2.4
ANGKA PARTISIPASI MURNI (APM) MENURUT TIPE DAERAH ,
JENIS KELAMIN DAN JENJANG PENDIDIKAN
TAHUN 2006

Jenjang Pendidikan
Daerah/Jenis Kelamin
SD SLTP SMU
Perkotaan
Laki-laki 93,36 73,62 57,95
Perempuan 92,76 73,50 56,39
Laki-Laki + Perempuan 93,07 73,56 57,17
Perdesaan
Laki-laki 94,10 61,86 33,50
Perempuan 93,60 61,65 33,42
Laki-Laki + Perempuan 93,86 61,76 33,47
Perkotaan + Perdesaan
Laki-laki 93,80 66,53 43,77
Perempuan 93,26 66,51 43,78
Laki-Laki + Perempuan 93,54 66,52 43,77

Sumber : Statistik Kesra, 2006

D. KEADAAN LINGKUNGAN

Lingkungan merupakan salah satu variabel yang kerap mendapat perhatian khusus
dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor perilaku, pelayanan
kesehatan dan genetik, lingkungan menentukan baik buruknya status derajat kesehatan
masyarakat.

11
Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan indikator-indikator
seperti; persentase rumah tangga sehat, persentase rumah tangga menurut sumber air
minum, persentase rumah tangga dengan sumber air minum dari pompa/sumur/mata air
menurut jarak ke tempat penampungan akhir kotoran/tinja, dan persentase rumah tangga
menurut kepemilikan fasilitas buang air besar.

1. Rumah Tangga Sehat


Terdapat beberapa indikator lingkungan yang harus dipenuhi sebuah rumah tangga
agar dapat disebut sebagai rumah tangga sehat, yaitu ketersediaan air bersih, ketersediaan
jamban, kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, dan lantai rumah bukan dari
tanah. Selain itu juga terdapat indikator lain yang terkait dengan faktor perilaku dan
keterjangkauan terhadap jaminan pemeliharaan kesehatan.
Persentase rumah tangga sehat pada tahun 2006 mencapai 24,96%. Provinsi dengan
persentase rumah tangga sehat tertinggi adalah Kalimantan Timur sebesar 41.45% diikuti
oleh Sulawesi Utara sebesar 39,22% dan Bali sebesar 37,38%. Sedangkan provinsi
dengan persentase rumah tangga sehat terendah adalah Sumatera Selatan sebesar 7,71%
diikuti oleh Banten sebesar 13,47% dan Gorontalo sebesar 15%. Persentase rumah tangga
sehat berdasarkan provinsi disajikan pada Lampiran 2.17.

2. Akses Terhadap Air Minum


Statistik Kesejahteraan Rakyat Tahun 2006 yang diterbitkan oleh BPS
mengkategorikan sumber air minum yang digunakan rumah tangga menjadi 2 kelompok
besar, yaitu sumber air minum terlindung dan tidak terlindung. Sumber air minum
terlindung terdiri dari air kemasan, ledeng, pompa, mata air terlindung, sumur terlindung,
dan air hujan. Sedangkan sumber air minum tak terlindung terdiri dari sumur tak
terlindung, mata air tak terlindung, air sungai, dan lainnya.
Data yang terdapat pada Statistik Kesra BPS Tahun 2006 menyebutkan bahwa
persentase rumah tangga yang memiliki sumber air minum terlindung sebesar 82,29%,
sedangkan persentase rumah tangga yang memiliki sumber air minum tak terlindung
sebesar 17,71%. Provinsi dengan persentase terbesar untuk rumah tangga yang memiliki
sumber air minum terlindung adalah DKI Jakarta, yaitu 99,44%, diikuti oleh Bali sebesar
93,61% dan Jawa Timur sebesar 89,26%. Persentase rumah tangga yang memiliki sumber
air minum terlindung yang paling rendah berada di Provinsi Papua, yaitu sebesar 50,47%,
diikuti oleh Kalimantan Tengah (54,23%) dan Irian Jaya Barat (57,05%).
Pada kelompok sumber air minum terlindung, sebagian besar rumah tangga di
Indonesia memiliki sumur terlindung dengan persentase 34,64%. Persentase rumah
tangga yang menggunakan sumber air minum ledeng menempati urutan ke-2 yaitu
18,38%, kemudian pompa (13,63%), mata air terlindung (8,68%), air kemasan (4,43%)
dan air hujan (2,53%). Sedangkan pada kelompok air minum tak terlindung, rumah
tangga di Indonesia sebagian besar memanfaatkan sumur tak terlindung dengan
persentase 10,18%, diikuti oleh mata air tak terlindung sebesar 4,18%, air sungai sebesar
2,99% dan lainnya sebesar 0,36%. Persentase rumah tangga menurut sumber air minum,
provinsi dan wilayah secara lebih rinci disajikan pada Lampiran 2.12, 2.12.a, dan
Lampiran 2.12.b.

12
GAMBAR 2.6
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT
SUMBER AIR MINUM TAHUN 2006

Sumber : Statistik Kesra, 2006

3. Jarak Sumber Air Minum dengan Tempat Penampungan Akhir


Kotoran/Tinja
Sumber air minum sering menjadi sumber pencemar pada penyakit water borne
disease. Oleh karena itu sumber air minum harus memenuhi syarat lokalisasi dan
konstruksi. Syarat lokalisasi menginginkan agar sumber air minum terhindar dari
pengotoran, sehingga perlu diperhatikan jarak sumber air minum dengan cubluk (kakus)
lubang galian sampah, lubang galian untuk air limbah dan sumber-sumber pengotor
lainnya. Jarak tersebut tergantung pada keadaan tanah dan kemiringannya. Pada
umumnya jarak sumber air minum dengan beberapa sumber pengotor termasuk tempat
penampungan akhir kotoran/tinja tidak kurang dari 10 meter dan diusahakan agar
letaknya tidak berada di bawah sumber-sumber tersebut.
Statistik Kesra BPS juga menampilkan persentase rumah tangga dengan sumber
air minum dari pompa/sumur/mata air menurut jarak ke tempat penampungan akhir
kotoran/tinja terdekat dan provinsi. Data tersebut menyebutkan bahwa secara nasional
sebanyak 46,57% rumah tangga memiliki jarak sumber air minum dari
pompa/sumur/mata air terhadap tempat penampungan kotoran akhir/tinja sebesar > 10
meter. Sedangkan sebanyak 28,96 % memiliki jarak < 10 meter dan sisanya sebanyak
24,47% tidak tahu.
Pada rumah tangga yang memiliki jarak > 10 meter pada sumber air minumnya,
persentase terbesar adalah DI Yogyakarta sebesar 62,08%, diikuti oleh Kalimantan
Selatan sebesar 59,81% dan Kalimantan Timur 57,70%. Sedangkan provinsi dengan
persentase terendah adalah Banten sebesar 32,80% diikuti oleh Sulawesi Tengah sebesar
34,96% dan Nusa Tenggara Barat sebesar 35,02%. Persentase rumah tangga dengan
sumber air minum dari pompa/sumur/mata air menurut tipe daerah, jarak ke tempat
penampungan akhir kotoran/tinja/ terdekat dan provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.13.

13
GAMBAR 2.7
PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN JARAK SUMBER AIR MINUM
KE TPA TINJA >10 METER TAHUN 2006

Sumber : Statistik Kesra, 2006

3. Fasilitas Tempat Buang Air Besar


Keberadaan fasilitas buang air besar telah menjadi kebutuhan penting pada
kehidupan masyarakat modern. Kepemilikan dan penggunaan fasilitas tempat buang air
besar merupakan isu penting dalam menentukan kualitas hidup penduduk. Statistik Kesra
Tahun 2006 membagi rumah tangga berdasarkan kepemilikan fasilitas tempat buang air
besar yang terdiri dari; sendiri, bersama, umum, dan tidak ada. Secara nasional,
persentase rumah tangga yang memiliki sendiri fasilitas tempat buang air besar sebesar
60,38%, rumah tangga yang memiliki bersama 13,90%, umum sebesar 6,05% dan tidak
ada sebesar 19,67%.
Persentase rumah tangga yang memiliki sendiri fasilitas tempat buang air besar di
perkotaan dan perdesaan menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Persentase di
perkotaan sebesar 71,97%, sedangkan di perdesaan sebesar 51,65%. Provinsi dengan
persentase rumah tangga yang memiliki sendiri fasilitas tempat buang air besar tertinggi
adalah Riau sebesar 80,96% diikuti oleh Kalimantan Timur sebesar 75,01% dan DKI
Jakarta sebesar 74,74%. Sedangkan persentase rumah tangga yang memiliki sendiri
fasilitas tempat buang air besar terendah terdapat di Provinsi Gorontalo sebesar 28,83%
diikuti oleh Nusa Tenggara Barat sebesar 33,68% dan Sulawesi Barat sebesar 38,16%.
Persentase rumah tangga menurut fasilitas tempat buang air besar, tipe daerah dan
provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.14.

14
GAMBAR 2.8
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT
KEPEMILIKAN FASILITAS TEMPAT BUANG AIR BESAR
TAHUN 2006

Sumber : Statistik Kesra, 2006

4. Luas Lantai
Pertambahan penduduk baik di perkotaan maupun perdesaan berdampak negatif
terhadap terhadap perbandingan antara jumlah luas lantai hunian terhadap penghuni dan
berkurangnya ruang terbuka pada area pemukiman. Hal ini tentu saja memiliki implikasi
terhadap status kesehatan masyarakat penduduk. Jumlah penduduk sangat berpengaruh
terhadap jumlah koloni kuman. Kuman yang pada umumnya adalah penyebab penyakit
menular saluran napas semakin banyak bila penghuni semakin besar.
Ukuran rumah yang relatif kecil dan berdesak-desakan diketahui juga dapat
mempengaruhi tumbuh kembang mental atau jiwa anak-anak. Anak-anak memerlukan
lingkungan bebas, tempat bermain luas yang mampu mendukung daya kreatifitasnya.
Dengan kata lain, rumah bila terlampau padat di samping merupakan media yang cocok
untuk terjadinya penularan penyakit khususnya penyakit saluran napas juga dapat
mempengaruhi perkembangan anak.
Statisik Kesra, BPS tahun 2006 menunjukkan bahwa sebagian besar rumah tangga
memiliki luas lantai 50-99 m2, sebesar 41,63%, diikuti oleh rumah tangga dengan luas
lantai 20-49 m2, sebesar 39,11% dan rumah tangga dengan luas lantai 100-149 m2 sebesar
8,67%. Persentase rumah tangga menurut luas lantai tempat tinggal (m2), tipe daerah,
dan provinsi tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 2.11.

E. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT


Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yang berpengaruh terhadap
derajat kesehatan, akan disajikan beberapa indikator yaitu: persentase penduduk yang
berobat jalan dan mengobati sendiri selama sebulan yang lalu, menurut tempat tinggal
(perkotaan dan perdesaan), persentase penduduk yang berobat jalan selama sebulan yang
lalu menurut tempat/cara berobat, dan persentase anak 2-4 tahun yang pernah disusui.
Indikator yang disajikan mengacu pada Statistik Kesra Tahun 2006.

15
1. Upaya Penduduk dalam Pencarian Pengobatan
Statistik Kesra Tahun 2006 menunjukkan bahwa persentase penduduk yang
memilih untuk mengobati sendiri keluhan kesehatan yang dialami selama sebulan yang
lalu ternyata lebih besar dibandingkan persentase penduduk yang berobat jalan. Sebanyak
71,44% penduduk yang memiliki keluhan kesehatan selama sebulan yang lalu memilih
untuk mengobati sendiri. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2005 sebesar
69,88%. Sedangkan yang memilih untuk berobat jalan hanya sebesar 34,13% dari seluruh
penduduk yang memiliki keluhan kesehatan selama sebulan yang lalu. Angka ini lebih
rendah dibandingkan tahun 2005 yang sebesar 34,43%.
Dari seluruh penduduk yang memiliki keluhan kesehatan selama sebulan yang
lalu dan memutuskan untuk berobat jalan sebagian besar berada di Provinsi Bali, yaitu
46,82% yang diikuti oleh Nusa Tenggara Timur, 45,72% dan DKI Jakarta sebesar
39,46%. Sedangkan provinsi dengan persentase terendah adalah Maluku sebesar 19,36%,
Sulawesi Barat sebesar 21,10%, dan Riau sebesar 21,80%.
Dalam hal keputusan untuk mengobati sendiri keluhan kesehatan yang dialami
selama sebulan yang lalu, Provinsi Maluku Utara menempati urutan teratas dengan
persentase sebesar 81,73%, diikuti oleh Gorontalo sebesar 81,27% dan Kalimantan
Tengah sebesar 78,49%. Sedangkan provinsi dengan persentase terendah adalah Papua
sebesar 51,38%, Nusa Tenggara Timur sebesar 56,64% dan Sulawesi Utara sebesar
61,92%. Rincian per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.20.

2. Tempat Penduduk Berobat Jalan


Persentase penduduk yang memiliki keluhan kesehatan selama sebulan yang lalu
dan memutuskan untuk berobat jalan, dikelompokkan berdasarkan tempat berobat, yaitu
Rumah Sakit Pemerintah, Rumah Sakit Swasta, Praktek Dokter, Puskesmas/Pustu
(Puskesmas Pembantu), Praktek Nakes (tenaga kesehatan), Praktek Batra (Pengobatan
Tradisional) dan Dukun Bersalin. Menurut Statistik Kesra Tahun 2006, tempat yang
paling banyak dikunjungi adalah Puskesmas/Pustu yaitu sebesar 40,45%, diikuti oleh
praktek Dokter sebesar 23,85%, dan Petugas Kesehatan sebesar 19,10%.
Pada tahun 2006, tercatat provinsi dengan persentase penduduk yang berobat
jalan ke Puskesmas/Pustu terbesar adalah Papua sebesar 65,94%, diikuti oleh Nusa
Tenggara Timur sebesar 64,32% dan Sulawesi Barat 63,98%. Sedangkan provinsi dengan
persentase penduduk yang berobat jalan ke Puskesmas/Pustu terendah adalah Bali sebesar
28,59%, diikuti oleh Sumatera Utara sebesar 29,00% dan DKI Jakarta sebesar 31,52%.
Rincian per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.21.

16
GAMBAR 2.9
PERSENTASE PENDUDUK YANG BEROBAT JALAN
KE PUSKESMAS/PUSTU TAHUN 2006

Sumber : Statistik Kesra, 2006

3. Anak 2-4 Tahun yang Pernah Disusui


Gambaran anak yang pernah disusui berdasarkan lamanya disusui juga disajikan
pada Statistik Kesra 2006. Indikator dalam bentuk persentase ini dikelompokkan menjadi
5 kategori, yaitu < 5 bulan, 6-11 bulan, 12-17 bulan, 18-23 bulan, dan > 24 bulan.
Sebagian besar anak umur 2-4 tahun disusui selama > 24 bulan, hal ini terlihat dari
persentase sebesar 43,46% yang kemudian diikuti kelompok yang disusui selama 18-23
bulan sebesar 21,68%, dan kelompok yang disusui selama 12-17 bulan sebesar 20,77%.
Provinsi dengan persentase anak yang pernah disusui selama > 24 bulan tertinggi
adalah Kalimantan Tengah sebesar 60,56%, diikuti oleh DI Yogyakarta sebesar 59,31%
dan Nusa Tenggara Barat sebesar 55,93%. Sedangkan persentase terendah adalah
Provinsi Maluku sebesar 14,22% diikuti oleh Sumatera Utara sebesar 24,09% dan
Maluku Utara sebesar 32,19%. Secara nasional, persentase bayi yang disusui selama > 24
bulan mengalami peningkatan selama 3 tahun terakhir. Pada tahun 2004, persentase
mencapai 41,36%, angka ini naik menjadi 42,80% pada tahun 2005 yang kemudian
kembali naik pada tahun 2006 mencapai 43,46%. Rincian per provinsi dan wilayah dapat
dilihat pada Lampiran 2.23, 2.23.a, dan Lampiran 2.23.b.

17
GAMBAR 2.10
PERSENTASE ANAK USIA 2-4 YANG PERNAH DISUSUI
MENURUT LAMANYA DISUSUI
TAHUN 2006

Sumber : Statistik Kesra, 2006

Uraian di atas merupakan penjelasan secara umum tentang Indonesia tahun 2006
secara ringkas. Penjelasan yang diberikan melingkupi berbagai aspek, seperti
kependudukan, perekonomian, pendidikan, kesehatan lingkungan, dan beberapa perilaku
penduduk yang memiliki keterkaitan erat dengan sektor kesehatan.

***

18
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Untuk menggambarkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia berikut ini disajikan


situasi mortalitas dan morbiditas.

A. MORTALITAS

Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian


kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Di samping itu kejadian kematian juga
dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan
program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung
dengan melakukan berbagai survei dan penelitian. Perkembangan tingkat kematian dan
penyakit-penyakit penyebab utama kematian yang terjadi pada periode terakhir akan
diuraikan di bawah ini.

1. Angka Kematian Bayi (AKB)


Data kematian yang terdapat pada suatu komunitas dapat diperoleh melalui survei,
karena sebagian besar kematian terjadi di rumah, sedangkan data kematian di fasilitas
kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan. AKB di Indonesia berasal dari berbagai
sumber, yaitu Sensus Penduduk, Surkesnas/Susenas, Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) dan Proyeksi Penduduk Indonesia 2000-2005.
Gambaran perkembangan terakhir mengenai estimasi AKB dari beberapa sumber
dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini.

19
GAMBAR 3.1
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
TAHUN 1995 S.D TAHUN 2005

Sumber: Indikator Kesejahteraan Anak 2001 (estimasi SUPAS 1995),


Estimasi Susenas 2002-2003, dan SDKI 2002-2003
Proyeksi Penduduk Indonesia 2000-2025

Dalam beberapa tahun terakhir AKB telah banyak mengalami penurunan yang cukup
besar meskipun pada tahun 2000 dan 2001 meningkat kembali sebagai dampak dari berbagai
krisis yang melanda Indonesia. Pada tahun 1995 AKB diperkirakan sebesar 55 per 1.000
kelahiran hidup, kemudian turun menjadi 52 pada tahun 1997, dan turun lagi menjadi 44 per
1.000 kelahiran hidup pada tahun 1999, kemudian naik menjadi menjadi 47 per 1.000
kelahiran hidup pada tahun 2000. AKB menurut hasil Surkesnas/Susenas berturut-turut pada
tahun 2001 sebesar 50 per 1.000 kelahiran hidup. AKB menurut hasil SDKI 2002-2003
terjadi penurunan yang cukup besar dari tahun 1997 sebesar 52 per 1.000 kelahiran hidup
menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2002-2003.
AKB menurut Proyeksi Penduduk Indonesia 2000-2025 terjadi penurunan yang cukup
besar dari tahun 1997 sebesar 52 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 28 per 1.000 kelahiran
hidup pada tahun 2005. Provinsi dengan AKB terendah adalah DKI Jakarta (14 per 1.000
kelahiran hidup), DI Yogyakarta (14 per 1.000 kelahiran hidup), dan Sulawesi Utara (16 per
1.000 kelahiran hidup). Sedangkan AKB tertinggi di Nusa Tenggara Barat (51 per 1.000
kelahiran hidup), Maluku Utara (43 per 1.000 kelahiran hidup), dan Sulawesi Tengah (40 per
1.000 kelahiran hidup).
Pada tahun 2002, AKB di rumah sakit 40,6 per 1.000 kelahiran hidup. Tahun 2003,
AKB di rumah sakit mengalami penurunan berarti yaitu sebesar 22,9 per 1.000 kelahiran
hidup, kemudian pada tahun 2004 mengalami sedikit kenaikan menjadi 29,4 per 1.000
kelahiran hidup. Tahun 2005 dan 2006 mengalami penurunan menjadi 23,7 per 1.000
kelahiran hidup dan 25,9 per 1.000 kelahiran hidup. Tabel 3.1 di bawah ini merupakan data
kematian bayi di rumah sakit selama tahun 2002–2006.

20
TABEL 3.1
ANGKA KEMATIAN BAYI DI RUMAH SAKIT
DI INDONESIA TAHUN 2002 – 2006

Tahun Jumlah RS Jumlah Jumlah Kelahiran AKB per 1.000 KH


Lahir Mati Hidup di Rumah Sakit
2002 1.215 5.381 127.053 40,6
2003 1.234 3.160 135.094 22,9
2004 1.246 3.321 109.297 29,4
2005 1.268 3.220 132.745 23,7
2006 1.292 3.041 116.991 25,9
Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI

Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat AKB tetapi tidak mudah untuk
menentukan faktor yang paling dominan dan faktor yang kurang dominan. Tersedianya
berbagai fasilitas atau faktor aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dari tenaga medis yang
terampil, serta kesediaan masyarakat untuk merubah kehidupan tradisional ke norma
kehidupan modern dalam bidang kesehatan merupakan faktor-faktor yang sangat
berpengaruh terhadap tingkat AKB. Menurunnya AKB dalam beberapa waktu terakhir
memberi gambaran adanya peningkatan dalam kualitas hidup dan pelayanan kesehatan
masyarakat.
Beberapa penyebab kematian bayi dapat bermula dari masa kehamilan 28 minggu
sampai hari ke-7 setelah persalinan (masa perinatal). Penyebab kematian bayi yang terbanyak
adalah karena pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kelahiran
prematur dan berat badan bayi lahir yang rendah, yaitu sebesar 38,94%. Sedangkan penyebab
lainnya yang cukup banyak terjadi adalah kejadian kurangnya oksigen dalam rahim (hipoksia
intrauterus) dan kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat
setelah lahir (asfiksia lahir), yaitu 27,97%. Hal ini menunjukkan bahwa 66,91% kematian
perinatal dipengaruhi pada kondisi ibu saat melahirkan.

TABEL 3.2
DISTRIBUSI PASIEN KELUAR MATI DI RUMAH SAKIT YANG BERMULA
PADA MASA PERINATAL DI INDONESIA TAHUN 2006

No DTD ICD -10 Golongan Sebab Sakit Mati %


1 0.12 A33 Tetanus neonatorum 37 0,56
Janin dan bayi baru lahir yang dipengaruhi oleh faktor
2 245 P00 - P04 548 8,28
dan penyulit kehamilan persalinan dan kelahiran
Pertumbuhan janin lamban, malnutrisi janin dan
3 246 P05 - P 07 gangguan yang berhubungan dengan kehamilan pendek 2.578 38,94
dan berat badan lahir rendah
4 247 P10 - P 15 Cedera lahir 57 0,86
5 248 P20 - P 21 Hipoksia intrauterus dan asfiksia lahir 1.792 27,97
Gangguan saluran napas lainnya yang berhubungan
6 249 P22 - P 28 662 10,00
dengan masa perinatal
7 250 P35 - P 37 Penyakit infeksi dan parasit kongenital 467 7,05
8 251 P38 - P39 Infeksi khusus lainnya pada masa perinatal 117 1,77
9 252 P55 Penyakit hemolitik pada janin dan bayi baru lahir 20 0,30
P08,P29,P50- Kondisi lain yang bermula pada masa perinatal
10 253.9 342 5,17
P54,
Jumlah 6.620 100,00
Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI, 2007

21
Meskipun secara umum di Indonesia, Angka Kematian Bayi cenderung menunjukan
penurunan yang cukup signifikan, namun ISPA masih merupakan penyebab kematian
terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. Hal ini dapat dilihat melalui hasil survei
mortalitas subdit ISPA pada tahun 2005 di 10 provinsi di bawah ini.

TABEL 3.3
PENYEBAB KEMATIAN BAYI DI INDONESIA
(SURVEI MORTALITAS SUBDIT ISPA TAHUN 2005)

No Penyebab Kematian %
1 Neonatal 44,5
2 Pneumonia 22,3
3 Infeksi Berat 10,6
4 Diare 9,1
5 Masalah lain (termasuk 5,5
6 Gizi buruk dan BGM 1,7
7 Demam Berdarah Dengue 1,4
8 Muntah – dehidrasi 1,3
9 Tifoid 1,2
10 Malaria 0,8
11 Campak – komplikasi 0,8
12 Pertusis 0,3
13 Tanpa penyebab 0,6
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

2. Angka Kematian Balita (AKABA)


Data AKABA terakhir berasal dari hasil SDKI pada tahun 2002-2003 yaitu 46 per
1.000 kelahiran hidup. Gambaran perkembangan AKABA pada tahun 1995 – 2003 disajikan
pada Tabel 3.4 berikut ini.

TABEL 3.4
ANGKA KEMATIAN BALITA (AKABA) PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
DI INDONESIA TAHUN 1995 – 2003

Estimasi SUPAS 1995


Estimasi SDKI
Tahun Laki-laki Perempuan L+P SUSENAS 2002 - 2003
(L) (P)
1995 73
1998 71,36 57,61 64,28 64
1999 66,44 53,05 59,55
2000 50,77 39,00 44,71
2001 64
2002-2003 46
Sumber: Indikator Kesejahteraan Anak 2001 (Estimasi SUPAS 1995),
Estimasi SUSENAS 1995, 1998, dan 2001, SDKI 2002-2003

22
Meskipun secara umum di Indonesia, Angka Kematian Balita cenderung menunjukan
penurunan yang cukup signifikan, ISPA masih merupakan penyebab kematian terbesar baik
pada bayi maupun pada anak balita. Hal ini dapat dilihat melalui hasil survei mortalitas subdit
ISPA pada tahun 2005 di 10 provinsi di bawah ini.

TABEL 3.5
PENYEBAB KEMATIAN BALITA DI INDONESIA
(SURVEI MORTALITAS SUBDIT ISPA TAHUN 2005)

No Penyebab Kematian %
1 Pneumonia 23,6
2 Diare 15,3
3 Infeksi Berat 15,1
4 Masalah lain (termasuk kecelakaan) 14,7
5 Neonatal 11,2
6 Tifoid 3,8
7 Gizi buruk dan BGM 3,6
8 Malaria 2,9
9 Campak – komplikasi 2,9
10 Muntah – dehidrasi 1,6
11 Pertusis 0,2
12 Tanpa penyebab 0,05
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

3. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)

Kematian ibu maternal di rumah sakit periode 2002-2006 cenderung menurun dari
5,1 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2002 menjadi 2,0 per 1.000 kelahiran hidup pada
tahun 2006. Namun tahun 2004, kematian ibu maternal mengalami kenaikan tajam dari
sebelumnya 1,1 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 8,6 per 1.000 kelahiran hidup. Data angka
kematian ibu maternal tahun 2002 - 2006 di rumah sakit dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut.
TABEL 3.6
ANGKA KEMATIAN IBU MATERNAL DI RUMAH SAKIT
DI INDONESIA TAHUN 2002 – 2006

Tahun Jumlah Kematian Ibu Jumlah Lahir Hidup Kematian Per 1.000 KH
2002 649 127.053 5,1
2003 153 135.094 1,1
2004 956 109.297 8,6
2005 116 132.745 0,9
2006 237 116.991 2,0
Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI, 2007

Data angka kematian ibu maternal di rumah sakit yang bersumber dari Ditjen Bina
Yanmedik, menggambarkan jumlah kematian maternal di rumah sakit yang terjadi per 1.000
kelahiran hidup dan penyebab kematian maternal tersebut dijelaskan pada Tabel 3.7 di bawah
ini.

23
TABEL 3.7
DISTRIBUSI PASIEN KEHAMILAN, PERSALINAN DAN MASA NIFAS KELUAR MATI
MENURUT GOLONGAN SEBAB SAKIT DI RUMAH SAKIT
DI INDONESIA TAHUN 2006

No DTD ICD-10 Golongan sebab sakit Kasus % Mati CFR


1 234 - 236.9 O00 - O09 Kehamilan yang berakhir abortus 42.354 31,5 205 0,4
2 237.0 - .1 O14 - O15 Eklamsia dan preeklamsia 7.848 5,8 166 2,1
3 238.0 O44 Plasenta previa 4.409 3,3 36 0,8
4 238.9 O46 Perdarahan antepartum 1.940 1,4 8 0,4
5 241 O72 Perdarahan pasca persalinan 7.376 5,5 43 0,6
6 242.1 O60 Persalinan prematur 3.063 2,3 34 1,1
7 242.2 O68 Persalinan dengan penyulit gawat janin 3.709 2,8 11 0,3
8 237.9,238.1, O10- Penyulit kehamilan, persalinan dan masa nifas 63.580 47,3 250 0,3
239.0-240, O3,O16,O20- lainnya
242.0, 242.3, O25, O29-
242.9,244 O30,O40-
O43,
O45,O47,064-
O67,
O69,074-
O75,O81-O99
Jumlah 134.279 753 0,56

Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI, 2007

Jika dilihat dari golongan sebab sakit, kasus obstetri terbanyak pada tahun 2006
adalah disebabkan penyulit kehamilan, persalinan dan masa nifas lainnya yaitu 47,3%, diikuti
dengan kehamilan yang berakhir abortus (31,5%). Sedangkan jika dilihat dari nilai CFR
(Case Fatality Rate), penyebab kematian terbesar adalah eklamsia dan preeklamsia dengan
CFR 2,1%, walaupun persentase kasusnya tidak tinggi yaitu 5,8% dari keseluruhan kasus
obstetri.

4. Angka Kematian Kasar (AKK)


Perkembangan angka kematian kasar di rumah sakit dalam kurun waktu 2001 – 2006
relatif stabil yaitu dalam kisaran 3,2 – 4,7, dimana angka kematian kasar tertinggi (4,7)
terjadi pada tahun 2004.

TABEL 3.8
ANGKA KEMATIAN KASAR DI RUMAH SAKIT INDONESIA
TAHUN 2006

Tahun Jumlah Kasus Jumlah Mati %


2001 2.597.512 82.440 3,2
2002 2.346.136 88.441 3,8
2003 2.270.657 81.943 3,6
2004 2.140.954 99.615 4,7
2005 2.561.106 85.567 3,3
2006 2.233.204 84.214 3,8
Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI, 2007

Sedangkan penyebab kematian terbanyak dari penderita rawat inap di rumah sakit
pada tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 3.9 berikut ini.

24
TABEL 3.9
10 PENYAKIT UTAMA PENYEBAB KEMATIAN MENURUT DTD
DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2006

No DTD ICD Sebab Sakit Jumlah Mati %[a]


1 155 I 64 Stroke tidak menyebut perdarahan atau 4.377 5,20
infark
2 153 I 60 - I 62 Perdarahan intrakranial 3.677 4,37
3 55 A 09 Diare dan gastroenteritis oleh penyebab 2.716 3,23
infeksi tertentu (kolitis infeksi)
4 246 P 05 - P 07 Pertumbuhan janin lamban malnutrisi 2.578 3,06
janin dan gangguan yang berhubungan
dengan kehamilan pendek dan berat
badan lahir rendah
5 17 A 40 - A 41 Septisemia 2.539 3,01
6 214.9 N 17.0-.2.9 Gagal ginjal lainnya 2.521 2,99
- N 19
7 278 S 06 Cedera intrakranial 2.519 2,99
8 169 J 12 - J 18 Pneumonia 2.459 2,92
9 104,9 E 14 Diabetes melitus YTT 2.384 2,83
10 032.1 A 91 Demam berdarah dengue 2.223 2,64

Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI, 2007


Keterangan: [a]persen terhadap total kematian di rumah sakit

Dari tabel tersebut di atas, penyebab kematian terbanyak disebabkan oleh stroke
5,20% (tanpa menyebut perdarahan atau infark), kemudian disebabkan perdarahan
intrakranial 4,37%, dan penyebab kematian No. 3 terbanyak adalah diare dan gastroenteritis
3,23%.

5. Angka Harapan Hidup Waktu Lahir (UHH)


Penurunan AKB sangat berpengaruh pada kenaikan Angka Harapan Hidup waktu
lahir. Angka kematian bayi sangat peka terhadap perubahan derajat kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat, sehingga perbaikan derajat kesehatan tercermin pada penurunan
AKB dan kenaikan Angka Harapan Hidup pada waktu lahir. Meningkatnya umur harapan
hidup ini secara tidak langsung juga memberi gambaran tentang adanya peningkatan kualitas
hidup dan derajat kesehatan masyarakat.
Angka Harapan Hidup waktu lahir penduduk Indonesia dari tahun ke tahun terus
mengalami peningkatan yang bermakna terutama pada periode tahun 1980-1995 dan
diperkirakan menjadi 66,2 tahun pada 2002 (SDKI 2002-2003). Berdasarkan Proyeksi
Penduduk Indonesia 2000-2025, estimasi angka harapan hidup yang sebesar 67,8 tahun 2000-
2005 meningkat menjadi 69,8 tahun 2005-2010, dan diperkirakan akan menjadi 73,6 tahun
pada 2020-2025. Estimasi angka harapan hidup waktu lahir tahun 2000-2025 dapat dilihat
pada Tabel 3.10 berikut.

25
TABEL 3.10
ESTIMASI ANGKA HARAPAN HIDUP WAKTU LAHIR (Eo)
TAHUN 2000 – 2025

Tahun Eo
2000 – 2005 67,8
2005 - 2010 69,8
2010 - 2015 71,5
2015 - 2020 72,8
2020 - 2025 73,6

Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia 2000-2025, Tahun 2005

Rincian angka kematian bayi, angka harapan hidup waktu lahir, net reproduction rate
dan angka fertilitas total menurut provinsi tahun 2005 – 2010 dapat dilihat pada Lampiran
3.1.

B. MORBIDITAS
Data angka kesakitan penduduk yang berasal dari masyarakat (community based data)
yang diperoleh melalui studi morbiditas, dan hasil pengumpulan data dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota serta dari sarana pelayanan kesehatan (facility based data) yang diperoleh
melalui sistem pencatatan dan pelaporan. Gambaran/pola 10 penyakit terbanyak pada pasien
rawat jalan di rumah sakit adalah data tahun 2006 disajikan pada Tabel 3.11 berikut ini.

TABEL 3.11
POLA 10 PENYAKIT TERBANYAK PADA PASIEN RAWAT JALAN
DI RUMAH SAKIT TAHUN 2006
Jumlah
DTD Golongan Sebab Sakit %
No Kunjungan
1 167 Infeksi saluran napas bagian atas akut lainnya 960.460 9,32
2 145 Hipertensi esensial (primer) 480.922 4,67
3 268 Demam yang sebabnya tidak diketahui 409.632 3,98
4 199.9 Penyakit kulit dan jaringan subkutan lainnya 403.270 3,91
5 270.9 Gejala tanda dan penemuan klinik dan laboratorium tidak normal lainnya 397.478 3,86
YTK di tempat lain
6 281 Cedera YDT lainnya YTT dan daerah badan multipel 347.345 3,37
7 007.1 Tuberkulosis paru lainnya 346.906 3,37
8 294.0 Pengawasan kehamilan normal 343.786 3,34
9 104.9 Diabetes melitus YTT 342.246 3,32
10 5 Diare & gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu (kolitis Inf.) 333.066 3,23
Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI, 2007

Pada tahun 2006 dari data 10 penyakit utama pasien rawat jalan di rumah sakit, yang
terbanyak adalah infeksi saluran napas bagian atas akut lainnya 9,32%, diikuti penyakit
hipertensi esensial (primer) 4,67% dan demam yang sebabnya tidak diketahui 3,98%.
Sedangkan pola 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit tahun
2006 dapat dilihat pada Tabel 3.12 di bawah ini.

26
TABEL 3.12
POLA 10 PENYAKIT TERBANYAK PASIEN RAWAT INAP
DI RUMAH SAKIT TAHUN 2006
Jumlah %
No DTD ICD Golongan Sebab Sakit
Pasien
1 5 A 09 Diare & gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu 177.517 7,95
(kolitis inf.)
2 032.1 A 91 Demam berdarah dengue 81.392 3,64
3 2 A 01 Demam tifoid dan paratifoid 72.804 3,26
4 242.9 O 20-O 23, O 25-O 29, Penyulit kehamilan dan persalinan lainnya 63.580 2,85
O 61-O 63 O 67, O 69-
71, O 73-O 75, O81-O
83
5 278 S 06 Cedera intrakranial 48.645 2,18
6 268 R 50 Demam yang sebabnya tidak diketahui 46.175 2,07
7 281 Cedera YDT lainnya YTT dan daerah badan Multipel 46.081 2,06
8 169 J 12 J 18 Pneumonia 37.634 1,69
9 43 B 50 - B 54 Malaria (termasuk semua jenis malaria) 36.865 1,65
10 185 K 30 Dispepsia 34.029 1,52
Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI, 2007

Dari data 10 penyakit utama pasien rawat inap di rumah sakit tahun 2006, terbanyak
adalah Diare & gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu (infeksi kolitis) 7,95%, diikuti
penyakit Demam Berdarah Dengue 3,64% dan penyakit Demam tifoid dan paratifoid 3,26%.
Kedua tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa penyakit infeksi masih merupakan
penyakit terbanyak yang ditemukan pada pasien rawat jalan dan rawat inap di rumah sakit,
walaupun beberapa penyakit tidak menular seperti Diabetes Melitus, Hipertensi, dan cedera
juga termasuk 10 peringkat penyakit terbanyak di rumah sakit.
Distribusi pasien menurut Bab ICD-X pada pasien rawat jalan dan rawat inap di
rumah sakit Indonesia tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.5 dan 3.6.
Selanjutnya berikut ini akan diuraikan situasi beberapa penyakit menular yang perlu
mendapatkan perhatian, termasuk situasi penyakit menular yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I), penyakit potensial KLB/wabah, situasi penyakit tidak menular.

1. Penyakit Menular
Penyakit menular yang disajikan dalam bagian ini antara lain penyakit Malaria, TB
Paru, HIV/AIDS, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), Kusta, penyakit menular yang
dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), penyakit potensial wabah, Rabies, Filariasis,
Frambusia, dan Antraks.

a. Penyakit Malaria
Situasi Angka Kesakitan malaria selama tahun 2001 – 2006 relatif cenderung
menurun dan bila dibandingkan dengan target yang ingin dicapai maka telah mencapai target
yang diinginkan yaitu pada tahun 2001 angka kesakitan malaria sebesar 44,7 per 1.000
penduduk dan menurun secara berarti menjadi 19,6 per 1.000 penduduk pada tahun 2006.
Target dan angka kesakitan malaria selama periode tahun 2001 – 2006 secara rinci dapat
dilihat pada grafik berikut.

27
GAMBAR 3.4
SITUASI ANGKA KESAKITAN MALARIA
TAHUN 2001 – 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Situasi Angka Kematian malaria selama tahun 2001 – 2006 relatif fluktuatif dimana
pada tahun 2001 angka kematian malaria sebesar 1,4% kemudian meningkat pada tahun 2003
menjadi 4,9% tetapi menurun kembali hingga pada tahun 2006 menjadi 0,42% dan bila
dibandingkan dengan target indikator yang ingin dicapai maka lebih baik yaitu lebih rendah
dari target 0,45%, secara rinci dapat dilihat pada grafik berikut.

GAMBAR 3.5
SITUASI ANGKA KEMATIAN MALARIA
TAHUN 2001 – 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Perkembangan penyakit Malaria dipantau melalui Annual Parasite Incidence (API) untuk
Jawa-Bali dan Annual Malaria Incidence (AMI) untuk luar Jawa-Bali, yang dapat dilihat pada
Gambar 3.6 berikut ini.

28
GAMBAR 3.6
ANNUAL PARASITE INCIDENCE MALARIA (‰)
DAN ANNUAL MALARIA INCIDENCE (‰), TAHUN 2001 – 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Peningkatan insidens Malaria terjadi dalam periode 1997 – 2000. Kemudian pada bulan
April tahun 2000 mulai dilaksanakan Gerakan Berantas Kembali Malaria (Gebrak Malaria). Pada
tahun 2001 – 2006 angka kesakitan Malaria kembali menurun. Pada tahun 2001 angka kesakitan
Malaria untuk Pulau Jawa dan Bali sebesar 0,62 per 1.000 penduduk, pada tahun 2002 menjadi
0,47, tahun 2003 menjadi 0,22 per 1.000 penduduk, tahun 2004-2005 menjadi 0,15 per 1.000
penduduk, tahun 2006 menjadi 0,19 per 1.000 penduduk. Sedangkan untuk luar Jawa-Bali, angka
kesakitan Malaria (termasuk penderita klinis) pada tahun 2001 sebesar 26,20 per 1.000 penduduk
menjadi 22,30 pada tahun 2002, 21,80 per 1.000 penduduk pada tahun 2003, 21,20 per 1.000
penduduk pada tahun 2004, 24,8 per 1.000 penduduk pada tahun 2005 dan 24,0 per 1.000
penduduk pada tahun 2006.
Target yang ingin dicapai secara nasional pada tahun 2010, yaitu sebesar 5 per 1.000
penduduk. Untuk wilayah Jawa dan Bali dapat dikatakan target sudah tercapai. Sedangkan untuk
wilayah di luar Jawa dan Bali, diperkirakan masih belum mencapai target. Wilayah Indonesia
Timur dengan AMI tertinggi antara lain Irian Jaya Barat (198,02), Papua (164,75) dan Nusa
Tenggara Timur (105,66). Untuk Kawasan Barat Indonesia, wilayah dengan AMI tertinggi antara
lain Kepulauan Bangka Belitung (43,05), Jambi (20,96), dan Sumatera Utara (20,29).
Jumlah kasus dan API/AMI penyakit Malaria menurut provinsi tahun 2006 dapat dilihat
pada Lampiran 3.7 dan Lampiran 3.8.

b. Penyakit TB Paru
Pelaksanaan pengendalian Penyakit TBC sampai tahun 2006 telah dapat menurunkan
insiden kasus menular dari 130/100.000 penduduk (WHO-1995) menjadi 104/100.000
penduduk. Gambaran penurunan angka insidens kasus TB dapat dilihat dalam grafik di
bawah ini.

29
GAMBAR 3.7
ANGKA INSIDENS KASUS BARU BTA+ PER 100.000 PENDUDUK DI INDONESIA
TAHUN 2002 - 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Pada tahun 2006, jumlah perkiraan kasus menular TB Paru sebanyak 304.373 kasus.
Cakupan penemuan semua kasus TB Paru sebanyak 277.589 kasus, dengan 175.320 kasus
TB Paru BTA Positif dan Angka Penemuan Penderita/Case Detection Rate (CDR) sebesar
75,68%. Hasil cakupan penemuan kasus dan evaluasi hasil pengobatan penyakit TB paru
tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.9.
Secara nasional Indonesia telah mencapai global target yaitu sebesar 75,7% (Global
target CDR 70%). Jumlah provinsi yang telah mencapai CDR 70% sebanyak 7 provinsi yaitu
Provinsi Sulawesi Utara (91,1%), Sumatera Utara (82,7%), Gorontalo (81,7%), DKI Jakarta
(77,9%), Banten (75,6%), Jawa Barat (71,7%) dan Sulawesi Tenggara (70,9%) sedangkan
provinsi yang mempunyai CDR terendah adalah Maluku Utara (31,9%).

GAMBAR 3.8
CAKUPAN PENEMUAN KASUS BARU TB BTA POSITIF (CDR)
PER PROVINSI TAHUN 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

30
GAMBAR 3.9
PENEMUAN KASUS BARU DAN KEBERHASILAN PENGOBATAN TB INDONESIA
TAHUN 2002 – 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI, 2007

TABEL 3.13
PROPORSI KASUS TBC MENURUT TIPE (JENIS)
TAHUN 2002-2006

Tolak Ukur Tahun


/Kegiatan 2002 2003 2004 2005 2006
BTA Positif 0,49 0,52 0,60 0,60 0,60
BTA Negatif 0,47 0,43 0,36 0,32 0,32
Relaps/Kambuh 0,02 0,02 0,02 0,02 0,01
Ekstra Paru 0,02 0,03 0,02 0,06 0,02
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

GAMBAR 3.10
PROPORSI KASUS TB PARU MENURUT TIPE (JENIS)
TAHUN 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI, 2007

31
Pada tahun 2006, jumlah kasus baru BTA positif menurut jenis kelamin terbanyak
pada laki-laki sebesar 59,12 %. Provinsi Jawa Barat adalah provinsi paling banyak jumlah
kasus BTA positif yaitu sebanyak 30.515 kasus. Laki-laki dengan umur 25-34 tahun paling
banyak ditemukan kasus baru BTA Positif yaitu 22.752 kasus, di Provinsi Jawa Barat
terbanyak dengan 3.579 kasus. Jumlah kasus baru BTA positif menurut jenis kelamin,
kelompok umur, dan provinsi tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.10 dan Lampiran
3.11.

c. Penyakit HIV/AIDS
Berdasarkan hasil Surveilans Terpadu HIV-Perilaku 2006 (STHTP 2006) atau IBBS
(Integrated Bio Behavioral Survey) di Papua, diketahui prevalensi HIV pada penduduk Tanah
Papua lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk wilayah lain di Indonesia. Survei juga
menunjukkan persebaran kasus HIV tampaknya meluas ke semua wilayah Papua.
Pada tahun 2006, sebagaimana dilaporkan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan (PP&PL), total kasus AIDS di Papua adalah 947 kasus, 221 di
antaranya meninggal. Rata-rata kasus (case rate) mencapai 51,42%. Sementara hasil estimasi
kasus HIV ditemukan di kelompok rawan tertular HIV di Papua mencapai 22.220. Hanya
sebagian kecil dari estimasi kasus HIV ditemukan di kelompok rawan seperti pengguna napza
suntik, wanita penjaja seks (WPS), pelanggan WPS, dan waria. Sementara sebagian besar
(21.110) ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) adalah bagian dari masyarakat umum.
Survei bertujuan mendapatkan gambaran epidemi yang terjadi, baik pada kelompok
resiko rawan maupun pada masyarakat umum. Survei Terpadu yang dilakukan pada tingkat
rumah tangga ini dirancang untuk lebih memahami prevalensi HIV serta dinamika penularan
guna memerangi infeksi HIV dan AIDS di tanah Papua. Harapannya dalam waktu dekat
Pemerintah Pusat maupun Daerah bersama-sama dengan semua sektor dapat merencanakan
respons yang sesuai dengan kecenderungan penyebaran.
Jumlah kumulatif kasus AIDS yang dilaporkan sampai dengan 31 Desember 2006
sebanyak 8.194 kasus, dengan 1.871 kasus meninggal. Rate kumulatif kasus AIDS per
100.000 penduduk secara nasional sebesar 3,61. Rate tertinggi terjadi di Papua sebesar 51,42
(14,24 kali angka nasional), DKI Jakarta sebesar 28.15 (7,8 kali angka nasional), Kepulauan
Riau sebesar 16,94 (4,69 kali angka nasional), dan Kalimantan Barat sebesar 13,56 (3,76 kali
angka nasional). Kasus yang dilaporkan telah meninggal dunia sebesar 22,83%.
Pada tahun 2006 penularan terbanyak terkait dengan IDU terjadi pada 46,63% kasus
AIDS disusul penularan pada pelanggan WPS (Wanita Penjaja Seks) 14,69%, 14,23% terjadi
pada masyarakat umum, pada pasangan IDU 6,62% melalui hubungan homoseksual 4,85%,
pada WPS 4,62%, dan lain lain 8,36%. Persentase kasus AIDS yang menggunakan NAPZA
suntik (IDU) tertinggi adalah Provinsi DKI Jakarta (18,53%), Jawa Barat (11,82%) dan Jawa
Timur (11,50%).
Sepanjang tahun 2006, jumlah kasus baru AIDS yang ditemukan terbanyak adalah
pada triwulan IV sebanyak 1.207 kasus (42,01%).
Jumlah kumulatif kasus AIDS, meninggal, dan angka kumulatif kasus per 100.000
penduduk menurut provinsi sampai dengan 31 Desember 2006, persentase kasus AIDS yang
menggunakan NAPZA suntikan (IDU), persentase kasus baru per triwulan dan estimasi
populasi rawan tertular HIV dapat dilihat pada Lampiran 3.12, 3.13, 3.14 dan 3.15.

32
GAMBAR 3.11
PROPORSI PENDERITA AIDS SECARA KUMULATIF
MENURUT CARA PENULARAN S.D. TAHUN 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI


Berikut ini gambaran mengenai perkembangan penderita HIV/AIDS sampai dengan
Desember 2006.

GAMBAR 3.12 GAMBAR 3.13


JUMLAH KASUS BARU DAN KUMULATIF JUMLAH KASUS BARU DAN KUMULATIF
PENGIDAP HIV YANG TERDETEKSI DARI PENDERITA AIDS YANG TERDETEKSI DARI
BERBAGAI SARANA KESEHATAN BERBAGAI SARANA KESEHATAN
TAHUN 2001 – 2006 TAHUN 2001 – 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Karakteristik penderita AIDS secara kumulatif hingga 31 Desember 2006 dapat


digambarkan bahwa sebagian besar penderita AIDS adalah laki-laki yaitu penderita 6.719
(82%), perempuan sebanyak 1.311 penderita (16%), dan 164 penderita (2%) selebihnya tidak
diketahui jenis kelaminnya. Bila dilihat menurut kelompok umur, penderita berumur 20-29
tahun sebanyak 4.487 penderita (54,76%), kelompok umur 30-39 tahun sebanyak 2.226
penderita (27,17%), kelompok umur 40-49 tahun sebanyak 647 penderita (7,90%), kelompok
umur 15-19 tahun sebanyak 222 penderita (2,71%), kelompok umur 50-59 tahun sebanyak
176 penderita (2,15%), kelompok umur 1-4 tahun sebanyak 70 penderita (0,85%), kelompok
umur > 60 tahun sebanyak 38 penderita (0,46%), umur <1 tahun sebanyak 37 penderita

33
(0,45%), kelompok umur 5-14 tahun sebanyak 22 penderita (0,27%) dan tidak diketahui
kelompok umurnya sebanyak 269 penderita (3,28%), sebagaimana disajikan pada Gambar
3.14 berikut ini.

GAMBAR 3.14
PROPORSI PENDERITA AIDS SECARA KUMULATIF
MENURUT KELOMPOK UMUR S.D. TAHUN 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI, 2007

Gambar di atas menunjukkan bahwa secara kumulatif sebagian besar penderita AIDS
di Indonesia merupakan kelompok umur 20-49 tahun (89,83%). Seperti diketahui bahwa
penularan HIV/AIDS terbanyak adalah melalui hubungan seksual dan penggunaan jarum
suntik bersama pada IDU. Kelompok umur 20-49 tahun merupakan kelompok umur yang
aktif dalam aktivitas seksual. IDU juga didominasi oleh kelompok umur produktif. Dapat
diperkirakan hal ini saling terkait. Bila perkembangan kondisi ini terus terjadi, maka dalam
jangka panjang di samping akan menjadi beban anggaran keluarga dan pemerintah juga akan
menjadi ancaman bagi produktivitas tenaga kerja di Indonesia. Jumlah kumulatif kasus AIDS
menurut provinsi sampai dengan 31 Desember 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.12.
Dari Gambar 3.15 berupa peta wilayah Indonesia berikut ini, dapat dilihat Case Rate
AIDS menurut provinsi tahun 2006.

GAMBAR 3.15
CASE RATE KUMULATIF KASUS AIDS PER 100.000 PENDUDUK
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

34
Bila dilihat dari persebaran di Indonesia, persebaran HIV/AIDS menyebar dengan
tidak merata di seluruh Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat pada peta di bawah ini.
GAMBAR 3.16
DISTRIBUSI PENDERITA HIV / AIDS (ODHA) DI INDONESIA
TAHUN 2006

<500
500 - 2500
2501 – 7500
>7500

d. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)


Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering berada
dalam daftar Pola 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Menurut laporan Ditjen Pelayanan
Medik, Departemen Kesehatan pada tahun 2006, penyakit Sistem Napas menempati
peringkat pertama dari 10 penyakit utama pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit di
Indonesia, yaitu dengan persentase 9,32%. Sedangkan untuk persentase 10 penyakit utama
pada pasien rawat inap di Rumah Sakit pada tahun yang sama, penyakit sistem napas
(Pneumonia) menempati urutan ke-8 dengan persentase 1,69%. (Lampiran 3.3 dan 3.4)
Penyakit sistem pernapasan seperti Pneumonia juga sering menyerang balita.
Berdasarkan data prevalensi kesakitan pneumonia menurut SDKI 1991 – 2003 dan Survei
Morbiditas ISPA 2004 dilaporkan data persentase anak yang menderita batuk dengan nafas
cepat dalam dua minggu sebelum survei.

GAMBAR 3.17
MORBIDITAS PNEUMONIA BALITA1
TAHUN 1991 – 2004

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI


Ket: Estimasi angka insiden pnemonia balita yang digunakan adalah 10-21% (WHO)

35
Secara nasional, angka cakupan penemuan penderita balita hingga saat ini masih
belum mencapai target, seperti tampak pada grafik di bawah ini.

GAMBAR 3.18
CAKUPAN PENEMUAN PNEUMONIA BALITA
TAHUN 2000 – 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Pada tahun 2006 didapatkan 642.700 kasus Pneumonia pada balita, lebih tinggi
dibandingkan tahun sebelumnya. Hasil penemuan penderita Pneumonia balita dalam 5 tahun
terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.14 berikut ini.

TABEL 3.14
HASIL PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA BALITA
TAHUN 2000 – 2006

Tahun Penderita
2002 549.035
2003 502.275
2004 625.611
2005 600.720
2006 642.700
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Jumlah kematian balita yang disebabkan Pneumonia pada tahun 2006 sebesar 145
balita yang terdiri dari 114 balita berumur di bawah 1 tahun dan 31 balita berumur 1-4 tahun.

e. Penyakit Kusta
Dalam kurun waktu 10 tahun (1991–2001), angka prevalensi penyakit Kusta secara
nasional telah turun dari 4,5 per 10.000 penduduk pada tahun 1991 menjadi 0,85 per 10.000
penduduk pada tahun 2001. Pada tahun 2002 prevalensi sedikit meningkat menjadi 0,95, pada
tahun 2003 kembali menurun menjadi 0,8 per 10.000 penduduk, tahun 2004 meningkat
menjadi 0,93 per 10.000 penduduk dan pada tahun 2005 meningkat menjadi 0,98 per 10.000
penduduk. Secara nasional, Indonesia sudah dapat mencapai eliminasi Kusta pada bulan Juni
2000.

36
Jika ditinjau dari situasi global, Indonesia merupakan negara penyumbang jumlah
penderita Kusta ketiga terbanyak setelah India dan Brazil. Masalah ini diperberat dengan
masih tingginya stigma di kalangan masyarakat dan sebagian petugas. Akibat dari kondisi ini
sebagian besar penderita dan mantan penderita Kusta dikucilkan sehingga tidak mendapatkan
akses pelayanan kesehatan serta pekerjaan yang berakibat pada meningkatnya angka
kemiskinan. Perkembangan penyakit Kusta yang diindikasikan dengan prevalensi dan
penemuan penderita baru menunjukkan adanya penurunan prevalensi Kusta yang sangat
tajam pada tahun 1991, di mana Multiple Drug Therapy (MDT) 24 dosis mulai digunakan.
Angka penemuan penderita baru menunjukkan adanya peningkatan penemuan penderita baru
tahun 1997, 1998, 1999, yang kemungkinan disebabkan adanya intensifikasi penemuan
penderita karena Leprosy Elimination Campaign (LEC) yang dilaksanakan di 109 kabupaten
endemik pada tahun tersebut.
Saat ini Indonesia masih merupakan salah satu negara penyumbang penyakit kusta
terbesar di dunia. Pada tahun 2006, WHO mencatat penderita baru di Indonesia menduduki
rangking ketiga terbanyak setelah India dan Brasil yaitu sebanyak 19.695 orang.
Pada tahun 2006, jumlah penderita penyakit Kusta yang tercatat sebanyak 22.384
kasus dengan 19.457 kasus (86,92%) di antaranya merupakan penderita tipe Multi Basiler
(MB) yang diketahui merupakan tipe yang menular dan 2.927 kasus (13,08%) merupakan
penderita Pausi Basiler (PB), dengan angka prevalensi 1.02/10.000 penduduk.
Prevalensi Kusta per 10.000 penduduk yang tertinggi berada di Maluku Utara sebesar
9,49, disusul oleh Maluku sebesar 3,49 dan Papua sebesar 3,24 dan Gorontalo yang sebesar
3,24. Sedangkan provinsi dengan prevalensi Kusta per 10.000 penduduk terendah adalah
Bengkulu sebesar 0,04, disusul oleh DI Yogyakarta sebesar 0,10 dan Sumatera Utara sebesar
0,20.
Jumlah kasus baru Kusta yang ditemukan tahun 2006 sebanyak 18.300 kasus, di
antaranya 14.750 kasus merupakan penderita tipe Multi Basiler (80,6%) sedangkan kasus
Pausi Basiler sebesar 3.550 (19,4%). Secara nasional persentase cacat tingkat II, mencapai
8.67% . Persentase kecacatan terbesar ditemukan di Provinsi Bengkulu yaitu 393 kecacatan
(7,75%) Situasi penyakit Kusta, jumlah kasus baru Kusta, dan kecacatan menurut provinsi
tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.17 dan 3.18.
Gambaran penderita Kusta dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dapat dilihat pada
Tabel 3.15 berikut.
TABEL 3.15
JUMLAH PENDERITA KUSTA MENURUT TIPE
DAN ANGKA PENEMUAN PENDERITA (NCDR) PER 100.000 PENDUDUK
TAHUN 2002 – 2006

Tahun Jumlah Kasus Tipe PB Tipe MB NCDR (per 100.000)


2002 16.229 3.853 12.376 7,77
2003 15.549 3.594 11.956 7,29
2004 16.572 3.615 12.957 7,80
2005 18.735 3.859 14.876 8,68
2006 18.300 3.550 14.750 8,35
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Ket : CDR = Case Detection Rate, MB = Multi Basiler, PB = Pausi Basiler

Di antara penderita baru yang ditemukan, 8,67% sudah mengalami kecacatan tingkat
II (kecacatan yang dapat dilihat dengan mata). Angka ini masih di atas indikator program

37
yaitu 5%. Keadaan ini menggambarkan masih berlanjutnya penularan dan kurangnya
kesadaran masyarakat akan penyakit Kusta sehingga ditemukan sudah dalam keadaan cacat.
Provinsi yang mempunyai persentase penderita yang sudah mengalami kecacatan tingkat II
tertinggi tahun 2006 adalah Bengkulu 22,22%, diikuti Banten 20,22% dan Sumatera Selatan
17,84%.
Proporsi penderita anak berumur 0-14 tahun di antara penemuan kasus baru Kusta
adalah 10,41% yang juga masih di atas indikator program yaitu 5%. Provinsi yang
mempunyai persentase penderita anak berumur 0-14 tahun tertinggi tahun 2006 adalah Irian
Jaya Barat 26,58%, diikuti Maluku Utara 21,19% dan Nusa Tenggara Barat 17,38%.
Perkembangan proporsi kecacatan tingkat II dan perkembangan proporsi anak pada
penderita Kusta baru selama 5 tahun terakhir terlihat pada Gambar 3.19 dan Gambar 3.20 di
bawah ini.
GAMBAR 3.19
PROPORSI KECACATAN TINGKAT II
PADA PENDERITA BARU KUSTA TAHUN 2002 – 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

GAMBAR 3.20
PROPORSI PENDERITA ANAK ( 0-14 TH ) PADA
PENDERITA BARU KUSTA
TAHUN 2002-2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

38
Meskipun Indonesia telah mencapai eliminasi pada pertengahan tahun 2000, penyakit
kusta masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang cukup besar, karena sampai akhir
tahun 2006 masih ada 14 provinsi dan 155 kabupaten yang belum dapat mencapai eliminasi.
Dari peta berikut ini terlihat bahwa Indonesia masih banyak menyimpan kantong-
kantong Kusta yang kebanyakan berada di Kawasan Timur Indonesia.

GAMBAR 3.21
PREVALENSI KUSTA TAHUN 2006

Prevalensi Kusta, 2006


<1
1-2
>1
Tidak ada data

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

f. Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I)


PD3I (penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi) merupakan penyakit
yang diharapkan dapat diberantas/ditekan dengan pelaksanaan program imunisasi. PD3I yang
dibahas dalam bab ini mencakup penyakit Difteri, Pertusis (Batuk Rejan), Tetanus, Tetanus
Neonatorum, Campak, Polio dan Hepatitis B. Jumlah kasus penyakit menular yang dapat
dicegah dengan imunisasi menurut provinsi tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.19.

1) Tetanus Neonatorum
Penanganan Tetanus Neonatorum tidak mudah, sehingga yang terpenting adalah
usaha pencegahan yaitu pertolongan persalinan yang higienis ditunjang dengan imunisasi
Tetanus Toxoid (TT) pada ibu hamil. Tingkat kematian akibat penyakit ini yang tercermin
dalam CFR, cenderung mengalami fluktuasi dari tahun 2000 sampai tahun 2006. Pada tahun
2000, tercatat CFR sebesar 65,12% lalu turun menjadi 54,64%. Angka CFR ini kembali naik
menjadi 61,90% pada tahun 2002, kemudian sempat mengalami penurunan menjadi 56%
pada tahun 2003. Penurunan kembali terjadi pada tahun 2004 dengan CFR sebesar 50,29%,
namun pada tahun 2005 CFR kembali naik menjadi 58,57% dengan 82 kematian dari 140
kasus. Tahun 2006 terjadi penurunan CFR yang signifikan menjadi 38,98% dengan 46
kematian dari 118 kasus.

39
GAMBAR 3.22
JUMLAH KASUS DAN CFR TETANUS NEONATORUM
DI INDONESIA TAHUN 2000 – 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI


Jumlah kasus tetanus neonatorum menurut provinsi tahun 2006 dapat dilihat pada
Lampiran 3.19 dan Lampiran 3.20.

2) Campak
Campak merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan Kejadian Luar Biasa
(KLB). Frekuensi KLB tahun 2002 tercatat sebesar 247, lalu turun menjadi 89 pada tahun
2003. Pada tahun 2004 angka ini justru naik menjadi 97 kemudian meningkat lagi pada tahun
2005. KLB Campak 2005 terjadi sebanyak 122 kali dengan jumlah kasus sebanyak 1.467 dan
CFR 0,48%. Frekuensi KLB ini meningkat dibandingkan 2 tahun sebelumnya. Tahun 2006
frekuensi KLB menurun menjadi 42 dengan jumlah kasus 1.644, jumlah kematian 9 dan CFR
0,55%.(Lampiran 3.31)
Kecenderungan yang sama terjadi pada tingkat kematian akibat Campak. Tahun 2002,
CFR Campak sebesar 1,45% kemudian turun menjadi 0,3% pada tahun 2003. CFR pada
tahun 2004 naik menjadi 1,56% lalu kembali turun menjadi 0,48% pada tahun 2005 dan
0,55% pada tahun 2006.
Perkembangan frekuensi KLB Campak, Jumlah penderita dan CFR dalam 5 tahun
terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.16 berikut.

TABEL 3.16
FREKUENSI, JUMLAH PENDERITA, DAN CFR KLB CAMPAK
TAHUN 2002 - 2006

Tahun Frekuensi KLB Jumlah CFR (%)


Penderita
2002 247 5.509 1,45
2003 89 2.914 0,3
2004 97 2.818 1,56
2005 122 1.467 0,48
2006 42 1.644 0,55
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

40
Sementara itu, jumlah kasus Campak menurut kelompok umur pada tahun 2006 dapat
dilihat pada Tabel 3.17 di bawah ini.
TABEL 3.17
JUMLAH KASUS CAMPAK MENURUT KELOMPOK UMUR
TAHUN 2006

Umur Kasus
<1 tahun 2.009
1-4 tahun 7.136
5-9 tahun 5.900
10-14 tahun 2.881
>15 tahun 2.496
Jumlah 20.422

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI, 2007

Pada tahun 2006, dari 20.422 kasus penyakit campak, 16.584 kasus (81,21%)
diantaranya tidak mendapatkan imunisasi campak/tidak diketahui. Jumlah kasus penyakit
campak dan vaksinasi campak menurut provinsi tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.21
dan Lampiran 3.22.

3) Difteri
Difteri termasuk penyakit menular yang jumlah kasusnya relatif rendah. Rendahnya
kasus Difteri sangat dipengaruhi adanya program imunisasi. Pada tahun 2005 terjadi 29 kali
KLB dengan jumlah kasus sebanyak 65 dan CFR sebesar 13,85%. Angka CFR ini lebih
rendah dibandingkan 2 tahun sebelumnya. Pada tahun 2003 CFR sebesar 23%, kemudian
turun menjadi 9,4% pada tahun 2004 dan meningkat menjadi 13,85% pada tahun 2005.
Tahun 2006 terjadi penurunan jumlah frekuensi KLB, dimana terjadi KLB 5 kali dan terdapat
15 kasus dan 1 kasus kematian. Frekuensi KLB, jumlah kasus dan CFR Difteri pada tahun
2002-2006 disajikan pada Tabel 3.18 berikut ini.
TABEL 3.18
FREKUENSI KLB, JUMLAH KASUS DAN CFR DIFTERI
TAHUN 2002 – 2006

Tahun Frekuensi KLB Kasus CFR (%)


2002 43 60 13
2003 54 86 23
2004 34 106 9,4
2005 29 65 13,85
2006 5 15 6,67

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Pada tahun 2006, jumlah seluruh kasus Difteri di rumah sakit dan puskesmas
sebanyak 2.337 kasus. Kasus terbanyak di Sumatera Utara dengan 2.014 kasus dengan kasus
terbanyak pada golongan usia 5-14 tahun (660 kasus), Nanggroe Aceh Darussalam dengan 95
kasus, diikuti Sulawesi Selatan sebanyak 76 kasus. Jumlah kasus penyakit Difteri menurut
provinsi tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.23.

41
4) Pertusis/Batuk Rejan

Pada tahun 2006, jumlah kasus Pertusis yang dirawat jalan di rumah sakit sebanyak
252 kasus, yang dirawat inap di rumah sakit sebanyak 144 kasus dan yang dirawat di
puskesmas sebanyak 7.185 kasus. Gambaran kasus Pertusis/Batuk Rejan menurut kelompok
umur disajikan pada TABEL 3.19 berikut ini.

TABEL 3.19
KASUS PERTUSIS/BATUK REJAN MENURUT UMUR
TAHUN 2006

Umur Kasus
< 1 tahun 640
1-4 tahun 1.840
5-14 tahun 2.060
15-44 tahun 1.692
>45 tahun 1.349
Jumlah 7.581

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Pada tahun 2006, jumlah seluruh kasus Pertusis/Batuk Rejan di rumah sakit dan
puskesmas sebanyak 7.581 kasus. Kasus terbanyak di Nanggroe Aceh Darussalam dengan
1.357 kasus, Sumatera Utara dengan 1.267 kasus, diikuti Jawa Barat sebanyak 1.159 kasus.
Jumlah kasus dan angka insiden penyakit Pertusis/Batuk Rejan menurut provinsi pada
tahun 2006 disajikan pada Lampiran 3.24.

5) Hepatitis (Hepatitis Klinis dan Hepatitis B)


Menurut laporan pada tahun 2006, jumlah kasus Hepatitis klinis yang dirawat jalan di
rumah sakit sebanyak 2.676 kasus, yang dirawat inap di rumah sakit sebanyak 1.671 kasus
dengan kematian pada 5 kasus, dan yang dirawat di puskesmas 12.413 kasus. Jumlah kasus
penyakit Hepatitis klinis menurut provinsi pada tahun 2006 disajikan pada Lampiran 3.25.
Pada tahun 2006, jumlah kasus Hepatitis B di Indonesia sebesar 1.727 kasus terdiri
dari 278 kasus rawat jalan di rumah sakit dan 1.449 kasus rawat inap di rumah sakit.
Sedangkan terjadi kematian 7 kasus di rawat inap rumah sakit. Jumlah kasus penyakit
Hepatitis B menurut provinsi pada tahun 2006 disajikan pada Lampiran 3.26.

6) Polio (AFP-Acute Flaccid Paralysis/Lumpuh Layu Akut)


Pada tahun 2006, jumlah kasus AFP sebanyak 1.526 kasus, dengan AFP Rate per
100.000 penduduk sebesar 2,49 dan Non Polio AFP Rate per 100.000 penduduk sebesar 2,46.
Kasus AFP terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat (237 kasus) diikuti Jawa Timur (228
kasus) dan Jawa Tengah (190 kasus).

42
GAMBAR 3.23
AFP RATE TAHUN 2006

Sumber: Profil Ditjen PP-PL, Depkes RI

Jumlah kasus AFP Polio menurut provinsi, jumlah kasus AFP Polio menurut kriteria
klasifikasi klinis dan provinsi, dan perkembangan Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio tahun
2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.27, 3.28 dan Lampiran 3.29.

7) Tetanus
Pada tahun 2006, jumlah kasus Tetanus yang dirawat jalan di rumah sakit
sebanyak 578 kasus, yang dirawat inap di rumah sakit sebanyak 633 kasus dan 2 di antaranya
meninggal dunia dan yang dirawat di puskesmas 1.338 kasus. Jumlah kasus penyakit Tetanus
menurut provinsi pada tahun 2006 disajikan pada Lampiran 3.30.

g. Penyakit Potensial KLB/Wabah


Beberapa penyakit menular berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) atau
wabah. Frekuensi KLB tertinggi adalah penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), diikuti
penyakit Diare, Keracunan Makanan, penyakit Campak dan penyakit Tetanus. Sedangkan
Case Fatality Rate (CFR) tertinggi adalah penyakit Tetanus (42,86%, yaitu 18 kematian dari
42 kasus). Penyakit yang menimbulkan KLB di Indonesia pada tahun 2006 dapat dilihat pada
Lampiran 3.31.

1). Penyakit Diare


Tingkat kematian pada penyakit Diare pada tahun 2006 mengalami peningkatan
dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2006, CFR akibat diare sebesar 2,52% dengan 277
orang meninggal dari 10.980 kasus. Angka ini jauh lebih tinggi jika kita bandingkan dengan
tahun 2005, yaitu 2,51% dengan 127 orang meninggal dari 5.051 kasus. Perkembangan KLB
penyakit Diare lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.20 di bawah ini.

43
TABEL 3.20
KLB PENYAKIT DIARE MENURUT JUMLAH PROVINSI DENGAN KLB,
JUMLAH KASUS, MENINGGAL, DAN CFR TAHUN 2000 – 2006

Tahun Jumlah Provinsi Jumlah Kasus Meninggal CFR (%)


dengan KLB
2002 15 5.789 94 1,62
2003 22 4.622 128 2,77
2004 16 3.314 53 1,60
2005 12 5.051 127 2,51
2006 16 10.980 277 2,52
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI, Profil PP-PL 2006

Dari 16 provinsi yang melaporkan adanya KLB, wilayah dengan tingkat kematian
tertinggi akibat penyakit Diare adalah Sulawesi Barat, yaitu 15,00% (3 meninggal dari 20
kasus), disusul oleh Gorontalo dengan CFR sebesar 5,65% (12 kasus meninggal dari 177
kasus) dan Maluku Utara dengan CFR sebesar 5,31% (6 meninggal dari 133 kasus). Jumlah
kasus, meninggal dan CFR penyakit Diare tiap provinsi dari tahun 2002-2006 dapat dilihat
pada Lampiran 3.32.

2) Demam Berdarah Dengue


Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) telah menyebar luas ke seluruh wilayah
provinsi dengan jumlah kabupaten/kota terjangkit sampai dengan tahun 2005 sebanyak 330
kabupaten/kota (75% dari seluruh kab/kota). Penyakit ini sering muncul sebagai KLB dengan
angka kesakitan dan kematian yang relatif tinggi. Angka insiden DBD secara nasional
berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada awalnya pola epidemik terjadi setiap lima tahunan,
namun dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir mengalami perubahan dengan periode
antara 2 – 5 tahunan. Sedangkan angka kematian cenderung menurun.
Pada tahun 2006, jumlah penderita penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
dilaporkan sebanyak 114.656 kasus dengan angka kematian (CFR) sebesar 1,04% dan angka
insiden sebesar 52,48 kasus per 100.000 penduduk. . Perkembangan angka insiden dan angka
kematian karena penyakit DBD pada tahun 2000 – 2006 dapat dilihat pada Gambar 3.22 di
bawah ini.
GAMBAR 3.24
ANGKA INSIDEN (PER 100.000 PENDUDUK) DAN CFR (%)
PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE TAHUN 2000 – 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

44
Provinsi dengan angka insiden penyakit DBD tertinggi pada tahun 2006 adalah DKI
Jakarta (316,17 per 100.000 penduduk), Bali (170,57 per 100.000 penduduk), Kalimantan
Timur (103,64 per 100.000 penduduk), dan Kepulauan Riau (74,79 per 100.000 penduduk).
Sedangkan CFR tertinggi di Sulawesi Barat sebesar 3,23%, disusul oleh Sulawesi Tenggara
sebesar 3,16%, dan Jambi sebesar 3,01%.
Jumlah penderita, angka kematian, dan angka insiden penyakit DBD menurut provinsi
pada tahun 2002 – 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.33, sedangkan jumlah kabupaten/kota
yang terjangkit penyakit DBD menurut provinsi tahun 2002 – 2006 dapat dilihat pada
Lampiran 3.34.

3) Chikungunya
Dalam 5 tahun terakhir (2001-2006), penyakit Chikungunya telah tersebar di 10
provinsi, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI
Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Utara.
Pada Profil Direktorat Jendral PP-PL Departemen Kesehatan menyebutkan bahwa pada tahun
2004 dilaporkan kasus penyakit Chikungunya di lima provinsi dengan jumlah 1.266 kasus,
pada tahun 2005 dilaporkan di empat provinsi dengan 340 kasus, dan pada tahun 2006
dilaporkan di lima provinsi dengan 1.544 kasus. Penyakit ini tidak menyebabkan kematian.

TABEL 3.21
JUMLAH KASUS PENYAKIT CHIKUNGUNYA
TAHUN 2004-2006
Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006
Provinsi Kasus Periode Provinsi Kasus Periode Provinsi Kasus Periode
Jawa Barat 35 Januari Banten 86 Juli Sumatera 501 Agustus
Selatan
Jawa 722 Januari Sulawesi 52 Desember- Sumatera 37 Oktober-
Tengah Utara April Utara November
DI 74 Januari Jawa 168 Februari- Banten 130 September-
Yogyakarta Timur Maret Desember
Jawa 429 Januari- NTB 34 Januari- Jawa Barat 850 Juli-
Timur Agustus Mei Desember
NTB 6 Januari Kalimantan 26 Juli
Tengah
Total 1,266 340 1,544
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

GAMBAR 3.25
SEBARAN KASUS PENYAKIT CHIKUNGUNYA
TAHUN 2004 – 2006

Daerah sebaran kasus demam chikungunya

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

45
h. Penyakit Rabies
Pada tahun 2006, jumlah kabupaten/kota terjangkit penyakit Rabies sebanyak 199
kabupaten/kota dari 23 provinsi. Jumlah kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR)
sebanyak 13.929 orang. Jumlah kasus GHPR yang mendapat Vaksin Anti Rabies (VAR)
sebanyak 8.959 hewan. Dan jumlah kasus penyakit Rabies yang menyebabkan kematian
(Lyssa) sebanyak 106 orang.
GAMBAR 3.26
DAERAH TERTULAR RABIES TAHUN 2006

Daerah tertular rabies 23 Provinsi

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Kasus GHPR dari tahun 2001 sampai dengan 2004 cenderung naik, tetapi pada tahun
2005 dan 2006 menurun. Namun Lyssa selama tahun 2001 – 2005 cenderung meningkat,
seiring dengan terjadinya KLB penyakit Rabies di Kalimantan Barat dan Maluku Utara, dan
menurun lagi pada tahun 2006. Situasi penyakit Rabies di Indonesia Tahun 2001-2006 dapat
dilihat pada grafik di bawah ini.

GAMBAR 3.27
SITUASI RABIES DI INDONESIA TAHUN 2001 – 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

46
Kasus GHPR terbanyak dilaporkan dari Sumatera Barat (2.538 kasus) sedangkan
terkecil adalah Banten (10 kasus). Kasus penyakit Rabies yang menyebabkan kematian pada
manusia (Lyssa) terbanyak dilaporkan dari Sulawesi Utara (21 kasus) dan Sulawesi Tengah
(15 kasus).
GAMBAR 3.28
KASUS GIGITAN HEWAN PENULAR RABIES (GHPR) DAN LYSSA PER PROVINSI
DI INDONESIA TAHUN 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Jumlah dan persentase kabupaten terjangkit penyakit Rabies dan jumlah kasus gigitan
hewan penular penyakit Rabies serta hasil pemeriksaan spesimen hewan menurut provinsi
tahun 2006 dapat dilihat dalam Lampiran 3.35.

i. Filariasis
Penyakit Filariasis masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan
dari hasil mapping sampai dengan tahun 2006 yang dilaporkan bahwa kasus kronis Filariasis
tersebar di 33 provinsi di 377 kabupaten/kota dengan jumlah kasus kronis Filariasis mencapai
10.427 kasus. (Lihat Lampiran 3.36)
Sampai saat ini di Indonesia telah ditemukan 3 spesies cacing Filaria, yaitu
Wucherecia bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. Program eliminasi penyakit
Filariasis dilaksanakan atas dasar kesepakatan global WHO tahun 2000 yaitu “The Global
Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem The Year 2020”
yang merupakan realisasi dari resolusi WHO pada tahun 1997.
Program eliminasi ini dilaksanakan melalui dua pilar kegiatan yaitu :
1. Pengobatan masal kepada semua penduduk di kabupaten endemis penyakit Filariasis
dengan menggunakan DEC 6mg/kgBB dikombinasikan dengan Albendazol 400 mg
sekali setahun selama 5 tahun guna memutuskan rantai penularan.
2. Tatalaksana kasus klinis penyakit Filariasis guna mencegah dan mengurangi
kecacatan.

47
GAMBAR 3.29
DISTRIBUSI KASUS KRONIS FILARIASIS
TAHUN 2002-2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Jumlah penderita penyakit Filariasis menurut provinsi pada tahun 2002 – 2006 dapat
dilihat pada Lampiran 3.36.

j. Kecacingan
Penyakit Kecacingan merupakan masalah kesehatan yang perlu penanganan serius di
Indonesia karena cukup banyaknya penduduk yang menderita kecacingan. Penyakit ini dapat
mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh dan terhambatnya tumbuh kembang anak
karena cacing mengambil sari makanan yang penting bagi tubuh seperti protein, karbohidrat
dan zat besi, sehingga dapat menyebabkan anemia dan kurang gizi.
Cacing penyebab penyakit pada manusia terdiri dari Cacing gelang (Ascaris
lumbricoides), Cacing cambuk (Trichuris trichiura), Cacing kremi (Enterobius vermicularis
atau Oxyuris vermicularis), Cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma
duodenale) dan Trematoda.
Dari hasil pemeriksaan tinja pada anak SD di 27 provinsi selama tahun 2002-2006,
pada grafik berikut menampilkan prevalensi cacingan pada anak SD/MI di kabupaten terpilih
dan prevalensi kecacingan menurut jenis cacing.

48
GAMBAR 3.30
DISTRIBUSI PREVALENSI KECACINGAN PADA ANAK SD DI KABUPATEN TERPILIH
TAHUN 2002 - 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

GRAFIK 3.31
PREVALENSI KECACINGAN PADA ANAK SD DI KABUPATEN TERPILIH
MENURUT JENIS CACING TAHUN 2002 - 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

k. Frambusia
Penyakit Frambusia, yang disebabkan oleh Treponema pertenue, adalah penyakit
menular bukan seksual pada manusia yang pada umumnya menyerang anak–anak berusia di
bawah 15 tahun. Penyakit ini terutama menyerang kulit dan tulang serta banyak didapati pada
masyarakat miskin, perdesaan dan marjinal dimana kepadatan penduduk, kekurangan
persediaan air bersih, dan keadaan sanitasi serta kebersihan yang buruk terdapat di mana–
mana.
Penyakit Frambusia sampai saat ini belum dapat dieliminasi dari seluruh wilayah
Indonesia, meskipun secara nasional angka prevalensinya sudah kurang dari 1 per 100.000
penduduk. Prevalensi rate secara nasional pada tahun 2006 adalah 0,25 per 100.000
penduduk. Pada tahun 2006 penyakit Frambusia hanya dilaporkan di lima provinsi. Provinsi
dengan angka prevalensi yang masih cukup tinggi terutama di wilayah Indonesia bagian

49
timur, yaitu Irian Jaya Barat (15,00), Papua (10,01), Sulawesi Tenggara (7,92), Nusa
Tenggara Timur (2,80), dan Maluku (1,08). Tingginya angka prevalensi di daerah tersebut
disebabkan karena penderita penyakit Frambusia banyak tinggal di daerah pedalaman yang
sulit dijangkau pelayanan kesehatan serta keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan.

GAMBAR 3.32
PREVALENSI DAN JUMLAH KASUS PENYAKIT FRAMBUSIA MENURUT PROVINSI
DI INDONESIA TAHUN 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Jumlah kasus dan prevalensi Frambusia di Indonesia tahun 2006 dapat dilihat dalam
Lampiran 3.37.

l. Antraks
Jumlah kasus penyakit Antraks pada tahun 2006 menurun dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya, namun dengan jumlah kematian 1 orang, CFR meningkat dari tahun sebelumnya
(CFR = 6,7%). Kasus dan kematian penyakit Antraks di Indonesia tahun 2002-2006 dapat
dilihat pada tabel dan gambar di bawah ini.

TABEL 3.22
JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN PENYAKIT ANTRAKS 2002 – 2006

Tahun Jumlah Kasus Meninggal CFR (%)


2002 35 8 22.9
2003 40 2 5.0
2004 109 8 7.3
2005 76 1 1.3
2006 15 1 6.7

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

50
GAMBAR 3.33
KASUS DAN KEMATIAN PENYAKIT ANTRAKS DI INDONESIA TAHUN 2002 – 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Sampai saat ini daerah tertular penyakit Antraks tercatat di 11 provinsi yaitu DKI
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sumatera
Barat, Jambi, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan DI Yogyakarta.
Provinsi yang melaporkan adanya kasus penyakit Antraks pada manusia hanya lima provinsi
yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi
Selatan.
Pada tahun 2006 ditemukan 15 kasus penyakit Antraks tipe kulit, dari Jawa Barat
terdapat 8 kasus dan Nusa Tenggara Barat 7 kasus. Kasus penyakit Antraks dengan kematian
1 orang dari Jawa Barat (CFR = 6,7%).

m. Pes
Selama tahun 2006 terjadi peningkatan hasil surveilans penyakit Pes yang dilakukan
di empat provinsi endemis. Jumlah serologi positif jika pada tahun 2005 dilaporkan 1 orang,
pada tahun 2006 meningkat menjadi 7 orang. Meskipun demikian surveilans aktif terhadap
human dan rodent masih tetap dilakukan, untuk menghindari terjadinya KLB penyakit Pes.

Daerah fokus Pes di Indonesia yaitu Kab. Boyolali (Jawa Tengah), Kab. Pasuruan
(Jawa Timur), Kab. Sleman (DI Yogyakarta), dan Kab. Bandung (Jawa Barat).

51
GAMBAR 3. 35
DAERAH ENDEMIS PES DI INDONESIA, 2006

Daerah endemis pes

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI, 2007

GAMBAR 3.36
HASIL PEMERIKSAAN SPESIMEN PES PADA MANUSIA DI INDONESIA
TAHUN 2001 – 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

n. Taeniasis / Cysticercosis

Daerah endemis penyakit Taeniasis/Cysticercosis adalah di Bali, Sumatera Utara,


Nusa Tenggara Timur, dan Papua. Jumlah kasus penyakit Taeniasis/Cysticercosis pada tahun
2002 lebih tinggi dari tahun sebelumnya, namun tahun 2002 sampai dengan tahun 2006
cenderung menurun. Pada tahun 2006 kasus penyakit Taeniasis/Cystisercosis hanya tercatat
di dua provinsi yaitu Bali sebanyak 2 kasus dan Papua sebanyak 76 kasus.

52
GAMBAR 3.37
SITUASI TAENIASIS / CYSTICERCOSIS DI INDONESIA TAHUN 2001-2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

o. Leptospirosis

Daerah tertular penyakit Leptospirosis di Indonesia tersebar di 8 provinsi, tetapi


selama tahun 2006 kasus Leptospirosis dilaporkan di 5 provinsi yaitu Nanggroe Aceh
Darussalam, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Pada tahun 2006,
jumlah kasus penyakit Leptospirosis sebanyak 138 kasus dengan kematian 11 kasus (CFR
7,97). Meskipun jumlah kasus penyakit Leptospirosis meningkat tetapi angka kematian
menurun dibandingkan dengan tahun 2005. Angka kematian tertinggi adalah di Jawa Tengah
yaitu 9 kematian dari 35 kasus.
GAMBAR 3.38
DAERAH TERTULAR LEPTOSPIROSIS DI INDONESIA

Daerah tertular leptospirosis

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

53
GAMBAR 3.39
SITUASI LEPTOSPIROSIS DI INDONESIA TAHUN 2002 – 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

p. Avian Influenza (AI)


Avian Influenza adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza tipe A,
termasuk dalam family Orthomyxoviridae. Virus Influenza tipe A dapat berubah bentuk
(drift, shift) sehingga dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Strain yang sangat virulen
penyebab flu burung di Indonesia adalah Subtipe A H5N1. Virus flu burung dapat menular
dari unggas ke unggas, unggas ke manusia, dan manusia ke manusia. Di Indonesia, sepanjang
tahun 2005 dilaporkan 13 kematian dari 20 kasus AI pada manusia (CFR 65%) dan tahun
2006 dilaporkan 45 kematian dari 55 kasus AI pada manusia (CFR 81,82%).
Apabila terjadi pandemi influenza, dunia akan kekurangan beberapa milyar dosis. Hal
ini disebabkan kapasitas produksi vaksin di dunia yang ada sekarang masih sangat terbatas.
Sehingga dibutuhkan upaya global yang terpadu dalam hal produksi dan pendistribusian
vaksin. Salah satu upayanya adalah WHO menganjurkan setiap negara untuk menyiapkan diri
dan mengembangkan kapasitas produksi vaksinnya.
TABEL 3.23
SITUASI KASUS KONFIRM AI MENURUT PROVINSI
TAHUN 2005 – 2006
2005 2006
PROVINSI K M K M
1 2 3 4 5
DKI Jakarta 8 7 11 10
Banten 5 4 4 4
Jawa Barat 3 2 22 18
Jawa Tengah 1 0 3 3
Jawa Timur 0 0 5 3
Lampung 3 0 0 0
Sumatera Barat 0 0 2 0
Sumatera Utara 0 0 7 6
Sulawesi Selatan 0 0 1 1
Sumatera Utara 0 0 0 0
Total 20 13 55 45
Sumber : Ditjen PP-PL, DepkesRI

54
GAMBAR 3.40
PETA SEBARAN KASUS AVIAN INFLUENZA DI INDONESIA
TAHUN 2005-2006

Daerah dengan kasus AI

Sumber : Ditjen PP-PL, DepkesRI

Kasus konfirmasi Avian Influenza pada manusia selama tahun 2006 paling banyak
dilaporkan dari Provinsi Jawa Barat yaitu 22 kasus dengan kematian 18 orang (CFR=81,8%),
diikuti oleh DKI Jakarta yaitu 11 kasus dengan kematian 10 orang (CFR=90,9%).

2. Penyakit Tidak Menular


Semakin meningkatnya arus globalisasi di segala bidang, perkembangan teknologi
dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat,
serta situasi lingkungan misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya aktivitas
fisik dan meningkatnya polusi lingkungan. Perubahan tersebut tanpa disadari telah memberi
pengaruh terhadap terjadinya transisi epidemiologi dengan semakin meningkatnya kasus-
kasus penyakit tidak menular seperti Penyakit Jantung, Tumor, Diabetes, Hipertensi, Gagal
Ginjal, dan sebagainya. Berdasarkan laporan rumah sakit tahun 2006, diperoleh gambaran
penyebab utama kematian di rumah sakit yang disebabkan penyakit tidak menular
sebagaimana terlihat pada Tabel 3.24 berikut ini.

TABEL 3.24
PROPORSI PENYAKIT TIDAK MENULAR
SEBAGAI PENYEBAB KEMATIAN TERBANYAK DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA
TAHUN 2006
% dari
No DTD Golongan Sebab Sakit Jumlah Seluruh
Kematian Kematian
di RS
1 169 Pneumonia 2,459 3.0
2 185.0 Dispepsia 309 0.4
3 184 Gastritis dan duodenitis 343 0.4
4 167 Infeksi saluran napas bagian atas akut lainnya 61 0.1
5 145 Hipertensi Esensial (primer) 1,620 2.1
6 186 Penyakit Apendiks 146 0.2
7 104.9 Diabetes Melitus YTT 2,384 2.9
8 155 Stroke tak menyebut perdarahan atau infark 4,377 5.4
9 176.0 Asma 729 0.9
10 148 Penyakit jantung iskemik lainnya 1,259 1.6
Sumber: Ditjen Bina Yanmed, Depkes RI

55
a. Penyakit Jantung dan Sistem Sirkulasi
Stroke tidak menyebut perdarahan atau infark merupakan penyebab kematian nomor 8
di RS di Indonesia tahun 2006 (Tabel 3.24). Hipertensi juga merupakan penyakit terbanyak
nomor 5 pada pasien rawat jalan di rumah sakit di Indonesia tahun 2006 (Tabel 3.24).
Berdasarkan SKRT 2004 diperoleh data bahwa berdasarkan diagnosis tenaga
kesehatan, 2,2% penduduk berumur 15 tahun atau lebih pernah menderita penyakit jantung.
Hasil Susenas 2004 diperoleh data 1,3% penduduk Indonesia berumur 15 tahun atau lebih
pernah didiagnosa sakit jantung angina pectoris (nyeri/sesak di bagian dada yang dapat
menjalar ke tubuh bagian atas terutama ke lengan kiri yang merupakan gejala serangan
jantung).

TABEL 3.25
PERSENTASE PENDUDUK > 15 TAHUN YANG PERNAH DIDIAGNOSIS SAKIT JANTUNG
(ANGINA PECTORIS) OLEH TENAGA KESEHATAN

Kawasan Persentase
Sumatera 1,3
Jawa-Bali 1,3
Kaw. Timur Indonesia 1,2
Indonesia 1,3
Sumber: Surkesnas/Susenas 2004

b. Diabetes Melitus
Berdasarkan Surkesnas/SKRT 2004, berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan, 1%
penduduk berumur 15 tahun atau lebih pernah menderita Diabetes.
Diabetes Melitus merupakan penyakit peringkat ke-9 terbanyak pada pasien rawat
jalan rumah sakit tahun 2006 (Tabel 3.9) dan juga peringkat ke-9 penyakit tidak menular
penyebab kematian di rumah sakit tahun 2006 (Tabel 3.7).

c. Neoplasma/Tumor
Neoplasma Ganas Payudara adalah penyakit neoplasma terbanyak yang ditemukan di
RS di Indonesia, menempati peringkat pertama pasien rawat inap dan rawat jalan tahun 2006.
Peringkat kedua ditempati penyakit Neoplasma Ganas Leher Rahim
Peringkat penyakit Neoplasma ganas di rumah sakit di Indonesia tahun 2006 dapat
dilihat pada dua tabel berikut ini.

56
TABEL 3.26
10 PERINGKAT UTAMA PENYAKIT NEOPLASMA GANAS
PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2006

Jumlah Pasien
No DTD ICD Golongan Sebab Sakit %
Keluar
1 073 C50 Neoplasma ganas payudara 8.328 19,64
2 074 C53 Neoplasma ganas leher rahim 4.696 11,07
3 063 C22 Neoplasma ganas hati dan saluran empedu intrahepatik 3.445 8,12
4 086 C82 - C85 Limfoma non Hodgkin 2.870 6,77
5 087 C91 - C95 Leukemia 2.513 5,93
6 067.9 C34 Neoplasma ganas Bronkus & Paru – paru 2.402 5,66
7 076.0 C56 Neoplasma ganas Ovarium (indung telur) 1.859 4,38
8 061 C18 Neoplasma ganas kolon 1.736 4,09
9 062 C19 - C21 Neoplasma ganas daerah rektosigmoid, rektum dan anus 1.706 4,02
10 058.1 C11 Neoplasma ganas nasofaring 1.633 3,85
Sumber: Ditjen Bina Yanmed, Depkes RI

TABEL 3.27
10 PERINGKAT UTAMA PENYAKIT NEOPLASMA GANAS
PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA
TAHUN 2006

Jumlah
No DTD Golongan Sebab Sakit %
Kunjungan
1 073 Neoplasma ganas payudara 33.408 36,22
2 074 Neoplasma ganas leher rahim 17.990 19,5
3 086 Limfoma non Hodgkin 8.711 9,44
4 067.0 Neoplasma ganas trakea 6.382 6,92
5 076.0 Neoplasma ganas ovarium (indung telur) 6.337 6,87
6 058.1 Neoplasma ganas nasofaring 5.047 5,47
7 087 Leukemia 4.075 4,42
8 061 Neoplasma ganas kolon 3.770 4,09
9 062 Neoplasma ganas daerah rektosigmoid rektum dan anus 3.530 3,83
10 088 Neoplasma ganas lain dari limfoid hematopoetik dan jaringan 2.983 3,23
terkait lainnya
Sumber: Ditjen Yanmed, Depkes RI

***

57
BAB IV
UPAYA KESEHATAN

Dalam rangka mewujudkan Visi dan Misi Departemen Kesehatan dimana salah satu
Strategi Utamanya adalah ”Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
yang berkualitas”, maka untuk mencapai keadaan tersebut telah dilakukan berbagai upaya
pelayanan kesehatan masyarakat. Berikut ini diuraikan situasi upaya kesehatan khususnya
untuk tahun 2006.

A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR

Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pemberian pelayanan
kesehatan dasar secara tepat dan cepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan
masyarakat sudah dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh
fasilitas pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut.

1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak


Seorang ibu mempunyai peran yang sangat besar di dalam pertumbuhan bayi dan
perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu yang sedang hamil bisa
berpengaruh pada kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran dan masa pertumbuhan
bayi dan anaknya.

a. Pelayanan Antenatal (K1 dan K4)


Masa kehamilan merupakan masa yang rawan kesehatan, baik kesehatan ibu yang
mengandung maupun janin yang dikandungnya sehingga dalam masa kehamilan perlu
dilakukan pemeriksaan secara teratur. Hal ini dilakukan guna menghindari gangguan sedini
mungkin dari segala sesuatu yang membahayakan terhadap kesehatan ibu dan janin yang
dikandungnya.
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan
profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan, dan perawat)
seperti pengukuran berat badan dan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri, imunisasi

59
Tetanus Toxoid (TT) serta pemberian tablet besi kepada ibu hamil selama masa
kehamilannya sesuai pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan
promotif dan preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan K1
dan K4.
Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran
besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan
untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan Cakupan K4 ibu hamil adalah gambaran
besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta
paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali
pada trimester dua dan dua kali pada trimester ketiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk
melihat kualitas pelayanan kesehatan kepada ibu hamil. Cakupan K1 dan K4 dalam lima
tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut.

GAMBAR 4.1
PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN K1 DAN K4 IBU HAMIL
TAHUN 2002 – 2006

Sumber : Data Indikator SPM Kabupaten/Kota dan


Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas.

Cakupan pelayanan K4 menurut provinsi pada tahun 2006, dapat dilihat pada Gambar
4.2 berikut ini.

60
GAMBAR 4.2
PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN K4 IBU HAMIL
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

Sumber: Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas

Pada gambar di atas, provinsi dengan persentase cakupan pelayanan K4 tertinggi adalah
DKI Jakarta (91,89%), Jawa Tengah (88,85%) dan Bali (86,62%), sedangkan cakupan pelayanan
K4 terendah adalah Provinsi Irian Jaya Barat (29,54%), Papua (31,02%) dan Sulawesi Barat
(61,70%). Cakupan K4 menurut provinsi dibandingkan angka nasional dapat dilihat pada Gambar
4.3 berikut ini.
GAMBAR 4.3
PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN K4 IBU HAMIL
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

Sumber : Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas, Depkes RI

Data cakupan kunjungan ibu hamil K1 dan K4 tahun 2006 menurut provinsi disajikan pada
Lampiran 4.1.

61
b. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dengan Kompetensi Kebidanan
Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi
pada masa di sekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan pertolongan tidak dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan (profesional). Dalam kurun
waktu lima tahun terakhir, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, meningkat
dari tahun ke tahun namun agak mengalami penurunan pada tahun 2005 dari tahun
sebelumnya. Tahun 2006 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar
76,40%, meningkat 4,03% dari tahun 2005 yakni 72,37%. Cakupan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan tahun 2002 – 2006 dapat dilihat pada Gambar 4.4 berikut ini.

GAMBAR 4.4
PERSENTASE CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN
OLEH TENAGA KESEHATAN TAHUN 2002 – 2006

Sumber : Dit. Kesehatan Ibu dan data indikator Kabupaten/Kota

Pada Gambar 4.5 terlihat cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
menurut provinsi tahun 2006 dengan cakupan tertinggi adalah Provinsi Bali (90,14%), Jawa
Tengah (86,20%) dan Jawa Timur (85,91%), sedangkan provinsi dengan cakupan terendah
adalah Papua (30,78%), Irian Jaya Barat (55,46%) dan Maluku Utara (57,76%), data dapat
dilihat dalam Lampiran 4.1.

62
GAMBAR 4.5
PERSENTASE CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

Sumber: Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas Depkes RI

Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan menurut provinsi dibandingkan angka nasional
dapat dilihat pada Gambar 4.6 berikut.

GAMBAR 4.6
PERSENTASE CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

Sumber : Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas, Depkes RI

63
c. Rujukan Kasus Risti dan Penanganan Komplikasi
Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh tenaga bidan di desa dan Puskesmas,
beberapa ibu hamil yang memiliki risiko tinggi (Risti) dan memerlukan pelayanan kesehatan
karena terbatasnya kemampuan dalam memberikan pelayanan, maka kasus tersebut perlu
dilakukan upaya rujukan ke unit pelayanan kesehatan yang memadai.
Risti/komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung
menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Risti/komplikasi kebidanan meliputi
Hb < 8 g %, Tekanan darah tinggi (sistole > 140 mmHg, diastole > 90 mmHg), oedeme
nyata, eklampsia, perdarahan pervaginam, ketuban pecah dini, letak lintang pada usia
kehamilan > 32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi berat/sepsis, persalinan
prematur. Persentase cakupan ibu hamil dengan Risti yang telah dirujuk tahun 2006 sebesar
10,05% meningkat dari tahun 2005 (2,94%) sedangkan obstetri komplikasi yang ditangani
sebesar 4,37% meningkat dari tahun 2005 (0,99%). Data selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 4.2.
Neonatus risti/komplikasi meliputi asfiksia, tetanus neonatorum, sepsis, trauma lahir,
BBLR (Berat Badan Lahir < 2.500 gram), sindroma gangguan pernafasan dan kelanginan
neonatal. Neonatus risti/komplikasi yang tertangani adalah neonatus risti/komplikasi yang
mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih, dokter dan bidan di polindes,
puskesmas, rumah bersalin dan rumah sakit. Persentase cakupan neonatal risti yang telah
dirujuk tahun 2006 sebesar 3,14% meningkat dari tahun 2005 (0,98%) sedangkan neonatal
komplikasi yang ditangani sebesar 0,99% meningkat dari tahun 2005 (0,41%). Data
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.2.

d. Kunjungan Neonatus (KN1 dan KN2)


Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki risiko
gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko
tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan
pelayanan kesehatan pada neonatus (0-28 hari) minimal dua kali, satu kali pada umur 0-7 hari
(KN1) dan satu kali lagi pada umur 8-28 hari (KN2).
Dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas kesehatan di samping melakukan
pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu. Pelayanan
tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan
hipotermia, pemberian ASI dini dan eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata,
tali pusat, kulit dan pemberian imunisasi); pemberian vitamin K; manajemen terpadu balita
muda (MTBM); dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan buku KIA.
Cakupan kunjungan neonatal (KN2) tahun 2002 -2005 cenderung mengalami penurunan
namun pada tahun 2006 mengalami peningkatan 20.4% dari tahun 2005 sebesar 85,51%
tahun 2006 dan 65,11% tahun 2005. Cakupan KN2 selama periode tahun 2002 – 2006 dapat
dilihat pada Gambar 4.7 berikut ini.

64
GAMBAR 4.7
PERSENTASE CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS
TAHUN 2002 – 2006

Sumber: Dit. Kesehatan Ibu dan Dit.Kes.Anak, Binkesmas, Depkes RI

Tahun 2006 provinsi dengan cakupan neonatus tertinggi adalah Provinsi Jawa Barat
(131,91%), Bali (94,23%) dan Jawa Tengah (91,32%) sedangkan provinsi dengan cakupan
terendah meliputi Provinsi Papua (19,45%), Irian Jaya Barat (30,14%) dan Kalimanatan Barat
(53,35%) seperti terlihat pada Gambar 4.8 di bawah ini.

GAMBAR 4.8
PERSENTASE CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS (KN2)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

Sumber: Dit. Kesehatan Ibu dan Dit.Kes. Anak, Ditjen Binkesmas Depkes RI

65
Cakupan kunjungan neonatus menurut provinsi dibandingkan angka nasional dapat
dilihat pada Gambar 4.9. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.1.

GAMBAR 4.9
CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

Sumber: Dit. Kesehatan Ibu dan Dit.Kes.Anak, Ditjen Binkesmas Depkes RI

2. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)


Masa subur seorang wanita memiliki peran penting bagi terjadinya kehamilan
sehingga peluang wanita melahirkan menjadi cukup tinggi. Menurut hasil penelitian, usia
subur seorang wanita biasanya antara 15 – 49 tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah
kelahiran atau menjarangkan kelahiran, wanita/pasangan ini lebih diprioritaskan untuk
menggunakan alat/cara KB.
Tingkat pencapaian Pelayanan Keluarga Berencana dapat digambarkan melalui
cakupan peserta KB yang ditunjukkan melalui kelompok sasaran program yang
sedang/pernah menggunakan alat kontrasepsi menurut daerah tempat tinggal, tempat
pelayanan serta jenis kontrasepsi yang digunakan akseptor. Cakupan secara lengkap menurut
provinsi dari pelayanan KB dapat dilihat pada Lampiran 4.3 sampai dengan Lampiran 4.7.
Proporsi wanita umur 15-49 berstatus menikah yang sedang menggunakan/memakai
alat KB menurut daerah tempat tinggal pada tahun 2006 mengalami sedikit peningkatan
dibandingkan dengan cakupan tahun 2005 sebesar 0,02% dari 57,89% pada tahun 2005
menjadi 57,91% pada tahun 2006 dengan daerah perkotaan 58,65% dan daerah perdesaan
57,36%. Cakupan tertinggi pada Provinsi Bengkulu sebesar 70,08%, Sulawesi Utara
(69,75%) dan Bali (67,43%) sedangkan provinsi dengan cakupan terendah adalah Maluku
yaitu 30,13%, Papua (31,22%) dan Irian Jaya Barat (31,73%).
Proporsi wanita berumur 15-49 tahun yang berstatus kawin yang pernah
menggunakan/memakai alat KB menurut daerah tempat tinggal pada tahun 2006 mengalami
peningkatan sebesar 5,71% dibandingkan dengan tahun 2005, dari 74,05% pada tahun 2005
menjadi 79,76% pada tahun 2006 dengan daerah perkotaan 81,07% dan daerah perdesaan
78,78%. Terdapat 17 provinsi memiliki cakupan ≥ 80% dengan angka tertinggi dicapai
Sulawesi Utara (90,36%) dan Bengkulu (87,07%), 3 provinsi dengan cakupan ≤ 50 %
meliputi Papua (46,48%), Irian Jaya Barat (47,04%) dan Maluku (48,21%). Proporsi wanita

66
umur 15-49 berstatus menikah yang sedang/pernah menggunakan/memakai alat KB dapat
dilihat pada Gambar 4.10 berikut. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.3 dan
4.4.
GAMBAR 4.10
PROPORSI WANITA BERUMUR 15-49 TAHUN BERSTATUS KAWIN
YANG SEDANG/PERNAH MENGGUNAKAN ALAT KB
TAHUN 2004-2006

Sumber : BPS, Statistik Kesra, 2006

Jenis alat kontrasepsi yang digunakan peserta KB selama tahun 2006 tidak jauh
berbeda bila dibandingkan dengan tahun 2003-2005 sebagaimana terlihat dalam Gambar 4.11
berikut.

GAMBAR 4.11
PROPORSI JENIS ALAT KONTRASEPSI YANG DIGUNAKAN
TAHUN 2003-2006

Sumber: BPS, Statistik Kesra dan BKKBN*

Dari Gambar 4.11 di atas menunjukkan bahwa selama tahun 2003-2006 alat
kontrasepsi yang paling banyak diminati adalah suntikan dan pil KB. Pada tahun 2006 jenis
kontrasepsi pil KB dan susuk mengalami penurunan persentase, sebaliknya pemakaian
kontrasepsi suntikan, AKDR dan kontrasepsi lainnya mengalami peningkatan persentase.
Rincian persentase alat/cara KB yang dipakai peserta KB aktif menurut provinsi tahun 2006
dapat dilihat pada Lampiran 4.5 dan 4.6.

67
GAMBAR 4.12
TEMPAT PELAYANAN PESERTA KB
TAHUN 2003 – 2006

Sumber : BKKBN

Pada Gambar 4.12 diatas, tempat pelayanan untuk peserta KB baru di klinik KB
pemerintah mengalami peningkatan 1,42% dari tahun 2005 menjadi 61,08% pada tahun 2006
dari 59,66% pada tahun 2005, sedangkan pelayanan peserta KB di klinik KB swasta, bidan
praktek swasta dan dokter praktek swasta sedikit mengalami penurunan pada tahun 2006.
Jumlah dan proporsi peserta KB baru kumulatif menurut tempat pelayanan dan provinsi tahun
2006 dapat dilihat pada Lampiran 4.7.

3. Pelayanan Imunisasi
Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi unutk bayi umur 0 – 1 tahun
(BCG, DPT, Polio, Campak, HB), imunisasi untuk Wanita Usia Subur/Ibu Hamil (TT) dan
imunisasi untuk anak SD (kelas1: DT dan kelas 2-3: TT), sedangkan kegiatan imunisasi
tambahan dilakukan atas dasar ditemukannya masalah seperti Desa non UCI, potensial/risti
KLB, ditemukan/diduga adanya virus polio liar atau kegiatan lainnya berdasarkan kebijakan
teknis.
Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan proksi
terhadap cakupan atas imunisasi secara lengkap pada sekelompok bayi. Bila cakupan UCI
dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut tergambarkan
besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau bayi (herd immunity) terhadap penularan
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Dalam hal ini Pemerintah
mentargetkan pencapaian UCI pada wilayah administrasi desa/ kelurahan.
Suatu desa/kelurahan telah mencapai target UCI apabila > 80% bayi di desa/kelurahan
tersebut mendapat imunisasi lengkap. Secara nasional, pencapaian UCI tingkat
desa/kelurahan tahun 2004 - 2005 mengalami peningkatan 6,8% dari 69,43% tahun 2004
menjadi 76,23% tahun 2005 (Gambar 4.13) namun terjadi penurunan 2.97% pada tahun 2006
yaitu 73.26%.

68
GAMBAR 4.13
PERSENTASE PENCAPAIAN UCI DI TINGKAT DESA/KELURAHAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2004-2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Dari 33 provinsi yang dipantau, pada tahun 2005 terdapat 7 provinsi yang telah
mencapai target (target tahun 2005: ≥ 86%) UCI Desa/Kelurahan yaitu Bali (100%), DI
Yogyakarta (99,09%), Lampung (90%), Jawa Tengah (89%), Jambi (88,95%), Nusa
Tenggara Barat (87,53%) dan Sulawesi Tenggara (86,87%) sedangkan tahun 2006 terdapat 4
provinsi yang telah mencapai target (target tahun 2006 ≥ 89%) UCI desa/kelurahan yaitu Bali
(99,28%), Jambi (92,98%), DI Yogyakarta (92,24%) dan Nusa Tenggara Barat (89,91%).
Terdapat enam provinsi yang tidak ada datanya yaitu Riau, Sumatera Selatan, Kepulauan
Riau, Banten, Sulawesi Barat dan Irian Jaya Barat.
Pencapaian desa UCI menurut provinsi tahun 2004 – 2006 dapat dilihat pada
Lampiran 4.8. Sedangkan gambaran pencapaian UCI tingkat Desa/Kelurahan menurut
provinsi pada tahun 2006 dapat dilihat pada Gambar 4.14 berikut ini.

GAMBAR 4.14
PERSENTASE PENCAPAIAN UCI DI TINGKAT DESA/KELURAHAN
MENURUT PROVINSI PADA TAHUN 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

69
Target jangkauan imunisasi bayi ditunjukkan dengan cakupan imunisasi DPT1 karena
imunisasi ini merupakan salah satu antigen kontak pertama dari semua imunisasi yang
diberikan kepada bayi. Gambaran cakupan imunisasi bayi DPT1, Campak dan angka drop out
pada tahun 2002 – 2006 dapat dilihat pada Gambar 4.15 berikut ini.
GAMBAR 4.15
PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI DPT-1 DAN CAMPAK
SERTA ANGKA DROP OUT (DO)
TAHUN 2002 – 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Pada gambar di atas menunjukkan bahwa angka drop out (DO) DPT1-Campak yang
merupakan target efektivitas program selama tahun 2002-2006 berkisar antara 1,5% - 9,3%,
pada tahun 2006 angka drop out meningkat menjadi 9,3%. Beberapa provinsi tidak mencapai
target program dimana drop out cakupan DPT1-Campak lebih dari 10% yaitu di Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Gorontalo
dan Sulawesi Barat. Angka drop out cakupan DPT1-Campak menurut provinsi dapat dilihat
dalam Lampiran 4.11.
Target tingkat perlindungan imunisasi bayi ditunjukkan dengan cakupan imunisasi
campak karena imunisasi ini merupakan antigen kontak terakhir dari semua imunisasi yang
diberikan kepada bayi. Pada tahun 2006 terdapat enam provinsi tidak mencapai target tingkat
perlindungan program (indikator cakupan campak ≥ 80%) yaitu Banten, Jawa Barat,
Sulawesi Barat, Maluku Utara, Papua dan Irian Jaya Barat. Provinsi dengan cakupan tertinggi
adalah DI Yogyakarta (103,31%), DKI Jakarta (101,71%) dan Jambi (97,96 %); sedangkan
provinsi dengan cakupan terendah adalah Papua (67,80%), Sulawesi Barat (68,29%) dan
Banten (71,60%). Gambaran cakupan imunisasi campak tahun 2006 dapat dilihat pada
Gambar 4.16 berikut. Sedangkan rincian cakupan imunisasi bayi untuk masing-masing jenis
vaksin menurut provinsi selama tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 4.9 dan Lampiran
4.10.

70
GAMBAR 4.16
PERSENTASE PENCAPAIAN IMUNISASI CAMPAK
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) merupakan salah satu kegiatan
imunisasi tambahan yang bertujuan untuk menurunkan jumlah kasus Tetanus Neonatal di
setiap Kabupaten hingga < 1 kasus per 1000 kelahiran hidup pertahun. Pada masa lalu
sasaran kegiatan MNTE adalah calon penganten dan ibu hamil namun pencapaian target agak
lambat, sehingga dilakukan kegiatan akselerasi berupa pemberain TT 5 dosis pada seluruh
Wanita usia subur termasuk ibu hamil (usia 15 – 39 tahun). Untuk cakupan imunisasi TT ibu
hamil pada tahun 2000 – 2006 dapat dilihat pada Gambar 4.17 berikut ini.

GAMBAR 4.17
PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL
TAHUN 2002 – 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Pada kurun waktu 2002-2005 cakupan imunisasi TT-1 dan TT-2 pada ibu hamil
mengalami penurunan namun mengalami sedikit kenaikan pada tahun 2006 3% untuk TT-1
dan 2,4% untuk TT-2 dari tahun 2005 yakni TT-1 (53,6%) dan TT-2 (49,4%) menjadi TT-1
sebesar 56,6% dan TT-2 sebesar 51,8%. Provinsi dengan cakupan TT-2 tertinggi adalah Nusa
Tenggara Barat (87,9%), Lampung (82,4%), dan Kepulauan Bangka Belitung (82,2%);
71
adapun provinsi dengan cakupan terendah adalah Jawa Timur (4,2%), Irian Jaya Barat
(15,0%) dan Papua (21,4%). Gambaran cakupan imunisasi TT-2 pada ibu hamil menurut
provinsi tahun 2006 dapat dilihat pada Gambar 4.18 sedangkan data selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 4.12.

GAMBAR 4.18
CAKUPAN IMUNISASI TT-2 PADA IBU HAMIL TAHUN 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN DAN PENUNJANG

Salah satu program Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)


2004-2009 adalah upaya kesehatan perorangan yang bertujuan meningkatkan akses,
keterjangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan yang aman melalui sarana pelayanan
kesehatan perorangan (Puskesmas, fasilitas kesehatan, RSU, dll).
Beberapa kegiatan pokok upaya kesehatan perorangan adalah peningkatan pelayanan
kesehatan rujukan, pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin di kelas III di rumah sakit,
dan lain-lain. Berikut adalah uraian singkat tentang pelayan kesehatan rujukan dan penunjang
tersebut.

1. Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit


Upaya kesehatan perorangan dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta
swasta untuk memelihara, meningkatkan kesehatan serta mencegah dan
menyembuhkan/memulihkan kesehatan perorangan. Upaya pelayanan kepada masyarakat
dilakukan secara rawat jalan bagi masyarakat yang mendapat gangguan kesehatan ringan dan
pelayanan rawat inap baik secara langsung maupun melalui rujukan pasien bagi masyarakat
yang mendapatkan gangguan kesehatan sedang hingga berat.

a. Kunjungan Rawat Inap/Rawat Jalan, Pelayanan Unit Darurat dan Rujukan


Sebagian besar sarana pelayanan Puskesmas dipersiapkan untuk memberikan
pelayanan kesehatan dasar bagi kunjungan rawat jalan sedangkan rumah sakit yang

72
dilengkapi berbagai fasilitas di samping memberikan pelayanan pada kasus rujukan untuk
rawat inap juga melayani untuk kunjungan rawat jalan.
Kunjungan pasien rawat inap di rumah sakit tahun 2006 berjumlah 3.116.539 dengan
jumlah hari perawatan 15.317.694, pasien keluar hidup sebesar 96,24% dan 3,76% pasien
keluar mati. Jumlah kunjungan rawat inap terbanyak pada Provinsi Jawa Tengah (549.710),
Jawa Timur (446.662) dan DKI Jakarta (429.209) sedangkan kunjungan rawat inap terkecil
pada Provinsi Maluku Utara (5.470), Irian Jaya Barat (10.011) dan Maluku (10.237).
Persentase pasien keluar hidup tertinggi pada Provinsi Irian Jaya Barat (97,61), Kalimantan
Timur (97,40) dan Maluku (97,07) sedangkan provinsi dengan persentase terkecil adalah
Sumatera Utara (94,52), Kalimantan Tengah (94,88) dan Sumatera Barat (94,98). Rincian
data secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4.13.a
Kunjungan pasien rawat jalan pada tahun 2006 berjumlah 15.058.774 yang terdiri dari
49,37% kunjungan baru dan 50,63% kunjungan lama. Provinsi dengan kunjungan baru
tertinggi adalah Irian Jaya Barat (64,68%), Jambi (62,40) dan Nusa Tenggara Timur
(59,97%) sedangkan provinsi dengan kunjungan baru terendah yaitu DI Yogyakarta
(36,50%), Sulawesi Utara (40,27%) dan Jawa Tengah (40,89%). Untuk kunjungan pasien
dengan gangguan jiwa pada rumah sakit berjumlah 295.820, provinsi dengan kunjungan
tertinggi adalah Jawa Tengah (62.680) sedangkan yang terendah adalah Kepulauan Bangka
(10). Rincian data secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4.13.b
Kunjungan pasien di unit darurat pada rumah sakit umum depkes/pemda pada tahun
2006 sebesar 18,07 % dari seluruh kunjungan rumah sakit dimana 17,15% kunjungan unit
darurat berasal dari pasien rujukan dan 82,85% berasal dari pasien non rujukan. Pada rumah
sakit kelas A dari pasien kunjungan unit darurat sebagian besar berasal dari pasien rujukan
sedangkan rumah sakit kelas B, C dan D terbanyak berasal dari pasien non rujukan. Hal ini
menyebabkan beban ganda bagi rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan rujukan dari
sarana pelananan kesehatan dibawahnya. Kunjungan unit darurat pada rumah sakit umum
dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut.

TABEL 4.1
KUNJUNGAN PELAYANAN UNIT DARURAT PADA RSU DEPKES/PEMDA
MENURUT KELAS DI INDONESIA TAHUN 2006

Kelas RSU Jumlah Kunjungan Unit Pasien Rujukan Pasien Non Rujukan
Pengunjung Darurat
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Kelas A 982.733 113.126 11,51 59.808 52,87 53.318 47,13
Kelas B 4.940.539 867.834 17,57 113.859 13,12 753.975 86,88
Kelas C 4.283.317 834.265 19,48 142.699 17,10 691.566 82,90
Kelas D 333.151 89.204 26,78 10.188 11,42 79.016 88,58
Total 10.539.740 1.904.429 18,07 326.554 17,15 1.577.875 82,85
Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes

Pelayanan pasien di unit darurat rumah sakit meliputi dirawat, dirujuk, dipulangkan
dan mati. Pasien yang datang di unit gawat darurat 55,30% terus dirawat, 1,79% di rujuk ke
rumah sakit lain, 41,91% dipulangkan setelah diberi pelayanan dan hanya 1,00% yang
meninggal. Dilihat dari pencapaian tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pelayanan
di rumah sakit masih banyak melayani pasien yang seharusnya ditangani oleh tingkat

73
pelayanan pertama (puskesmas, praktek dokter, balai pengobatan, dll). Pelayanan unit darurat
pada rumah sakit umum Depkes/Pemda dapat dilihat pada Gambar 4.19 berikut.

GAMBAR 4.19
PELAYANAN UNIT DARURAT PADA RUMAH SAKIT UMUM
DEPKES/PEMDA TAHUN 2006

Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes

Kegiatan rujukan pada rumah sakit umum pada tahun 2006 terdiri dari rujukan dari
bawah (berasal dari Puskesmas, RS lain, fasilitas kesehatan) sebesar 12,4% mengalami
peningkatan dari tahun 2005 (7,8%). Persentase tertinggi rujukan dari bawah pada RSU
Depkes (31,6) dan RSU Pemerintah Kabupaten/Kota (22,5) sedangkan persentase terendah di
RSU Pemerintah Provinsi (1,0) dan RSU Departemen Lain/BUMN (1,1). Untuk pasien yang
dirujuk ke atas tahun 2006 sebesar 0,80% mengalami peningkatan dari tahun 2005 (0,28%)
terbanyak diterima oleh RSU Pemerintah Kabupaten/Kota yaitu 1,77% dan terendah pada
RSU Departemen Kesehatan (0,02%). Kegiatan rujukan pada RSU menurut kepemilikan
dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut.

TABEL 4.2
KEGIATAN RUJUKAN PADA RUMAH SAKIT UMUM
DIRINCI MENURUT KEPEMILIKAN TAHUN 2006
Kepemilikan RSU Jumlah Rujukan dari Bawah Dirujuk Ke Atas
Pengunjung
Jumlah % Jumlah %
Departemen Kesehatan 1.947.909 616.296 31.6 346 0.02
Pemerintah Provinsi 2.402.170 24.879 1.0 4.628 0.19
Pemerintah Kab/Kota 6.142.700 1.385.019 22.5 108.559 1.77
TNI & POLRI 901.057 102.312 11.4 765 0.08
Departemen Lain/BUMN 1.055.911 11.089 1.1 9.144 0.87
Swasta 6.142.889 162.418 2.6 24.826 0.40
Total 18.592.363 2.302.013 12.4 148.268 0.80
Sumber : Ditjen Bina Yanmedik,Depkes

74
b. Indikator Pelayanan Rumah Sakit
Penilaian tingkat keberhasilan pelayanan di rumah sakit biasanya dilihat dari berbagai
segi yaitu tingkat pemanfaatan sarana, mutu dan tingkat efisiensi pelayanan. Beberapa
indikator standar terkait dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang dipantau antara lain
pemanfaatan tempat tidur (BOR), rata-rata lama hari perawatan (LOS), rata-rata tempat tidur
dipakai (BTO), rata-rata selang waktu pemakaian tempat tidur (TOI), persentase pasien
keluar yang meninggal (GDR) dan persentase pasien keluar yang meninggal <24 jam
perawatan (NDR).
Pada tahun 2003-2004 indikator pelayanan RS masih menjadi satu namun sejak tahun
2005 indikator pelayanan RS sudah dipisah antara RSU dan RS Khusus. Pencapaian indikator
pelayanan kesehatan di RS selama empat tahun terakhir dapat dilihat dalam Gambar 4.20 dan
4.21 berikut ini.

GAMBAR 4.20
PENCAPAIAN INDIKATOR B0R , BTO DAN TOI
RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2003 – 2006

Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI

GAMBAR 4.21
PENCAPAIAN INDIKATOR GDR, NDR, DAN LOS
RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2003 – 2006

75
Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI
Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa pemakaian tempat tidur di rumah
sakit selama empat tahun terakhir cenderung meningkat setiap tahunnya walaupun masih di
bawah angka ideal yang diharapkan (60-85%) berkisar antara 55,2% – 57%, pada tahun 2006
mengalami sedikit peningkatan 0,8% dari tahun 2005 dari 56,2 menjadi 57%. Banyak faktor
yang mempengaruhi angka BOR suatu rumah sakit, di antaranya semakin meningkatnya
jumlah RS dan tempat tidur yang tersedia sedangkan jumlah populasi yang mencari
pelayanan tidak terlalu tinggi.
Persentase pasien keluar meninggal dan meninggal <24 jam (GDR/NDR) selama 3
(tiga) tahun terakhir menurun dengan kisaran antara 39,4 – 47,9 (GDR), 18,1 – 22,8 (NDR).
Tahun 2005 GDR (43), NDR (21) menjadi 39,4(GDR) dan 18 (NDR) pada tahun 2006. Hal
ini menunjukkan bahwa mutu pelayanan di rumah sakit mengalami peningkatan.
Indikator lamanya hari rawatan (LOS) selama empat tahun terakhir cenderung stabil
berkisar 4 hari namun masih di bawah angka ideal (6-9 hari) sedangkan selang waktu dalam
pemakaian tempat tidur (TOI) mengalami penurunan dari tahun sebelumnya menjadi 6 hari
dari 8,6 hari pada tahun 2005 walaupun masih di bawah angka ideal (1-3 hari). Rincian
indikator pelayanan RSU Depkes dan Pemda menurut provinsi tahun 2006 dapat dilihat pada
Lampiran 4.15.

2. Pelayanan Kesehatan Penunjang


Pemeriksaan laboratorium dan radiodiagnostik merupakan pelayanan kesehatan
penunjang dalam menegakkan suatu diagnosa penyakit. Jumlah pemeriksaan laboratorium
pada tahun 2006 rumah sakit umum sebesar 53.372.332 pemeriksaan berasal dari 1.012 RSU
dengan rata-rata 303 pemeriksaan/hari sedikit mengalami peningkatan dari tahun 2005 yaitu
49.758.167 pemeriksaan dan rata-rata 294 pemeriksaan/hari. Persentase pemeriksaan
tertinggi pada RSU Swasta (35,2%) dan RSU Pemerintah Kab/Kota (34,3%) sedangkan RSU
dengan pemeriksaan terendah pada RSU TNI & POLRI (2,8%) dan RSU Departemen
Lain/BUMN (5,1%). Rincian pemeriksaan laboratorium dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut.

TABEL 4.3
KEGIATAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM PADA RSU
MENURUT PEMILIK DI INDONESIA TAHUN 2006

Pemeriksaan Laboratorium % Rata - rata


Pemilik RSU Jumlah Patologi Patologi Jumlah Terhdp Pemeriksaan
RSU Klinik Anatomi Total /Hari/RS
Departemen Kesehatan 13 5.950.369 36.177 5.986.546 11,2 1.425
Pemerintah Provinsi 42 6.058.228 21.733 6.079.961 11,4 579
Pemerintah Kab/Kota 335 18.354.193 20.371 18.374.564 34,3 269
TNI & POLRI 110 1.487.072 3.205 1.490.277 2,8 191
Departemen Lain/BUMN 71 2.734.206 8.984 2.743.190 5,1 241
Swasta 441 18.788.264 81.102 18.869.366 35,2 254
Total 1.012 53.372.332 171.572 53.543.904 100 303
Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes

76
Pemeriksaan radiodiagnostik pada RSU Depkes dan Pemda pada tahun 2006
mengalami penurunan dari tahun 2004 dan 2005 dengan jumlah pemeriksaan 1.541.868 dari
232 RSU. Tahun 2005 pemeriksaan diagnostik berjumlah 1.843.117 berasal dari 255 RSU
sedangkan tahun 2004 berjumlah 1.565.688 berasal dari 254 RSU. Penurunan terjadi
dikarenakan jumlah rumah sakit yang melapor lebih sedikit dari tahun-tahun sebelumnya
padahal tiap tahun terjadi penambahan rumah sakit umum Depkes/pemda, rincian
pemeriksaan dapat dilihat pada Gambar 4.22 dan rincian menurut provinsi dapat dilihat pada
Lampiran 4.16.

GAMBAR 4.22
PEMERIKSAAN RADIODIAGNOSTIK PADA RUMAH SAKIT UMUM
DEPKES/PEMDA TAHUN 2004 – 2005

Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes

3. Pelayanan Kesehatan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi


Masyarakat Miskin (JPK-MM)/ASKESKIN

Program Askeskin adalah program Pemerintah yang sangat strategis dan telah
dilaksanakan sejak 1 Januari 2005. Program ini bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas
masyarakat miskin untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang pada akhirnya akan dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Untuk melaksanakan program ini, Menteri
Kesehatan menunjuk PT Askes (Persero) sebagai penyelenggara program. Melalui program
Askeskin ini masyarakat miskin akan memperoleh kesempatan untuk memperoleh pelayanan
kesehatan di fasilitas kesehatan milik Pemerintah, TNI-POLRI dan swasta yang bekerjasama
dengan PT Askes (Persero).
Dengan keluarnya Surat Keputusan Menkes Nomor 332/Menkes/SK/V/2006 tentang
Pedoman Pelaksanaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin 2006 atau lebih
dikenal dengan Program Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin (Askeskin), merupakan
jaminan kesehatan bagi keluarga kurang mampu di Indonesia. Realisasinya, Program Asuran-
si Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin (Askeskin) sejak tahun 2005 dan 2006 dapat mencakup
60 juta penduduk miskin dan hampir miskin, dibanding tahun 2005 yang hanya mencakup
36,1 juta penduduk miskin.

77
Berdasarkan laporan PT Askes, sampai bulan Desember 2006 terdapat 618 pemberi
pelayanan kesehatan (PPK) yang telah melakukan kerjasama dengan PT Askes dalam
melaksanakan program Askeskin. Persentase PPK menurut jenis penyelenggaranya adalah
RS milik Depkes dan Pemda 72,2% (446 PPK), RS Swasta 21,04% (130 PPK), RS TNI
POLRI 3,07% (19 PPK), Balai Pengobatan Penyakit Paru Provinsi (BP4) 2,59% (16 PPK)
dan Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM)/Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)
1,13% (7 PPK) seperti terlihat pada Gambar 4.23 berikut.

GAMBAR 4.23
PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN (PPK) PROGRAM ASKESKIN
TAHUN 2006

Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes

Jumlah sasaran peserta Askeskin sebanyak 60.000.000 jiwa masyarakat miskin/tidak


mampu di seluruh Indonesia (dapat dilihat dalam Lampiran 4.18). Jumlah kartu Askeskin
yang telah diterbitkan sebanyak 41.527.679 atau baru mencapai 69,21% dari sasaran
program. Sedangkan jumlah kartu yang telah didistribusikan sebanyak 39.488.563 atau baru
mencapai 65,81% dari sasaran program dapat dilihat pada Gambar 4.24 di bawah ini.

GAMBAR 4.24
JUMLAH KARTU ASKESKIN YANG DITERBITKAN
DAN DIDISTRIBUSIKAN TAHUN 2006

Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes

78
Pada tahun 2006 pasien miskin/tidak mampu di rawat jalan berjumlah 3.817.758 dan
rawat inap (Kelas III) berjumlah 1.197.233 dengan sumber dana berasal dari sisa dana PKPS-
BBM 2004 dan Dana Askes 2006, rincian data dapat dilihat pada Tabel 4.4.
TABEL 4.4
JUMLAH PASIEN MISKIN/TIDAK MAMPU
DI RAWAT JALAN DAN RAWAT INAP
DI INDONESIA TAHUN 2006

No Sumber Dana Rawat Jalan Rawat Inap (Kelas III)


1 Sisa Dana PKPS-BBM 2004 25.080 8.305
2 Dana Askes 2006 3.792.678 1.188.928
Total 3.817.758 1.197.233

Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes


Keterangan : PKPS-BBM = Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM

Dana yang tersedia untuk tahun 2006 sebesar Rp. 3,6 Trilyun berasal dari sisa dana
tahun 2005, DIPA Binakesmas dan DIPA Bina Yanmedik ditambah dengan jasa giro dan lain
lain sebesar Rp. 24 Milyar. Dana tersebut dikelola oleh PT Askes (Persero) untuk
pembayaran pelayanan kesehatan mulai dari pelayanan strata I di Puskesmas dan jaringannya
sampai dengan pelayanan strata II – III di Rumah Sakit.
Realisasi penggunaan dana PKPS-BBM - Askeskin untuk pasien miskin/tidak mampu
berjumlah 1,3 trilyun berasal dari sisa dana PKPS-BBM 2004 berjumlah 9,3 milyar dan dana
Askeskin 2006 berjumlah 1,3 trilyun. Rincian data dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut.

TABEL 4.5
REALISASI PENGGUNAAN DANA PKPS BBM 2004 DAN DANA ASKESKIN 2006
UNTUK PASIEN MISKIN/TIDAK MAMPU DI INDONESIA
No Sumber Dana Sisa Dana PKPS-BBM 2004 (Rp) Dana Askeskin 2006 (Rp)
1 Rawat Jalan 1.108.692.978 160.829.968.438
2 Rawat Inap (Kelas III) 8.194.484.794 1.185.615.230.587
Total 9.303.177.772 1.346.445.199.025
T o t a l PKPS-BBM - Askeskin 1.355.748.376.797
Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes
Keterangan : PKPS-BBM = Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM

Program Askeskin dimonitor dan dievaluasi oleh berbagai pihak baik oleh pihak
eksekutif: Kantor Setneg, Kantor Koordinator Kesra, Kantor Sekretariat Wakil Presiden,
Departemen Kesehatan, dll, maupun oleh pihak legislatif DPRRI. Selain itu juga dilakukan
evaluasi oleh pihak LSM, universitas, dll termasuk didalamnya adalah penelitian ilmiah
tentang manfaat program Askeskin. Pemeriksaan atau audit telah dilakukan oleh berbagai
pihak, baik secara internal oleh Satuan Pengawas Internal (SPI), Komite Audit maupun
secara eksternal oleh Inspektorat Jendral Departemen Kesehatan, BPK, dan BPKP. Hasil
audit adalah Wajar Tanpa Pengecualian.

79
4. Penanganan Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif
Lainnya)
Penanganan penyalahgunaan NAPZA pada rumah sakit di Indonesia terdiri dari
kegiatan kuratif, rehabilitatif dan aftercare dengan jenis NAPZA yang dipergunakan adalah
Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya. Tahun 2006 kegiatan kuratif (pengobatan)
penyalahgunaan NAPZA pada rumah sakit berjumlah 119 dengan rincian 45 jenis Narkotika,
42 Psikotropika dan 32 zat adiktif lainnya. Kegiatan rehabilitatif berjumlah 25 terdiri dari 10
Narkotika dan 15 Psikotropika. Sedangkan kegiatan aftercare berjumlah 11 dari Psikotropika.
Kegiatan penanganan penyalahgunaan NAPZA pada rumah sakit tahun 2006 dapat dilihat
pada Gambar 4.25. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.19.

GAMBAR 4.25
KEGIATAN PENANGANAN PENYALAHGUNAAN NAPZA
DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2006

Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes, 2006

Kegiatan penyuluhan di rumah sakit tahun 2006 berjumlah 687.892 dengan metode
penyuluhan berupa pemutaran kaset, ceramah, demonstrasi, pameran, pelatihan dan lain-lain.
Untuk kegiatan penyuluhan P3 Napza berjumlah 4.143 atau 0,6% dari seluruh kegiatan
penyuluhan. Rincian data dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut.
TABEL 4.6
KEGIATAN PENYULUHAN P3 NAPZA
DI RUMAH SAKIT TAHUN 2006

No Kegiatan Seluruh Penyuluhan P3 %


Penyuluhan Napza
1 Pemutaran Kaset 10.349 161 1,6
2 Ceramah 170.375 3.918 2,3
3 Demonstrasi 13.258 5 0,04
4 Pameran 1.858 1 0,05
5 Pelatihan 370.723 12 0,003
6 Lain-lain 121.329 46 0,04
Jumlah 687.892 4.143 0,6
Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes

80
C. PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT

Indonesia menghadapi beban ganda dalam pembangunan kesehatan yaitu


meningkatnya beberapa penyakit menular sementara penyakit tidak menular atau degeneratif
mulai meningkat. Di samping itu telah timbul pula berbagai penyakit baru. Program
pencegahan dan pemberantasan penyakit bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan,
kematian dan kecacatan dari penyakit menular dan mencegah penyebaran serta mengurangi
dampak sosial akibat penyakit sehingga tidak menjadi masalah kesehatan.
Upaya pemberantasan penyakit menular lebih ditekankan pada pelaksanaan surveilans
epidemiologi dengan upaya penemuan penderita secara dini yang ditindaklanjuti dengan
penanganan secara cepat melalui pengobatan penderita. Di samping itu pelayanan lain yang
diberikan adalah upaya pencegahan dengan pemberian imunisasi, upaya pengurangan faktor
risiko melalui kegiatan untuk peningkatan kualitas lingkungan serta peningkatan peran serta
masyarakat dalam upaya pemberantasan penyakit menular yang dilaksanakan melalui
berbagai kegiatan. Uraian singkat berbagai upaya tersebut seperti berikut ini.

1. Pengendalian Penyakit Polio


Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit Polio telah dilakukan melalui
gerakan imunisasi polio. Upaya ini juga ditindaklanjuti dengan kegiatan surveilans
epidemiologi secara aktif terhadap kasus-kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP) kelompok
umur <15 tahun hingga dalam kurun waktu tertentu, untuk mencari kemungkinan adanya
virus polio liar yang berkembang di masyarakat dengan pemeriksaan spesimen tinja dari
kasus AFP yang dijumpai. Berdasarkan kegiatan surveilans AFP pada penduduk <15 tahun
selama tahun 2002 – 2006, secara nasional diperoleh gambaran sebagaimana terlihat pada
Gambar 4.26 berikut.
GAMBAR 4.26
PERSENTASE HASIL PENGIRIMAN SPESIMEN ADEKUAT
DAN NON POLIO AFP RATE TAHUN 2002 – 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Ada 4 strategi dalam upaya pemberantasan polio yaitu 1). Imunisasi yang meliputi
peningkatan imunisasi rutin polio, PIN dan Mop-up, 2). Surveilans AFP, 3). Sertifikasi bebas
polio, dan 4). Pengamanan virus polio di laboratorium.

81
Setiap kasus AFP yang ditemukan dalam kegiatan intensifikasi surveilans, akan
dilakukan pemeriksaan spesimen tinja untuk mengetahui ada tidaknya virus polio liar yang
menyerang masyarakat. Dari gambar di atas menunjukan bahwa persentase spesimen adekuat
yang dikirim untuk pemeriksaan virus Polio menjadi semakin meningkat, dengan demikian
hasil pemeriksaan yang dilakukan menjadi semakin mewakili kondisi di lapangan. Dari hasil
pemeriksaan selama tujuh tahun terakhir (tahun 1998 – 2004) tidak ditemukan adanya infeksi
virus Polio liar pada kasus AFP yang ditemukan. besaran Non Polio AFP Rate selama tahun
1998 – 2004 relatif stabil.
Sampai saat ini, jumlah kumulatif penderita Polio - sejak bulan Maret 2005 sampai
dengan 01 Mei 2006 - adalah sebanyak 349 orang. Yang terdiri dari total polio kasus = 349,
WPV1 Kasus = 303,Type 1 VDPV Kasus = 46, denganTotal infected Kabupaten/kota = 47
dengan Total infected provinsi = 10. Berbagai upaya yang dilakukan Pemerintah untuk
memutuskan rantai penularan Polio merupakan wujud komitmen Bangsa Indonesia sebagai
bagian dari masyarakat dunia berperan membasmi Polio dari muka bumi dan wujud
komitmen Pemerintah dalam membebaskan Balita Indonesia dari penyakit Polio.
Berdasarkan kajian tim assessment, kajian epidemiologis data surveilans AFP serta
ditemukan virus Polio di beberapa provinsi, maka untuk menghentikan penyebaran virus
yang lebih luas, PIN harus dilakukan sesegera mungkin yaitu 30 Agustus 2005 putaran
pertama dan 27 September 2005 untuk putaran kedua. Kemudian 3 putaran lagi dilaksanakan
pada tanggal 30 November 2005, 27 Februari 2006 dan 12 April 2006. Sementara itu,
cakupan hasil Pekan Imunisasi Nasional pada tahun 2005 - 2006 secara nasional dapat dilihat
pada Tabel 4.7 berikut. Persentase hasil PIN 5 putaran menurut provinsi dapat dilihat dalam
Lampiran 4.20.

TABEL 4.7
UPAYA PENANGGULANGAN KLB POLIO
TAHUN 2005-2006

ORI MOP UP MOP UP PIN I PIN II PIN III Sub PIN PIN IV PIN V
I II
Mar ,Apr 30 Mei 28 Juni 30 Agust 27 Sept 30 Nov 30 Jan 27 Feb 12 April
Waktu Mei'
Tahun 2005 Tahun 2006
Jabar Jabar Jabar Nasional Nasional Nasional NAD Nasional Nasional
Banten DKI DKI Sumut
DKI Banten Banten Sumsel

Lokasi Lampung Lampung


Jateng Banten
Jatim Jatim
Sasaran 191.959 6.398.107 6.398.107 23.620.427 23.620.427 23.620.427 4.523.321 23.620.427 23.620.427
(Balita)
Dana Rp.38,4 M Rp.179,5 M Rp.110,3 M Rp.14,5 M Rp 230 M
Sumber BLN + BLN + APBN+APBD BLN + APBN BLN + UNICEF APBN APBN
Dana APBN APBN
Cakupan 97,8% 104.0% 87,7% 95% 97,8% 98,2% 95,8% 98.5% 99.8%
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Catatan : ORI = Outbreak Response Immunization
PIN = Pekan Imunisasi Nasional

82
2. Pengendalian TB-Paru
Upaya pencegahan dan pemberantasan TB-Paru dilakukan dengan pendekatan DOTS
(Directly Observed Treatment Shortcource Chemotherapy) atau pengobatan TB-Paru dengan
pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO). Kegiatan ini meliputi upaya
penemuan penderita dengan pemeriksaan dahak di sarana pelayanan kesehatan yang
ditindaklanjuti dengan paket pengobatan.
Pada tahun 2006 pengembangan program pengendalian penyakit TB dengan strategi
DOTS telah dilaksanakan di seluruh provinsi (33 provinsi), di 432 (98%) dari 440
Kabupaten/Kota yang ada. Secara kuantitatif, DOTS telah dilaksanakan di 7.667 Puskesmas
(97,4%) dari 7.867 Puskesmas. Untuk pelaksanaan DOTS di Balai Pengobatan Penyakit Paru
Paru (BP4)/ Rumah Sakit TBC Paru (RSTP) sudah mencapai 94,7% dari 38 BP4 dan RSTP
sedangkan untuk Rumah Sakit baru 35,7% dari 1278. Dari upaya penemuan penderita TB
selama tahun 2002-2006 ditemukan gambaran kasus sebagaimana terlihat pada Gambar 4.27
berikut.

GAMBAR 4.27
JUMLAH PENDERITA TB BTA+ DAN TB LAIN
TAHUN 2002 – 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Dalam penanganan program, semua penderita TB yang ditemukan ditindaklanjuti


dengan paket-paket pengobatan intensif. Melalui paket pengobatan yang diminum secara
teratur dan lengkap, diharapkan penderita akan dapat disembuhkan dari penyakit TB yang
dideritanya. Namun demikian dalam proses selanjutnya tidak tertutup kemungkinan
terjadinya kegagalan pengobatan akibat dari paket pengobatan yang tidak terselesaikan atau
drop out (DO), terjadinya resistensi obat atau kegagalan dalam penegakan diagnosa di akhir
pengobatan.
Upaya Pemerintah dalam menanggulangi Tuberkulosis (TB), setiap tahun semakin
menunjukkan kemajuan. Hal ini dapat ketahui antara lain dapat dilihat dari angka insiden
kasus menular maupun dari meningkatnya jumlah penderita yang ditemukan dan
disembuhkan setiap tahun. Hingga tahun 2006, pelaksanaan pengendalian Penyakit TBC
sampai tahun 2006 telah dapat menurunkan insiden kasus menular dari 130/100.000
penduduk (WHO-1995) menjadi 104/100.000 penduduk.
Selain dengan angka insiden, keberhasilan program pengendalian TB dapat dengan
melihat beberapa indikator program pengendalian TB yang antara lain angka penemuan kasus

83
(Case Detection Rate) dan angka keberhasilan pengobatan (Success Rate) selama lima tahun
terakhir seperti Gambar 4.28.
GAMBAR 4.28
PENEMUAN KASUS BARU DAN KEBERHASILAN PENGOBATAN
TAHUN 2002 – 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Tingkat kesembuhan dari penderita pasca pengobatan biasanya sangat sulit ditegakkan
oleh karena kendala dari penderita dalam mengeluarkan dahak yang memenuhi persyaratan,
sehingga dalam pemantauan hasil akhir lebih diarahkan pada tingkat kelengkapan pengobatan
atau succes rate (SR). Angka kesembuhan tahun 2005 sebesar 83,06%, provinsi dengan
angka kesembuhan tertinggi adalah Sulawesi utara (92,93), Sumatera Utara (91,79) dan
Sulawesi Tenggara (90,61) sedangkan provinsi dengan angka kesembuhan rendah adalah
Maluku Utara (47,09), Maluku (52,22) dan Kalimantan Timur (61,71). Rincian data secara
lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4.21.
Angka keberhasilan pengobatan adalah angka yang menunjukkan persentase pasien TB
BTA positif yang menyelesaikan pengobatan (baik yang sembuh maupun pengobatan
lengkap) diantara pasien TB BTA positif yang tercatat, sejak tahun 2001 sampai dengan
tahun 2005 telah mencapai target global sebesar 85%. Tahun 2005, 26 provinsi yang telah
mencapai target angka keberhasilan pengobatan, 4 (empat) provinsi yang belum mencapai
target adalah Provinsi Riau (84%), Kalimantan Timur (81%), Papua (81%) dan Maluku
(79%) sedangkan 3 (tiga) provinsi tidak ada data yaitu Irian Jaya Barat, Sulawesi Barat dan
Kepulauan Riau, dapat dilihat pada Gambar 4.29 berikut.

84
GAMBAR 4.29
ANGKA KEBERHASILAN PENGOBATAN PENDERITA BARU
TB BTA POSITIF (SUCCESS RATE) MENURUT PROVINSI
TAHUN 2005

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Angka konversi adalah persentase pasien TB paru BTA positif yang mengalami
konversi menjadi BTA negatif setelah menjalani masa pengobatan intensif. Indikator ini
berguna untuk mengetahui secara cepat kecenderungan keberhasilan pengobatan dan untuk
mengetahui apakah pengawasan langsung menelan obat dilakukan dengan benar. Gambar
4.30 di bawah menunjukkan bahwa pada tahun 2006 secara nasional Indonesia mencapai
85% untuk angka konversi, 26 Provinsi yang telah mencapai target 80% sedangkan yang
belum mencapai target sebanyak 6 provinsi yaitu yaitu Banten (79%), Papua (73%), Maluku
(70%), Nusa Tenggara Timur (68%), Kalimantan Timur (67%) dan Maluku Utara (61%).

85
GAMBAR 4.30
ANGKA KONVERSI PENDERITA BARU TB BTA POSITIF
(CONVERSION RATE) MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

3. Pengendalian Penyakit ISPA


Upaya dalam rangka Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (P2 ISPA)
lebih difokuskan pada upaya penemuan secara dini dan tata laksana kasus yang cepat dan tepat
terhadap penderita Pneumonia balita yang ditemukan. Upaya ini dikembangkan melalui suatu
manajemen terpadu dalam penanganan balita sakit yang datang ke unit pelayanan kesehatan atau
lebih dikenal dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Dengan pendekatan MTBS
semua penderita ISPA langsung ditangani di unit yang menemukan, namun bila kondisi balita
sudah berada dalam Pneumonia berat sedangkan peralatan tidak mencukupi maka penderita
langsung dirujuk ke fasilitas pelayanan yang lebih lengkap.
Target penurunan angka kematian (2/1000) dan kesakitan (4%) karena Pneumonia pada
balita akan dapat dicapai jika 86% kasus Pneumonia pada balita dapat dideteksi dan mendapat
tatalaksana standar. Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun 2005-2009, diharapkan secara bertahap
target tersebut dapat dicapai. Target penemuan penderita pneumonia balita tahun 2005-2009
dapat dilihat pada Gambar 4.31 berikut.

86
GAMBAR 4.31
TARGET PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA BALITA
TAHUN 2005 – 2009

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Dalam kurun waktu lima tahun terakhir hasil penemuan dan pengobatan Pneumonia
dapat dilihat pada Gambar 4.32, yang mana terlihat bahwa cakupan penemuan penderita dari
target (perkiraan penderita) masih relatif rendah. Rincian data cakupan penemuan penderita
menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 4.22.

GAMBAR 4.32
PERSENTASE PENEMUAN DAN PENANGANAN (PENGOBATAN)
KASUS PNEUMONIA PADA BALITA, TAHUN 2002 – 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Tahun 2006 walaupun sudah 100% Provinsi yang melaporkan data cakupan
penemuan penderita pneumonia tetapi baru 3 provinsi yang berhasil mencapai target
yaitu Nusa Tenggara Barat (96,89), Maluku Utara (77,91%) dan Kepulauan Bangka
Belitung (67,67%). Kelengkapan laporan penemuan balita penderita pneumonia tahun
2002-2006 sebagaimana terlihat pada Tabel 4.8 berikut.

87
TABEL 4.8
KELENGKAPAN LAPORAN PENEMUAN BALITA
PENDERITA PNEUMONIA TAHUN 2002 – 2006

Tahun Provinsi Kab./Kota Penderita Kelengkapan


Melapor Melapor Ditemukan Laporan
2002 29 293 549.035 80%
2003 24 323 502.275 34%
2004 23 296 625.611 83%
2005 31 436 600.720 93%
2006 33 442 641.136 100%
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Sedangkan gambaran cakupan penemuan dan penanganan balita Pneumonia dalam


tahun 2006 dapat dilihat dalam Gambar 4.33 berikut.

GAMBAR 4.33
CAKUPAN PENEMUAN BALITA PENDERITA PNEUMONIA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

4. Penanggulangan Penyakit HIV/AIDS dan PMS


Upaya pelayanan kesehatan dalam rangka penanggulangan penyakit HIV/AIDS, di
samping ditujukan pada penanganan penderita yang ditemukan juga diarahkan pada upaya
pencegahan melalui penemuan penderita secara dini yang dilanjutkan dengan kegiatan
konseling.
Upaya penemuan penderita dilakukan melalui skrining HIV/AIDS terhadap darah
donor, pemantauan pada kelompok berisiko penderita Penyakit Menular Seksual (PMS)
seperti Wanita Penjaja Seks (WPS), penyalahguna obat dengan suntikan (IDUs), penghuni
Lapas (Lembaga Pemasyarakatan) atau sesekali dilakukan penelitian pada kelompok berisiko
rendah seperti ibu rumah tangga dan sebagainya. Hasil pelaksanaan surveilans HIV/AIDS
selama lima tahun terakhir menunjukkan peningkatan sebagaimana terlihat dalam Tabel 4.9
berikut.

88
TABEL 4.9
PENEMUAN PENDERITA HIV/AIDS
TAHUN 2002 – 2006

Tahun Pengidap HIV Penderita AIDS Penderita AIDS


Meninggal
Per tahun Kumulatif Per tahun Kumulatif Per tahun Kumulatif
2002 648 2.552 345 1.171 100 379
2003 168 2.720 316 1.487 261 479
2004 649 3.369 1.195 2.682 361 740
2005 875 4.244 2.638 5.321 592 1.332
2006 986 5.230 2.873 8.194 539 1.871

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Rate kumulatif kasus AIDS Nasional sampai dengan 31 Desember 2006 adalah 3,61
per 100.000 penduduk. Rate kumulatif kasus AIDS tertinggi dilaporkan dari Provinsi Papua
(51,42), DKI Jakarta (28,15), Kepulauan Riau (16,94). Dalam perjalanan penyakit dari HIV
positif menjadi AIDS dikenal istilah ”windows periods” yang tidak diketahui dengan pasti
periodisasinya sehingga kelompok ini menjadi sangat potensial dalam menularkan penyakit.
Pada kelompok ini di samping dilakukan pengobatan yang lebih utama adalah dilakukan
konseling untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam ikut aktif mencegah terjadinya
penularan lebih lanjut

5. Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)


Pola perkembangan DBD pada tahun 2006 berbeda dengan pola tahun 2005. Pada
tahun 2005 kasus hampir selalu tinggi setiap bulan dan ada peningkatan kasus pada bulan
Februari, Agustus dan Desember. Sementara di tahun 2006 kasus cenderung menurun setiap
bulannya sampai dengan bulan Oktober namun terjadi sedikit peningkatan pada bulan
November dan Desember. Pada tahun 2006 dari 33 Provinsi 330 Kabupaten/kota yang ada
kasus dengan insidens rate 52,48 per 100.000 penduduk.
Upaya pemberantasan demam berdarah terdiri dari 3 hal yaitu 1) Peningkatan
kegiatan surveilans penyakit dan surveilans vektor, 2) Diagnosis dini dan pengobatan dini, 3)
Peningkatan upaya pemberantasan vektor penular penyakit DBD.
Upaya pemberantasan DBD dititik beratkan pada penggerakan potensi masyarakat
untuk dapat berperan serta dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui 3 M plus
(Menguras, Menutup dan Mengubur) plus menabur larvasida, penyebaran ikan pada tempat
penampungan air serta kegiatan-kegiatan lainnya yang dapat mencegah/memberantas nyamuk
Aedes berkembang biak., Juru Pemantauan Jentik (Jumantik) untuk memantau Angka Bebas
Jentik (ABJ), serta pengenalan gejala DBD dan penanganannya di rumah tangga. Angka
Bebas Jentik (ABJ) sebagai tolok ukur upaya pemberantasan vektor melalui PSN-3M
menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat dalam mencegah DBD. Oleh karena itu
pendekatan pemberantasan DBD yang berwawasan kepedulian masyarakat merupakan salah
satu alternatif pendekatan baru.

89
6. Pengendalian Penyakit Malaria
Malaria sebagai salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat, berdampak kepada penurunan kualitas sumber daya manusia yang dapat
menimbulkan berbagai masalah sosial, ekonomi, bahkan berpengaruh kepada keamanan dan
pertahanan nasional. Penegakan diagnosa penderita secara cepat dan pengobatan yang tepat
merupakan salah satu upaya penting dalam rangka pemberantasan penyakit Malaria di
samping pengendalian vektor potensial.
Terdapat dua model pendekatan dalam upaya penegakan diagnosa penderita, yaitu
wilayah Jawa Bali dilakukan secara aktif (Active Case Detection) oleh Juru Malaria Desa
dengan mendatangi warga yang mengeluh gejala klinis Malaria, sedangkan untuk wilayah
luar Jawa Bali dilakukan secara pasif dengan menunggu pasien datang berobat ke pelayanan
kesehatan. Upaya pengobatan tidak hanya diberikan kepada penderita klinis atau penderita
dengan konfirmasi laboratorium namun juga diberikan pada kelompok tertentu untuk tujuan
profilaksis.
Di Jawa Bali kasus positif malaria menurun secara bermakna dari 64.708 kasus pada
tahun 2002 menjadi 7.186 kasus pada tahun 2006. Jumlah sediaan darah diperiksa, sediaan
darah positif dan positif malaria falsiparum + mix di Jawa-Bali tahun 2002-2006 dapat dilihat
pada Gambar 4.34 di bawah ini.
GAMBAR 4.34
JUMLAH SEDIAAN DARAH DIPERIKSA, SEDIAAN DARAH POSITIF,
POSITIF MALARIA FALSIPARUM+MIX DI JAWA BALI
TAHUN 2002 – 2006

Sumber : Ditjen PP-PL, Depkes

Di luar Jawa Bali pada tahun 2006 jumlah penderita klinis malaria sebesar 1.754.444,
sediaan darah (SD) yang diperiksa sebesar 820.750, dengan SD positif sebesar 340.411
kasus, Malaria Palsifarum + Mix sebesar 157.707 kasus. Jika dibandingkan dengan periode
2002 – 2006 jumlah sediaan darah yang diperiksa dan SD positif relatif meningkat karena
kegiatan intensifikasi di wilayah timur dengan Mass Blood Survei (MBS). Secara rinci dapat
dilihat pada Gambar 4.35 berikut ini.

90
GAMBAR 4.35
JUMLAH PENDERITA KLINIS, SEDIAAN DARAH DIPERIKSA,
SEDIAAN DARAH POSITIF, POSITIF MALARIA FALSIPARUM+MIX
DI LUAR JAWA BALI TAHUN 2002 – 2006

Sumber : Ditjen PP-PL, Depkes

Berdasarkan survei penduduk yang menggunakan cara pencegahan yang efektif untuk
memerangi malaria dengan kelambu pada tahun 2005 diketahui sebesar 1% dan pada tahun
2006 berdasarkan survei yang dilaksanakan di Alor, Sumba Barat, flores timur dan beberapa
kabupaten di wilayah Sumatera rata – rata sebesar 24%. Bila dibandingkan dengan target
yang ingin dicapai maka angka tersebut masih lebih kecil dimana pada tahun 2006 targetnya
adalah sebesar 60%. Target dan realisasi persentase penduduk yang menggunakan cara
pencegahan yang efektif untuk memerangi malaria dapat dilihat pada Gambar 4.36 berikut.

GAMBAR 4.36
PERSENTASE PENDUDUK YANG MENGGUNAKAN
PENCEGAHAN EFEKTIF MEMERANGI MALARIA
TAHUN 2005 – 2006

Sumber : Ditjen PP-PL, Depkes

Tahun 2006 terjadi peningkatan kasus maupun KLB malaria dibeberapa daerah.
Upaya penanggulangan baik dengan pengobatan massal, survei demam, penyemprotan

91
rumah, penyelidikan vektor penyakit dan tindakan lain misalnya pengeringan tempat
perindukan telah dilakukan dengan baik.

7. Pengendalian Penyakit Kusta


Upaya pelayanan terhadap penderita penyakit Kusta antara lain adalah melakukan
penemuan penderita melalui berbagai survei anak sekolah, survei kontak dan pemeriksaan
intensif penderita yang datang ke pelayanan kesehatan dengan keluhan atau kontak dengan
penderita penyakit Kusta.
Semua penderita yang ditemukan langsung diberikan pengobatan paket MDT yang
terdiri atas Rifampicin, Lampren, dan DDS selama kurun waktu tertentu. Sedangkan untuk
penderita yang ditemukan sudah dalam kondisi parah akan dilakukan rehabilitasi melalui
institusi pelayanan kesehatan yang memiliki fasilitas pelayanan lebih lengkap. Hasil dari
berbagai kegiatan penemuan kasus baru penderita Kusta yang dilakukan selama empat tahun
terakhir dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut.

TABEL 4.10
PEMERIKSAAN PENDUDUK, PENEMUAN KASUS BARU ,
PENDERITA CACAT DAN PENDERITA DIOBATI
SECARA NASIONAL TAHUN 2003 S/D 2006
Suspek Suspek Positif Penderita Penderita
Tahun Diperiksa CDR Cacat (%) Diobati
PB MB

2003 163.781 3.594 11.956 7,3 8,0

2004 212.462 3.615 12.957 7,8 8,6 17.519

2005 t.a.d 4.056 15.639 8,9 8,7 t.a.d

2006 t.a.d 3.506 14.415 8.2 7.8 t.a.d


Catatan : MB = Multi Basiller, PB = Pausi Basiller
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Untuk menilai kinerja petugas dalam penemuan kasus, digunakan angka proporsi
cacat tingkat II (cacat akibat kerusakan syaraf dan cacat terlihat). Tingginya proporsi cacat
tingkat II menunjukan keterlambatan dalam penemuan kasus atau dengan kata lain kinerja
petugas yang rendah dalam menemukan kasus serta pengetahuan masyarakat yang rendah.
Sementara untuk mengetahui apakah penularan masih terjadi di masyarakat, perhitungan
yang digunakan adalah proporsi anak di antara kasus baru.
Penderita cacat tingkat II mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, 1.722 (8,7%)
pada tahun 2005 menjadi 1.587 (8,7%) tahun 2006. Proporsi cacat tingkat II dan proporsi
anak di antara kasus baru penyakit Kusta masih di atas indikator program (5%), proporsi
masih relatif stabil. Hal ini berarti penularan masih terjadi di masyarakat dan kasus
ditemukan terlambat sehingga pada saat penemuan penderita sudah mengalami cacat tingkat
II.

8. Pengendalian Penyakit Filaria


Filariasis adalah penyakit menular (Penyakit Kaki Gajah) yang disebabkan oleh
cacing Filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun

92
(kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa
pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. Akibatnya
penderita tidak dapat bekerja secara optimal bahkan hidupnya tergantung kepada orang lain
sehingga menjadi beban keluarga, masyarakat dan negara. Di Indonesia penyakit kaki gajah
tersebar luas hampir di seluruh Provinsi.
Program eliminasi filariasis dilaksanakan atas dasar kesepakatan global WHO tahun
2000 yaitu “The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health
Problem the year 2020”yang merupakan realisasi dari resolusi WHA (World Health
Assembly) pada tahun 1997.
Program Eliminasi ini dilaksanakan melalui dua pilar kegiatan yaitu :
a. Pengobatan massal kepada semua penduduk di kabupaten endemis filariasis
dengan menggunakan DEC 6 mg/kg BB dikombinasikan dengan Albendazole 400
mg sekali setahun selama 5 tahun, guna memutuskan rantai penularan.
b. Tatalaksana kasus klinis filariasis guna mencegah dan mengurangi kecacatan.
Pelaksana (Implementation Unit/IU) dalam program eliminasi filariasis sejak tahun
2005 adalah kabupaten/kota. Artinya satuan wilayah terkecil dalam program ini adalah
kabupaten/kota, baik untuk penentuan endemisitas maupun pengobatan massal. Bila sebuah
kabupaten/kota sudah endemis filariasis, maka sasaran pengobatan massal adalah semua
penduduk di kabupaten/kota tersebut. Semua penduduk harus minum obat, tetapi pengobatan
untuk sementara ditunda bagi : anak berumur < 2 tahun, ibu hamil, orang yang sedang sakit
berat, penderita kronis filariasis yang dalam serangan akut dan balita dengan
marasmus/kwashiorkor. Target dan pencapaian pengobatan massal filariasis tahun 2002-2006
dapat dilihat pada Gambar 4.37 berikut.

GAMBAR 4.37
TARGET DAN PENCAPAIAN PENGOBATAN MASSAL FILARIASIS
TAHUN 2002-2006

Sumber : Ditjen PP-PL, Depkes, 2005

Dari kabupaten/kota yang telah terpetakan endemis filariasis pada tahun 2006, baru
68 kabupaten/kota yang melaksanakan pengobatan massal. Itupun belum semua
kabupaten/kota sasarannya adalah seluruh penduduk, hanya 14 kabupaten/kota yang sasaran
pengobatan massalnya adalah seluruh penduduk, kabupaten/kota tersebut adalah : Alor, Rote
Ndao (Nusa Tenggara Timur), Mentawai (Sumatera Barat), Tanjung Jabung Barat (Jambi),

93
Bangka, Bangka Barat, Bangka Tengah, Bangka Selatan, Kota Pangkal Pinang, Belitung,
Belitung Timur (Bangka Belitung), Bombana, Kolaka Utara (Sulawesi Tenggara), Kuantan
Singingi (Riau) .
Belum semua kabupaten/kota melakukan pengobatan massal dengan sasaran seluruh
penduduknya disebabkan karena masih kurangnya komitmen dari pemerintah daerah tentang
ketersediaan dana operasional yang harus disediakan oleh kabupaten/kota. Oleh karena itu
perlu diupayakan advokasi pada stakeholder di provinsi dan kabupaten/kota. Agar percepatan
pencapaian eliminasi filariasis sesuai target, perlu diupayakan sentralisasi pengobatan massal
filariasis diikuti dengan penyediaan biaya operasional pengobatan massal oleh pemerintah
pusat, seperti halnya pelaksanaan PIN (Pekan Imunisasi Nasional).
Tatalaksana kasus kronis filariasis harus dilakukan pada semua penderita. Tatalaksana
ini bertujuan untuk mencegah atau mengurangi kecacatan penderita dan agar penderita
menjadi mandiri dalam merawat dirinya. Setiap penderita dibuatkan status rekam medis yang
disimpan di Puskesmas, dan mendapatkan kunjungan dari petugas kesehatan minimal 3 kali
dalam setahun. Target dan pencapaian penatalaksanaan kasus kronis filariasis tahun 2004-
2006 dapat dilihat pada Gambar 4.38 berikut.

GAMBAR 4.38
TARGET DAN PENCAPAIAN PENATALAKSANAAN
KASUS KRONIS FILARIASIS TAHUN 2004-2006

Sumber : Ditjen PP-PL, Depkes, 2005

Penatalaksanaan kasus kronis filariasis merupakan kewajiban dari kabupaten/kota.


Sampai tahun 2006 belum optimal, hal ini merupakan masalah dalam penatalaksanaan kasus
kronis filariasis. Diharapkan pada tahun-tahun selanjutnya kasus kronis filariasis yang ditata
laksana dapat meningkat sebagaimana yang ditargetkan yaitu 90% pada tahun 2007, 2008
dan 2009.

9. Pengendalian Penyakit Antraks


Anthraks adalah penyakit hewan yang dapat menular ke manusia dan bersifat akut.
Penyebabnya bakteri Bacillus anthracis, bakteri ini bersifat aerob, memerlukan oksigen untuk
hidup. Di alam bebas bakteri ini membentuk spora yang tahan puluhan tahun dalam tanah dan
bisa menjadi sumber penularan pada hewan dan manusia. Kasus di Bogor tejadi karena spora
terbawa banjir. Hewan tertular akibat makan spora yang menempel pada tanaman yang

94
dimakan. Hewan yang mati akibat anthrax harus langsung dikubur atau dibakar, tidak boleh
dilukai supaya bakteri tidak menyebar.
Penularan pada manusia bisa lewat kontak langsung spora yang ada di tanah,
tanaman, maupun bahan dari hewan sakit (kulit, daging, tulang atau darah). Mengkonsumsi
produk hewan yang kena anthraks atau melalui udara yang mengandung spora, misalnya,
pada pekerja di pabrik wool atau kulit binatang. Karenanya ada empat tipe anthraks, yaitu
anthraks kulit, pencernaan/anthraks usus, pernapasan/anthraks paru dan anthraks otak.
Anthraks otak terjadi jika bakteri terbawa darah masuk ke otak. Situasi antraks pada manusia
di Indonesia tahun 2002 – 2006 dapat dilihat pada Gambar 4.39 berikut.

GAMBAR 4.39
SITUASI ANTRAKS PADA MANUSIA DI INDONESIA
TAHUN 2002 – 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Untuk mencegah tertular anthraks dianjurkan untuk membeli daging dari tempat
pemotongan resmi, memasak daging secara matang untuk mematikan kuman, serta mencuci
tangan sebelum makan. Pemerintah menyediakan obat untuk anthraks di seluruh kabupaten
endemis anthraks, memberikan pelatihan surveilans dan diagnosis klinis serta laboratorium di
empat provinsi endemis, mendistribusikan poster, leaflet, dan buku petunjuk penanganan
anthraks. Serta melakukan kerja sama lintas sektoral dalam pemberantasan anthraks dan
langkah penanggulangan lain.

10. Pengendalian Penyakit Flu Burung


Penyakit influenza pada unggas (Avian Influenza /AI) yang saat ini kita kenal dengan
sebutan flu burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dari Family
Orthomyxomiridae. Virus ini dapat menimbulkan gejala penyakit pernafasan pada unggas,
mulai dari yang ringan (Low pathogenic) sampai pada yang bersifat fatal (highly pathogenic).
Penyakit unggas di Indonesia terdiri dari virus sebanyak 12 jenis diantaranya AI, bakteri 3
jenis, dan parasit 1 jenis. Virus AI dibagi ke dalam subtipe berdasarkan permukaan
Hemaglutinin (HA) dan Neoraminidase (NA) ada 15 subtipe HA dan 9 jenis NA.
Virus Influenza ada tiga tipe, yaitu tipe A (pada unggas) , tipe B dan C (pada
manusia). Influenza tipe A terdiri dari beberapa strain, antara lain H1N1, H3N2, H5N1 dan
lain-lain. Influenza A (H5N1) merupakan penyebab wabah flu burung yang sangat
mematikan di Hongkong, Vietnam, Thailand, Indonesia dan Jepang. Di Indonesia, Virus
95
Influenza tipe A subtipe H5N1 tersebut diatas menyerang ternak ayam sejak bulan Oktober
2003 sampai dengan Februari 2005 akibatnya 14,7 juta ayam mati.Sementara penyebaran
virus tersebut pada manusia di Indonesia sejak bulan Juli tahun 2005.
Pada tahun 2006 daerah tertular AI pada unggas adalah di 30 provinsi dan 241
kabupaten/kota di Indonesia. Sedangkan pada manusia kasus konfirm AI dilaporkan di 10
provinsi. Sampai dengan akhir tahun 2006 dilaporkan sebanyak 9 kasus klaster AI, dari
Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat dan
Jawa Timur.
Berikut adalah gambaran mengenai kasus flu burung pada manusia sejak tahun 2005 –
2006.

TABEL 4.11
KASUS FLU BURUNG PADA MANUSIA DI INDONESIA
TAHUN 2005 – 2006

NO. PROVINSI 2005 2006


K M CFR % K M CFR %
1. Banten 5 4 80,0 4 4 100,0
2. DKI Jakarta 8 7 87,5 11 10 90,9
3. Lampung 3 0 0,0 0 0 0,0
4. Jawa Barat 3 2 66,7 22 18 81,8
5. Jawa Tengah 1 0 0,0 3 3 100,0
6. Sumatera Utara 0 0 0,0 7 6 85,7
7. Jawa Timur 0 0 0,0 5 3 60,0
8. Sumatera Barat 0 0 0,0 2 0 0,0
9. Sulawesi Selatan 0 0 0,0 1 1 100,0
10. Sumatera Selatan 0 0 0,0 0 0 0,0
Total 20 13 65,0 55 45 81,8
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Upaya pencegahan penularan tentu saja dilakukan dengan cara menghindari bahan
yang terkontaminasi tinja dan sekret unggas, dengan beberapa tindakan seperti:
− Mencuci tangan dengan sabun cair pada air yang mengalir sebelum dan sesudah
melakukan suatu pekerjaan
− Melaksanakan kebersihan lingkungan
− Melakukan kebersihan diri
− Tiap orang yang berhubungan dengan bahan yang berasal dari saluran cerna unggas harus
menggunakan pelindung (masker, kacamata khusus)
− Bahan yang berasal dari saluran cerna unggas, seperti tinja harus ditata laksana dengan
baik (ditanam atau dibakar) agar tidak menjadi sumber penularan bagi orang di
sekitarnya
− Alat-alat yang digunakan dalam peternakan harus dicuci dengan desinfektan
− Kandang dan tinja tidak boleh dikeluarkan dari lokasi peternakan
− Mengkonsumsi daging ayam yang telah dimasak dengan suhu 800 derajad celcius selama
satu menit, telur unggas dipanaskan dengan suhu 640 derajad celcius selama lima menit

96
11. Surveilans Vektor
Surveilans vektor dilakukan melalui kegiatan pemantauan jentik oleh petugas
kesehatan maupun juru/kader pemantau jentik (jumantik/kamantik). Pengembangan sistem
surveilans vektor secara berkala perlu terus dilakukan terutama dalam kaitannya dengan
perubahan iklim dan pola penyebaran kasus.

a. Vektor DBD dan Chikungunya


Vektor yang berperan dalam penularan DBD dan Chikungunya adalah nyamuk Aedes
aegypti dan vektor potensialnya nyamuk Aedes albopictus. Penyebaran penyakit Demam
Berdarah Dengue sudah menyeluruh hingga ke kecamatan/desa.
Jentik Aedes aegypti banyak ditemukan di bak mandi, drum, tempat penampungan air
dispenser, tempat penampungan air refrigerator, ban bekas , vas bunga, talang rumah, kolam
ikan hias yang terbengkalai/ tidak digunakan lagi, sedangkan untuk larva Aedes albopictus
lebih banyak ditemukan di luar rumah seperti pada ketiak pohon, lubang-lubang pohon,
potongan banbu dan pada berbagai barang-barang bekas yang berada di luar rumah.
Dari informasi petugas entomologi di wilayah Nusa Tenggara Timur ada indikasi
telah terjadi perubahan perilaku menggigit nyamuk Aedes yang biasanya hanya menggigit
pada siang hari sekarang nyamuk tersebut juga menggigit pada malam hari, hal ini perlu
dilakukan pengamatan lebih lanjut untuk memastikan kebenaranya.
Sejak tahun 2004 sampai dengan 2006 data angka bebas jentik tidak dilaporkan oleh
daerah, dikarenakan program Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) di daerah belum menjadi
prioritas program. Selain kegiatan surveilans vektor yang dilakukan oleh daerah melalui
kegiatan PJB, petugas Pusat melakukan kegiatan survai jentik dalam bentuk evaluasi PSN
yang dilakukan pada tahun 2004. Kegiatan ini dilakukan di 10 kota yaitu di Kota Bogor,
Denpasar, Jambi, Kendari, Palangkaraya, Mataram, Palu, Pekanbaru, Surabaya dan
Yogyakarta. Rata-rata Angka Bebas Jentik (ABJ) yang diperoleh dari kegiatan itu adalah
79,04%. Keterangan itu menunjukkan bahwa ABJ di 10 kota masih di bawah 95%, hal ini
menjelaskan bahwa partisipasi masyarakat untuk mencegah penyakit DBD dengan cara 3M
di lingkungannya masing-masing belum optimal, sehingga kasus DBD masih sering terjadi
terutama di wilayah-wilayah endemis DBD.

b. Vektor Malaria
Vektor malaria yang telah dikonfirmasi baik melalui pembedahan kelenjar ludah
maupun menggunakan uji elisa pada lima tahun terakhir sebanyak 18 spesies, dengan rincian
10 spesies menggunakan konfirmasi secara konvensional, 5 spesies dengan uji elisa dan
sisanya suspect. Vektor malaria menyebar di seluruh provinsi di Indonesia. Jenis vektor dan
penyebarannya dapat dilihat pada tabel 4.12 dan 4.13 berikut ini :

97
TABEL 4.12
DAFTAR VEKTOR MALARIA DAN TAHUN KONFIRMASINYA DI INDONESIA
DENGAN SEKRESI KELENJAR LUDAH

NO SPESIES WILAYAH TAHUN


1. An. Aconitus Jawa 1982
2. An. Sundaicus Jawa 1979
3. An. Subpictus Jawa 1979
4. An. Barbirostris NTT 1980
5. An. Maculatus Jawa 1982
6. An. Balabacensis Kalsel, Kaltim, Jawa 1981, 1998, 2001
Tengah
7. An. Letifer Kalteng, Bangka 1985
8. An. Punctulatus Papua 1979
9. An. Farauti Papua 1979
10. An. Koliensis Papua 1979
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

TABEL 4.13
DAFTAR VEKTOR MALARIA DAN TAHUN KONFIRMASINYA

DI INDONESIA DENGAN
SPESIES WILAYAH TAHUN
UJI ELISANO
1. An. Vagus NTT 1995
2. An. Kochi Sumatera Utara 1996
3. An.tesselatus Sumatera Utara (Nias) 1995
4. An. Parangensis Sumatera Utara 1995
5. An. Sinensis Nias 1995
6. An. Nigerimus Kalimantan suspect
7. An. Minimus Sulawesi suspect
8. An. Karwari Papua suspect
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

c. Vektor Filaria
Hingga saat ini telah ditemukan (konfirmasi vektor) yang berperan sebagai penular
penyakit filaria dalam 5 tahun terakhir antara lain (lihat Gambar 4.40) terdapat sekurang-
kurangnya 4 spesies Mansonia yang sudah dikonfirmasi sebagai vektor utama dan 1 spesies
Culex sebagai vektor utama tipe urban serta 9 spesies Anopheles yang sudah dikonfirmasi
sebagai vektor utama tipe rural. Konfirmasi vektor filariasis telah dilaksanakan di beberapa
provinsi, dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

98
GAMBAR 4.40
PENYEBARAN VEKTOR DAN PENYAKIT FILARIASIS DI INDONESIA
TAHUN 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

D. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT

Upaya perbaikan gizi masyarakat pada hakikatnya dimaksudkan untuk menangani


permasalahan gizi yang dihadapi masyarakat. Berdasarkan pemantauan yang telah dilakukan
ditemukan beberapa permasalahan gizi yang sering dijumpai pada kelompok masyarakat
adalah kekurangan vitamin A dan anemia gizi besi.

1. Pemberian Kapsul Vitamin A


Upaya perbaikan gizi juga dilakukan pada beberapa sasaran yang diperkirakan banyak
mengalami kekurangan terhadap vitamin A, yang dilakukan melalui pemberian kapsul
vitamin A dosis tinggi pada bayi dan balita yang diberikan sebanyak 2 kali dalam satu tahun
(Februari dan Agustus) dan pada ibu nifas diberikan 1 kali .
Vitamin A adalah salah satu zat gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh yang berguna
untuk meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas) dan kesehatan mata. Anak yang menderita
kurang vitamin A, bila terserang campak, diare atau penyakit infeksi lain, penyakit tersebut
akan bertambah parah dan dapat mengakibatkan kematian. Infeksi akan menghambat
kemampuan tubuh untuk menyerap zat-zat gizi dan pada saat yang sama akan mengikis habis
simpanan vitamin A dalam tubuh. Kekurangan vitamin A untuk jangka waktu lama juga akan
mengkibatkan terjadinya gangguan pada mata, dan bila anak tidak segera mendapat vitamin
A akan mengakibatkan kebutaan.

99
Gambaran pemberian kapsul vitamin A selama tiga tahun terakhir dapat dilihat pada
Gambar 4.41 berikut.

GAMBAR 4.41
PERSENTASE PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A
MENURUT SASARAN TAHUN 2006

Sumber: Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes RI

Persentase cakupan pemberian kapsul vitamin A pada bayi, anak balita, dan ibu nifas
tahun 2006 menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 4.23

3. Pemberian Tablet Besi


Pelayanan pemberian tablet besi dimaksudkan untuk mengatasi kasus Anemia serta
meminimalisasi dampak buruk akibat kekurangan Fe khususnya yang dialami ibu hamil.
Perkembangan cakupan pemberian tablet besi pada ibu hamil (Fe-1 dan Fe-3) pada tahun
2002 – 2006 dapat dilihat pada Gambar 4.42 di bawah ini.

GAMBAR 4.42
PERSENTASE CAKUPAN PEMBERIAN TABLET BESI
PADA IBU HAMIL TAHUN 2002 – 2006

Sumber: Dit.Gizi Masy. dan Dit.Kes.Ibu, Ditjen Binkesmas, Depkes

100
Pada gambar di atas terlihat bahwa tren cakupan pemberian tablet besi (Fe-1 dan Fe-
3) dari tahun 2002 hingga 2004 menunjukkan peningkatan, namun tahun 2005 dan 2006
sedikit mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya. Provinsi dengan cakupan Fe-3
tertinggi adalah Provinsi Kalimantan Selatan (99,75%), Jawa Barat (79%) dan Sumatera
Selatan (77,86%) sedangkan provinsi dengan cakupan Fe-3 terendah yaitu Provinsi
Kepulauan Riau (6,08%), Jawa Tengah (17,93%) dan Jambi (18,68%). Cakupan pemberian
tablet besi (Fe-3) kepada ibu hamil menurut provinsi tahun 2006 dapat dilihat pada Gambar
4.43 di bawah ini dan Lampiran 4.24.

GAMBAR 4.43
CAKUPAN PEMBERIAN TABLET BESI (Fe3) PADA IBU HAMIL
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

Sumber: Dit.Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas, Depkes

E. PELAYANAN KESEHATAN DALAM SITUASI BENCANA

Bencana di Indonesia dapat dikategorikan menjadi 2 macam yaitu bencana


lingkungan hidup dan bencana alam. Bencana lingkungan hidup terjadi akibat dari kerusakan
lingkungan seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, kecelakaan
industri, tumpahan minyak di laut, sedangkan bencana alam terjadi sebagai akibat aktifitas
lapisan/kerak bumi/fenomena alam seperti gempa bumi, gelombang tsunami, letusan gunung
berapi, badai atau angin ribut yang kejadiannya sulit diprediksi.

1. Bencana Lingkungan Hidup


Pada tahun 2006 bencana banjir terjadi di 20 provinsi, 44 kabupaten/kota dengan
jumlah korban meninggal 108 orang, 34.036 orang luka ringan, 2.576 orang luka berat, hilang
79 orang dan 162.064 orang mengungsi. Upaya kesehatan yang dilakukan adalah evakuasi
korban bencana banjir, membentuk pos kesehatan, kesehatan lingkungan, melakukan

101
surveilans terhadap penyakit potensi KLB, memberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas
dan rumah sakit, melakukan droping obat-obatan ke lokasi kejadian dan lain-lain.
Bencana tanah longsor terjadi di 19 provinsi, 19 kabupaten/kota dengan korban
meninggal 123 orang, 30 luka berat, 335 luka ringan dan 2.127 orang mengungsi. Upaya
yang telah diberikan meliputi evakuasi korban, menyiagakan pos kesehatan 24 jam,
melakukan pengamatan dengan surveilans epidemiologi untuk mengantisipasi KLB diare, dll.
Rekapitulasi kejadian bencana tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 4.29.

2. Bencana Alam
Letak Indonesia yang berada di antara tiga lempeng utama dunia yaitu lempeng
Australia, lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik serta berada di posisi Ring of fire
menjadikan Indonesia kerap kali diterpa bencana gempa bumi dan letusan gunung berapi.
Sebelumnya gempa terjadi di Sumatra pada 28 Maret 2005 menewaskan 361 orang serta
gempa bumi dan tsunami di Aceh pada 26 Desember 2004 yang menewaskan 129.498 orang
dan 37.606 lainnya hilang. Pada tahun 2006 bencana alam gempa bumi terjadi di 3 provinsi
dengan korban meninggal 5.788 orang, luka berat 26.506 orang, luka ringan 167.748 orang,
82 orang hilang dan 2.179.156 orang mengungsi.
Gempa bumi Yogyakarta adalah peristiwa gempa bumi tektonik kuat yang
mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 27 Mei 2006 kurang lebih
pukul 05.55 WIB selama 57 detik. Gempa bumi tersebut berkekuatan 5,9 pada skala Richter.
Lokasi gempa menurut Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral
Republik Indonesia terjadi di koordinat 8,007° LS dan 110,286° BT pada kedalaman 17,1
km. Sedangkan menurut BMG, posisi episenter gempa terletak di koordinat 110,31° LS dan
8,26° BT pada kedalaman 33 km. USGS memberikan koordinat 7,977° LS dan 110,318 BT
pada kedalaman 35 km. Hasil yang berbeda tersebut dikarenakan metode dan peralatan yang
digunakan berbeda-beda. Secara umum posisi gempa berada sekitar 25 km selatan-barat daya
Yogyakarta, 115 km selatan Semarang, 145 km selatan-tenggara Pekalongan dan 440 km
timur-tenggara Jakarta. Walaupun hiposenter gempa berada di laut, tetapi tidak
mengakibatkan tsunami.
Gempa juga dapat dirasakan di Solo, Semarang, Purworejo, Kebumen dan Banyumas.
Getaran juga sempat dirasakan sejumlah kota di provinsi Jawa Timur seperti Ngawi, Madiun,
Kediri, Trenggalek, Magetan, Pacitan, Blitar dan Surabaya. Korban tewas menurut laporan
terakhir dari Departemen Sosial Republik Indonesia pada 1 Juni 2006 pukul 07:00 WIB,
berjumlah 6.234 orang dengan rincian: Yogyakarta 165 jiwa, Kulon Progo 26 jiwa, Gunung
Kidul 69 jiwa, Sleman 326 jiwa, Klaten 1.668 jiwa, Magelang 3 jiwa, Boyolali 3 jiwa,
Purworejo 5 jiwa, Sukoharjo 1 jiwa dan korban terbanyak di Bantul 3.968 jiwa. Sementara
korban luka berat sebanyak 33.231 jiwa dan 12.917 lainnya menderita luka ringan.
Kabupaten Bantul merupakan daerah yang paling parah terkena bencana. Informasi
menyebutkan sebanyak 7.057 rumah di daerah ini rubuh.
Upaya yang dilakukan meliputi evakuasi korban, membuka pos kesehatan 24 jam di
lokasi bencana, memberikan pelayanan kesehatan rawat jalan maupun rawat inap di rumah
sakit pemerintah dan swasta; evakuasi 200 pasien yang harus dioperasi ke RS di Jawa Tengah
dan Jawa Timur; bantuan transportasi hercules; di Bantul mendirikan rumah sakit lapangan
untuk rawat inap (60 TT); memberikan bantuan air bersih dan pembuatan jamban; melakukan
imunisasi campak, TT dan pemberian Vitamin A; dan lain-lain.

102
Demikian gambaran singkat mengenai situasi upaya kesehatan di Indonesia sampai
dengan tahun 2006.

***

103
BAB V
SUMBER DAYA KESEHATAN

Gambaran mengenai situasi sumber daya kesehatan dikelompokkan menjadi


sarana kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaan kesehatan, yang dapat dilihat pada
bab ini, adalah sebagai berikut :

A. SARANA KESEHATAN

Pada bagian ini diuraikan tentang sarana kesehatan di antaranya Puskesmas,


rumah sakit, sarana produksi dan distribusi farmasi dan alat kesehatan, sarana Upaya
Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM), dan institusi pendidikan tenaga
kesehatan.

1. Puskesmas
Puskesmas dalam perkembangannya, dari tahun ke tahun diupayakan terus
meningkat yang bertujuan agar pelayanan kesehatan dapat terjangkau oleh masyarakat
dan merata sampai di daerah terpencil. Pada tahun 2006 jumlah puskesmas di seluruh
Indonesia adalah 8.015. Jika dilihat dari tahun 2002 – 2006 terlihat adanya peningkatan.
Peningkatan yang cukup besar (4,51%) pada tahun 2006, sedangkan pada tahun
sebelumnya peningkatannya kecil ( tahun 2005 meningkat 1,57%, tahun 2004 meningkat
1,85%, tahun 2003 meningkat 1,42%).
Dalam periode tahun 2002-2006, rasio Puskesmas terhadap 100.000 penduduk
meningkat dari 3,46 per 100.000 penduduk (tahun 2002) menjadi 3,61 per 100.000
penduduk (tahun 2006).Ini berarti bahwa pada periode tahun itu setiap 100.000 penduduk
dilayani 3- 4 unit Puskesmas. Jumlah Puskesmas dan rasio Puskesmas terhadap 100.000
penduduk pada tahun 2002 – 2006 disajikan pada Gambar 5.1 dan 5.2.
Jumlah puskesmas per 100.000 penduduk pada tahun 2006 secara nasional adalah
3,61 dengan jumlah puskesmas per 100.000 penduduk terendah adalah provinsi Banten
yaitu sebesar 1,92 dan yang paling tinggi adalah provinsi Maluku sebesar 9,83.
Gambaran jumlah Puskesmas per 100.000 penduduk menurut provinsi disajikan pada
Gambar 5.3. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.1 dan Lampiran 5.2.

104
GAMBAR 5.1 GAMBAR 5.2
JUMLAH PUSKESMAS RASIO PUSKESMAS PER 100.000 PENDUDUK
TAHUN 2002-2006 TAHUN 2002-2006

Sumber : Ditjen Binkesmas, Depkes RI

GAMBAR 5.3
RASIO PUSKESMAS PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2006

Sumber : Ditjen Binkesmas, Depkes RI, 2007

Sementara itu, bila dibandingkan dengan konsep wilayah kerja Puskesmas,


dimana sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000
penduduk, maka jumlah Puskesmas per 30.000 penduduk pada tahun 2002-2006 rata-rata
1 unit. Ini berarti bahwa secara nasional puskesmas diharapkan sudah dapat menjangkau
penduduk sasaran di wilayah kerjanya.
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas, sejak
Pelita III sejumlah Puskesmas telah ditingkatkan menjadi Puskesmas dengan tempat
perawatan. Puskesmas Perawatan ini berlokasi jauh dari rumah sakit, di jalur-jalur jalan
raya yang rawan kecelakaan, serta di wilayah atau pulau-pulau yang terpencil. Pada tahun
2002 – 2006 perkembangan jumlah Puskesmas Perawatan cenderung bertambah, kecuali
pada tahun 2003 turun sebesar 0,10%, pertambahan yang paling besar pada tahun 2006
(20.22%), 2002 (5,94%), tahun 2004 (4,47%) dan tahun 2005 (3,33%). Perkembangan
jumlah Puskesmas dan Puskesmas Perawatan pada tahun 2000 – 2006 disajikan pada
Gambar 5.6 berikut ini, sedangkan jumlah menurut provinsi disajikan pada Lampiran 5.3.

105
GAMBAR 5.6
JUMLAH PUSKESMAS DAN PUSKESMAS PERAWATAN
TAHUN 2002 – 2006

Sumber: Ditjen Binkesmas, Depkes RI

Sementara itu, jumlah Puskesmas Keliling kendaraan bermotor roda empat


(R4/mobil) pada tahun 2002-2006 terjadi peningkatan . Pada tahun 2003 terjadi kenaikan
3,3%, 2004 naik 4,08%, pada tahun 2005 naik lagi sebesar 3,6% dan pada tahun 2006
naik 14,6%.
Untuk Puskesmas Keliling perahu bermotor (PB) dari tahun 2002-2004 terjadi
kenaikan, sedangkan pada tahun 2005 – 2006 terjadi penurunan. Untuk tahun 2005
turun sebesar 26,6% dan tahun 2006 turun lagi sebesar 7,3% dari tahun 2005. Jumlah
Puskesmas Keliling dan rasionya terhadap Puskesmas pada tahun 2002 – 2006 disajikan
pada Gambar 5.7 berikut ini, sedangkan jumlah dan rasionya menurut provinsi disajikan
pada Lampiran 5.4.

GAMBAR 5.7
JUMLAH PUSKESMAS KELILING
DAN RASIONYA TERHADAP PUSKESMAS
TAHUN 2002 – 2006

Sumber: Ditjen Binkesmas, Depkes RI

106
2. Rumah Sakit

Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana rumah sakit antara
lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan
jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya serta rasionya terhadap jumlah penduduk.
Pada tahun 2002 – 2006, perkembangan jumlah rumah sakit (umum dan khusus) di
Indonesia terus meningkat. Peningkatannya berkisar 1% – 2%. Peningkatan yang paling
tinggi pada tahun 2006 bertambah 1,89%, tahun 2005 bertambah 1,77% , sedangkan
peningkatan terendah pada tahun 2004 hanya bertambah 0,97%, tahun 2003 bertambah
1,56% dan. Perkembangan jumlah rumah sakit (umum dan khusus) di Indonesia tahun
2002 – 2006 disajikan pada Tabel 5.1 di bawah ini, sedangkan jumlahnya menurut provinsi
dapat dilihat pada Lampiran 5.5.

TABEL 5.1
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT (UMUM & KHUSUS)
DI INDONESIA TAHUN 2002 – 2006

No Pengelola/Kepemilika 2002 2003 2004 2005 2006


. n
1 Departemen Kesehatan 31 31 31 31 31
2 Pemerintah 389 396 404 421 433
Provinsi/Kab/Kota
4 TNI/POLRI 112 112 112 112 112
5 BUMN/Departemen 78 78 78 78 78
Lain
6 Swasta 605 617 621 626 638
Jumlah 1.215 1.234 1.246 1.268 1.292
Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI

Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan terhadap fasilitas pelayanan kesehatan,


jumlah rumah sakit umum (pemerintah dan swasta) pada periode tahun 2002 – 2006 juga
cenderung meningkat yang dapat dilihat pada Gambar 5.8. Bila dilihat berdasarkan
kepemilikannya, jumlah rumah sakit umum milik pemerintah yang mencakup milik
Departemen Kesehatan, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, TNI/POLRI,
dan Departemen Lain/BUMN bertambah 8,56% dengan kenaikan yang paling besar pada
tahun 2005 (bertambah 3,14%), sedangkan jumlah rumah sakit umum milik swasta naik
sebesar 3,28% dengan kenaikan yang paling besar pada tahun 2003 (bertambah 1,17%).
Jumlah rumah sakit umum di Indonesia tahun 2006 menurut provinsi dan pengelolanya
dapat dilihat pada Lampiran 5.6.

107
GAMBAR 5.8
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM
TAHUN 2002 – 2006

Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI

Berdasarkan kelasnya RSU Depkes dan Pemda sampai pada tahun 2005, rumah
sakit kelas A hanya terdapat di 6 provinsi (18,75%) yaitu Sumatera Utara, DKI Jakarta,
Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.Untuk RSU kelas B
terdapat di 27 provinsi (84,37%), RSU kelas C terdapat pada semua provinsi dan RSU
kelas D terdapat di 25 provinsi (78,12%) yang dapat dilihat pada lampiran 5.7
Selain jumlah rumah sakit, untuk menggambarkan ketersediaan sarana pelayanan
kesehatan perlu pula disajikan data jumlah tempat tidur rumah sakit. Pada tahun 2002-
2006 ada kenaikan jumlah tempat tidur rumah sakit (umum dan khusus) yang secara
ringkat dapat dilihat pada Gambar 5.10 di bawah ini, tetapi gambaran yang lebih rinci
dapat dilihat pada Lampiran 5.8 dan Lampiran 5.9.

GAMBAR 5.10
PERKEMBANGAN JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT
TAHUN 2002-2006

Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI

Selanjutnya, untuk menggambarkan cakupan ketersediaan sarana pelayanan


kesehatan berikut ini disajikan rasio tempat tidur rumah sakit per 100.000 penduduk yang
dihitung berdasarkan jumlah keseluruhan tempat tidur baik rumah sakit umum maupun
rumah sakit khusus. Pada tahun 2002 – 2006, rasio tempat tidur rumah sakit per 100.000
penduduk relatif berkisar antara 61 – 62 per 100.000 penduduk . Jumlah tempat tidur

108
rumah sakit dan rasionya per 100.000 penduduk pada tahun 2000 – 2006 disajikan pada
Gambar 5.11 di bawah ini.

GAMBAR 5.11
JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT DAN
RASIONYA PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2002 – 2006

Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI

3. Sarana Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat


Kesehatan
Salah satu indikator penting untuk menggambarkan ketersediaan sarana pelayanan
kesehatan adalah jumlah sarana produksi dan distribusi sediaan farmasi dan alat
kesehatan. Jumlah sarana produksi dan distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan dari
tahun ke tahun cenderung meningkat. Jumlah sarana produksi sediaan farmasi dan alat
kesehatan menurut jenis tahun 2002-2006 disajikan pada Gambar 5.12 di bawah ini,
sedangkan jumlahnya menurut provinsi pada tahun 2002 – 2006 dapat dilihat pada
Lampiran 5.10.
GAMBAR 5.12
JUMLAH SARANA PRODUKSI SEDIAAN FARMASI
DAN ALAT KESEHATAN MENURUT JENIS
TAHUN 2002-2006

Sumber: Ditjen POM dan Ditjen Yanfar-Alkes, Depkes RI

109
Jumlah sarana distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan menurut jenis dari
tahun 2002 – 2006 disajikan pada Gambar 5.13 di bawah ini, sedangkan jumlahnya
menurut provinsi pada tahun 2002 – 2006 dapat dilihat pada Lampiran 5.11.

GAMBAR 5.13
JUMLAH SARANA DISTRIBUSI SEDIAAN FARMASI DAN
ALAT KESEHATANMENURUT JENIS TAHUN 2002 -2006

Sumber: Ditjen POM dan Ditjen Yanfar-Alkes, Depkes RI

4. Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat

Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat


berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di
masyarakat. Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) di antaranya adalah
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), Polindes (Pondok Bersalin Desa), Toga (Tanaman
Obat Keluarga), POD (Pos Obat Desa), dan sebagainya.
Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal di masyarakat.
Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu kesehatan ibu dan anak,
keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi, dan penanggulangan Diare. Untuk
memantau perkembangannya, Posyandu dikelompokan ke dalam 4 strata, yaitu Posyandu
Pratama, Posyandu Madya, Posyandu Purnama, dan Posyandu Mandiri. Pada tahun 2006
jumlah Posyandu sebanyak 269.202 buah. Jumlah Posyandu ini menurun dari tahun-tahun
sebelumnya, seperti terlihat pada Gambar 5.15 berikut ini.

110
GAMBAR 5.15
JUMLAH POSYANDU DI INDONESIA
TAHUN 2002-2006

Sumber: Ditjen Binkesmas, Depkes RI

Rasio Posyandu terhadap desa/kelurahan adalah 3,85 atau rata-rata pada tiap
desa/kelurahan terdapat 4 Posyandu. Rasio Posyandu terhadap desa/kelurahan terbesar
adalah Sulawesi Barat (15,84), DKI Jakarta (14,55) dan Jawa Barat (7,47). Sedangkan
rasio terkecil di NAD (0,93), Maluku (1,31) dan Papua (1,34) yang dapa dilihat pada
lampiran 5.12.
Polindes merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam rangka
mendekatkan pelayanan kebidanan, melalui penyediaan tempat pertolongan persalinan
dan pelayanan kesehatan ibu dan anak, termasuk Keluarga Berencana. Polindes ini juga
dikelompokkan ke dalam 4 strata atau tingkat perkembangannya yaitu Polindes Pratama,
Polindes Madya, Polindes Purnama, dan Polindes Mandiri. Pada tahun 2006, jumlah
Polindes sebanyak 25.754 buah. Rasio Polindes terhadap desa/kelurahan adalah 0,37.
Rasio Polindes terhadap desa/kelurahan terbesar adalah di Kepulauan Riau (0,91), DKI
Jakarta (0,75) dan Gorontalo (0,63). Sedangkan rasio terkecil di Provinsi Jambi (0,06),
Banten (0,10) dan Sumatera Utara (0,12). (Lampiran 5.12)
Pos Obat Desa dikelompokkan ke dalam 4 strata atau tingkat perkembangannya
yaitu Pos Obat Desa Pratama, Madya, Purnama, dan Mandiri. Pada tahun 2006, jumlah
Pos Obat Desa sebanyak 9.598 buah. Rasio POD terhadap desa/kelurahan adalah 0,14.
Rasio POD terhadap desa/kelurahan terbesar adalah di Sumatera Barat (0,42), Nusa
Tenggara Barat (0,28) dan Kalimantan Selatan (0,27). Sedangkan rasio terkecil di Jawa
Timur ( 0,02), Kepulauan Riau (0,03) dan Kalimantan Tengah (0,03). Data selengkapnya
mengenai Sarana UKBM tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 5.12.

5. Pos Kesehatan Desa ( Poskesdes)


Salah satu kriteria desa siaga adalah memiliki minimal satu poskesdes. Tenaga poskesdes
minimal 1 (satu) orang bidan dan 2 (dua) orang kader. Pada tahun 2006 jumlah
poskesdes adalah 12.942 yang dapat dilihat pada lampiran 5.1.

6. Desa Siaga
Desa siaga adalah salah satu pendukung membuat masyarakat yang mandiri untuk
hidup sehat. Jumlah desa siaga tahun 2006 adalah 12.300 sesuai dengan tabel 5.2.
Sedangkan target Departemen Kesehatan untuk tahun 2006 desa siaga 12.000 desa. Ini
berarti target Departemen Kesehatan untuk desa siaga sudah tercapai.

111
TABEL 5.2
JUMLAH DESA SIAGA
TAHUN 2006

No Provinsi Jumlah Desa Siaga


1 Nanggroe Aceh Darrusalam 250
2 Sumatera Utara 500
3 Lampung 200
4 Sumatera Barat 200
5 Bengkulu 150
6 Jawa Barat 1.000
7 Jawa Tengah 4.300
8 Jawa Timur 5.000
9 Kalimantan Barat 150
10 Kalimantan Tengah 150
11 Sulawesi Tengah 100
12 Sulawesi Selatan 300
Jumlah Keseluruhan 12.300
Sumber: Ditjen Binkesmas, Depkes RI, 2007

7. Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan

Pendidikan tenaga kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan ketersediaan dan


kualitas tenaga kesehatan dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat.
Pendidikan tenaga kesehatan diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta melalui
berbagai institusi pendidikan dan jenjang pendidikan. Dari seluruh institusi pendidikan
tenaga kesehatan (Diknakes) yang ada hanya sebagian yang menjadi tanggung jawab
Departemen Kesehatan dalam koordinasi dan pembinaannya, yang dikelompokkan ke
dalam institusi Politeknik Kesehatan (Poltekkes) dan institusi Diknakes Non Poltekkes.
Perkembangan jumlah institusi Diknakes saat ini semakin pesat, baik jenis
maupun jumlah di masing-masing propinsi. Sampai dengan Desember 2006 jumlah
institusi Diknakes baik Poltekkes maupun Non Poltekkes sebanyak 890 institusi yang
terdiri dari Poltekkes sebanyak 205 jurusan/program dan Non Poltekkes yang ada
diseluruh Indonesia sebanyak 685 institusi. Perkembangan jumlah masing – masing jenis
institusi Diknakes Poltakes dan Non Poltakes dapat dilihat pada gambar 5.16 dan 5.17.

112
GAMBAR 5.16
PERKEMBANGAN JUMLAH DAN JENIS POLTAKES DI INDONESIA
TAHUN 2004 – 2006

Sumber : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan

GAMBAR 5.17
PERKEMBANGAN JUMLAH DAN JENIS NON POLTAKES DI INDONESIA
TAHUN 2004 - 2006

Sumber : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan

Dari 205 jurusan Poltekkes yang diselenggarakan, jurusan terbanyak adalah


jurusan Keperawatan (32,7%) dan Kebidanan (23,4%), selebihnya adalah Gizi (11,7%),
Kesehatan Lingkungan (9,8%), Kesehatan Gigi (8,8%), Analis Kesehatan (5,9%),
Farmasi (2,90%), Teknik Elektro Medik (1,0%), Teknik Radio Diagnostik (1,0%),
Fisioterapi (1,0%), Teknik Gigi (0,5%), Analis Farmasi dan Makanan (0,5%), Okupasi
Terapi (0,5%), dan Ortotik Prostetik (0,5%).
Sementara itu, jumlah institusi di luar Poltekkes pada tahun yang sama sebanyak
685 institusi yang mana terbanyak adalah jurusan Keperawatan (72,7%), sedangkan
selebihnya adalah jurusan Kefarmasian (11,24%), Keteknisian Medis (10,36%),
Kesehatan Masyarakat (1,89%), Keterapian Fisik (2,48%), dan Gizi (1,31%)
Untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi dalam Poltekkes, mulai tahun
2004 Pusdiknakes sudah melakukan akreditasi. Sampai dengan Desember 2006, 181
(88,29%) jurusan Poltekkes telah diakreditas (Lampiran 5.17). Dari akreditas yang sudah
dilakukan, 73 jurusan (40,33%) termasuk dalam strata “A”, 104 jurusan (57,46%)

113
termasuk dalam strata “B” dan 4 jurusan (2,21%) termasuk dalam strata “C”. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar 5.18.
GAMBAR 5.18
PERKEMBANGAN STRATA AKREDITAS JURUSAN POLTEKKES
TAHUN 2004-2006

Sumber : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan

Sedangkan untuk institusi non Poltekkes tahun 2006 , 518 institusi (75,62%)
sudah diakriditas , 24,38% sisanya belum diakreditas. Institusi yang sudah diakreditasi
tersebut 61 (11,78%) termasuk dalam strata “A”, 402 (77,61%) termasuk dalam strata
“B” dan 54 (10,42%) termasuk dalam strata “C”. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar 5.19.

GAMBAR 5.19
PERKEMBANGAN STRATA AKREDITAS INSTITUSI NON POLTEKKES
TAHUN 2004-2006

Sumber : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan

Bila dilihat menurut kepemilikannya, jumlah institusi Diknakes Non Poltekkes


pada tahun 2006 sebanyak 81,17% adalah milik swasta, sedangkan selebihnya adalah
milik Pemerintah Daerah (14,45%), dan TNI/POLRI (4,37%). Jumlah institusi Diknakes
Non Poltekkes milik Pusat mengalami penurunan karena institusi milik pusat bergabung
dengan Poltekkes. Jumlah institusi Diknakes Non Poltekkes menurut jenis jurusan atau
program studi dan status kepemilikan pada tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 5.18
dan 5.20.

114
B. TENAGA KESEHATAN

1. Perencanaan Tenaga Kesehatan

Berdasarkan Renstra Departemen Kesehatan tahun 2005-2009, pada tahun 2010,


ratio tenaga kesehatan per 100000 penduduk berdasarkan kategori, diharapkan mencapai
angka/target sebagai berikut:

TABEL 5.3
RATIO TENAGA KESEHATAN PER 100000 PENDUDUK
TAHUN 2010

No Jenis Tenaga Rasio per 100000 penduduk


1 Dokter Spesialis 9
2 Dokter Umum 30
3 Dokter Gigi 11
4 Perawat 158
5 Bidan 75
6 Perawat Gigi 16
7 Apoteker 9
8 Asisten Apoteker 18
9 Sarjana Kesmas 8
10 Sanitarian 10
11 Gizi 18
12 Keterapian Fisik 4
13 Keteknisan Medis 6
Sumber : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, 2007

Berdasarkan rasio tenaga kesehatan di atas, dengan menggunakan proyeksi


penduduk 2010 diharapkan sampai tahun 2010 kebutuhan tenaga kesehatan dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.

115
GAMBAR 5.20
KEBUTUHAN TENAGA KESEHATAN TAHUN 2010
UNTUK MENCAPAI INDONESIA SEHAT 2010
MENURUT JENIS TENAGA

Sumber : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, 2007

2. Persebaran SDM Kesehatan

Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM kesehatan membuat prediksi tenaga


kesehatan tahun 2006 berdasarkan tenaga kesehatan tahun 2003 ditambahkan dengan
lulusan per tahunnya.

TABEL 5.4.
JUMLAH TENAGA KESEHATAN DAN RASIO TENAGA KESEHATAN
PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2006

No Jenis Tenaga Jumlah Tenaga Rasio per 100000


penduduk
1 Dokter Spesialis 12.374 5,53
2 Dokter Umum 44.564 19,93
3 Dokter Gigi 11.289 5,05
4 Perawat 308.306 137,87
5 Bidan 79.152 35,4
6 Perawat Gigi 8.230 3,68
7 Apoteker 10.207 4,56
8 Asisten Apoteker 39.106 17,49
9 Sarjana Kesmas 9.739 4,36
10 Sanitarian 18.094 8,09
11 Gizi 15.342 6,86
12 Keterapian Fisik 5.290 2,37
13 Keteknisan Medis 10.318 4,61
Sumber : Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM, 2007

116
2.1. SDM Kesehatan di Daerah

SDM kesehatan di daerah terdiri dari SDM Kesehatan yang bertugas di unit
kesehatan (sarana pelayanan dan non pelayanan ) di provinsi dan Kabupaten/Kota denga
status kepegawaian PNS,CPNS,PTT,TNI/POLRI dan swasta yang bekerja di Dinas
Kesehatan Provinsi dan UPT, Dinas Kabupaten/Kota dan UPT, rumah sakit/poliklinik dan
sarana kesehatan lainnya milik pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta dan
TNI/POLRI, pada tahun 2005 sebanyak 320.307 orang yang terdiri dari 279.628 orang
(87,30%) tenaga kesehatan dan 40.679 orang (12,70%) tenaga non kesehatan.
Persebaran SDM Kesehatan Daerah terbanyak berada di provinsi Jawa Timur yaitu
62.467 orang, kemudian Jawa Barat 32.737 orang dan DKI Jakarta 27.001
orang.Sedangkan provinsi dengan jumlah SDM terendah adalah Sulawesi Barat 654
orang, Gorontalo 1.389 orang dan Maluku Utara 1590 orang.
Berdasarkan profesinya dari 279.628 orang tenaga kesehatan, terbanyak adalah
perawat (perawat + S.Keperawatan) 117.989 orang (42,19%) dan Bidan 66.860 orang
(23,91%). Jumlah, persentase tenaga kesehatan dan rasio per 100.000 penduduk menurut
jenisnya disajikan disajikan pada tabel 5.5 di bawah ini.

TABEL 5.5
JUMLAH, PERSENTASE DAN RASIO PER 100.000 PENDUDUK
TENAGA KESEHATAN MENURUT JENISNYA
TAHUN 2005

No Jenis Tenaga Jumlah Tenaga Persentase Rasio per


100000
penduduk
1 Dokter Spesialis 9.717 3,47 4,43
2 Dokter Umum 25.530 9,13 11,66
3 Dokter Gigi 7.767 2,78 3,55
4 Perawat 117.989 42,19 53,91
5 Bidan 66.860 23,91 30,54
6 Apoteker 3.540 1,27 1,62
7 Asisten Apoteker 10.103 3,61 4,61
8 Sarjana Kesmas 6.789 2,43 3,10
9 Sanitarian 12.080 4,32 5,52
10 Gizi 8.226 2,94 3,76
11 Keterapian Fisik 2.618 0,94 1,20
12 Keteknisan 8.409 3,01 3,84
Medis
Sumber : Dinas Kesehatan se Indonesia, melalui pengumpulan data Pusdatin, Depkes RI, Desember 2006

117
Jumlah SDM Kesehatan menurut jenis dan provinsi pada tahun 2005 dapat dilihat
pada lampiran 5.21. Sedangkan gambaran rasio dokter per 100.000 penduduk dapat dilihat
pada gambar 5.21, rasio perawat per 100.000 penduduk pada gambar 5.22 dan rasio bidan
per 100.000 penduduk pada gambar 5.23

GAMBAR 5.21
RASIO DOKTER PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2005

Sumber : Dinas Kesehatan se Indonesia, melalui pengumpulan data Pusdatin, Depkes RI, Desember 2006

GAMBAR 5.22
RASIO PERAWAT PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2005

Sumber : Dinas Kesehatan se Indonesia, melalui pengumpulan data Pusdatin, Depkes RI, Desember 2006

GAMBAR 5.23
RASIO BIDAN PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2005

Sumber : Dinas Kesehatan se Indonesia, melalui pengumpulan data Pusdatin, Depkes RI, Desember 2006

118
2.2. SDM Kesehatan di Rumah Sakit

Berdasarkan laporan Ditjen Bina Yanmedik, jumlah SDM yang bekerja di rumah
sakit tahun 2006 adalah 250.024 orang, terdiri dari 164.302 orang (65,7%) tenaga
kesehatan dan 85.722 orang (34,3%) tenaga non kesehatan. Provinsi dengan jumlah tenaga
kesehatan terbanyak adalah DKI Jakarta (45.671 orang), diikuti Jawa Tengah (35.206
orang) dan Jawa Timur (35.159 orang). Sedangkan provinsi dengan jumlah SDM kesehatan
terendah adalah Gorontalo (309 orang), Maluku Utara (449 orang) dan Bangka Belitung
(792 orang). Berdasarkan profesinya, dari 164.302 tenaga kesehatan, terbanyak adalah
keperawatan 108.334 orang (65,94%) dan medis 26.092 orang (15,88%), yang dapat dilihat
pada Lampiran 5.22.

2.3. SDM Kesehatan di Puskesmas

Jumlah SDM Kesehatan yang bertugas di Puskesmas tahun 2006 adalah 143.502
orang. Jumlah dokter umum yang bekerja di Puskesmas sebanyak 10.763 orang. Dengan
jumlah Puskesmas sebanyak 8.015, maka rata-rata tiap Puskesmas dilayani oleh 1-2 orang
dokter umum. Jumlah dokter gigi yang bekerja di Puskesmas sebanyak 4.296 orang yang
berarti belum semua Puskesmas memiliki dokter gigi. Jumlah perawat sebanyak 52.753
orang sehingga setiap Puskesmas dilayani 6-7 orang perawat. Jumlah bidan sebanyak
52.168 orang sehingga setiap Puskesmas dilayani 6-7 orang bidan. Data selengkapnya
dapat dilihat dalam Lampiran 5.23.

3. SDM Kesehatan Status Pegawai Tidak Tetap

Departemen Kesehatan memiliki 3 jenis tenaga Pegawai Tidak Tetap (PTT) yaitu
Dokter, Dokter Gigi dan Bidan. Sampai dengan Desember 2006 tercatat masih aktif di
lapangan sejumlah 46.343 orang yang terdiri dari 8.896 Dokter Umum, 2.555 Dokter
Gigi dan 34.892 Bidan.
Dokter Umum PTT terbanyak berada pada provinsi Jawa Tengah (1.026
orang/11,53%), sedangkan provinsi dengan Dokter Umum PTT paling sedikit adalah DKI
Jakarta (42 orang/0,47%).
Dokter Gigi PTT terbanyak berada pada provinsi Jawa Timur (301
orang/11,78%), sedangkan provinsi dengan Dokter Gigi PTT paling sedikit adalah
Maluku Utara (5 orang/0,19%).
Bidan PTT terbanyak berada pada provinsi Jawa Tengah (4.599 orang/13,18%),
provinsi dengan Bidan PTT paling sedikit adalah provinsi Papua (4orang/0,01%)
sedangkan provinsi yang tidak memiliki Bidan PTT adalah DKI dan Irian Jaya Barat
yang dapat dilihat pada lampiran 5.24.

119
4. Peserta Didik pada Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan

4.1. Peserta Didik Poltekkes dan Non Poltekkes

Pada tahun ajaran 2006/2007 jumlah peserta didik sebanyak 183.061 orang terdiri
dari peserta didik Poltekkes sebanyak 43.350 orang (23,68%) dan peserta didik non
Poltekkes sebanyak 139.711 orang (76,32%). (Lampiran 5.27 dan Lampiran 5.28)
Bila dilihat dari jenjang pendidikannya, jenjang pendidikan tinggi (JPT) sebanyak
166.786 (91,11%) dan jenjang pendidikan menengah (JPM) sebanyak 16.275 orang
(8,89%). Perkembangan jumlah peserta didik menurut jenjang pendidikan pada tahun
2004 – 2006 dapat dilihat pada Gambar 5.24 di bawah ini.

GAMBAR 5.24
PERKEMBANGAN JUMLAH PESERTA DIDIK POLTEKES DAN NON POLTEKES
MENURUT JENJANG PENDIDIKAN
TAHUN 2004 – 2006

Sumber : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan

4.2. Peserta Didik Program Khusus

Selain peserta didik yang berasal dari jalur umum terdapat peserta didik program
(progsus) yang diselenggarakan oleh institusi Poltekkes dan institusi non Poltekkes
dengan persyaratan institusi/program studi yang telah memenuhi kriteria akreditas strata
B dengan nilai minimal 80. Jumlah peserta didik Progsus tahun 2006 adalah 7.268
dengan Keperawatan (48,21%), Kebidanan (42,95%), Farmasi (2,27%), Analisis
Kesehatan (2,02), Kesehatan Gigi (2,63%), Gizi (1,17%) dan Kesehatan Lingkungan
(0,74%) yang dapat dilihat pada lampiran 5.29. Sedangkan perkembangan progus dari
tahun 2004-2005 dapat dilihat pada tabel 5.6.

120
TABEL 5.6
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK PROGRAM KHUSUS
BERDASARKAN JENIS TENAGA KESEHATAN
TAHUN 2004-2006

NO JENIS PENDIDIKAN TAHUN


2004 2005 2006
1 Keperawatan 4.209 4.333 3.504
2 Kebidana 2.095 2.252 3.122
3 Gizi 160 165 85
4 Kesehatan Gigi 99 125 191
5 Analisis Kesehatan 116 341 147
6 Kesehatan Lingkungan 16 53 54
7 Farmasi 40 165
Total 6.695 7.309 7.268

Sumber : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan

5. Lulusan

Jumlah lulusan Poltekkes dan Non Poltekkes tahun 2006 sebanyak 46.891 orang.
Jumlah tersebut mengalami kenaikan sebesar 8,24% dari tahun 2005, dimana pada
tahun 2005 lulusan Poltekkes dan Non Poltekkes turun sebesar 4,92% dari tahun 2004
yang dapat dilihat dari tabel 5.7.

TABEL 5.7
PERKEMBANGAN JUMLAH LULUSAN POLTEKKES DAN NON POLTEKKES
BERDASARKAN JENIS TENAGA KESEHATAN
TAHUN 2004 – 2006

No JENIS TENAGA JUMLAH LULUSAN


KESEHATAN 2004 2005 2006
1 Keperawatan 33.716 31.179 33.941
2 Kefarmasian 4.143 4.130 5.045
3 Kesehatan Masyarakat 1.923 1.855 1.557
4 Gizi 1.368 1.519 1.415
5 Keterapian Fisik 740 739 858
6 Keteknisan Medis 3.674 3.898 4.075
Total 45.562 43.320 46.891
Sumber : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan

Sebagian besar lulusan tersebut dihasilkan oleh institusi Non Poltekkes yaitu
sebanyak 35.172 lulusan (75,09%) dan sisanya dihasilkan institusi Poltekkes yaitu
sebanyak 11.687 lulusan (24,91%).
Untuk lulusan Non Poltekkes lulusan terbanyak adalah jenis Keperawatan yakni
sebesar 73,02%, jumlah lulusan terbanyak berikutnya berturut-turut adalah jenis
Keteknisian Medis yaitu sebesar 9,20%, Keterapian Fisik sebesar 1,98%, Kesehatan

121
Masyarakat yaitu sebesar 1,52% , Kefarmasian yakni 1,35%, dan yang paling sedikit
dari jenis Gizi yaitu sebesar 0,86% .
Sedangkan untuk lulusan Poltekkes lulusan yang terbanyak adalah jenis
Keperawatan yakni sebesar 70,74, diikuti jenis Gizi (9,53%), Kesehatan Masyarakat
(8,74%), Keteknisan Medis (6,83%), Kefarmasian (2,79%) dan yang paling sedikit
dari jenis Keterapian Fisik (1,37%). (Lampiran 5.30)
Tiga provinsi terbanyak menghasilkan lulusan tenaga kesehatan institusi non
poltekkes pada tahun 2006 adalah provinsi Jawa Tengah (6.159 lulusan), DKI Jakarta
(5.503 lulusan), Jawa timur (5.346 lulusan). Untuk jenis keperawatan dari institusi
non poltekkes lulusan terbanyak dihasilkan oleh Provinsi Jawa Timur sebanyak 3.029
orang, terbanyak berikutnya dihasilkan oleh Provinsi Jawa Tengah yakni 2.930 orang.
Untuk institusi Poltekkes tiga provinsi terbanyak menghasilkan lulusan tenaga
kesehatan adalah Jawa Timur (1.323 lulusan), Jawa Barat (1.172 lulusan) dan DKI
Jakarata (1.101 lulusan). Untuk jenis Keperawatan dari institusi Poltekkes lulusan
terbanyak dihasilkan oleh Provinsi DKI Jakarta yakni 354 orang, terbanyak
berikutnya dihasilkan oleh Provinsi Jawa Timur sebesar 346 orang. Distribusi lulusan
institusi diknakes non poltekkes berdasarkan provinsi dan jenis ketenagaan secara
rinci dapat dilihat pada lampiran 5.31dan 5.32.

6. Peserta Pendidikan dan Pelatihan Pegawai

Pendidikan dan pelatihan dimaksudkan untuk membina profesionalitas pegawai


dalam rangka meningkatkan kualitas tenaga kesehatan. Pelatihan bagi tenaga kesehatan
terdiri atas pelatihan pra/jabatan atau pra/tugas, pelatihan struktural, pelatihan fungsional,
dan pelatihan teknis. Data pelatihan bagi tenaga kesehatan didapat dari laporan kegiatan
Bapelkes dan dari permintaan sertifikat pelatihan ke Pusdiklat. Sedangkan data pelatihan
lainnya yang tidak dilaksanakan di Bapelkes dan sertifikatnya tidak diperoleh melalui
Pusdiklat, tidak tersedia.
Pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan Pusdiklat dan Bapelkes nasional
tahun 2006 yang paling sering adalah jenis diklat teknis (44,81%), diikuti manajemen
kesehatan (32,37%), diklat fungsional (9,13%), pra jabatan (9,13%), dan yang terakhir
diklat pimpinan sebagaimana disajikan dalam gambar 5.25.

GAMBAR 5.25
PROPORSI PELATIHAN YANG DILAKSANAKAN
PUSDIKLATKES DAN BAPELKES NASIONAL
TAHUN 2006

Sumber : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, Depkes RI, 2007

122
C. PEMBIAYAAN KESEHATAN

Pembiayaan kesehatan di Indonesia terdiri dari pembiayaan kesehatan oleh


pemerintah dan pembiayaan kesehatan oleh masyarakat yaitu mengenai pengeluaran
rumah tangga untuk kesehatan dan jaminan pemeliharaan kesehatan.

1. Pembiayaan Kesehatan oleh Pemerintah

Pada periode tahun 2002-2006, jumlah alokasi anggaran Departemen Kesehatan


baik yang dikelolah unit pusat maupun yang didistribusikan untuk seluruh provinsi
meningkat dan dapat dilihat pada Gambar 5.26 di bawah ini. Pada tahun 2003 alokasi
anggaran Departemen Kesehatan meningkat 49,34%, tahun 2004 meningkat 19,81%,
tahun 2005 meningkat cukup besar yaitu 73,34% dan tahun 2006 naik lagi menjadi
43,52%. Sedangkan realisasinya dari tahun 2000-2006 di atas 60% (tahun 2002: 93,74%,
2003: 83,49%, 2004: 84,52%, 2005: 61,09% dan 2006: 80,05%).

GAMBAR 5.26
ALOKASI DAN REALISASI ANGGARAN DEPKES
TAHUN 2002 – 2006

Sumber: Biro Keuangan dan Perlengkapan, Depkes RI

2. Pembiayaan Kesehatan oleh Masyarakat

Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembiayaan kesehatannya,


sejak lama sudah dikembangkan berbagai cara untuk memberikan jaminan kesehatan bagi
masyarakat. Pembiayaan kesehatan masyarakat berdasarkan sumber pembiayaan (non JPK
dan JPK) dari tahun 2002 – 2006, dapat kita lihat dalam Gambar 5.27 yaitu non JPK dari
tahun ke tahun menurun sedangkan JPK dari tahun ke tahun meningkat yang disebabkan
peningkatan kartu sehat dari tahun ke tahun seperti yang terlihat dalam Gambar 5.28.

123
GAMBAR 5.27
PROPORSI PEMBIAYAAN KESEHATAN MASYARAKAT
BERDASARKAN SUMBER PEMBIAYAAN
TAHUN 2002 - 2006

Sumber : Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan

Rincian jumlah dan persentase kepesertaan penduduk dalam jaminan pemeliharaan


kesehatan tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 5.34 dan lampiran 5.35.

GAMBAR 5.28
PERSENTASE KEPESERTAAN PENDUDUK
DALAM JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
TAHUN 2002 – 2006

Sumber: Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan


***

124
BAB VI
PERBANDINGAN INDONESIA DENGAN
NEGARA-NEGARA ASEAN DAN SEARO

Indonesia merupakan salah satu anggota sekaligus pendiri ASEAN (Association of


South East Asian Nations) yaitu organisasi negara-negara di Asia Tenggara yang
beranggotakan 10 negara. ASEAN dibentuk dengan tujuan untuk mengukuhkan kerjasama
negara-negara di Asia Tenggara dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya serta
pertahanan dan keamanan.
Sedangkan berdasarkan pengelompokkan negara menurut WHO, Indonesia termasuk
dalam negara SEARO (South East Asian Region/SEARO) bersama 10 negara lainnya, yaitu
Bangladesh, Bhutan, Korea Utara (Democratic Peoples Republic of Korea/DPR Korea),
India, Maladewa, Myanmar, Nepal, Sri Lanka, Thailand, dan Timor Leste.
Perbandingan antar negara, baik dengan negara-negara ASEAN maupun SEARO,
dilakukan untuk melihat posisi Indonesia terhadap negara-negara lain dalam kawasan yang
sama. Dalam bab ini akan dibahas perbandingan antara Indonesia dengan negara ASEAN dan
SEARO dari aspek kependudukan, derajat kesehatan, dan upaya kesehatan.

A. KEPENDUDUKAN
Informasi tentang penduduk penting diketahui agar pembangunan dapat diarahkan
sesuai kebutuhan penduduk sebagai pelaku pembangunan. Jumlah penduduk yang besar
dapat dipandang sebagai beban sekaligus juga modal dalam pembangunan. Beberapa
indikator yang digunakan untuk mengetahui keadaan penduduk yaitu jumlah penduduk,
kepadatan penduduk, laju pertumbuhan penduduk, angka beban tanggungan, dan angka
kelahiran.

1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk


1.1. Kawasan ASEAN
Berdasarkan data dari “world populations data sheet”, pada pertengahan tahun 2006,
Indonesia adalah negara dengan penduduk terbanyak di antara negara anggota ASEAN
lainnya dengan jumlah penduduk 225,5 juta jiwa. Dengan wilayah negara terluas Indonesia
selalu menempati rangking satu negara dengan jumlah penduduk tertinggi di ASEAN.
Sedangkan Brunei Darussalam memiliki jumlah penduduk paling rendah yaitu 0,4 juta jiwa.
Sementara bila dilihat berdasarkan kepadatan penduduk, Singapura tercatat sebagai
negara yang paling padat yaitu 7.174 penduduk per km2. Angka tersebut jauh di atas negara

125
anggota ASEAN lainnya yang mempunyai kepadatan penduduk di bawah 300 per km2.
Kepadatan penduduk terendah terjadi di Laos yaitu 25 penduduk per km2.
Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk masing-masing negara anggota ASEAN
dapat dilihat pada Gambar 6.1 dan 6.2 berikut.
GAMBAR 6.1 GAMBAR 6.2
JUMLAH PENDUDUK DI NEGARA ANGGOTA ASEAN KEPADATAN PENDUDUK DI NEGARA ANGGOTA ASEAN
TAHUN 2006 (per km2) TAHUN 2006

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006 Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006

1.2. Kawasan SEARO


Jika di kawasan ASEAN, Indonesia menempati peringkat pertama dengan penduduk
terbesar, di kawasan SEARO Indonesia menempati peringkat kedua setelah India. India
merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar di antara negara SEARO bahkan
menduduki peringkat kedua di dunia setelah China dengan jumlah penduduk 1.121,8 juta
jiwa. Sedangkan 9 negara lainnya berpenduduk kurang dari 100 juta jiwa, bahkan jumlah
penduduk di Maladewa dan Bhutan masing-masing 0,3 juta dan 0,9 juta jiwa dan merupakan
negara dengan jumlah penduduk terkecil di kawasan SEARO.
Walaupun memiliki jumlah penduduk terkecil, dengan luas wilayah yang juga relatif
kecil Maladewa merupakan negara dengan kepadatan penduduk kedua tertinggi setelah
Bangladeshh yaitu 990 jiwa per km2. Kepadatan penduduk terendah adalah Bhutan yaitu 19
jiwa per km2.
GAMBAR 6.3 GAMBAR 6.4
JUMLAH PENDUDUK DI NEGARA-NEGARA SEARO KEPADATAN PENDUDUK DI NEGARA-NEGARA SEARO
TAHUN 2006 (per km2) TAHUN 2006

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006 Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006

2. Laju Pertumbuhan Penduduk


Indikator tingkat pertumbuhan penduduk sangat berguna untuk memprediksi jumlah
penduduk di suatu wilayah atau negara dimasa yang akan datang. Dengan diketahuinya
jumlah penduduk yang akan datang, diketahui pula kebutuhan dasar penduduk di segenap

126
bidang kehidupan. Indikator tersebut biasa dikenal dengan laju pertumbuhan penduduk. Laju
pertumbuhan penduduk dipengaruhi tiga faktor, yakni kelahiran, kematian, dan migrasi.
2.1. Kawasan ASEAN
Selama periode waktu 1990-2005, laju pertumbuhan penduduk yang tertinggi di
antara negara anggota ASEAN terjadi di Brunei Darussalam dan Kamboja dengan laju
pertumbuhan penduduk masing-masing 2,5%. Sedangkan Thailand, Indonesia, dan Myanmar
merupakan negara dengan laju pertumbuhan penduduk paling lambat yaitu masing-masing
1%, 1,4%, dan 1,4%.
2.2. Kawasan SEARO
Berdasarkan sumber yang sama selama periode waktu 1990-2005 laju pertumbuhan
penduduk di negara-negara SEARO berkisar antara 0,9 dan 2,8 dengan laju tertinggi terjadi
di Maladewa. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk terendah terjadi di Korea Utara (DPR
Korea). Laju pertumbuhan penduduk di negara anggota ASEAN dapat dilihat pada Lampiran
6.1 dan laju pertumbuhan penduduk di negara-negara SEARO di Lampiran 6.2.

3. Penduduk Menurut Kelompok Umur


Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai indikator yang
secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara
maju atau negara yang sedang berkembang. Semakin tinggi persentase dependency ratio
menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif
untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif (kelompok umur 0-14 tahun) dan
tidak produktif lagi (kelompok umur 65 tahun keatas).

3.1. Kawasan ASEAN


Dilihat dari persentase penduduk menurut kelompok umur 0-14 tahun dan kelompok
umur 65 tahun ke atas untuk keadaan tahun 2006, Laos dan Kamboja merupakan negara yang
terbesar untuk kelompok umur tersebut, masing-masing adalah 43% dan 37% untuk
kelompok umur 0 – 14 tahun serta 4% dan 3% untuk kelompok umur 65 tahun ke atas.
Sebaliknya Singapura dan Thailand merupakan negara dengan komposisi penduduk
kelompok umur 0 – 14 tahun dan kelompok umur 65 tahun ke atas terendah. Gambar 6.5
berikut ini memperlihatkan komposisi penduduk usia produktif (kelompok umur 15-64 tahun)
dan penduduk non produktif (kelompok umur 0-14 tahun dan 65 tahun ke atas).
GAMBAR 6.5
KOMPOSISI PENDUDUK DI NEGARA ANGGOTA ASEAN
TAHUN 2006

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006

127
Persentase penduduk kelompok umur 0 – 14 tahun dan kelompok umur 65 tahun ke
atas tersebut memberikan pengaruh pada Rasio Beban Tanggungan (Dependency Ratio).
Indikator rasio beban tanggungan mengukur seberapa besar tanggung jawab sosial ekonomi
yang ditanggung oleh kelompok umur pekerja yaitu yang berumur 15-64 tahun.
Dengan distribusi penduduk seperti yang telah disebutkan di atas, Laos merupakan
negara dengan Angka Beban Tanggungan tertinggi (70%) sedangkan Singapura merupakan
negara dengan Angka Beban Tanggungan terendah (42%). Hal tersebut bisa dilihat pada
Gambar 6.5. Sementara Indonesia memiliki Angka Beban Tanggungan 51, hal tersebut
berarti setiap 100 orang usia produktif di Indonesia menanggung 51 orang yang belum
produktif dan yang dianggap tidak produktif lagi.
3.2. Kawasan SEARO
Gambar 6.6 memperlihatkan komposisi penduduk produktif dan penduduk non
produktif di negara-negara anggota SEARO pada tahun 2006. Timor Leste adalah negara
dengan komposisi penduduk usia non produktif tertinggi yaitu 46% (43% kelompok usia 0-14
tahun dan 3% kelompok usia 65 tahun ke atas). Sebaliknya, dua negara dengan penduduk non
produktif terendah di kawasan tersebut adalah Thailand yaitu 30%. Hal tersebut berarti Timor
Leste merupakan negara dengan angka beban tanggungan tertinggi sedangkan Thailand
merupakan negara dengan angka beban tanggungan terendah. Komposisi penduduk
kelompok umur 0 – 14 tahun, 15-64 tahun, 65 tahun ke atas, serta besar angka beban
tanggungan di kawasan SEARO secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6.2
GAMBAR 6.6
KOMPOSISI PENDUDUK DI NEGARA-NEGARA SEARO
TAHUN 2006

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006

4. Indeks Pembangunan Manusia


Indeks Pembangunan Manusia disebut juga dengan Human Development Index
didapat dengan mengukur 3 faktor, yaitu panjangnya masa hidup dan kondisi kesehatan
(diukur dengan usia harapan hidup sejak lahir), pendidikan (diukur dengan angka melek
huruf dan partisipasi sekolah di pendidikan dasar dan lanjutan), dan standar hidup yang layak
(diukur dengan keseimbangan daya beli- purchasing power parity- dan pendapatan).
Berdasarkan standar dunia, Indeks Pembangunan Manusia dikategorikan tinggi jika IPM >
0,799, sedang jika IPM 0,500-0,799, dan rendah jika IPM < 0,500.

128
4.1. Kawasan ASEAN
Berdasarkan kategori tersebut, pada tahun 2005, 70% negara anggota ASEAN masuk
dalam kategori sedang, termasuk juga Indonesia dengan IPM 0,728. Sedangkan 30% negara
lainnya masuk dalam IPM berkategori tinggi, negara tersebut adalah Singapura, Brunei
Darussalam, dan Malaysia.
GAMBAR 6.7
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI NEGARA ANGGOTA ASEAN
TAHUN 2005

Sumber: Human Development Report 2007/2008

4.2. Kawasan SEARO


Pada tahun 2005 seluruh negara di SEARO (tanpa Korea Utara/DPR Korea) memiliki
indeks pembangunan manusia antara 0,514-0,781 termasuk juga Indonesia. Hal itu berarti
seluruh negara di kawasan tersebut masuk dalam kategori IPM sedang. IPM tertinggi adalah
Thailand (0,781) dan terendah adalah Timor Leste (0,514).
GAMBAR 6.8
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI NEGARA-NEGARA SEARO
TAHUN 2005

Tidak ada data

Sumber: Human Development Report 2007/2008

129
5. Angka Kesuburan Wanita
TFR merupakan gambaran mengenai rata-rata jumlah anak yang dilahirkan seorang
perempuan dari usia 15 sampai 49 tahun. Perbandingan angka TFR antar negara dapat
menunjukkan keberhasilan negara dalam melaksanakan pembangunan sosial ekonominya.
Angka TFR yang tinggi merupakan cerminan rata-rata usia kawin yang rendah, tingkat
pendidikan yang rendah terutama perempuannya, tingkat sosial ekonomi rendah atau tingkat
kemiskinan yang tinggi. Selain itu tentu saja menunjukkan tingkat keberhasilan program
keluarga berencana yang dilaksanakan di daerah tersebut.
Diketahuinya TFR untuk suatu daerah akan membantu para perencana program
pembangunan untuk meningkatkan rata-rata usia kawin, dan meningkatkan program
pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan pelayanan ibu hamil dan perawatan anak.
Angka Kesuburan Wanita atau Total Fertility Rate (TFR) dapat diklasifikasikan
menjadi 3 tingkat yaitu rendah, sedang, dan tinggi (ADB, Key Indicators 2002). Kesuburan
rendah terjadi ketika angka kesuburan wanita 2,1 atau kurang; kesuburan sedang antara 2,2-
3,9; dan kesuburan tinggi jika angka kesuburan wanita 4 atau lebih.
5.1. Kawasan ASEAN
GAMBAR 6.9
ANGKA KESUBURAN WANITA DI NEGARA ANGGOTA ASEAN
TAHUN 2006

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006

Dengan menggunakan klasifikasi tersebut, maka pada tahun 2006 negara-negara yang
termasuk dalam kategori angka kesuburan wanita rendah adalah Singapura (1,2), Thailand
(1,7), dan Vietnam (2,1). Sedangkan Laos merupakan satu-satunya negara anggota ASEAN
yang termasuk dalam kategori angka kesuburan wanita tinggi yaitu 4,8. Sedangkan Indonesia
masuk dalam kategori sedang dengan angka kesuburan wanita 2,4 yang berarti untuk setiap
wanita di Indonesia rata-rata memiliki anak 2 sampai dengan 3 selama hidupnya.
5.2. Kawasan SEARO
Pada tahun 2006, di antara 11 negara di SEARO, Thailand, Sri Lanka, dan Korea
Utara (DPR Korea) termasuk negara dengan angka fertilitas total berkategori rendah.
Indonesia, Myanmar, Maladewa, Bhutan, India, Bangladeshh, dan Nepal masuk dalam

130
kategori sedang. Sedangkan Timor Leste merupakan satu-satunya negara di SEARO yang
masuk dalam kategori tinggi yaitu 6,3. Besaran angka kesuburan total per negara dapat dilihat
pada gambar berikut ini.
GAMBAR 6.10
ANGKA KESUBURAN WANITA DI NEGARA-NEGARA SEARO
TAHUN 2006

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006

Pada Lampiran 6.3 dan 6.4 dapat dilihat bahwa tingginya angka kesuburan wanita
mempengaruhi angka kelahiran kasar per 1.000 penduduk. Semakin tinggi angka kesuburan
wanita maka semakin tinggi angka kelahiran kasar begitu pula sebaliknya semakin rendah
angka kesuburan wanita semakin rendah angka kelahiran kasar. Tingginya angka kelahiran
kasar juga memberikan kontribusi pada persentase penduduk kelompok umur 0-14 tahun dan
akhirnya memberi dampak pada angka beban tanggungan. Maka negara yang memiliki angka
kesuburan wanita tinggi kemungkinan memiliki angka beban tanggungan tinggi seperti yang
terjadi pada Laos dan Timor Leste. Sementara negara yang memiliki angka kesuburan wanita
rendah memiliki kemungkinan angka beban tanggungan yang rendah pula seperti terjadi pada
Singapura dan Thailand.

6. Angka Kelahiran Kasar


Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR) adalah angka yang menunjukkan
banyaknya kelahiran pada tahun tertentu per 1.000 penduduk pada pertengahan tahun yang
sama. Tingkat kelahiran di masa lalu mempengaruhi tingginya tingkat fertilitas masa kini.
Jumlah kelahiran yang besar di masa lalu disertai dengan penurunan kematian bayi akan
menyebabkan bayi-bayi tersebut tetap hidup dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya disaat kematian bayi masih tinggi.
6.1. Kawasan ASEAN
Gambar 6.11 memperlihatkan angka kelahiran kasar pada tahun 2006 di negara-
negara ASEAN dengan kisaran 10 sampai 36 per 1.000 penduduk. Angka tertinggi, seperti
tahun-tahun sebelumnya, terjadi di Laos dengan angka kelahiran kasar 36 per 1.000
penduduk dan diikuti oleh Kamboja yaitu 30 per 1.000 penduduk. Sedangkan Singapura
memiliki angka kelahiran kasar terendah yaitu 10 kelahiran per 1.000 penduduk. Indonesia
sendiri memiliki angka kelahiran kasar sebesar 20 kelahiran untuk setiap 1.000 penduduk.

131
GAMBAR 6.11
ANGKA KELAHIRAN KASAR DI NEGARA ANGGOTA ASEAN
TAHUN 2006

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006

6.2. Kawasan SEARO


Pada tahun 2006 kisaran angka kelahiran kasar di negara-negara SEARO antara 14
sampai 42 per 1.000 penduduk. Terendah adalah Thailand (14) dan Korea Utara/DPR Korea
(16) sedangkan tertinggi Timor Leste (42) dan Nepal (31). Gambar 6.12 memperlihatkan
perbandingan angka kelahiran kasar 11 negara di SEARO.
GAMBAR 6.12
ANGKA KELAHIRAN KASAR DI NEGARA SEARO
TAHUN 2006

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006

7. Sosial Ekonomi
Pendapatan Nasional merupakan salah satu indikator untuk mengukur pertumbuhan
ekonomi suatu negara. Pendapatan Nasional Bruto perkapita (Gross National Income) terdiri
dari sejumlah nilai barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara, beserta pendapatan
yang diterima dari negara lain.
7.1. Kawasan ASEAN
Berdasarkan Gambar 6.13 Pendapatan Nasional Bruto perkapita tertinggi di antara
negara anggota ASEAN (tidak termasuk Brunei Darussalam dan Myanmar) adalah Singapura
(31.700 US$ perkapita) diikuti oleh Malaysia (11.300 US$ per kapita). Sedangkan negara-

132
negara lain memiliki Pendapatan Nasional Bruto per kapita kurang dari 10.000 US$. Laos
dan Kamboja merupakan negara dengan Pendapatan Nasional Bruto per kapita terendah yaitu
masing-masing 2.050 US$ dan 2.920 US$. Sedangkan Indonesia memiliki Pendapatan
Nasional Bruto per kapita 3.950 US$.
GAMBAR 6.13
PENDAPATAN NASIONAL BRUTO DI NEGARA ANGGOTA ASEAN
TAHUN 2005

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006

7.2. Kawasan SEARO


Dari keenam negara di SEARO (5 negara tidak terdapat data), Pendapatan Nasional
Bruto per kapita tertinggi adalah Thailand, 8440 US$. Sedangkan kelima negara lain, yaitu
Bangladeshh, India, Indonesia, Nepal, dan Sri Lanka memiliki Pendapatan Nasional Bruto
per kapita kurang dari 5000 US$. Jika dibandingkan dengan 5 negara di SEARO, Indonesia
berada di peringkat ke-3 tertinggi dengan Pendapatan Nasional Bruto per kapita.
GAMBAR 6.14
PENDAPATAN NASIONAL BRUTO DI NEGARA-NEGARA SEARO
TAHUN 2005

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006

133
B. DERAJAT KESEHATAN
MORTALITAS
1. Angka Kematian Bayi
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi
belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara
garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen.
Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal adalah kematian
bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan dan umumnya disebabkan oleh
faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir yang diperoleh dari orang tuanya pada saat
konsepsi atau didapat selama kehamilan. Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-
natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu
tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan pengaruh lingkungan luar.
Angka kematian bayi diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu rendah jika
AKB kurang dari 20; sedang 20-49; tinggi 50-99; dan sangat tinggi jika AKB di atas 100.

1.1. Kawasan ASEAN


GAMBAR 6.15
ANGKA KEMATIAN BAYI DI NEGARA ANGGOTA ASEAN
TAHUN 2006

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006

Berdasarkan gambar di atas dengan menggunakan klasifikasi tersebut maka 40%


negara ASEAN yaitu Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Vietnam termasuk
negara dengan angka kematian bayi rendah. 30% negara yaitu Filipina, Thailand, dan
Indonesia termasuk kelompok sedang. Sedangkan 30% negara lainnya masuk dalam
kelompok negara yang memiliki angka kematian bayi tinggi. Tidak ada negara yang masuk
dalam kelompok AKB sangat tinggi (>100), akan tetapi AKB di Kamboja telah mencapai 98
kematian per 1000 kelahiran hidup. Hal itu berarti AKB di Kamboja mendekati kelompok
AKB sangat tinggi.

134
1.2. Kawasan SEARO
GAMBAR 6.16
ANGKA KEMATIAN BAYI DI NEGARA-NEGARA SEARO
TAHUN 2006

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006

Berdasarkan klasifikasi di atas maka 18,18% negara di SEARO masuk dalam kategori
negara dengan angka kematian bayi rendah, 36,36% kategori sedang dan sisanya, yaitu
45,45% termasuk kategori tinggi. Perbandingan dan besar angka kematian bayi di SEARO
dapat dilihat pada Gambar 6.16.

2. Angka Kematian Balita


Penurunan kasus kematian pada anak merupakan salah satu hal yang dianggap
penting dalam tujuan pembangunan milenium. Pada kasus kematian yang tinggi biasanya
jumlah kematian terbanyak terjadi pada usia balita ketika saat itu mereka rentan terhadap
penyakit. Statistik menunjukkan bahwa lebih dari 70% kematian disebabkan diare,
pneumonia, campak, malaria, dan malnutrisi.

2.1. Kawasan ASEAN


GAMBAR 6.17
ANGKA KEMATIAN BALITA DI NEGARA ANGGOTA ASEAN
TAHUN 2005

Sumber: Immunization Summary 2007

135
Data yang didapat dari Immunization Summary 2007 memperlihatkan perbedaan yang
mencolok angka kematian balita di antara negara-negara anggota ASEAN pada tahun 2005.
Angka kematian balita terendah dicapai Singapura yaitu 3 kematian per 1.000 kelahiran
hidup sedangkan tertinggi dicapai Kamboja 143 kematian per 1.000 kelahiran hidup.
Sebagian besar negara ASEAN memiliki angka kematian balita di bawah 100, hanya
Kamboja dan Myanmar yang memiliki angka kematian balita diatas 100 per 1.000 kelahiran
hidup. Sedangkan di Indonesia terjadi kematian 36 balita per 1000 kelahiran hidup. Gambar
6.17 memperlihatkan angka kematian balita di sepuluh negara ASEAN.
2.2. Kawasan SEARO
GAMBAR 6.18
ANGKA KEMATIAN BALITA DI NEGARA-NEGARA SEARO
TAHUN 2005

Sumber: Immunization Summary 2007

Menurut sumber yang sama, angka kematian balita di SEARO berkisar antara 14
sampai 105. Myanmar merupakan negara dengan angka kematian balita tertinggi, sedangkan
terendah adalah Sri Lanka. Sementara di kawasan ini, Indonesia berada pada urutan ke-3
terendah dengan angka kematian balita 36 kematian per 1.000 kelahiran hidup.

3. Angka Kematian Kasar


Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate) adalah angka yang menunjukkan berapa
besarnya kematian yang terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1.000 penduduk.
Angka ini disebut kasar sebab belum memperhitungkan umur penduduk. Penduduk tua
mempunyai risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang masih
muda.Tetapi jika tidak ada indikator kematian yang lain angka ini berguna untuk memberikan
gambaran mengenai keadaan kesejahteraan penduduk pada suatu tahun yang bersangkutan.

3.1. Kawasan ASEAN

Di antara negara-negara anggota ASEAN, pada tahun 2006 Laos merupakan negara
dengan Angka Kematian Kasar atau Crude Death Rate (CDR) tertinggi, yakni sebesar 13 per
1.000 penduduk. Sementara itu, Indonesia, Kamboja, Thailand, dan Myanmar memiliki
angka kematian kasar sedang dengan kisaran antara 6 sampai 10 kematian per 1.000
penduduk. Sedangkan Malaysia, Filipina, Singapura, Vietnam, dan Brunei Darussalam

136
memiliki angka kematian kasar di bawah 6 bahkan Brunei Darussalam memiliki nilai CDR 3
kematian untuk setiap 1.000 penduduk

GAMBAR 6.19
ANGKA KEMATIAN KASAR DI NEGARA ANGGOTA ASEAN
TAHUN 2006

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006

3.2. Kawasan SEARO


Di antara negara-negara di SEARO, Timor Leste merupakan penduduk dengan angka
kematian kasar tertinggi pada tahun 2006 yaitu 15 kematian per 1000 penduduk. Negara
dengan angka kematian terendah adalah Maladewa dengan 3 kematian per 1000 penduduk.
Sedangkan Indonesia merupakan negara ke-2 terendah untuk angka kematian kasar di
kawasan ini.
GAMBAR 6.20
ANGKA KEMATIAN KASAR DI NEGARA-NEGARA SEARO
TAHUN 2006

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006

137
4. Usia Harapan Hidup
Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi pada
umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduk dari suatu negara.
Meningkatnya perawatan kesehatan melalui Puskesmas, meningkatnya daya beli masyarakat
akan meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, mampu memenuhi kebutuhan gizi
dan kalori, mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan
dengan penghasilan yang memadai, yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya.
Usia harapan hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam
meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan
pada khususnya. Usia harapan hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan
program pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk kesehatan
lingkungan, kecukupan gizi dan kalori termasuk program pemberantasan kemiskinan.
4.1. Kawasan ASEAN
Gambar 6.21 memperlihatkan bahwa pada tahun 2006 di antara kesepuluh negara
anggota ASEAN, Singapura merupakan negara dengan usia harapan hidup waktu lahir
(Expectation of Life at Birth) paling tinggi yaitu 80 tahun. Negara yang memiliki umur
harapan hidup waktu lahir terendah adalah Laos yaitu 54 tahun. Sedangkan Indonesia
memiliki umur harapan hidup 69 tahun.
GAMBAR 6.21
USIA HARAPAN HIDUP DI NEGARA ANGGOTA ASEAN
TAHUN 2006

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006

4.2. Kawasan SEARO

Gambar 6.22 memperlihatkan umur harapan hidup negara-negara di SEARO pada


tahun 2006. Timor Leste adalah satu-satunya negara di SEARO yang masih memiliki umur
harapan hidup kurang dari 60 tahun, yaitu 56 tahun. Sedangkan 4 negara memiliki angka
harapan hidup 70 tahun ke atas, yaitu Sri Lanka, Korea Utara (DPR Korea), Thailand, dan
Maladewa. Sementara 6 negara lain di SEARO memiliki harapan hidup antara 60-69 tahun,
termasuk Indonesia dengan umur harapan hidup 69 tahun.

138
GAMBAR 6.22
UMUR HARAPAN HIDUP DI NEGARA KAWASAN ASEAN
TAHUN 2006

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006

MORBIDITAS
1. Prevalensi Tuberkulosis (TBC)
Tuberkulosis masih merupakan penyebab utama kematian di dunia. Berdasarkan
estimasi terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2005, 7,4 juta di antaranya
terdapat di Asia dan sub-Sahara Afrika. Akibat tuberkulosis 1,6 juta manusia meninggal,
termasuk 195.000 pasien yang terinfeksi HIV.
1.1. Kawasan ASEAN
Gambar 6.23 menunjukkan besarnya perbedaan prevalensi tuberkulosis per 100.000
penduduk dan kematian yang berhubungan dengan tuberkulosis per 100.000 penduduk di
negara-negara ASEAN yang diambil dari World Health Statistic 2007. Angka prevalensi
tuberkulosis pada tahun 2005 di negara-negara anggota ASEAN berkisar antara 28 sampai
703 per 100.000 penduduk. Kamboja merupakan negara dengan prevalensi tuberkulosis
tertinggi yaitu masing-masing 703 per 100.000 penduduk. Sedangkan Singapura merupakan
negara dengan prevalensi tuberkulosis terendah yaitu 23 kasus per 100.000 ribu penduduk.
Sementara sebanyak 262 per 100.000 penduduk Indonesia menderita tuberkulosis.
GAMBAR 6.23
PREVALENSI DAN KEMATIAN AKIBAT TUBERKULOSIS
DI NEGARA ASEAN TAHUN 2004/2005

Sumber: World Health Statistic, 2007

139
Masih menurut sumber yang sama, kematian akibat tuberkulosis pada tahun 2004
tertinggi terjadi di Kamboja yaitu 94 per 100.000 penduduk. Sedangkan kasus kematian
akibat tuberkulosis terendah terjadi di Brunei Darussalam dan Singapura masing-masing 5
kematian per 100.000 penduduk. Indonesia menempati urutan ke-3 tertinggi kasus kematian
akibat tuberkulosis yaitu 46 per 100.000 penduduk.
1.2. Kawasan SEARO
Angka prevalensi tuberkulosis pada tahun 2005 di negara-negara SEARO berkisar
antara 53 sampai 713 per 100.000 penduduk. Negara dengan prevalensi tuberkulosis tertinggi
tahun 2005 adalah Timor Leste (713 per 100.000 penduduk) dan terendah adalah Maladewa
(53 per 100.000 penduduk).
GAMBAR 6.24
PREVALENSI DAN KEMATIAN AKIBAT TUBERKULOSIS
DI NEGARA SEARO TAHUN 2004/2005

Sumber: World Health Statistic, 2007

Sedangkan kematian akibat tuberkulosis berkisar antara 4 sampai 85 per 100.000


penduduk. Seperti angka prevalensi tuberkulosis, angka kematian tertinggi akibat
tuberkulosis juga terjadi di Timor Leste yaitu 85 kematian per 100.000 penduduk. Begitu
pula dengan angka terendah kematian akibat tuberkulosis terjadi di Maladewa (53 per
100.000 penduduk). Perbandingan prevalensi tuberkulosis dan kematian akibat tuberkulosis
antara Indonesia dengan negara-negara di SEARO dapat dilihat pada Gambar 6.24.

2. Avian Influenza
Kemunculan strain virus influenza yang baru pada manusia (strain H5N1) pertama
kali terdeteksi di Hongkong. Akibatnya sebanyak 18 orang harus dirawat di rumah sakit, dan
6 diantaranya meninggal dunia. Ditemukan fakta pertama kali bahwa virus avian influenza
dapat menular langsung dari unggas ke manusia. Sebelum tahun 1997, ilmuwan meyakini
penularan virus influenza dari unggas ke manusia tidak terjadi secara langsung.
2.1. Kawasan ASEAN
Avian influenza pertama kali masuk ke wilayah ASEAN pada tahun 2003 melalui
Vietnam, 3 orang dinyatakan menderita penyakit tersebut dan seluruhnya meninggal. Hingga
akhir tahun 2006, 4 negara di wilayah ASEAN telah terinfeksi avian influenza yaitu Vietnam,
Thailand, Indonesia, dan Kamboja.

140
GAMBAR 6.25
JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN AKIBAT AVIAN INFLUENZA
DI NEGARA ASEAN TAHUN 2003-2006

Sumber: WHO, 2007

Gambar 6.25 memperlihatkan jumlah kasus dan kematian akibat avian influenza di
wilayah ASEAN sejak tahun 2003 sampai 2006. Kasus pertama kali menyerang vietnam
dengan menyerang 3 korban yang keseluruhannya berakhir pada kematian. Tahun 2004
jumlah kasus meningkat menjadi 46 dengan 32 kematian. Pada tahun tersebut selain Vietnam,
Thailand pun telah terinfeksi virus H5N1 ini. Akhir tahun 2005 jumlah penderita dan negara
yang terinfeksi avian influenza terus bertambah, 90 orang menjadi korban. Namun kali ini
jumlah kematian bisa ditekan, jika sebelumnya hampir 100% berakhir pada kematian, tahun
2005 dari 90 penderita 42,22% meninggal.
TABEL 6.1
JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN AKIBAT AVIAN INFLUENZA
MENURUT NEGARA TAHUN 2003-2006
2003 2004 2005 2006 TOTAL
NEGARA
K M K M K M K M K M
Vietnam 3 3 29 20 61 19 0 0 93 42
Thailand 0 0 17 12 5 2 3 3 25 17
Indonesia 0 0 0 0 20 13 55 45 75 58
Kamboja 0 0 0 0 4 4 2 2 6 6
TOTAL 3 3 46 32 90 38 60 50 199 123
Sumber: WHO, 2007
Keterangan: K = Kasus M = Meninggal

Tabel 6.1 memperlihatkan bahwa Vietnam mampu mengendalikan penyebaran virus


avian influenza sehingga tidak lagi ditemukan kasus avian influenza pada tahun 2006. Selain
itu Vietnam juga mampu menekan angka kematian dari tahun ke tahun dari jumlah kasus
yang ada. Thailand dan Kamboja pun mampu mengendalikan penyebaran virus ini, sehingga
tidak terjadi lonjakan kasus, bahkan data di atas memperlihatkan penurunan kasus dari tahun
sebelumnya.
2.2. Kawasan SEARO
Penyakit flu burung mulai menyerang manusia di kawasan SEARO pada tahun 2004,
yaitu di Thailand. Negara-negara di SEARO yang terjangkit flu burung sejak 2004 adalah
negara-negara yang juga tergabung dalam ASEAN. Negara-negara tersebut adalah Thailand
dan Indonesia. Berikut adalah data flu burung dan trend kasus serta kematian akibat flu
burung di SEARO.

141
TABEL 6.2
JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN AKIBAT AVIAN INFLUENZA
MENURUT NEGARA TAHUN 2004-2006
2004 2005 2006 TOTAL
NEGARA
K M K M K M K M
Thailand 17 12 5 2 3 3 25 17
Indonesia 20 13 55 45 75 58
TOTAL 17 12 25 15 58 48 100 75
Sumber: WHO, 2007
Keterangan: K = Kasus M = Meninggal

GAMBAR 6.26
TREN JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN AKIBAT AVIAN INFLUENZA
TAHUN 2004-2006

Sumber: Incidence Series Immunization, WHO, 2007

3. POLIO
Beberapa penyakit dapat menular dengan cepat sehingga berpotensi menimbulkan
kejadian luar biasa. Namun, di antara penyakit-penyakit tersebut terdapat penyakit yang dapat
dicegah dengan melakukan imunisasi. Penyakit tersebut biasa disingkat dengan PD3I
(Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi). Penyakit-penyakit tersebut adalah Difteri,
Pertusis, Tetanus, Tetanus Neonatorum, Campak, dan Polio.
3.1. Kawasan ASEAN
Semenjak tahun 2001 kasus polio tidak ditemukan di negara-negara di ASEAN.
Namun, pada tahun 2004 virus polio liar kembali menyerang penduduk di kawasan ASEAN.
Dilaporkan terdapat 1 kasus ditemukan di Laos. Pada tahun 2005 jumlah kasus polio
mencapai puncaknya, sebanyak 350 penduduk dari 2 negara di ASEAN yaitu Kamboja dan
Indonesia terserang penyakit polio, 349 di antaranya terjadi di Indonesia. Tahun 2006
penularan penyakit polio mulai dapat dikendalikan, sehingga hanya ditemukan 4 penderita di
kawasan ini, 2 penderita berasal dari Indonesia dan masing-masing 1 penderita berasal dari
Kamboja dan Myanmar.

142
TABEL 6.3
JUMLAH KASUS POLIO PER NEGARA
TAHUN 2004-2006
NEGARA 2004 2005 2006

1. Kamboja 0 1 1

2. Indonesia 0 349 2

3. Laos 1 0 0

4. Myanmar 0 0 1

Jumlah 1 350 4
Sumber: Incidence Series Immunization, WHO, 2007

3.2. Kawasan SEARO


Jumlah seluruh kejadian polio di kawasan ini cukup tinggi sejak tahun 2002 dan
tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2003 terjadi jumlah penurunan kasus, akan tetapi
semenjak 2004 sampai 2006 jumlah kasus lambat laun kembali meningkat. Tingginya angka
kejadian ini karena besarnya jumlah kasus polio di India yang merupakan salah satu dari 4
negara endemis polio.
GAMBAR 6.26
JUMLAH KASUS POLIO DI NEGARA SEARO
TAHUN 2002-2006

Sumber: WHO, 2007


TABEL 6.4
JUMLAH KASUS POLIO PER NEGARA DI SEARO
TAHUN 2002-2006
NEGARA 2002 2003 2004 2005 2006

1. Bangladeshh 0 0 0 0 18

2. India 1600 225 134 66 676

3. Indonesia 0 0 0 349 2

4. Myanmar 0 0 0 0 1

5. Nepal 0 0 0 4 5
Sumber: Incidence Series Immunization, WHO, 2006

143
Pada Tabel 6.4 dapat dilihat jumlah kasus polio di India dan negara di SEARO
lainnya. Selain India, pada tahun 2002 hingga 2004 tidak terdapat kasus polio. Tahun 2005
terjadi kasus di Indonesia dan Nepal. Bahkan pada tahun ini kasus tertinggi terjadi di
Indonesia dengan 349 kasus. Pada tahun 2006 kasus polio menyebar ke Bangladeshh yang
mengakibatkan 18 orang terserang polio. Sedangkan pada tahun itu Indonesia telah berhasil
mengurangi jumlah kasus polio menjadi 2 kasus. Jumlah kasus terbesar tahun 2006 kembali
terjadi di India.

4. Tetanus Neonatorum
Kasus tetanus banyak dijumpai di sejumlah negara tropis dan negara yang masih
memiliki kondisi kesehatan rendah. Data organisasi kesehatan dunia WHO menunjukkan,
kematian akibat tetanus di negara berkembang adalah 135 kali lebih tinggi dibanding negara
maju. Tetanus adalah salah satu penyakit menular dan paling berisiko mengakibatkan
kematian.
Tetanus pada bayi, dikenal dengan istilah tetanus neonatorum, karena umumnya
terjadi pada bayi baru lahir atau usia di bawah satu bulan. Penyebabnya, spora Clostridium
tetani yang masuk melalui luka tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak
memenuhi syarat kebersihan.
4.1. Kawasan ASEAN
Pada tahun 2006 jumlah kasus tetanus neonatorum di antara negara-negara ASEAN
tertinggi terjadi di Filipina dan Indonesia. Jumlah penderita di kedua negara tersebut melebihi
100 orang. Akan tetapi jika dibandingkan dengan jumlah penduduk, angka tertinggi kasus
tetanus neonatorum terjadi di Kamboja, Indonesia justru berada di urutan ke-5. Sedangkan
Singapura dan Thailand merupakan negara dengan kasus terendah, baik dari jumlah kasus
maupun jika dibandingkan dengan jumlah penduduk. Bahkan di Singapura dilaporkan tidak
ada kasus tetanus neonatorum.
4.2. Kawasan SEARO
Berdasarkan Incidence Series Immunization, pada tahun 2006 jumlah kasus tetanus
neonatorum yang terjadi di India jauh melebihi kasus di negara lain, yaitu 600 kasus bila
dibandingkan dengan jumlah kasus kedua dan ketiga terbesar di kawasan ini yaitu
Bangladeshh dan Indonesia masing-masing 256 dan 118 kasus. Sedangkan di Maladewa dan
Korea Utara (DPR Korea) dilaporkan tidak ada kasus tetanus neonatorum.
Namun, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk, maka angka kasus tertinggi
terjadi di Timor Leste dan Bangladeshh. India menempati urutan ke-6 angka kasus tetanus
neonatorum tertinggi. Sementara Indonesia memiliki angka kasus yang sama dengan India.
Jumlah kasus penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi di negara-
negara ASEAN dan SEARO tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 6.9 dan 6.10.

144
UPAYA KESEHATAN

1. Cakupan Imunisasi
Imunisasi merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mencegah kematian
pada bayi dengan memberikan vaksin. Beberapa imunisasi yang wajib diberikan pada bayi
adalah imunisasi polio, BCG, dan campak. BCG seringkali digunakan sebagai cerminan
proporsi anak-anak yang dilindungi dari bentuk tuberkulosis yang parah selama 1 tahun
pertama hidupnya, dan juga digunakan sebagai salah satu indikator akses ke pelayanan
kesehatan.
Selain BCG, vaksin lain yang wajib diberikan pada bayi adalah polio. Imunisasi polio
merupakan imunisasi untuk mencegah penyakit polio. Tidak seperti imunisasi BCG atau
campak yang membutuhkan 1 dosis, imunisasi polio membutuhkan 3 dosis. Maka untuk
mengukur keberhasilan upaya kesehatan yang digunakan adalah polio3 yaitu ketika bayi telah
mendapatkan imunisasi polio sebanyak 3 dosis (3 kali).
Di antara penyakit pada anak-anak yang dapat dicegah dengan vaksin, campak adalah
penyebab utama kematian anak. Oleh karena itu pencegahan campak merupakan faktor
penting dalam mengurangi angka kematian balita. Dari 22 tujuan yang disepakati dalam
pertemuan dunia tentang anak, salah satunya adalah mempertahankan cakupan imunisasi
campak sebesar 90%. Di seluruh negara ASEAN dan SEARO, imunisasi campak diberikan
rata-rata umur 9-12 bulan dan merupakan imunisasi terakhir yang diberikan kepada bayi di
antara imunisasi wajib lainnya (BCG, DPT, Polio, Hepatitis, dan Campak). Dengan
demikian, diasumsikan bayi yang mendapatkan imunisasi campak telah mendapatkan
imunisasi lengkap. Berarti besarnya cakupan imunisasi campak juga menggambarkan
besarnya cakupan bayi yang telah mendapat imunisasi lengkap.
1.1. Kawasan ASEAN
Jika dibandingkan dengan imunisasi lainnya pada Gambar 6.27 cakupan imunisasi
BCG pada bayi lebih tinggi. Hal tersebut terjadi karena jadwal pemberian imunisasi BCG
yang relatif lebih awal dibandingkan dengan imunisasi yang lain—bahkan beberapa negara
memberikan imunisasi BCG sesaat setelah bayi dilahirkan—sehingga bayi masih dalam
pantauan petugas kesehatan. Pada tahun 2005 cakupan imunisasi BCG tertinggi dicapai
Thailand 99% dan terendah Laos 65%.
GAMBAR 6.27
CAKUPAN BEBERAPA IMUNISASI DI NEGARA ASEAN
TAHUN 2005

Sumber: The Immunization Summary 2007

145
Pada tahun 2005, 50% negara anggota ASEAN telah mencapai cakupan imunisasi
polio 90%. Cakupan tertinggi dicapai oleh Brunei Darussalam yaitu 99% dan terendah adalah
Laos yaitu 50%. Indonesia menempati urutan kedua terendah imunisasi polio dengan cakupan
70%.
Sedangkan untuk imunisasi campak berdasarkan data yang sama, pada tahun 2005,
50% negara anggota ASEAN juga telah mencapai target yaitu 90%. Negara-negara tersebut
adalah Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Brunei Darussalam
merupakan negara dengan cakupan imunisasi campak tertinggi yaitu 99%. Sedangkan yang
terendah adalah Laos dengan cakupan campak sebesar 41%. Sementara di Indonesia
sebanyak 72% balita telah mendapatkan imunisasi campak. Dengan demikian, berdasarkan
asumsi di atas, negara dengan imunisasi lengkap pada bayi tertinggi adalah Brunei
Darussalam dan terendah adalah Laos.
Gambar 6.11 memperlihatkan cakupan imunisasi BCG, polio3, dan campak di negara-
negara ASEAN. Cakupan imunisasi lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6.11
1.2. Kawasan SEARO
Di SEARO, 5 dari 11 negara mencapai cakupan imunisasi BCG 99%. Negara-negara
tersebut adalah Bangladeshh, Bhutan, Maladewa, Sri Lanka, dan Thailand. Sedangkan Timor
Leste merupakan negara dengan cakupan imunisasi BCG terendah yaitu 70%.
GAMBAR 6.28
CAKUPAN BEBERAPA IMUNISASI DI NEGARA SEARO
TAHUN 2005

Sumber: The Immunization Summary 2007

Gambar 6.28 menunjukkan besar cakupan imunisasi polio3 dan imunisasi campak di
negara-negara SEARO. 45,45% negara di kawasan tersebut yang telah mencapai cakupan
imunisasi polio3. Cakupan imunisasi polio3 tertinggi adalah Sri Lanka dengan 99% dan
terendah adalah Timor Leste dengan 55%.
Begitu pula halnya dengan imunisasi campak, hanya 45,45% negara yang telah
mencapai target imunisasi campak. Negara dengan cakupan imunisasi campak tertinggi sama
dengan cakupan imunisasi polio3 tertinggi yaitu Sri Lanka (99%). Hal yang sama terjadi juga
pada cakupan imunisasi campak terendah yaitu Timor Leste (48%). Dengan menggunakan
asumsi yang sama, maka di antara negara-negara di SEARO Sri Lanka merupakan negara
dengan cakupan imunisasi lengkap pada bayi yang tertinggi dan Timor Leste merupakan
yang terendah.
Cakupan imunisasi lebih lengkap di masing-masing negara di SEARO dapat dilihat
pada Lampiran 6.12.

146
2. Pengendalian TB Paru
Berdasarkan hasil estimasi terdapat 8,8 juta kasus baru TB Paru pada tahun 2005,
termasuk 7,4 juta di Asia dan sub-Sahara Afrika. 1,6 juta orang meninggal karena TB Paru,
termasuk 195.000 pasien yang terinfeksi HIV. WHO telah menetapkan target untuk temuan
kasus TB Paru melalui strategi DOTS 70% dan angka kesembuhan 85%. Sementara
pencapaian secara global di dunia kasus temuan TB Paru adalah 60% dan angka kesembuhan
mencapai 84%. Hal tersebut berarti pencapaian kedua indikator tersebut belum mencapai
target walaupun untuk angka kesembuhan hampir mencapai target.
2.1. Kawasan ASEAN
Pada tahun 2005, 70% negara-negara ASEAN telah mencapai target penemuan
penderita yang ditetapkan WHO yaitu 70%. Bahkan beberapa negara telah mencapai 100%
yaitu Brunei Darussalam dan Singapura. Namun, masih terdapat 3 negara dengan pencapaian
kurang dari 70% yaitu Indonesia, Kamboja, dan Laos. Bahkan di antara negara-negara
ASEAN, Indonesia bersama Kamboja merupakan negara dengan kasus temuan TB Paru
terendah pada tahun 2005, yaitu 66%.
GAMBAR 6. 29 GAMBAR 6.30
PENEMUAN PENDERITA TB PARU DI NEGARA ASEAN ANGKA KESEMBUHAN TB PARU DI NEGARA ASEAN
TAHUN 2005 TAHUN 2004

Sumber: World Health Statistic, 2007 Sumber: World Health Statistic, 2007

Menurut sumber yang sama, pada tahun 2004 hanya 50% negara di ASEAN dengan
angka kesembuhan mencapai target (85%). Indonesia termasuk salah satu negara yang
mencapai target untuk angka kesembuhan ini, yaitu 90%. Angka kesembuhan tertinggi
dicapai Vietnam dengan 93% dan terendah adalah Malaysia dengan 56%.

2.2. Kawasan SEARO


Berbeda halnya dengan negara-negara ASEAN, dari 11 negara-negara di SEARO
hanya 45,45% negara yang sudah mencapai target penemuan penderita tuberkulosis. Negara-
negara tersebut adalah Myanmar, Maladewa, Sri Lanka, dan Thailand. Jika di antara negara-
negara ASEAN penemuan terendah terdapat di Indonesia, di negara SEARO penemuan
terendah terdapat di Bhutan yaitu 31%. Sedangkan penemuan kasus tuberkulosis tertinggi
adalah Korea Utara (DPR Korea) yaitu 99%.

147
GAMBAR 6. 31 GAMBAR 6.32
PENEMUAN PENDERITA TB PARU DI NEGARA SEARO ANGKA KESEMBUHAN TB PARU DI NEGARA SEARO
TAHUN 2005 TAHUN 2004

Sumber: World Health Statistic, 2007 Sumber: World Health Statistic, 2007

Pada Gambar 6.32 terlihat bahwa 63,63% negara telah mencapai angka penyembuhan
penderita. Tertinggi dicapai Maladewa dengan angka penyembuhan 95% dan terendah adalah
Thailand dengan angka penyembuhan 74%.

***

148
DAFTAR PUSTAKA

ASEAN. 2005. ASEAN Statistical Yearbook 2005. The Asean Secretariat, Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2006. Estimasi Parameter Demografi SUPAS 2005. BPS, Jakarta.

___________. 2003. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2002. BPS, Jakarta.

___________. 2004. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2003. BPS, Jakarta.

___________. 2005. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2004. BPS, Jakarta.

___________. 2006. Statistik Kesejahtraan Rakyat 2005. BPS, Jakarta.

___________. 2007. Statistik Kesejahtraan Rakyat 2006. BPS, Jakarta.

___________. 2005. Beberapa Indikator Penting Sosial-Ekonomi Indonesia 2005. BPS,


Jakarta.

___________. 2007. Beberapa Indikator Penting mengenai Indonesia. BPS, Jakarta.

___________. 2005. Analisis Dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan 2005. BPS, Jakarta.

___________. 2004. Statistik Indonesia 2003. BPS, Jakarta.

___________. 2005. Statistik Indonesia 2004. BPS, Jakarta.

___________. 2006. Statistik Indonesia 2005/2006. BPS, Jakarta.

___________. 2004. Statistik Kesehatan 2004. BPS, Jakarta.

___________. 1998. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 1997. ORC Macro.
Calverton, Maryland, USA.

___________. 2003. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003. ORC
Macro. Calverton, Maryland, USA.

Badan Pusat Statistik, BAPPENAS, UNFPA. 2005. Proyeksi Penduduk Indonesia (Indonesia
Population Projection 2000 - 2025). BPS, Jakarta.
Departemen Dalam Negeri. 2005. Kode Dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan 2005.
Depdagri, Jakarta.

150
Departemen Kesehatan. 2007. Profil Kesehatan Indonesia 2005, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.

___________. 2007. Profil Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan 2006.


Depkes, Jakarta.

___________. 2006. Profil Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumberdaya Manusia


Kesehatan 2005. Depkes, Jakarta.

___________. 2006. Statistik Rumah Sakit Di Indonesia Seri 1: Kegiatan Pelayanan.


Depkes, Jakarta.

___________. 2006. Statistik Rumah Sakit Di Indonesia Seri 2: Ketenagaan. Depkes, Jakarta.

___________. 2006.Statistik Rumah Sakit Di Indonesia Seri 3:Morbiditas/Mortalitas.


Depkes, Jakarta.

___________.1996. Publikasi Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga 1995. Badan


Litbangkes, Jakarta.

___________. 2005. Publikasi Hasil Analisis Data Survei Kesehatan Nasional 2004. Badan
Litbangkes, Depkes RI, Jakarta.

___________. 2006. Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan Tahun 2006. Pusdiknakes, Depkes
RI, Jakarta.

Kementrian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal RI, 2007. Strategi Nasional Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal 2004-2009. Jakarta.

Population Reference Bureau, 2006. 2006 Population Data Sheet. USAID, USA.

The United Nations Development Programme. 2006. Human Development Report 2006.
UNDP, New York.

Umar Fahmi Achmadi, Dr, MSc Phd. 30 Juni 1990. Makalah Seminar Perumahan,
Lingkungan dan Kesehatan. Jakarta

UNAIDS, 2006. 2006 Report on The Global AIDS Epidemic. WHO, UNAIDS.

UNICEF. 2006. The State of the World’s Children 2006. UNICEF, New York.

___________. 2007. Incidence Series Immunization 2007. UNICEF, New York.

___________. 2007. Immunization Summary: The 2007 Edition. UNICEF/WHO, New York.

___________. 2007. The State of the World’s Children 2007. UNICEF, New York.

151
World Health Organization. 2006. The World Health Report 2006: Working Together for
Health. WHO Press, Geneva.

___________. 2007. World Health Statistic 2007. WHO Press, Geneva.

***

152
Lampiran 2.1

PEMBAGIAN WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PER PROVINSI TAHUN 2005

Jumlah
No Provinsi*)
Kabupaten Kota Kab + Kota Kecamatan Kelurahan Desa Kel. + Desa
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 17 4 21 243 112 6,378 6,490
2 Sumatera Utara 18 7 25 357 547 5,616 6,163
3 Sumatera Barat 12 7 19 157 256 902 1,158
4 Riau 9 2 11 144 190 1,482 1,672
5 Jambi 9 1 10 94 117 1,231 1,348
6 Sumatera Selatan 10 4 14 182 294 2,783 3,077
7 Bengkulu 8 1 9 99 123 1,233 1,356
8 Lampung 8 2 10 180 164 2,193 2,357
9 Kepulauan Bangka Belitung 6 1 7 36 54 321 375
10 Kepulauan Riau 4 2 6 42 105 245 350
11 DKI Jakarta 1 5 6 44 267 267 534
12 Jawa Barat 16 9 25 592 547 5,808 6,355
13 Jawa Tengah 29 6 35 565 744 8,566 9,310
14 DI Yogyakarta 4 1 5 78 47 438 485
15 Jawa Timur 29 9 38 657 785 8,484 9,269
16 Banten 4 2 6 135 144 1,483 1,627
17 Bali 8 1 9 55 89 701 790
18 Nusa Tenggara Barat 7 2 9 100 91 820 911
19 Nusa Tenggara Timur 15 1 16 203 299 2,742 3,041
20 Kalimantan Barat 10 2 12 154 80 1,531 1,611
21 Kalimantan Tengah 13 1 14 107 133 1,395 1,528
22 Kalimantan Selatan 11 2 13 127 121 1,957 2,078
23 Kalimantan Timur 9 4 13 124 177 1,352 1,529
24 Sulawesi Utara 6 3 9 122 253 1,280 1,533
25 Sulawesi Tengah 9 1 10 102 133 1,530 1,663
26 Sulawesi Selatan 20 3 23 279 616 2,866 3,482
27 Sulawesi Tenggara 8 2 10 133 271 1,705 1,976
28 Gorontalo 4 1 5 47 83 476 559
29 Sulawesi Barat 5 0 5 51 47 491 538
30 Maluku 7 1 8 62 32 886 918
31 Maluku Utara 6 2 8 51 80 793 873
32 Papua 19 1 20 233 81 2,442 2,523
33 Irian Jaya Barat 8 1 9 101 41 1,166 1,207
Indonesia 349 91 440 5,656 7,123 71,563 78,686

Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor : 18 tahun 2005, tanggal 28 April 2005
Keterangan : *) Nama Provinsi diurutkan sesuai dengan Kode Wilayah Administrasi Pemerintahan
Statistik Indonesia, BPS 2005/2006
Lampiran 2.2
LUAS WILAYAH, JUMLAH PENDUDUK DAN KEPADATAN PENDUDUK
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

Luas Jumlah Kepadatan


No Provinsi*) Wilayah Penduduk Penduduk
(Km2)[a] (Jiwa)[b] per Km2
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 56,500.51 4,073,000 78
2 Sumatera Utara 72,427.81 12,643,000 172
3 Sumatera Barat 42,224.65 4,632,000 108
4 Riau 87,844.23 4,763,000 54
5 Jambi 45,348.49 2,683,000 50
6 Sumatera Selatan 60,302.54 6,900,000 74
7 Bengkulu 19,795.15 1,568,000 79
8 Lampung 37,735.15 7,212,000 204
9 Kepulauan Bangka Belitung 16,424.14 1,075,000 66
10 Kepulauan Riau 8,084.01 1,338,000 15
11 DKI Jakarta 740.29 8,963,000 13499
12 Jawa Barat 36,925.05 39,649,000 1146
13 Jawa Tengah 32,799.71 32,179,000 989
14 DI Yogyakarta 3,133.15 3,389,000 1064
15 Jawa Timur 46,689.64 36,592,000 764
16 Banten 9,018.64 9,224,000 1066
17 Bali 5,449.37 3,432,000 609
18 Nusa Tenggara Barat 19,708.79 4,257,000 211
19 Nusa Tenggara Timur 46,137.87 4,355,000 92
20 Kalimantan Barat 120,114.32 4,118,000 28
21 Kalimantan Tengah 153,564.50 1,938,000 13
22 Kalimantan Selatan 38,884.28 3,346,000 77
23 Kalimantan Timur 194,849.08 2,936,000 13
24 Sulawesi Utara 13,930.73 2,161,000 141
25 Sulawesi Tengah 68,089.83 2,349,000 37
26 Sulawesi Selatan 46,116.45 7,630,000 87
27 Sulawesi Tenggara 36,757.45 2,002,000 52
28 Gorontalo 12,165.44 941,000 77
29 Sulawesi Barat 16,787.19 992,000 11
30 Maluku 47,350.42 1,271,000 27
31 Maluku Utara 39,959.99 919,000 30
32 Papua 309,934.40 1,974,000 8
33 Irian Jaya Barat 114,566.40 688,000 22
Indonesia 1,860,359.67 222,192,000 118

Sumber: Statistik Indonesia, BPS 2005/2006


Lampiran 2.3
PERSENTASE PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR TERTENTU, ANGKA BEBAN TANGGUNGAN DAN PROVINSI
TAHUN 2006
Perkotaan+Perdesaan
Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan
No Provinsi Kelompok Umur Kelompok Umur Kelompok Umur Angka Beban
Jumlah Jumlah Jumlah
0-14 15-64 65+ 0-14 15-64 65+ 0-14 15-64 65+ Tanggungan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)

1 Nanggroe Aceh Darussalam 32.91 63.85 3.24 100 30.11 65.81 4.08 100 31.50 64.84 3.66 54.23 100
2 Sumatera Utara 32.56 63.79 3.65 100 31.36 64.43 4.22 100 31.96 64.11 3.93 55.98 100
3 Sumatera Barat 33.36 61.64 5.00 100 29.92 63.55 6.53 100 31.62 62.61 5.78 59.73 100
4 Riau 32.64 64.52 2.84 100 31.50 65.87 2.63 100 32.08 65.18 2.74 53.42 100
5 Jambi 30.43 66.13 3.44 100 28.51 68.02 3.47 100 29.49 67.06 3.45 49.12 100
6 Sumatera Selatan 29.45 66.87 3.68 100 28.96 67.25 3.80 100 29.20 67.06 3.74 49.12 100
7 Bengkulu 31.11 65.27 3.62 100 30.38 65.66 3.96 100 30.75 65.47 3.79 52.76 100
8 Lampung 29.67 65.75 4.58 100 30.78 64.36 4.86 100 30.21 65.08 4.71 53.66 100
9 Kepulauan Bangka Belitung 28.30 68.01 3.69 100 27.77 68.31 3.92 100 28.05 68.16 3.80 46.73 100
10 Kepulauan Riau 29.66 67.74 2.60 100 29.83 68.25 1.92 100 29.74 67.99 2.26 47.07 100
11 DKI Jakarta 24.74 72.04 3.22 100 22.82 73.94 3.24 100 23.78 72.99 3.23 37.01 100
12 Jawa Barat 29.00 66.60 4.41 100 27.96 67.29 4.74 100 28.49 66.94 4.57 49.39 100
13 Jawa Tengah 26.60 66.85 6.55 100 25.37 67.00 7.63 100 25.99 66.93 7.09 49.42 100
14 DI Yogyakarta* 21.44 69.46 9.10 100 19.77 68.82 11.41 100 20.60 69.14 10.26 44.63 100
15 Jawa Timur 24.82 69.12 6.06 100 22.88 69.41 7.71 100 23.84 69.26 6.90 44.38 100
16 Banten 30.09 67.29 2.62 100 29.87 67.53 2.61 100 29.98 67.41 2.61 48.35 100
17 Bali 26.07 67.79 6.14 100 24.67 68.07 7.27 100 25.38 67.92 6.70 47.23 100
18 Nusa Tenggara Barat 33.97 61.64 4.38 100 29.82 65.69 4.49 100 31.80 63.75 4.44 56.85 100
19 Nusa Tenggara Timur 38.70 56.67 4.63 100 35.25 60.00 4.75 100 36.98 58.32 4.69 71.45 100
20 Kalimantan Barat 31.00 65.63 3.38 100 30.66 65.92 3.42 100 30.83 65.77 3.40 52.05 100
21 Kalimantan Tengah 31.35 65.69 2.96 100 31.34 65.96 2.70 100 31.35 65.82 2.83 51.93 100
22 Kalimantan Selatan 30.85 65.78 3.37 100 27.75 67.84 4.41 100 29.32 66.80 3.89 49.72 100
23 Kalimantan Timur 29.73 67.84 2.43 100 29.63 67.66 2.70 100 29.68 67.76 2.56 47.58 100
24 Sulawesi Utara 25.86 68.67 5.46 100 26.27 67.28 6.46 100 26.06 67.98 5.95 47.09 100
25 Sulawesi Tengah 32.97 63.78 3.25 100 32.23 64.39 3.38 100 32.61 64.08 3.31 56.05 100
26 Sulawesi Selatan 31.62 63.65 4.72 100 28.06 66.36 5.58 100 29.81 65.03 5.16 53.78 100
27 Sulawesi Tenggara 36.26 60.39 3.35 100 33.55 62.69 3.76 100 34.90 61.55 3.55 62.47 100
28 Gorontalo 33.70 63.64 2.65 100 32.72 64.49 2.79 100 33.20 64.07 2.72 56.06 100
29 Sulawesi Barat 37.50 58.74 3.77 100 33.52 63.11 3.36 100 35.52 60.91 3.57 64.18 100
30 Maluku 36.22 60.00 3.78 100 34.09 62.05 3.86 100 35.15 61.03 3.82 63.85 100
31 Maluku Utara 36.70 60.20 3.10 100 34.33 62.59 3.08 100 35.54 61.37 3.09 62.95 100
32 Papua 36.99 62.10 0.91 100 34.19 65.03 0.78 100 35.66 63.49 0.85 57.51 100
33 Irian Jaya Barat 38.25 59.96 1.79 100 34.67 64.04 1.30 100 36.52 61.93 1.55 61.47 100
Indonesia 29.01 66.31 4.67 100 27.50 67.11 5.39 100 28.26 66.71 5.03 49.90 100
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006

Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul


Lampiran 2.3.a
PERSENTASE PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR TERTENTU, ANGKA BEBAN TANGGUNGAN DAN PROVINSI
TAHUN 2006
Perkotaan
Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan
No Provinsi Kelompok Umur Kelompok Umur Kelompok Umur Angka Beban
Jumlah Jumlah Jumlah
0-14 15-64 65+ 0-14 15-64 65+ 0-14 15-64 65+ Tanggungan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)

1 Nanggroe Aceh Darussalam 29.10 67.90 3.00 100 27.78 68.89 3.33 100 28.42 68.40 3.17 46.18 100
2 Sumatera Utara 29.61 67.00 3.38 100 29.52 66.51 3.97 100 29.57 66.75 3.68 49.81 100
3 Sumatera Barat 31.85 64.44 3.71 100 27.90 66.95 5.15 100 29.87 65.70 4.43 52.21 100
4 Riau 32.46 65.14 2.39 100 30.70 66.89 2.42 100 31.59 66.01 2.40 51.49 100
5 Jambi 29.89 66.90 3.21 100 28.11 67.85 4.04 100 29.00 67.37 3.62 48.42 100
6 Sumatera Selatan 29.40 66.92 3.68 100 27.48 68.49 4.03 100 28.44 67.71 3.85 47.69 100
7 Bengkulu 28.95 67.88 3.17 100 28.52 67.26 4.22 100 28.73 67.56 3.70 48.00 100
8 Lampung 27.49 68.56 3.95 100 29.23 66.12 4.65 100 28.35 67.35 4.30 48.48 100
9 Kepulauan Bangka Belitung 26.81 68.51 4.68 100 26.53 68.43 5.04 100 26.68 68.47 4.86 46.06 100
10 Kepulauan Riau 29.58 67.99 2.43 100 29.84 68.56 1.60 100 29.71 68.27 2.02 46.48 100
11 DKI Jakarta 24.74 72.04 3.22 100 22.82 73.94 3.24 100 23.78 72.99 3.23 37.01 100
12 Jawa Barat 28.88 67.50 3.62 100 27.36 68.99 3.65 100 28.13 68.24 3.64 46.56 100
13 Jawa Tengah 26.05 68.30 5.65 100 24.58 68.86 6.57 100 25.31 68.58 6.11 45.82 100
14 DI Yogyakarta* 20.55 71.97 7.48 100 19.11 70.85 10.04 100 19.84 71.41 8.75 40.04 100
15 Jawa Timur 24.94 69.69 5.38 100 23.07 70.38 6.55 100 23.99 70.04 5.97 42.78 100
16 Banten 28.18 69.50 2.32 100 27.25 70.33 2.42 100 27.72 69.91 2.37 43.04 100
17 Bali 26.57 68.63 4.79 100 25.34 68.96 5.70 100 25.97 68.79 5.24 45.37 100
18 Nusa Tenggara Barat 32.80 62.79 4.41 100 28.18 67.02 4.80 100 30.44 64.95 4.61 53.96 100
19 Nusa Tenggara Timur 33.50 64.06 2.44 100 31.91 65.38 2.71 100 32.72 64.71 2.58 54.55 100
20 Kalimantan Barat 29.28 66.60 4.12 100 29.60 66.04 4.35 100 29.44 66.32 4.24 50.78 100
21 Kalimantan Tengah 30.27 67.63 2.10 100 30.73 66.84 2.43 100 30.50 67.24 2.26 48.72 100
22 Kalimantan Selatan 30.19 66.34 3.47 100 26.76 69.01 4.23 100 28.48 67.68 3.85 47.77 100
23 Kalimantan Timur 29.47 68.81 1.72 100 28.61 68.77 2.62 100 29.05 68.79 2.15 45.36 100
24 Sulawesi Utara 25.04 70.93 4.03 100 25.84 68.38 5.78 100 25.45 69.63 4.92 43.62 100
25 Sulawesi Tengah 30.94 66.84 2.23 100 28.62 68.50 2.88 100 29.77 67.67 2.55 47.76 100
26 Sulawesi Selatan 30.05 66.36 3.59 100 26.17 69.59 4.24 100 28.07 68.00 3.92 47.04 100
27 Sulawesi Tenggara 32.55 65.27 2.18 100 30.24 66.42 3.34 100 31.37 65.85 2.77 51.85 100
28 Gorontalo 31.33 65.52 3.16 100 30.09 66.83 3.08 100 30.68 66.20 3.11 51.04 100
29 Sulawesi Barat 35.91 62.01 2.08 100 30.55 66.17 3.28 100 33.23 64.09 2.68 56.03 100
30 Maluku 32.79 63.58 3.63 100 30.51 66.08 3.41 100 31.62 64.86 3.52 54.18 100
31 Maluku Utara 33.82 64.07 2.11 100 29.72 67.53 2.75 100 31.81 65.77 2.43 52.06 100
32 Papua 35.52 63.41 1.07 100 32.11 66.77 1.13 100 33.92 64.98 1.10 53.89 100
33 Irian Jaya Barat 34.32 64.06 1.62 100 31.51 67.22 1.27 100 32.93 65.62 1.45 52.39 100
Indonesia 27.67 68.29 4.04 100 26.09 69.30 4.60 100 26.88 68.80 4.32 45.35 100
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006
Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.3.b
PERSENTASE PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR TERTENTU, ANGKA BEBAN TANGGUNGAN DAN PROVINSI
TAHUN 2006
Perdesaan
Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan
No Provinsi Kelompok Umur Kelompok Umur Kelompok Umur Angka Beban
Jumlah Jumlah Jumlah
0-14 15-64 65+ 0-14 15-64 65+ 0-14 15-64 65+
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)

1 Nanggroe Aceh Darussalam 34.02 62.67 3.31 100 30.82 64.88 4.30 100 32.41 63.78 3.81 56.79 100
2 Sumatera Utara 34.85 61.28 3.87 100 32.84 62.74 4.42 100 33.86 62.00 4.14 61.29 100
3 Sumatera Barat 34.04 60.37 5.59 100 30.81 62.05 7.13 100 32.40 61.22 6.38 63.35 100
4 Riau 32.73 64.18 3.09 100 31.96 65.29 2.76 100 32.35 64.72 2.93 54.51 100
5 Jambi 30.64 65.83 3.52 100 28.67 68.09 3.24 100 29.68 66.94 3.38 49.39 100
6 Sumatera Selatan 29.47 66.84 3.68 100 29.75 66.58 3.67 100 29.61 66.71 3.68 49.90 100
7 Bengkulu 31.92 64.30 3.79 100 31.12 65.03 3.85 100 31.53 64.65 3.82 54.68 100
8 Lampung 30.28 64.96 4.75 100 31.24 63.84 4.92 100 30.74 64.43 4.83 55.21 100
9 Kepulauan Bangka Belitung 29.37 67.66 2.97 100 28.68 68.23 3.09 100 29.04 67.93 3.03 47.21 100
10 Kepulauan Riau 29.97 66.79 3.25 100 29.79 67.02 3.20 100 29.88 66.90 3.22 49.48 100
11 DKI Jakarta - - - - - - - - - - - - -
12 Jawa Barat 29.13 65.58 5.29 100 28.64 65.37 5.99 100 28.89 65.48 5.63 52.72 100
13 Jawa Tengah 26.99 65.81 7.20 100 25.95 65.65 8.40 100 26.47 65.73 7.80 52.14 100
14 DI Yogyakarta* 22.59 66.21 11.19 100 20.59 66.33 13.08 100 21.57 66.27 12.16 50.90 100
15 Jawa Timur 24.73 68.70 6.57 100 22.75 68.69 8.57 100 23.73 68.69 7.58 45.58 100
16 Banten 32.42 64.60 2.98 100 33.09 64.07 2.84 100 32.75 64.34 2.91 55.42 100
17 Bali 25.50 66.83 7.66 100 23.93 67.08 8.99 100 24.72 66.96 8.32 49.34 100
18 Nusa Tenggara Barat 34.71 60.93 4.37 100 30.79 64.90 4.30 100 32.65 63.01 4.33 58.69 100
19 Nusa Tenggara Timur 39.73 55.21 5.06 100 35.90 58.95 5.15 100 37.82 57.08 5.10 75.19 100
20 Kalimantan Barat 31.62 65.27 3.11 100 31.07 65.87 3.06 100 31.35 65.56 3.09 52.53 100
21 Kalimantan Tengah 31.79 64.89 3.32 100 31.60 65.59 2.81 100 31.70 65.23 3.07 53.30 100
22 Kalimantan Selatan 31.25 65.44 3.31 100 28.36 67.12 4.52 100 29.82 66.27 3.91 50.90 100
23 Kalimantan Timur 30.02 66.70 3.27 100 30.88 66.31 2.81 100 30.43 66.52 3.05 50.33 100
24 Sulawesi Utara 26.35 67.34 6.31 100 26.55 66.56 6.90 100 26.45 66.96 6.59 49.34 100
25 Sulawesi Tengah 33.48 63.01 3.50 100 33.19 63.29 3.52 100 33.34 63.15 3.51 58.35 100
26 Sulawesi Selatan 32.36 62.38 5.26 100 28.95 64.85 6.21 100 30.62 63.64 5.74 57.13 100
27 Sulawesi Tenggara 37.26 59.07 3.67 100 34.48 61.65 3.87 100 35.87 60.37 3.77 65.66 100
28 Gorontalo 34.50 63.01 2.49 100 33.70 63.62 2.68 100 34.10 63.31 2.59 57.95 100
29 Sulawesi Barat 37.78 58.16 4.07 100 34.06 62.56 3.38 100 35.93 60.34 3.72 65.71 100
30 Maluku 37.54 58.62 3.84 100 35.55 60.41 4.04 100 36.54 59.52 3.94 68.01 100
31 Maluku Utara 37.67 58.90 3.43 100 35.91 60.91 3.19 100 36.81 59.88 3.31 67.00 100
32 Papua 37.47 61.68 0.85 100 34.85 64.48 0.67 100 36.22 63.01 0.76 58.69 100
33 Irian Jaya Barat 40.01 58.12 1.87 100 36.17 62.52 1.31 100 38.18 60.22 1.60 66.06 100
Indonesia 30.04 64.80 5.16 100 28.59 65.41 6.00 100 29.32 65.10 5.58 53.61 100
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006

Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul


Lampiran 2.4
JUMLAH DAN PERSENTASE DAERAH TERTINGGAL
MENURUT PROVINSI TAHUN 2004 - 2006

2004 2005
No Provinsi
Jumlah Kab/Kota Kabupaten Tertinggal (%) Jumlah Kab/Kota Kabupaten Tertinggal (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 Nanggroe Aceh Darussalam 21 16 76.19 21 16 76.19


2 Sumatera Utara 25 6 24.00 25 6 24.00
3 Sumatera Barat 19 9 47.37 19 7 36.84
4 Riau 17 3 17.65 11 2 18.18
5 Jambi 10 2 20.00 10 2 20.00
6 Sumatera Selatan 14 6 42.86 14 6 42.86
7 Bengkulu 9 8 88.89 9 8 88.89
8 Lampung 10 5 50.00 10 5 50.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 7 3 42.86 7 3 42.86
10 Kepulauan Riau 6 1 16.67
11 DKI Jakarta 6 0 0.00 6 0 0.00
12 Jawa Barat 25 2 8.00 25 2 8.00
13 Jawa Tengah 35 3 8.57 35 3 8.57
14 Daerah Istimewa Yogyakarta 5 2 40.00 5 2 40.00
15 Jawa Timur 38 8 21.05 38 8 21.05
16 Banten 6 2 33.33 6 2 33.33
17 Bali 9 1 11.11 9 1 11.11
18 Nusa Tenggara Barat 9 7 77.78 9 7 77.78
19 Nusa Tenggara Timur 16 15 93.75 16 15 93.75
20 Kalimantan Barat 12 9 75.00 12 9 75.00
21 Kalimantan Tengah 14 7 50.00 14 7 50.00
22 Kalimantan Selatan 13 2 15.38 13 0 0.00
23 Kalimantan Timur 13 3 23.08 13 5 38.46
24 Sulawesi Utara 9 2 22.22 9 2 22.22
25 Sulawesi Tengah 10 9 90.00 10 9 90.00
26 Sulawesi Selatan 28 18 64.29 23 13 56.52
27 Sulawesi Tenggara 10 8 80.00 10 8 80.00
28 Gorontalo 5 4 80.00 5 4 80.00
29 Sulawesi Barat 5 5 100.00
30 Maluku 8 7 87.50 8 7 87.50
31 Maluku Utara 8 6 75.00 8 6 75.00
32 Papua 29 26 89.66 20 19 95.00
33 Irian Jaya Barat 9 7 77.78
Jumlah 440 199 45.23 440 197 44.77
Sumber: Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Lampiran 2.5

PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG MENDAPAT PELAYANAN GRATIS


SELAMA 6 BULAN REFERENSI MENURUT PROVINSI DAN JENIS KARTU YANG DIGUNAKAN TAHUN 2006

Rumah Tangga Jenis Kartu


No Provinsi Jumlah
Mendapat Pelayanan Gratis Askeskin Kompensasi BBM (KKB) Kartu Sehat Lainnya
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 32.83 70.62 2.67 19.04 7.67 100.00
2 Sumatera Utara 9.38 48.45 5.89 31.15 14.51 100.00
3 Sumatera Barat 9.95 37.88 3.95 44.16 14.01 100.00
4 Riau 11.23 29.81 5.56 40.42 24.22 100.01
5 Jambi 9.03 31.50 5.70 46.04 16.75 99.99
6 Sumatera Selatan 12.08 72.67 4.14 16.33 6.86 100.00
7 Bengkulu 11.32 57.22 3.99 28.57 10.23 100.01
8 Lampung 9.62 61.33 2.35 27.77 8.55 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 14.91 48.96 1.51 26.47 23.06 100.00
10 Kepulauan Riau 9.05 52.89 1.67 25.26 20.18 100.00
11 DKI Jakarta 3.79 19.49 6.17 47.49 26.85 100.00
12 Jawa Barat 11.54 58.78 2.18 28.93 10.11 100.00
13 Jawa Tengah 15.81 53.31 2.31 24.45 19.93 100.00
14 DI Yogyakarta *) 15.64 51.81 0.64 26.54 21.01 100.00
15 Jawa Timur 11.57 62.75 2.47 22.55 12.23 100.00
16 Banten 8.74 32.37 9.64 52.97 5.03 100.01
17 Bali 10.81 29.91 1.65 21.05 47.39 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 16.63 34.32 1.63 47.57 16.48 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 35.56 50.31 2.88 37.91 8.90 100.00
20 Kalimantan Barat 14.77 75.88 3.10 13.17 7.85 100.00
21 Kalimantan Tengah 9.39 54.23 15.57 23.36 6.84 100.00
22 Kalimantan Selatan 10.21 29.55 4.20 41.37 24.89 100.01
23 Kalimantan Timur 14.16 45.81 4.45 15.34 34.40 100.00
24 Sulawesi Utara 9.00 57.97 3.81 22.00 16.22 100.00
25 Sulawesi Tengah 14.43 55.60 4.06 33.32 7.02 100.00
26 Sulawesi Selatan 13.55 56.31 7.77 22.75 13.17 100.00
27 Sulawesi Tenggara 19.70 53.77 5.28 24.74 16.21 100.00
28 Gorontalo 18.12 71.77 2.99 16.90 8.35 100.01
29 Sulawesi Barat 25.35 45.94 3.21 17.91 32.94 100.00
30 Maluku 12.01 41.54 2.42 48.63 7.42 100.01
31 Maluku Utara 17.51 24.19 2.35 52.10 21.35 99.99
32 Papua 28.69 55.63 1.97 37.65 4.74 99.99
33 Irian Jaya Barat 20.98 44.97 3.53 37.08 14.42 100.00
Indonesia 12.85 54.20 3.26 28.12 14.41 99.99
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006
Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.6

PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG MEMBELI BERAS MURAH/RASKIN


SELAMA 6 BULAN REFERENSI DAN JUMLAH BERAS YANG DIBELI MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

RT yang Membeli Jumlah Beras yang Dibeli (Kg)


No Provinsi Jumlah
Beras Murah/Raskin < 10 11-30 > 31
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 68.28 41.25 39.92 18.83 100.00
2 Sumatera Utara 29.97 50.47 38.22 11.30 99.99
3 Sumatera Barat 23.68 47.37 40.86 11.77 100.00
4 Riau 30.44 43.55 46.30 10.15 100.00
5 Jambi 32.93 54.83 31.23 13.95 100.01
6 Sumatera Selatan 33.24 40.59 44.32 15.09 100.00
7 Bengkulu 38.60 47.86 39.05 13.09 100.00
8 Lampung 56.66 60.79 24.80 14.41 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 15.24 59.50 23.74 16.76 100.00
10 Kepulauan Riau 28.59 68.26 27.49 4.25 100.00
11 DKI Jakarta 7.93 76.14 22.77 1.10 100.01
12 Jawa Barat 43.59 63.49 29.33 7.18 100.00
13 Jawa Tengah 66.58 36.04 55.15 8.81 100.00
14 DI Yogyakarta *) 39.18 35.57 49.27 15.16 100.00
15 Jawa Timur 51.68 61.49 33.07 5.44 100.00
16 Banten 25.74 78.34 19.32 2.34 100.00
17 Bali 36.54 54.74 39.53 5.73 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 76.10 86.42 11.90 1.69 100.01
19 Nusa Tenggara Timur 73.99 14.06 64.18 21.77 100.01
20 Kalimantan Barat 32.92 39.02 51.40 9.58 100.00
21 Kalimantan Tengah 33.75 44.52 42.63 12.85 100.00
22 Kalimantan Selatan 26.22 56.06 31.97 11.97 100.00
23 Kalimantan Timur 24.97 39.62 49.62 10.76 100.00
24 Sulawesi Utara 28.39 73.28 16.01 10.70 99.99
25 Sulawesi Tengah 51.37 46.66 34.79 18.56 100.01
26 Sulawesi Selatan 27.53 52.79 30.77 16.44 100.00
27 Sulawesi Tenggara 59.22 51.82 38.23 9.95 100.00
28 Gorontalo 35.70 42.22 42.80 14.97 99.99
29 Sulawesi Barat 46.84 48.95 32.29 18.75 99.99
30 Maluku 48.40 22.69 62.86 14.46 100.01
31 Maluku Utara 52.67 18.75 59.07 22.19 100.01
32 Papua 63.13 14.01 66.23 19.76 100.00
33 Irian Jaya Barat 45.54 35.69 48.24 16.08 100.01
Indonesia 45.01 52.07 38.74 9.20 100.01
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006
Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.7

TINGKAT PENGANGGURAN DAN INFLASI MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

No Provinsi Tingkat Pengangguran Tingkat Inflasi


(1) (2) (3) (7)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 12.08 9.54
2 Sumatera Utara 14.82 5.97
3 Sumatera Barat 12.93 8.05
4 Riau 11.46 6.32
5 Jambi 7.77 10.66
6 Sumatera Selatan 12.10 8.44
7 Bengkulu 6.91 6.52
8 Lampung 9.76 6.03
9 Kepulauan Bangka Belitung 5.95 6.42
10 Kepulauan Riau 16.34 4.58
11 DKI Jakarta 14.31 6.03
12 Jawa Barat 14.50 5.33
13 Jawa Tengah 8.20 6.08
14 DI Yogyakarta 6.25 10.40
15 Jawa Timur 7.72 6.71
16 Banten 10.69 7.67
17 Bali 5.32 4.30
18 Nusa Tenggara Barat 8.96 4.17
19 Nusa Tenggara Timur 4.98 9.72
20 Kalimantan Barat 7.06 6.32
21 Kalimantan Tengah 5.13 7.72
22 Kalimantan Selatan 8.78 11.03
23 Kalimantan Timur 12.11 6.50
24 Sulawesi Utara 9.77 5.09
25 Sulawesi Tengah 8.90 8.69
26 Sulawesi Selatan 12.32 7.21
27 Sulawesi Tenggara 7.42 10.57
28 Gorontalo 13.67 7.54
29 Sulawesi Barat 4.64 -
30 Maluku 15.76 4.80
31 Maluku Utara 8.54 5.12
32 Papua 4.50 9.52
33 Irian Jaya Barat 11.17 0.00
Indonesia 10.45 6.60
Sumber: BPS, Indikator Penting Indoensia
Lampiran 2.8
PERSENTASE KEPANDAIAN MEMBACA MENULIS PADA PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KEATAS
MENURUT JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2006
Perkotaan+Perdesaan

Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan


No Provinsi Huruf Huruf Huruf Latin Buta Huruf Huruf Huruf Latin Buta Huruf Huruf Huruf Latin Buta
Jumlah Jumlah Jumlah
Latin Lainnya + Lainnya Huruf Latin Lainnya + Lainnya Huruf Latin Lainnya + Lainnya Huruf
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)

1 Nanggroe Aceh Darussalam 64.74 3.88 27.97 3.41 100 61.19 5.08 26.91 6.81 100 62.93 4.49 27.43 5.15 100
2 Sumatera Utara 87.27 1.59 9.38 1.76 100 84.20 1.9 9.68 4.23 100 85.73 1.75 9.52 3.00 100
3 Sumatera Barat 76.44 1.23 19.85 2.48 100 73.04 1.63 20.57 4.76 100 74.70 1.44 20.21 3.65 100
4 Riau 78.39 1.25 18.75 1.61 100 75.59 1.95 19.11 3.35 100 77.02 1.59 18.93 2.46 100
5 Jambi 72.52 2.93 21.93 2.62 100 68.09 4.25 20.77 6.89 100 70.33 3.58 21.35 4.74 100
6 Sumatera Selatan 87.68 1.80 8.70 1.82 100 84.55 2.25 8.83 4.38 100 86.13 2.02 8.76 3.09 100
7 Bengkulu 92.66 1.06 3.23 3.05 100 88.19 1.31 2.52 7.99 100 90.44 1.18 2.88 5.50 100
8 Lampung 81.58 1.00 13.73 3.69 100 76.81 1.39 12.71 9.09 100 79.28 1.19 13.24 6.30 100
9 Kepulauan Bangka Belitung 68.76 2.16 26.26 2.82 100 64.71 3.22 25.38 6.69 100 66.82 2.67 25.84 4.67 100
10 Kepulauan Riau 63.63 1.43 32.09 2.86 100 63.15 1.35 29.85 5.65 100 63.39 1.39 30.98 4.23 100
11 DKI Jakarta 77.96 1.59 19.52 0.93 100 77.53 1.88 18.19 2.39 100 77.75 1.74 18.85 1.66 100
12 Jawa Barat 68.13 2.14 27.04 2.69 100 64.66 2.80 26.23 6.31 100 66.41 2.47 26.64 4.48 100
13 Jawa Tengah 71.03 1.15 21.31 6.51 100 64.27 1.60 19.82 14.31 100 67.62 1.38 20.56 10.44 100
14 DI Yogyakarta* 51.04 0.47 41.45 7.03 100 46.39 0.55 35.27 17.78 100 48.69 0.51 38.33 12.47 100
15 Jawa Timur 67.89 2.26 22.69 7.16 100 59.99 2.92 21.16 15.94 100 63.86 2.59 21.91 11.64 100
16 Banten 70.29 2.95 24.13 2.63 100 67.72 3.68 22.38 6.22 100 69.03 3.31 23.27 4.40 100
17 Bali 54.55 0.77 37.45 7.22 100 53.26 0.75 27.37 18.62 100 53.92 0.76 32.47 12.86 100
18 Nusa Tenggara Barat 67.54 1.88 17.57 13.01 100 59.66 1.78 15.42 23.14 100 63.39 1.83 16.44 18.35 100
19 Nusa Tenggara Timur 87.57 0.69 1.84 9.90 100 83.55 0.64 1.70 14.10 100 85.54 0.67 1.77 12.02 100
20 Kalimantan Barat 82.71 1.80 9.52 5.97 100 74.80 2.36 9.33 13.51 100 78.81 2.07 9.43 9.69 100
21 Kalimantan Tengah 90.73 0.61 6.46 2.20 100 88.42 0.82 6.50 4.26 100 89.61 0.71 6.48 3.20 100
22 Kalimantan Selatan 69.45 1.68 25.60 3.27 100 64.28 2.80 25.39 7.53 100 66.86 2.24 25.50 5.40 100
23 Kalimantan Timur 71.34 2.77 23.37 2.51 100 69.04 2.83 22.41 5.71 100 70.24 2.80 22.91 4.04 100
24 Sulawesi Utara 94.84 1.52 2.66 0.98 100 94.14 1.60 3.24 1.01 100 94.49 1.56 2.95 1.00 100
25 Sulawesi Tengah 75.32 1.66 19.63 3.40 100 71.76 1.86 20.46 5.92 100 73.58 1.76 20.03 4.63 100
26 Sulawesi Selatan 72.43 1.88 15.29 10.39 100 66.81 2.24 16.06 14.89 100 69.53 2.07 15.69 12.72 100
27 Sulawesi Tenggara 82.17 1.56 10.68 5.58 100 75.71 2.06 10.42 11.81 100 78.88 1.81 10.55 8.76 100
28 Gorontalo 73.42 1.38 20.66 4.55 100 65.76 1.84 28.72 3.68 100 69.56 1.61 24.72 4.11 100
29 Sulawesi Barat 75.12 2.28 12.46 10.13 100 70.90 2.63 11.64 14.84 100 72.99 2.46 12.05 12.51 100
30 Maluku 85.39 0.91 11.12 2.59 100 84.21 1.03 11.15 3.61 100 84.79 0.97 11.14 3.11 100
31 Maluku Utara 80.94 0.71 15.12 3.24 100 78.90 0.85 13.50 6.75 100 79.93 0.78 14.33 4.96 100
32 Papua 68.82 2.52 4.37 24.29 100 60.54 2.45 4.07 32.94 100 64.86 2.49 4.23 28.42 100
33 Irian Jaya Barat 87.29 1.47 2.86 8.38 100 82.53 2.17 2.08 13.22 100 84.94 1.82 2.48 10.77 100
Indonesia 72.97 1.81 20.34 4.88 100 68.05 2.31 19.30 10.33 100 70.51 2.66 19.82 7.61 100
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006
Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.8.a

PERSENTASE KEPANDAIAN MEMBACA MENULIS PADA PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KEATAS


MENURUT JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2006
Perkotaan

Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan


No Provinsi Huruf Huruf Huruf Latin Buta Huruf Huruf Huruf Latin Buta Huruf Huruf Huruf Latin Buta
Jumlah Jumlah Jumlah
Latin Lainnya + Lainnya Huruf Latin Lainnya + Lainnya Huruf Latin Lainnya + Lainnya Huruf
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)

1 Nanggroe Aceh Darussalam 65.57 3.54 29.97 0.92 100 62.75 4.50 30.27 2.49 100 64.13 4.03 30.12 1.72 100
2 Sumatera Utara 87.20 1.30 10.73 0.77 100 84.84 1.83 11.26 2.07 100 86.01 1.57 11.00 1.43 100
3 Sumatera Barat 82.66 1.24 14.65 1.45 100 81.53 1.39 15.23 1.85 100 82.09 1.32 14.94 1.65 100
4 Riau 84.38 0.45 14.51 0.66 100 81.81 0.70 16.21 1.28 100 83.10 0.57 15.36 0.97 100
5 Jambi 75.90 1.52 21.82 0.77 100 72.75 2.03 22.37 2.85 100 74.31 1.78 22.10 1.82 100
6 Sumatera Selatan 85.05 2.14 11.83 0.97 100 83.12 2.56 11.88 2.44 100 84.08 2.35 11.86 1.71 100
7 Bengkulu 93.68 1.38 3.47 1.46 100 93.43 1.22 1.99 3.37 100 93.55 1.30 2.72 2.43 100
8 Lampung 88.78 0.99 7.81 2.41 100 84.02 1.27 8.66 6.05 100 86.43 1.13 8.23 4.21 100
9 Kepulauan Bangka Belitung 70.73 2.58 24.41 2.28 100 65.43 5.16 24.92 4.48 100 68.19 3.82 24.66 3.34 100
10 Kepulauan Riau 60.51 1.68 36.23 1.58 100 61.15 1.54 33.21 4.09 100 60.83 1.61 34.73 2.83 100
11 DKI Jakarta 77.96 1.59 19.52 0.93 100 77.53 1.88 18.19 2.39 100 77.75 1.74 18.85 1.66 100
12 Jawa Barat 69.08 2.48 26.85 1.59 100 66.22 3.05 26.74 4.00 100 67.66 2.76 26.79 2.79 100
13 Jawa Tengah 75.49 1.23 19.17 4.10 100 70.03 1.54 18.03 10.40 100 72.73 1.39 18.59 7.28 100
14 DI Yogyakarta* 53.14 0.35 43.36 3.15 100 49.66 0.77 38.16 11.41 100 51.40 0.56 40.76 7.28 100
15 Jawa Timur 74.28 1.74 20.49 3.49 100 68.54 2.30 19.96 9.20 100 71.34 2.03 20.22 6.41 100
16 Banten 74.23 2.95 20.81 2.01 100 71.77 3.59 19.55 5.10 100 73.01 3.27 20.18 3.54 100
17 Bali 55.48 0.73 39.27 4.52 100 56.75 0.84 29.81 12.61 100 56.10 0.79 34.61 8.50 100
18 Nusa Tenggara Barat 72.91 2.28 16.20 8.60 100 65.71 2.70 13.45 18.14 100 69.21 2.49 14.79 13.51 100
19 Nusa Tenggara Timur 89.73 1.08 5.01 4.18 100 88.85 1.17 4.84 5.14 100 89.29 1.12 4.93 4.66 100
20 Kalimantan Barat 81.53 2.09 11.56 4.82 100 76.39 1.99 11.57 10.05 100 78.92 2.04 11.57 7.47 100
21 Kalimantan Tengah 84.89 0.58 12.78 1.75 100 84.31 0.80 11.87 3.02 100 84.60 0.69 12.33 2.38 100
22 Kalimantan Selatan 73.73 1.48 23.48 1.31 100 71.52 2.25 22.76 3.47 100 72.61 1.87 23.12 2.40 100
23 Kalimantan Timur 70.19 3.08 25.56 1.17 100 68.68 3.33 24.51 3.47 100 69.46 3.20 25.05 2.28 100
24 Sulawesi Utara 93.07 2.66 3.49 0.78 100 93.86 2.48 3.31 0.35 100 93.47 2.57 3.40 0.56 100
25 Sulawesi Tengah 79.59 1.48 17.88 1.05 100 77.28 1.95 19.24 1.53 100 78.42 1.72 18.57 1.30 100
26 Sulawesi Selatan 78.77 1.36 16.10 3.78 100 74.70 1.39 17.55 6.37 100 76.65 1.37 16.85 5.12 100
27 Sulawesi Tenggara 73.34 3.19 21.27 2.20 100 69.61 3.75 21.38 5.26 100 71.41 3.48 21.33 3.78 100
28 Gorontalo 65.73 1.24 30.62 2.41 100 61.00 1.97 35.30 1.73 100 63.25 1.62 33.08 2.05 100
29 Sulawesi Barat 70.18 3.62 20.15 6.06 100 68.30 3.29 21.60 6.80 100 69.22 3.45 20.89 6.44 100
30 Maluku 87.49 0.84 10.60 1.07 100 84.87 1.11 12.88 1.14 100 86.15 0.98 11.77 1.10 100
31 Maluku Utara 81.64 0.82 16.82 0.72 100 80.86 1.07 15.26 2.82 100 81.25 0.94 16.04 1.77 100
32 Papua 82.83 5.29 10.38 1.50 100 82.23 5.28 10.17 2.32 100 82.54 5.29 10.28 1.89 100
33 Irian Jaya Barat 94.99 3.52 0.73 0.76 100 92.81 4.10 0.48 2.61 100 93.89 3.81 0.61 1.69 100
Indonesia 74.93 1.84 20.81 2.42 100 71.63 2.27 20.06 6.04 100 73.27 2.06 20.43 4.24 100
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006
Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.8.b

PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS MENURUT PROVINSI,


JENIS KELAMIN, DAN KEPANDAIAN MEMBACA DAN MENULIS TAHUN 2006
Perdesaan

Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan


No Provinsi Huruf Huruf Huruf Latin Buta Huruf Huruf Huruf Latin Buta Huruf Huruf Huruf Latin Buta
Jumlah Jumlah Jumlah
Latin Lainnya + Lainnya Huruf Latin Lainnya + Lainnya Huruf Latin Lainnya + Lainnya Huruf
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)

1 Nanggroe Aceh Darussalam 64.48 3.98 27.36 4.18 100 60.71 5.26 25.87 8.15 100 62.56 4.63 26.60 6.20 100
2 Sumatera Utara 87.33 1.83 8.28 2.55 100 83.67 1.96 8.36 6.01 100 85.50 1.90 8.32 4.29 100
3 Sumatera Barat 73.55 1.23 22.26 2.96 100 69.22 1.74 22.96 6.07 100 71.32 1.49 22.62 4.56 100
4 Riau 75.18 1.68 21.02 2.12 100 72.07 2.66 20.76 4.51 100 73.67 2.15 20.89 3.28 100
5 Jambi 71.24 3.46 21.97 3.33 100 66.21 5.14 20.12 8.53 100 68.77 4.29 21.06 5.88 100
6 Sumatera Selatan 89.04 1.62 7.09 2.26 100 85.32 2.08 7.16 5.44 100 87.22 1.84 7.12 3.81 100
7 Bengkulu 92.26 0.94 3.14 3.66 100 86.06 1.34 2.73 9.87 100 89.21 1.14 2.94 6.71 100
8 Lampung 79.55 1.00 15.40 4.06 100 74.68 1.42 13.91 9.99 100 77.22 1.20 14.68 6.90 100
9 Kepulauan Bangka Belitung 67.32 1.85 27.61 3.22 100 64.18 1.79 25.72 8.31 100 65.81 1.82 26.71 5.66 100
10 Kepulauan Riau 75.08 0.49 16.89 7.53 100 70.86 0.60 16.87 11.67 100 73.05 0.53 16.98 9.53 100
11 DKI Jakarta 100 100 100
12 Jawa Barat 67.05 1.75 27.26 3.93 100 62.88 2.52 25.64 8.96 100 65.00 2.13 26.46 6.40 100
13 Jawa Tengah 67.81 1.10 22.85 8.24 100 60.05 1.65 21.13 17.17 100 63.91 1.38 21.99 12.72 100
14 DI Yogyakarta* 48.32 0.63 38.98 12.08 100 42.40 0.28 31.74 25.57 100 45.27 0.45 35.26 19.02 100
15 Jawa Timur 63.24 2.63 24.29 9.83 100 53.75 3.36 22.03 20.86 100 58.40 3.01 23.14 15.46 100
16 Banten 65.43 2.95 28.23 3.39 100 62.57 3.79 25.98 7.65 100 64.03 3.36 27.13 5.47 100
17 Bali 53.53 0.81 35.46 10.20 100 49.48 0.64 24.73 25.15 100 51.52 0.73 30.13 17.62 100
18 Nusa Tenggara Barat 64.07 1.62 18.45 15.85 100 56.06 1.24 16.59 26.11 100 59.79 1.42 17.46 21.34 100
19 Nusa Tenggara Timur 87.12 0.61 1.18 11.10 100 82.48 0.54 1.07 15.92 100 84.77 0.57 1.12 13.53 100
20 Kalimantan Barat 83.15 1.69 8.78 6.38 100 74.17 2.50 8.45 14.87 100 78.77 2.09 8.62 10.52 100
21 Kalimantan Tengah 93.12 0.61 3.89 2.38 100 90.15 0.83 4.24 4.78 100 91.69 0.72 4.06 3.54 100
22 Kalimantan Selatan 66.86 1.81 26.88 4.45 100 59.83 3.14 27.01 10.02 100 63.34 2.47 26.95 7.24 100
23 Kalimantan Timur 72.69 2.41 20.82 4.08 100 69.49 2.22 19.84 8.45 100 71.18 2.32 20.36 6.14 100
24 Sulawesi Utara 95.89 0.84 2.17 1.10 100 94.32 1.03 3.20 1.44 100 95.13 0.93 2.67 1.27 100
25 Sulawesi Tengah 74.22 1.71 20.07 4.00 100 70.22 1.84 20.80 7.14 100 72.29 1.77 20.43 5.52 100
26 Sulawesi Selatan 69.46 2.13 14.91 13.50 100 63.06 2.64 15.35 18.95 100 66.15 2.39 15.14 16.31 100
27 Sulawesi Tenggara 84.64 1.11 7.72 6.53 100 77.48 1.57 7.25 13.70 100 81.01 1.34 7.48 10.18 100
28 Gorontalo 76.10 1.42 17.18 5.30 100 67.63 1.79 26.14 4.44 100 71.90 1.60 21.62 4.87 100
29 Sulawesi Barat 76.01 2.04 11.08 10.87 100 71.37 2.50 9.81 16.31 100 73.67 2.28 10.44 13.62 100
30 Maluku 84.52 0.93 11.33 3.22 100 83.92 0.99 10.42 4.67 100 84.22 0.96 10.87 3.95 100
31 Maluku Utara 80.69 0.67 14.54 4.10 100 78.19 0.78 12.87 8.16 100 79.47 0.72 13.72 6.09 100
32 Papua 64.27 1.62 2.42 31.69 100 53.48 1.53 2.09 42.90 100 59.12 1.58 2.26 37.04 100
33 Irian Jaya Barat 83.77 0.53 3.83 11.87 100 77.53 1.24 2.86 18.37 100 80.72 0.88 3.36 15.04 100
Indonesia 71.46 1.78 19.97 6.79 100 65.24 2.35 18.71 13.70 100 68.35 2.07 19.34 10.24 100
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006
Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.9
PERSENTASE STATUS PENDIDIKAN PADA PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
Perkotaan+Perdesaan
Tidak/Belum Masih Sekolah Jumlah Tidak
No Provinsi Pernah SLTP/ SMU/ yang Masih Bersekolah Jumlah
SD/MI D-I/Univ.
Sekolah MTs. SMK/MA Sekolah Lagi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 4.97 8.51 8.20 6.51 3.07 26.30 68.73 100.00
2 Sumatera Utara 2.70 8.84 7.82 6.04 1.80 24.51 72.79 100.00
3 Sumatera Barat 2.53 9.05 6.81 5.06 2.49 23.41 74.06 100.00
4 Riau 2.93 8.97 7.17 4.96 1.54 22.63 74.44 100.00
5 Jambi 5.53 8.08 5.78 4.11 1.62 19.59 74.88 100.00
6 Sumatera Selatan 3.45 7.97 6.47 4.39 1.36 20.19 76.36 100.00
7 Bengkulu 4.74 8.55 6.65 5.52 2.04 22.75 72.51 100.00
8 Lampung 5.65 8.16 6.55 4.04 1.02 19.77 74.58 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 5.22 6.74 5.18 4.19 0.86 16.97 77.81 100.00
10 Kepulauan Riau 5.01 6.51 5.32 3.93 0.90 16.66 78.33 100.00
11 DKI Jakarta 1.72 4.53 4.97 4.53 2.76 16.80 81.48 100.00
12 Jawa Barat 4.82 7.77 5.48 3.72 1.18 18.14 77.04 100.00
13 Jawa Tengah 9.44 6.91 5.80 3.62 1.13 17.45 73.11 100.00
14 DI Yogyakarta* 12.25 4.87 4.47 3.72 6.91 19.98 67.77 100.00
15 Jawa Timur 11.49 6.21 5.07 3.29 1.26 15.82 72.69 100.00
16 Banten 5.36 8.31 6.14 4.13 1.44 20.02 74.62 100.00
17 Bali 12.56 5.74 4.78 3.92 1.67 16.11 71.33 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 17.92 8.94 7.12 4.61 1.74 22.41 59.67 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 10.43 11.21 5.47 3.44 1.01 21.13 68.44 100.00
20 Kalimantan Barat 10.48 9.48 6.23 3.57 1.15 20.43 69.09 100.00
21 Kalimantan Tengah 2.95 9.49 6.51 4.02 1.22 21.24 75.81 100.00
22 Kalimantan Selatan 4.95 7.61 5.50 3.44 1.14 17.69 77.36 100.00
23 Kalimantan Timur 4.50 7.78 5.73 4.76 2.01 20.28 75.22 100.00
24 Sulawesi Utara 0.74 5.93 5.37 4.31 1.58 17.19 82.07 100.00
25 Sulawesi Tengah 3.93 8.11 5.96 3.84 1.83 19.74 76.33 100.00
26 Sulawesi Selatan 12.09 7.29 5.78 4.13 2.10 19.30 68.61 100.00
27 Sulawesi Tenggara 8.48 8.69 7.86 5.32 2.36 24.24 67.28 100.00
28 Gorontalo 2.12 9.12 5.56 3.14 1.14 18.96 78.92 100.00
29 Sulawesi Barat 11.91 9.06 5.51 3.37 0.95 18.89 69.2 100.00
30 Maluku 3.44 9.21 8.81 6.31 2.08 26.41 70.15 100.00
31 Maluku Utara 4.28 9.30 7.18 5.48 1.76 23.72 72 100.00
32 Papua 29.22 10.07 6.02 4.00 1.06 21.15 49.63 100.00
33 Irian Jaya Barat 10.34 11.47 6.45 3.90 0.87 22.69 66.97 100.00
Indonesia 7.43 7.49 5.88 4.04 1.52 18.94 73.63 100
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006
Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.9.a
PERSENTASE STATUS PENDIDIKAN PADA PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
Perkotaan
Tidak/Belum Masih Sekolah Jumlah Tidak
No Provinsi Pernah SLTP/ SMU/ yang Masih Bersekolah Jumlah
SD/MI D-I/Univ.
Sekolah MTs. SMK/MA Sekolah Lagi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 1.62 7.33 7.47 7.66 5.99 28.45 69.93 100.00
2 Sumatera Utara 1.24 7.23 7.48 6.63 2.94 24.28 74.48 100.00
3 Sumatera Barat 1.26 7.93 7.06 6.43 5.40 26.83 71.91 100.00
4 Riau 0.92 7.80 6.89 6.11 2.61 23.41 75.67 100.00
5 Jambi 2.23 6.61 5.58 5.63 2.54 20.36 77.41 100.00
6 Sumatera Selatan 2.29 7.07 6.77 6.58 3.04 23.45 74.26 100.00
7 Bengkulu 1.75 7.74 6.04 8.37 4.36 26.51 71.74 100.00
8 Lampung 3.78 6.66 6.06 6.17 2.20 21.08 75.14 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 3.13 5.50 5.24 5.42 1.16 17.32 79.55 100.00
10 Kepulauan Riau 3.17 5.95 5.12 4.26 0.99 16.33 80.50 100.00
11 DKI Jakarta 1.72 4.53 4.97 4.53 2.76 16.80 81.48 100.00
12 Jawa Barat 2.96 7.30 6.20 4.67 1.78 19.95 77.09 100.00
13 Jawa Tengah 6.65 6.40 6.05 4.85 1.93 19.23 74.12 100.00
14 DI Yogyakarta* 7.21 4.41 4.01 4.02 11.10 23.55 69.24 100.00
15 Jawa Timur 6.30 5.89 5.42 4.42 2.13 17.85 75.85 100.00
16 Banten 4.00 6.69 6.02 5.02 2.21 19.95 76.05 100.00
17 Bali 8.11 5.53 5.01 4.70 2.06 17.30 74.59 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 13.54 7.94 7.31 5.79 2.81 23.85 62.61 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 4.08 7.67 7.49 8.99 3.75 27.91 68.01 100.00
20 Kalimantan Barat 7.30 8.41 5.68 5.27 2.89 22.25 70.45 100.00
21 Kalimantan Tengah 2.02 7.90 6.37 6.01 2.97 23.25 74.73 100.00
22 Kalimantan Selatan 2.06 6.82 5.85 4.39 2.04 19.10 78.84 100.00
23 Kalimantan Timur 2.25 6.82 5.88 5.05 2.92 20.67 77.08 100.00
24 Sulawesi Utara 0.42 5.36 5.42 4.89 2.77 18.45 81.13 100.00
25 Sulawesi Tengah 1.22 6.62 6.36 6.90 5.33 25.21 73.57 100.00
26 Sulawesi Selatan 4.22 6.00 5.70 5.93 4.58 22.22 73.56 100.00
27 Sulawesi Tenggara 4.06 6.51 7.79 7.77 6.48 28.56 67.38 100.00
28 Gorontalo 1.21 7.55 6.57 5.26 2.19 21.57 77.22 100.00
29 Sulawesi Barat 5.76 7.03 5.32 6.51 2.79 21.65 72.59 100.00
30 Maluku 1.07 8.09 8.87 8.08 4.31 29.35 69.58 100.00
31 Maluku Utara 1.77 6.36 6.91 8.29 4.98 26.55 71.68 100.00
32 Papua 2.53 7.53 7.76 7.35 2.33 24.96 72.51 100.00
33 Irian Jaya Barat 1.66 6.91 7.47 6.93 1.44 22.76 75.58 100.00
Indonesia 4.15 6.50 5.99 5.10 2.55 20.14 75.71 100.00
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006
Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.9.b
PERSENTASE STATUS PENDIDIKAN PADA PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
Perdesaan
Tidak/Belum Masih Sekolah Jumlah Tidak
No Provinsi Pernah SLTP/ SMU/ yang Masih Bersekolah Jumlah
SD/MI D-I/Univ.
Sekolah MTs. SMK/MA Sekolah Lagi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1 Nanggroe Aceh Darussalam 6.00 8.88 8.43 6.16 2.17 25.64 68.37 100.00
2 Sumatera Utara 3.90 10.16 8.10 5.56 0.87 24.69 71.41 100.00
3 Sumatera Barat 3.11 9.55 6.70 4.44 1.16 21.85 75.04 100.00
4 Riau 4.03 9.61 7.32 4.33 0.95 22.21 73.76 100.00
5 Jambi 6.83 8.65 5.86 3.52 1.26 19.29 73.88 100.00
6 Sumatera Selatan 4.07 8.45 6.31 3.23 0.47 18.46 77.47 100.00
7 Bengkulu 5.92 8.87 6.90 4.39 1.12 21.27 72.81 100.00
8 Lampung 6.18 8.59 6.69 3.43 0.68 19.40 74.42 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 6.76 7.65 5.13 3.29 0.64 16.71 76.53 100.00
10 Kepulauan Riau 11.92 8.63 6.05 2.71 0.54 17.93 70.15 100.00
11 DKI Jakarta
12 Jawa Barat 6.92 8.30 4.66 2.64 0.50 16.10 76.98 100.00
13 Jawa Tengah 11.46 7.28 5.61 2.72 0.55 16.16 72.38 100.00
14 DI Yogyakarta* 18.60 5.46 5.04 3.34 1.64 15.48 65.92 100.00
15 Jawa Timur 15.27 6.45 4.82 2.46 0.62 14.34 70.39 100.00
16 Banten 7.05 10.33 6.30 3.02 0.48 20.13 72.82 100.00
17 Bali 17.42 5.96 4.52 3.08 1.25 14.82 67.76 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 20.63 9.56 7.00 3.89 1.08 21.52 57.85 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 11.74 11.94 5.05 2.30 0.45 19.73 68.53 100.00
20 Kalimantan Barat 11.68 9.89 6.44 2.93 0.49 19.75 68.58 100.00
21 Kalimantan Tengah 3.33 10.15 6.57 3.20 0.49 20.41 76.26 100.00
22 Kalimantan Selatan 6.71 8.10 5.28 2.86 0.59 16.83 76.46 100.00
23 Kalimantan Timur 7.17 8.92 5.56 4.42 0.93 19.83 73.00 100.00
24 Sulawesi Utara 0.94 6.28 5.33 3.94 0.84 16.40 82.66 100.00
25 Sulawesi Tengah 4.65 8.51 5.85 3.02 0.89 18.28 77.07 100.00
26 Sulawesi Selatan 15.81 7.90 5.81 3.28 0.93 17.93 66.26 100.00
27 Sulawesi Tenggara 9.74 9.32 7.88 4.62 1.19 23.01 67.25 100.00
28 Gorontalo 2.45 9.71 5.19 2.36 0.76 18.00 79.55 100.00
29 Sulawesi Barat 13.03 9.43 5.54 2.80 0.62 18.39 68.58 100.00
30 Maluku 4.44 9.68 8.79 5.57 1.14 25.18 70.38 100.00
31 Maluku Utara 5.16 10.34 7.28 4.49 0.63 22.72 72.12 100.00
32 Papua 37.89 10.90 5.45 2.92 0.65 19.92 42.19 100.00
33 Irian Jaya Barat 14.42 13.62 5.97 2.47 0.60 22.67 62.91 100.00
Indonesia 10.00 8.27 5.79 3.22 0.72 18.00 72.00 100
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006
Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.10
PERSENTASE PENDUDUK INDONESIA BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS
MENURUT IJAZAH/STTB TERTINGGI YANG DIMILIKI DAN PROVINSI TAHUN 2006
Perkotaan+Perdesaan
Tidak Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki
No Provinsi Mempunyai SLTP/ Ak/ S1/ Jumlah
SD/MI SMU/ MA SMK D-I/D-II S2-S3
Ijazah MTs. D-III D-IV
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

1 Nanggroe Aceh Darussalam 23.9 30.44 21.51 17.53 2.02 0.98 1.15 2.32 0.15 100.00
2 Sumatera Utara 22.96 26.98 21.84 19.11 5.19 0.72 0.96 2.14 0.1 100.00
3 Sumatera Barat 29.96 25.40 18.64 15.42 5.11 1.09 1.47 2.76 0.14 100.00
4 Riau 23.83 30.67 19.55 17.85 4.07 0.61 1.07 2.18 0.17 100.00
5 Jambi 28.85 31.48 18.60 14.10 3.14 0.89 0.86 2.01 0.07 100.00
6 Sumatera Selatan 26.61 34.66 16.98 15.57 2.93 0.62 0.79 1.77 0.06 100.00
7 Bengkulu 29.12 28.29 19.30 15.12 3.53 0.97 0.98 2.43 0.26 100.00
8 Lampung 32.11 31.51 19.02 10.38 4.24 0.71 0.60 1.40 0.04 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 32.09 33.37 16.04 11.03 4.38 0.77 1.04 1.23 0.04 100.00
10 Kepulauan Riau 22.14 24.86 16.24 24.04 7.84 0.88 1.52 2.25 0.24 100.00
11 DKI Jakarta 11.91 20.95 19.58 25.24 9.99 1.08 3.67 6.97 0.61 100.00
12 Jawa Barat 25.20 36.58 17.03 12.85 3.93 0.76 1.20 2.33 0.12 100.00
13 Jawa Tengah 29.88 35.33 17.39 9.92 3.96 0.68 0.93 1.86 0.05 100.00
14 DI Yogyakarta* 25.11 21.56 16.37 19.44 7.84 0.89 2.37 5.88 0.55 100.00
15 Jawa Timur 31.12 31.72 16.90 11.96 4.38 0.57 0.59 2.61 0.14 100.00
16 Banten 25.48 32.22 18.21 14.97 4.41 0.88 0.92 2.76 0.15 100.00
17 Bali 28.82 26.96 14.53 18.78 4.29 1.96 0.97 3.40 0.29 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 41.07 26.78 14.34 12.83 1.51 0.81 0.57 2.05 0.05 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 42.03 32.20 11.57 8.65 2.64 0.54 0.60 1.71 0.06 100.00
20 Kalimantan Barat 39.22 28.41 16.10 11.07 2.35 0.89 0.54 1.34 0.10 100.00
21 Kalimantan Tengah 22.68 37.16 21.22 12.96 2.78 0.85 0.66 1.64 0.04 100.00
22 Kalimantan Selatan 30.35 32.08 16.90 12.90 3.49 0.89 0.81 2.5 0.08 100.00
23 Kalimantan Timur 23.93 25.55 19.11 19.65 6.50 0.92 1.33 2.89 0.12 100.00
24 Sulawesi Utara 21.02 26.60 22.43 20.60 4.95 0.73 0.86 2.62 0.19 100.00
25 Sulawesi Tengah 25.26 35.77 17.64 13.80 3.13 1.06 0.54 2.64 0.15 100.00
26 Sulawesi Selatan 33.42 27.29 15.79 15.30 2.82 0.92 0.92 3.39 0.16 100.00
27 Sulawesi Tenggara 29.79 28.73 18.79 15.55 2.76 1.11 0.63 2.51 0.13 100.00
28 Gorontalo 39.03 32.63 11.89 10.41 3.15 0.60 0.49 1.66 0.13 100.00
29 Sulawesi Barat 37.82 34.02 13.98 8.84 2.16 0.98 0.51 1.58 0.10 100.00
30 Maluku 21.72 33.88 19.02 18.01 3.50 1.18 0.69 1.9 0.10 100.00
31 Maluku Utara 30.64 29.85 17.94 15.52 2.34 1.08 0.49 2.07 0.06 100.00
32 Papua 47.77 20.96 12.99 11.09 3.68 0.51 0.83 2.00 0.17 100.00
33 Irian Jaya Barat 33.97 30.23 17.13 11.55 4.67 0.61 0.49 1.32 0.03 100.00
Indonesia 28.20 31.67 17.56 13.88 4.24 0.77 1.02 2.51 0.14 100.00
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006
Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.10.a

PERSENTASE PENDUDUK INDONESIA BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS


MENURUT IJAZAH/STTB TERTINGGI YANG DIMILIKI DAN PROVINSI TAHUN 2006
Perkotaan
Tidak Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki
No Provinsi Mempunyai SLTP/ Ak/ S1/ Jumlah
SD/MI SMU/ SM SMK D-I/D-II S2-S3
Ijazah MTs. D-III D-IV
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

1 Nanggroe Aceh Darussalam 13.71 20.25 21.87 29.42 4.19 1.52 2.56 6.01 0.47 100.00
2 Sumatera Utara 15.78 22.15 22.32 25.92 7.05 0.97 1.66 3.95 0.20 100.00
3 Sumatera Barat 18.09 19.72 19.28 24.14 8.24 1.22 3.03 5.94 0.34 100.00
4 Riau 14.84 20.44 19.79 28.05 8.57 0.79 2.28 4.79 0.44 100.00
5 Jambi 18.54 23.68 19.77 22.78 6.78 1.13 2.16 4.93 0.23 100.00
6 Sumatera Selatan 17.03 23.26 18.86 28.16 5.46 1.09 1.83 4.15 0.15 100.00
7 Bengkulu 16.80 18.40 21.97 25.88 6.20 1.64 2.28 5.9 0.92 100.00
8 Lampung 22.05 23.55 19.71 19.66 7.97 1.10 1.55 4.32 0.10 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 23.08 27.31 18.82 17.00 7.87 1.36 2.02 2.45 0.10 100.00
10 Kepulauan Riau 16.80 20.86 17.83 28.92 9.65 1.01 1.88 2.75 0.30 100.00
11 DKI Jakarta 11.91 20.95 19.58 25.24 9.99 1.08 3.67 6.97 0.61 100.00
12 Jawa Barat 18.61 29.07 19.31 19.63 6.06 1.07 2.00 4.02 0.22 100.00
13 Jawa Tengah 23.14 28.92 19.59 15.91 6.14 0.98 1.71 3.49 0.11 100.00
14 DI Yogyakarta* 17.99 15.57 15.74 27.04 9.37 0.79 3.59 9.01 0.90 100.00
15 Jawa Timur 22.02 25.67 18.84 19.49 6.79 0.79 1.15 4.97 0.27 100.00
16 Banten 18.46 24.32 20.11 22.54 7.03 1.25 1.51 4.53 0.26 100.00
17 Bali 22.29 23.99 15.30 23.22 5.36 2.66 1.50 5.17 0.51 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 33.94 25.07 15.31 17.17 2.41 0.89 0.99 4.09 0.12 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 20.25 22.00 19.89 22.80 5.73 0.96 1.72 6.38 0.28 100.00
20 Kalimantan Barat 28.83 21.70 17.15 20.50 4.76 1.55 1.39 3.84 0.29 100.00
21 Kalimantan Tengah 18.47 24.66 19.99 23.25 5.62 1.46 1.70 4.73 0.14 100.00
22 Kalimantan Selatan 20.74 24.07 19.21 21.61 6.15 0.96 1.68 5.38 0.20 100.00
23 Kalimantan Timur 17.10 20.79 19.10 26.17 9.19 1.10 2.00 4.35 0.19 100.00
24 Sulawesi Utara 15.24 18.22 21.64 29.72 7.40 0.80 1.47 5.12 0.39 100.00
25 Sulawesi Tengah 12.78 19.36 20.40 28.11 6.89 1.67 1.57 8.68 0.54 100.00
26 Sulawesi Selatan 20.30 20.77 16.81 27.13 4.10 1.18 1.89 7.42 0.41 100.00
27 Sulawesi Tenggara 17.10 18.04 18.96 29.66 5.71 1.25 1.77 6.97 0.53 100.00
28 Gorontalo 23.97 26.99 17.00 19.23 6.92 0.71 1.02 3.74 0.43 100.00
29 Sulawesi Barat 24.95 26.72 17.45 15.47 5.35 2.08 1.68 5.76 0.55 100.00
30 Maluku 13.54 21.47 20.37 30.55 5.55 1.78 1.45 5.07 0.22 100.00
31 Maluku Utara 14.24 20.22 20.66 31.19 4.99 1.58 1.1 5.81 0.21 100.00
32 Papua 14.27 19.30 19.94 25.05 10.10 1.32 2.87 6.57 0.58 100.00
33 Irian Jaya Barat 15.94 24.06 24.34 21.71 8.99 1.00 0.64 3.24 0.10 100.00
Indonesia 19.30 25.07 19.29 21.53 6.79 1.06 1.91 4.75 0.29 100.00
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006
Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.10.b
PERSENTASE PENDUDUK INDONESIA BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS
MENURUT IJAZAH/STTB TERTINGGI YANG DIMILIKI DAN PROVINSI TAHUN 2006
Perdesaan
Tidak Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki
No Provinsi Mempunyai SLTP/ Ak/ S1/ Jumlah
SD/ MI SMU/ SM SMK D-I/D-II S2-S3
Ijazah MTs. D-III D-IV
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

1 Nanggroe Aceh Darussalam 27.04 33.57 21.40 13.86 1.35 0.82 0.72 1.18 0.05 100.00
2 Sumatera Utara 28.83 30.92 21.46 13.54 3.67 0.51 0.39 0.66 0.02 100.00
3 Sumatera Barat 35.38 27.99 18.35 11.44 3.68 1.03 0.76 1.31 0.05 100.00
4 Riau 28.77 36.29 19.42 12.24 1.60 0.52 0.41 0.74 0.02 100.00
5 Jambi 32.90 34.53 18.14 10.69 1.72 0.80 0.35 0.86 0.01 100.00
6 Sumatera Selatan 31.68 40.70 15.99 8.90 1.59 0.36 0.25 0.51 0.01 100.00
7 Bengkulu 33.98 32.19 18.25 10.86 2.48 0.71 0.46 1.06 0.01 100.00
8 Lampung 35.01 33.80 18.82 7.70 3.17 0.60 0.32 0.55 0.02 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 38.72 37.83 14.00 6.64 1.82 0.34 0.31 0.33 100.00
10 Kepulauan Riau 42.23 39.89 10.25 5.66 1.02 0.40 0.16 0.38 0.02 100.00
11 DKI Jakarta - - - - - - - - - -
12 Jawa Barat 32.65 45.08 14.45 5.18 1.51 0.41 0.30 0.42 0.01 100.00
13 Jawa Tengah 34.77 40.00 15.79 5.58 2.37 0.46 0.36 0.68 0.01 100.00
14 DI Yogyakarta* 34.07 29.10 17.15 9.85 5.92 1.02 0.84 1.93 0.11 100.00
15 Jawa Timur 37.76 36.14 15.48 6.47 2.62 0.41 0.19 0.89 0.04 100.00
16 Banten 34.28 42.11 15.84 5.50 1.14 0.41 0.17 0.54 - 100.00
17 Bali 35.97 30.21 13.69 13.92 3.12 1.19 0.39 1.46 0.06 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 45.47 27.83 13.74 10.14 0.96 0.75 0.31 0.79 0.00 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 46.52 34.30 9.86 5.74 2.00 0.45 0.37 0.75 0.01 100.00
20 Kalimantan Barat 43.15 30.94 15.70 7.50 1.44 0.64 0.21 0.39 0.02 100.00
21 Kalimantan Tengah 24.42 42.33 21.73 8.70 1.61 0.61 0.23 0.37 0.00 100.00
22 Kalimantan Selatan 36.22 36.97 15.49 7.59 1.86 0.85 0.27 0.75 0.01 100.00
23 Kalimantan Timur 32.07 31.23 19.12 11.87 3.31 0.70 0.54 1.15 0.04 100.00
24 Sulawesi Utara 24.62 31.80 22.91 14.93 3.43 0.68 0.49 1.06 0.07 100.00
25 Sulawesi Tengah 28.60 40.16 16.91 9.98 2.12 0.90 0.26 1.03 0.04 100.00
26 Sulawesi Selatan 39.63 30.37 15.31 9.71 2.22 0.79 0.46 1.48 0.03 100.00
27 Sulawesi Tenggara 33.40 31.77 18.74 11.53 1.92 1.07 0.30 1.24 0.02 100.00
28 Gorontalo 44.61 34.72 9.99 7.14 1.75 0.56 0.30 0.89 0.02 100.00
29 Sulawesi Barat 40.16 35.35 13.36 7.63 1.58 0.78 0.30 0.82 0.01 100.00
30 Maluku 25.16 39.09 18.46 12.73 2.64 0.93 0.37 0.57 0.04 100.00
31 Maluku Utara 36.40 33.23 16.98 10.02 1.41 0.90 0.28 0.76 0.01 100.00
32 Papua 58.66 21.50 10.73 6.56 1.59 0.25 0.17 0.52 0.03 100.00
33 Irian Jaya Barat 42.47 33.14 13.73 6.77 2.64 0.42 0.42 0.41 - 100.00
Indonesia 35.15 36.82 16.21 7.90 2.25 0.55 0.33 0.76 0.02 100.00
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006
Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.11
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT LUAS LANTAI TEMPAT TINGGAL (M2),
TIPE DAERAH DAN PROVINSI TAHUN 2006

2
Luas lantai (m )
No Provinsi Perkotaan Pedesaan Perkotaan + Pedesaan
<= 19 20-49 50-99 100-149 150+ Jumlah <= 19 20-49 50-99 100-149 150+ Jumlah <= 19 20-49 50-99 100-149 150+ Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)

1 Nanggroe Aceh Darussalam 4.13 39.20 38.43 10.82 7.22 100.00 2.66 62.30 28.75 3.61 2.68 100.00 3.02 57.30 30.85 5.18 3.66 100.00
2 Sumatera Utara 3.06 37.96 40.38 10.11 8.49 100.00 3.20 56.93 33.74 3.42 2.71 100.00 3.14 48.67 36.63 6.33 5.22 100.00
3 Sumatera Barat 8.59 31.06 39.94 10.55 9.86 100.00 4.79 42.68 42.71 6.49 3.33 100.00 5.97 39.08 41.85 7.75 5.35 100.00
4 Riau 1.23 48.90 33.11 9.27 7.48 100.00 2.56 55.71 36.89 3.42 1.42 100.00 2.10 53.34 35.58 5.45 3.53 100.00
5 Jambi 3.60 39.77 41.41 9.19 6.03 100.00 1.62 48.12 42.47 5.00 2.79 100.00 2.16 45.86 42.18 6.13 3.67 100.00
6 Sumatera Selatan 6.56 52.68 27.63 7.57 5.56 100.00 4.05 50.76 38.85 3.85 2.49 100.00 4.86 51.38 35.22 5.05 3.48 100.00
7 Bengkulu 10.27 39.06 35.99 7.49 7.20 100.00 4.15 56.22 36.09 1.74 1.80 100.00 5.80 51.59 36.06 3.29 3.26 100.00
8 Lampung 4.34 32.56 49.88 8.36 4.86 100.00 2.02 33.59 56.70 5.86 1.83 100.00 2.51 33.38 55.27 6.38 2.46 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 2.26 44.31 42.63 6.29 4.50 100.00 1.91 49.10 40.57 5.56 2.86 100.00 2.05 47.16 41.40 5.85 3.53 100.00
10 Kepulauan Riau 12.32 36.89 39.03 7.13 4.62 100.00 5.94 58.21 28.16 4.48 3.21 100.00 11.07 41.07 36.90 6.61 4.35 100.00
11 DKI Jakarta 20.93 31.29 24.74 9.91 13.12 100.00 100.00 20.93 31.29 24.74 9.91 13.12 100.00
12 Jawa Barat 5.64 38.67 39.54 10.10 6.06 100.00 2.23 55.07 37.71 3.26 1.72 100.00 3.96 46.73 38.64 6.74 3.93 100.00
13 Jawa Tengah 2.32 20.18 53.02 15.29 9.18 100.00 0.52 16.81 58.56 16.14 7.98 100.00 1.25 18.19 56.30 15.79 8.47 100.00
14 DI Yogyakarta* 25.36 15.65 31.21 14.15 13.63 100.00 0.89 11.58 57.12 18.79 11.62 100.00 15.47 14.00 41.69 16.02 12.81 100.00
15 Jawa Timur 7.30 28.41 45.25 11.07 7.98 100.00 0.78 32.36 51.21 9.91 5.74 100.00 3.47 30.73 48.75 10.39 6.67 100.00
16 Banten 8.68 32.63 36.93 12.68 9.08 100.00 1.70 50.81 38.51 5.29 3.69 100.00 5.59 40.67 37.63 9.41 6.70 100.00
17 Bali 19.82 30.70 29.88 10.92 8.68 100.00 6.36 53.26 33.34 5.06 1.97 100.00 13.57 41.18 31.49 8.20 5.57 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 15.86 56.62 21.43 2.95 3.14 100.00 14.24 67.26 15.43 1.68 1.38 100.00 14.82 63.41 17.60 2.14 2.02 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 10.40 52.77 26.35 5.29 5.19 100.00 5.43 70.08 21.03 1.68 1.78 100.00 6.21 67.38 21.86 2.24 2.31 100.00
20 Kalimantan Barat 2.90 40.10 39.54 10.32 7.14 100.00 2.40 61.41 32.56 2.45 1.18 100.00 2.53 55.79 34.40 4.53 2.75 100.00
21 Kalimantan Tengah 6.27 46.31 37.11 5.93 4.38 100.00 1.33 57.06 39.28 1.57 0.76 100.00 2.78 53.90 38.64 2.85 1.83 100.00
22 Kalimantan Selatan 7.93 42.48 33.67 8.36 7.56 100.00 4.01 47.55 43.21 3.22 2.01 100.00 5.47 45.66 39.66 5.13 4.07 100.00
23 Kalimantan Timur 6.62 41.96 36.18 8.99 6.25 100.00 1.99 47.93 42.83 4.09 3.16 100.00 4.51 44.68 39.21 6.76 4.84 100.00
24 Sulawesi Utara 6.27 57.46 23.08 5.54 7.65 100.00 3.22 68.88 24.61 1.86 1.42 100.00 4.38 64.53 24.03 3.26 3.80 100.00
25 Sulawesi Tengah 8.19 44.24 30.41 10.16 7.00 100.00 3.27 56.40 33.37 4.73 2.22 100.00 4.26 53.96 32.78 5.82 3.18 100.00
26 Sulawesi Selatan 9.54 32.58 39.70 11.96 6.23 100.00 1.74 37.14 50.62 7.80 2.70 100.00 4.22 35.69 47.15 9.12 3.82 100.00
27 Sulawesi Tenggara 10.24 36.04 35.85 10.66 7.22 100.00 2.57 50.43 39.02 5.25 2.73 100.00 4.25 47.27 38.33 6.44 3.71 100.00
28 Gorontalo 4.54 52.76 27.92 7.95 6.83 100.00 9.00 65.42 19.99 3.43 2.16 100.00 7.79 62.00 22.13 4.65 3.42 100.00
29 Sulawesi Barat 5.77 39.99 41.47 6.41 6.34 100.00 5.65 51.59 36.81 3.99 1.96 100.00 5.67 49.89 37.49 4.34 2.61 100.00
30 Maluku 5.13 48.77 35.15 5.48 5.47 100.00 1.03 61.29 31.74 2.86 3.08 100.00 2.21 57.69 32.72 3.61 3.76 100.00
31 Maluku Utara 3.73 26.39 54.71 11.29 3.89 100.00 0.58 43.82 49.82 5.01 0.77 100.00 1.36 39.52 51.03 6.56 1.54 100.00
32 Papua 14.71 55.39 21.44 4.35 4.11 100.00 34.70 53.73 8.44 1.22 1.91 100.00 30.06 54.12 11.46 1.95 2.42 100.00
33 Irian Jaya Barat 22.08 52.36 22.76 2.32 0.48 100.00 1.54 79.70 17.53 0.77 0.45 100.00 8.67 70.22 19.35 1.31 0.46 100.00
Indonesia 8.01 33.67 39.56 10.79 7.98 100.00 2.70 43.22 43.20 7.07 3.81 100.00 4.98 39.11 41.63 8.67 5.69 100.00
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006
Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.12

PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT SUMBER AIR MINUM DAN PROVINSI, TAHUN 2006

Perkotaan+Perdesaan
Sumber Air Minum Terlindung Sumber Air Minum Tak Terlindung
Jumlah Jumlah
No Provinsi Mata Air Sumur Sumber Sumur Tak Mata Air Tak Sumber
Air Kemasan Ledeng Pompa Air Hujan Air Sungai Lainnya
Terlindung Terlindung Air Minum Terlindung Terlindung Air Minum
Terlindung Tak Terlindung
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)

1 Nanggroe Aceh Darussalam 4.42 10.93 3.17 4.68 43.24 1.61 68.05 22.74 3.07 5.55 0.58 31.94
2 Sumatera Utara 2.15 25.89 10.49 7.23 30.57 2.25 78.58 11.87 5.86 3.27 0.42 21.42
3 Sumatera Barat 1.80 23.05 3.14 8.75 31.72 2.65 71.11 14.95 10.17 3.56 0.21 28.89
4 Riau 5.19 2.66 3.01 2.03 36.17 27.84 76.90 19.80 0.97 2.24 0.09 23.10
5 Jambi 2.03 16.76 1.19 1.44 32.44 13.09 66.95 19.90 1.54 11.51 0.11 33.06
6 Sumatera Selatan 2.26 19.02 1.03 1.92 39.40 6.83 70.46 16.81 1.53 10.72 0.48 29.54
7 Bengkulu 1.34 13.00 2.77 4.55 39.36 0.04 61.06 30.80 4.72 3.28 0.14 38.94
8 Lampung 1.49 4.93 2.38 2.86 58.95 1.59 72.20 21.82 3.50 1.85 0.63 27.80
9 Kepulauan Bangka Belitung 4.09 4.12 5.38 1.85 49.96 - 65.40 30.76 2.07 1.53 0.24 34.60
10 Kepulauan Riau 7.27 37.93 1.13 3.59 28.19 4.19 82.30 11.84 2.64 1.31 1.92 17.71
11 DKI Jakarta 20.80 39.73 33.20 0.70 4.85 0.16 99.44 0.30 - 0.04 0.22 0.56
12 Jawa Barat 4.37 12.79 24.18 10.15 34.57 0.03 86.09 7.72 5.46 0.54 0.20 13.92
13 Jawa Tengah 1.63 16.77 10.62 12.60 43.95 0.30 85.87 9.00 4.22 0.70 0.21 14.13
14 DI Yogyakarta* 8.75 14.17 6.44 3.60 50.00 4.67 87.63 8.05 3.72 0.14 0.45 12.36
15 Jawa Timur 5.32 17.78 15.23 10.49 39.88 0.56 89.26 6.92 2.57 0.58 0.68 10.75
16 Banten 7.62 12.92 33.39 4.75 25.50 0.54 84.72 9.12 2.86 2.68 0.62 15.28
17 Bali 15.27 38.27 6.35 13.12 17.12 3.48 93.61 1.70 2.90 1.30 0.49 6.39
18 Nusa Tenggara Barat 3.86 16.61 7.75 10.49 46.18 - 84.89 11.09 2.50 1.44 0.09 15.12
19 Nusa Tenggara Timur 0.67 20.33 0.90 24.28 18.56 2.36 67.10 9.28 18.27 5.16 0.19 32.90
20 Kalimantan Barat 2.43 9.27 1.13 4.42 7.40 38.43 63.08 10.45 2.77 23.62 0.10 36.94
21 Kalimantan Tengah 1.09 17.01 10.55 0.69 19.69 5.20 54.23 7.52 0.56 37.56 0.12 45.76
22 Kalimantan Selatan 2.34 34.72 11.45 0.51 16.51 2.32 67.85 12.93 0.97 17.86 0.40 32.16
23 Kalimantan Timur 3.70 48.29 3.13 2.79 11.88 6.88 76.67 9.58 1.01 12.35 0.39 23.33
24 Sulawesi Utara 3.45 28.72 5.24 13.43 37.03 1.09 88.96 7.92 2.71 0.35 0.07 11.05
25 Sulawesi Tengah 2.73 18.12 13.63 16.89 25.67 1.13 78.17 12.07 3.39 6.18 0.19 21.83
26 Sulawesi Selatan 1.62 25.50 10.32 8.40 31.81 0.59 78.24 14.97 4.78 1.88 0.11 21.74
27 Sulawesi Tenggara 0.84 28.09 2.49 10.69 32.79 1.68 76.58 16.68 4.50 1.97 0.27 23.42
28 Gorontalo 0.84 16.02 1.81 4.15 53.25 0.08 76.15 16.60 1.16 5.39 0.70 23.85
29 Sulawesi Barat 0.81 12.80 3.94 10.86 31.49 1.45 61.35 15.39 13.37 9.29 0.60 38.65
30 Maluku 0.58 23.79 2.17 18.45 35.28 1.70 81.97 11.78 4.20 1.55 0.49 18.02
31 Maluku Utara 0.48 22.50 1.13 5.31 36.31 2.97 68.70 24.98 3.53 2.76 0.04 31.31
32 Papua 3.40 13.84 2.61 9.32 10.04 11.26 50.47 8.80 27.18 13.33 0.22 49.53
33 Irian Jaya Barat 4.89 23.09 1.56 5.91 11.01 10.59 57.05 11.74 18.36 12.75 0.11 42.96
Indonesia 4.43 18.38 13.63 8.68 34.64 2.53 82.29 10.18 4.18 2.99 0.36 17.71

Sumber: BPS, Statistik Kesra


Keterangan : *) Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.12.a

PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT SUMBER AIR MINUM DAN PROVINSI, TAHUN 2006

Perkotaan
Sumber Air Minum Terlindung Sumber Air Minum Tak Terlindung
Jumlah Jumlah
No Provinsi Mata Air Sumur Sumber Sumur Tak Mata Air Tak Sumber
Air Kemasan Ledeng Pompa Air Hujan Air Sungai Lainnya
Terlindung Terlindung Terlindung Terlindung
Air Minum Air Minum
Terlindung Tak Terlindung
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)

1 Nanggroe Aceh Darussalam 15.60 28.27 5.78 2.67 37.15 1.04 90.51 7.22 0.65 0.39 1.22 9.48
2 Sumatera Utara 4.07 47.93 9.14 2.56 29.62 0.60 93.92 4.93 0.52 0.53 0.10 6.08
3 Sumatera Barat 4.68 43.77 6.23 4.12 32.61 0.49 91.90 5.81 2.04 0.05 0.20 8.10
4 Riau 13.24 3.83 6.81 4.89 41.32 19.29 89.38 9.78 0.35 0.35 0.14 10.62
5 Jambi 4.40 36.09 1.90 0.29 29.87 16.71 89.26 8.62 0.19 1.74 0.19 10.74
6 Sumatera Selatan 5.12 47.81 0.74 0.80 30.40 1.02 85.89 8.59 0.21 5.00 0.32 14.12
7 Bengkulu 2.79 27.64 7.21 0.63 48.86 - 87.13 11.92 0.87 0.04 0.04 12.87
8 Lampung 4.75 13.79 7.86 0.87 61.42 - 88.69 9.82 0.66 0.40 0.44 11.32
9 Kepulauan Bangka Belitung 7.77 6.99 8.90 3.03 50.12 - 76.81 22.51 0.34 - 0.34 23.19
10 Kepulauan Riau 8.99 46.44 1.29 1.73 28.48 3.68 90.61 6.25 0.43 0.42 2.28 9.38
11 DKI Jakarta 20.80 39.73 33.20 0.70 4.85 0.16 99.44 0.30 - 0.04 0.22 0.56
12 Jawa Barat 7.29 17.95 31.58 3.53 33.61 - 93.96 4.65 0.97 0.06 0.37 6.05
13 Jawa Tengah 3.27 28.74 13.65 4.06 42.84 - 92.56 6.34 0.38 0.40 0.32 7.44
14 DI Yogyakarta * 14.30 13.28 8.84 0.54 58.35 - 95.31 4.31 0.34 - 0.05 4.70
15 Jawa Timur 10.50 30.69 16.99 4.29 31.66 0.13 94.26 4.20 0.67 0.48 0.40 5.75
16 Banten 12.43 19.64 46.98 2.54 14.56 0.35 96.50 2.85 0.25 0.10 0.29 3.49
17 Bali 26.88 39.27 8.48 5.58 17.20 0.04 97.45 1.48 0.78 0.23 0.07 2.56
18 Nusa Tenggara Barat 7.02 22.67 6.71 6.17 48.61 - 91.18 7.28 1.39 - 0.14 8.81
19 Nusa Tenggara Timur 2.96 57.92 0.82 1.90 25.23 0.05 88.88 5.98 1.79 2.41 0.93 11.11
20 Kalimantan Barat 8.05 15.16 0.19 2.19 9.16 56.04 90.79 4.20 0.40 4.37 0.25 9.22
21 Kalimantan Tengah 3.03 39.60 24.86 0.33 15.51 2.28 85.61 3.22 0.55 10.52 0.10 14.39
22 Kalimantan Selatan 5.54 67.42 3.01 0.02 16.14 - 92.13 4.13 - 3.28 0.46 7.87
23 Kalimantan Timur 5.36 72.40 2.70 1.85 5.03 5.13 92.47 2.25 0.41 4.55 0.32 7.53
24 Sulawesi Utara 6.70 38.70 10.84 3.85 31.65 - 91.74 6.98 0.68 0.47 0.13 8.26
25 Sulawesi Tengah 11.64 40.86 28.01 9.18 8.80 - 98.49 0.40 0.41 0.18 0.52 1.51
26 Sulawesi Selatan 4.19 59.23 7.19 1.53 20.98 0.03 93.15 5.03 0.75 0.97 0.08 6.83
27 Sulawesi Tenggara 2.65 58.74 5.50 4.93 20.66 0.03 92.51 6.29 0.83 0.29 0.08 7.49
28 Gorontalo 1.07 34.12 4.76 0.49 52.43 - 92.87 7.12 - - - 7.12
29 Sulawesi Barat 3.37 38.73 9.70 5.70 34.90 - 92.40 5.95 - 0.14 1.51 7.60
30 Maluku 1.89 46.98 4.74 6.86 25.03 4.85 90.35 6.46 0.36 1.43 1.39 9.64
31 Maluku Utara 0.84 63.65 1.65 0.76 17.35 4.20 88.45 11.55 - - - 11.55
32 Papua 8.67 42.48 9.21 6.08 19.37 7.37 93.18 5.75 0.34 0.25 0.48 6.82
33 Irian Jaya Barat 13.27 45.82 2.44 2.05 11.33 7.38 82.29 14.26 1.86 1.60 - 17.72
Indonesia 8.95 30.8 19.47 3.14 29.98 1.35 93.69 4.77 0.60 0.61 0.33 6.31

Sumber: BPS, Statistik Kesra


Keterangan : *) Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.12.b

PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT SUMBER AIR MINUM DAN PROVINSI, TAHUN 2006

Perdesaan
Sumber Air Minum Terlindung Sumber Air Minum Tak Terlindung
Jumlah Jumlah
No Provinsi Mata Air Sumur Sumber Sumur Tak Mata Air Tak Sumber
Air Kemasan Ledeng Pompa Air Hujan Air Sungai Lainnya
Terlindung Terlindung Air Minum Terlindung Terlindung Air Minum
Terlindung Tak Terlindung
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 1.33 6.14 2.45 5.23 44.92 1.77 61.84 27.03 3.74 6.98 0.41 38.16
2 Sumatera Utara 0.67 8.89 11.54 10.83 31.30 3.53 66.76 17.21 9.98 5.38 0.67 33.24
3 Sumatera Barat 0.51 13.74 1.76 10.83 31.32 3.63 61.79 19.05 13.82 5.14 0.21 38.22
4 Riau 0.91 2.04 0.99 0.50 33.44 32.38 70.26 25.13 1.30 3.25 0.07 29.75
5 Jambi 1.16 9.57 0.92 1.87 33.40 11.74 58.66 24.09 2.04 15.14 0.07 41.34
6 Sumatera Selatan 0.89 5.27 1.17 2.45 43.70 9.61 63.09 20.73 2.16 13.45 0.57 36.91
7 Bengkulu 0.80 7.58 1.13 6.00 35.84 0.05 51.40 37.79 6.15 4.48 0.18 48.60
8 Lampung 0.63 2.60 0.93 3.39 58.30 2.01 67.86 24.99 4.24 2.23 0.68 32.14
9 Kepulauan Bangka Belitung 1.59 2.16 2.98 1.05 49.84 - 57.62 36.38 3.25 2.58 0.18 42.39
10 Kepulauan Riau 0.20 2.98 0.49 11.19 26.99 6.29 48.14 34.78 11.74 4.95 0.40 51.87
11 DKI Jakarta - - - - - - 0.00 - - - - 0.00
12 Jawa Barat 1.33 7.44 16.51 17.01 35.57 0.06 77.92 10.90 10.12 1.04 0.02 22.08
13 Jawa Tengah 0.49 8.54 8.55 18.48 44.72 0.51 81.29 10.83 6.86 0.90 0.13 18.72
14 DI Yogyakarta * 0.58 15.49 2.89 8.11 37.71 11.55 76.33 13.57 8.71 0.35 1.05 23.68
15 Jawa Timur 1.66 8.68 13.98 14.86 45.67 0.85 85.70 8.85 3.91 0.65 0.88 14.29
16 Banten 1.56 4.44 16.27 7.54 39.28 0.77 69.86 17.02 6.14 5.93 1.04 30.13
17 Bali 1.87 37.12 3.89 21.82 17.03 7.45 89.18 1.95 5.34 2.54 0.98 10.81
18 Nusa Tenggara Barat 2.06 13.17 8.33 12.94 44.80 - 81.30 13.25 3.14 2.26 0.06 18.71
19 Nusa Tenggara Timur 0.24 13.37 0.92 28.42 17.32 2.79 63.06 9.89 21.32 5.67 0.05 36.93
20 Kalimantan Barat 0.41 7.16 1.46 5.21 6.77 32.13 53.14 12.68 3.62 30.51 0.04 46.85
21 Kalimantan Tengah 0.28 7.62 4.61 0.84 21.43 6.42 41.20 9.31 0.56 48.80 0.13 58.80
22 Kalimantan Selatan 0.44 15.35 16.45 0.79 16.73 3.70 53.46 18.15 1.54 26.49 0.37 46.55
23 Kalimantan Timur 1.72 19.49 3.64 3.91 20.05 8.97 57.78 18.33 1.74 21.67 0.47 42.21
24 Sulawesi Utara 1.45 22.57 1.79 19.32 40.35 1.75 87.23 8.50 3.96 0.28 0.03 12.77
25 Sulawesi Tengah 0.50 12.41 10.02 18.83 29.91 1.41 73.08 15.00 4.14 7.69 0.11 26.94
26 Sulawesi Selatan 0.42 9.78 11.78 11.60 36.87 0.86 71.31 19.61 6.66 2.31 0.13 28.71
27 Sulawesi Tenggara 0.33 19.48 1.64 12.31 36.20 2.14 72.10 19.60 5.53 2.44 0.33 27.90
28 Gorontalo 0.75 9.33 0.71 5.51 53.55 0.11 69.96 20.10 1.59 7.38 0.96 30.03
29 Sulawesi Barat 0.37 8.32 2.95 11.75 30.90 1.70 55.99 17.02 15.67 10.87 0.45 44.01
30 Maluku 0.05 14.43 1.14 23.12 39.42 0.42 78.58 13.93 5.75 1.60 0.13 21.41
31 Maluku Utara 0.36 9.02 0.96 6.80 42.52 2.56 62.22 29.38 4.69 3.66 0.05 37.78
32 Papua 1.80 5.17 0.61 10.31 7.22 12.43 37.54 9.73 35.30 17.28 0.14 62.45
33 Irian Jaya Barat 0.44 11.00 1.09 7.96 10.84 12.30 43.63 10.40 27.13 18.67 0.17 56.37
Indonesia 1.02 9.03 9.23 12.85 38.15 3.41 73.69 14.26 6.89 4.78 0.38 26.31

Sumber: BPS, Statistik Kesra


Keterangan : *) Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.13

PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN SUMBER AIR MINUM DARI POMPA/SUMUR/MATA AIR
MENURUT TIPE DAERAH, JARAK KE TEMPAT PENAMPUNGAN AKHIR KOTORAN/TINJA TERDEKAT DAN PROVINSI
TAHUN 2006

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan


No Provinsi
< 10 m > 10 m Tidak Tahu Jumlah < 10 m > 10 m Tidak Tahu Jumlah < 10 m > 10 m Tidak Tahu Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 33.47 41.22 25.31 100 28.08 37.22 34.70 100 28.89 37.82 33.28 100
2 Sumatera Utara 38.46 47.71 13.83 100 29.25 44.42 26.33 100 32.09 45.44 22.47 100
3 Sumatera Barat 30.74 45.64 23.62 100 20.59 45.86 33.55 100 22.91 45.81 31.28 100
4 Riau 47.26 38.38 14.37 100 36.85 43.79 19.36 100 40.53 41.88 17.60 100
5 Jambi 48.59 45.98 5.43 100 27.79 48.49 23.72 100 31.87 48.00 20.14 100
6 Sumatera Selatan 52.17 30.72 17.11 100 22.53 48.71 28.75 100 28.96 44.81 26.23 100
7 Bengkulu 39.21 45.29 15.49 100 25.07 49.23 25.70 100 28.29 48.33 23.37 100
8 Lampung 43.08 45.01 11.92 100 26.97 58.54 14.49 100 30.00 56.00 14.00 100
9 Kepulauan Bangka Belitung 35.83 50.99 13.18 100 27.19 45.78 27.03 100 30.49 47.77 21.73 100
10 Kepulauan Riau 38.79 42.27 18.94 100 18.02 45.40 36.59 100 31.47 43.37 25.16 100
11 DKI Jakarta 40.02 43.95 16.03 100 - - - 100 40.02 43.95 16.03 100
12 Jawa Barat 44.80 36.57 18.62 100 31.05 37.11 31.84 100 37.39 36.86 25.75 100
13 Jawa Tengah 33.28 49.00 17.72 100 18.71 57.98 23.31 100 23.68 54.92 21.40 100
14 DI Yogyakarta * 27.41 54.67 17.92 100 18.58 73.22 8.20 100 23.88 62.08 14.03 100
15 Jawa Timur 36.29 46.66 17.05 100 20.41 54.57 25.01 100 25.47 52.05 22.48 100
16 Banten 44.07 34.48 21.45 100 31.71 31.16 37.13 100 37.83 32.80 29.36 100
17 Bali 39.87 42.10 18.04 100 18.37 57.32 24.30 100 27.74 50.69 21.57 100
18 Nusa Tenggara Barat 30.18 32.54 37.29 100 20.90 36.22 42.87 100 23.92 35.02 41.05 100
19 Nusa Tenggara Timur 30.07 49.88 20.04 100 10.67 49.57 39.76 100 12.19 49.59 38.22 100
20 Kalimantan Barat 24.54 55.58 19.88 100 20.33 54.02 25.65 100 21.02 54.27 24.71 100
21 Kalimantan Tengah 40.68 41.43 17.90 100 24.01 54.62 21.37 100 29.59 50.20 20.21 100
22 Kalimantan Selatan 36.59 54.43 8.98 100 19.70 61.19 19.11 100 23.15 59.81 17.04 100
23 Kalimantan Timur 27.17 50.07 22.76 100 19.39 60.04 20.57 100 21.22 57.70 21.08 100
24 Sulawesi Utara 45.35 40.61 14.05 100 26.94 49.13 23.92 100 32.65 46.49 20.86 100
25 Sulawesi Tengah 46.85 35.93 17.23 100 23.24 34.82 41.94 100 26.34 34.96 38.70 100
26 Sulawesi Selatan 35.69 39.86 24.45 100 17.90 46.66 35.44 100 20.75 45.57 33.68 100
27 Sulawesi Tenggara 27.25 50.41 22.34 100 18.51 53.01 28.48 100 19.60 52.69 27.71 100
28 Gorontalo 49.11 39.46 11.43 100 24.63 40.39 34.98 100 30.19 40.18 29.64 100
29 Sulawesi Barat 40.50 26.80 32.70 100 17.48 41.66 40.85 100 20.02 40.03 39.96 100
30 Maluku 32.39 51.10 16.51 100 15.18 53.04 31.78 100 18.17 52.70 29.12 100
31 Maluku Utara 37.34 49.61 13.05 100 20.05 42.70 37.25 100 21.92 43.45 34.63 100
32 Papua 38.78 34.03 27.20 100 9.65 58.01 32.34 100 14.41 54.09 31.50 100
33 Irian Jaya Barat 23.59 47.55 28.86 100 8.20 41.03 50.77 100 11.71 42.52 45.77 100
Indonesia 39.31 42.53 18.16 100 23.41 48.73 27.86 100 28.96 46.57 24.47 100

Sumber: BPS, Statistik Kesra


Keterangan : *) Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.14

PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT FASILITAS TEMPAT BUANG AIR BESAR,


TIPE DAERAH DAN PROVINSI TAHUN 2006

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan


No Provinsi
Sendiri Bersama Umum Tidak Ada Jumlah Sendiri Bersama Umum Tidak Ada Jumlah Sendiri Bersama Umum Tidak Ada Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)

1 Nanggroe Aceh Darussalam 75.86 13.05 4.67 6.42 100 40.81 12.42 16.73 30.05 100 48.41 12.55 14.12 24.93 100
2 Sumatera Utara 84.25 10.89 1.63 3.23 100 61.98 7.38 9.84 20.80 100 71.68 8.91 6.26 13.15 100
3 Sumatera Barat 69.32 17.16 4.12 9.39 100 36.63 15.17 11.98 36.21 100 46.77 15.79 9.54 27.90 100
4 Riau 88.37 9.05 2.02 0.56 100 77.03 9.42 2.21 11.34 100 80.96 9.30 2.14 7.60 100
5 Jambi 82.69 9.68 1.71 5.92 100 54.16 12.85 7.39 25.60 100 61.90 11.99 5.85 20.27 100
6 Sumatera Selatan 79.70 11.93 4.55 3.82 100 57.57 9.28 5.28 27.87 100 64.73 10.14 5.04 20.09 100
7 Bengkulu 82.34 12.34 1.79 3.53 100 53.55 7.22 4.68 34.55 100 61.32 8.60 3.90 26.18 100
8 Lampung 75.37 14.88 2.68 7.07 100 73.43 12.07 2.56 11.94 100 73.83 12.66 2.59 10.92 100
9 Kepulauan Bangka Belitung 81.23 6.31 1.24 11.22 100 49.43 5.06 2.90 42.61 100 62.33 5.57 2.23 29.88 100
10 Kepulauan Riau 74.59 20.72 3.25 1.45 100 63.04 6.47 5.34 25.15 100 72.32 17.92 3.66 6.09 100
11 DKI Jakarta 74.74 18.62 6.12 0.52 100 - - - - 100 74.74 18.62 6.12 0.52 100
12 Jawa Barat 73.06 14.73 6.55 5.66 100 47.49 15.36 17.66 19.50 100 60.50 15.04 12.00 12.46 100
13 Jawa Tengah 67.21 12.82 3.54 16.43 100 54.00 13.22 6.04 26.74 100 59.38 13.06 5.02 22.54 100
14 DI Yogyakarta * 58.92 35.07 1.27 4.74 100 80.34 14.28 0.38 5.00 100 67.58 26.67 0.91 4.85 100
15 Jawa Timur 68.75 15.42 2.78 13.05 100 50.84 14.65 3.65 30.87 100 58.24 14.97 3.29 23.50 100
16 Banten 72.77 17.87 3.21 6.16 100 36.02 14.56 7.33 42.09 100 56.51 16.40 5.03 22.06 100
17 Bali 68.02 24.87 0.56 6.55 100 51.91 17.27 0.39 30.43 100 60.54 21.34 0.48 17.64 100
18 Nusa Tenggara Barat 44.27 16.51 3.68 35.54 100 27.68 9.52 3.12 59.69 100 33.68 12.05 3.32 50.95 100
19 Nusa Tenggara Timur 71.54 22.68 1.87 3.91 100 60.93 9.85 1.74 27.47 100 62.59 11.85 1.76 23.79 100
20 Kalimantan Barat 86.14 7.11 0.82 5.93 100 51.66 7.62 3.69 37.03 100 60.70 7.48 2.93 28.83 100
21 Kalimantan Tengah 73.04 13.43 4.59 8.94 100 39.69 16.57 8.26 35.49 100 49.48 15.65 7.18 27.70 100
22 Kalimantan Selatan 72.82 16.91 4.80 5.47 100 50.54 13.46 11.25 24.74 100 58.83 14.74 8.85 17.57 100
23 Kalimantan Timur 81.13 11.87 4.80 2.21 100 67.70 12.22 6.08 14.00 100 75.01 12.03 5.38 7.58 100
24 Sulawesi Utara 69.57 23.74 3.66 3.04 100 61.76 16.91 3.19 18.13 100 64.74 19.51 3.37 12.39 100
25 Sulawesi Tengah 70.68 15.17 5.42 8.74 100 40.42 7.76 5.10 46.72 100 46.49 9.25 5.16 39.09 100
26 Sulawesi Selatan 72.19 17.27 2.65 7.89 100 51.69 8.44 2.37 37.50 100 58.21 11.25 2.46 28.09 100
27 Sulawesi Tenggara 69.30 18.05 3.80 8.84 100 52.31 7.82 4.66 35.22 100 56.03 10.06 4.47 29.43 100
28 Gorontalo 49.51 27.55 9.38 13.57 100 21.20 13.07 9.97 55.76 100 28.83 16.98 9.81 44.38 100
29 Sulawesi Barat 60.01 10.64 6.69 22.66 100 34.39 7.79 4.32 53.50 100 38.16 8.20 4.67 48.97 100
30 Maluku 68.81 11.34 7.25 12.60 100 31.55 6.83 16.92 44.70 100 42.26 8.13 14.14 35.47 100
31 Maluku Utara 70.52 12.89 6.55 10.05 100 28.98 10.77 18.24 42.01 100 39.23 11.29 15.35 34.12 100
32 Papua 74.30 17.57 6.84 1.30 100 35.25 13.59 4.88 46.28 100 44.32 14.51 5.34 35.83 100
33 Irian Jaya Barat 65.69 26.21 5.00 3.11 100 27.83 12.48 9.74 49.95 100 40.97 17.24 8.09 33.69 100
Indonesia 71.97 15.54 4.12 8.38 100 51.65 12.66 7.50 28.19 100 60.38 13.90 6.05 19.67 100

Sumber: BPS, Statistik Kesra


Keterangan : *) Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.15

PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN AIR BERSIH (PERPIPAAN/NON PERPIPAAN)


YANG MEMENUHI SYARAT BAKTERIOLOGIS DAN AIR MINUM YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2004-2006

Air Bersih Air Minum


No Provinsi
2004 2005 2006 2004 2005 2006
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 31.97 64.99 0 36.03 60.8 61.61
2 Sumatera Utara 0.00 58.25 87.76 0.00 55 90
3 Sumatera Barat 69.24 61 59 74.51 82.5 83
4 Riau 60.32 75 75 90.90 60 65
5 Jambi 51.40 62.31 52 93.87 54.43 57
6 Sumatera Selatan 84.03 47.2 48.6 99.88 70.12 0
7 Bengkulu 82.74 60.1 62.5 92.59 99.3 21
8 Lampung 56.61 56.61 57.03 100.00 74.36 77
9 Kepulauan Bangka Belitung 36.20 52.6 63 100.00 100 94
10 Kepulauan Riau 0.00 0 0 0.00 0 0
11 DKI Jakarta 0.00 50.73 55.61 0.00 73.21 0
12 Jawa Barat 73.99 1.82 0 84.12 70 0
13 Jawa Tengah 36.26 38.14 0 78.00 43.27 0
14 DI Yogyakarta 26.69 54 70 29.71 56 29
15 Jawa Timur 40.20 82.41 84 68.02 63 0
16 Banten 43.00 46 44 0.00 24 24
17 Bali 49.60 34.72 40.54 86.37 43.75 50
18 Nusa Tenggara Barat 34.51 76.21 63.09 86.30 36.68 0
19 Nusa Tenggara Timur 50.86 50.55 56.97 100.00 96.2 91
20 Kalimantan Barat 62.78 63.27 64.27 76.00 76.6 78
21 Kalimantan Tengah 0.00 74 75 0.00 74 0
22 Kalimantan Selatan 64.06 72 28.2 75.00 90 0
23 Kalimantan Timur 79.00 66 0 74.85 78 0
24 Sulawesi Utara 0.00 68.5 77 0.00 65 0
25 Sulawesi Tengah 65.96 61.45 0 90.91 67.74 0
26 Sulawesi Selatan 46.11 60.5 61 70.44 74 0
27 Sulawesi Tenggara 29.75 35.75 0 56.30 62.24 0
28 Gorontalo 75.74 80 84 90.41 76 0
29 Sulawesi Barat 0.00 0 0 0.00 0 0
30 Maluku 54.55 0 0 100.00 0 0
31 Maluku Utara 0.00 60 65 0.00 54 0
32 Papua 0.00 0 0 62.57 0 0
33 Irian Jaya Barat 0.00 0 0 0.00 0 0
Indonesia 55.89 57.64678571 62.435 73.05 81.74782609 66

Sumber : Ditjen PP&PL, Depkes RI


Lampiran 2.16

PERSENTASE RUMAH SEHAT DAN SEKOLAH SEHAT MENURUT PROVINSI TAHUN 2004-2006

Rumah Sehat Sekolah Sehat


No Provinsi
2004 2005 2006 2004 2005 2006
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 0 32.2 0 40 50
2 Sumatera Utara 50 53.5 0 55.23 60
3 Sumatera Barat 22.7 29.8 35.8 48.5 39.5 47.9
4 Riau 37.26 50.3 55.5 0 40 50
5 Jambi 61.46 64.47 64.74 60.4 65.39 65.68
6 Sumatera Selatan 0 44 51.1 0 0 64
7 Bengkulu 0 54.4 48.8 0 42.6 64.44
8 Lampung 27.57 57.01 58 80 85 85.06
9 Kepulauan Bangka Belitung 37.93 62.83 76.29 0 65 71.03
10 Kepulauan Riau 0 0 0
11 DKI Jakarta 38 55 62 23 50 65
12 Jawa Barat 33.19 0 30.08 0
13 Jawa Tengah 70.88 70.63 0 61.22 72.37 0
14 DI Yogyakarta 64 71 58.8 50 60 61.2
15 Jawa Timur 22.58 21.37 26.36 49.02 46.76 44.38
16 Banten 56 53 52 36 36 25.6
17 Bali 70.77 72.9 72.5 0 0 0
18 Nusa Tenggara Barat 69.19 60.99 0 55.3 65.04
19 Nusa Tenggara Timur 47.53 53.5 62.47 78.9 84.91 88.85
20 Kalimantan Barat 55.85 57.27 58.03 53.18 53.78 54.95
21 Kalimantan Tengah 58.5 58.77 0 70 73
22 Kalimantan Selatan 48 50 28 81.3 0 0
23 Kalimantan Timur 57.1 47.4 0 0 0 0
24 Sulawesi Utara 71.7 69 0 40.36 45
25 Sulawesi Tengah 37.59 69.82 0 0 0 0
26 Sulawesi Selatan 68 70.5 0 70 73
27 Sulawesi Tenggara 58.66 59.91 62.08 0 0 0
28 Gorontalo 61 75 0 80 81
29 Sulawesi Barat 59.91 62.08 0 0 0
30 Maluku 0 0 0
31 Maluku Utara 0 50 53 0 60 62
32 Papua 0 0 0
33 rian Jaya Barat 0 0 0
Indonesia 68.09 61.20 62.15 56.47 61.77

Sumber : Ditjen PP&PL, Depkes RI


Lampiran 2.17

PERSENTASE RUMAH TANGGA SEHAT MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

Rumah Tangga Sehat


No Provinsi
Jumlah diperiksa Jumlah Sehat % Sehat
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Nanggroe Aceh Darussalam - - -
2 Sumatera Utara 4,288 1,462 34.10
3 Sumatera Barat - - -
4 Riau 2,391 629 26.31
5 Jambi 1,844 541 28.72
6 Sumatera Selatan 1,804 139 7.71
7 Bengkulu 1,715 332 19.36
8 Lampung 624 128 20.51
9 Kepulauan Bangka Belitung - - -
10 Kepulauan Riau 812 264 32.51
11 DKI Jakarta 848 140 16.51
12 Jawa Barat - - -
13 Jawa Tengah - - -
14 DI Yogyakarta 718 251 35
15 Jawa Timur - - -
16 Banten 616 83 13.47
17 Bali 1,680 628 37.38
18 Nusa Tenggara Barat 1,680 470 27.98
19 Nusa Tenggara Timur 3,112 626 20.12
20 Kalimantan Barat 1,256 467 37.18
21 Kalimantan Tengah 4,129 723 17.51
22 Kalimantan Selatan 1,366 284 20.79
23 Kalimantan Timur 1,795 744 41.45
24 Sulawesi Utara 51 20 39.22
25 Sulawesi Tengah - - -
26 Sulawesi Selatan 694 115 16.57
27 Sulawesi Tenggara 1,488 443 29.77
28 Gorontalo 840 126 15.00
29 Sulawesi Barat - - -
30 Maluku 1,293 267 20.65
31 Maluku Utara 1,470 250 17.01
32 Papua - - -
33 rian Jaya Barat 210 36 17.14
Indonesia 36,724 9,168 24.96

Sumber : Pusat Promosi Kesehatan (Setjen Depkes)


Lampiran 2.18

PERSENTASE TEMPAT-TEMPAT UMUM (TTU) DAN TEMPAT PENGELOLAAN


MAKANAN (TPM) YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2004-2006

TTU Sehat TPM Sehat


No Provinsi
2004 2005 2006 2004 2005 2006
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 0 39.2 54 0 40 54
2 Sumatera Utara 70 72.5 73 0 60 86
3 Sumatera Barat 41 40.4 49.6 7.8 10.8 18.9
4 Riau 25.43 26.73 26.73 32.68 35 45
5 Jambi 55.56 55.33 54.89 54.46 53.35 53.4
6 Bengkulu 0 63 65 0 69 62.3
7 Sumatera Selatan 0 57.5 58.35 0 63.86 56.54
8 Lampung 48.64 50.64 50.81 39.01 40.08 40.18
9 Kepulauan Bangka Belitung 65.95 81.33 71.73 68.82 67.75 68
10 Kepulauan Riau 0 0 0 0 0 0
11 DKI Jakarta 19 30 45 0 26 50
12 Jawa Barat 4.001 66.366 40.91 0 0 31.55
13 Jawa Tengah 71.57 71.41 0 74.76 71.3 0
14 DI Yogyakarta 78 76 75 78 85 78.3
15 Jawa Timur 52.91 50.24 48.72 26.31 28.94 38.11
16 Banten 46 44 38.7 32.49 32.49 14.47
17 Bali 70.99 87.35 87.5 79.22 80.94 81.75
18 Nusa Tenggara Barat 0 41.64 56.26 0 66.98 56.56
19 Nusa Tenggara Timur 48.8 42.74 45.38 72.51 76.01 78.9
20 Kalimantan Barat 72.19 72.71 73.96 76.56 77.17 78.72
21 Kalimantan Tengah 0 77.15 77.6 0 65.75 67
22 Kalimantan Timur 81 77 77.3 83.33 82.74 83.2
23 Kalimantan Selatan 74.4 65.5 65.5 63.5 61.1 61.8
24 Sulawesi Utara 0 73.41 66 0 60.14 0
25 Sulawesi Tengah 55.11 78.44 0 54.01 57.87 0
26 Sulawesi Tenggara 68.04 74.07 75 67.6 75.3 75
27 Sulawesi Selatan 0 73.5 75 0 65.75 67
28 Gorontalo 73 78 83 60 65 73
29 Sulawesi Barat 0 0 0 0 0 0
30 Maluku 0 0 0 0 0 0
31 Maluku Utara 0 60 60 0 40 40
32 Papua 0 0 0 0 0 0
33 Irian Jaya Barat 0 0 0 0 0 0
Indonesia 57.12 57.72 58.39

Sumber : Ditjen PP&PL, Depkes RI


Lampiran 2.19

PERSENTASE PENDUDUK YANG MEMPUNYAI KELUHAN KESEHATAN SELAMA BULAN REFERENSI


MENURUT JENIS KELUHAN KESEHATAN YANG DIALAMI DAN PROVINSI TAHUN 2006

Perkotaan + Perdesaan
Keluhan Kesehatan
% Penduduk yang
No Provinsi Diare/ Buang- Asma/Nafas Mempunyai Keluhan
Panas Sakit Kepala Batuk Pilek Sakit Gigi Keluhan Lainnya
Buang Air Sesak Kesehatan

(1) (2) (3) (8) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11)

1 Nanggroe Aceh Darussalam 45.97 21.46 51.78 49.85 11.26 6.98 12.07 23.83 34.52
2 Sumatera Utara 41.14 16.87 48.51 44.54 6.89 5.70 7.36 24.03 21.55
3 Sumatera Barat 38.52 18.82 44.37 41.97 7.30 6.51 6.93 26.96 25.69
4 Riau 38.06 21.02 53.57 50.72 8.23 6.97 9.07 19.43 23.98
5 Jambi 32.25 21.73 50.28 48.11 8.08 6.58 8.81 23.95 25.34
6 Sumatera Selatan 32.06 18.27 51.54 52.07 6.93 6.36 8.67 22.92 25.24
7 Bengkulu 37.07 15.55 51.26 52.67 8.45 6.35 7.66 23.35 24.70
8 Lampung 30.70 19.54 49.96 49.42 5.11 4.42 6.62 27.55 30.75
9 Kepulauan Bangka Belitung 31.58 21.58 49.03 48.68 6.67 6.84 8.85 27.81 30.72
10 Kepulauan Riau 40.57 20.74 53.25 50.21 5.16 6.31 9.46 17.94 28.46
11 DKI Jakarta 32.53 19.05 52.20 49.70 7.37 4.31 5.30 23.16 31.38
12 Jawa Barat 32.79 15.85 44.91 45.49 6.10 6.17 6.39 30.71 25.91
13 Jawa Tengah 31.26 20.10 50.65 52.28 5.25 4.79 5.49 28.97 27.91
14 DI Yogyakarta * 29.03 25.84 54.29 53.74 5.21 5.35 8.57 27.49 44.39
15 Jawa Timur 31.92 17.80 52.11 50.48 5.13 5.40 6.70 23.97 29.40
16 Banten 42.89 22.52 51.90 56.91 6.66 5.84 8.06 16.22 25.40
17 Bali 48.31 18.90 49.77 47.18 5.91 6.82 5.73 22.95 33.96
18 Nusa Tenggara Barat 46.58 23.65 50.74 51.02 7.80 7.08 7.25 29.61 35.04
19 Nusa Tenggara Timur 48.91 25.40 61.00 57.85 9.33 8.24 9.04 26.65 35.98
20 Kalimantan Barat 35.97 19.07 49.72 48.07 7.73 7.71 7.82 21.67 27.42
21 Kalimantan Tengah 40.78 22.43 58.11 54.19 7.98 7.12 7.89 14.25 26.40
22 Kalimantan Selatan 36.15 22.15 49.68 46.00 6.85 6.08 7.71 23.57 30.87
23 Kalimantan Timur 34.07 20.93 50.67 51.25 6.73 5.46 8.40 21.45 30.82
24 Sulawesi Utara 36.90 18.66 52.78 52.81 6.64 3.84 9.22 19.71 29.27
25 Sulawesi Tengah 44.23 25.97 46.37 39.73 7.34 7.56 11.57 28.76 31.61
26 Sulawesi Selatan 37.69 20.28 40.88 37.18 7.54 6.93 7.76 24.65 25.41
27 Sulawesi Tenggara 38.71 20.43 41.57 37.00 7.29 7.40 8.55 25.37 28.21
28 Gorontalo 67.26 26.18 55.02 42.34 9.40 6.51 10.86 15.46 41.20
29 Sulawesi Barat 45.87 25.54 42.84 41.18 9.54 6.75 9.33 20.44 27.80
30 Maluku 40.08 17.17 52.02 43.12 5.69 5.40 12.62 18.09 29.61
31 Maluku Utara 46.58 23.55 49.55 28.19 9.02 6.60 8.41 28.48 30.44
32 Papua 40.32 19.75 55.68 52.40 8.33 5.47 8.56 23.76 33.53
33 Irian Jaya Barat 45.16 12.07 51.90 47.97 5.11 4.48 5.87 18.09 22.13
Indonesia 35.65 19.30 49.92 48.93 6.44 5.83 7.16 25.55 28.15

Sumber: BPS, Statistik Kesra


Keterangan : *) Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.20

PERSENTASE PENDUDUK YANG BEROBAT JALAN DAN MENGOBATI SENDIRI SELAMA BULAN REFERENS
MENURUT TIPE DAERAH DAN PROVINSI TAHUN 2006

% Penduduk yang Berobat Jalan % Penduduk yang Mengobati Sendiri


Selama Sebulan yang Lalu Selama Sebulan yang Lalu
No Provinsi
Perkotaan Perdesaan Perkotaan+ Perdesaan Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 41.14 37.53 38.26 66.85 67.56 67.41
2 Sumatera Utara 32.29 27.49 29.49 65.37 70.74 68.51
3 Sumatera Barat 40.35 38.40 38.92 59.50 68.50 66.12
4 Riau 29.53 17.91 21.80 68.72 74.03 72.26
5 Jambi 43.66 22.27 28.54 64.39 77.70 73.80
6 Sumatera Selatan 31.38 25.89 27.84 68.64 71.41 70.43
7 Bengkulu 36.12 26.25 28.81 67.42 72.88 71.47
8 Lampung 33.79 29.03 30.04 71.59 78.70 77.19
9 Kepulauan Bangka Belitung 40.20 27.43 32.07 70.94 65.46 67.45
10 Kepulauan Riau 33.21 37.26 34.11 71.20 70.71 71.09
11 DKI Jakarta 39.46 - 39.46 72.57 - 72.57
12 Jawa Barat 39.52 32.62 35.88 73.63 78.50 76.19
13 Jawa Tengah 40.72 37.93 39.06 68.48 70.40 69.62
14 DI Yogyakarta * 35.93 39.86 37.60 77.11 68.62 73.50
15 Jawa Timur 36.26 32.51 34.05 71.51 73.81 72.87
16 Banten 29.77 23.29 26.77 67.75 69.34 68.49
17 Bali 43.92 49.96 46.82 65.30 63.54 64.46
18 Nusa Tenggara Barat 34.12 36.36 35.49 69.36 73.75 72.05
19 Nusa Tenggara Timur 47.66 45.37 45.72 62.95 55.52 56.64
20 Kalimantan Barat 30.33 27.95 28.73 75.01 72.84 73.56
21 Kalimantan Tengah 30.48 24.35 26.39 78.69 78.40 78.49
22 Kalimantan Selatan 27.28 26.54 26.82 76.77 77.85 77.45
23 Kalimantan Timur 37.20 29.90 33.97 67.71 69.15 68.35
24 Sulawesi Utara 33.95 31.05 32.06 49.17 68.79 61.92
25 Sulawesi Tengah 37.15 25.94 27.77 74.15 75.03 74.89
26 Sulawesi Selatan 30.48 26.95 28.09 66.95 67.56 67.36
27 Sulawesi Tenggara 21.98 22.87 22.68 68.04 75.53 73.93
28 Gorontalo 39.90 28.61 31.82 80.55 81.56 81.27
29 Sulawesi Barat 29.73 20.04 21.10 71.04 67.90 68.24
30 Maluku 26.80 16.78 19.36 69.08 74.91 73.41
31 Maluku Utara 41.13 26.31 29.15 83.22 81.38 81.73
32 Papua 28.15 30.79 30.25 51.56 51.33 51.38
33 Irian Jaya Barat 30.84 30.91 30.88 77.43 58.74 66.91
Indonesia 36.93 32.12 34.13 70.40 72.19 71.44

Sumber: BPS, Statistik Kesra


Keterangan : *) Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.21

PERSENTASE PENDUDUK YANG BEROBAT JALAN SELAMA BULAN REFERENSI


MENURUT TEMPAT/CARA BEROBAT DAN PROVINSI TAHUN 2006

Tempat/Cara Berobat
No Provinsi Rumah Sakit
Rumah Sakit Swasta Total RS Praktek Dokter Puskesmas/ Pustu Petugas Kesehatan Praktek Batra Dukun Bersalin Lainnya
Pemerintah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 12.68 2.44 15.12 14.85 47.55 12.64 1.95 0.89 7.01
2 Sumatera Utara 9.37 8.68 18.05 22.88 29.00 19.47 3.61 0.95 6.04
3 Sumatera Barat 10.70 2.20 12.90 13.21 35.82 24.82 7.16 0.93 5.16
4 Riau 12.99 8.57 21.56 22.74 41.73 8.84 0.51 2.44 3.50
5 Jambi 9.67 3.77 13.44 22.34 50.25 8.19 1.06 1.13 3.59
6 Sumatera Selatan 7.72 5.37 13.09 17.22 53.14 9.94 1.26 1.70 3.64
7 Bengkulu 6.04 1.40 7.44 22.74 43.07 17.64 2.59 1.02 5.51
8 Lampung 4.26 2.36 6.62 20.74 34.70 30.04 1.63 0.95 5.31
9 Kepulauan Bangka Belitung 4.80 5.95 10.75 17.21 49.95 15.41 1.93 0.73 4.03
10 Kepulauan Riau 13.92 8.23 22.15 21.57 41.61 7.98 0.81 0.74 5.15
11 DKI Jakarta 10.69 10.84 21.53 39.23 31.52 1.74 1.51 0.59 3.88
12 Jawa Barat 8.68 5.72 14.40 29.32 44.68 23.14 4.69 0.60 4.74
13 Jawa Tengah 6.92 2.53 9.45 26.08 35.57 24.40 1.32 0.39 2.78
14 DI Yogyakarta * 8.15 7.48 15.63 32.39 36.70 11.60 1.59 0.04 2.06
15 Jawa Timur 6.07 3.79 9.86 24.89 31.69 27.56 1.72 0.45 3.83
16 Banten 7.51 7.88 15.39 30.86 35.81 10.18 0.60 0.90 6.26
17 Bali 11.12 3.24 14.36 36.16 28.59 16.61 1.11 0.41 2.76
18 Nusa Tenggara Barat 5.01 0.43 5.44 17.27 52.69 13.65 0.80 0.58 9.57
19 Nusa Tenggara Timur 8.18 3.12 11.30 8.58 64.32 10.07 0.78 0.30 4.66
20 Kalimantan Barat 9.00 2.80 11.80 20.15 43.13 17.78 1.72 0.77 4.65
21 Kalimantan Tengah 7.26 0.85 8.11 14.78 57.27 15.89 1.14 0.42 2.38
22 Kalimantan Selatan 7.11 1.23 8.34 14.49 47.13 24.05 3.11 0.39 2.97
23 Kalimantan Timur 9.89 6.09 15.98 26.52 50.02 9.38 2.55 0.67 4.56
24 Sulawesi Utara 8.79 5.76 14.55 27.31 41.33 12.73 0.28 0.65 3.14
25 Sulawesi Tengah 9.51 1.11 10.62 11.72 51.49 14.22 1.24 0.50 10.21
26 Sulawesi Selatan 12.96 2.03 14.99 13.13 53.43 10.98 0.67 0.52 6.28
27 Sulawesi Tenggara 13.44 2.47 15.91 11.44 56.13 9.01 0.94 1.58 4.98
28 Gorontalo 5.47 1.71 7.18 24.37 42.77 16.08 2.32 1.80 5.49
29 Sulawesi Barat 9.78 0.88 10.66 12.50 63.98 6.92 0.56 0.38 5.00
30 Maluku 8.71 3.62 12.33 13.07 60.97 10.50 0.66 0.37 2.09
31 Maluku Utara 11.51 6.13 17.64 11.56 48.57 12.72 2.13 1.45 5.94
32 Papua 11.08 4.39 15.47 9.48 65.94 3.81 0.44 0.59 4.27
33 Irian Jaya Barat 11.51 9.86 21.37 9.01 41.30 7.87 6.81 6.55 7.09
Indonesia 8.22 4.39 12.61 23.85 40.45 19.10 2.13 0.66 4.49 90.68

Sumber: BPS, Statistik Kesra


Keterangan : *) Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.22

PROPORSI PENDUDUK YANG MENGOBATI SENDIRI SELAMA BULAN REFERENSI


MENURUT JENIS OBAT YANG DIGUNAKAN, TIPE DAERAH DAN PROVINSI
TAHUN 2006

Tipe Daerah
No Provinsi Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan
Modern Tradisional Lainnya Modern Tradisional Lainnya Modern Tradisional Lainnya
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

1 Nanggroe Aceh Darussalam 87.83 37.15 15.80 76.00 54.07 19.55 78.39 50.66 18.79
2 Sumatera Utara 74.05 33.81 22.48 76.97 47.56 16.66 75.81 42.11 18.97
3 Sumatera Barat 72.39 38.25 12.52 76.41 47.98 11.76 75.45 45.66 11.95
4 Riau 80.89 39.47 20.13 72.05 56.23 18.21 74.86 50.90 18.83
5 Jambi 80.35 32.94 14.06 82.69 50.55 14.15 82.09 46.05 14.12
6 Sumatera Selatan 79.35 33.57 30.79 76.68 53.82 26.56 77.61 46.82 28.02
7 Bengkulu 79.59 34.18 19.98 71.63 47.98 20.77 73.57 44.61 20.58
8 Lampung 83.62 30.53 13.14 82.02 33.45 14.36 82.33 32.87 14.12
9 Kepulauan Bangka Belitung 89.13 18.50 12.17 83.81 41.07 16.26 85.85 32.43 14.70
10 Kepulauan Riau 79.13 40.70 14.10 65.07 49.78 24.39 76.04 42.69 16.36
11 DKI Jakarta 82.61 31.69 13.94 - - - 82.61 31.69 13.94
12 Jawa Barat 83.15 30.76 13.22 84.04 35.66 11.11 83.63 33.42 12.08
13 Jawa Tengah 87.46 28.15 9.64 87.79 32.46 9.45 87.66 30.74 9.52
14 DI Yogyakarta * 87.83 29.82 7.79 79.72 39.94 14.36 84.61 33.84 10.40
15 Jawa Timur 87.09 36.92 10.60 82.79 47.07 13.24 84.53 42.96 12.17
16 Banten 78.85 33.44 18.51 68.65 42.72 14.28 74.07 37.79 16.53
17 Bali 84.34 47.84 9.64 74.83 61.55 9.14 79.83 54.33 9.40
18 Nusa Tenggara Barat 85.87 37.51 9.70 82.82 44.01 14.17 83.96 41.59 12.51
19 Nusa Tenggara Timur 86.92 26.40 10.87 73.16 51.68 14.31 75.48 47.43 13.73
20 Kalimantan Barat 87.76 34.02 8.75 78.85 39.09 19.90 81.84 37.39 16.16
21 Kalimantan Tengah 91.51 31.31 7.69 84.94 25.64 11.73 87.14 27.54 10.38
22 Kalimantan Selatan 89.53 23.35 7.47 87.79 35.73 10.89 88.43 31.14 9.63
23 Kalimantan Timur 86.49 32.70 13.01 82.57 36.03 14.38 84.73 34.19 13.63
24 Sulawesi Utara 89.58 17.77 5.14 86.75 25.38 9.04 87.54 23.26 7.95
25 Sulawesi Tengah 85.86 20.27 13.74 74.57 50.30 18.82 76.40 45.44 18.00
26 Sulawesi Selatan 85.29 33.24 8.05 79.47 44.34 9.01 81.34 40.77 8.70
27 Sulawesi Tenggara 78.63 33.67 13.98 78.42 48.26 11.87 78.46 45.40 12.28
28 Gorontalo 89.91 21.33 7.67 77.99 45.55 23.66 81.35 38.72 19.15
29 Sulawesi Barat 89.16 38.38 6.18 78.40 50.01 11.42 79.62 48.69 10.82
30 Maluku 87.89 20.77 5.42 66.07 50.97 16.07 71.35 43.67 13.49
31 Maluku Utara 95.17 30.05 4.27 85.33 46.13 8.29 87.25 42.99 7.51
32 Papua 78.47 26.20 9.05 56.23 56.35 17.10 60.81 50.14 15.44
33 Irian Jaya Barat 41.98 59.19 6.30 67.83 55.78 10.76 54.76 57.51 8.51
Indonesia 84.14 32.59 12.73 80.98 42.29 13.46 82.28 38.30 13.16

Sumber: BPS, Statistik Kesra


Keterangan : *) Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.23

PERSENTASE ANAK USIA 2-4 TAHUN YANG PERNAH DISUSUI


MENURUT LAMANYA DISUSUI DAN PROVINSI TAHUN 2006

Perkotaan+Perdesaan
Lama Disusui (Bulan)
No. Provinsi Jumlah
≤5 6-11 12-17 18-23 >24
(1) (2) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 Nanggroe Aceh Darussalam 4.30 7.89 20.13 35.30 32.37 99.99


2 Sumatera Utara 5.98 12.71 35.34 21.88 24.09 100.00
3 Sumatera Barat 2.21 5.81 17.73 28.57 45.68 100.00
4 Riau 6.87 8.89 23.70 22.90 37.64 100.00
5 Jambi 3.05 6.98 16.37 22.53 51.07 100.00
6 Sumatera Selatan 4.64 6.13 20.19 22.81 46.24 100.01
7 Bengkulu 2.01 4.58 18.95 27.56 46.91 100.01
8 Lampung 2.60 6.41 20.32 28.14 42.53 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 5.01 10.81 24.05 15.41 44.72 100.00
10 Kepulauan Riau 8.70 9.69 19.89 18.06 43.65 99.99
11 DKI Jakarta 10.90 16.39 26.53 13.18 32.99 99.99
12 Jawa Barat 8.66 9.52 15.13 19.82 46.88 100.01
13 Jawa Tengah 4.46 4.58 14.27 23.02 53.68 100.01
14 DI Yogyakarta * 1.80 5.40 13.68 19.81 59.31 100.00
15 Jawa Timur 6.80 8.30 17.76 22.58 44.56 100.00
16 Banten 5.30 9.37 22.63 24.86 37.84 100.00
17 Bali 3.42 6.31 18.22 27.65 44.40 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 0.61 3.68 15.90 23.88 55.93 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 1.82 7.42 37.53 18.42 34.81 100.00
20 Kalimantan Barat 7.17 8.39 19.75 13.71 50.98 100.00
21 Kalimantan Tengah 2.10 4.55 13.98 18.80 60.56 99.99
22 Kalimantan Selatan 6.10 7.42 12.10 21.51 52.87 100.00
23 Kalimantan Timur 6.47 13.45 21.52 14.40 44.15 99.99
24 Sulawesi Utara 7.44 7.52 29.94 14.25 40.85 100.00
25 Sulawesi Tengah 4.26 6.99 21.81 18.89 48.06 100.01
26 Sulawesi Selatan 2.26 8.72 29.64 21.20 38.18 100.00
27 Sulawesi Tenggara 2.04 8.94 30.00 23.44 35.58 100.00
28 Gorontalo 7.24 11.80 26.03 12.23 42.69 99.99
29 Sulawesi Barat 1.54 5.57 21.90 23.62 47.38 100.01
30 Maluku 5.89 19.81 45.59 14.49 14.22 100.00
31 Maluku Utara 2.26 8.66 34.03 22.86 32.19 100.00
32 Papua 5.42 15.27 26.88 16.22 36.21 100.00
33 Irian Jaya Barat 2.09 5.70 42.77 15.26 34.18 100.00
Indonesia 5.61 8.48 20.77 21.68 43.46 100.00

Sumber: BPS, Statistik Kesra


Keterangan : *) Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.23.a

PERSENTASE ANAK USIA 2-4 TAHUN YANG PERNAH DISUSUI


MENURUT LAMANYA DISUSUI DAN PROVINSI TAHUN 2006

Perkotaan
Lama Disusui (Bulan)
No Provinsi Jumlah
≤5 6-11 12-17 18-23 >24
(1) (2) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 5.36 12.34 21.26 30.33 30.71 100
2 Sumatera Utara 7.31 12.11 33.88 19.35 27.34 100
3 Sumatera Barat 3.15 8.20 18.52 20.19 49.94 100
4 Riau 5.89 11.82 26.97 21.51 33.82 100
5 Jambi 4.77 10.64 21.47 16.89 46.23 100
6 Sumatera Selatan 4.60 7.72 17.56 17.36 52.77 100
7 Bengkulu 1.03 5.08 13.53 26.27 54.09 100
8 Lampung 5.02 7.78 22.30 21.74 43.16 100
9 Kepulauan Bangka Belitung 5.56 13.48 21.86 16.89 42.21 100
10 Kepulauan Riau 9.68 9.92 19.99 17.20 43.22 100
11 DKI Jakarta 10.90 16.39 26.53 13.18 32.99 100
12 Jawa Barat 9.14 12.16 16.53 18.29 43.88 100
13 Jawa Tengah 5.19 6.29 16.59 21.06 50.86 100
14 DI Yogyakarta * 2.41 7.77 11.66 23.28 54.88 100
15 Jawa Timur 8.43 10.63 20.06 20.65 40.23 100
16 Banten 6.09 10.83 23.35 17.97 41.75 100
17 Bali 4.78 8.62 16.67 21.84 48.08 100
18 Nusa Tenggara Barat 0.91 3.46 14.81 23.97 56.85 100
19 Nusa Tenggara Timur 3.26 12.72 34.98 14.64 34.40 100
20 Kalimantan Barat 16.87 14.35 21.82 8.92 38.04 100
21 Kalimantan Tengah 4.34 4.83 10.74 17.66 62.43 100
22 Kalimantan Selatan 10.56 11.49 11.39 19.40 47.15 100
23 Kalimantan Timur 5.06 12.35 19.41 13.12 50.06 100
24 Sulawesi Utara 6.34 7.87 29.56 13.48 42.75 100
25 Sulawesi Tengah 7.70 10.40 21.18 14.04 46.68 100
26 Sulawesi Selatan 2.17 12.06 29.07 20.75 35.95 100
27 Sulawesi Tenggara 5.23 6.72 27.51 18.59 41.94 100
28 Gorontalo 10.87 4.66 24.46 13.09 46.93 100
29 Sulawesi Barat 2.52 6.09 23.54 16.03 51.82 100
30 Maluku 3.24 12.97 54.68 18.58 10.53 100
31 Maluku Utara 0.45 3.41 23.04 27.87 45.24 100
32 Papua 8.64 22.22 31.68 8.59 28.87 100
33 Irian Jaya Barat 1.77 9.59 62.27 17.03 9.35 100
Indonesia 7.23 10.83 21.10 18.74 42.10 100

Sumber: BPS, Statistik Kesra


Keterangan : *) Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.23.b

PERSENTASE ANAK USIA 2-4 TAHUN YANG PERNAH DISUSUI


MENURUT LAMANYA DISUSUI DAN PROVINSI TAHUN 2006

Perdesaan
Lama Disusui (Bulan)
No Provinsi Jumlah
≤5 6-11 12-17 18-23 >24
(1) (2) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 4.04 6.79 19.85 36.53 32.79 100
2 Sumatera Utara 5.06 13.13 36.35 23.62 21.84 100
3 Sumatera Barat 1.85 4.92 17.44 31.71 44.08 100
4 Riau 7.48 7.05 21.64 23.78 40.04 100
5 Jambi 2.34 5.46 14.27 24.86 53.07 100
6 Sumatera Selatan 4.66 5.29 21.56 25.67 42.82 100
7 Bengkulu 2.36 4.40 20.88 28.02 44.34 100
8 Lampung 1.90 6.01 19.75 29.99 42.35 100
9 Kepulauan Bangka Belitung 4.62 8.85 25.65 14.34 46.54 100
10 Kepulauan Riau 4.04 8.64 19.42 22.19 45.72 100
11 DKI Jakarta - - - - - 100
12 Jawa Barat 8.12 6.57 13.56 21.52 50.23 100
13 Jawa Tengah 3.95 3.39 12.68 24.36 55.61 100
14 DI Yogyakarta * 1.03 2.44 16.20 15.49 64.84 100
15 Jawa Timur 5.51 6.45 15.95 24.10 47.98 100
16 Banten 4.42 7.76 21.84 32.43 33.54 100
17 Bali 1.67 3.36 20.19 35.08 39.70 100
18 Nusa Tenggara Barat 0.44 3.80 16.49 23.84 55.43 100
19 Nusa Tenggara Timur 1.59 6.55 37.95 19.04 34.87 100
20 Kalimantan Barat 3.66 6.23 19.00 15.44 55.67 100
21 Kalimantan Tengah 1.11 4.43 15.42 19.31 59.73 100
22 Kalimantan Selatan 3.40 4.95 12.52 22.79 56.34 100
23 Kalimantan Timur 8.38 14.94 24.38 16.13 36.17 100
24 Sulawesi Utara 8.14 7.29 30.18 14.74 39.64 100
25 Sulawesi Tengah 3.51 6.25 21.94 19.95 48.35 100
26 Sulawesi Selatan 2.31 7.09 29.92 21.42 39.27 100
27 Sulawesi Tenggara 1.25 9.49 30.62 24.64 34.01 100
28 Gorontalo 6.25 13.74 26.46 12.00 41.54 100
29 Sulawesi Barat 1.37 5.48 21.63 24.87 46.65 100
30 Maluku 6.70 21.88 42.83 13.26 15.34 100
31 Maluku Utara 2.81 10.26 37.39 21.33 28.21 100
32 Papua 4.30 12.84 25.20 18.89 38.78 100
33 Irian Jaya Barat 2.24 3.88 33.62 14.44 45.82 100
Indonesia 4.44 6.76 20.54 23.81 44.45 100

Sumber: BPS, Statistik Kesra


Keterangan : *) Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 3.1

ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI, ANGKA HARAPAN HIDUP,NET REPRODUCTION RATE DAN ANGKA FERTILITAS TOTAL
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 - 2010

Estimasi
No Provinsi Angka Kematian Bayi Angka Kematian Balita* Angka Harapan Hidup Net Reproduction Rate Angka Fertilitas
(IMR) (2002-2003) (eo) (NRR) Total (TFR)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 39 - 67.3 1.10 2.411
2 Sumatera Utara 27 57 70.5 1.18 2.527
3 Sumatera Barat 32 59 69.2 1.14 2.459
4 Riau 28 60 70.1 1.11 2.387
5 Jambi 32 51 69.1 1.09 2.368
6 Sumatera Selatan 31 49 69.2 1.06 2.291
7 Bengkulu 33 68 68.9 1.03 2.243
8 Lampung 28 64 70.1 1.09 2.349
9 Kepulauan Bangka Belitung 32 47 69.0 1.02 2.217
10 DKI Jakarta 14 41 74.0 0.73 1.527
11 Jawa Barat 32 50 69.0 1.02 2.218
12 Jawa Tengah 25 44 71.0 1.02 2.181
13 DI Yogyakarta 14 23 74.0 0.66 1.373
14 Jawa Timur 28 52 70.0 0.77 1.662
15 Banten 39 56 67.3 1.09 2.399
16 Bali 20 19 72.4 0.89 1.629
17 Nusa Tenggara Barat 51 103 64.4 1.10 2.503
18 Nusa Tenggara Timur 35 73 68.4 1.25 2.742
19 Kalimantan Barat 34 63 68.5 1.14 2.488
20 Kalimantan Tengah 28 47 70.0 1.05 2.259
21 Kalimantan Selatan 40 57 66.9 0.99 2.180
22 Kalimantan Timur 23 50 71.6 1.05 2.234
23 Sulawesi Utara 16 33 73.6 0.91 1.909
24 Sulawesi Tengah 40 71 67.0 1.05 2.313
25 Sulawesi Selatan 33 72 68.8 1.04 2.268
26 Sulawesi Tenggara 32 92 69.1 1.21 2.617
27 Gorontalo 33 97 68.7 1.04 2.259
28 Maluku 37 - 67.7 1.25 2.751
29 Maluku Utara 43 - 66.3 1.23 2.731
30 Papua 34 - 68.4 1.20 2.761
Indonesia 28 46 69.8 1.01 2.177

Sumber: BAPPENAS, BPS, United Nations Population Fund (2003), Proyeksi Penduduk Indonesia 2005 - 2010, Tahun 2005
*BPS (2003), Indonesia Demographic and Health (IDHS), 2002 - 2003
Lampiran 3.2

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA


MENURUT PROVINSI TAHUN 1999, 2002, 2005

No Provinsi 1999 2002 2005


(1) (2) (3) (4) (5)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 65.3 66.0 69.0
2 Sumatera Utara 66.6 68.8 72.0
3 Sumatera Barat 65.8 67.5 71.2
4 Riau 67.3 69.1 73.6
5 Jambi 65.4 67.1 71.0
6 Sumatera Selatan 63.9 66.0 70.2
7 Bengkulu 64.8 66.2 71.1
8 Lampung 63.0 65.8 68.8
9 Kep. Bangka Belitung t.a.d 65.4 70.7
10 Kep.Riau t.a.d t.a.d 72.2
11 DKI Jakarta 72.5 75.6 76.1
12 Jawa Barat 64.6 65.8 69.9
13 Jawa Tengah 64.6 66.3 69.8
14 DI Yogyakarta 68.7 70.8 73.5
15 Jawa Timur 61.8 64.1 68.4
16 Banten t.a.d 66.6 68.8
17 Bali 65.7 67.5 69.8
18 Nusa Tenggara Barat 54.2 57.8 62.4
19 Nusa Tenggara Timur 60.4 60.3 63.6
20 Kalimantan Barat 60.6 62.9 66.2
21 Kalimantan Tengah 66.7 69.1 73.2
22 Kalimantan Selatan 62.2 64.3 67.4
23 Kalimantan Timur 67.8 69.9 72.9
24 Sulawesi Utara 67.1 71.3 74.2
25 Sulawesi Tengah 62.8 64.4 68.5
26 Sulawesi Selatan 63.6 65.3 68.1
27 Sulawesi Tenggara 62.9 64.1 67.5
28 Gorontalo t.a.d 64.1 67.5
29 Sulawesi Barat** t.a.d t.a.d 65.7
30 Maluku 67.2 66.5 69.2
31 Maluku Utara t.a.d 65.8 67.0
32 Papua 58.8 60.1 62.1
33 Irian Jaya Barat** t.a.d t.a.d 64.8
Indonesia 64.3 65.8 69.6
Sumber: BPS, BAPPENAS, UNDP, 2004
Lampiran 3.3

PERSENTASE 10 PENYAKIT UTAMA PADA PASIEN RAWAT JALAN


DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2006

No DTD Golongan Sebab Sakit Jumlah Kunjungan %

(1) (2) (3) (4) (5)

1 167 Infeksi saluran nafas bagian atas akut lainnya 960,460 19.9

2 145 Hipertensi esensial (primer) 480,922 9.95

3 268 Demam yang sebabnya tidak diketahui 409,632 8.48

4 199.9 Penyakit kulit dan jaringan subkutan lainnya 403,270 8.35

5 270.9 Gejala tanda dan penemuan klinik dan laboratorium tidak normal lainnya 397,478 8.23

6 281 Cedera YDT lainnya YTT dan daerah badan multipel 347,345 7.19

7 7.1 Tuberkulosis paru lainnya 346,906 7.18

8 294 Pengawasan kehamilan normal 343,786 7.11

9 104.9 Diabetes melitus YTT 342,246 7.08

10 005 Diare dan gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu (kolitis infeksi) 333,066 6.89

Sumber: Ditjen Yanmed, Depkes RI, 2006


Keterangan: DTD (Daftar Tabulasi Dasar)
Lampiran 3.4

PERSENTASE 10 PENYAKIT UTAMA PADA PASIEN RAWAT INAP


DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2006

No DTD Golongan Sebab Sakit Jumlah Pasien Keluar %

(1) (2) (3) (4) (5)

1 005 Diare dan gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu (kolitis infeksi) 177,517 7.95

2 032.1 Demam berdarah dengue 81,392 3.64

3 002 Demam tifoid dan paratifoid 72,804 3.26

4 242.9 Penyulit kehamilan dan persalinan lainnya 63,580 2.85

5 278 Cedera intrakranial 48,645 2.18

6 268 Demam yang sebabnya tidak diketahui 46,175 2.07

7 281 Cedera YDT lainnya YTT dan daerah badan multipel 46,081 2.06

8 169 Pneumonia 37,634 1.69

9 43 Malaria (included all malaria) 36,865 1.65

10 185 Dispepsia 34,029 1.52

Sumber: Ditjen Yanmed, Depkes RI, 2006


Keterangan: DTD (Daftar Tabulasi Dasar)
Lampiran 3.5

DISTRIBUSI PASIEN RAWAT JALAN MENURUT BAB ICD-X


DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2006

Pasien Baru Jumlah Admission


No Bab DTD ICD-X Golongan Sebab Sakit
Laki-laki Perempuan Jumlah Kunjungan Rate
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 I 001 - 057,9 A 00-B 99 Penyakit Infeksi & Parasit Tertentu 415,367 376,260 791,627 1,507,944 1.90
2 II 058.0-096.9 C 00-D 48 Neoplasma 44,022 101,393 145,415 323,225 2.22

Penyakit Darah & Organ Pembuat Darah &


3 III 097-100 D 50-D 89 9,575 11,933 21,508 43,987 2.05
Gangguan tertentu yang Melibatkan Mekanisme Imun

4 IV 101 - 111 E 00-E 90Penyakit Endokrin, Nutrisi & Metabolik 94,417 111,978 206,395 714,502 3.46
5 V 112-119.9 F 00-F 99Gangguan Mental & Perilaku 44,024 34,060 78,084 241,001 3.09
6 VI 120-129 G 00-G 99Penyakit Susunan Syaraf 69,250 76,044 145,294 359,784 2.48
7 VII 130 - 139,10 H 00-H 59Penyakit Mata dan Adneksa 268,354 296,032 564,386 824,210 1.46
8 VIII 140 - 142,9 H 60-H 95Penyakit Telinga dan Pros. Mastoideus 108,043 104,970 213,013 325,626 1.53
9 IX 143-164.9 I 00-I 99Penyakit Sistem Sirkulasi Darah 247,772 217,297 465,069 1,355,461 2.91
10 X 165.0-179.9 J 00-J 99Penyakit Sistem Napas 675,444 632,815 1,308,259 2,162,905 1.65
11 XI 180-197 K 00-K 93Penyakit Sistem Cerna 426,318 479,897 906,215 1,550,085 1.71
12 XII 198 - 199 L 00-L 99Penyakit Kulit & Jaringan Subkutan 141,268 180,004 321,272 567,233 1.77
13 XIII 200,0 - 210 M 00-M 99Penyakit Sistem Muskuloskeletal dan Jaringan Ikat 125,290 156,272 281,562 663,410 2.36
14 XIV 211 - 233 N 00-N 99Penyakit Sistem Kemih Kelamin 94,676 170,542 265,218 498,012 1.88
15 XV 234-244 O 00-O 99Kehamilan, Persalinan & Masa Nifas - 75,466 75,466 101,603 1.35
16 XVI 245-253.9 P 00-P 96Kondisi Tertentu yang bermula pada masa Perinatal 6,134 7,142 13,276 17,128 1.29
Malformasi, Deformasi Kongenital & Kelainan
17 XVII 254-266.9 Q 00-Q 99 13,004 10,530 23,534 45,728 1.94
Kromosom
Gejala, Tanda & Penemuan Laboratorium, Klinik
18 XVIII 267-270.9 R 00-R 99 318,826 276,376 595,202 932,385 1.57
Abnormal YTK
Cedera, Keracunan dan Akibat Sebab Luar Tertentu
19 XIX 271-289 S 00-T 98 297,129 178,406 475,535 732,316 1.54
Lainnya
20 XX 299.0-306.13 V 00-Y 98 Sebab Luar Morbiditas & Mortalitas 136,505 89,365 225,870 258,599 1.14
Faktor yg Mempengaruhi Keadaan Kesehatan & yg
21 XXI 290.0-298 Z 00-Z 99 349,051 643,316 992,367 1,871,700 1.89
Berhubungan dengan Pelayanan Kesehata
Jumlah 3,884,469 4,230,098 8,114,567 15,096,844 1.86

Sumber: Ditjen Yanmed, Depkes RI, 2006


Keterangan: DTD (Daftar Tabulasi Dasar)
Lampiran 3.6

DISTRIBUSI PASIEN RAWAT INAP MENURUT BAB ICD-X


DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2006

Pasien Baru
No Bab DTD ICD-X Golongan Sebab Sakit Pasien Mati CFR (%)
Laki-laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 I 001 - 057,9 A 00-B 99 Penyakit Infeksi & Parasit Tertentu 273,107 234,156 507,263 15,984 3.15
2 II 058.0-096.9 C 00-D 48 Neoplasma 19,537 35,701 55,238 3,378 6.12

Penyakit Darah & Organ Pembuat Darah &


3 III 097-100 D 50-D 89 3,164 3,889 7,053 129 1.83
Gangguan tertentu yang Melibatkan Mekanisme Imun

4 IV 101 - 111 E 00-E 90Penyakit Endokrin, Nutrisi & Metabolik 30,476 39,207 69,683 5,242 7.52
5 V 112-119.9 F 00-F 99Gangguan Mental & Perilaku 12,848 10,183 23,031 227 0.99
6 VI 120-129 G 00-G 99Penyakit Susunan Syaraf 13,742 12,331 26,073 2,894 11.10
7 VII 130 - 139,10 H 00-H 59Penyakit Mata dan Adneksa 14,137 12,538 26,675 287 1.08
8 VIII 140 - 142,9 H 60-H 95Penyakit Telinga dan Pros. Mastoideus 1,791 2,032 3,823 35 0.92
9 IX 143-164.9 I 00-I 99Penyakit Sistem Sirkulasi Darah 94,579 83,108 177,687 19,361 10.90
10 X 165.0-179.9 J 00-J 99Penyakit Sistem Napas 94,837 78,186 173,023 6,156 3.56
11 XI 180-197 K 00-K 93Penyakit Sistem Cerna 100,272 91,686 191,958 5,739 2.99
12 XII 198 - 199 L 00-L 99Penyakit Kulit & Jaringan Subkutan 7,593 6,631 14,224 189 1.33
13 XIII 200,0 - 210 M 00-M 99Penyakit Sistem Muskuloskeletal dan Jaringan Ikat 11,591 11,189 22,780 235 1.03
14 XIV 211 - 233 N 00-N 99Penyakit Sistem Kemih Kelamin 51,021 48,065 99,086 3,750 3.78
15 XV 234-244 O 00-O 99Kehamilan, Persalinan & Masa Nifas 285,904 285,904 1,318 0.46
16 XVI 245-253.9 P 00-P 96Kondisi Tertentu yang bermula pada masa Perinatal 37,388 36,585 73,973 9,567 12.93
Malformasi, Deformasi Kongenital & Kelainan
17 XVII 254-266.9 Q 00-Q 99 5,735 6,626 12,361 541 4.38
Kromosom
Gejala, Tanda & Penemuan Laboratorium, Klinik
18 XVIII 267-270.9 R 00-R 99 65,345 58,772 124,117 3,296 2.66
Abnormal YTK
Cedera, Keracunan dan Akibat Sebab Luar Tertentu
19 XIX 271-289 S 00-T 98 111,564 59,234 170,798 4,770 2.79
Lainnya
20 XX 299.0-306.13 V 00-Y 98 Sebab Luar Morbiditas & Mortalitas 23,572 12,749 36,321 1,010 2.78
Faktor yg Mempengaruhi Keadaan Kesehatan & yg
21 XXI 290.0-298 Z 00-Z 99 74,390 94,001 168,391 925 0.55
Berhubungan dengan Pelayanan Kesehata
Jumlah 1,046,689 1,222,773 2,269,462 85,033

Sumber: Ditjen Yanmed, Depkes RI, 2006


Keterangan: DTD (Daftar Tabulasi Dasar)
Lampiran 3.7

JUMLAH KASUS DAN ANGKA KESAKITAN PENYAKIT MALARIA


MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

No Provinsi Jumlah Penderita API/AMI


(1) (2) (3) (4)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 25,220 6.32
2 Sumatera Utara 149,815 16.93
3 Sumatera Barat 2,150 0.90
4 Riau 17,099 5.22
5 Jambi 56,026 20.96
6 Sumatera Selatan 58,875 11.00
7 Bengkulu 8,064 6.29
8 Lampung 32,356 5.14
9 Kepulauan Bangka Belitung 44,734 43.05
10 Kepulauan Riau 6,140 4.93
11 DKI Jakarta
12 Jawa Barat 29,901 0.52
13 Jawa Tengah 206,566 0.13
14 DI Yogyakarta 38,125 0.10
15 Jawa Timur 105,281 0.18
16 Banten 658 0.02
17 Bali 32,053 0.55
18 Nusa Tenggara Barat 79,958 19.25
19 Nusa Tenggara Timur 453,306 105.66
20 Kalimantan Barat 3,096 0.90
21 Kalimantan Tengah 25,679 14.84
22 Kalimantan Selatan 8,766 3.51
23 Kalimantan Timur 8,059 5.01
24 Sulawesi Utara 33,321 20.29
25 Sulawesi Tengah 58,224 25.71
26 Sulawesi Selatan 9,504 1.53
27 Sulawesi Tenggara 29,942 14.95
28 Gorontalo 11,793 15.40
29 Sulawesi Barat 1,001 0.87
30 Maluku 21,258 15.35
31 Maluku Utara 56,606 58.58
32 Papua 363,589 164.75
33 Irian Jaya Barat 138,901 198.02
Indonesia 2,116,066

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006


Keterangan: API = Annual Parasite Incidence (di P. Jawa + Bali)
AMI = Annual Malaria Incidence (di luar P. Jawa + Bali)
Lampiran 3.8

ANNUAL PARASITE INCIDENCE (API) MALARIA


DI JAWA-BALI TAHUN 2001 - 2006

No Provinsi
2001 2002 2003 2004 2005 2006
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 DKI Jakarta 0.01 t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d

2 Jawa Barat 0.02 t.a.d t.a.d 0.16 0.96 0.52

3 Jawa Tengah 1.46 t.a.d t.a.d 0.51 0.06 0.13

4 DI Yogyakarta 10.43 t.a.d t.a.d 0.97 0.06 0.10

5 Jawa Timur 0.12 t.a.d t.a.d 0.08 0.47 0.18

6 Banten - t.a.d t.a.d t.a.d 0.00 0.02

7 Bali 0.08 t.a.d t.a.d 0.03 0.02 0.55

Jawa-Bali 0.62 0.47 0,22 0.15 0.15 0.19

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006


Ket : tad = tidak ada data
Lampiran 3.9

HASIL CAKUPAN PENEMUAN KASUS PENYAKIT TB PARU


TAHUN 2006

Cakupan Penemuan
Perkiraan
No Provinsi Semua Case Detection Rate
Kasus Menular BTA Pos
Kasus (CDR) %
(1) (2) (4) (5) (6) (7)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 6,486 4,274 3,251 50.12
2 Sumatera Utara 20,169 18,969 16,678 82.69
3 Sumatera Barat 7,085 5,131 3,650 51.52
4 Riau 8,011 4,003 2,597 32.42
5 Jambi 4,332 2,981 2,610 60.25
6 Sumatera Selatan 12,245 7,660 5,101 41.66
7 Bengkulu 2,850 1,768 1,343 47.13
8 Lampung 11,842 6,788 4,614 38.96
9 Kepulauan Bangka Belitung 1,578 1,059 785 49.74
10 Kepulauan Riau 2,180 1,249 823 37.75
11 DKI Jakarta 9,369 18,749 7,301 77.93
12 Jawa Barat 42,533 53,707 30,515 71.74
13 Jawa Tengah 34,243 33,543 17,330 50.61
14 DI Yogyakarta 2,119 2,283 1,232 58.14
15 Jawa Timur 38,194 35,975 23,068 60.40
16 Banten 10,240 14,131 7,745 75.63
17 Bali 2,190 2,690 1,374 62.73
18 Nusa Tenggara Barat 9,290 5,751 3,756 40.43
19 Nusa Tenggara Timur 8,789 5,783 3,772 42.92
20 Kalimantan Barat 9,385 5,688 4,513 48.09
21 Kalimantan Tengah 4,615 2,078 1,623 35.17
22 Kalimantan Selatan 6,914 5,032 3,577 51.74
23 Kalimantan Timur 6,060 3,111 2,056 33.93
24 Sulawesi Utara 4,556 4,778 4,149 91.07
25 Sulawesi Tengah 5,146 2,898 2,430 47.22
26 Sulawesi Selatan 15,946 10,211 8,446 52.97
27 Sulawesi Tenggara 4,497 3,685 3,187 70.87
28 Gorontalo 1,846 1,703 1,509 81.75
29 Sulawesi Barat 2,131 1,319 1,135 53.27
30 Maluku 2,461 2,785 1,546 62.81
31 Maluku Utara 1,658 913 529 31.90
32 Papua 5,415 6,894 3,075 56.78
33 Irian Jaya Barat - - -
Indonesia 304,373 277,589 175,320 75.68
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
Lampiran 3.10
JUMLAH KASUS BARU TB PARU BTA POSITIF
MENURUT JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2006

Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
No Provinsi
Laki-laki+ Perempuan
Jumlah % Jumlah %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Nanggroe Aceh Darussalam 2,091 64.32 1,160 35.68 3,251


2 Sumatera Utara 10,791 64.70 5,887 35.30 16,678
3 Sumatera Barat 2,384 65.32 1,266 34.68 3,650
4 Riau 1,678 64.61 919 35.39 2,597
5 Jambi 1,597 61.19 1,013 38.81 2,610
6 Sumatera Selatan 3,172 62.18 1,929 37.82 5,101
7 Bengkulu 841 62.62 502 37.38 1,343
8 Lampung 2,844 61.64 1,770 38.36 4,614
9 Kepulauan Bangka Belitung 489 62.29 296 37.71 785
10 Kepulauan Riau 1,678 64.61 919 35.39 2,597
11 DKI Jakarta 4,416 60.48 2,885 39.52 7,301
12 Jawa Barat 17,317 56.75 13,198 43.25 30,515
13 Jawa Tengah 9,515 54.90 7,815 45.10 17,330
14 DI Yogyakarta 726 58.93 506 41.07 1,232
15 Jawa Timur 12,745 55.25 10,323 44.75 23,068
16 Banten 4,638 59.88 3,107 40.12 7,745
17 Bali 779 56.70 595 43.30 1,374
18 Nusa Tenggara Barat 2,283 60.78 1,473 39.22 3,756
19 Nusa Tenggara Timur 2,052 54.40 1,720 45.60 3,772
20 Kalimantan Barat 2,915 64.59 1,598 35.41 4,513
21 Kalimantan Tengah 1,028 63.34 595 36.66 1,623
22 Kalimantan Selatan 2,210 61.78 1,367 38.22 3,577
23 Kalimantan Timur 1,295 62.99 761 37.01 2,056
24 Sulawesi Utara 2,514 60.59 1,635 39.41 4,149
25 Sulawesi Tengah 1,438 59.18 992 40.82 2,430
26 Sulawesi Selatan 4,913 58.17 3,533 41.83 8,446
27 Sulawesi Tenggara 1,875 58.83 1,312 41.17 3,187
28 Gorontalo 845 56.00 664 44.00 1,509
29 Sulawesi Barat 695 61.23 440 38.77 1,135
30 Maluku 861 55.69 685 44.31 1,546
31 Maluku Utara 319 60.30 210 39.70 529
32 Papua 1,754 57.04 1,321 42.96 3,075
33 Irian Jaya Barat - - -
Indonesia 104,698 59.12 72,396 40.88 177,094

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006


Lampiran 3.11
JUMLAH KASUS BARU TB PARU BTA POSITIF
MENURUT KELOMPOK UMUR (TAHUN), JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2006

Kelompok Umur (tahun)


0 - 14 15 - 24 25 - 34 35 - 44 45 - 54 55 - 64 >= 65 Total
No Provinsi
L P L P L P L P L P L P L P L P T

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)

1 Nanggroe Aceh Darussalam 12 16 247 185 400 254 425 216 464 226 394 198 149 65 2,091 1,160 3,251
2 Sumatera Utara 39 69 1302 998 2123 1326 2389 1351 2467 1182 1688 658 783 303 10,791 5,887 16,678
3 Sumatera Barat 20 18 386 275 517 293 415 220 463 227 357 137 226 96 2,384 1,266 3,650
4 Riau 17 14 225 170 377 216 386 197 342 178 222 105 109 39 1,678 919 2,597
5 Jambi 18 10 189 152 351 248 312 215 328 198 257 134 142 56 1,597 1,013 2,610
6 Sumatera Selatan 44 31 465 355 673 502 666 377 594 345 494 234 236 85 3,172 1,929 5,101
7 Bengkulu 7 9 121 105 167 116 177 98 161 89 144 62 64 23 841 502 1,343
8 Lampung 36 28 382 307 612 428 569 368 556 286 457 244 232 109 2,844 1,770 4,614
9 Kepulauan Bangka Belitung 3 0 73 56 116 88 96 47 87 58 74 33 40 14 489 296 785
10 Kepulauan Riau 64 48 61 63 128 99 106 34 78 24 60 22 27 9 524 299 823
11 DKI Jakarta 76 64 1014 749 1295 833 823 509 627 401 391 225 190 104 4,416 2,885 7,301
12 Jawa Barat 135 161 3574 3258 4632 3579 3242 2569 2795 1941 1992 1267 947 423 17,317 13,198 30,515
13 Jawa Tengah 70 84 1528 1688 1940 1903 1789 1532 1779 1277 1572 987 837 344 9,515 7,815 17,330
14 DI Yogyakarta 4 4 120 112 161 132 103 79 142 73 104 68 92 38 726 506 1,232
15 Jawa Timur 115 138 1811 1901 2398 2415 2446 2170 2775 1880 2355 1427 845 392 12,745 10,323 23,068
16 Banten 25 31 894 696 1151 859 971 688 809 480 571 263 217 90 4,638 3,107 7,745
17 Bali 4 5 99 107 176 173 136 99 154 87 133 74 77 50 779 595 1,374
18 Nusa Tenggara Barat 16 17 283 240 428 293 383 271 523 318 506 292 144 42 2,283 1,473 3,756
19 Nusa Tenggara Timur 21 17 282 299 401 364 332 290 379 303 374 301 263 146 2,052 1,720 3,772
20 Kalimantan Barat 21 22 352 261 568 361 531 313 651 326 553 231 239 84 2,915 1,598 4,513
21 Kalimantan Tengah 7 6 112 96 206 137 225 149 227 103 156 60 95 44 1,028 595 1,623
22 Kalimantan Selatan 16 21 268 187 401 305 479 302 484 316 404 192 158 44 2,210 1,367 3,577
23 Kalimantan Timur 18 22 189 164 281 174 302 166 243 123 185 88 77 24 1,295 761 2,056
24 Sulawesi Utara 20 21 344 248 511 394 489 317 515 299 364 217 271 139 2,514 1,635 4,149
25 Sulawesi Tengah 8 8 166 164 299 230 293 227 345 182 228 140 99 41 1,438 992 2,430
26 Sulawesi Selatan 17 27 623 553 992 781 959 689 964 710 968 601 390 172 4,913 3,533 8,446
27 Sulawesi Tenggara 15 18 259 210 371 282 385 265 354 241 346 204 145 92 1,875 1,312 3,187
28 Gorontalo 2 3 117 106 182 136 210 152 187 141 115 87 32 39 845 664 1,509
29 Sulawesi Barat 2 8 85 63 130 91 148 87 150 88 122 74 58 29 695 440 1,135
30 Maluku 13 18 150 102 182 167 152 144 143 123 112 85 109 46 861 685 1,546
31 Maluku Utara 4 3 53 36 77 61 63 39 54 40 48 22 20 9 319 210 529
32 Papua 30 44 511 471 506 388 330 241 219 111 123 54 35 12 1,754 1,321 3,075
33 Irian Jaya Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - - -
Indonesia 899 985 16,285 14,377 22,752 17,628 20,332 14,421 20,059 12,376 15,869 8,786 7,348 3,203 103,544 71,776 175,320

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006


Lampiran 3.12

JUMLAH KUMULATIF KASUS AIDS, MENINGGAL, DAN ANGKA KUMULATIF KASUS per 100.000 PENDUDUK
MENURUT PROVINSI s.d 31 DESEMBER 2006

Jumlah Case
No Provinsi Meninggal
Kasus Rate
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 6 2 0.15
2 Sumatera Utara 242 48 1.96
3 Sumatera Barat 64 32 1.41
4 Riau 97 40 2.13
5 Jambi 83 29 3.08
6 Sumatera Selatan 91 22 1.35
7 Bengkulu 23 6 1.43
8 Lampung 102 32 1.42
9 Kepulauan Bangka Belitung 50 3 4.81
10 Kepulauan Riau 203 91 16.94
11 DKI Jakarta 2,565 420 28.15
12 Jawa Barat 940 138 2.40
13 Jawa Tengah 290 138 0.74
14 DI Yogyakarta 89 11 2.71
15 Jawa Timur 863 258 2.33
16 Banten 42 11 0.46
17 Bali 399 74 11.44
18 Nusa Tenggara Barat 62 16 1.49
19 Nusa Tenggara Timur 29 4 0.69
20 Kalimantan Barat 553 106 13.56
21 Kalimantan Tengah 1 1 0.05
22 Kalimantan Selatan 12 5 0.37
23 Kalimantan Timur 10 8 0.34
24 Sulawesi Utara 101 37 4.68
25 Sulawesi Tengah 2 1 0.09
26 Sulawesi Selatan 143 62 1.91
27 Sulawesi Tenggara 2 - 0.10
28 Gorontalo 3 1 0.33
29 Sulawesi Barat 0 - 0.00
30 Maluku 119 53 8.94
31 Maluku Utara 3 1 0.33
32 Papua 947 221 51.42
33 Irian Jaya Barat 58 - 10.24

Jumlah 8,194 1,871

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006


Lampiran 3.13

JUMLAH DAN PERSENTASE KASUS AIDS YANG MENGGUNAKAN NAPZA SUNTIKAN (IDU)
MENURUT PROVINSI s.d 31 DESEMBER 2006

Jumlah Kasus AIDS yang Menggunakan NAPZA Suntik (IDU)


No Provinsi
Kasus Kumulatif Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 6 1 16.67
2 Sumatera Utara 242 110 45.45
3 Sumatera Barat 64 53 82.81
4 Riau 97 15 15.46
5 Jambi 83 49 59.04
6 Sumatera Selatan 91 52 57.14
7 Bengkulu 23 15 65.22
8 Lampung 102 83 81.37
9 Kepulauan Bangka Belitung 50 15 30.00
10 Kepulauan Riau 203 21 10.34
11 DKI Jakarta 2,565 1,839 71.70
12 Jawa Barat 940 757 80.53
13 Jawa Tengah 290 86 29.66
14 DI Yogyakarta 89 55 61.80
15 Jawa Timur 863 475 55.04
16 Banten 42 38 90.48
17 Bali 399 124 31.08
18 Nusa Tenggara Barat 62 30 48.39
19 Nusa Tenggara Timur 29 4 13.79
20 Kalimantan Barat 553 106 19.17
21 Kalimantan Tengah 1 1 100.00
22 Kalimantan Selatan 12 7 58.33
23 Kalimantan Timur 10 4 40.00
24 Sulawesi Utara 101 24 23.76
25 Sulawesi Tengah 2 1 50.00
26 Sulawesi Selatan 143 91 63.64
27 Sulawesi Tenggara 2 - -
28 Gorontalo 3 2 66.67
29 Sulawesi Barat 0 - -
30 Maluku 119 50 42.02
31 Maluku Utara 3 1 33.33
32 Papua 947 4 0.42
33 Irian Jaya Barat 58 5 8.62

Jumlah 8,194 4,118 50.26

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006


Lampiran 3.14

JUMLAH KASUS BARU AIDS DITEMUKAN PER TRIWULAN


MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

Jumlah Kasus Baru


No Provinsi
Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 0 1 0 2 3
2 Sumatera Utara 5 58 4 50 117
3 Sumatera Barat 6 18 1 20 45
4 Riau 0 0 0 0 0
5 Jambi 21 4 0 28 53
6 Sumatera Selatan 7 0 18 7 32
7 Bengkulu 0 0 0 0 0
8 Lampung 29 0 0 6 35
9 Kep. Bangka Belitung 8 2 0 6 16
10 Kep.Riau 6 16 10 18 50
11 DKI Jakarta 174 105 188 171 638
12 Jawa Barat 90 93 257 159 599
13 Jawa Tengah 19 25 32 115 191
14 DI Yogyakarta 0 8 62 0 70
15 Jawa Timur 22 44 30 43 139
16 Banten 0 0 0 0 0
17 Bali 23 31 27 92 173
18 Nusa Tenggara Barat 14 1 2 2 19
19 Nusa Tenggara Timur 0 0 0 0 0
20 Kalimantan Barat 36 85 0 325 446
21 Kalimantan Tengah 0 0 0 0 0
22 Kalimantan Selatan 0 0 0 6 6
23 Kalimantan Timur 1 2 0 0 3
24 Sulawesi Utara 7 0 0 0 7
25 Sulawesi Tengah 0 0 0 0 0
26 Sulawesi Selatan 0 0 0 0 0
27 Sulawesi Tenggara 2 0 0 0 2
28 Gorontalo 0 0 0 1 1
29 Sulawesi Barat 0 0 0 0 0
30 Maluku 25 7 5 16 53
31 Maluku Utara 0 0 2 0 2
32 Papua 7 9 17 133 166
33 Irian Jaya Barat 0 0 0 7 7
Jumlah 502 509 655 1,207 2,873
% 17.47 17.72 22.80 42.01 100.00
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
Lampiran 3.15

ESTIMASI POPULASI RAWAN TERTULAR HIV TAHUN 2006

Wanita Pasangan
Pasangan Pelanggan Waria Pelanggan Warga Binaan
No Provinsi IDU Penjaja Seks Pelangan Homoseks Umum Rata-rata
IDU WPS (Wanita pria) Waria Pemasyarakatan
(WPS) WPS

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)

1 Nanggroe Aceh Darussalam 1,030 150 40 180 40 120 20 20 30 - 1,630


2 Sumatera Utara 7,220 1,020 380 1,740 400 500 190 130 270 - 11,840
3 Sumatera Barat 2,750 390 50 200 50 110 30 20 60 - 3,660
4 Riau 1,660 240 730 2,160 280 180 360 230 110 - 5,940
5 Jambi 2,200 310 80 290 30 100 30 10 50 - 3,100
6 Sumatera Selatan 3,390 480 260 870 210 240 180 110 110 - 5,850
7 Bengkulu 730 110 140 340 80 60 60 40 - - 1,550
8 Lampung 3,260 460 170 540 130 250 80 50 50 - 4,990
9 Kep. Bangka Belitung 1,060 150 130 400 90 30 120 70 30 - 2,090
10 Kep.Riau 2,020 290 370 950 120 70 60 40 10 - 3,910
11 DKI Jakarta 16,680 2,370 1,360 3,720 670 550 210 120 1,150 - 26,810
12 Jawa Barat 10,640 1,510 1,080 3,310 520 1,980 430 250 1,270 - 20,980
13 Jawa Tengah 3,500 500 550 1,810 460 1,200 200 100 140 - 8,480
14 DI Yogyakarta 2,050 290 110 310 80 140 70 40 40 - 3,130
15 Jawa Timur 10,350 1,470 940 3,820 640 1,580 470 300 360 - 19,920
16 Banten 3,060 430 130 430 70 450 40 20 1,000 - 5,630
17 Bali 1,640 230 330 1,260 330 150 60 30 50 - 4,070
18 Nusa Tenggara Barat 260 40 60 160 20 140 80 40 40 - 850
19 Nusa Tenggara Timur 1,320 190 120 280 40 110 30 10 70 - 2,160
20 Kalimantan Barat 1,670 240 150 400 70 180 120 60 30 - 2,910
21 Kalimantan Tengah 800 110 250 540 100 90 110 60 20 - 2,070
22 Kalimantan Selatan 1,840 260 60 160 30 80 40 20 70 - 2,560
23 Kalimantan Timur 3,680 520 320 830 140 150 300 150 40 - 6,120
24 Sulawesi Utara 610 90 120 290 50 80 60 40 40 - 1,370
25 Sulawesi Tengah 1,130 160 80 290 50 80 50 40 40 - 1,910
26 Sulawesi Selatan 3,810 540 190 1,220 170 270 150 110 100 - 6,560
27 Sulawesi Tenggara 300 40 50 170 30 270 40 30 20 - 750
28 Gorontalo 130 20 50 140 20 30 30 20 - - 450
29 Sulawesi Barat 360 50 30 100 20 30 10 10 10 - 610
30 Maluku 270 40 150 410 100 40 60 30 20 - 1,110
31 Maluku Utara 360 50 50 150 30 20 20 10 - - 690
32 Papua 160 20 220 510 80 60 40 20 - 21,110 22,220
33 Irian Jaya Barat 90 10 180 390 40 20 40 20 - 6,370 7,170
Indonesia 90,030 12,780 8,930 28,370 5,190 9,360 3,790 2,250 5,230 27,480 193,090
90000 12810 8910 28340 5200 9160 3760 2230 5190 27470 193070
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
Lampiran 3.16
JUMLAH KASUS PNEUMONIA PADA BALITA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

Realisasi Penemuan Penderita Pneumonia Balita Kematian Balita Akibat Pneumonia


Jumlah Penduduk Usia Target Penemuan
No Provinsi
Balita Wil. PKM Program Pneumonia Balita (10%) < 1 Tahun 1 - 4 Tahun Jumlah % < 1 Tahun 1 - 4 Tahun Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

1 Nanggroe Aceh Darussalam 379,251 37,925 1,123 4,200 5,323 14.04 - - -


2 Sumatera Utara 1,213,987 121,399 14,603 26,704 41,307 34.03 - - -
3 Sumatera Barat 455,581 45,558 4,687 12,665 17,352 38.09 - - -
4 Riau 449,139 44,914 2,949 6,446 9,395 20.92 - - -
5 Jambi 263,074 26,307 1,348 5,594 6,942 26.39 - - -
6 Sumatera Selatan 788,345 78,835 9,776 18,089 27,865 35.35 - - -
7 Bengkulu 178,100 17,810 1,298 1,065 2,363 13.27 - - -
8 Lampung 762,762 76,276 4,074 7,261 11,335 14.86 - - -
9 Kepulauan Bangka Belitung 107,260 10,726 2,255 6,070 8,325 77.62 - - -
10 Kepulauan Riau 126,552 12,655 94 139 233 1.84 - - -
11 DKI Jakarta 837,907 83,791 1,858 3,876 5,734 6.84 - - -
12 Jawa Barat 3,975,070 397,507 70,786 128,499 199,285 50.13 63 19 82
13 Jawa Tengah 3,479,694 347,969 14,977 30,390 45,367 13.04 - - -
14 DI Yogyakarta 241,046 24,105 137 314 451 1.87 - - -
15 Jawa Timur 3,054,408 305,441 27,155 48,625 75,780 24.81 - - -
16 Banten 1,223,515 122,352 6,676 10,133 16,809 13.74 5 5 10
17 Bali 334,230 33,423 2,573 4,675 7,248 21.69 - - -
18 Nusa Tenggara Barat 535,489 53,549 21,079 30,802 51,881 96.89 46 7 53
19 Nusa Tenggara Timur 426,029 42,603 5,711 6,557 12,268 28.80 - - -
20 Kalimantan Barat 466,782 46,678 3,845 6,960 10,805 23.15 - - -
21 Kalimantan Tengah 195,843 19,584 364 668 1,032 5.27 - - -
22 Kalimantan Selatan 357,691 35,769 5,704 10,905 16,609 46.43 - - -
23 Kalimantan Timur 275,074 27,507 5,121 6,776 11,897 43.25 - - -
24 Sulawesi Utara 210,327 21,033 1,832 2,381 4,213 20.03 - - -
25 Sulawesi Tengah 234,568 23,457 4,993 8,098 13,091 55.81 - - -
26 Sulawesi Selatan 793,615 79,362 5,518 9,947 15,465 19.49 - - -
27 Sulawesi Tenggara 197,563 19,756 2,375 4,959 7,334 37.12 - - -
28 Gorontalo 91,484 9,148 1,669 2,348 4,017 43.91 - - -
29 Sulawesi Barat 109,840 10,984 858 1,648 2,506 22.82 - - -
30 Maluku 152,344 15,234 769 1,006 1,775 11.65 - - -
31 Maluku Utara 90,953 9,095 2,517 4,569 7,086 77.91 - - -
32 Papua 259,673 25,967 625 949 1,574 6.06 - - -
33 Irian Jaya Barat 62,964 6,296 33 0.52 - - -
Indonesia 22,330,160 2,233,016 229,349 413,318 642,700 28.78 114 31 145

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006


Lampiran 3.17

SITUASI PENYAKIT KUSTA MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

Kasus Tercatat Angka Prevalensi


No Provinsi Populasi 2006
PB MB Jumlah /10.000 Penduduk
(1) (2) Hide (3) (4) (5) (6)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 4,309,600 127 567 694 1.61
2 Sumatera Utara 12,605,700 29 224 253 0.20
3 Sumatera Barat 4,538,200 7 95 102 0.22
4 Riau 5,482,600 21 159 180 0.33
5 Jambi 2,613,600 2 71 73 0.28
6 Sumatera Selatan 6,820,933 35 289 324 0.48
7 Bengkulu 1,692,800 4 4 8 0.05
8 Lampung 7,238,600 23 153 176 0.24
9 Kepulauan Bangka Belitung 1,025,627 9 38 47 0.46
10 Kepulauan Riau - - - -
11 DKI Jakarta 9,041,000 171 1,042 1,213 1.34
12 Jawa Barat 39,634,166 450 2,771 3,221 0.81
13 Jawa Tengah 32,114,000 186 1,797 1,983 0.62
14 DI Yogyakarta 3,181,200 1 32 33 0.10
15 Jawa Timur 36,973,881 504 5,610 6,114 1.65
16 Banten 9,251,013 82 542 624 0.67
17 Bali 3,315,700 9 165 174 0.52
18 Nusa Tenggara Barat 4,119,140 57 256 313 0.76
19 Nusa Tenggara Timur 4,123,400 46 424 470 1.14
20 Kalimantan Barat 4,354,300 34 219 253 0.58
21 Kalimantan Tengah 1,958,428 5 76 81 0.41
22 Kalimantan Selatan 3,174,100 20 275 295 0.93
23 Kalimantan Timur 2,950,743 23 192 215 0.73
24 Sulawesi Utara 2,200,442 69 425 494 2.25
25 Sulawesi Tengah 2,403,812 72 289 361 1.50
26 Sulawesi Selatan 7,365,354 214 1,436 1,650 2.24
27 Sulawesi Tenggara 1,965,158 31 233 264 1.34
28 Gorontalo 910,398 14 273 287 3.15
29 Sulawesi Barat 858,737 33 194 227 2.64
30 Maluku 1,523,443 46 392 438 2.88
31 Maluku Utara 798,100 133 624 757 9.49
32 Papua 1,973,418 234 564 798 4.04
33 Irian Jaya Barat 702,202 270 371 641 9.13
Indonesia 221,219,795 2,961 19,802 22,763 1.03
% 13.01 86.99 100.00
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
Ket: PB= Pausi Basiler
MB= Multi Basiler 219141800
(2,077,995)
Lampiran 3.18

JUMLAH KASUS BARU KUSTA DAN KECACATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

Kasus Baru Case Detection Rate/ Cacat Tkt. 2 0 - 14 Tahun


No Provinsi
PB MB Jumlah 100,000 Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 151 406 557 12.92 38 6.82 16 2.87
2 Sumatera Utara 38 165 203 1.60 33 16.26 20 9.85
3 Sumatera Barat 32 75 107 2.36 4 3.74 10 9.35
4 Riau 6 19 25 0.46 1 4.00 1 4.00
5 Jambi 7 62 69 2.64 - - 0 -
6 Sumatera Selatan 25 160 185 2.47 33 17.84 9 4.86
7 Bengkulu 2 7 9 0.53 2 22.22 1 11.11
8 Lampung 21 118 139 1.92 12 8.63 12 8.63
9 Kepulauan Bangka Belitung 13 33 46 4.78 4 8.70 4 8.70
10 Kepulauan Riau - - - - - - - -
11 DKI Jakarta 107 569 676 7.59 36 5.33 37 5.47
12 Jawa Barat 386 1,802 2,188 5.76 157 7.18 219 10.01
13 Jawa Tengah 303 1,460 1,763 5.33 241 13.67 163 9.25
14 DI Yogyakarta 4 66 70 2.20 - - 10 14.29
15 Jawa Timur 732 4,628 5,360 14.97 526 9.81 638 11.90
16 Banten 72 299 371 4.26 75 20.22 64 17.25
17 Bali 26 142 168 5.07 14 8.33 5 2.98
18 Nusa Tenggara Barat 118 233 351 8.14 16 4.56 61 17.38
19 Nusa Tenggara Timur 39 203 242 5.87 8 3.31 13 5.37
20 Kalimantan Barat 20 137 157 3.61 25 15.92 12 7.64
21 Kalimantan Tengah 14 75 89 4.39 10 11.24 3 3.37
22 Kalimantan Selatan 22 149 171 5.39 27 15.79 7 4.09
23 Kalimantan Timur 23 136 159 5.96 6 3.77 13 8.18
24 Sulawesi Utara 89 357 446 21.11 21 4.71 35 7.85
25 Sulawesi Tengah 112 268 380 16.25 17 4.47 16 4.21
26 Sulawesi Selatan 358 1,278 1,636 18.94 142 8.68 85 5.20
27 Sulawesi Tenggara 52 206 258 12.91 25 9.69 25 9.69
28 Gorontalo 12 155 167 18.70 21 12.57 11 6.59
29 Sulawesi Barat 47 112 159 4 2.52 8 5.03
30 Maluku 61 319 380 30.13 10 2.63 56 14.74
31 Maluku Utara 179 458 637 79.81 44 6.91 135 21.19
32 Papua 292 460 752 30.56 21 2.79 115 15.29
33 Irian Jaya Barat 187 193 380 14 3.68 101 26.58
Indonesia 3,550 14,750 18,300 8.35 1,587 8.67 1,905 10.41
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
Ket: PB= Pausi Basiler
MB= Multi Basiler
Lampiran 3.19

JUMLAH KASUS PENYAKIT MENULAR YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI


MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

Tetanus Kelengkapan Laporan (%)


No Provinsi Campak Difteri Pertusis Hepatitis B
Neonatorum
Puskesmas Rumah Sakit
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 470 5 95 1,357 - 100 16.67
2 Sumatera Utara 2,426 1 2,014 1,267 482 100 100
3 Sumatera Barat - - - - - 0 0
4 Riau - 2 - - - 0 0
5 Jambi 338 0 17 188 - 100 100
6 Sumatera Selatan 1,208 8 2 121 37 83 58.3
7 Bengkulu 324 0 - 89 193 100 100
8 Lampung 476 15 - 34 - 100 0
9 Kepulauan Bangka Belitung 76 0 - 26 - 100 0
10 Kepulauan Riau - 0 - - - 0 0
11 DKI Jakarta 700 0 - 463 - 33 0
12 Jawa Barat 5,681 31 13 1,159 - 100 0
13 Jawa Tengah 3,550 0 8 335 - 0 100
14 DI Yogyakarta 201 0 - - - 100 25
15 Jawa Timur 5,567 15 - 60 - 100 100
16 Banten 2,398 11 - 892 - 75 0
17 Bali 544 0 23 83 24 100 0
18 Nusa Tenggara Barat 164 0 - - - 91 0
19 Nusa Tenggara Timur 16 3 2 618 553 25 25
20 Kalimantan Barat 650 3 - 368 48 100 100
21 Kalimantan Tengah 289 0 - 9 - 25 0
22 Kalimantan Selatan - 3 - - - 0 0
23 Kalimantan Timur 1,501 0 1 5 39 100 100
24 Sulawesi Utara 40 1 - - - 100 0
25 Sulawesi Tengah 1,448 5 - 205 20 100 100
26 Sulawesi Selatan 702 5 76 42 331 100 91
27 Sulawesi Tenggara 83 5 20 20 - 100 0
28 Gorontalo 42 1 - - - 50 25
29 Sulawesi Barat - 0 - - - 0 0
30 Maluku - 1 - - - 0 0
31 Maluku Utara 320 1 - 17 - 100 25
32 Papua 288 2 37 223 - 83 0
33 Irian Jaya Barat 36 0 29 - - 100 0
Indonesia 29,538 118 2,337 7,581 1,727 75.6 35.6
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
Lampiran 3.20
JUMLAH KASUS TETANUS NEONATORUM
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

Tetanus Neonatorum
Pemeriksaan Kehamilan Status Imunisasi Penolong Persalinan Perawatan Tali Pusat Pemotongan Tali Pusat Dirawat di RS

Tanpa pemeriksaan
Meninggal

Tidak Diimunisasi
Total
No Provinsi

Tidak Diketahui

Tidak Diketahui

Tidak Diketahui

Tidak Diketahui

Tidak Diketahui

Tidak Diketahui
Alkohol/Iodium
Bidan/Perawat

Bidan/Perawat
Tradisional

Tradisional

Tradisional

Lain-lain

Lain-lain
Gunting

Bambu
Dokter

Dokter

Tidak
TT2+

TT1

Ya
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26) (27) (28) (29)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 5 3 0 4 0 1 0 1 2 2 0 0 2 3 0 0 0 0 5 3 0 1 1 4 0 1
2 Sumatera Utara 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1
3 Sumatera Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Riau 2 0 0 0 0 2 0 0 0 1 1 0 0 2 0 1 1 0 0 2 0 0 0 0 0 2
5 Jambi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Sumatera Selatan 8 2 0 4 2 1 1 0 2 5 1 0 2 6 0 3 3 2 0 3 4 1 0 7 1 0
7 Bengkulu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Lampung 15 7 1 9 3 1 1 3 1 11 0 0 3 12 0 1 10 4 0 4 6 4 1 14 1 0
9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 Kepulauan Riau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 DKI Jakarta 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 Jawa Barat 31 12 0 17 7 4 3 9 4 16 2 0 6 23 2 7 1 21 2 20 1 5 5 26 2 3
13 Jawa Tengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14 DI Yogyakarta 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 Jawa Timur 15 7 0 11 2 2 0 4 4 7 0 0 5 10 0 11 2 1 1 10 5 0 0 15 0 0
16 Banten 11 0 0 0 0 0 11 0 0 0 11 0 0 0 11 0 0 0 11 0 0 0 11 0 0 11
17 Bali 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 Nusa Tenggara Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 Nusa Tenggara Timur 3 0 0 1 2 0 0 0 0 3 0 0 0 3 0 0 3 0 0 3 0 0 0 3 0 0
20 Kalimantan Barat 3 1 0 0 3 0 0 0 0 0 3 0 0 3 0 0 3 0 0 0 0 3 0 3 0 0
21 Kalimantan Tengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 Kalimantan Selatan 3 3 0 2 0 1 0 1 0 2 0 0 0 3 0 1 2 0 0 3 0 0 0 3 0 0
23 Kalimantan Timur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 Sulawesi Utara 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
25 Sulawesi Tengah 5 0 0 4 0 1 0 0 2 2 1 1 1 2 1 1 2 2 0 1 1 2 1 3 2 0
26 Sulawesi Selatan 5 3 0 2 1 2 0 1 1 3 0 0 1 4 0 2 1 2 0 1 4 0 0 3 2 0
27 Sulawesi Tenggara 5 2 0 1 3 0 1 0 0 3 2 0 3 1 1 1 2 1 1 3 1 0 1 2 0 3
28 Gorontalo 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
29 Sulawesi Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 Maluku 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
31 Maluku Utara 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0
32 Papua 2 2 0 1 0 1 0 0 0 2 0 0 0 2 0 0 0 2 0 0 0 2 0 0 2 0
33 Irian Jaya Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Indonesia 118 46 1 57 24 19 17 19 16 61 22 2 25 76 15 31 31 36 20 57 23 18 20 84 12 22
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
Lampiran 3.21

JUMLAH KASUS PENYAKIT CAMPAK DI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS

MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2006

Rawat Jalan RS Rawat Inap RS Puskesmas Jumlah Kasus


No Provinsi
<1th 1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th >45 th Jumlah <1th 1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th >45 th Jumlah Meninggal <1th 1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th >45 th Jumlah RS + Puskesmas
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22)

1 Nanggroe Aceh Darussalam - 0 0 47 164 143 98 18 470 470


2 Sumatera Utara 28 48 24 100 1 21 4 61 2 89 0 280 589 865 342 161 2,237 2,426
3 Sumatera Barat - 0 0 - 0
4 Riau - 0 0 - 0
5 Jambi - 0 0 49 135 129 22 3 338 338
6 Sumatera Selatan - 5 11 14 9 2 41 0 140 344 528 131 24 1,167 1,208
7 Bengkulu 10 11 6 4 31 1 1 3 5 0 29 79 116 57 7 288 324
8 Lampung - 0 0 50 147 223 45 11 476 476
9 Kep. Bangka Belitung - 0 0 12 30 25 9 76 76
10 Kep.Riau - 0 0 - 0
11 DKI Jakarta - 0 0 47 196 311 111 35 700 700
12 Jawa Barat - 0 0 536 1,993 2,251 719 182 5,681 5,681
13 Jawa Tengah 11 34 50 37 5 137 7 35 34 23 99 0 191 751 1,550 675 147 3,314 3,550
14 DI Yogyakarta - 0 0 13 25 110 49 4 201 201
15 Jawa Timur 88 266 160 23 286 823 108 234 84 8 281 715 0 287 1,283 441 71 1,947 4,029 5,567
16 Banten - 0 0 279 1,074 969 68 8 2,398 2,398
17 Bali 5 18 97 60 5 185 4 5 11 1 21 0 6 64 186 76 6 338 544
18 Nusa Tenggara Barat - 0 0 9 31 97 23 4 164 164
19 Nusa Tenggara Timur - 0 0 6 10 16 16
20 Kalimantan Barat 1 5 6 2 14 2 16 30 8 56 0 73 235 184 72 16 580 650
21 Kalimantan Tengah - 0 0 26 100 141 18 4 289 289
22 Kalimantan Selatan - 0 0 - 0
23 Kalimantan Timur 20 75 113 58 4 270 33 86 118 41 278 0 116 302 385 134 16 953 1,501
24 Sulawesi Utara - 0 0 12 11 11 6 40 40
25 Sulawesi Tengah 1 2 4 2 2 11 2 5 5 2 14 0 178 839 345 50 11 1,423 1,448
26 Sulawesi Selatan 6 10 7 4 27 9 5 18 1 33 0 69 195 313 59 6 642 702
27 Sulawesi Tenggara - 0 0 5 24 43 8 3 83 83
28 Gorontalo 2 1 3 0 0 7 9 11 10 2 39 42
29 Sulawesi Barat - 0 0 - 0
30 Maluku - 0 0 - 0
31 Maluku Utara - 0 0 51 137 118 14 320 320
32 Papua - 0 0 62 116 86 24 288 288
33 Irian Jaya Barat - 0 0 2 7 15 8 4 36 36
Indonesia 170 471 467 191 302 1,601 168 417 313 166 287 1351 0 2,576 8,886 9,606 2,899 2,619 26,586 29,538
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
Lampiran 3.22
JUMLAH KASUS PENYAKIT CAMPAK DAN JUMLAH VAKSINASI CAMPAK
MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2006

Kasus Campak Menurut Kelompok Umur


< 1 Tahun 1 - 4 Tahun 5 - 9 Tahun 10 - 14 Tahun > 15 Tahun Jumlah
No Provinsi
Jumlah Divaksinasi % Jumlah Divaksinasi % Jumlah Divaksinasi % Jumlah Divaksinasi % Jumlah Divaksinasi Jumlah Divaksinasi %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (18) (19) (20)

1 Nanggroe Aceh Darussalam 17 - - 65 - - 45 2 4.44 37 - - 47 - 211 2 0.95


2 Sumatera Utara 77 3 3.90 200 1 0.50 198 2 1.01 142 1 0.70 160 1 777 8 1.03
3 Sumatera Barat 105 73 69.52 259 196 75.68 273 217 79.49 155 62 40.00 230 15 1,022 563 55.09
4 Riau 93 3 3.23 409 127 31.05 425 94 22.12 257 74 28.79 161 7 1,345 305 22.68
5 Jambi 10 - - 29 1 3.45 31 9 29.03 16 3 18.75 2 - 88 13 14.77
6 Sumatera Selatan 13 2 15.38 69 19 27.54 70 35 50.00 18 10 55.56 43 27 213 93 43.66
7 Bengkulu 31 21 67.74 66 25 37.88 72 29 40.28 42 10 23.81 34 6 245 91 37.14
8 Lampung 99 7 7.07 316 21 6.65 364 29 7.97 189 15 7.94 106 3 1,074 75 6.98
9 Kep. Bangka Belitung 2 1 50.00 20 8 40.00 20 11 55.00 13 11 84.62 7 - 62 31 50.00
10 Kep.Riau 45 - - 156 - - 93 - - 63 - - 132 - 489 - -
11 DKI Jakarta 137 - - 667 9 1.35 254 - - 124 - - 107 - 1,289 9 0.70
12 Jawa Barat 155 - - 519 - - 384 - - 138 - - 138 - 1,334 - -
13 Jawa Tengah 32 16 50.00 84 68 80.95 20 24 120.00 6 6 100.00 2 - 144 114 79.17
14 DI Yogyakarta - - - - - - - - - - - - - - - -
15 Jawa Timur 227 34 14.98 1,168 98 8.39 1,097 98 8.93 697 66 9.47 833 64 4,022 360 8.95
16 Banten 328 - - 1,276 - - 1,093 - - 269 - - 44 - 3,010 - -
17 Bali 5 5 100.00 19 13 68.42 14 6 42.86 8 - - 1 - 47 24 51.06
18 Nusa Tenggara Barat - - - 5 2 40.00 2 - - 1 - - - - 8 2 25.00
19 Nusa Tenggara Timur 21 8 38.10 107 56 52.34 88 35 39.77 46 22 47.83 23 6 285 127 44.56
20 Kalimantan Barat 43 - - 120 5 4.17 50 2 4.00 24 1 4.17 73 - 310 8 2.58
21 Kalimantan Tengah 57 13 22.81 139 65 46.76 154 71 46.10 69 39 56.52 42 14 461 202 43.82
22 Kalimantan Selatan 130 38 29.23 462 122 26.41 450 90 20.00 236 12 5.08 107 - 1,385 262 18.92
23 Kalimantan Timur 12 11 91.67 30 23 76.67 42 12 28.57 22 4 18.18 9 7 115 57 49.57
24 Sulawesi Utara 6 4 66.67 9 4 44.44 3 3 100.00 - - - 1 1 19 12 63.16
25 Sulawesi Tengah 115 115 100.00 247 247 100.00 148 148 100.00 55 54 98.18 16 13 581 577 99.31
26 Sulawesi Selatan 154 92 59.7403 513 245 47.7583 397 201 50.6297 211 104 49.2891 150 85 1,425 727 51.02
27 Sulawesi Tenggara - - 2 - - 1 - - - - - 1 - 4 - -
28 Gorontalo 4 - - 27 13 48.15 30 16 53.33 8 3 37.50 5 4 74 36 48.65
29 Sulawesi Barat - - - - - - - - - - - - - - -
30 Maluku - - - 2 2 100.00 1 - - - - - - - 3 2 66.67
31 Maluku Utara 23 11 47.83 41 25 60.98 31 19 61.29 10 4 40.00 7 2 112 61 54.46
32 Papua 52 10 19.23 63 27 42.86 43 27 62.79 23 8 34.78 15 2 196 74 37.76
33 Irian Jaya Barat 16 - - 47 3 6.38 7 - - 2 - - - - 72 3 4.17
Indonesia 2,009 467 23.25 7,136 1,425 19.97 5,900 1,180 20.00 2,881 509 17.67 2,496 257 20,422 3,838 18.79
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
Lampiran 3.23

JUMLAH KASUS PENYAKIT DIFTERI DI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS

MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2006

Rawat Jalan RS Rawat Inap RS Puskesmas Jumlah Kasus


No Provinsi
<1th 1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th >45 th Jumlah <1th 1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th >45 th Jumlah Meninggal <1th 1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th >45 th Jumlah RS + Puskesmas
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22)

1 Nanggroe Aceh Darussalam 0 0 0 14 40 20 21 95 95


2 Sumatera Utara 3 3 6 14 12 26 0 147 211 407 557 660 1982 2,014
3 Sumatera Barat 0 0 0 0 0
4 Riau 0 0 0 0 0
5 Jambi 0 0 0 1 6 9 1 17 17
6 Sumatera Selatan 0 0 0 2 2 2
7 Bengkulu 0 0 0 0 0
8 Lampung 0 0 0 0 0
9 Kep. Bangka Belitung 0 0 0 0 0
10 Kep.Riau 0 0 0 0 0
11 DKI Jakarta 0 0 0 0 0
12 Jawa Barat 0 0 0 2 8 1 2 13 13
13 Jawa Tengah 2 1 2 5 0 0 1 1 1 3 8
14 DI Yogyakarta 0 0 0 0 0
15 Jawa Timur 0 0 0 0 0
16 Banten 0 0 0 0 0
17 Bali 0 0 0 1 8 10 4 23 23
18 Nusa Tenggara Barat 0 0 0 0 0
19 Nusa Tenggara Timur 0 0 0 2 2 2
20 Kalimantan Barat 0 0 0 0 0
21 Kalimantan Tengah 0 0 0 0 0
22 Kalimantan Selatan 0 0 0 0 0
23 Kalimantan Timur 0 0 0 1 1 1
24 Sulawesi Utara 0 0 0 0 0
25 Sulawesi Tengah 0 0 0 0 0
26 Sulawesi Selatan 10 15 7 32 8 19 16 43 0 1 1 76
27 Sulawesi Tenggara 0 0 0 6 6 7 1 20 20
28 Gorontalo 0 0 0 0 0
29 Sulawesi Barat 0 0 0 0 0
30 Maluku 0 0 0 0 0
31 Maluku Utara 0 0 0 0 0
32 Papua 0 0 0 4 11 16 6 37 37
33 Irian Jaya Barat 0 0 0 2 11 16 29 29
Indonesia 0 2 14 18 9 43 0 22 19 28 0 69 0 157 276 509 599 684 2225 2,337
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
Lampiran 3.24

JUMLAH KASUS PENYAKIT PERTUSIS (BATUK REJAN) DI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS

MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2006

Rawat Jalan RS Rawat Inap RS Puskesmas Jumlah Kasus


No Provinsi
<1th 1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th >45 th Jumlah <1th 1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th >45 th Jumlah Meninggal <1th 1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th >45 th Jumlah RS + Puskesmas
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22)

1 Nanggroe Aceh Darussalam 0 0 93 283 310 358 313 1,357 1,357


2 Sumatera Utara 9 20 12 3 44 16 5 4 3 19 47 132 302 387 201 154 1,176 1,267
3 Sumatera Barat 0 0 - -
4 Riau 0 0 - -
5 Jambi 0 0 4 20 53 88 23 188 188
6 Sumatera Selatan 0 0 27 30 26 18 20 121 121
7 Bengkulu 4 2 9 2 17 0 1 31 20 18 2 72 89
8 Lampung 0 0 5 10 9 3 7 34 34
9 Kep. Bangka Belitung 0 0 6 4 7 9 26 26
10 Kep.Riau 0 0 - -
11 DKI Jakarta 0 0 28 95 91 149 100 463 463
12 Jawa Barat 0 0 90 305 386 240 138 1,159 1,159
13 Jawa Tengah 1 1 2 1 2 1 2 1 7 3 9 20 60 234 326 335
14 DI Yogyakarta 0 0 - -
15 Jawa Timur 0 0 21 24 3 3 9 60 60
16 Banten 0 0 139 177 278 144 154 892 892
17 Bali 3 36 20 13 5 77 0 1 1 2 2 6 83
18 Nusa Tenggara Barat 0 0 - -
19 Nusa Tenggara Timur 0 0 6 262 220 130 618 618
20 Kalimantan Barat 0 2 3 5 38 86 81 103 55 363 368
21 Kalimantan Tengah 0 0 4 1 4 9 9
22 Kalimantan Selatan 0 0 - -
23 Kalimantan Timur 0 0 2 1 2 5 5
24 Sulawesi Utara 0 0 - -
25 Sulawesi Tengah 1 4 4 31 56 96 1 7 9 23 24 64 5 13 13 11 3 45 205
26 Sulawesi Selatan 3 10 3 16 1 2 12 6 21 1 2 1 2 5 42
27 Sulawesi Tenggara 0 0 8 1 7 4 20 20
28 Gorontalo 0 0 - -
29 Sulawesi Barat 0 0 - -
30 Maluku 0 0 - -
31 Maluku Utara 0 0 3 7 7 17 17
32 Papua 0 0 19 95 79 27 3 223 223
33 Irian Jaya Barat 0 0 - -
Indonesia 5 53 50 75 69 252 18 17 19 40 50 144 1 617 1,770 1,991 1,577 1,230 7,185 7,581
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
Lampiran 3.25

JUMLAH KASUS PENYAKIT HEPATITIS KLINIS DI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS

MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2006

Rawat Jalan RS Rawat Inap RS Puskesmas Jumlah Kasus


No Provinsi
<1th 1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th >45 th Jumlah <1th 1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th >45 th Jumlah Meninggal <1th 1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th >45 th Jumlah RS + Puskesmas
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22)

1 Nanggroe Aceh Darussalam 0 0 3 21 81 214 78 397 397


2 Sumatera Utara 3 30 319 677 1174 2,203 5 62 385 449 901 3 18 65 227 429 354 1,093 4,197
3 Sumatera Barat 0 0 0 0
4 Riau 0 0 0 0
5 Jambi 0 3 4 7 8 38 86 118 43 293 300
6 Sumatera Selatan 0 3 9 63 26 101 7 10 4 21 122
7 Bengkulu 2 15 17 27 15 76 2 7 40 33 82 22 96 232 429 182 961 1,119
8 Lampung 0 0 1 7 43 83 52 186 186
9 Kep. Bangka Belitung 0 0 22 58 190 690 261 1,221 1,221
10 Kep.Riau 0 0 0 0
11 DKI Jakarta 0 0 2 14 27 10 28 81 81
12 Jawa Barat 0 0 22 89 356 332 164 963 963
13 Jawa Tengah 0 0 4 13 107 169 180 473 473
14 DI Yogyakarta 0 0 8 16 5 29 29
15 Jawa Timur 0 0 0 0
16 Banten 0 0 1 3 17 2 23 23
17 Bali 1 2 65 34 102 18 32 50 1 2 41 20 64 216
18 Nusa Tenggara Barat 0 0 1 17 26 50 36 130 130
19 Nusa Tenggara Timur 0 7 27 34 18 92 162 20 292 326
20 Kalimantan Barat 6 21 9 36 2 21 22 23 68 28 136 261 530 206 1,161 1,265
21 Kalimantan Tengah 0 0 1 6 44 3 54 54
22 Kalimantan Selatan 0 0 2 0 0
23 Kalimantan Timur 1 40 9 50 6 5 79 24 114 3 5 54 170 90 322 486
24 Sulawesi Utara 0 0 6 20 42 42 110 110
25 Sulawesi Tengah 1 11 23 11 46 3 9 14 51 30 107 15 21 138 216 123 513 666
26 Sulawesi Selatan 5 9 35 62 21 132 1 3 12 106 61 183 11 20 55 152 97 335 650
27 Sulawesi Tenggara 0 0 23 14 57 161 92 347 347
28 Gorontalo 1 24 6 31 1 13 10 24 4 51 178 76 309 364
29 Sulawesi Barat 0 0 0 0
30 Maluku 0 0 0 0
31 Maluku Utara 0 0 60 267 429 617 385 1,758 1,758
32 Papua 0 0 72 276 270 445 214 1,277 1,277
33 Irian Jaya Barat 0 0 0 0
Indonesia 11 56 391 939 1,279 2,676 5 30 137 807 692 1,671 5 316 1,187 2,828 5,325 2,757 12,413 16,760
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
Lampiran 3.26

JUMLAH KASUS PENYAKIT HEPATITIS B DI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS

MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2006

Rawat Jalan RS Rawat Inap RS Puskesmas Jumlah Kasus


No Provinsi
<1th 1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th >45 th Jumlah <1th 1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th >45 th Jumlah Meninggal <1th 1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th >45 th Jumlah RS + Puskesmas
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22)

1 Nanggroe Aceh Darussalam 0 0 0


2 Sumatera Utara 3 1 27 53 35 119 1 36 145 181 363 6 482
3 Sumatera Barat 0 0 0
4 Riau 0 0 0
5 Jambi 0 0 0
6 Sumatera Selatan 0 3 21 13 37 37
7 Bengkulu 11 31 21 63 11 56 63 130 193
8 Lampung 0 0 0
9 Kep. Bangka Belitung 0 0 0
10 Kep.Riau 0 0 0
11 DKI Jakarta 0 0 0
12 Jawa Barat 0 0 0
13 Jawa Tengah 0 0 0
14 DI Yogyakarta 0 0 0
15 Jawa Timur 0 0 0
16 Banten 0 0 0
17 Bali 1 3 5 9 10 5 15 24
18 Nusa Tenggara Barat 0 0 0
19 Nusa Tenggara Timur 0 2 64 201 246 40 553 553
20 Kalimantan Barat 2 17 6 25 5 16 2 23 48
21 Kalimantan Tengah 0 0 0
22 Kalimantan Selatan 0 0 0
23 Kalimantan Timur 1 1 26 12 38 39
24 Sulawesi Utara 0 0 0
25 Sulawesi Tengah 2 1 3 1 10 6 17 20
26 Sulawesi Selatan 3 12 16 23 4 58 25 54 41 97 56 273 1 331
27 Sulawesi Tenggara 0 0 0
28 Gorontalo 0 0 0
29 Sulawesi Barat 0 0 0
30 Maluku 0 0 0
31 Maluku Utara 0 0 0
32 Papua 0 0 0
33 Irian Jaya Barat 0 0 0
Indonesia 8 13 55 130 72 278 27 119 298 627 378 1,449 7 0 0 0 0 0 0 1,727
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
Lampiran 3.27

JUMLAH KASUS AFP MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

No Provinsi Data yang Diterima Jumlah Kasus AFP AFP Rate / 100.000 penduduk Non Polio AFP Rate / 100.000 penduduk
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Nanggroe Aceh Darussalam 57 56 4.67 4.42


2 Sumatera Utara 77 75 1.79 1.79
3 Sumatera Barat 35 34 2.43 2.43
4 Riau 35 35 2.43 2.43
5 Jambi 36 36 4.50 4.50
6 Sumatera Selatan 56 56 2.43 2.39
7 Bengkulu 13 13 2.60 2.60
8 Lampung 58 57 2.59 2.55
9 Kepulauan Bangka Belitung 10 10 3.33 3.33
10 Kepulauan Riau 8 8 2.00 2.00
11 DKI Jakarta 52 52 2.26 2.26
12 Jawa Barat 238 237 2.19 2.17
13 Jawa Tengah 193 190 2.21 2.17
14 DI Yogyakarta 20 20 3.33 3.33
15 Jawa Timur 233 228 2.85 2.79
16 Banten 63 62 2.21 2.21
17 Bali 30 30 3.75 3.75
18 Nusa Tenggara Barat 35 35 2.50 2.50
19 Nusa Tenggara Timur 32 32 2.29 2.29
20 Kalimantan Barat 41 41 2.93 2.93
21 Kalimantan Tengah 13 13 2.17 2.17
22 Kalimantan Selatan 29 29 3.22 3.22
23 Kalimantan Timur 31 28 3.50 3.50
24 Sulawesi Utara 23 23 4.60 4.60
25 Sulawesi Tengah 11 11 1.57 1.57
26 Sulawesi Selatan 48 48 2.09 2.09
27 Sulawesi Tenggara 22 22 3.14 3.14
28 Gorontalo 13 13 4.33 4.33
29 Sulawesi Barat 4 4 1.33 1.33
30 Maluku 7 7 1.75 1.75
31 Maluku Utara 7 7 2.33 2.33
32 Papua 10 10 2.00 2.00
33 Irian Jaya Barat 4 4 1.33 1.33
Indonesia 1,544 1,526 2.49 2.46

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006


Lampiran 3.28

JUMLAH KASUS AFP MENURUT KRITERIA KLASIFIKASI KLINIS DAN PROVINSI TAHUN 2006

Klasifikasi Klinis
No Provinsi
Virus Polio Liar Kompatibel Bukan Polio
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 1 2 53
2 Sumatera Utara 0 0 75
3 Sumatera Barat 0 0 34
4 Riau 0 1 34
5 Jambi 0 0 36
6 Sumatera Selatan 0 1 55
7 Bengkulu 0 0 13
8 Lampung 0 1 56
9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0 10
10 Kepulauan Riau 0 0 8
11 DKI Jakarta 0 0 52
12 Jawa Barat 0 3 234
13 Jawa Tengah 0 3 187
14 DI Yogyakarta 0 0 20
15 Jawa Timur 1 4 223
16 Banten 0 0 62
17 Bali 0 0 30
18 Nusa Tenggara Barat 0 0 35
19 Nusa Tenggara Timur 0 0 32
20 Kalimantan Barat 0 0 41
21 Kalimantan Tengah 0 0 13
22 Kalimantan Selatan 0 0 29
23 Kalimantan Timur 0 0 28
24 Sulawesi Utara 0 0 23
25 Sulawesi Tengah 0 0 11
26 Sulawesi Selatan 0 0 48
27 Sulawesi Tenggara 0 0 22
28 Gorontalo 0 0 13
29 Sulawesi Barat 0 0 4
30 Maluku 0 0 7
31 Maluku Utara 0 0 7
32 Papua 0 0 10
33 Irian Jaya Barat 0 0 4
Indonesia 2 15 1,509
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
Lampiran 3. 29

PERKEMBANGAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) POLIO TAHUN 2006

No Provinsi AFP Virus Polio Liar (+) Kontak (+) Meninggal


(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Jawa Timur 228 1 0 0

2 Nanggroe Aceh Darussalam 56 1 0 0

TOTAL 284 2 0 0

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006


Lampiran 3.30

JUMLAH KASUS PENYAKIT TETANUS DI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS


MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2006

Rawat Jalan RS Rawat Inap RS Puskesmas Jumlah Kasus


No Provinsi
<1th 1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th >45 th Jumlah <1th 1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th >45 th Jumlah Meninggal <1th 1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th >45 th Jumlah RS + Puskesmas
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22)

1 Nanggroe Aceh Darussalam 5 9 5 3 22 2 9 5 16 7 22 7 4 40 78


2 Sumatera Utara 5 10 2 41 58 1 5 21 29 56 219 311 321 251 1102 1216
3 Sumatera Barat 0 0 0 0
4 Riau 0 0 0 0
5 Jambi 0 0 2 2 2
6 Sumatera Selatan 0 0 2 3 2 7 7
7 Bengkulu 0 4 3 7 1 5 6 13
8 Lampung 0 0 0 0
9 Kep. Bangka Belitung 0 0 0 0
10 Kep.Riau 0 0 0 0
11 DKI Jakarta 0 0 0 0
12 Jawa Barat 0 0 2 6 10 3 21 21
13 Jawa Tengah 0 0 1 2 10 5 18 18
14 DI Yogyakarta 0 0 0 0
15 Jawa Timur 13 165 272 23 473 37 166 245 33 481 3 8 25 34 18 88 1042
16 Banten 0 0 2 8 10 10
17 Bali 2 5 7 0 7 22 7 4 40 47
18 Nusa Tenggara Barat 0 0 0 0
19 Nusa Tenggara Timur 0 2 14 21 4 41 0 41
20 Kalimantan Barat 0 0 0 0
21 Kalimantan Tengah 0 0 0 0
22 Kalimantan Selatan 0 0 0 0
23 Kalimantan Timur 0 2 3 2 7 2 1 1 8
24 Sulawesi Utara 0 0 0 0
25 Sulawesi Tengah 0 0 0 0
26 Sulawesi Selatan 3 3 6 3 15 6 10 4 20 0 35
27 Sulawesi Tenggara 0 0 1 1 1 3 3
28 Gorontalo 3 3 5 5 0 8
29 Sulawesi Barat 0 0 0 0
30 Maluku 0 0 0 0
31 Maluku Utara 0 0 0 0
32 Papua 0 0 3 2 5 5
33 Irian Jaya Barat 0 0 0 0
Indonesia 0 26 187 290 75 578 0 50 204 308 71 633 2 3 246 396 404 294 1,338 2,554
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
Lampiran 3.31

FREKUENSI KLB MENURUT PENYAKIT DI INDONESIA TAHUN 2006

No Penyakit Jumlah Provinsi KLB Frekuensi Kasus Mati Case Fatality Rate (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Anthrax 1 2 21 1 4.76

2 Campak 9 42 1,644 9 0.55

3 Cikungunya 5 29 3,365 0 -

4 DBD 9 167 3,253 68 2.09

5 Diare 10 148 11,777 42 0.36

6 Difteri 4 5 15 1 6.67

7 Malaria Klinis 10 31 3,705 30 0.81

8 Keracunan Makanan 11 43 937 0 -

9 Kolera 1 1 78 0 -

10 Rabies 8 27 123 19 15.45

11 Rubella 2 3 70 0 -

12 Tetanus 9 38 42 18 42.86

TOTAL 536 25,030 188 0.75

Sumber: Profil Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006


Lampiran 3.32
KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DIARE
TAHUN 2002 - 2006

2002 2003 2004 2005 2006


No Provinsi
P M CFR P M CFR P M CFR P M CFR P M CFR
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)

1 Nanggroe Aceh Darussalam 413 10 2.42 401 10 2.49 - - - 267 6 2.25 163 5 3.07
2 Sumatera Utara 30 3 10.00 67 2 2.99 - - - 145 6 4.14 401 13 3.99
3 Sumatera Barat 52 2 3.85 442 7 1.58 367 10 2.72 - - - 40 0 -
4 Riau 4 1 25.00 113 5 4.42 - - - - - - - - -
5 Jambi - - - 9 0 - 131 5 3.82 - - - - - -
6 Sumatera Selatan - - - 442 1 0.23 - - - 95 1 1.05 46 0 -
7 Bengkulu 591 10 1.69 - - - - - - - - - 218 6 2.75
8 Lampung - - - 20 1 5.00 133 7 5.26 95 2 2.11 - - -
9 Kepulauan Bangka Belitung - - - - - - - - - - - - - - -
10 Kepulauan Riau - - - - - - - - - - - - - - -
11 DKI - - - - - - - - - - - - - - -
12 Jawa Barat 692 9 1.30 522 7 1.34 51 0 0.00 148 1 0.68 880 12 1.36
13 Jawa Tengah - - - 53 4 7.55 137 4 2.92 - - - - - -
14 DI Yogyakarta - - - 104 1 0.96 7 0 0.00 - - - - - -
15 Jawa Timur 206 - - 248 2 0.81 349 4 1.15 48 0 - 226 1 0.44
16 Banten - - - 161 4 2.48 43 2 4.65 1,371 26 1.90 - - -
17 Bali 106 1 0.94 68 0 0.00 199 0 0.00 - - - - - -
18 Nusa Tenggara Barat - - - - - - 15 0 0.00 - - - 102 1 0.98
19 Nusa Tenggara Timur 2,986 28 0.94 456 8 1.75 - - - 2,194 28 1.28 1,223 45 3.68
20 Kalimantan Barat 49 3 6.12 - - - 256 0 0.00 - - - - - -
21 Kalimantan Tengah 100 - - 54 6 11.11 - - - - - - - - -
22 Kalimantan Selatan - - - - - - 373 7 1.88 - - - 488 7 1.43
23 Kalimantan Timur - - - 352 17 4.83 325 1 0.31 - - - - - -
24 Sulawesi Utara - - - 53 2 3.77 139 0 0.00 - - - 50 1 2.00
25 Sulawesi Tengah 89 3 3.37 129 11 8.53 378 5 1.32 69 13 18.84 269 7 2.60
26 Sulawesi Selatan - - - 595 34 5.71 42 8 19.05 - - - - - -
27 Sulawesi Tenggara - - - 170 0 0.00 369 0 0.00 - - - - - -
28 Gorontalo - - - 125 1 0.80 - - - - - - 177 12 5.65
29 Sulawesi Barat - - - - - - - - - - - - 20 3 15.00
30 Maluku 296 8 2.70 - - - - - - - - - - - -
31 Maluku Utara 49 4 8.16 - - - - - - 133 7 5.26 133 6 5.31
32 Papua 126 12 9.52 38 5 13.16 - - - 486 37 7.61 6,544 158 2.41
33 Irian Jaya Barat - - - - - - - - - - - - - - -
Indonesia 5,789 94 1.62 4,622 128 2.77 3,314 53 1.60 5,051 127 2.51 10,980 277 2.52
Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
P = Penderita
M = Meninggal
C = Case Fatality Rate
Lampiran 3.33

JUMLAH PENDERITA, CASE FATALITY RATE (%), DAN INCIDENCE RATE PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD/DHF)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2002 - 2006

Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006
No Provinsi
P CFR IR P CFR IR P CFR IR P CFR IR P CFR IR
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)

1 Nanggroe Aceh Darussalam 92 8.7 2.13 128 3.1 2.76 252 4.37 5.43 629 1.59 14.86 758 1.98 19.43

2 Sumatera Utara 348 3.7 2.80 878 2.7 7.07 1,093 2.20 8.79 3,657 1.80 30.75 2,125 1.60 16.86

3 Sumatera Barat 623 1.6 13.74 292 0.7 6.88 514 0.97 12.11 1,154 1.99 25.89 1,067 1.22 23.87

4 Riau 978 0.8 19.42 715 0.7 13.98 1,050 2.00 20.53 1,850 1.73 41.19 948 1.90 21.04

5 Jambi 272 4.0 10.71 80 2.5 2.83 275 1.45 9.74 353 3.12 13.38 365 3.01 13.83

6 Sumatera Selatan 1,406 1.8 19.71 1,403 2.1 17.87 1,270 1.34 16.06 1,621 0.56 18.38 2,272 0.09 32.48

7 Bengkulu 14 0.0 0.91 2 0.0 0.13 204 0.98 13.25 61 3.28 3.60 129 0.78 7.61

8 Lampung 197 5.1 3.43 624 2.6 9.29 908 1.54 13.51 736 1.63 10.54 1,402 1.00 20.08

9 Kepulauan Bangka Belitung 29 3.4 3.21 241 4.1 26.68 53 0 5.65 46 4.35 4.60 58 0.00 5.80

10 Kepulauan Riau - - - - - - - - - 746 3.49 57.58 969 2.89 74.79

11 DKI Jakarta 5,750 0.9 66.86 14,071 0.4 125.09 20,510 0.43 260.08 23,466 0.34 296.87 24,932 0.16 316.17

12 Jawa Barat 4,817 1.3 13.56 8,683 2.1 23.64 19,014 1.13 52.20 18,590 1.53 47.50 25,851 1.06 66.08

13 Jawa Tengah 6,357 1.6 19.09 8,490 2.3 25.51 9,047 1.80 27.11 6,583 2.29 19.61 10,924 2.01 33.72

14 DI Yogyakarta 992 1.0 28.57 1,553 2.3 47.09 2,206 1.41 66.89 971 1.24 29.44 2,184 1.05 66.22

15 Jawa Timur 5,308 1.3 15.04 4,216 1.4 11.94 8,287 1.45 23.48 15,251 1.74 42.94 20,374 1.21 56.19

16 Banten 713 0.7 8.00 700 3.6 8.17 2577 2.25 30.08 2,045 1.27 23.87 2,306 1.52 26.92

17 Bali 3,986 0.3 130.87 2,364 0.3 76.78 1935 0.41 58.64 3,596 0.50 108.97 5,629 0.53 170.57

18 Nusa Tenggara Barat 232 1.3 5.91 196 4.6 5.06 805 1.99 20.77 1,062 1.41 26.62 623 0.64 15.59

19 Nusa Tenggara Timur 24 4.2 0.63 260 3.2 6.34 1381 3.11 35.00 735 1.36 17.75 251 1.20 6.36

20 Kalimantan Barat 1,910 1.6 49.97 349 2.0 9.13 212 2.36 5.55 1,220 1.07 31.92 2,659 1.32 65.94

21 Kalimantan Tengah 72 2.8 4.00 300 3.0 16.36 453 1.32 24.70 491 0.81 26.75 513 0.78 27.42

22 Kalimantan Selatan 365 0.3 17.04 178 3.4 7.47 378 0.79 10.30 341 2.35 9.29 455 1.54 12.40

23 Kalimantan Timur 2,011 2.0 80.08 1,926 1.5 77.32 2276 1.80 91.37 3,165 2.59 121.74 2,714 2.80 103.64

24 Sulawesi Utara 974 1.4 47.47 369 1.3 15.75 225 4.89 10.56 1,926 1.35 119.89 1,290 1.47 59.62

25 Sulawesi Tengah 81 2.5 3.27 184 1.0 7.47 293 3.41 13.06 780 1.00 31.73 492 2.24 20.01

26 Sulawesi Selatan 2,408 1.6 31.71 2,636 1.5 31.41 3500 0.69 41.70 2,822 1.81 34.65 2,612 0.84 35.03

27 Sulawesi Tenggara 51 0.0 2.91 43 2.3 2.45 266 0.75 13.89 758 2.90 39.25 95 3.16 4.73

28 Gorontalo 4 0.0 0.31 30 0.0 3.54 14 0.00 1.60 206 0.00 23.50 302 0.66 32.90

29 Sulawesi Barat - - - - - - - - - 27 2.00 2.66 31 3.23 3.06

30 Maluku 0 0.0 0.00 0 0.0 0.00 0 0.00 0.00 0 0.00 0.00 0 0.00 0.00

31 Maluku Utara 63 3.2 7.20 2 1.0 0.23 74 9.46 8.71 24 4.17 2.65 138 2.90 16.09

32 Papua 300 1.0 14.19 603 0.8 29.13 390 2.05 18.84 183 1.09 11.02 60 0.00 3.55

33 Irian Jaya Barat - - - - - - - - - 184 3.26 32.62 128 0.00 22.69

Indonesia 40,377 1.3 19.24 51,516 1.5 23.87 79,462 1.2 37.11 95,279 1.36 43.42 114,656 1.04 52.48
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
Ket : IR (Insidens) per 100.000 penduduk
Lampiran 3.34

JUMLAH KABUPATEN/KOTA YANG TERJANGKIT PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD/DHF)


MENURUT PROVINSI TAHUN 2004 - 2006

No Provinsi 2004 2005 2006


Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 16 80.0 12 57.1 15 71.4
2 Sumatera Utara 15 65.2 17 68.0 19 76.0
3 Sumatera Barat 9 56.3 10 52.6 12 63.2
4 Riau 14 87.5 11 100.0 11 100.0
5 Jambi 7 90.0 7 70.0 10 100.0
6 Sumatera Selatan 11 71.4 9 64.3 9 64.3
7 Bengkulu 5 71.4 3 33.3 7 77.8
8 Lampung 10 100.0 10 100.0 10 100.0
9 Kepulauan Bangka Belitung 5 71.4 6 85.7 5 71.4
10 Kepulauan Riau - - 5 83.3 3 50.0
11 DKI Jakarta 5 83.3 5 83.3 5 83.3
12 Jawa Barat 25 100.0 25 100.0 25 100.0
13 Jawa Tengah 35 100.0 35 100.0 35 100.0
14 DI Yogyakarta 5 100.0 5 100.0 5 100.0
15 Jawa Timur 38 100.0 38 100.0 38 100.0
16 Banten 6 100.0 6 100.0 6 100.0
17 Bali 9 100.0 9 100.0 9 100.0
18 Nusa Tenggara Barat 8 100.0 9 100.0 8 88.9
19 Nusa Tenggara Timur 10 62.5 7 43.8 1 6.3
20 Kalimantan Barat 9 90.0 7 58.3 10 83.3
21 Kalimantan Tengah 11 78.6 6 42.9 6 42.9
22 Kalimantan Selatan 13 100.0 13 100.0 12 92.3
23 Kalimantan Timur 13 100.0 12 92.3 13 100.0
24 Sulawesi Utara 7 87.5 9 100.0 9 100.0
25 Sulawesi Tengah 5 55.6 10 100.0 7 70.0
26 Sulawesi Selatan 23 82.1 21 91.3 20 87.0
27 Sulawesi Tenggara 1 14.3 6 60.0 5 50.0
28 Gorontalo 2 40.0 5 100.0 5 100.0
29 Sulawesi Barat - - 1 20.0 2 40.0
30 Maluku 0 0.0 0 0.0 0 0.0
31 Maluku Utara 3 37.5 3 37.5 3 37.5
32 Papua 6 21.4 4 20.0 3 15.0
33 Irian Jaya Barat - - 4 44.4 2 22.2
Indonesia 326 74.1 330 75.0 330 75.0
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
Lampiran 3.35

JUMLAH DAN PERSENTASE KABUPATEN TERJANGKIT DAN JUMLAH KASUS GIGITAN HEWAN TERTULAR RABIES
SERTA HASIL PEMERIKSAAN SPECIMEN HEWAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

Jumlah Daerah Tertular Jumlah Kabupaten/Kota Jumlah Kasus Jumlah Specimen Hewan
No Provinsi Pemberian VAR Lyssa
Desa Kecamatan Seluruhnya Terjangkit % GHTR Diperiksa Positif
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 32 22 21 18 85.71 270 195 0 19
2 Sumatera Utara 42 40 25 23 92.00 1,702 1,201 7 6
3 Sumatera Barat 211 142 19 18 94.74 2,538 1,771 10 354
4 Riau 109 22 11 8 72.73 314 210
5 Jambi 59 42 10 10 100.00 465 299 0 286
6 Sumatera Selatan 36 27 14 12 85.71 529 462 7
7 Bengkulu 26 13 9 9 100.00 68 57 4
8 Lampung 21 9 10 8 80.00 597 388
9 Kepulauan Bangka Belitung 7
10 Kepulauan Riau 6
11 DKI Jakarta 6
12 Jawa Barat 8 8 25 2 8.00 266 214 1 1 1
13 Jawa Tengah 35
14 DI Yogyakarta 5
15 Jawa Timur 38
16 Banten 6 1 16.67 10 10
17 Bali 9
18 Nusa Tenggara Barat 9
19 Nusa Tenggara Timur 68 33 16 6 37.50 1,267 1,129 5 -
20 Kalimantan Barat 0 1 12 1 8.33 36 0 1 -
21 Kalimantan Tengah 52 26 14 9 64.29 596 400 2 27
22 Kalimantan Selatan 81 41 13 11 84.62 46 40 0 5
23 Kalimantan Timur 19 23 13 9 69.23 161 98 0 1
24 Sulawesi Utara 9 9 100.00 1,662 317 21 256
25 Sulawesi Tengah 40 19 10 11 110.00 438 271 15 165
26 Sulawesi Selatan 22 112 23 12 52.17 979 433 10 51
27 Sulawesi Tenggara 84 66 10 9 90.00 1,014 775 11 66
28 Gorontalo 73 27 5 5 100.00 105 40
29 Sulawesi Barat 7 0 5 2 40.00 162 150
30 Maluku 28 5 8 3 37.50 502 389 2 23
31 Maluku Utara 13 3 8 3 37.50 202 164 10
32 Papua 20
33 Irian Jaya Barat 9
Indonesia 1,031 681 440 199 45.23 13,929 9,013 106 1 1,260

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006


Keterangan :
GHTR = Gigitan Hewan Tertular Rabies
VAR/SAR=yang di VAR/SAR
Lyssa = meninggal karena rabies
Lampiran 3.36

JUMLAH PENDERITA FILARIASIS


MENURUT PROVINSI TAHUN 2002 - 2006

Tahun
No Provinsi
2002 2003 2004 2005 2006
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (8)

1 Nanggroe Aceh Darussalam 1,908 1,940 1,896 2,354 2,359


2 Sumatera Utara 52 45 102 104 104
3 Sumatera Barat 30 32 30 149 231
4 Riau 267 267 243 532 532
5 Jambi 136 134 220 218 255
6 Sumatera Selatan 91 44 130 191 191
7 Bengkulu 67 55 57 79 94
8 Lampung 73 73 73 74 74
9 Kepulauan Bangka Belitung 73 78 37 160 151
10 Kepulauan Riau 21 31 31
11 DKI Jakarta 12 12 12 53 53
12 Jawa Barat 156 156 78 229 252
13 Jawa Tengah 136 136 226 224 224
14 DI Yogyakarta 7 7 5 5
15 Jawa Timur 144 167 119 207 207
16 Banten 69 76 67 67
17 Bali 5 5 5 11 18
18 Nusa Tenggara Barat 62 62 62 62 62
19 Nusa Tenggara Timur 1,706 1,706 1,706 1,627 1,682
20 Kalimantan Barat 156 156 261 232 232
21 Kalimantan Tengah 123 118 117 202 202
22 Kalimantan Selatan 169 135 249 385 385
23 Kalimantan Timur 282 272 195 409 409
24 Sulawesi Utara 72 72 23 26 30
25 Sulawesi Tengah 82 82 82 451 451
26 Sulawesi Selatan 154 154 110 83 60
27 Sulawesi Tenggara 197 197 182 119 181
28 Gorontalo 14 83 224 224
29 Sulawesi Barat 91 92
30 Maluku 57 57 30 30 70
31 Maluku Utara 5 12 12
32 Papua 390 390 36 1,334 1,132
33 Irian Jaya Barat 254 264 355
Indonesia 6,217 6,635 6,430 10,239 10,427
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
Lampiran 3.37

JUMLAH KASUS DAN PREVALENSI FRAMBUSIA


MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

No Provinsi Jumlah Kasus Prevalensi / 100.000 penduduk


(1) (2) (3) (4)

1 Nanggroe Aceh Darussalam - -


2 Sumatera Utara - -
3 Sumatera Barat - -
4 Riau - -
5 Jambi - -
6 Sumatera Selatan - -
7 Bengkulu - -
8 Lampung - -
9 Kepulauan Bangka Belitung - -
10 Kepulauan Riau - -
11 DKI Jakarta - -
12 Jawa Barat - -
13 Jawa Tengah - -
14 DI Yogyakarta - -
15 Jawa Timur - -
16 Banten - -
17 Bali - -
18 Nusa Tenggara Barat - -
19 Nusa Tenggara Timur 1,172 2.80
20 Kalimantan Barat - -
21 Kalimantan Tengah - -
22 Kalimantan Selatan - -
23 Kalimantan Timur - -
24 Sulawesi Utara - -
25 Sulawesi Tengah - -
26 Sulawesi Selatan - -
27 Sulawesi Tenggara 1,517 7.92
28 Gorontalo - -
29 Sulawesi Barat - -
30 Maluku 152 1.08
31 Maluku Utara - -
32 Papua 1,850 10.01
33 Irian Jaya Barat 849 15.07
Indonesia 5,540 0.25
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
Lampiran 3.38

SITUASI LEPTOSPIROSIS PADA MANUSIA DI INDONESIA


TAHUN 2002 - 2006

Tahun
No Provinsi 2002 2003 2004 2005 2006
Kasus Meninggal Kasus Meninggal Kasus Meninggal Kasus Meninggal Kasus Meninggal
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Nanggroe Aceh Darussalam - - - - - - - - 49 -
2 Sumatera Utara - - - - - - - - - -
3 Sumatera Barat - - - - - - - - - -
4 Riau - - - - - - - - - -
5 Jambi - - - - - - - - - -
6 Sumatera Selatan - - - - - - - - - -
7 Bengkulu - - - - - - - - - -
8 Lampung - - - - - - - - - -
9 Kepulauan Bangka Belitung - - - - - - - - - -
10 Kepulauan Riau - - - - - - - - - -
11 DKI Jakarta 138 21 65 6 78 6 62 0 51 0
12 Jawa Barat 12 0 0 0 7 0 - - - -
13 Jawa Tengah - - 12 0 40 10 34 10 35 9
14 DI Yogyakarta - - - - 20 1 8 2 - -
15 Jawa Timur - - 8 3 3 0 1 0 1 0
16 Banten - - - - - - - - - -
17 Bali - - 2 1 - - - - - -
18 Nusa Tenggara Barat - - - - - - - - - -
19 Nusa Tenggara Timur - - - - - - - - - -
20 Kalimantan Barat - - - - - - - - - -
21 Kalimantan Tengah - - - - - - - - - -
22 Kalimantan Selatan - - - - - - - - - -
23 Kalimantan Timur - - - - - - - - - -
24 Sulawesi Utara - - - - - - - - - -
25 Sulawesi Tengah - - - - - - - - - -
26 Sulawesi Selatan - - - - 18 8 9 4 2 2
27 Sulawesi Tenggara - - - - - - - - - -
28 Gorontalo - - - - - - - - - -
29 Sulawesi Barat - - - - - - - - - -
30 Maluku - - - - - - - - - -
31 Maluku Utara - - - - - - - - - -
32 Papua - - - - - - - - - -
33 Irian Jaya Barat - - - - - - - - - -
Indonesia 150 21 87 10 166 25 114 16 138 11

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006


Lampiran 3.39

SITUASI TAENIASIS/CYSTICERCOSIS PADA MANUSIA DI INDONESIA


TAHUN 2002 - 2006

Tahun
No Provinsi 2002 2003 2004 2005 2006
Kasus Diobati Meninggal Kasus Diobati Meninggal Kasus Diobati Meninggal Kasus Diobati Meninggal Kasus Diobati Meninggal
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)

1 Nanggroe Aceh Darussalam - - - - - - - - - - - - - - -


2 Sumatera Utara - - - - - - - - - 126 126 0 - - -
3 Sumatera Barat - - - - - - - - - - - - - - -
4 Riau - - - - - - - - - - - - - - -
5 Jambi - - - - - - - - - - - - - - -
6 Sumatera Selatan - - - - - - - - - - - - - - -
7 Bengkulu - - - - - - - - - - - - - - -
8 Lampung - - - - - - - - - - - - - - -
9 Kepulauan Bangka Belitung - - - - - - - - - - - - - - -
10 Kepulauan Riau - - - - - - - - - - - - - - -
11 DKI Jakarta - - - - - - - - - - - - - - -
12 Jawa Barat - - - - - - - - - - - - - - -
13 Jawa Tengah - - - - - - - - - - - - - - -
14 DI Yogyakarta - - - - - - - - - - - - - - -
15 Jawa Timur - - - - - - - - - - - - - - -
16 Banten - - - - - - - - - - - - - - -
17 Bali 78 78 0 66 66 0 43 43 0 8 8 0 2 2 0
18 Nusa Tenggara Barat - - - - - - - - - - - - - - -
19 Nusa Tenggara Timur - - - - - - - - - - - - - - -
20 Kalimantan Barat - - - - - - - - - - - - - - -
21 Kalimantan Tengah - - - - - - - - - - - - - - -
22 Kalimantan Selatan - - - - - - - - - - - - - - -
23 Kalimantan Timur - - - - - - - - - - - - - - -
24 Sulawesi Utara - - - - - - - - - - - - - - -
25 Sulawesi Tengah - - - - - - - - - - - - - - -
26 Sulawesi Selatan - - - - - - - - - - - - - - -
27 Sulawesi Tenggara - - - - - - - - - - - - - - -
28 Gorontalo - - - - - - - - - - - - - - -
29 Sulawesi Barat - - - - - - - - - - - - - - -
30 Maluku - - - - - - - - - - - - - - -
31 Maluku Utara - - - - - - - - - - - - - - -
32 Papua 422 422 0 22 22 0 410 203 0 83 83 0 76 46 0
33 Irian Jaya Barat 184 184 0 160 160 - - - - - - - - - -
Indonesia 684 684 0 248 248 0 453 246 0 217 217 0 78 48 0
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
Lampiran 3.40

SITUASI ANTRAKS PADA MANUSIA DI INDONESIA


TAHUN 2002 - 2006

Jumlah
No Provinsi 2002 2003 2004 2005 2006
Kasus Diobati Meninggal Kasus Diobati Meninggal Kasus Diobati Meninggal Kasus Diobati Meninggal Kasus Diobati Meninggal
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1 Nanggroe Aceh Darussalam - - - - - - - - - - - - - - -
2 Sumatera Utara - - - - - - - - - - - - - - -
3 Sumatera Barat - - - - - - - - - - - - - - -
4 Riau - - - - - - - - - - - - - - -
5 Jambi - - - - - - - - - - - - - - -
6 Sumatera Selatan - - - - - - - - - - - - - - -
7 Bengkulu - - - - - - - - - - - - - - -
8 Lampung - - - - - - - - - - - - - - -
9 Kepulauan Bangka Belitung - - - - - - - - - - - - - - -
10 Kepulauan Riau - - - - - - - - - - - - - - -
11 DKI Jakarta - - - - - - - - - - - - - - -
12 Jawa Barat 6 6 0 14 14 0 69 69 6 - - - 8 7 1
13 Jawa Tengah 2 2 1 - - - - - - - - - - - -
14 DI Yogyakarta - - - - - - - - - - - - - - -
15 Jawa Timur - - - - - - - - - - - - - - -
16 Banten - - - - - - - - - - - - - - -
17 Bali - - - - - - - - - - - - - - -
18 Nusa Tenggara Barat 27 27 7 20 20 2 26 26 0 30 30 0 7 7 -
19 Nusa Tenggara Timur - - - 6 6 0 14 14 2 30 30 1 - - -
20 Kalimantan Barat - - - - - - - - - - - - - - -
21 Kalimantan Tengah - - - - - - - - - - - - - - -
22 Kalimantan Selatan - - - - - - - - - - - - - - -
23 Kalimantan Timur - - - - - - - - - - - - - - -
24 Sulawesi Utara - - - - - - - - - - - - - - -
25 Sulawesi Tengah - - - - - - - - - - - - - - -
26 Sulawesi Selatan - - - - - - - - - 16 16 0 - - -
27 Sulawesi Tenggara - - - - - - - - - - - - - - -
28 Gorontalo - - - - - - - - - - - - - - -
29 Sulawesi Barat - - - - - - - - - - - - - - -
30 Maluku - - - - - - - - - - - - - - -
31 Maluku Utara - - - - - - - - - - - - - - -
32 Papua - - - - - - - - - - - - - - -
33 Irian Jaya Barat - - - - - - - - - - - - - - -
Indonesia 35 35 8 40 40 2 109 109 8 76 76 1 15 14 1
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
Lampiran 3.41

SITUASI PES PADA MANUSIA DI INDONESIA TAHUN 2006

Jumlah Spesimen Diperiksa Hasil Spesimen Positif Spesimen Pool


No Provinsi
Human Rodent Human Rodent Diperiksa Positif
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Nanggroe Aceh Darussalam - - - - - -
2 Sumatera Utara - - - - - -
3 Sumatera Barat - - - - - -
4 Riau - - - - - -
5 Jambi - - - - - -
6 Sumatera Selatan - - - - - -
7 Bengkulu - - - - - -
8 Lampung - - - - - -
9 Kepulauan Bangka Belitung - - - - - -
10 Kepulauan Riau - - - - - -
11 DKI Jakarta - - - - - -
12 Jawa Barat - - - - - -
13 Jawa Tengah 205 903 4 3 - -
14 DI Yogyakarta - 345 - - 194 -
15 Jawa Timur - 2,877 - - 456 -
16 Banten - - - - - -
17 Bali - - - - - -
18 Nusa Tenggara Barat - - - - - -
19 Nusa Tenggara Timur - - - - - -
20 Kalimantan Barat - - - - - -
21 Kalimantan Tengah - - - - - -
22 Kalimantan Selatan - - - - - -
23 Kalimantan Timur - - - - - -
24 Sulawesi Utara - - - - - -
25 Sulawesi Tengah - - - - - -
26 Sulawesi Selatan - - - - - -
27 Sulawesi Tenggara - - - - - -
28 Gorontalo - - - - - -
29 Sulawesi Barat - - - - - -
30 Maluku - - - - - -
31 Maluku Utara - - - - - -
32 Papua - - - - - -
33 Irian Jaya Barat - - - - - -
Indonesia 205 4,125 4 3 650 0

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006


Lampiran 3.42

KEPESERTAAN DAN JENIS KASUS KECELAKAAN KERJA (PT JAMSOSTEK)


TAHUN 2006

Kepesertaan Jenis Kecelakaan Kerja


No Provinsi Cacat Cacat Cacat
Perusahaan Tenaga Kerja Sembuh Meninggal Jumlah % Kecelakaan Kerja
Fungsi Sebagian Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1 Kanwil I 6,337 500,473 12,260 461 268 8 162 13,159 2.63

2 Kanwil II 9,050 896,896 7,938 624 388 48 213 9,211 1.03

3 Kanwil III 18,732 1,857,017 7,515 515 380 24 361 8,795 0.47

4 Kanwil IV 13,056 1949192 27,251 1,284 788 23 351 29,697 1.52

5 Kanwil V 9,086 723,765 10,506 152 169 7 163 10,997 1.52

6 Kanwil VI 13,616 1,090,768 17,009 819 483 10 315 18,636 1.71

7 Kanwil VII 6,283 457,853 2,035 910 304 1 128 3,378 0.74

8 Kanwil VIII 6,192 243,731 1,313 208 138 1 91 1,751 0.72

Indonesia 82,352 7,719,695 85,827 4,973 2,918 122 1,784 95,624 1.24

Sumber: Pusat Kesehatan Kerja, 2006


Catatan :
Kanwil I meliputi NAD, Sumatera Utara dan Sumatera Barat
Kanwil II meliputi Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Bengkulu, Bangka Belitung, Lampung
Kanwil III meliputi DKI Jakarta
Kanwil IV meliputi Jawa Barat dan Banten
Kanwil V meliputi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta
Kanwil VI meliputi Jawa Timur, Bali, NTT, NTB
Kanwil VII meliputi Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan
Kanwil VIII meliputi Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Maluku, Maluku Utara dan Papua
Lampiran 4.1
CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL K1 DAN K4, PERSALINAN DITOLONG TENAGA KESEHATAN, DAN KUNJUNGAN NEONATUS
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

Ibu Hamil Ibu Bersalin Kunjungan Neonatus


No Provinsi Ditolong % Ditolong Kunjungan Kunjungan
Jumlah K1 % K1 K4 % K4 Jumlah Jumlah % KN 1 % KN2
Nakes Nakes Neonatus1 Neonatus2
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 113,856 98,176 86.23 86,698 76.15 108,988 80,032 73.43 103,684 75,524 72.84 61,653 59.46
2 Sumatera Utara 330,560 288,557 87.29 272,738 82.51 317,263 243,848 76.86 304,373 239,112 78.56 219,894 72.24
3 Sumatera Barat 118,348 104,851 88.60 90,197 76.21 112,969 85,404 75.60 107,526 89,186 82.94 89,186 82.94
4 Riau 133,638 123,200 92.19 112,745 84.37 127,382 95,919 75.30 121,683 103,137 84.76 97,005 79.72
5 Jambi 73,274 67,388 91.97 61,055 83.32 67,354 52,567 78.05 64,991 56,929 87.60 53,837 82.84
6 Sumatera Selatan 177,915 163,332 91.80 152,756 85.86 170,751 141,337 82.77 163,162 131,763 80.76 126,628 77.61
7 Bengkulu 45,255 38,865 85.88 34,884 77.08 43,488 31,156 71.64 41,821 31,723 75.85 29,997 71.73
8 Lampung 184,643 172,362 93.35 156,700 84.87 176,250 133,579 75.79 167,855 145,652 86.77 140,763 83.86
9 Kepulauan Bangka Belitung 29,226 26,850 91.87 25,155 86.07 27,879 23,598 84.64 26,291 23,913 90.96 - -
10 Kepulauan Riau 41,426 37,161 89.70 33,107 79.92 38,096 27,839 73.08 37,063 21,625 58.35 20,063 54.13
11 DKI Jakarta 205,533 224,827 109.39 188,874 91.89 199,386 164,853 82.68 189,327 161,480 85.29 150,810 79.66
12 Jawa Barat 1,004,738 856,652 85.26 777,660 77.40 925,002 650,643 70.34 555,408 721,953 129.99 732,628 131.91
13 Jawa Tengah 677,918 649,136 95.75 602,304 88.85 654,560 564,198 86.20 628,886 576,258 91.63 574,301 91.32
14 DI Yogyakarta 51,928 49,718 95.74 42,750 82.33 48,137 40,068 83.24 46,433 - 0.00 38,901 83.78
15 Jawa Timur 694,203 649,943 93.62 559,292 80.57 637,402 547,566 85.91 634,441 565,992 89.21 554,467 87.39
16 Banten 269,259 234,996 87.28 189,009 70.20 256,840 161,922 63.04 245,263 94,301 38.45 211,019 86.04
17 Bali 67,187 62,136 92.48 58,198 86.62 64,153 57,826 90.14 61,097 57,769 94.55 57,571 94.23
18 Nusa Tenggara Barat 111,232 106,163 95.44 95,621 85.97 106,421 82,615 77.63 101,254 89,525 88.42 87,448 86.36
19 Nusa Tenggara Timur 122,638 106,537 86.87 77,541 63.23 112,300 77,221 68.76 107,925 87,044 80.65 83,237 77.12
20 Kalimantan Barat 107,981 90,960 84.24 82,756 76.64 103,235 68,214 66.08 98,575 54,858 55.65 52,586 53.35
21 Kalimantan Tengah 58,028 49,467 85.25 42,417 73.10 53,745 38,243 71.16 51,429 39,653 77.10 39,576 76.95
22 Kalimantan Selatan 81,984 75,813 92.47 60,697 74.04 77,743 61,939 79.67 75,018 64,306 85.72 63,970 85.27
23 Kalimantan Timur 78,970 71,170 90.12 62,347 78.95 75,589 55,099 72.89 71,918 57,565 80.04 56,463 78.51
24 Sulawesi Utara 49,780 43,688 87.76 39,021 78.39 45,918 37,811 82.34 45,428 33,967 74.77 31,721 69.83
25 Sulawesi Tengah 60,634 52,309 86.27 46,694 77.01 58,387 45,434 77.82 56,292 47,305 84.04 44,461 78.98
26 Sulawesi Selatan 183,235 171,124 93.39 138,909 75.81 169,113 127,984 75.68 163,280 183,398 112.32 95,842 58.70
27 Sulawesi Tenggara 56,072 47,222 84.22 42,172 75.21 52,783 37,811 71.63 51,894 43,397 83.63 41,907 80.76
28 Gorontalo 25,062 22,724 90.67 19,712 78.65 24,072 16,660 69.21 22,788 18,624 81.73 18,365 80.59
29 Sulawesi Barat 25,428 22,401 88.10 15,688 61.70 24,281 14,096 58.05 22,526 13,339 59.22 16,168 71.77
30 Maluku 34,730 30,546 87.95 23,925 68.89 33,152 20,239 61.05 32,463 20,035 61.72 19,276 59.38
31 Maluku Utara 24,161 19,192 79.43 16,354 67.69 23,194 13,397 57.76 22,229 15,639 70.35 14,139 63.61
32 Papua 55,138 32,486 58.92 17,104 31.02 52,631 16,201 30.78 50,125 12,848 25.63 9,749 19.45
33 Irian Jaya Barat 19,317 11,963 61.93 5,707 29.54 18,556 10,292 55.46 16,900 5,864 34.70 5,093 30.14
Indonesia 5,313,297 4,801,915 90.38 4,230,787 79.63 5,007,020 3,825,611 76.40 4,489,348 3,883,684 86.51 3,838,724 85.51

Sumber: Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas, Depkes RI


Lampiran 4.2

CAKUPAN RUJUKAN KASUS RISTI, DAN PENANGANAN KOMPLIKASI IBU HAMIL DAN NEONATAL
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

Rujukan Kasus Risti Penanganan Komplikasi


No Provinsi Jumlah Jumlah Maternal Neonatal Obstetri Neonatal
Ibu Hamil Ibu Bersalin Abs % Abs % Abs % Abs %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 113,856 108,988 394 1.73 244 1.07 153 0.13 101 0.09
2 Sumatera Utara 330,560 317,263 2,887 4.37 1,134 1.72 3,023 0.95 1,086 0.34
3 Sumatera Barat 118,348 112,969 3,723 15.73 450 1.90 3,172 2.81 973 0.86
4 Riau 133,638 127,382 2,079 7.78 232 0.87 4,747 3.73 1,331 1.04
5 Jambi 73,274 67,354 2,159 14.73 239 1.63 2,748 4.08 326 0.48
6 Sumatera Selatan 177,915 170,751 4,963 13.95 3,258 9.16 1,846 1.08 678 0.40
7 Bengkulu 45,255 43,488 678 7.49 374 4.13 2,385 5.48 684 1.57
8 Lampung 184,643 176,250 6,660 18.03 540 1.46 8,109 4.60 443 0.25
9 Kepulauan Bangka Belitung 29,226 27,879 1,141 19.52 302 5.17 658 2.36 333 1.19
10 Kepulauan Riau 41,426 38,096 277 3.34 76 0.92 0.00 0.00
11 DKI Jakarta 205,533 199,386 - 0.00 - 0.00 0.00 0.00
12 Jawa Barat 464,296 322,985 2,638 2.84 919 0.99 8,728 2.70 208 0.06
13 Jawa Tengah 677,918 654,560 - 0.00 - 0.00 0.00 0.00
14 DI Yogyakarta 51,928 48,137 1,384 13.33 277 2.67 3,676 7.64 442 0.92
15 Jawa Timur 694,203 637,402 21,314 15.35 3,581 2.58 94,839 14.88 6,680 1.05
16 Banten 269,259 256,840 4,727 8.78 1,405 2.61 2,768 1.08 790 0.31
17 Bali 67,187 64,153 1,076 8.01 640 4.76 848 1.32 533 0.83
18 Nusa Tenggara Barat 111,232 106,421 9,572 43.03 3,262 14.66 8,096 7.61 3,079 2.89
19 Nusa Tenggara Timur 122,638 112,300 4,218 17.20 779 3.18 4,008 3.57 1,673 1.49
20 Kalimantan Barat 107,981 103,235 2,939 13.61 486 2.25 2,847 2.76 1,655 1.60
21 Kalimantan Tengah 58,028 53,745 427 3.68 189 1.63 3,540 6.59 684 1.27
22 Kalimantan Selatan 81,984 77,743 2,191 13.36 693 4.23 1,937 2.49 762 0.98
23 Kalimantan Timur 78,970 75,589 2,385 15.10 59 0.37 3,507 4.64 411 0.54
24 Sulawesi Utara 49,780 45,918 1,047 10.52 217 2.18 1,032 2.25 118 0.26
25 Sulawesi Tengah 60,634 58,387 1,556 12.83 833 6.87 2,631 4.51 3,456 5.92
26 Sulawesi Selatan 183,235 169,113 7,167 19.56 6,440 17.57 14,425 8.53 13,493 7.98
27 Sulawesi Tenggara 56,072 52,783 1,225 10.92 348 3.10 1,826 3.46 327 0.62
28 Gorontalo 25,062 24,072 362 7.22 41 0.82 1,073 4.46 74 0.31
29 Sulawesi Barat 25,428 24,281 5,461 107.38 2,506 49.28 5,604 23.08 2,506 10.32
30 Maluku 34,730 33,152 - 0.00 - 0.00 1,155 3.48 35 0.11
31 Maluku Utara 24,161 23,194 412 8.53 240 4.97 412 1.78 240 1.03
32 Papua 55,138 52,631 440 3.99 99 0.90 1,838 3.49 516 0.98
33 Irian Jaya Barat - - - - - - - - - -
Indonesia 4,753,538 4,386,447 95,502 10.05 29,863 3.14 191,631 4.37 43,637 0.99

Sumber: Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas, Depkes RI


Lampiran 4.3

PROPORSI WANITA BERUMUR 15-49 TAHUN DAN BERSTATUS KAWIN YANG SEDANG MENGGUNAKAN /MEMAKAI ALAT KB
MENURUT DAERAH TEMPAT TINGGAL DAN PROVINSI, TAHUN 2006

No Provinsi Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan


(1) (2) (3) (4) (5)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 48.69 41.37 43.04
2 Sumatera Utara 46.38 44.04 45.08
3 Sumatera Barat 47.37 49.81 49.06
4 Riau 47.11 57.13 53.69
5 Jambi 57.53 63.13 61.63
6 Sumatera Selatan 60.15 63.50 62.44
7 Bengkulu 63.45 72.48 70.08
8 Lampung 58.26 66.12 64.49
9 Kepulauan Bangka Belitung 63.64 63.30 63.44
10 Kepulauan Riau 54.43 59.37 55.41
11 DKI Jakarta 55.25 - 55.25
12 Jawa Barat 63.07 62.60 62.84
13 Jawa Tengah 59.97 63.55 62.10
14 DI Yogyakarta 56.31 66.39 61.13
15 Jawa Timur 61.91 57.91 59.52
16 Banten 62.95 56.85 60.33
17 Bali 64.39 70.95 67.43
18 Nusa Tenggara Barat 58.14 52.96 54.82
19 Nusa Tenggara Timur 39.86 31.18 32.63
20 Kalimantan Barat 55.11 60.98 59.49
21 Kalimantan Tengah 64.72 67.45 66.64
22 Kalimantan Selatan 65.50 67.41 66.70
23 Kalimantan Timur 56.70 52.29 54.67
24 Sulawesi Utara 66.89 71.52 69.75
25 Sulawesi Tengah 53.15 55.05 54.68
26 Sulawesi Selatan 40.74 43.43 42.59
27 Sulawesi Tenggara 51.59 45.56 46.80
28 Gorontalo 55.37 63.22 61.24
29 Sulawesi Barat 36.44 39.20 38.82
30 Maluku 41.57 25.70 30.13
31 Maluku Utara 51.77 35.68 39.61
32 Papua 43.44 27.62 31.22
33 Irian Jaya Barat 43.91 25.91 31.73
Indonesia 58.65 57.36 57.91

Sumber : BPS, Statistik Kesra 2006


Lampiran 4.4

PROPORSI WANITA BERUMUR 15-49 TAHUN DAN BERSTATUS KAWIN YANG PERNAH MENGGUNAKAN / MEMAKAI ALAT KB
MENURUT DAERAH TEMPAT TINGGAL DAN PROVINSI, TAHUN 2006

No Provinsi Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan


(1) (2) (3) (4) (5)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 71.60 63.40 65.27
2 Sumatera Utara 71.70 65.60 68.31
3 Sumatera Barat 73.53 73.78 73.70
4 Riau 75.52 77.88 77.07
5 Jambi 78.52 83.76 82.36
6 Sumatera Selatan 80.91 83.00 82.34
7 Bengkulu 84.44 88.03 87.07
8 Lampung 82.11 86.62 85.68
9 Kepulauan Bangka Belitung 80.72 82.06 81.53
10 Kepulauan Riau 77.27 79.11 77.64
11 DKI Jakarta 80.08 - 80.08
12 Jawa Barat 86.49 86.92 86.70
13 Jawa Tengah 81.71 84.15 83.16
14 DI Yogyakarta 79.21 83.62 81.32
15 Jawa Timur 80.60 79.29 79.82
16 Banten 83.65 81.70 82.81
17 Bali 84.16 86.81 85.39
18 Nusa Tenggara Barat 83.00 79.53 80.78
19 Nusa Tenggara Timur 64.12 53.52 55.29
20 Kalimantan Barat 80.60 82.07 81.69
21 Kalimantan Tengah 85.56 85.00 85.17
22 Kalimantan Selatan 86.43 86.86 86.70
23 Kalimantan Timur 82.21 76.04 79.37
24 Sulawesi Utara 90.44 90.30 90.36
25 Sulawesi Tengah 77.40 77.23 77.26
26 Sulawesi Selatan 64.88 64.88 64.88
27 Sulawesi Tenggara 72.02 67.82 68.69
28 Gorontalo 79.94 83.26 82.42
29 Sulawesi Barat 55.77 55.58 55.60
30 Maluku 67.23 40.85 48.21
31 Maluku Utara 71.96 55.98 59.88
32 Papua 69.35 39.75 46.48
33 Irian Jaya Barat 65.46 38.24 47.04
Indonesia 81.07 78.78 79.76

Sumber : BPS, Statistik Kesra 2006


Lampiran 4.5
PERSENTASE WANITA BERUMUR 15-49 TAHUN DAN BERSTATUS KAWIN
MENURUT ALAT / CARA KB YANG SEDANG DIGUNAKAN / DIPAKAI DAN PROVINSI, TAHUN 2006
Perkotaan+Perdesaan
Alat/cara KB yang dipakai
No Provinsi MOW/ MOP/ Intravagina/ Alat/Cara
AKDR/IUD Suntikan Susuk KB Pil Kondom Jumlah
Tubektomi Vasektomi tissue Tradisional
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 0.32 0.45 2.18 61.75 1.24 31.78 0.54 0.19 1.56 100.00
2 Sumatera Utara 4.53 2.04 4.44 45.90 3.46 34.46 1.69 0.44 3.06 100.00
3 Sumatera Barat 1.85 0.91 8.52 60.37 7.23 19.61 0.67 0.17 0.67 100.00
4 Riau 1.11 1.21 3.33 56.91 2.28 33.22 0.73 0.09 1.13 100.00
5 Jambi 0.77 0.68 2.93 56.31 5.45 32.23 0.45 0.05 1.13 100.00
6 Sumatera Selatan 1.39 0.80 2.05 66.46 7.61 20.86 0.47 0.16 0.20 100.00
7 Bengkulu 1.19 1.03 4.07 62.60 6.89 23.02 0.67 0.11 0.41 100.00
8 Lampung 0.78 0.80 3.23 66.54 6.46 21.21 0.36 0.08 0.54 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 1.14 0.31 2.61 51.95 2.28 39.80 0.95 0.00 0.95 100.00
10 Kepulauan Riau 1.49 0.69 3.94 47.69 2.55 42.10 0.82 0.00 0.72 100.00
11 DKI Jakarta 1.42 0.83 11.65 54.89 1.87 26.95 0.81 0.26 1.32 100.00
12 Jawa Barat 1.47 0.96 7.52 60.42 2.23 26.74 0.31 0.07 0.29 100.00
13 Jawa Tengah 4.32 1.32 7.67 64.94 6.51 14.27 0.62 0.11 0.26 100.00
14 DI Yogyakarta 3.79 0.62 25.41 49.07 5.16 12.06 2.71 0.00 1.17 100.00
15 Jawa Timur 3.72 0.83 10.34 56.34 4.25 23.44 0.47 0.14 0.48 100.00
16 Banten 0.95 1.01 3.67 71.70 2.66 19.10 0.69 0.08 0.15 100.00
17 Bali 4.12 0.69 39.91 41.06 0.80 11.61 0.73 0.05 1.03 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 1.74 0.81 6.43 65.45 9.04 14.98 0.23 0.05 1.28 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 1.64 0.93 8.05 62.76 4.75 17.80 0.33 0.45 3.29 100.00
20 Kalimantan Barat 1.06 0.88 3.09 54.63 1.92 37.28 0.31 0.12 0.71 100.00
21 Kalimantan Tengah 0.14 0.63 0.99 44.19 5.44 46.75 0.48 0.04 1.33 100.00
22 Kalimantan Selatan 0.85 0.56 1.72 42.88 2.88 50.23 0.32 0.02 0.54 100.00
23 Kalimantan Timur 2.04 0.71 7.06 44.45 1.78 42.15 0.86 0.10 0.85 100.00
24 Sulawesi Utara 1.98 0.35 9.38 45.77 7.69 34.03 0.09 0.13 0.60 100.00
25 Sulawesi Tengah 1.24 0.76 4.21 47.42 5.31 39.38 0.25 0.14 1.29 100.00
26 Sulawesi Selatan 0.59 0.65 2.52 57.88 4.22 31.70 0.17 0.08 2.19 100.00
27 Sulawesi Tenggara 1.41 0.63 2.78 46.17 8.69 38.14 0.06 0.18 1.95 100.00
28 Gorontalo 1.47 0.81 8.44 36.92 13.20 38.27 0.08 0.05 0.76 100.00
29 Sulawesi Barat 0.14 1.06 3.03 48.21 5.24 40.95 0.17 - 1.19 100.00
30 Maluku 0.84 0.83 3.38 68.86 5.43 19.20 0.10 0.23 1.13 100.00
31 Maluku Utara 0.61 0.94 1.04 60.64 8.42 25.86 0.11 0.23 2.16 100.00
32 Papua 1.27 0.49 2.75 32.11 3.00 18.78 0.46 0.22 40.93 100.00
33 Irian Jaya Barat 2.08 0.90 6.12 50.87 1.43 31.47 0.29 - 6.84 100.00
Indonesia 2.39 0.96 7.60 58.40 4.27 24.77 0.54 0.12 0.93 100.00

Sumber : BPS, Statistik Kesra 2006 `


Lampiran 4.5.a
PERSENTASE WANITA BERUMUR 15-49 TAHUN DAN BERSTATUS KAWIN
MENURUT ALAT/CARA KB YANG SEDANG DIGUNAKAN /DIPAKAI DAN PROVINSI, TAHUN 2006
Perkotaan
Alat/Cara KB yang Dipakai
No Provinsi MOW/ MOP/ Intravagina/ Alat/Cara
AKDR/IUD Suntikan Susuk KB Pil Kondom Jumlah
Tubektomi Vasektomi tissue Tradisional
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 0.15 0.31 6.01 55.65 0.32 34.00 1.19 0.73 1.64 100.00
2 Sumatera Utara 3.69 2.08 5.46 49.60 2.27 31.39 1.84 0.62 3.04 100.00
3 Sumatera Barat 2.76 1.02 14.83 53.12 4.77 21.68 1.17 0.09 0.55 100.00
4 Riau 1.71 0.60 7.59 59.72 2.01 25.65 1.50 0.17 1.03 100.00
5 Jambi 0.91 0.41 4.47 58.26 2.07 30.93 1.39 0.20 1.36 100.00
6 Sumatera Selatan 2.00 1.36 2.92 65.08 4.48 22.56 1.05 0.26 0.30 100.00
7 Bengkulu 1.60 0.00 7.86 54.25 5.46 28.63 1.18 0.20 0.83 100.00
8 Lampung 1.75 1.40 6.48 60.27 3.04 24.78 1.07 0.00 1.18 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 2.01 0.41 5.71 46.75 1.96 40.63 0.90 0.00 1.64 100.00
10 Kepulauan Riau 1.79 0.81 4.89 45.02 2.34 43.52 0.98 0.00 0.65 100.00
11 DKI Jakarta 1.42 0.83 11.65 54.89 1.87 26.95 0.81 0.26 1.32 100.00
12 Jawa Barat 1.60 0.75 12.00 57.06 1.69 25.87 0.54 0.10 0.39 100.00
13 Jawa Tengah 5.23 1.52 8.93 63.66 4.58 14.38 1.20 0.11 0.39 100.00
14 DI Yogyakarta 3.97 0.73 27.08 43.69 3.58 15.02 4.81 0.00 1.11 100.00
15 Jawa Timur 4.64 0.93 10.55 54.56 3.14 24.48 0.80 0.18 0.73 100.00
16 Banten 0.74 1.28 5.47 68.51 0.88 22.01 0.76 0.13 0.20 100.00
17 Bali 3.63 0.83 37.76 40.84 0.95 13.15 1.03 0.10 1.72 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 1.82 1.11 9.20 61.95 8.74 15.02 0.30 0.00 1.85 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 1.87 0.91 16.33 51.46 1.49 22.47 0.19 0.00 5.28 100.00
20 Kalimantan Barat 1.91 1.13 8.24 52.10 0.41 34.79 0.45 0.00 0.96 100.00
21 Kalimantan Tengah 0.29 0.81 1.95 43.23 2.65 48.36 0.79 0.12 1.80 100.00
22 Kalimantan Selatan 1.24 0.88 3.20 42.33 2.41 48.64 0.72 0.00 0.59 100.00
23 Kalimantan Timur 2.81 0.74 10.47 42.58 1.28 39.37 1.29 0.17 1.27 100.00
24 Sulawesi Utara 3.11 0.41 10.16 44.84 3.98 36.71 0.02 0.23 0.55 100.00
25 Sulawesi Tengah 2.71 0.52 6.39 39.95 6.95 40.20 0.73 0.00 2.55 100.00
26 Sulawesi Selatan 0.99 0.72 4.52 58.35 3.32 30.66 0.08 0.02 1.35 100.00
27 Sulawesi Tenggara 1.15 0.22 5.13 40.72 7.55 41.75 0.05 0.00 3.43 100.00
28 Gorontalo 1.25 1.00 16.08 31.00 7.15 42.33 0.00 0.20 0.99 100.00
29 Sulawesi Barat 0.54 4.57 4.37 53.50 4.37 29.97 1.34 - 1.34 100.00
30 Maluku 1.42 1.45 6.81 63.44 4.43 22.17 0.00 0.00 0.29 100.00
31 Maluku Utara 0.13 1.47 1.07 62.96 7.28 25.32 0.36 0.71 0.71 100.00
32 Papua 2.14 0.75 6.20 45.59 5.97 35.54 1.08 0.28 2.45 100.00
33 Irian Jaya Barat 3.94 1.32 10.31 43.25 - 40.08 0.66 - 0.44 100.00
Indonesia 2.79 1.02 10.25 56.37 2.75 24.95 0.89 0.16 0.84 100.00

Sumber : BPS, Statistik Kesra 2006 `


Lampiran 4.5.b
PERSENTASE WANITA BERUMUR 15-49 TAHUN DAN BERSTATUS KAWIN
MENURUT ALAT/CARA KB YANG SEDANG DIGUNAKAN /DIPAKAI DAN PROVINSI, TAHUN 2006
Perdesaan
Alat/Cara KB yang Dipakai
No Provinsi MOW/ MOP/ Intravagina/ Alat/Cara
AKDR/IUD Suntikan Susuk KB Pil Kondom Jumlah
Tubektomi Vasektomi tissue Tradisional
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 0.38 0.50 0.85 63.87 1.56 31.01 0.31 0.00 1.53 100.00
2 Sumatera Utara 5.23 2.00 3.58 42.79 4.46 37.04 1.55 0.29 3.07 100.00
3 Sumatera Barat 1.47 0.87 5.88 63.44 8.25 18.75 0.46 0.20 0.72 100.00
4 Riau 0.85 1.47 1.49 55.70 2.39 36.48 0.40 0.06 1.17 100.00
5 Jambi 0.72 0.78 2.41 55.66 6.57 32.67 0.13 0.00 1.06 100.00
6 Sumatera Selatan 1.12 0.56 1.68 67.06 8.97 20.12 0.22 0.12 0.15 100.00
7 Bengkulu 1.06 1.35 2.87 65.24 7.34 21.26 0.51 0.08 0.28 100.00
8 Lampung 0.55 0.66 2.48 67.99 7.25 20.38 0.19 0.10 0.39 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 0.57 0.25 0.56 55.40 2.49 39.24 0.99 0.00 0.50 100.00
10 Kepulauan Riau 0.37 0.24 0.37 57.65 3.33 36.81 0.21 0.00 1.01 100.00
11 DKI Jakarta - - - - - - - - - 0.00
12 Jawa Barat 1.33 1.17 2.71 64.03 2.80 27.68 0.05 0.04 0.19 100.00
13 Jawa Tengah 3.73 1.19 6.86 65.75 7.74 14.19 0.25 0.11 0.18 100.00
14 DI Yogyakarta 3.63 0.52 23.85 54.06 6.63 9.32 0.77 0.00 1.23 100.00
15 Jawa Timur 3.06 0.77 10.18 57.62 5.04 22.69 0.22 0.11 0.30 100.00
16 Banten 1.26 0.60 1.03 76.36 5.26 14.84 0.57 0.00 0.07 100.00
17 Bali 4.62 0.55 42.17 41.29 0.65 10.01 0.41 0.00 0.31 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 1.69 0.62 4.73 67.59 9.22 14.95 0.19 0.07 0.92 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 1.58 0.94 5.93 65.64 5.59 16.61 0.36 0.56 2.79 100.00
20 Kalimantan Barat 0.80 0.80 1.51 55.40 2.38 38.05 0.27 0.16 0.64 100.00
21 Kalimantan Tengah 0.08 0.56 0.61 44.58 6.57 46.10 0.36 0.01 1.14 100.00
22 Kalimantan Selatan 0.62 0.38 0.87 43.19 3.15 51.15 0.09 0.03 0.52 100.00
23 Kalimantan Timur 1.05 0.66 2.71 46.83 2.42 45.70 0.30 0.00 0.32 100.00
24 Sulawesi Utara 1.32 0.31 8.92 46.31 9.85 32.46 0.14 0.07 0.62 100.00
25 Sulawesi Tengah 0.90 0.82 3.70 49.16 4.93 39.19 0.14 0.17 0.99 100.00
26 Sulawesi Selatan 0.42 0.62 1.67 57.68 4.60 32.15 0.20 0.10 2.56 100.00
27 Sulawesi Tenggara 1.49 0.75 2.09 47.76 9.02 37.08 0.06 0.24 1.51 100.00
28 Gorontalo 1.54 0.76 6.17 38.68 14.99 37.07 0.10 0.00 0.69 100.00
29 Sulawesi Barat 0.08 0.54 2.83 47.43 5.37 42.58 - - 1.17 100.00
30 Maluku 0.48 0.44 1.23 72.24 6.06 17.34 0.16 0.38 1.65 100.00
31 Maluku Utara 0.83 0.69 1.02 59.55 8.95 26.12 0.00 0.00 2.83 100.00
32 Papua 0.87 0.36 1.16 25.86 1.62 11.01 0.16 0.19 58.75 100.00
33 Irian Jaya Barat 0.56 0.56 2.72 57.05 2.58 24.48 - - 12.03 100.00
Indonesia 2.10 0.92 5.60 59.95 5.42 24.64 0.28 0.10 1.00 100.00

Sumber : BPS, Statistik Kesra 2006 `


Lampiran 4.6
HASIL PELAYANAN PESERTA KB BARU KUMULATIF
MENURUT METODE KONTRASEPSI DAN PROVINSI TAHUN 2006

Metoda Kon trasepsi


No Provinsi
IUD % MOW % MOP % Kondom % Implant % Suntikan % Pil % Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 890 0.77 143 0.12 10 0.01 6,301 5.49 1,176 1.02 56,431 49.14 49,890 43.44 114,841
2 Sumatera Utara 12,082 5.28 6,504 2.84 163 0.07 19,043 8.33 10,154 4.44 93,564 40.91 87,186 38.12 228,696
3 Sumatera Barat 4,737 4.53 855 0.82 17 0.02 3,017 2.89 12,315 11.78 60,499 57.86 23,114 22.11 104,554
4 Riau 1,208 2.12 203 0.36 27 0.05 2,293 4.03 1,946 3.42 29,235 51.42 21,948 38.60 56,860
5 Jambi 1,280 1.59 124 0.15 10 0.01 1,273 1.58 5,490 6.80 43,023 53.29 29,527 36.58 80,727
6 Sumatera Selatan 2,268 1.01 1,527 0.68 89 0.04 8,510 3.80 14,263 6.37 114,452 51.12 82,794 36.98 223,903
7 Bengkulu 1,648 2.50 523 0.79 19 0.03 2,274 3.45 4,923 7.46 35,323 53.54 21,260 32.23 65,970
8 Lampung 5,198 2.31 593 0.26 115 0.05 7,915 3.51 18,436 8.18 106,653 47.33 86,437 38.36 225,347
9 Kepulauan Bangka Belitung 296 1.29 182 0.79 - 706 3.07 1,951 8.49 12,735 55.43 7,106 30.93 22,976
10 Kepulauan Riau 623 2.80 132 0.59 1 0.00 782 3.52 883 3.97 11,182 50.34 8,612 38.77 22,215
11 DKI Jakarta 19,950 7.75 1,429 0.55 941 0.37 5,655 2.20 12,427 4.82 136,051 52.82 81,107 31.49 257,560
12 Jawa Barat 111,109 10.24 11,628 1.07 1,272 0.12 10,731 0.99 52,255 4.81 579,569 53.40 318,704 29.37 1,085,268
13 Jawa Tengah 18,824 3.04 13,516 2.18 1,578 0.26 18,771 3.03 36,768 5.94 418,174 67.58 111,165 17.96 618,796
14 DI Yogyakarta 6,757 15.50 1,444 3.31 127 0.29 1,569 3.60 3,674 8.43 25,070 57.53 4,940 11.34 43,581
15 Jawa Timur 42,075 5.34 11,007 1.40 973 0.12 8,283 1.05 37,875 4.81 501,053 63.61 186,480 23.67 787,746
16 Banten 4,975 3.16 679 0.43 89 0.06 611 0.39 7,965 5.06 90,628 57.57 52,486 33.34 157,433
17 Bali 10,083 20.07 1,010 2.01 30 0.06 1,063 2.12 740 1.47 30,422 60.55 6,895 13.72 50,243
18 Nusa Tenggara Barat 7,322 6.14 898 0.75 16 0.01 1,491 1.25 6,123 5.14 78,999 66.27 24,361 20.44 119,210
19 Nusa Tenggara Timur 3,692 5.07 1,196 1.64 143 0.20 1,175 1.61 4,837 6.64 49,204 67.59 12,553 17.24 72,800
20 Kalimantan Barat 1,458 1.71 421 0.49 16 0.02 2,464 2.89 2,213 2.59 43,786 51.30 34,998 41.00 85,356
21 Kalimantan Tengah 242 0.40 382 0.63 1 0.00 1,339 2.20 4,349 7.15 29,499 48.51 24,995 41.11 60,807
22 Kalimantan Selatan 1,180 1.18 588 0.59 19 0.02 1,740 1.74 4,557 4.56 47,144 47.18 44,694 44.73 99,922
23 Kalimantan Timur 2,319 3.56 590 0.91 230 0.35 1,840 2.82 1,944 2.98 33,803 51.88 24,434 37.50 65,160
24 Sulawesi Utara 2,360 5.24 483 1.07 11 0.02 1,230 2.73 5,205 11.55 23,820 52.87 11,948 26.52 45,057
25 Sulawesi Tengah 823 1.80 200 0.44 6 0.01 714 1.56 3,006 6.58 22,253 48.73 18,666 40.87 45,668
26 Sulawesi Selatan 3,355 1.77 1,093 0.58 25 0.01 4,760 2.51 12,346 6.52 99,210 52.42 68,483 36.18 189,272
27 Sulawesi Tenggara 411 0.87 234 0.50 9 0.02 1,087 2.30 4,198 8.89 21,343 45.19 19,944 42.23 47,226
28 Gorontalo 1,037 3.99 128 0.49 - 673 2.59 2,250 8.65 12,637 48.57 9,295 35.72 26,020
29 Sulawesi Barat 154 0.93 45 0.27 45 0.27 950 5.72 1,110 6.68 7,403 44.56 6,905 41.57 16,612
30 Maluku 532 2.16 179 0.73 3 0.01 780 3.16 1,398 5.66 12,988 52.62 8,801 35.66 24,681
31 Maluku Utara 146 0.70 58 0.28 - 200 0.96 1,918 9.24 11,025 53.11 7,412 35.70 20,759
32 Papua 83 0.98 221 2.60 - 211 2.48 859 10.11 5,476 64.46 1,645 19.36 8,495
33 Irian Jaya Barat 114 1.12 37 0.36 3 0.03 162 1.59 833 8.19 4,918 48.38 4,099 40.32 10,166
Indonesia 269,231 5.30 58,252 1.15 5,988 0.12 119,613 2.35 280,387 5.52 2,847,572 56.01 1,502,884 29.56 5,083,927

Sumber: BKKBN
Lampiran 4.7
JUMLAH DAN PROPORSI PESERTA KB BARU KUMULATIF
MENURUT TEMPAT PELAYANAN DAN PROVINSI TAHUN 2006

Klinik KB
Dokter Praktek Swasta Bidan Praktek Swasta Jumlah
No Provinsi Pemerintah Swasta
Peserta % Peserta % Peserta % Peserta % Peserta %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 76,904 66.97 10,360 9.02 2,511 2.19 25,066 21.83 114,841 100.00
2 Sumatera Utara 182,472 79.79 22,308 9.75 2,206 0.96 21,710 9.49 228,696 100.00
3 Sumatera Barat 68,098 65.13 3,616 3.46 1,976 1.89 30,864 29.52 104,554 100.00
4 Riau 30,215 53.14 1,373 2.41 1,824 3.21 23,448 41.24 56,860 100.00
5 Jambi 51,671 64.01 429 0.53 3,299 4.09 25,328 31.37 80,727 100.00
6 Sumatera Selatan 147,467 65.86 13,492 6.03 6,718 3.00 56,226 25.11 223,903 100.00
7 Bengkulu 48,001 72.76 602 0.91 1,750 2.65 15,617 23.67 65,970 100.00
8 Lampung 132,203 58.67 10,144 4.50 4,676 2.08 78,324 34.76 225,347 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 15,796 68.75 1,077 4.69 133 0.58 5,970 25.98 22,976 100.00
10 Kepulauan Riau 13,945 62.77 1,240 5.58 107 0.48 6,923 31.16 22,215 100.00
11 DKI Jakarta 105,063 40.79 16,149 6.27 32,563 12.64 103,785 40.30 257,560 100.00
12 Jawa Barat 601,341 55.41 90,090 8.30 27,671 2.55 366,166 33.74 1,085,268 100.00
13 Jawa Tengah 311,979 50.42 30,168 4.88 20,983 3.39 255,666 41.32 618,796 100.00
14 DI Yogyakarta 19,126 43.89 6,016 13.80 577 1.32 17,862 40.99 43,581 100.00
15 Jawa Timur 445,978 56.61 23,388 2.97 16,549 2.10 301,831 38.32 787,746 100.00
16 Banten 109,290 69.42 5,031 3.20 5,155 3.27 37,957 24.11 157,433 100.00
17 Bali 19,315 38.44 397 0.79 1,525 3.04 29,006 57.73 50,243 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 101,821 85.41 4,176 3.50 996 0.84 12,217 10.25 119,210 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 70,956 97.47 377 0.52 241 0.33 1,226 1.68 72,800 100.00
20 Kalimantan Barat 53,891 63.14 4,659 5.46 2,136 2.50 24,670 28.90 85,356 100.00
21 Kalimantan Tengah 45,031 74.06 3,614 5.94 1,644 2.70 10,518 17.30 60,807 100.00
22 Kalimantan Selatan 63,190 63.24 3,459 3.46 881 0.88 32,392 32.42 99,922 100.00
23 Kalimantan Timur 38,850 59.62 4,637 7.12 2,335 3.58 19,338 29.68 65,160 100.00
24 Sulawesi Utara 24,897 55.26 5,748 12.76 3,652 8.11 10,760 23.88 45,057 100.00
25 Sulawesi Tengah 38,781 84.92 2,774 6.07 775 1.70 3,338 7.31 45,668 100.00
26 Sulawesi Selatan 157,116 83.01 3,501 1.85 2,044 1.08 26,611 14.06 189,272 100.00
27 Sulawesi Tenggara 43,118 91.31 658 1.39 355 0.75 3,093 6.55 47,224 100.00
28 Gorontalo 20,363 78.26 1,419 5.45 473 1.82 3,765 14.47 26,020 100.00
29 Sulawesi Barat 13,842 83.33 99 0.60 465 2.80 2,206 13.28 16,612 100.00
30 Maluku 20,440 82.82 1,314 5.32 218 0.88 2,709 10.98 24,681 100.00
31 Maluku Utara 18,287 88.09 598 2.88 24 0.12 1,850 8.91 20,759 100.00
32 Papua 7,630 89.82 213 2.51 173 2.04 479 5.64 8,495 100.00
33 Irian Jaya Barat 8,241 81.06 16 0.16 55 0.54 1,854 18.24 10,166 100.00
Indonesia 3,105,318 61.08 273,142 5.37 146,690 2.89 1,558,775 30.66 5,083,925 100.00

Sumber: BKKBN
Lampiran 4.8
PENCAPAIAN DESA UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (UCI) MENURUT PROVINSI
TAHUN 2004 - 2006

Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006


No Provinsi
Jumlah Desa Desa UCI % Jumlah Desa Desa UCI % Jumlah Desa Desa UCI %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

1 Nanggroe Aceh Darussalam 6,180 1,476 23.88 6,180 3,090 50.00 6,199 5,316 85.76
2 Sumatera Utara 5,464 4,397 80.47 5,464 4,317 79.01 2,492 2,074 83.23
3 Sumatera Barat 2,567 1,922 74.87 2,567 1,951 76.00 2,787 2,110 75.71
4 Riau 1,625 1,325 81.54 998 808 80.96 - - -
5 Jambi 1,186 986 83.14 1,186 1,055 88.95 1,253 1,165 92.98
6 Sumatera Selatan 2,681 2,181 81.35 2,681 2,254 84.07 - - -
7 Bengkulu 1,261 890 70.58 1,261 901 71.45 1,286 936 72.78
8 Lampung 2,161 1,988 91.99 2,161 1,945 90.00 2,173 1,732 79.71
9 Kepulauan Bangka Belitung 317 242 76.34 317 250 78.86 321 265 82.55
10 Kepulauan Riau - - - - - - - - -
11 DKI Jakarta 278 220 79.14 278 192 69.06 267 206 77.15
12 Jawa Barat 5,798 4,269 73.63 5,798 4,638 79.99 5,805 3,636 62.64
13 Jawa Tengah 8,052 7,107 88.26 8,052 7,166 89.00 7,204 5,964 82.79
14 DI Yogyakarta 438 438 100.00 438 434 99.09 438 404 92.24
15 Jawa Timur 8,441 4,928 58.38 8,441 6,668 79.00 3,188 2,043 64.08
16 Banten 1,543 1,153 74.72 1,543 1,219 79.00 - - -
17 Bali 695 691 99.42 695 695 100.00 693 688 99.28
18 Nusa Tenggara Barat 778 703 90.36 778 681 87.53 803 722 89.91
19 Nusa Tenggara Timur 2,591 2,000 77.19 2,591 2,047 79.00 2,729 2,278 83.47
20 Kalimantan Barat 1,452 885 60.95 1,452 944 65.01 1,514 1,107 73.12
21 Kalimantan Tengah 1,324 708 53.47 1,324 781 58.99 1,373 496 36.13
22 Kalimantan Selatan 1,955 1,297 66.34 1,955 1,299 66.45 2,172 1,557 71.69
23 Kalimantan Timur 1,334 960 71.96 1,334 960 71.96 1,345 1,073 79.78
24 Sulawesi Utara 1,214 841 69.28 1,214 983 80.97 1,288 990 76.86
25 Sulawesi Tengah 1,447 1,044 72.15 1,447 998 68.97 1,542 1,139 73.87
26 Sulawesi Selatan 3,222 2,370 73.56 2,100 1,638 78.00 2,866 2,268 79.13
27 Sulawesi Tenggara 1,554 1,215 78.19 1,554 1,350 86.87 1,624 1,424 87.68
28 Gorontalo 447 249 55.70 447 224 50.11 490 246 50.20
29 Sulawesi Barat - - - 860 654 76.05 - - -
30 Maluku - - - 878 729 83.03 957 586 61.23
31 Maluku Utara 720 195 27.08 720 381 52.92 678 180 26.55
32 Papua 1,017 356 35.00 1,017 376 36.97 2,434 361 14.83
33 Irian Jaya Barat - - - - - - - - -
Indonesia 67,742 47,036 69.43 67,731 51,628 76.23 55,921 40,966 73.26

Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006


Lampiran 4.9
CAKUPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

Imunisasi Bayi
No Provinsi Sasaran BCG DPT1 DPT2 DPT3 Polio1 POLIO2 Polio3 Polio4 Campak
DO
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22)

1 Nanggroe Aceh Darussalam 101,118 9 0.0 93,197 92.2 88,706 87.7 84,242 83.3 97,255 96.2 92,008 91.0 87,504 86.5 83,384 82.5 83,186 82.3 10.74
2 Sumatera Utara 309,791 312,507 100.9 292,048 94.3 273,004 88.1 265,258 85.6 316,613 102.2 300,074 96.9 290,466 93.8 281,740 90.9 296,772 95.8 -1.62
3 Sumatera Barat 100,458 97,673 97.2 94,100 93.7 86,238 85.8 82,798 82.4 98,466 98.0 93,577 93.2 89,746 89.3 87,727 87.3 84,757 84.4 9.93
4 Riau 112,984 98,997 87.6 97,279 86.1 92,654 82.0 90,188 79.8 95,228 84.3 91,102 80.6 88,182 78.0 87,998 77.9 95,352 84.4 1.98
5 Jambi 66,341 64,865 97.8 65,481 98.7 62,864 94.8 62,628 94.4 65,391 98.6 64,242 96.8 62,779 94.6 63,295 95.4 64,987 98.0 1.41
6 Sumatera Selatan 162,182 157,302 97.0 126,032 77.7 117,355 72.4 116,415 71.8 160,013 98.7 153,180 94.4 149,017 91.9 148,266 91.4 150,953 93.1 21.77
7 Bengkulu 42,172 36,469 86.5 36,252 86.0 34,371 81.5 32,832 77.9 38,776 91.9 37,010 87.8 35,104 83.2 34,163 81.0 35,654 84.5 3.19
8 Lampung 177,128 160,607 90.7 145,253 82.0 141,829 80.1 138,822 78.4 156,912 88.6 152,304 86.0 149,375 84.3 149,039 84.1 154,915 87.5 -6.65
9 Kepulauan Bangka Belitung 24949 22,804 91.4 21,361 85.6 20,632 82.7 20,348 81.6 22,519 90.3 21,869 87.7 21,206 85.0 21,170 84.9 21,387 85.7 -0.12
10 Kepulauan Riau 34,961 30,973 88.6 29,530 84.5 27,814 79.6 27,478 78.6 33,440 95.6 31,251 89.4 30,628 87.6 34,476 98.6 33,365 95.4 -12.99
11 DKI Jakarta 193,262 212,622 110.0 123,254 63.8 106,739 55.2 106,687 55.2 185,802 96.1 178,823 92.5 174,197 90.1 203,849 105.5 196,569 101.7 23.02
12 Jawa Barat 851,548 712,855 83.7 714,835 83.9 708,831 83.2 647,824 76.1 577,891 67.9 532,323 62.5 504,510 59.2 479,596 56.3 664,052 78.0 21.54
13 Jawa Tengah 578,577 603,021 104.2 583,617 100.9 567,416 98.1 559,725 96.7 587,792 101.6 567,378 98.1 551,801 95.4 545,850 94.3 560,101 96.8 4.03
14 DI Yogyakarta 44,898 50,812 113.2 565 1.3 660 1.5 576 1.3 50,505 112.5 46,655 103.9 44,824 99.8 44,054 98.1 46,383 103.3 0.42
15 Jawa Timur 631,092 630,749 99.9 26,007 4.1 25,411 4.0 27,751 4.4 631,894 100.1 605,079 95.9 584,871 92.7 574,277 91.0 601,810 95.4 4.82
16 Banten 240,327 219,504 91.3 202,743 84.4 191,363 79.6 189,758 79.0 215,856 89.8 203,859 84.8 198,361 82.5 191,121 79.5 172,076 71.6 15.13
17 Bali 60,918 62,118 102.0 19,337 31.7 20,111 33.0 22,560 37.0 63,886 104.9 59,677 98.0 59,628 97.9 57,201 93.9 57,490 94.4 8.48
18 Nusa Tenggara Barat 103,736 99,363 95.8 104,277 100.5 101,732 98.1 101,774 98.1 99,372 95.8 104,419 100.7 101,968 98.3 102,494 98.8 100,720 97.1 3.41
19 Nusa Tenggara Timur 125,764 114,591 91.1 116,080 92.3 110,898 88.2 107,634 85.6 115,373 91.7 111,362 88.5 108,629 86.4 106,379 84.6 117,153 93.2 -0.92
20 Kalimantan Barat 102,133 90,352 88.5 89,064 87.2 86,205 84.4 85,209 83.4 90,592 88.7 88,155 86.3 86,735 84.9 84,266 82.5 85,149 83.4 8.09
21 Kalimantan Tengah 49,980 45,402 90.8 44,647 89.3 42,039 84.1 41,612 83.3 46,752 93.5 43,110 86.3 42,700 85.4 41,703 83.4 43,893 87.8 1.69
22 Kalimantan Selatan 73,718 69,322 94.0 67,519 91.6 63,062 85.5 61,531 83.5 56,096 76.1 63,872 86.6 62,115 84.3 61,041 82.8 61,999 84.1 8.18
23 Kalimantan Timur 73,010 68,982 94.5 69,011 94.5 65,357 89.5 65,263 89.4 72,151 98.8 68,818 94.3 67,014 91.8 53,687 73.5 63,657 87.2 7.76
24 Sulawesi Utara 45,492 45,250 99.5 43,918 96.5 42,919 94.3 42,319 93.0 44,017 96.8 43,155 94.9 42,231 92.8 42,270 92.9 42,037 92.4 4.28
25 Sulawesi Tengah 49,780 48,978 98.4 50,098 100.6 45,817 92.0 45,555 91.5 52,615 105.7 49,576 99.6 47,435 95.3 47,129 94.7 46,834 94.1 9.77
26 Sulawesi Selatan 172,092 166,254 96.6 155,862 90.6 143,627 83.5 135,805 78.9 161,502 93.8 151,441 88.0 144,681 84.1 141,862 82.4 147,025 85.4 8.44
27 Sulawesi Tenggara 52,730 53,046 100.6 50,909 96.5 48,844 92.6 48,422 91.8 52,723 100.0 50,056 94.9 48,813 92.6 47,977 91.0 48,890 92.7 3.97
28 Gorontalo 22,634 21,359 94.4 21,537 95.2 19,959 88.2 19,079 84.3 22,164 97.9 20,707 91.5 19,681 87.0 19,568 86.5 19,137 84.5 11.14
29 Sulawesi Barat 23,390 21,422 91.6 18,977 81.1 16,331 69.8 14,886 63.6 19,770 84.5 17,774 76.0 16,272 69.6 15,349 65.6 15,973 68.3 15.83
30 Maluku 45,175 40,165 88.9 39,384 87.2 37,436 82.9 36,144 80.0 38,096 84.3 37,254 82.5 36,292 80.3 35,356 78.3 37,406 82.8 5.02
31 Maluku Utara 22,907 19,195 83.8 19,358 84.5 17,549 76.6 17,300 75.5 20,151 88.0 19,089 83.3 17,416 76.0 17,022 74.3 18,321 80.0 5.36
32 Papua 49,211 32,146 65.3 30,771 62.5 27,303 55.5 25,303 51.4 37,793 76.8 34,122 69.3 30,611 62.2 31,745 64.5 33,366 67.8 -7.73
33 Irian Jaya Barat 7,178 5,628 78.4 4,763 66.4 4,291 59.8 3,763 52.4 5,422 75.5 4,618 64.3 4,112 57.3 3,892 54.2 4,399 - 7.64
Indonesia 4,751,636 4,409,714 92.8 3,592,303 75.6 3,435,076 72.3 3,323,726 69.9 4,327,406 91.1 4,133,321 87.0 3,994,792 84.1 3,935,054 82.8 4,201,369 88.4 9.30

Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006


Lampiran 4.10
CAKUPAN IMUNISASI HEPATITIS B PADA BAYI
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

Status Imunisasi
No Provinsi Sasaran HB1 (<7hr) HB1 (>7hr) HB1 (total) HEP. B2 HEP. B3
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 101,118 11,496 11.4 78,958 78.1 90,454 89.5 73,792 73.0 70,279 69.5
2 Sumatera Utara 309,791 108,410 35.0 151,392 48.9 259,802 83.9 237,792 76.8 231,247 74.6
3 Sumatera Barat 100,458 35,314 35.2 65,596 65.3 100,910 100.4 88,075 87.7 83,379 83.0
4 Riau 112,984 34,403 30.4 64,222 56.8 98,625 87.3 78,911 69.8 75,598 66.9
5 Jambi 66,341 26,490 39.9 38,106 57.4 64,596 97.4 57,751 87.1 57,106 86.1
6 Sumatera Selatan 162,182 50,754 31.3 99,850 61.6 150,604 92.9 117,849 72.7 116,654 71.9
7 Bengkulu 42,172 14,963 35.5 24,366 57.8 39,329 93.3 30,735 72.9 27,212 64.5
8 Lampung 177,128 47,041 26.6 85,766 48.4 132,807 75.0 113,843 64.3 111,463 62.9
9 Kepulauan Bangka Belitung 24949 6,533 26.2 0.0 6,533 26.2 0.0 0.0
10 Kepulauan Riau 34,961 10,679 30.5 18,772 53.7 29,451 84.2 24,085 68.9 23,494 67.2
11 DKI Jakarta 193,262 81,522 42.2 113,700 58.8 195,222 101.0 104,982 54.3 109,838 56.8
12 Jawa Barat 851,548 315,608 37.1 290,602 34.1 606,210 71.2 448,920 52.7 440,998 51.8
13 Jawa Tengah 578,577 452,361 78.2 191,570 33.1 643,931 111.3 332,136 57.4 335,396 58.0
14 DI Yogyakarta 44,898 41,111 91.6 9,844 21.9 50,955 113.5 2,862 6.4 2,156 4.8
15 Jawa Timur 631,092 443,796 70.3 122,235 19.4 566,031 89.7 48,188 7.6 48,747 7.7
16 Banten 240,327 41,836 17.4 134,309 55.9 176,145 73.3 141,251 58.8 135,539 56.4
17 Bali 60,918 43,142 70.8 16,265 26.7 59,407 97.5 23,419 38.4 22,885 37.6
18 Nusa Tenggara Barat 103,736 81,240 78.3 10,973 10.6 92,213 88.9 0.0 0.0
19 Nusa Tenggara Timur 125,764 38,310 30.5 73,626 58.5 111,936 89.0 105,665.0 84.0 102,249 81.3
20 Kalimantan Barat 102,133 9,460 9.3 70,680 69.2 80,140 78.5 65,356 64.0 69,332 67.9
21 Kalimantan Tengah 49,980 6,537 13.1 38,940 77.9 45,477 91.0 40,922 81.9 39,124 78.3
22 Kalimantan Selatan 73,718 17,760 24.1 53,206 72.2 70,966 96.3 57,135 77.5 57,490 78.0
23 Kalimantan Timur 73,010 21,964 30.1 59,014 80.8 80,978 110.9 63,688 87.2 59,571 81.6
24 Sulawesi Utara 45,492 14,519 31.9 24,783 54.5 39,302 86.4 30,719 67.5 29,669 65.2
25 Sulawesi Tengah 49,780 5,902 11.9 40,789 81.9 46,691 93.8 43,237 86.9 41,990 84.4
26 Sulawesi Selatan 172,092 42,842 24.9 97,714 56.8 140,556 81.7 113,977 66.2 104,436 60.7
27 Sulawesi Tenggara 52,730 15,613 29.6 34,638 65.7 50,251 95.3 43,372 82.3 40,221 76.3
28 Gorontalo 22,634 5,500 24.3 15,986 70.6 21,486 94.9 17,549 77.5 15,780 69.7
29 Sulawesi Barat 23,390 3,063 13.1 10,187 43.6 13,250 56.6 14,138 60.4 12,424 53.1
30 Maluku 45,175 241 0.5 25,420 56.3 26,169 57.9 5,813 12.9 23,551 52.1
31 Maluku Utara 22,907 2,839 12.4 14,362 62.7 17,201 75.1 13,174 57.5 12,211 53.3
32 Papua 49,211 4,417 9.0 19,199 39.0 23,616 48.0 24,179 49.1 20,241 41.1
33 Irian Jaya Barat 7,178 5,033 70.1 4,224 58.8 3,636 50.7
Indonesia 4,751,636 2,035,666 42.8 2,095,578 44.1 4,131,244 86.9 2,563,515 54.0 2,520,280 53.0

Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006


Lampiran 4.11
DROP OUT CAKUPAN IMUNISASI DPT1 - CAMPAK PADA BAYI MENURUT PROVINSI
TAHUN 2002 - 2006

Tahun
No Provinsi
2002 2003 2004 2005 2006
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 7.7 14.3 16.7 7.7 10.7
2 Sumatera Utara 6.6 8.1 7.6 0.0 0.0
3 Sumatera Barat 6.8 11.6 9.7 7.9 9.9
4 Riau 7.4 5.3 5.7 1.9 2.0
5 Jambi 6.2 8.2 6.1 4.8 1.4
6 Sumatera Selatan 8.7 9.3 9.6 6.3 21.8
7 Bengkulu 5.7 10.1 20.0 5.4 3.2
8 Lampung 7.5 3.7 2.8 0.0 0.0
9 Kepulauan Bangka Belitung 3.9 6.9 6.0 6.5 0.0
10 Kepulauan Riau - - - 10.5 0.0
11 DKI Jakarta 7.3 10.2 11.4 6.4 23.0
12 Jawa Barat 5.3 5.3 3.7 0.0 21.5
13 Jawa Tengah 3.0 4.0 4.2 0.01 4.0
14 DI Yogyakarta 5.7 3.8 2.5 8.7 0.4
15 Jawa Timur 3.3 7.1 5.0 1.7 4.8
16 Banten 4.6 4.0 3.1 0.0 15.1
17 Bali 8.1 7.1 4.8 0.2 8.5
18 Nusa Tenggara Barat 3.8 6.0 7.1 3.8 3.4
19 Nusa Tenggara Timur 9.3 18.8 5.9 0.0 0.0
20 Kalimantan Barat 6.4 8.8 12.0 4.7 8.1
21 Kalimantan Tengah 2.6 9.4 0.2 5.7 1.7
22 Kalimantan Selatan 9.8 7.9 7.2 6.9 8.2
23 Kalimantan Timur 10.3 7.5 5.2 6.6 7.8
24 Sulawesi Utara 8.4 11.9 5.1 5.2 4.3
25 Sulawesi Tengah 9.0 16.3 10.1 7.7 9.8
26 Sulawesi Selatan 5.6 10.6 4.0 7.6 8.4
27 Sulawesi Tenggara 4.3 11.0 5.8 10.5 4.0
28 Gorontalo 9.7 18.4 10.9 11.8 11.1
29 Sulawesi Barat - - - 22.3 15.8
30 Maluku 2.9 1.3 3.4 4.7 5.0
31 Maluku Utara 18.5 9.5 20.9 14.4 5.4
32 Papua 8.7 18.0 15.7 6.9 0.0
33 Irian Jaya Barat - - - - 7.6
Indonesia 5.8 7.6 5.9 1.5 9.3

Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006


Lampiran 4.12
CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL MENURUT PROVINSI, TAHUN 2006

Imunisasi Ibu Hamil


No Provinsi Sasaran TT1 TT2 TT Ulang
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 115,407 73,253 63.5 63,753 55.2 10,824 9.4
2 Sumatera Utara
3 Sumatera Barat 107,039 35,375 33.0 29,074 27.2 7,629 7.1
4 Riau 124,282 88,933 71.6 79,029 63.6 34,948 28.1
5 Jambi 73,064 50,450 69.0 48,922 67.0 12,243 16.8
6 Sumatera Selatan 164,427 128,600 78.2 118,942 72.3 249 0.2
7 Bengkulu 46,388 26,972 58.1 24,686 53.2 - 0.0
8 Lampung 186,000 157,660 84.8 153,208 82.4 0.0
9 Kepulauan Bangka Belitung 27,570 23,940 87 22,653 82.2 21 0.1
10 Kepulauan Riau 38,190 27,764 72.7 24,378 63.8 6,701 17.5
11 DKI Jakarta 213,472 154,222 72.2 149,360 70.0 5,845 2.7
12 Jawa Barat 998,515 576,019 57.7 515,782 51.7 19,109 1.9
13 Jawa Tengah 618,578 382,618 61.9 370,587 59.9 132,963 21.5
14 DI Yogyakarta 49,447 20,228 40.9 18,031 36.5 17,418 35.2
15 Jawa Timur 680,259 31,819 4.7 28,323 4.2 5,349 0.8
16 Banten 263,380 211,824 80.4 192,697 73.2 4,631 1.8
17 Bali 67,186 45,626 67.9 42,223 62.8 16,936 25.2
18 Nusa Tenggara Barat 114,110 106,501 93.3 100,274 87.9 55,496 48.6
19 Nusa Tenggara Timur
20 Kalimantan Barat 101,253 54,967 54.3 47,301 46.7 - 0.0
21 Kalimantan Tengah 54,616 42,433 77.7 37,098 67.9 2,103 3.9
22 Kalimantan Selatan 77,392 60,662 78.4 54,884 70.9 2,267 2.9
23 Kalimantan Timur
24 Sulawesi Utara 50,042 37,629 75.2 34,883 69.7 6,751 13.5
25 Sulawesi Tengah 54,758 43,597 79.6 41,020 74.9 -
26 Sulawesi Selatan 190,772 124,775 65.4 106,882 56.0 16,631 8.7
27 Sulawesi Tenggara 58,012 29,117 50.2 25,754 44.4 5,206 9.0
28 Gorontalo 24,897 21,018 84.4 18,099 72.7 2,625 10.5
29 Sulawesi Barat 25,495 17,891 70.2 12,670 49.7 922 3.6
30 Maluku 48,268 30,502 63.2 27,935 57.9 - 0.0
31 Maluku Utara 24,615 17,030 69.2 14,955 60.8 1,431 5.8
32 Papua 54,131 16,263 30.0 11,608 21.4 7,156 13.2
33 Irian Jaya Barat 16,113 3,633 22.5 2,412 15.0 855 5.3
Indonesia 4,667,678 2,641,321 56.6 2,417,423 51.8 376,309 8.1

Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006


Lampiran 4.13.a
JUMLAH KUNJUNGAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

Total Kunjungan
No Provinsi Pasien Keluar Hidup % Pasien Keluar Mati % Jumlah Hari Perawatan
Pasien Rawat Inap
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 31,792 95.50 1,499 4.50 33,291 215,742
2 Sumatera Utara 118,795 94.52 6,886 5.48 125,681 701,254
3 Sumatera Barat 64,356 94.98 3,403 5.02 67,759 379,152
4 Riau 80,928 96.23 3,172 3.77 84,100 361,781
5 Jambi 24,254 96.66 838 3.34 25,092 101,765
6 Sumatera Selatan 98,430 95.52 4,616 4.48 103,046 479,463
7 Bengkulu 14,948 96.73 506 3.27 15,454 46,433
8 Lampung 60,368 95.51 2,839 4.49 63,207 277,128
9 Kepulauan Bangka Belitung 13,676 95.04 714 4.96 14,390 48,956
10 Kepulauan Riau #DIV/0! #DIV/0!
11 DKI Jakarta 416,573 97.06 12,636 2.94 429,209 2,068,975
12 Jawa Barat 400,135 96.93 12,658 3.07 412,793 1,868,906
13 Jawa Tengah 528,275 96.10 21,435 3.90 549,710 2,672,685
14 DI Yogyakarta 50,624 96.34 1,923 3.66 52,547 272,939
15 Jawa Timur 426,657 95.53 19,965 4.47 446,622 2,372,826
16 Banten 67,783 95.81 2,962 4.19 70,745 273,246
17 Bali 105,868 96.56 3,768 3.44 109,636 479,131
18 Nusa Tenggara Barat 33,404 95.74 1,488 4.26 34,892 137,597
19 Nusa Tenggara Timur 49,137 96.84 1,603 3.16 50,740 218,122
20 Kalimantan Barat 50,278 96.37 1,892 3.63 52,170 322,138
21 Kalimantan Tengah 20,764 94.88 1,121 5.12 21,885 96,143
22 Kalimantan Selatan 31,495 95.92 1,338 4.08 32,833 142,094
23 Kalimantan Timur 69,829 97.40 1,866 2.60 71,695 390,736
24 Sulawesi Utara 47,936 96.35 1,817 3.65 49,753 289,476
25 Sulawesi Tengah 34,404 97.04 1,051 2.96 35,455 175,861
26 Sulawesi Selatan 86,257 96.58 3,050 3.42 89,307 519,317
27 Sulawesi Tenggara 17,384 96.76 583 3.24 17,967 153,759
28 Gorontalo #DIV/0! #DIV/0! -
29 Sulawesi Barat #DIV/0! #DIV/0!
30 Maluku 9,937 97.07 300 2.93 10,237 56,666
31 Maluku Utara 5,277 96.47 193 3.53 5,470 19,727
32 Papua 29,880 96.88 962 3.12 30,842 134,547
33 Irian Jaya Barat 9,772 97.61 239 2.39 10,011 41,129
Indonesia 2,999,216 96.24 117,323 3.76 3,116,539 15,317,694

Sumber : Ditjen Yanmedik Depkes, 2006


Lampiran 4.13.b
JUMLAH KUNJUNGAN PASIEN RAWAT JALAN DAN GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

Kunjungan
Total Kunjungan
No Provinsi Kunjungan Baru % Kunjungan lama % Pasien Gangguan
Pasien Rawat Jalan
Jiwa
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 174,054 50.14 173,072 49.86 347,126 171
2 Sumatera Utara 290,738 43.99 370,201 56.01 660,939 7,559
3 Sumatera Barat 243,895 42.48 330,312 57.52 574,207 27,915
4 Riau 174,802 52.70 156,921 47.30 331,723 2,338
5 Jambi 119,983 62.40 72,310 37.60 192,293 930
6 Sumatera Selatan 197,450 43.92 252,149 56.08 449,599 700
7 Bengkulu 36,829 44.59 45,760 55.41 82,589 -
8 Lampung 105,474 55.57 84,342 44.43 189,816 11,339
9 Kepulauan Bangka Belitung 11,092 55.47 8,903 44.53 19,995 10
10 Kepulauan Riau - #DIV/0! - #DIV/0! - -
11 DKI Jakarta 1,175,666 56.60 901,603 43.40 2,077,269 23,258
12 Jawa Barat 909,868 51.49 857,077 48.51 1,766,945 27,194
13 Jawa Tengah 923,149 40.89 1,334,701 59.11 2,257,850 62,680
14 DI Yogyakarta 155,462 36.50 270,407 63.50 425,869 8,478
15 Jawa Timur 861,127 47.57 948,942 52.43 1,810,069 36,652
16 Banten 204,897 48.96 213,627 51.04 418,524 2,181
17 Bali 342,314 52.66 307,766 47.34 650,080 9,185
18 Nusa Tenggara Barat 89,991 55.20 73,028 44.80 163,019 -
19 Nusa Tenggara Timur 225,963 59.97 150,818 40.03 376,781 1,821
20 Kalimantan Barat 104,033 49.99 104,056 50.01 208,089 634
21 Kalimantan Tengah 96,243 59.76 64,819 40.24 161,062 704
22 Kalimantan Selatan 105,039 54.75 86,813 45.25 191,852 3,676
23 Kalimantan Timur 196,926 55.85 155,659 44.15 352,585 783
24 Sulawesi Utara 73,820 40.27 109,483 59.73 183,303 1,609
25 Sulawesi Tengah 159,053 54.77 131,342 45.23 290,395 12,865
26 Sulawesi Selatan 241,259 47.19 269,939 52.81 511,198 5,738
27 Sulawesi Tenggara 63,500 58.00 45,987 42.00 109,487 47,400
28 Gorontalo - #DIV/0! - #DIV/0! - -
29 Sulawesi Barat - #DIV/0! - #DIV/0! - -
30 Maluku 30,616 59.04 21,242 40.96 51,858 -
31 Maluku Utara 8,036 57.98 5,823 42.02 13,859 -
32 Papua 87,935 58.36 62,739 41.64 150,674 -
33 Irian Jaya Barat 25,690 64.68 14,029 35.32 39,719 -
Indonesia 7,434,904 49.37 7,623,870 50.63 15,058,774 295,820

Sumber : Ditjen Yanmedik Depkes, 2006


Lampiran 4.14
PEMERIKSAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA RUMAH SAKIT UMUM DEPKES DAN PEMDA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

Pengobatan
Tumpatan Gigi Tumpatan Gigi Pencabutan Gigi Pencabutan Gigi Pengobatan Pengobatan Pembersihan Prothese Prothese
No Provinsi Tetap Sulung
Pulpa/tumpatan
Tetap Sulung Periodontal Abses Karang Gigi Lengkap Sebagian
Prothese Cekat Orthodonsi Bedah Mulut
Sementara

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)

1 Nanggroe Aceh Darussalam 2,319 403 3,446 5,113 1,462 1,134 806 2,052 317 - 94 - 208
2 Sumatera Utara 1,868 53 2,692 4,202 1,000 3,457 824 3,193 15 - - 101 106
3 Sumatera Barat 2,926 703 4,732 4,182 1,626 2,010 1,086 742 27 21 - 8 565
4 Riau 3,612 297 5,549 5,801 1,967 3,652 1,653 1,783 46 - 1 163 330
5 Jambi 144 14 954 1,614 564 625 204 166 - - - 2 486
6 Sumatera Selatan 2,675 1,058 2,220 4,028 2,420 2,737 1,212 129 1 32 - 15 15
7 Bengkulu 930 229 350 702 259 66 152 26 - 12 - - 70
8 Lampung 1,097 113 1,163 2,137 572 1,222 2,500 260 7 10 - 65 64
9 Kepulauan Bangka Belitung 204 2 33 357 109 26 47 14 1 3 1 - -
10 Kepulauan Riau - - - - - - - - - - - - -
11 DKI Jakarta 9,153 2,350 12,961 9,691 2,425 4,353 2,531 5,446 42 1,467 402 6,565 2,345
12 Jawa Barat 6,082 775 10,244 10,105 4,228 4,470 3,076 2,734 34 347 33 3,740 5,150
13 Jawa Tengah 9,683 1,527 13,309 14,221 4,531 10,903 4,536 2,499 60 141 10 436 1,772
14 DI Yogyakarta 1,707 157 1,738 1,229 407 667 251 427 97 64 96 125 60
15 Jawa Timur 5,271 545 8,044 9,728 4,283 6,303 3,766 1,815 64 63 77 172 2,150
16 Banten 660 133 514 2,032 693 677 525 4,236 - 11 - 252 281
17 Bali 4,117 142 8,200 5,422 3,425 3,930 1,843 1,372 21 206 255 536 988
18 Nusa Tenggara Barat 448 76 1,202 910 651 1,072 1,116 302 27 22 - 162 56
19 Nusa Tenggara Timur 859 251 3,250 222 1,138 3,336 1,194 792 5 96 1 - 471
20 Kalimantan Barat 2,838 176 2,224 2,990 552 497 457 371 3 9 - - 50
21 Kalimantan Tengah 1,606 221 2,772 1,429 1,036 1,503 625 847 4 37 14 2 256
22 Kalimantan Selatan 3,275 410 4,182 2,625 2,132 3,523 766 360 34 2 - 6 342
23 Kalimantan Timur 2,778 243 3,480 2,890 1,886 1,649 919 636 265 17 32 - 348
24 Sulawesi Utara 763 46 1,174 991 335 1,075 321 145 - 9 - 130 7
25 Sulawesi Tengah 770 48 1,455 2,769 907 974 700 96 - - - - 605
26 Sulawesi Selatan 3,762 704 78,907 5,453 2,368 4,938 1,760 968 15 10 - 24 197
27 Sulawesi Tenggara 1,027 171 2,025 2,251 867 1,525 575 178 64 23 - - 80
28 Gorontalo - - - - - - - - - - - - -
29 Sulawesi Barat - - - - - - - - - - - - -
30 Maluku 132 9 217 5,966 118 86 56 22 - - - - -
31 Maluku Utara 39 18 246 62 180 136 74 31 - - - - -
32 Papua - - - - - - - - - - - - -
33 Irian Jaya Barat 376 45 441 1,199 139 312 102 20 - - - - 304
34 Irian JayaTengah 100 84 194 166 97 194 66 14 - - - - -
35 Irian Jaya Timur 921 136 3,137 1,142 303 653 545 134 - - 178 398 3
Indonesia 72,142 11,139 181,055 111,629 42,680 67,705 34,288 31,810 1,149 2,602 1,194 12,902 17,309

Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI


Lampiran 4.15
INDIKATOR PELAYANAN RUMAH SAKIT UMUM DEPKES DAN PEMDA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

Jumlah Pasien
Jumlah Tempat Bed Occupancy Length of Stay Bed Turn Over Turn Over Interval Net Death Rate Gross Death Rate Kunjungan
No Provinsi Tidur Rate (BOR) (LOS) (BTO) (TOI) (NDR) (GDR)
Meninggal <48
Poliklinik / Hari
jam

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 1,411 43.9 4.6 25.5 7.8 17.0 36.2 498 1,157
2 Sumatera Utara 3,354 40.4 5.1 19.7 13.9 35.5 65.1 1,339 2,203
3 Sumatera Barat 2,199 75.5 4.6 44.9 2.4 22.4 51.7 1,235 1,914
4 Riau 1,312 56.0 3.5 42.6 4.5 15.8 41.8 986 1,106
5 Jambi 695 56.3 3.4 44.5 8.0 15.8 45.5 465 641
6 Sumatera Selatan 1,758 57.8 3.6 41.6 4.4 21.1 48.8 1,632 1,499
7 Bengkulu 541 30.3 2.8 33.2 9.4 12.7 36.3 307 275
8 Lampung 1,112 52.7 4.1 33.8 4.9 19.8 49.3 1,088 633
9 Kepulauan Bangka Belitung 279 76.8 3.5 56.0 1.1 19.4 56.7 213 67
10 Kepulauan Riau
11 DKI Jakarta 3,366 71.0 4.6 43.9 2.2 23.0 39.8 2,013 6,924
12 Jawa Barat 5,192 78.4 5.6 53.9 2.5 19.9 42.9 2,964 5,890
13 Jawa Tengah 8,375 62.5 4.4 38.8 4.1 19.9 43.1 5,450 7,526
14 DI Yogyakarta 1,336 50.0 4.0 31.0 8.7 13.6 30.5 195 1,420
15 Jawa Timur 8,710 66.2 4.5 42.2 3.7 26.5 57.1 6,040 6,034
16 Banten 989 63.3 5.0 40.1 12.4 25.4 50.9 491 1,395
17 Bali 1,690 75.8 3.9 49.5 3.4 22.5 41.4 1,537 2,167
18 Nusa Tenggara Barat 878 63.3 2.7 77.5 2.0 16.5 42.4 882 543
19 Nusa Tenggara Timur 1,378 57.3 4.3 40.8 3.3 17.1 34.1 645 1,256
20 Kalimantan Barat 1,119 62.9 4.0 39.6 4.9 19.6 42.3 612 694
21 Kalimantan Tengah 657 43.0 2.9 31.7 4.7 11.4 40.0 701 537
22 Kalimantan Selatan 1,176 88.8 3.6 61.2 1.2 16.3 46.5 687 640
23 Kalimantan Timur 1,474 48.6 3.8 39.1 9.2 12.7 24.1 644 1,175
24 Sulawesi Utara 1,093 52.1 6.1 22.6 15.0 18.9 38.5 391 611
25 Sulawesi Tengah 851 77.0 4.4 42.1 3.6 13.2 31.1 416 968
26 Sulawesi Selatan 2,738 66.4 4.6 38.7 4.7 15.4 37.1 883 1,704
27 Sulawesi Tenggara 561 38.1 3.9 20.6 12.7 18.9 37.3 179 365
28 Gorontalo 400 - - - - - - - -
29 Sulawesi Barat
30 Maluku 665 31.3 6.4 12.0 15.5 30.9 35.8 23 173
31 Maluku Utara 328 36.1 3.5 26.6 6.5 10.5 18.3 14 46
32 Irian Jaya Barat 394 84.6 3.3 43.6 3.2 13.8 23.6 76 132
Irian Jaya Tengah 236 79.7 3.9 73.5 1.0 17.9 36 157 52
Irian Jaya Timur 726 38.4 3.3 28.3 11.1 16.8 35.9 111 450
Indonesia 56,993 57.0 4.0 38.7 6.0 18.1 39.4 1,027 50,206

Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI, 2006


Lampiran 4.16
PEMERIKSAAN RADIODIAGNOSTIK PADA RUMAH SAKIT UMUM DEPKES DAN PEMDA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

2004 2005 2006


No Provinsi Jumlah RSU
Jumlah
Jumlah RSU
Jumlah
Jumlah RSU
Jumlah
Jumlah RSU Melakukan Jumlah RSU Melakukan Jumlah RSU Melakukan
Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan
Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 14 6 16,831 14 7 25,100 16 9 31,024
2 Sumatera Utara 25 8 44,754 26 9 54,229 29 8 72,727
3 Sumatera Barat 15 13 47,584 15 12 47,206 16 10 40,753
4 Riau 10 9 32,799 12 10 39,634 14 9 38,889
5 Jambi 7 5 7,545 7 7 21,210 7 5 13,730
6 Sumatera Selatan 11 7 43,662 12 7 53,123 12 9 48,599
7 Bengkulu 4 3 12,533 4 3 12,468 6 3 10,886
8 Lampung 6 6 25,567 8 6 43,142 8 6 26,016
9 Kepulauan Bangka Belitung 3 1 3,155 3 1 4,362 3 1 3,952
10 Kepulauan Riau - - - - - - -
11 DKI Jakarta 8 8 160,639 8 6 187,024 8 7 204,798
12 Jawa Barat 28 26 322,144 28 19 383,623 28 14 222,074
13 Jawa Tengah 40 40 253,769 41 36 298,996 41 31 239,233
14 DI Yogyakarta 6 6 46,530 6 6 34,980 6 4 31,239
15 Jawa Timur 43 27 221,615 45 24 200,241 45 24 199,873
16 Banten 5 3 24,269 5 2 43,550 5 3 22,987
17 Bali 9 8 69,029 9 9 72,599 9 8 66,955
18 Nusa Tenggara Barat 6 5 19,381 7 5 28,437 7 6 21,569
19 Nusa Tenggara Timur 13 9 35,684 14 10 28,821 14 9 23,707
20 Kalimantan Barat 10 7 21,652 13 7 30,157 13 10 28,366
21 Kalimantan Tengah 10 7 15,412 10 6 36,131 10 8 26,617
22 Kalimantan Selatan 11 4 8,232 11 7 18,058 11 5 18,309
23 Kalimantan Timur 10 7 50,439 10 9 54,007 10 7 47,215
24 Sulawesi Utara 6 5 17,562 6 6 15,819 6 4 18,692
25 Sulawesi Tengah 9 6 7,099 9 6 10,128 9 6 15,712
26 Sulawesi Selatan 26 16 20,969 26 20 47,830 26 15 28,987
27 Sulawesi Tenggara 5 4 8,700 6 4 14,240 7 3 10,703
28 Gorontalo 2 0 - 2 0 - 3 0 -
29 Sulawesi Barat - - - - - - -
30 Maluku 6 2 6,060 6 3 6,621 6 2 8,478
31 Maluku Utara 2 0 - 4 1 987 4 1 1,127
32 Irian Jaya Barat 4 2 7,711 4 2 8,310 4 2 9,232
Irian Jaya Tengah 3 1 1,798 3 1 1,134 3 0 -
Irian Jaya Timur 4 3 12,564 4 4 11,950 4 3 9,419
Indonesia 361 254 1,565,688 378 255 1,834,117 390 232 1,541,868

Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI,2006


Lampiran 4.17
JUMLAH PELAYANAN LABORATORIUM DI RUMAH SAKIT
MILIK PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

No Provinsi Laboratorium A Laboratorium B Laboratorium C

(1) (2) (3) (4) (5)


1 Nanggroe Aceh Darussalam 142,302 - -
2 Sumatera Utara 32,134 - 28
3 Sumatera Barat 234,436 22 -
4 Riau 202,837 - 1,202
5 Jambi 113,163 - 1,919
6 Sumatera Selatan 240,787 23 499
7 Bengkulu 42,702 - -
8 Lampung 178,357 - 746
9 Kepulauan Bangka Belitung 27,819 - -
10 Kepulauan Riau - - -
11 DKI Jakarta 124,188 789 477
12 Jawa Barat 5,854,686 6,895 237
13 Jawa Tengah 3,749,123 2,775 581
14 DI Yogyakarta 256,784 - -
15 Jawa Timur 2,734,977 4,169 1,444
16 Banten 969,034 5,473 -
17 Bali 703,646 - 814
18 Nusa Tenggara Barat 198,586 - -
19 Nusa Tenggara Timur 469,240 - -
20 Kalimantan Barat 215,565 103 -
21 Kalimantan Tengah 621,661 - 6,685
22 Kalimantan Selatan 243,460 122 620
23 Kalimantan Timur 288,332 - -
24 Sulawesi Utara 58,754 - -
25 Sulawesi Tengah 132,790 - -
26 Sulawesi Selatan 394,487 - 1,275
27 Sulawesi Tenggara 12,469 - -
28 Gorontalo - - -
29 Sulawesi Barat - - -
30 Maluku 11,073 - -
31 Maluku Utara 10,799 - -
32 Papua 29,372 - -
33 Irian Jaya Barat 60,630 - -
Indonesia 18,354,193 20,371 16,527

Sumber : Ditjen Yanmedik Depkes, 2006


Lampiran 4.18
UTILISASI PELAYANAN RAWAT JALAN TINGKAT LANJUT (RJTL) DAN
RAWAT INAP TINGKAT LANJUT (RITL) KELUARGA MISKIN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

Kuota Peserta ( SK Menkes


No Provinsi Kasus R J T L Kasus R I T L Total Utilisasi
332)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 3,381,791 372,867 52,583 425,450
2 Sumatera Utara 2,867,820 253,950 72,570 326,520
3 Sumatera Barat 1,083,424 152,452 36,774 189,226
4 Riau 1,036,115 33,781 15,081 48,862
5 Jambi 486,409 33,510 11,405 44,915
6 Sumatera Selatan 1,920,001 175,113 43,089 218,202
7 Bengkulu 502,613 38,299 13,503 51,802
8 Lampung 2,130,200 78,700 34,761 113,461
9 Kepulauan Bangka Belitung 129,801 8,486 4,806 13,292
10 Kepulauan Riau 172,816 19,569 8,136 27,705
11 DKI Jakarta 881,216 81,926 11,444 93,370
12 Jawa Barat 7,550,535 562,997 163,961 726,958
13 Jawa Tengah 10,367,184 656,520 264,161 920,681
14 DI Yogyakarta 769,091 117,833 45,400 163,233
15 Jawa Timur 9,181,419 467,138 194,365 661,503
16 Banten 1,814,399 100,324 26,709 127,033
17 Bali 548,357 90,151 37,191 127,342
18 Nusa Tenggara Barat 1,949,507 67,653 27,219 94,872
19 Nusa Tenggara Timur 2,652,342 114,372 74,807 189,179
20 Kalimantan Barat 1,321,714 58,146 58,146
21 Kalimantan Tengah 485,483 21,117 8,137 29,254
22 Kalimantan Selatan 670,674 54,064 20,478 74,542
23 Kalimantan Timur 482,183 55,743 22,800 78,543
24 Sulawesi Utara 697,203 67,216 37,125 104,341
25 Sulawesi Tengah 730,596 46,274 19,377 65,651
26 Sulawesi Selatan 2,001,658 204,015 62,959 266,974
27 Sulawesi Tenggara 889,657 39,373 14,181 53,554
28 Gorontalo 386,836 9,035 9,066 18,101
29 Sulawesi Barat 362,197 11,973 3,519 15,492
30 Maluku 636,318 22,282 11,628 33,910
31 Maluku Utara 421,703 5,115 3,218 8,333
32 Papua 1,088,618 82,122 24,014 106,136
33 Irian Jaya Barat 400,120 31,371 9,695 41,066
Indonesia 60,000,000 4,133,487 1,384,162 5,517,649

Sumber : Pusat Pembiayaan & Jaminan Kesehatan Depkes RI


Lampiran 4.19

PENANGANAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DI RUMAH SAKIT


MENURUT KEPEMILIKAN TAHUN 2006

Depkes RI Pemda Provinsi Pemda Kab/Kota TNI & POLRI Swasta Jumlah
No Jenis NAPZA
Kuratif Rehabilitatif Aftercare Kuratif Rehabilitatif Aftercare Kuratif Rehabilitatif Aftercare Kuratif Rehabilitatif Aftercare Kuratif Rehabilitatif Aftercare Kuratif Rehabilitatif Aftercare
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)

1 Opiat 8 10 - - - - - - - - - - 2 - - 10 10 -
a. Heroin 2 3 - - - - - - - - - - 2 - - 4 3 -
b. Morfin 6 7 - - - - - - - - - - - - - 6 7 -
c. Pethidin - - - - - - - - - - - - - - - - - -
d. Kodein - - - - - - - - - - - - - - - - - -
2 Kokain - - - - - - - - - - - - 1 - - 1 - -
3 Kanabis/Ganja 9 - - - - - - - - - - - 1 - - 10 - -
4 Lainnya 18 - - - - - 6 - - - - - - - - 24 - -
NARKOTIKA 35 10 0 0 0 - 6 - - - - - 4 - - 45 10 0
1 Amfetamin 19 14 - 10 - - - - 11 - - - - - - 29 14 11
a. Methamfetamin (extacy) 3 1 - 6 - - - - 11 - - - - - - 9 1 11
b. Shabu 16 13 - 4 - - - - - - - - - - - 20 13 -
c. Lainnya - - - - - - - - - - - - - - - - - -
2 Sedative 5 1 - - - - - - - - - - - - - 5 1 0
a. Barbiturat - - - - - - - - - - - - - - - - - -
b. Benzodiazepin 5 1 - - - - - - - - - - - - - 5 1 -
c. Lainnya - - - - - - - - - - - - - - - - - 0
3 Inhalan - - - - - - - - - - - - - - - - - -
4 Lainnya 6 - - 2 - - - - - - - - - - - 8 - -
PSIKOTROPIKA 30 15 0 12 0 - - - 11 - - - 0 - - 42 15 11
1 Alkohol 11 - - 5 - - 3 - - - - - 1 - - 20 0 0
2 Lainnya 1 - - - - - 11 - - - - - - - - 12 - -
ZAT ADIKTIF LAINNYA 12 0 0 5 - - 14 - - 0 - - 1 - - 32 0 0
Jumlah 77 25 0 17 0 - 20 - 11 0 - - 5 - - 119 25 11

Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes, 2006


Lampiran 4.20
HASIL PEKAN IMUNISASI NASIONAL MENURUT PROVINSI
TAHUN 2005 - 2006

Balita Diimunisasi Polio


No Provinsi PUTARAN I PUTARAN II PUTARAN III PUTARAN IV PUTARAN V
Target Hasil % Target Hasil % Target Hasil % Target Hasil % Target Hasil %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 548,699 475,835 86.7 536,699 495,623 92.3 536,699 498,163 92.8 498,167 478,895 96.1 498,163 486,533 97.7
2 Sumatera Utara 1,478,620 1,386,679 93.8 1,478,620 1,466,373 99.2 1,478,620 1,486,547 100.5 1,486,547 1,460,676 98.3 1,486,547 1,516,953 102.0
3 Sumatera Barat 480,390 477,438 99.4 480,390 492,016 102.4 480,390 496,786 103.4 496,786 494,482 99.5 496,786 501,027 100.9
4 Riau 599,992 617,800 103.0 617,800 635,920 102.9 617,800 640,857 103.7 640,857 642,211 100.2 642,211 652,992 101.7
5 Jambi 328,453 298,967 91.0 320,857 305,228 95.1 320,857 306,243 95.4 306,244 307,888 100.5 307,888 311,003 101.0
6 Sumatera Selatan 845,501 846,331 100.1 846,331 861,052 101.7 846,331 863,963 102.1 863,963 862,656 99.8 863,963 871,796 100.9
7 Bengkulu 170,220 166,717 97.9 170,220 173,749 102.1 170,220 170,956 100.4 173,749 170,311 98.0 173,749 173,313 99.7
8 Lampung 856,386 781,660 91.3 825,594 815,429 98.8 825,594 815,019 98.7 825,594 815,350 98.8 825,594 821,447 99.5
9 Kepulauan Bangka Belitung 124,952 110,716 88.6 111,789 118,827 106.3 111,789 115,697 103.5 118,827 120,147 101.1 120,147 117,907 98.1
10 Kepulauan Riau 160,744 149,045 92.7 149,164 149,233 100.0 149,164 146,565 98.3 149,233 162,535 108.9 162,535 159,139 97.9
11 DKI Jakarta 757,197 852,669 112.6 922,963 888,204 96.2 922,963 900,328 97.5 922,963 878,215 95.2 922,963 903,757 97.9
12 Jawa Barat 4,337,474 4,100,337 94.5 4,494,725 4,272,359 95.1 4,494,725 4,327,637 96.3 4,494,725 4,338,951 96.5 4,494,725 4,454,960 99.1
13 Jawa Tengah 3,103,478 2,816,731 90.8 3,103,478 2,864,189 92.3 3,103,478 2,917,146 94.0 2,917,165 2,917,912 100.0 2,917,912 2,955,195 101.3
14 DI Yogyakarta 229,543 227,207 99.0 228,240 234,916 102.9 228,240 237,084 103.9 237,084 236,808 99.9 237,084 239,936 101.2
15 Jawa Timur 3,164,679 3,061,276 96.7 3,059,019 3,158,992 103.3 3,059,019 3,199,042 104.6 3,199,042 3,222,539 100.7 3,222,539 3,257,847 101.1
16 Banten 1,176,113 1,023,290 87.0 1,176,113 1,078,597 91.7 1,176,113 1,095,060 93.1 1,176,113 1,093,205 93.0 1,176,113 1,121,099 95.3
17 Bali 297,604 305,607 102.7 305,607 321,620 105.2 305,607 316,828 103.7 321,620 321,292 99.9 321,620 324,400 100.9
18 Nusa Tenggara Barat 428,833 470,609 109.7 470,609 495,129 105.2 470,609 504,833 107.3 504,833 503,842 99.8 504,833 519,329 102.9
19 Nusa Tenggara Timur 502,545 522,117 103.9 522,117 541,293 103.7 522,117 538,057 103.1 541,293 542,005 100.1 542,005 551,912 101.8
20 Kalimantan Barat 513,422 455,733 88.8 489,250 475,644 97.2 489,250 467,484 95.6 475,644 474,201 99.7 475,644 477,870 100.5
21 Kalimantan Tengah 232,213 214,586 92.4 232,213 229,890 99.0 232,213 227,135 97.8 229,890 232,173 101.0 232,173 233,846 100.7
22 Kalimantan Selatan 357,404 332,612 93.1 352,182 343,934 97.7 352,182 344,441 97.8 344,441 342,237 99.4 352,182 350,893 99.6
23 Kalimantan Timur 313,552 313,404 100.0 313,552 316,043 100.8 313,552 321,121 102.4 321,121 328,550 102.3 328,550 333,194 101.4
24 Sulawesi Utara 198,338 221,754 111.8 221,331 223,852 101.1 221,331 225,806 102.0 225,806 226,203 100.2 226,203 230,534 101.9
25 Sulawesi Tengah 274,107 278,925 101.8 278,925 287,980 103.2 278,925 284,146 101.9 287,980 285,698 99.2 287,980 293,178 101.8
26 Sulawesi Selatan 805,769 751,128 93.2 805,769 792,251 98.3 805,769 811,277 100.7 811,277 822,724 101.4 822,724 846,704 102.9
27 Sulawesi Tenggara 264,662 237,680 89.8 241,470 249,649 103.4 241,470 249,814 103.5 249,814 252,532 101.1 252,532 256,100 101.4
28 Gorontalo 110,650 102,133 92.3 110,650 105,051 94.9 110,650 105,494 95.3 105,494 104,637 99.2 105,494 105,155 99.7
29 Sulawesi Barat 112,363 110,031 97.9 112,363 117,862 104.9 112,363 116,436 103.6 117,862 119,837 101.7 119,837 120,126 100.2
30 Maluku 181,122 167,920 92.7 171,256 172,335 100.6 171,256 168,572 98.4 172,335 159,536 92.6 172,335 78,830 45.7
31 Maluku Utara 97,406 105,748 108.6 97,406 106,123 108.9 97,406 99,803 102.5 106,123 104,123 98.1 106,123 96,957 91.4
32 Papua 286,151 198,035 69.2 286,151 224,794 78.6 286,151 143,948 50.3 224,794 168,821 75.1 224,794 218,639 97.3
33 Irian Jaya Barat 87,574 72,505 82.8 87,574 79,409 90.7 87,574 64,594 73.8 79,409 73,139 92.1 79,409 78,641 99.0
Indonesia 23,426,156 22,253,225 95.0 23,620,427 23,093,566 97.8 23,620,427 23,206,882 98.2 23,626,795 23,264,331 98.5 23,703,357 23,661,212 99.8

Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI


Lampiran 4.21
CAKUPAN TB PARU BTA POSITIF, SEMBUH, PENGOBATAN LENGKAP
DAN SUCCES RATE (SR) MENURUT PROVINSI TAHUN 2005

Cakupan TB BTA Sembuh Pengobatan Lengkap SR


No Provinsi
Positif Jumlah % Jumlah % %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 3,156 2,488 78.83 276 8.75 87.58
2 Sumatera Utara 13,401 12,301 91.79 332 2.48 94.27
3 Sumatera Barat 3,443 2,763 80.25 276 8.02 88.27
4 Riau 3,175 2,032 64.00 632 19.91 83.91
5 Jambi 1,980 1,531 77.32 226 11.41 88.74
6 Bengkulu 1,271 1,108 87.18 76 5.98 93.15
7 Sumatera Selatan 4,821 4,059 84.19 340 7.05 91.25
8 Lampung 3,985 3,306 82.96 475 11.92 94.88
9 Kepulauan Bangka Belitung 851 763 89.66 10 1.18 90.83
10 Kepulauan Riau - - - - - -
11 DKI Jakarta 7,308 4,983 68.19 1,623 22.21 90.39
12 Jawa Barat 28,541 24,181 84.72 2,182 7.65 92.37
13 Jawa Tengah 17,523 14,942 85.27 926 5.28 90.56
14 DI Yogyakarta 1,241 1,015 81.79 60 4.83 86.62
15 Jawa Timur 21,592 17,554 81.30 1,428 6.61 87.91
16 Banten 6,240 5,374 86.12 596 9.55 95.67
17 Bali 1,282 1,017 79.33 68 5.30 84.63
18 Nusa Tenggara Barat 3,563 2,717 76.26 348 9.77 86.02
19 Nusa Tenggara Timur 2,320 1,967 84.78 141 6.08 90.86
20 Kalimantan Barat 3,837 3,345 87.18 227 5.92 93.09
21 Kalimantan Tengah 1,716 1,379 80.36 180 10.49 90.85
22 Kalimantan Timur 1,648 1,017 61.71 317 19.24 80.95
23 Kalimantan Selatan 2,991 2,564 85.72 138 4.61 90.34
24 Sulawesi Utara 3,705 3,443 92.93 90 2.43 95.36
25 Sulawesi Tengah 2,195 1,979 90.16 107 4.87 95.03
26 Sulawesi Tenggara 2,301 2,085 90.61 76 3.30 93.92
27 Sulawesi Selatan 9,089 8,143 89.59 100 1.10 90.69
28 Gorontalo 1,342 1,154 85.99 123 9.17 95.16
29 Sulawesi Barat - - - - - -
30 Maluku 1,082 565 52.22 291 26.89 79.11
31 Maluku Utara 567 267 47.09 238 41.98 89.07
32 Papua 2,474 1,725 69.73 268 10.83 80.56
33 Irian Jaya Barat - - - - - -
Indonesia 158,640 131,767 83.06 12,170 7.67 90.73

Sumber: Ditjen PP dan PL, Depkes RI, 2006


Lampiran 4.22

CAKUPAN PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA BALITA


MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

Pneumonia Pada Balita


No Provinsi Realisasi
Target Penemuan %
< 1 th 1-4 th Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 37,925 1,123 4,200 5,323 14.04
2 Sumatera Utara 121,399 14,603 26,704 41,307 34.03
3 Sumatera Barat 45,558 4,687 12,665 17,352 38.09
4 Riau 44,914 2,949 6,446 9,395 20.92
5 Jambi 26,307 1,348 5,594 6,942 26.39
6 Bengkulu 17,810 1,298 1,065 2,363 13.27
7 Sumatera Selatan 78,835 9,776 18,089 27,865 35.35
8 Lampung 76,276 4,074 7,261 11,335 14.86
9 Kepulauan Bangka Belitung 12,302 2,255 6,070 8,325 67.67
10 Kepulauan Riau 12,655 94 139 233 1.84
11 DKI Jakarta 83,791 1,858 3,876 5,734 6.84
12 Jawa Barat 402,751 70,786 128,499 199,285 49.48
13 Jawa Tengah 298,600 14,977 30,390 45,367 15.19
14 DI Yogyakarta 24,105 137 314 451 1.87
15 Jawa Timur 305,441 27,155 48,625 75,780 24.81
16 Banten 122,352 6,676 10,133 16,809 13.74
17 Bali 33,423 2,573 4,675 7,248 21.69
18 Nusa Tenggara Barat 53,549 21,079 30,802 51,881 96.89
19 Nusa Tenggara Timur 42,603 5,711 6,557 12,268 28.80
20 Kalimantan Barat 46,737 3,845 6,960 10,805 23.12
21 Kalimantan Tengah 19,584 364 668 1,032 5.27
22 Kalimantan Timur 38,942 5,121 6,776 11,897 30.55
23 Kalimantan Selatan 35,769 5,704 10,905 16,609 46.43
24 Sulawesi Utara 21,879 1,832 2,381 4,213 19.26
25 Sulawesi Tengah 23,457 4,993 8,098 13,091 55.81
26 Sulawesi Tenggara 19,757 2,375 4,959 7,334 37.12
27 Sulawesi Selatan 79,362 5,518 9,947 15,465 19.49
28 Gorontalo 9,148 1,669 2,348 4,017 43.91
29 Sulawesi Barat 10,147 858 1,648 2,506 24.70
30 Maluku 15,234 769 1,006 1,775 11.65
31 Maluku Utara 9,095 2,517 4,569 7,086 77.91
32 Papua 25,967 625 949 1,574 6.06
33 Irian Jaya Barat 6,296 33 0.52
Indonesia 2,201,970 229,349 413,318 642,667 29.19

Sumber: Ditjen PP dan PL, Depkes RI, 2006


Lampiran 4.23
CAKUPAN DISTRIBUSI KAPSUL VITAMIN "A"
TAHUN 2006

Jumlah Jumlah Cakupan Vitamin A


Bayi Anak Balita Ibu Nifas diberi
No Provinsi Ibu Nifas Bayi Diberi Vitamin A (biru) Balita Diberi Vitamin A 2X
( 6-11 Bln) (1-4 Thn) Vitamin A
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 57,382 286,133 103,691 48,836 85.11 266,948 93.30 55,136 53.17
2 Sumatera Utara 181,851 1,212,336 304,373 132,782 73.02 991,446 81.78 123,139 40.46
3 Sumatera Barat 64,447 416,106 107,526 53,393 82.85 347,915 83.61 66,831 62.15
4 Riau 88,053 514,563 121,683 65,073 73.90 428,450 83.26 74,392 61.14
5 Jambi 61,608 256,343 64,991 36,279 58.89 235,698 91.95 34,271 52.73
6 Sumatera Selatan 127,044 667,404 163,162 108,127 85.11 577,881 86.59 121,526 74.48
7 Bengkulu 41,821 175,121 41,821 23,801 56.91 119,807 68.41 27,684 66.20
8 Lampung 144,549 552,763 167,855 105,535 73.01 449,030 81.23 44,732 26.65
9 Kepulauan Bangka Belitung 17,251 101,015 26,291 14,703 85.23 83,633 82.79 20,462 77.83
10 Kepulauan Riau 30,007 138,296 37,063 20,002 66.66 116,120 83.96 24,503 66.11
11 DKI Jakarta 78,939 512,203 189,327 75,808 96.03 412,055 80.45 34,190 18.06
12 Jawa Barat 443,535 3,119,991 280,006 398,892 89.93 1,987,539 63.70 128,905 46.04
13 Jawa Tengah 346,611 2,126,061 628,886 339,179 97.86 2,095,473 98.56 554,569 88.18
14 DI Yogyakarta 36,978 190,860 46,433 29,545 79.90 178,414 93.48 32,659 70.34
15 Jawa Timur 633,418 2,430,511 634,441 302,332 47.73 2,070,920 85.21 475,195 74.90
16 Banten 142,524 885,372 245,263 123,650 86.76 750,193 84.73 155,016 63.20
17 Bali 41,927 212,784 61,097 35,105 83.73 200,612 94.28 48,998 80.20
18 Nusa Tenggara Barat 61,589 378,372 101,254 56,957 92.48 368,035 97.27 85,536 84.48
19 Nusa Tenggara Timur 90,677 402,696 107,925 64,048 70.63 351,743 87.35 57,592 53.36
20 Kalimantan Barat 80,027 402,004 98,575 49,117 61.38 260,234 64.73 46,769 47.45
21 Kalimantan Tengah 32,511 222,167 51,429 25,981 79.91 164,883 74.22 41,276 80.26
22 Kalimantan Selatan 47,810 386,807 75,018 37,271 77.96 247,513 63.99 59,980 79.95
23 Kalimantan Timur 56,650 325,659 71,918 48,613 85.81 254,915 78.28 39,016 54.25
24 Sulawesi Utara 24,368 144,814 45,428 22,783 93.50 129,218 89.23 35,060 77.18
25 Sulawesi Tengah 50,428 217,146 56,292 38,011 75.38 213,083 98.13 40,706 72.31
26 Sulawesi Selatan 112,609 514,353 163,280 92,863 82.46 434,261 84.43 122,323 74.92
27 Sulawesi Tenggara 33,158 202,474 51,894 24,626 74.27 156,778 77.43 26,720 51.49
28 Gorontalo 14,291 91,394 22,788 13,027 91.16 69,219 75.74 15,158 66.52
29 Sulawesi Barat 21,409 67,637 22,526 15,121 70.63 55,176 81.58 7,813 34.68
30 Maluku 26,390 147,484 32,463 16,103 61.02 92,449 62.68 21,852 67.31
31 Maluku Utara 18,347 93,442 22,229 10,831 59.03 48,471 51.87 16,171 72.75
32 Papua 49,358 194,074 50,125 40,096 81.24 171,105 88.16 2,489 4.97
33 Irian Jaya Barat 16,785 61,098 - 6,479 38.60 18,828 30.82 - -
Indonesia 3,274,352 17,649,483 4,197,053 2,474,969 75.59 14,348,045 81.29 2,640,669 62.92

Sumber : Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2006


Lampiran 4.24
CAKUPAN PEMBERIAN TABLET BESI (Fe3) PADA IBU HAMIL
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

Ibu Hamil Mendapat


No Provinsi Jumlah Ibu Hamil 90 Tablet Besi (Fe3)
Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 114,970 26,294 22.87
2 Sumatera Utara 329,499 161,040 48.87
3 Sumatera Barat 118,348 76,110 64.31
4 Riau 133,638 90,613 67.80
5 Jambi 79,889 14,925 18.68
6 Sumatera Selatan 184,051 143,311 77.86
7 Bengkulu 47,294 27,629 58.42
8 Lampung 179,760 136,275 75.81
9 Kepulauan Bangka Belitung 28,757 19,272 67.02
10 Kepulauan Riau 41,058 2,498 6.08
11 DKI Jakarta 212,357 74,331 35.00
12 Jawa Barat 893,391 705,756 79.00
13 Jawa Tengah 244,085 43,766 17.93
14 DI Yogyakarta 51,902 39,223 75.57
15 Jawa Timur 707,312 477,935 67.57
16 Banten 269,259 161,179 59.86
17 Bali 68,018 30,651 45.06
18 Nusa Tenggara Barat 114,903 61,991 53.95
19 Nusa Tenggara Timur 124,637 80,912 64.92
20 Kalimantan Barat 115,651 60,682 52.47
21 Kalimantan Tengah 57,202 28,952 50.61
22 Kalimantan Selatan 74,607 74,423 99.75
23 Kalimantan Timur 78,633 60,263 76.64
24 Sulawesi Utara 48,797 22,838 46.80
25 Sulawesi Tengah 59,081 40,656 68.81
26 Sulawesi Selatan 186,293 110,862 59.51
27 Sulawesi Tenggara 52,727 18,764 35.59
28 Gorontalo 24,982 16,614 66.50
29 Sulawesi Barat 24,459 12,178 49.79
30 Maluku 33,374 21,108 63.25
31 Maluku Utara 23,941 9,059 37.84
32 Papua 48,882 33,116 67.75
33 Irian Jaya Barat 21,874 5,436 24.85
Indonesia 4,793,631 2,888,662 60.26

Sumber : Dit. Gizi Kesehatan Masyarakat, Ditjen Binkesmas, Depkes RI, 2006
Lampiran 4.25

REKAPITULASI KEJADIAN BENCANA TAHUN 2006

Jumlah Korban
No Jenis Bencana Jumlah Provinsi Jumlah Kab/Kota Luka Berat/ Luka Ringan/ Pengungsi
Meninggal Hilang
Rawat Inap Rawat Jalan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 Banjir 20 44 108 2,576 34,036 79 162,064

2 Banjir Bandang 7 10 251 107 4,208 148 23,056

3 Tanah Longsor 19 19 123 30 335 - 2,127

4 Gempa Bumi 4 10 6,469 26,983 178,292 82 10063*

5 Angin Topan/Angin Puting 11 12 9 6 7 - -


Beliung/ Angin Puyuh

6 Kecelakaan Transportasi 15 15 129 358 164 401 6

7 Keracunan Makanan 4 4 21 132 389 - -

8 Ledakan Granat/Bom 8 8 14 24 15 2 -

9 Bencana Kelaparan 1 1 1 6 - - -

10 KLB Diare 1 2 157 336 3,261 - -

Sumber : Pusat Penanggulangan Krisis (PPK), Depkes RI, 2006

* 7 Titik Lokasi Pengungsian di Yogyakarta


Lampiran 5.1
JUMLAH PUSKESMAS SERTA SARANA LAINNYA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

Puskesmas Sarana UKBM Sarana Transportasi Puskesmas


No Provinsi Non Total Poskesdes Pos Obat Pusling Sepeda
Perawatan Posyandu Polindes Ambulans
Perawatan Desa R-4 PB Motor
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 85 189 274 0 5,576 1,473 193 244 2 99 634
2 Sumatera Utara 145 300 445 391 22,190 644 695 323 3 41 1,571
3 Sumatera Barat 81 143 224 200 6,680 834 941 156 8 31 706
4 Riau 46 108 154 0 4,333 197 57 113 15 25 321
5 Jambi 41 99 140 54 2,882 77 156 155 10 31 789
6 Sumatera Selatan 76 173 249 0 5,786 1,499 175 208 30 42 784
7 Bengkulu 34 92 126 150 1,713 653 137 131 0 37 477
8 Lampung 39 196 235 200 7,380 1,062 214 228 3 11 865
9 Kepulauan Bangka Belitung 17 30 47 0 909 199 59 42 0 10 230
10 Kepulauan Riau 16 29 45 0 503 227 7 46 20 17 160
11 DKI Jakarta 50 292 342 0 3,841 199 0 76 0 28 464
12 Jawa Barat 142 857 999 1,055 43,111 1,511 817 468 0 115 4,349
13 Jawa Tengah 241 617 858 4,322 46,746 4,411 857 867 3 66 3,537
14 DI Yogyakarta 38 79 117 0 5,412 80 111 142 0 36 737
15 Jawa Timur 336 594 930 5,148 44,095 4,174 192 962 4 49 3,349
16 Banten 34 143 177 0 8,989 126 94 100 3 23 661
17 Bali 22 88 110 210 4,589 262 19 127 0 13 596
18 Nusa Tenggara Barat 44 86 130 0 5,256 479 217 135 6 20 656
19 Nusa Tenggara Timur 124 127 251 0 8,046 1,175 412 201 13 32 717
20 Kalimantan Barat 71 134 205 150 3,705 1,094 271 179 104 3 742
21 Kalimantan Tengah 52 102 154 148 1,706 531 38 90 62 32 460
22 Kalimantan Selatan 36 165 201 284 3,411 710 95 197 25 23 826
23 Kalimantan Timur 87 99 186 0 4,409 337 305 115 36 14 632
24 Sulawesi Utara 59 71 130 0 2,068 420 94 91 13 41 281
25 Sulawesi Tengah 64 80 144 215 2,841 848 53 134 11 0 248
26 Sulawesi Selatan 179 183 362 415 8,579 1,159 377 440 15 40 1,310
27 Sulawesi Tenggara 52 107 159 0 2,479 349 1,854 104 13 1 714
28 Gorontalo 17 38 55 0 1,134 266 90 47 3 18 223
29 Sulawesi Barat 22 40 62 0 6,825 81 0 35 1 0 109
30 Maluku 54 71 125 0 1,360 208 0 36 34 13 108
31 Maluku Utara 31 31 62 0 0 - 0 39 24 12 91
32 Papua 121 115 236 0 2,648 302 1,055 101 52 11 332
33 Irian Jaya Barat 41 40 81 0 0 167 13 33 35 4 92
Indonesia 2,497 5,518 8,015 12,942 269,202 25,754 9,598 6,365 548 938 27,771
Sumber : Pusdatin, Depkes RI, 2006
Lampiran 5.2
JUMLAH PUSKESMAS DAN RASIONYA TERHADAP PENDUDUK
MENURUT PROVINSI TAHUN 2002 - 2006

Jumlah Rasio Puskesmas/


No Provinsi Puskesmas Per 100.000 Penduduk
2002 2003 2004 2005 2006 2002 2003 2004 2005 2006
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 230 240 240 266 274 5.76 5.70 6.15 6.60 6.73
2 Sumatera Utara 411 388 423 426 445 3.47 3.27 3.43 3.42 3.52
3 Sumatera Barat 204 206 210 214 224 4.79 4.62 4.62 4.69 4.84
4 Riau 167 142 146 150 154 3.10 2.55 3.21 3.28 2.52
5 Jambi - 45 47 135 140 - - 3.92 5.12 5.22
6 Sumatera Selatan 130 127 132 242 249 5.29 4.94 4.89 3.57 3.61
7 Bengkulu 214 235 250 113 126 2.98 3.62 3.68 7.29 8.04
8 Lampung 112 112 113 224 235 6.86 7.38 7.02 3.15 3.26
9 Kepulauan Bangka Belitung 211 219 222 47 47 3.11 3.16 3.10 4.50 4.37
10 Kepulauan Riau 45 45 61 41 45 4.86 4.61 5.99 3.22 -
11 DKI Jakarta 328 329 329 335 342 4.00 3.82 3.61 3.78 3.82
12 Jawa Barat 976 982 982 996 999 2.64 2.59 2.51 2.56 2.52
13 Jawa Tengah 853 855 857 853 858 2.69 2.67 2.60 2.67 2.67
14 DI Yogyakarta 117 117 117 117 117 3.69 3.65 3.57 3.50 3.45
15 Jawa Timur 922 918 907 919 930 2.63 2.54 2.45 2.53 2.54
16 Banten 168 171 172 173 177 1.89 1.91 1.88 1.92 1.92
17 Bali 107 108 109 110 110 3.31 3.22 3.13 3.25 3.21
18 Nusa Tenggara Barat 121 127 125 128 130 2.98 3.17 3.00 3.06 3.05
19 Nusa Tenggara Timur 211 218 220 228 251 5.36 5.35 5.27 5.35 5.76
20 Kalimantan Barat 189 192 195 207 205 4.52 4.86 4.78 5.11 4.98
21 Kalimantan Tengah 118 133 132 134 154 6.05 7.28 6.94 7.00 7.95
22 Kalimantan Selatan 189 189 193 192 201 6.22 5.95 5.95 5.85 6.01
23 Kalimantan Timur 165 167 174 187 186 6.48 6.17 5.90 6.56 6.34
24 Sulawesi Utara 101 108 114 119 130 4.94 5.08 5.28 5.59 6.02
25 Sulawesi Tengah 132 134 135 139 144 5.79 6.06 5.81 6.06 6.13
26 Sulawesi Selatan 367 376 333 347 362 4.43 4.58 4.45 4.09 4.20
27 Sulawesi Tenggara 122 115 138 139 159 6.34 6.13 7.02 7.08 7.94
28 Gorontalo 39 47 44 45 55 4.47 5.33 4.80 4.88 5.84
29 Sulawesi Barat - 50 50 62 - 5.17 - -
30 Maluku 96 98 103 109 125 8.48 8.05 7.74 8.71 9.83
31 Maluku Utara 49 53 55 56 62 6.60 6.21 6.03 6.33 6.75
32 Papua 215 165 167 168 236 9.19 7.02 9.07 6.67 8.87
33 Irian Jaya Barat - 52 55 60 81 - - 9.71 - -
Indonesia 7,309 7,413 7,550 7,669 8,015 3.46 3.46 3.48 3.50 3.61
Sumber: Ditjen Binkesmas & Pusdatin, Depkes RI
Lampiran 5.3
JUMLAH PUSKESMAS DAN PUSKESMAS PERAWATAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2002 - 2006

Jumlah Puskesmas Jumlah Puskesmas Perawatan


No Provinsi
2002 2003 2004 2005 2006 2002 2003 2004 2005 2006
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (11) (12) (13)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 230 240 240 266 274 77 78 82 89 85
2 Sumatera Utara 411 388 423 426 445 97 90 97 98 145
3 Sumatera Barat 204 206 210 214 224 62 63 63 64 81
4 Riau 167 142 146 150 154 49 36 38 39 46
5 Jambi - 45 47 135 140 - 21 21 43 41
6 Sumatera Selatan 130 127 132 242 249 37 36 38 75 76
7 Bengkulu 214 235 250 113 126 67 68 71 24 34
8 Lampung 112 112 113 224 235 25 10 25 31 39
9 Kepulauan Bangka Belitung 211 219 222 47 47 30 28 29 14 17
10 Kepulauan Riau 45 45 61 41 45 10 25 26 17 16
11 DKI Jakarta 328 329 329 335 342 47 46 48 50 50
12 Jawa Barat 976 982 982 996 999 132 18 132 132 142
13 Jawa Tengah 853 855 857 853 858 206 128 235 218 241
14 DI Yogyakarta 117 117 117 117 117 32 214 32 32 38
15 Jawa Timur 922 918 907 919 930 283 32 295 310 336
16 Banten 168 171 172 173 177 18 279 18 18 34
17 Bali 107 108 109 110 110 20 20 20 23 22
18 Nusa Tenggara Barat 121 127 125 128 130 43 27 28 46 44
19 Nusa Tenggara Timur 211 218 220 228 251 62 59 60 72 124
20 Kalimantan Barat 189 192 195 207 205 66 66 67 70 71
21 Kalimantan Tengah 118 133 132 134 154 28 33 31 35 52
22 Kalimantan Selatan 189 189 193 192 201 25 26 31 33 36
23 Kalimantan Timur 165 167 174 187 186 68 68 67 70 87
24 Sulawesi Utara 101 108 114 119 130 57 17 59 56 59
25 Sulawesi Tengah 132 134 135 139 144 55 66 59 59 64
26 Sulawesi Selatan 367 376 333 347 362 150 57 140 147 179
27 Sulawesi Tenggara 122 115 138 139 159 36 156 35 45 52
28 Gorontalo 39 47 44 45 55 14 28 14 14 17
29 Sulawesi Barat - - 50 50 62 - - 18 19 22
30 Maluku 96 98 103 109 125 32 30 30 31 54
31 Maluku Utara 49 53 55 56 62 20 16 15 17 31
32 Papua 215 165 167 168 236 78 61 63 64 121
33 Irian Jaya Barat - 52 55 60 81 - 22 23 22 41
Indonesia 7,309 7,413 7,550 7,669 8,015 1,926 1,924 2,010 2,077 2,497
Sumber: Ditjen Binkesmas & Pusdatin, Depkes RI
Lampiran 5.4

JUMLAH PUSKESMAS KELILING DAN RASIO PUSKESMAS KELILING PER PUSKESMAS


MENURUT PROVINSI TAHUN 2002 - 2006

Jumlah Puskesmas Keliling Rasio Puskesmas Keliling/


No Provinsi 2002 2003 2004 2005 2006 Puskesmas
R-4 PB R-4 PB R-4 PB R-4 PB R-4 PB 2002 2003 2004 2005 2006
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 192 8 195 8 198 8 189 4 244 2 0.9 0.8 0.9 0.7 0.9
2 Sumatera Utara 237 1 234 1 267 248 0 323 3 0.6 0.6 0.6 0.6 0.7
3 Sumatera Barat 188 3 191 3 190 11 209 9 156 8 0.9 0.9 1.0 1.0 0.7
4 Riau 103 46 91 23 96 23 106 24 113 15 0.9 0.8 0.8 0.9 0.8
5 Jambi - - 122 27 24 24 123 10 155 10 - 3.3 1.0 1.0 1.2
6 Sumatera Selatan 114 15 161 4 128 12 180 7 208 30 1.0 1.3 1.1 0.8 1.0
7 Bengkulu 149 20 104 3 197 10 108 0 131 0 0.8 0.5 0.8 1.0 1.0
8 Lampung 102 166 3 101 185 4 228 3 0.9 1.5 0.9 0.8 1.0
9 Kepulauan Bangka Belitung 160 1 36 0 172 3 44 0 42 0 0.8 0.2 0.8 0.9 0.9
10 Kepulauan Riau 30 25 20 49 1 27 19 46 20 0.7 1.0 0.8 1.1 1.5
11 DKI Jakarta 68 4 70 4 70 165 57 4 76 0 0.2 0.2 0.7 0.2 0.2
12 Jawa Barat 384 2 379 1 406 1 407 0 468 0 0.4 0.4 0.4 0.4 0.5
13 Jawa Tengah 665 4 759 6 777 6 820 3 867 3 0.8 0.9 0.9 1.0 1.0
14 DI Yogyakarta 108 108 0 108 126 0 142 0 0.9 0.9 0.9 1.1 1.2
15 Jawa Timur 871 6 868 5 886 4 914 3 962 4 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
16 Banten 90 1 84 1 88 1 103 1 100 3 0.5 0.5 0.5 0.6 0.6
17 Bali 110 45 111 45 111 46 118 46 127 0 1.4 1.4 1.4 1.5 1.2
18 Nusa Tenggara Barat 112 3 117 3 119 3 101 6 135 6 1.0 0.9 1.0 0.8 1.1
19 Nusa Tenggara Timur 173 19 175 21 183 21 186 23 201 13 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9
20 Kalimantan Barat 93 58 98 82 112 75 126 71 179 104 0.8 0.9 1.0 1.0 1.4
21 Kalimantan Tengah 77 75 109 83 88 54 106 50 90 62 1.3 1.4 1.1 1.2 1.0
22 Kalimantan Selatan 168 40 164 40 176 29 186 30 197 25 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1
23 Kalimantan Timur 113 50 113 48 126 46 138 40 115 36 1.0 1.0 1.0 1.0 0.8
24 Sulawesi Utara 81 17 81 17 67 16 59 15 91 13 1.0 0.9 0.7 0.6 0.8
25 Sulawesi Tengah 96 21 95 19 106 17 118 12 134 11 0.9 0.9 0.9 0.9 1.0
26 Sulawesi Selatan 229 15 243 10 215 8 245 10 440 15 0.7 0.7 0.7 0.7 1.3
27 Sulawesi Tenggara 77 14 84 15 85 9 101 8 104 13 0.7 0.9 0.7 0.8 0.7
28 Gorontalo 23 26 0 32 32 0 47 3 0.6 0.6 0.7 0.7 0.9
29 Sulawesi Barat - - - - 27 2 28 2 35 1 - - 0.6 0.6 0.6
30 Maluku 35 22 32 27 32 37 34 33 36 34 0.6 0.6 0.7 0.6 0.6
31 Maluku Utara 18 62 17 64 26 65 28 41 39 24 1.6 1.5 1.7 1.2 1.0
32 Papua 118 102 69 61 71 66 75 73 101 52 1.0 0.8 0.8 0.9 0.6
33 Irian Jaya Barat - - 21 29 25 42 25 43 33 35 - 1.0 1.2 1.1 0.8
Indonesia 4,984 654 5,148 673 5,358 805 5,552 591 6,365 548 0.8 0.8 0.8 0.8 0.9
Sumber: Ditjen Binkesmas & Pusdatin, Depkes RI
Keterangan: R-4 = Puskesmas keliling kendaraan bermotor roda empat (mobil)
PB = Puskesmas keliling perahu bermotor
Lampiran 5.5
JUMLAH RUMAH SAKIT DI INDONESIA
MENURUT PENGELOLA DAN PROVINSI TAHUN 2006

Depkes/Pemda TNI/POLRI Departemen Lain/BUMN Swasta Semua RS


No Provinsi RS RS RS RS RS RS RS RS RS RS
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Umum Khusus Umum Khusus Umum Khusus Umum Khusus Umum Khusus
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 16 1 17 3 0 3 3 0 3 5 2 7 27 3 30
2 Sumatera Utara 29 5 34 7 0 7 17 1 18 61 6 67 114 12 126
3 Sumatera Barat 16 2 18 3 0 3 1 0 1 9 10 19 29 12 41
4 Riau 14 1 15 5 0 5 6 0 6 11 2 13 36 3 39
5 Jambi 7 1 8 2 0 2 2 0 2 2 1 3 13 2 15
6 Sumatera Selatan 12 2 14 2 0 2 5 0 5 8 2 10 27 4 31
7 Bengkulu 6 1 7 1 0 1 0 0 0 1 0 1 8 1 9
8 Lampung 8 1 9 1 0 1 0 0 0 9 3 12 18 4 22
9 Kepulauan Bangka Belitung 3 1 4 0 0 0 0 0 0 1 0 1 4 1 5
10 Kepulauan Riau 0 0 0 0 - - 0
11 DKI Jakarta 8 7 15 8 1 9 5 1 6 53 35 88 74 44 118
12 Jawa Barat 28 8 36 12 0 12 6 1 7 47 28 75 93 37 130
13 Jawa Tengah 41 8 49 8 0 8 3 0 3 73 40 113 125 48 173
14 DI Yogyakarta 6 1 7 2 0 2 0 1 1 9 15 24 17 17 34
15 Jawa Timur 45 8 53 19 1 20 13 2 15 56 22 78 133 33 166
16 Banten 5 1 6 2 0 2 2 0 2 8 6 14 17 7 24
17 Bali 9 2 11 2 0 2 0 0 0 16 4 20 27 6 33
18 Nusa Tenggara Barat 7 3 10 1 0 1 0 0 0 2 0 2 10 3 13
19 Nusa Tenggara Timur 14 0 14 2 0 2 0 0 0 8 1 9 24 1 25
20 Kalimantan Barat 13 3 16 2 0 2 1 0 1 7 2 9 23 5 28
21 Kalimantan Tengah 10 0 10 1 0 1 0 0 0 0 0 0 11 - 11
22 Kalimantan Selatan 11 2 13 3 0 3 2 0 2 4 4 8 20 6 26
23 Kalimantan Timur 10 2 12 3 0 3 2 0 2 9 1 10 24 3 27
24 Sulawesi Utara 6 1 7 2 0 2 0 0 0 11 0 11 19 1 20
25 Sulawesi Tengah 9 1 10 1 0 1 0 0 0 4 4 8 14 5 19
26 Sulawesi Selatan 26 7 33 6 0 6 1 1 2 12 7 19 45 15 60
27 Sulawesi Tenggara 7 1 8 2 0 2 1 0 1 3 1 4 13 2 15
28 Gorontalo 3 1 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 1 4
29 Sulawesi Barat 0 0 0 0 - - 0
30 Maluku 6 1 7 3 0 3 0 0 0 6 1 7 15 2 17
31 Maluku Utara 4 0 4 2 0 2 0 0 0 0 0 0 6 - 6
32 Irian Jaya Tengah 3 0 3 2 0 2 0 0 0 1 0 1 6 0 6
33 Irian Jaya Barat 4 0 4 2 0 2 1 0 1 2 0 2 9 - 9
34 Irian Jaya Timur 4 2 6 1 0 1 0 0 0 3 0 3 8 2 10
Indonesia 390 74 464 110 2 112 71 7 78 441 197 638 1,012 280 1,292
Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI
Lampiran 5.6
JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM
MENURUT PENGELOLA TAHUN 2002 - 2006

Jumlah Rumah Sakit Umum


No Pengelola
2002 2003 2004 2005
(1) (2) (10) (11) (12) (13)

1 Departemen Kesehatan 14 14 13 13

2 Pemerintah Provinsi 45 45 43 43

3 Pemerintah Kab/Kota 287 294 305 322

Depkes + Pemda 346 353 361 378

4 TNI/POLRI 110 110 110 110

5 Departemen Lain / BUMN 70 71 71 71

Pemerintah 526 534 542 559

6 Swasta 427 432 434 436

Jumlah 953 966 976 995

Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI


Lampiran 5.7
JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM DEPKES/PEMDA
MENURUT KELAS DAN PROVINSI TAHUN 2005

No Provinsi Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D Total

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)


1 Nanggroe Aceh Darussalam 2 9 3 14
2 Sumatera Utara 1 4 18 3 26
3 Sumatera Barat 2 11 2 15
4 Riau 1 8 3 12
5 Jambi 1 5 1 7
6 Sumatera Selatan 1 8 3 12
7 Bengkulu 1 3 4
8 Lampung 1 6 1 8
9 Kepulauan Bangka Belitung 3 3
10 Kepulauan Riau 0
11 DKI Jakarta 1 5 2 8
12 Jawa Barat 1 9 17 1 28
13 Jawa Tengah 16 24 1 41
14 DI Yogyakarta 1 1 4 6
15 Jawa Timur 1 10 29 5 45
16 Banten 2 3 5
17 Bali 5 4 9
18 Nusa Tenggara Barat 1 6 7
19 Nusa Tenggara Timur 1 3 10 14
20 Kalimantan Barat 1 7 5 13
21 Kalimantan Tengah 1 5 4 10
22 Kalimantan Selatan 1 9 1 11
23 Kalimantan Timur 3 5 2 10
24 Sulawesi Utara 1 3 2 6
25 Sulawesi Tengah 1 5 3 9
26 Sulawesi Selatan 1 1 17 7 26
27 Sulawesi Tenggara 1 4 1 6
28 Gorontalo 2 2
29 Sulawesi Barat 0
30 Maluku 1 2 3 6
31 Maluku Utara 2 2 4
32 Irian Jaya Tengah 2 1 3
33 Irian Jaya Barat 3 1 4
34 Irian Jaya Timur 1 2 1 4
Indonesia 6 75 231 66 378
Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI
Lampiran 5.8
JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT UMUM
MENURUT PENGELOLA TAHUN 2002 - 2006

Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit Umum


No Pengelola
2002 2003 2004 2005 2006
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Departemen Kesehatan 9,086 8,858 8,505 8,483 8,784

2 Pemerintah Provinsi 12,872 12,958 12,391 12,902 12,834

3 Pemerintah Kab/Kota 30,316 30,803 31,959 33,896 35,375

Depkes + Pemda 52,274 52,619 52,855 55,281 56,993

4 TNI/POLRI 10,740 10,718 10,761 10,814 10,842

5 Departemen Lain / BUMN 6,729 6,758 6,537 6,827 6,880

Pemerintah 69,743 70,095 70,153 72,922 74,715

6 Swasta 41,796 42,284 42,487 43,364 43,789

Jumlah 111,539 112,379 112,640 116,286 118,504

Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI


Lampiran 5.9
JUMLAH RUMAH SAKIT KHUSUS DAN TEMPAT TIDURNYA
MENURUT JENIS RUMAH SAKIT TAHUN 2002 - 2006

2002 2003 2004 2005 2006


No Jenis Rumah Sakit
RS TT RS TT RS TT RS TT RS TT
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

1 RS Jiwa 51 7,777 51 7,771 51 8,535 51 8,527 51 8,630

2 RS Kusta 23 2,344 23 2,344 22 2,248 22 2,446 22 2,137

3 RS TP 9 722 9 722 9 751 9 766 9 718

4 RS Mata 10 418 10 418 10 460 10 475 10 459

5 RS OP 1 187 1 187 1 187 1 187 1 187

6 RS Penyakit Infeksi 1 144 1 144 1 144 1 127 1 144

7 RS Jantung - - 2 214 2 234 2 234 2 234

8 RS Kanker - - 1 129 1 128 1 129 1 172

9 RS Bersalin 55 2,491 55 2,464 55 2,439 56 2,533 57 2,458

10 RS Ibu dan Anak - - 63 3,175 63 3,100 64 3,629 69 3,388

11 RS Gigi dan Mulut - - 11 -

12 RS Khusus Lainnya 112 4,592 41 1,182 55 1,365 56 1,427 57 1,420

Jumlah 262 18,675 268 18,750 270 19,591 273 20,480 280 19,947

Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI


Lampiran 5.10
JUMLAH SARANA PRODUKSI SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN
MENURUT JENIS DAN PROVINSI TAHUN 2002 - 2006

Obat Tradisional Perbekalan Kesehatan


Industri Farmasi Alat Kesehatan Kosmetika
No Provinsi Industri Obat Tradisional Industri Kecil Obat Tradisional Rumah tangga (PKRT)
2002 2003 2004 2005 2006 2002 2003 2004 2005 2006 2002 2003 2004 2005 2006 2002 2003 2004 2005 2006 2002 2003 2004 2005 2006 2002 2003 2004 2005 2006
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26) (27) (28) (29) (30) (31) (32)

1 Nanggroe Aceh Darussalam 0 0 0 - - 1 1 1 1 26 26 28 30 30 0 0 0 - - - 1 1 - 0 0 0 - -


2 Sumatera Utara 11 11 11 11 10 2 2 2 2 - 0 70 70 70 70 15 18 18 18 - 34 37 37 37 - 39 39 39 39 -
3 Sumatera Barat 2 2 2 2 - - - - - 4 5 5 5 5 - - - - 14 14 14 15 - 5 5 5 5 -
4 Riau 0 0 0 0 - 4 0 0 1 - 0 0 0 0 0 28 1 1 - - 0 1 1 1 0 - - - - -
5 Jambi 1 1 1 1 1 0 0 0 - - 8 8 7 7 7 0 0 0 - - 5 5 6 6 6 1 1 1 1 1
6 Sumatera Selatan 1 1 3 2 1 0 0 0 - 11 5 6 6 6 6 1 1 1 1 1 2 2 2 2 - 1 1 1 1 1
7 Bengkulu 0 0 0 - - 0 0 0 - - 0 0 0 - - 0 0 0 - - 0 0 0 - - 0 0 0 - -
8 Lampung 0 0 0 - - 0 0 0 - - 3 3 3 - - 0 0 0 - - 0 3 3 3 - 0 0 0 - -
9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0 0 0 - 0 0 0 - - 0 0 0 - - 0 0 25 - - 0 0 - - - 0 0 0 - -
10 Kepulauan Riau - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
11 DKI Jakarta 40 40 34 34 34 19 13 17 17 117 141 160 74 74 74 60 63 31 31 - 85 95 77 77 73 181 185 102 102 99
12 Jawa Barat 71 72 76 76 76 33 34 37 37 184 118 129 143 143 143 54 59 63 63 - 129 152 168 168 185 107 119 120 120 -
13 Jawa Tengah 25 25 31 31 31 10 10 10 1 37 200 208 208 36 36 33 33 33 57 - 33 51 51 55 55 33 45 45 45 45
14 DI Yogyakarta 1 1 1 1 1 - - - - 29 21 21 21 21 21 8 8 8 8 6 8 8 8 8 4 4 4 4 4 8
15 Jawa Timur 51 42 42 42 51 8 8 11 8 351 172 313 343 343 343 11 67 67 67 - 114 125 125 125 125 138 141 141 144 144
16 Banten 22 24 24 24 26 7 8 8 8 6 21 28 28 28 28 20 22 22 22 - 55 63 63 63 74 30 32 32 32 38
17 Bali 1 1 1 1 1 0 6 6 - 9 6 6 6 6 6 1 1 1 1 - 0 0 0 - 1 2 2 2 2 2
18 Nusa Tenggara Barat 0 0 1 - - 0 0 0 - - 8 9 8 8 8 1 1 1 1 - 0 0 0 - - 0 0 0 - -
19 Nusa Tenggara Timur 0 0 0 - - 0 0 0 - 1 2 6 6 6 6 0 0 0 - - 0 0 0 - - 0 0 0 - -
20 Kalimantan Barat 0 0 0 - - 0 0 0 - 10 7 7 7 9 9 0 0 0 - - 0 0 0 1 1 0 0 0 - -
21 Kalimantan Tengah 0 0 0 - - 0 0 0 - - 3 3 3 3 3 0 0 99 - - 0 0 0 - - 0 0 0 - -
22 Kalimantan Selatan 0 0 0 - - 0 0 0 - 40 27 27 35 39 39 0 92 108 125 88 0 1 1 1 - 0 29 29 29 32
23 Kalimantan Timur 0 0 0 - - 0 0 0 0 13 11 11 11 11 11 40 0 0 - - 0 0 0 - - 0 0 0 - -
24 Sulawesi Utara 0 0 0 - - 0 0 0 - 9 7 7 8 9 9 0 0 - - - 4 4 4 4 4 0 0 0 - -
25 Sulawesi Tengah 0 0 0 - - 0 0 0 - - 0 1 3 - - 0 0 2 - - 0 0 - - - 0 0 391 - -
26 Sulawesi Selatan 0 0 0 - 1 0 0 0 - - 5 2 36 36 36 0 0 0 57 - 0 0 0 - - 0 0 0 - -
27 Sulawesi Tenggara 0 0 0 - - 0 0 0 - - 0 0 0 - - 0 0 0 - - 0 0 0 - - 0 0 0 - -
28 Gorontalo 0 0 0 - - 0 0 0 - - 0 0 0 - - 0 0 0 - - 0 0 0 - - 0 0 0 - -
29 Sulawesi Barat - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
30 Maluku 0 0 0 - - 0 0 0 - - 4 4 4 4 4 0 0 0 - - 0 0 0 - - 0 0 0 - -
31 Maluku Utara 0 0 0 - - 0 0 0 - - 0 0 - - - 0 0 25 - - 0 0 0 - - 0 0 0 - -
32 Papua 0 0 0 - - 0 0 0 - - 2 2 2 - - 0 0 81 - - 0 0 0 - - 0 0 0 - -
33 Irian Jaya Barat 0 - - - 233 - - - - 817 - - - - - - - - - 96 - - - - - - - - - -
Indonesia 226 220 227 225 466 84 82 92 75 1,634 801 1,062 1,065 894 894 272 366 586 451 191 483 561 561 567 528 541 603 912 524 370
Sumber: Ditjen Bina Yanfar dan Alkes, Depkes RI
Lampiran 5.11
JUMLAH SARANA DISTRIBUSI DAN PELAYANAN KEFARMASIAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2002 - 2006

Perbekalan Alat Kesehatan


Pedagang Besar Farmasi (PBF) Apotik Toko Obat
No Provinsi Penyalur Sub Penyalur
2002 2003 2004 2005 2006 2002 2003 2004 2005 2006 2002 2003 2004 2005 2006 2002 2003 2004 2005 2006 2002 2003 2004 2005 2006
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26) (27)

1 Nanggroe Aceh Darussalam 28 28 28 38 95 95 121 124 - - - - 540 - 51 51 51 - - - - - 98


2 Sumatera Utara 92 103 106 103 110 499 499 483 499 386 389 389 389 389 259 - 36 103 36 - - - - - -
3 Sumatera Barat 64 67 67 71 76 158 165 165 105 190 384 397 397 397 360 78 86 86 86 100 - - - 101 101
4 Riau 63 84 84 79 82 122 192 192 216 269 482 650 650 640 606 - 165 165 1 1 - - - 202 195
5 Jambi 39 39 37 43 45 75 80 78 94 119 137 309 150 137 141 - - 92 12 12 57 96 96 99 85
6 Sumatera Selatan 76 76 76 76 81 160 137 137 177 183 132 132 130 150 181 - - 87 35 4 - - - 34 91
7 Bengkulu 13 13 15 14 41 46 57 44 46 - 28 117 90 34 - - 37 37 - - - - 34 1
8 Lampung 41 51 51 50 54 114 124 127 140 162 142 116 162 122 29 29 32 18 1 - - - 21 39
9 Kepulauan Bangka Belitung 1 3 3 4 6 21 23 23 41 46 81 - 82 72 - 4 4 2 - - - 21 28
10 Kepulauan Riau - 1 13 20 20 - 4 101 101 105 - - - - 279 - - - - 13 - - - - 19
11 DKI Jakarta 494 526 526 310 310 1,137 1,226 1,226 1,305 1,234 810 962 962 493 493 670 750 750 212 517 - - - 253 268
12 Jawa Barat 321 349 349 361 369 1,505 1,566 1,566 1,836 2,073 535 535 535 706 393 30 42 42 84 49 205 255 255 260 295
13 Jawa Tengah 225 249 249 249 249 722 879 879 879 1,133 480 600 600 600 600 - - - - - - - - - -
14 DI Yogyakarta 45 43 43 48 50 208 225 225 225 113 51 45 45 58 58 2 2 2 2 8 80 81 81 81 28
15 Jawa Timur 305 334 290 375 428 1,311 1,331 1,375 1,375 1,721 1 230 1 217 - - - 14 51 - 68 68 293 399
16 Banten 38 45 45 45 62 345 345 345 345 426 - 121 8 12 12 12 27 1 4 4 4 12
17 Bali 73 79 79 78 72 250 250 250 250 336 48 71 71 71 104 57 76 76 76 1 - - - - 52
18 Nusa Tenggara Barat 22 23 24 30 32 67 79 84 70 128 60 63 63 108 118 36 51 34 51 - - - - 60 6
19 Nusa Tenggara Timur 18 19 19 25 27 42 48 48 84 88 81 151 151 151 160 - - - - - - 38 38 1 99
20 Kalimantan Barat 41 43 43 43 42 62 77 77 87 100 242 301 301 327 323 42 48 48 14 - - - - 53 82
21 Kalimantan Tengah 10 12 12 12 10 49 55 55 59 72 60 81 81 139 153 33 33 33 33 - - - - - -
22 Kalimantan Selatan 47 51 49 51 57 73 84 115 115 134 233 262 321 640 305 82 92 92 92 - - - - 125 135
23 Kalimantan Timur 45 45 45 50 45 115 144 144 197 197 297 386 386 359 308 - 40 40 15 17 - 55 55 66 80
24 Sulawesi Utara 41 39 39 41 41 73 80 90 90 89 121 135 149 125 125 55 62 62 62 62 - - 70 82 82
25 Sulawesi Tengah 19 13 12 23 23 60 60 55 73 75 137 115 105 157 110 21 23 23 23 - - - - 42 35
26 Sulawesi Selatan 74 79 79 79 79 352 331 331 331 418 385 450 450 398 398 - 16 16 16 16 - 59 59 59 59
27 Sulawesi Tenggara 11 13 13 15 15 37 39 39 41 62 133 156 156 134 171 2 2 2 5 - - 42 42 50 64
28 Gorontalo 2 2 36 4 18 19 19 28 34 36 36 44 42 - - - - 13 - 1 1 21 14
29 Sulawesi Barat - - - - - - - - - 29 - - - - 50 - - - - - - - - - -
30 Maluku 12 15 14 15 15 29 32 35 41 47 71 75 74 91 94 7 12 12 12 - - - 38 32 32
31 Maluku Utara 1 1 1 1 3 13 17 25 34 34 17 20 23 27 25 - - - - - - 12 12 12 -
32 Papua 31 34 34 36 35 109 116 116 92 102 39 118 118 61 49 - 7 81 7 - - - - 81 108
33 Irian Jaya Barat - - - - 9 - - - 48 57 - - - - 45 - - - - - - - - - 2
Indonesia 2,249 2,479 2,445 2,412 2,494 7,767 8,368 8,557 9,095 10,275 5,405 6,610 6,806 6,737 7,056 1,152 1,639 1,982 1,008 892 343 711 819 2,087 2,507
Sumber: Ditjen Bina Yanfar dan Alkes, Depkes RI
Lampiran 5.12
JUMLAH SARANA USAHA KESEHATAN BERSUMBER DAYA MASYARAKAT (UKBM)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

Sarana UKBM Rasio Sarana UKBM terhadap Desa/Kelurahan


Jumlah Desa/
No Provinsi
Kelurahan
Posyandu Polindes Pos Obat Desa Posyandu Polindes Pos Obat Desa
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 6,027 5,576 1,473 193 0.93 0.24 0.03
2 Sumatera Utara 5,379 22,190 644 695 4.13 0.12 0.13
3 Sumatera Barat 2,235 6,680 834 941 2.99 0.37 0.42
4 Riau 1,290 4,333 197 57 3.36 0.15 0.04
5 Jambi 1,227 2,882 77 156 2.35 0.06 0.13
6 Bengkulu 2,721 5,786 1,499 175 2.13 0.55 0.06
7 Sumatera Selatan 1,171 1,713 653 137 1.46 0.56 0.12
8 Lampung 2,155 7,380 1,062 214 3.42 0.49 0.10
9 Kepulauan Bangka Belitung 319 909 199 59 2.85 0.62 0.18
10 Kepulauan Riau 250 503 227 7 2.01 0.91 0.03
11 DKI Jakarta 264 3,841 199 0 14.55 0.75 0.00
12 Jawa Barat 5,769 43,111 1,511 817 7.47 0.26 0.14
13 Jawa Tengah 8,738 46,746 4,411 857 5.35 0.50 0.10
14 DI Yogyakarta 439 5,412 80 111 12.33 0.18 0.25
15 Jawa Timur 8,466 44,095 4,174 192 5.21 0.49 0.02
16 Banten 1,320 8,989 126 94 6.81 0.10 0.07
17 Bali 695 4,589 262 19 6.60 0.38 0.03
18 Nusa Tenggara Barat 778 5,256 479 217 6.76 0.62 0.28
19 Nusa Tenggara Timur 2,510 8,046 1,175 412 3.21 0.47 0.16
20 Kalimantan Barat 1,522 3,705 1,094 271 2.43 0.72 0.18
21 Kalimantan Tengah 1,270 1,706 531 38 1.34 0.42 0.03
22 Kalimantan Timur 2,012 3,411 710 95 1.70 0.35 0.05
23 Kalimantan Selatan 1,143 4,409 337 305 3.86 0.29 0.27
24 Sulawesi Utara 1,203 2,068 420 94 1.72 0.35 0.08
25 Sulawesi Tengah 1,465 2,841 848 53 1.94 0.58 0.04
26 Sulawesi Tenggara 2,812 8,579 1,159 377 3.05 0.41 0.13
27 Sulawesi Selatan 1,535 2,479 349 1,854 1.61 0.23 1.21
28 Gorontalo 419 1,134 266 90 2.71 0.63 0.21
29 Sulawesi Barat 431 6,825 81 0 15.84 0.19 0.00
30 Maluku 1,038 1,360 208 0 1.31 0.20 0.00
31 Maluku Utara 707 0 - 0 0.00 0.00 0.00
32 Papua 1,980 2,648 302 1,055 1.34 0.15 0.53
33 Irian Jaya Barat 704 0 167 13 0.00 0.24 0.02
Indonesia 69,994 269,202 25,754 9,598 3.85 0.37 0.14
Sumber : Direktorat Komunitas, Ditjen Binkesmas, Depkes RI
Lampiran 5.13
JUMLAH POSYANDU MENURUT TINGKAT PERKEMBANGANNYA DAN PROVINSI TAHUN 2006

Pratama Madya Purnama Mandiri


No Provinsi Jumlah Posyandu
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

1 Nanggroe Aceh Darussalam 5,576 4,679 83.9 661 11.85 236 4.23 0 0.00
2 Sumatera Utara 22,190 5,202 23.4 6,583 29.67 2 0.01 68 0.31
3 Sumatera Barat 6,680 1,326 19.9 2,807 42.02 2.109 0.03 438 6.56
4 Riau 4,333 881 20.3 2,121 48.95 811 18.72 140 3.23
5 Jambi 2,882 1,091 37.9 1,058 36.71 684 23.73 49 1.70
6 Sumatera Selatan 5,786 2,264 39.1 2,280 39.41 1.127 0.02 115 1.99
7 Bengkulu 1,713 620 36.2 634 37.01 382 22.30 75 4.38
8 Lampung 7,380 1,725 23.4 3,503 47.47 2 0.03 263 3.56
9 Kepulauan Bangka Belitung 909 248 27.3 399 43.89 245 26.95 13 1.43
10 Kepulauan Riau 503 149 29.6 220 43.74 116 23.06 18 3.58
11 DKI Jakarta 3,841 556 14.5 2 0.05 1 0.03 162 4.22
12 Jawa Barat 43,111 0 0.0 - 0.00 - 0.00 - 0.00
13 Jawa Tengah 46,746 7,746 16.6 21 0.04 16 0.03 3 0.01
14 DI Yogyakarta 5,412 1,180 21.8 1,994 36.84 1,762 32.56 476 8.80
15 Jawa Timur 44,095 14,637 33.2 16,981 38.51 11,403 25.86 1,074 2.44
16 Banten 8,989 4,546 50.6 3,118 34.69 1,050 11.68 223 2.48
17 Bali 4,589 537 11.7 1,314 28.63 2,538 55.31 200 4.36
18 Nusa Tenggara Barat 5,256 2,924 55.6 1,481 28.18 726 13.81 57 1.08
19 Nusa Tenggara Timur 8,046 99 1.2 845 10.50 3,752 46.63 3,204 39.82
20 Kalimantan Barat 3,705 1,557 42.0 1,341 36.19 725 19.57 64 1.73
21 Kalimantan Tengah 1,706 1,195 70.0 358 20.98 141 8.26 12 0.70
22 Kalimantan Selatan 3,411 1,819 53.3 1,154 33.83 372 10.91 66 1.93
23 Kalimantan Timur 4,409 1,318 29.9 1,623 36.81 1,199 27.19 261 5.92
24 Sulawesi Utara 2,068 645 31.2 743 35.93 678 32.79 58 2.80
25 Sulawesi Tengah 2,841 1,139 40.1 1,070 37.66 580 20.42 52 1.83
26 Sulawesi Selatan 8,579 4,073 47.5 2,924 34.08 1,453 16.94 129 1.50
27 Sulawesi Tenggara 2,479 772 31.1 845 34.09 654 26.38 170 6.86
28 Gorontalo 1,134 565 49.8 431 38.01 138 12.17 0 0.00
29 Sulawesi Barat 6,825 0 0.0 - 0.00 - 0.00 - 0.00
30 Maluku 1,360 1,360 100.0 - 0.00 - 0.00 - 0.00
31 Maluku Utara 0 0 0.0 - - - - - -
32 Papua 2,648 1,178 44.5 880 33.23 394 14.88 196 7.40
33 Irian Jaya Barat 0 0 0.0 - - - - - -
Indonesia 269,202 66,031 24.5 57,390 21.32 30,063 11.17 7,586 2.82
Sumber Data : Ditjen Binkesmas, Depkes RI
Lampiran 5.14
JUMLAH POLINDES MENURUT TINGKAT PERKEMBANGANNYA DAN PROVINSI TAHUN 2006

Jumlah Pratama Madya Purnama Mandiri


No Provinsi
Polindes Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 1,473 809 54.92 41 2.78 5 0.34 2 0.14
2 Sumatera Utara 644 235 36.49 357 55.43 51 7.92 1 0.16
3 Sumatera Barat 834 461 55.28 289 34.65 76 9.11 8 0.96
4 Riau* 197 74 37.56 29 14.72 21 10.66 1 0.51
5 Jambi* 77 62 80.52 12 15.58 2 2.60 1 1.30
6 Sumatera Selatan 1,499 0 - 0 0.00 0 0.00 0 0.00
7 Bengkulu 653 397 60.80 225 34.46 31 4.75 0 0.00
8 Lampung 1,062 1,062 100.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 199 199 100.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00
10 Kepulauan Riau 227 0 - 0 0.00 0 0.00 0 0.00
11 DKI Jakarta 199 199 100.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00
12 Jawa Barat 1,511 0 - 0 0.00 0 0.00 0 0.00
13 Jawa Tengah* 4,411 2,831 64.18 946 21.45 471 10.68 149 3.38
14 DI Yogyakarta* 80 24 30.00 15 18.75 6 7.50 6 7.50
15 Jawa Timur 4,174 1,577 37.78 1,231 29.49 1,162 27.84 204 4.89
16 Banten 126 126 100.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00
17 Bali 262 109 41.60 95 36.26 56 21.37 2 0.76
18 Nusa Tenggara Barat* 479 270 56.37 57 11.90 85 17.75 67 13.99
19 Nusa Tenggara Timur 1,175 839 71.40 193 16.43 129 10.98 14 1.19
20 Kalimantan Barat* 1,094 610 55.76 295 26.97 186 17.00 0 0.00
21 Kalimantan Tengah 531 450 84.75 57 10.73 22 4.14 2 0.38
22 Kalimantan Selatan 710 450 63.38 156 21.97 98 13.80 6 0.85
23 Kalimantan Timur 337 189 56.08 88 26.11 38 11.28 22 6.53
24 Sulawesi Utara 420 308 73.33 83 19.76 0 0.00 0 0.00
25 Sulawesi Tengah 848 584 68.87 188 22.17 59 6.96 17 2.00
26 Sulawesi Selatan* 1,159 488 42.11 2,543 219.41 171 14.75 2 0.17
27 Sulawesi Tenggara* 349 155 44.41 9,900 2836.68 83 23.78 12 3.44
28 Gorontalo 266 212 79.70 49 18.42 5 1.88 0 0.00
29 Sulawesi Barat 81 0 - 0 0.00 0 0.00 0 0.00
30 Maluku* 208 208 100.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00
31 Maluku Utara - 0 - 0 - 0 - 0 -
32 Papua 302 134 44.37 85 28.15 54 17.88 29 9.60
33 Irian Jaya Barat* 167 167 100.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00
Indonesia 25,754 13,229 51.37 16,934 65.75 2,811 10.91 545 57.73
Sumber Data : Ditjen Binkesmas, Depkes RI
* = data 2004
Lampiran 5.15
JUMLAH POS OBAT DESA (POD) MENURUT TINGKAT PERKEMBANGANNYA DAN PROVINSI TAHUN 2006

Pratama Madya Purnama Mandiri


No Provinsi POD
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 193 152 78.76 13 6.74 28 14.51 0 0.00
2 Sumatera Utara 695 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00
3 Sumatera Barat 941 549 58.34 280 29.76 112 11.90 9 0.96
4 Riau 57 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00
5 Jambi 156 138 88.46 17 10.90 1 0.64 0 0.00
6 Sumatera Selatan 175 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00
7 Bengkulu 137 96 70.07 30 21.90 2 1.46 0 0.00
8 Lampung 214 187 87.38 15 7.01 8 3.74 0 0.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 59 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00
10 Kepulauan Riau 7 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00
11 DKI Jakarta 0 0 - 0 - 0 - 0 -
12 Jawa Barat 817 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00
13 Jawa Tengah 857 547 63.83 193 22.52 116 13.54 1 0.12
14 DI Yogyakarta 111 5 4.50 6 5.41 0 0.00 2 1.80
15 Jawa Timur 192 113 58.85 18 9.38 17 8.85 23 11.98
16 Banten 94 93 98.94 1 1.06 0 0.00 0 0.00
17 Bali 19 17 89.47 2 10.53 0 0.00 0 0.00
18 Nusa Tenggara Barat 217 196 90.32 18 8.29 0 0.00 3 1.38
19 Nusa Tenggara Timur 412 301 73.06 82 19.90 27 6.55 2 0.49
20 Kalimantan Barat 271 250 92.25 21 7.75 0 0.00 0 0.00
21 Kalimantan Tengah 38 35 92.11 2 5.26 0 0.00 1 2.63
22 Kalimantan Selatan 95 63 66.32 32 33.68 0 0.00 0 0.00
23 Kalimantan Timur 305 217 71.15 70 22.95 14 4.59 3 0.98
24 Sulawesi Utara 94 48 51.06 34 36.17 2 2.13 0 0.00
25 Sulawesi Tengah 53 42 79.25 11 20.75 0 0.00 0 0.00
26 Sulawesi Selatan 377 301 79.84 68 18.04 7 1.86 1 0.27
27 Sulawesi Tenggara 1,854 761 41.05 637 34.36 381 20.55 75 4.05
28 Gorontalo 90 89 98.89 1 1.11 0 0.00 0 0.00
29 Sulawesi Barat 0 0 - - - -
30 Maluku 0 97 - 0 - 0 - 0 -
31 Maluku Utara 0 0 - 0 - 0 - 0 -
32 Papua 1,055 442 42 343 32.51 187 17.73 77 7.30
33 Irian Jaya Barat 13 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00
Indonesia 9,598 4,739 49.37 1,894 19.73 902 9.40 197 2.05
Sumber Data : Ditjen Binkesmas, Depkes RI
Lampiran 5.16
REKAPITULASI INSTITUSI POLTEKKES
MENURUT JURUSAN DAN PROVINSI TAHUN 2006

Jurusan / Program Studi


KEPERAWATAN KEFARMASIAN KESMAS GIZI KETERAPIAN FISIK KETEKNISIAN MEDIS
No Provinsi
Kesehatan Analis Farmasi Kesehatan Gizi Fisioterapi Okupasi Analis Teknik Teknik Teknik Ortotik TOTAL
Keperawatan Kebidanan Farmasi
Gigi & Makanan Lingkungan Terapi Kesehatan Elektromedik Radiodiagnostik Gigi Prostetik
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)

1 Nanggroe Aceh Darussalam 3 1 1 1 1 7


2 Sumatera Utara 1 3 1 1 1 1 1 9
3 Sumatera Barat 2 2 1 1 1 7
4 Riau 2 2 1 5
5 Jambi 1 1 1 1 4
6 Sumatera Selatan 3 1 1 1 1 1 8
7 Bengkulu 1 1 1 3
8 Lampung 2 2 1 1 1 7
9 Kepulauan Bangka Belitung 0
10 Kepulauan Riau 0
11 DKI Jakarta 4 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
12 Jawa Barat 5 6 2 1 1 1 16
13 Jawa Tengah 6 3 1 1 1 1 1 1 1 16
14 DI Yogyakarta 1 1 1 1 1 1 6
15 Jawa Timur 8 6 1 2 1 1 1 20
16 Banten 0
17 Bali 1 1 1 1 1 5
18 Nusa Tenggara Barat 2 1 1 1 5
19 Nusa Tenggara Timur 3 1 1 1 1 1 8
20 Kalimantan Barat 1 1 1 1 1 1 6
21 Kalimantan Tengah 1 1 1 3
22 Kalimantan Selatan 1 1 1 1 1 1 6
23 Kalimantan Timur 1 2 1 4
24 Sulawesi Utara 1 1 1 1 1 1 6
25 Sulawesi Tengah 2 1 1 4
26 Sulawesi Selatan 3 1 1 1 1 1 1 1 10
27 Sulawesi Tenggara 1 1 1 3
28 Gorontalo 1 1 1 3
29 Sulawesi Barat 0
30 Maluku 3 1 1 1 6
31 Maluku Utara 1 1 1 3
32 Papua 6 1 1 1 9
33 Irian Jaya Barat 0
TOTAL 67 48 18 6 1 20 24 2 1 12 2 2 1 1 205
% 32.7 23.4 8.8 2.9 0.5 9.8 11.7 1.0 0.5 5.9 1.0 1.0 0.5 0.5
Sumber: Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan,Pusdiknakes, PPSDM,Depkes, 2006
Lampiran 5.17
REKAPITULASI STRATA AKREDITASI JURUSAN/PROGRAM STUDI POLTEKKES
TAHUN 2006

Jumlah Strata
No Provinsi Jumlah %
Jurusan/Program Studi A B C Non Akreditasi Belum Akreditasi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Banda Aceh 7 1 6 7 100.00
2 Medan 9 2 5 2 9 100.00
3 Pekanbaru 5 2 3 2 40.00
4 Padang 7 5 1 1 6 85.71
5 Jambi 4 2 2 4 100.00
6 Bengkulu 3 2 1 2 66.67
7 Palembang 8 8 8 100.00
8 Tanjung Karang 7 7 7 100.00
9 Jakarta I 3 2 1 3 100.00
10 Jakarta II 7 4 3 7 100.00
11 Jakarta III 6 6 6 100.00
12 Bandung 11 9 2 11 100.00
13 Tasikmalaya 5 5 5 100.00
14 Yogyakarta 6 4 2 6 100.00
15 Semarang 11 3 8 11 100.00
16 Surakarta 5 2 2 1 4 80.00
17 Surabaya 13 8 5 13 100.00
18 Malang 7 5 2 7 100.00
19 Denpasar 5 2 3 5 100.00
20 Mataram 5 3 2 5 100.00
21 Kupang 8 7 1 7 87.50
22 Pontianak 6 2 2 2 4 66.67
23 Palangkaraya 3 2 1 2 66.67
24 Samarinda 4 1 1 2 2 50.00
25 Banjarmasin 6 3 3 6 100.00
26 Palu 4 4 4 100.00
27 Makassar 10 2 6 2 8 80.00
28 Kendari 3 3 3 100.00
29 Manado 9 4 5 4 44.44
30 Ambon 6 4 2 6 100.00
31 Ternate 3 2 1 2 66.67
32 Jayapura 9 5 4 5 55.56
Jumlah 205 73 104 4 0 24 181 88.29
% 40.33 57.46 2.21 0.00 13.26
Sumber: Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan,Pusdiknakes, PPSDM,Depkes, 2006
Lampiran 5.18
JUMLAH INSTITUSI DIKNAKES NON POLITEKNIK KESEHATAN
MENURUT JURUSAN/PROGRAM STUDI DAN PROVINSI TAHUN 2006

Keperawatan Kefarmasian Kesmas Gizi Keterapian Keteknisian Medis

Kardiovaskuler
AKUPUNTUR
AKAFARMA

APIKES
AKFAR
AKPER

AKBID

AKFIS

SMAK
SPRG

ATRO

ATEM
No Provinsi Jumlah

PTTD
AKZI

ATW

ARO
AAK
ATG
SMF

AKL
SPK
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 3 12 8 1 1 1 2 1 1 1 1 32
2 Sumatera Utara 4 37 33 4 3 1 1 2 2 1 2 1 1 1 93
3 Sumatera Barat 13 6 1 1 3 1 1 1 1 2 30
4 Riau 6 8 1 1 1 1 1 1 1 21
5 Jambi 6 2 1 1 10
6 Sumatera Selatan 11 6 1 2 2 1 1 24
7 Bengkulu 4 1 1 6
8 Lampung 5 5 1 1 12
9 Kepulauan Bangka Belitung 1 2 3
10 Kepulauan Riau 2 1 3
11 DKI Jakarta 1 2 34 17 7 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 1 1 1 81
12 Jawa Barat 10 3 4 1 1 2 1 1 1 24
13 Jawa Tengah 2 43 33 4 3 5 3 2 2 2 4 1 2 5 2 113
14 DI Yogyakarta 8 1 1 1 1 1 1 1 1 16
15 Jawa Timur 1 42 16 5 3 2 1 2 1 2 1 1 4 1 1 83
16 Banten 5 4 9
17 Bali 1 2 1 4
18 Nusa Tenggara Barat 1 4 4 1 10
19 Nusa Tenggara Timur 1 4 5
20 Kalimantan Barat 6 3 1 10
21 Kalimantan Tengah 3 1 1 5
22 Kalimantan Selatan 6 4 1 1 12
23 Kalimantan Timur 6 1 1 8
24 Sulawesi Utara 5 1 6
25 Sulawesi Tengah 5 2 7
26 Sulawesi Selatan 2 1 23 12 1 1 1 1 1 1 1 45
27 Sulawesi Tenggara 5 1 1 7
28 Gorontalo 0
29 Sulawesi Barat 0
30 Maluku 1 1
31 Maluku Utara 1 1
32 Papua 1 1 1 1 4
33 Irian Jaya Barat 0
JUMLAH 17 4 308 169 32 16 29 13 9 14 1 2 8 2 20 8 8 16 6 2 1 685
Sumber: Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan,Pusdiknakes, PPSDM,Depkes, 2006
Lampiran 5.19
REKAPITULASI STRATA AKREDITASI INSTITUSI NON POLTEKKES
TAHUN 2006

Jumlah Strata
No Provinsi Jumlah %
Institusi A B C Non Akreditasi Belum Akreditasi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 32 1 18 6 7 25 78.13
2 Sumatera Utara 93 4 48 23 1 17 76 78.13
3 Sumatera Barat 30 1 19 2 8 22 73.33
4 Riau 21 11 10 11 52.38
5 Jambi 10 7 3 7 70.00
6 Sumatera Selatan 24 3 12 5 4 20 83.33
7 Bengkulu 6 5 1 5 83.33
8 Lampung 12 7 5 7 58.33
9 Kepulauan Bangka Belitung 3 2 1 2 66.67
10 Kepulauan Riau 3 2 1 2 66.67
11 DKI Jakarta 81 5 64 3 9 72 88.89
12 Jawa Barat 24 1 16 2 5 19 79.17
13 Jawa Tengah 113 11 67 5 30 83 73.45
14 DI Yogyakarta 16 3 9 1 3 13 81.25
15 Jawa Timur 83 18 56 9 74 89.16
16 Banten 9 3 1 5 4 44.44
17 Bali 4 4 4 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 10 2 1 7 3 30.00
19 Nusa Tenggara Timur 5 3 2 3 60.00
20 Kalimantan Barat 10 2 5 3 7 70.00
21 Kalimantan Tengah 5 3 2 3 60.00
22 Kalimantan Selatan 12 4 4 4 8 66.67
23 Kalimantan Timur 8 2 2 4 4 50.00
24 Sulawesi Utara 6 3 1 2 4 66.67
25 Sulawesi Tengah 7 1 5 1 7 100.00
26 Sulawesi Selatan 45 3 22 4 16 29 64.44
27 Sulawesi Tenggara 7 2 5 2 28.57
28 Gorontalo 0
29 Sulawesi Barat
30 Maluku 1 1 0 -
31 Maluku Utara 1 1 0 -
32 Papua 4 2 2 2 50.00
33 Irian Jaya Barat
Jumlah 685 61 402 54 1 167 518 75.62
% 11.78 77.61 10.42 0.19 24.38
Sumber: Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan,Pusdiknakes, PPSDM,Depkes, 2006
Lampiran 5.20
JUMLAH INSTITUSI DIKNAKES NON-POLTEKKES MENURUT STATUS KEPEMILIKAN
PER DESEMBER 2006

No. Jenis Tenaga Kesehatan Jumlah


Daerah TNI / Polri Swasta
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
A KEPERAWATAN
1 SPK 6 8 3 17
2 AKPER 69 12 227 308
3 AKBID 17 1 151 169
4 SPRG 3 1 4
5 AKG 0
Sub Total 92 24 382 498
B KEFARMASIAN
1 SMF 2 30 32
2 AKAFARMA 17 17
3 AKFAR 2 1 26 29
Sub Total 2 3 73 78
C KESEHATAN MASYARAKAT
1 AKL 1 11 12
Sub Total 1 11 12
D GIZI
1 AKZI 1 8 9
Sub Total 1 8 9
E KETERAPIAN FISIK
1 AKFIS 14 14
2 AOT 0
3 ATW 1 1
4 AKUPUNKTUR 2 2
Sub Total 17 17
F KETEKNISIAN MEDIS
1 SMAK 1 1 6 8
2 AAK 2 18 20
3 ATG 1 1 2
4 PTTD 2 2
5 ATRO 8 8
6 APIKES 16 16
7 ATEM 1 5 6
8 ARO 8 8
9 AOP 0
10 KARDIOVASKULER 1 1
Sub Total 3 3 65 71
Jumlah 99 30 556 685
% 14.5 4.4 81.2

Sumber: Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan,Pusdiknakes, PPSDM,Depkes, 2006


Lampiran 5.21
REKAPITULASI DATA SDM KESEHATAN PER PROPINSI TAHUN 2005

Jumlah Jumlah Tenaga Medis Keperawatan Kefarmasian Kesmas Tenaga Keterapian Keteknisan Kesehatan Non
No Provinsi Kab/Kota Kab/Kota S1 Ass Apt S.Kesmas Sanitarian Gizi Fisik Medis Kesehatan Total
masuk Dr.Spes Dr.Umum Dr.Gigi S.Kprwt Perawat Bidan Farmasi & Apt
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 21 21 142 681 125 80 3,128 1,997 37 390 379 536 260 25 74 7,854 - 7,854
2 Sumatera Utara 25 23 350 1,274 469 136 7,378 6,462 152 740 329 506 598 119 560 19,073 131 19,204
3 Sumatera Barat 19 19 298 589 227 75 2,768 2,332 117 534 262 986 227 33 255 8,703 - 8,703
4 Riau 11 5 171 418 137 20 1,940 660 70 193 101 106 89 178 38 4,121 343 4,464
5 Jambi 10 10 69 384 170 17 1,908 1,577 65 233 163 425 147 8 242 5,408 872 6,280
6 Sumatera Selatan 14 14 69 443 104 25 2,925 2,274 94 140 203 422 254 - 228 7,181 1,082 8,263
7 Bengkulu 9 9 64 329 60 68 1,603 1,551 29 119 123 2 25 122 147 4,242 102 4,344
8 Lampung 10 10 282 1,163 415 96 3,310 2,128 60 198 364 427 233 38 332 9,046 8,714 17,760
9 Kepulauan Bangka Belitung 7 7 41 145 49 10 922 377 22 61 94 70 56 6 40 1,893 301 2,194
10 Kepulauan Riau 6 6 105 309 105 19 1,215 543 39 105 59 75 58 11 98 2,741 599 3,340
11DKI Jakarta 6 6 4,833 1,412 896 333 13,872 2,125 134 1,149 215 183 425 294 1,140 27,011 - 27,011
12Jawa Barat 25 25 545 2,134 791 2 12,871 6,955 183 790 510 1,340 630 2 292 27,045 5,692 32,737
13Jawa Tengah 35 35 563 2,241 642 48 584 7,462 100 757 - 1,175 742 52 121 14,487 - 14,487
14DI Yogyakarta 5 5 27 91 72 29 2,147 556 48 308 65 125 89 50 98 3,705 5 3,710
15Jawa Timur 38 38 - 6,853 1,499 547 19,829 10,359 705 1,977 800 1,342 1,222 311 1,924 47,368 15,099 62,467
16Banten 6 2 26 523 110 24 1,638 336 28 134 69 46 72 39 167 3,212 - 3,212
17Bali 9 9 395 554 137 54 3,360 1,302 68 230 191 458 233 262 458 7,702 2,264 9,966
18Nusa Tenggara Barat 9 9 65 327 95 41 2,138 1,028 64 154 275 371 326 19 320 5,223 - 5,223
19Nusa Tenggara Timur 16 15 65 283 61 22 3,001 2,087 57 262 91 302 208 11 117 6,567 - 6,567
20Kalimantan Barat 12 10 79 342 113 71 3,169 1,370 62 178 154 433 324 21 323 6,639 834 7,473
21Kalimantan Tengah 14 12 - 273 49 47 1,770 1,010 33 82 139 232 136 20 170 3,961 932 4,893
22Kalimantan Selatan 26 26 171 1,622 109 45 2,635 1,925 68 337 319 557 375 240 13 8,416 - 8,416
23Kalimantan Timur 13 12 103 566 341 62 3,307 1,192 80 186 168 332 204 181 29 6,751 1,277 8,028
24Sulawesi Utara 9 9 217 715 61 14 2,704 1,002 49 117 81 311 152 18 54 5,495 - 5,495
25Sulawesi Tengah 10 10 57 282 67 - 2,554 1,693 154 - 259 435 170 20 130 5,821 575 6,396
26Sulawesi Selatan 23 23 823 787 663 75 5,055 1,967 142 312 687 25 106 449 502 11,593 418 12,011
27Sulawesi Tenggara 10 10 35 205 46 30 1,536 690 56 92 434 333 390 19 164 4,030 918 4,948
28Gorontalo 5 5 1 39 11 2 535 559 34 - - 29 - 6 114 1,330 59 1,389
29Sulawesi Barat 5 5 - 35 16 - 285 118 5 3 20 19 25 - 11 537 117 654
30Maluku 9 8 29 126 24 63 1,319 882 8 9 54 164 223 8 21 2,930 - 2,930
31Maluku Utara 8 8 25 81 27 6 258 417 460 23 31 52 13 42 70 1,505 85 1,590
32Papua 19 19 49 253 51 14 2,646 1,524 28 45 120 170 175 6 147 5,228 260 5,488
33Irian Jaya Barat 7 7 18 51 25 50 1,554 400 289 245 30 91 39 8 10 2,810 - 2,810
Indonesia 451 432 9,717 25,530 7,767 2,125 115,864 66,860 3,540 10,103 6,789 12,080 8,226 2,618 8,409 279,628 40,679 320,307
Sumber : Dinas Kesehatan se Indonesia, melalui pengumpulan data Pusdatin, Depkes RI, Desember 2006
Lampiran 5.22
DATA SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN DI RUMAH SAKIT
MENURUT PROVINSI DAN JENIS KETENAGAAN TAHUN 2006

Keterapian Keteknisan Jumlah Jumlah Tenaga Jumlah SDM


No Provinsi Medis Keperawatan Kefarmasian Gizi Kesmas
Fisik Medis Tenaga Kesehatan Non Kesehatan Kesehatan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 393 1,476 129 60 93 40 194 2,385 621 3,006
2 Sumatera Utara 1,781 7,139 630 298 151 103 644 10,746 4,625 15,371
3 Sumatera Barat 791 2,942 339 136 129 60 317 4,714 1,873 6,587
4 Riau 599 2,918 279 80 67 51 272 4,266 1,873 6,139
5 Jambi 212 855 102 47 58 15 101 1,390 430 1,820
6 Sumatera Selatan 671 2,783 224 115 90 58 214 4,155 1,935 6,090
7 Bengkulu 112 731 60 54 51 18 75 1,101 248 1,349
8 Lampung 308 1,720 110 80 76 36 200 2,530 1,376 3,906
9 Kepulauan Bangka Belitung 71 371 30 13 9 7 31 532 260 792
10 Kepulauan Riau - - 0
11 DKI Jakarta 5,205 17,804 1,685 626 415 385 2,267 28,387 17,284 45,671
12 Jawa Barat 3,054 12,034 995 367 323 208 1,183 18,164 10,369 28,533
13 Jawa Tengah 3,132 14,105 1,280 665 391 348 1,607 21,528 13,678 35,206
14 DI Yogyakarta 1,255 3,380 295 91 59 83 412 5,575 2,681 8,256
15 Jawa Timur 3,408 14,597 1,134 545 318 315 1,275 21,592 13,567 35,159
16 Banten 434 2,169 166 56 68 48 235 3,176 1,879 5,055
17 Bali 985 3,252 209 153 185 44 228 5,056 1,615 6,671
18 Nusa Tenggara Barat 208 1,145 57 59 56 19 145 1,689 718 2,407
19 Nusa Tenggara Timur 257 1,416 122 46 35 20 153 2,049 812 2,861
20 Kalimantan Barat 232 1,609 105 80 85 24 147 2,282 1,341 3,623
21 Kalimantan Tengah 140 904 56 40 52 18 83 1,293 265 1,558
22 Kalimantan Selatan 243 1,569 153 113 98 24 162 2,362 761 3,123
23 Kalimantan Timur 413 2,411 184 94 71 41 196 3,410 1,769 5,179
24 Sulawesi Utara 446 1,993 69 64 42 20 58 2,692 1,348 4,040
25 Sulawesi Tengah 182 1,118 74 37 120 22 74 1,627 470 2,097
26 Sulawesi Selatan 1,005 4,337 299 216 267 124 423 6,671 1,990 8,661
27 Sulawesi Tenggara 96 779 45 71 35 19 70 1,115 329 1,444
28 Gorontalo 60 167 12 6 6 4 3 258 51 309
29 Sulawesi Barat - - 0
30 Maluku 94 786 20 35 25 7 29 996 506 1,502
31 Maluku Utara 35 269 7 11 6 3 18 349 100 449
32 Irian Jaya Tengah 49 365 28 12 7 4 31 496 311 807
33 Irian Jaya Barat 86 503 22 19 19 8 36 693 154 847
34 Irian Jaya Timur 135 687 25 43 19 8 106 1,023 483 1,506
Indonesia 26,092 108,334 8,945 4,332 3,426 2,184 10,989 164,302 85,722 250,024
% 10.4 43.3 3.6 1.7 1.4 0.9 4.4 65.7 34.3
Sumber : Ditjen Yanmedik, Depkes RI, Desember 2006
Lampiran 5.23
JUMLAH DAN JENIS KETENAGAAN PUSKESMAS
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

Penyuluh Apoteker/ Analis


No Provinsi Dokter Umum Dokter Gigi SKM Bidan Ahli Gizi Sanitarian Perawat Jumlah Tenaga
Kesehatan Ass.Apoteker Laboratorium
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 312 46 117 2,037 218 332 17 2,038 134 153 5,404

2 Sumatera Utara 924 359 101 6,138 347 323 57 4,204 289 245 12,987
3 Sumatera Barat 266 150 69 1,558 141 202 13 1,264 143 120 3,926

4 Riau 348 155 22 1,035 82 105 12 1,639 78 80 3,556

5 Jambi 248 71 25 1,100 64 185 8 1,212 79 142 3,134


6 Sumatera Selatan 344 91 134 2,135 195 242 94 1,917 168 105 5,425

7 Bengkulu 164 36 23 1,129 74 77 0 749 36 30 2,318


8 Lampung 279 126 49 1,507 122 208 2 1,404 37 87 3,821

9 Kep.Bangka Belitung 94 30 28 288 39 34 4 480 16 20 1,033

10 Kepulauan Riau 127 44 8 295 31 25 14 555 35 20 1,154


11 DKI Jakarta 216 301 32 598 86 56 0 537 48 23 1,897
12 Jawa Barat 1,179 731 565 4,669 485 721 38 5,331 222 393 14,334

13 Jawa Tengah 1,499 582 282 7,072 640 753 91 5,084 225 437 16,665
14 DI Yogyakarta 335 182 46 651 121 145 0 792 46 162 2,480
15 Jawa Timur 1,187 644 84 6,446 1,552 939 209 4,984 270 332 16,647

16 Banten 335 161 61 1,270 61 84 19 1,302 10 30 3,333


17 Bali 243 123 50 860 75 216 8 949 39 34 2,597
18 Nusa Tenggara Barat 196 78 59 955 275 247 32 1,421 59 165 3,487
19 Nusa Tenggara Timur 259 41 20 1,871 156 234 12 1,902 98 54 4,647
20 Kalimantan Barat 209 68 16 1,216 158 226 18 1,715 38 159 3,823

21 Kalimantan Tengah 95 26 7 489 42 60 12 737 12 33 1,513


22 Kalimantan Selatan 289 77 73 1,274 191 293 16 1,208 139 152 3,712

23 Kalimantan Timur 220 123 19 632 75 263 0 1,073 51 45 2,501


24 Sulawesi Utara 210 20 17 708 241 463 0 1,088 19 10 2,776
25 Sulawesi Tengah 173 42 61 1,372 77 247 0 1,480 37 31 3,520

26 Sulawesi Tenggara 434 203 296 1,523 296 305 79 2,437 50 239 5,862
27 Sulawesi Selatan 143 39 49 505 218 167 13 1,101 10 31 2,276

28 Gorontalo 80 17 30 257 59 101 3 384 2 3 936


29 Sulawesi Barat 34 6 13 109 19 32 2 315 2 17 549
30 Maluku 38 4 6 335 50 44 32 418 5 5 937

31 Maluku Utara 38 8 10 283 51 33 3 301 14 6 747

32 Papua 117 14 17 867 72 83 0 1,307 4 68 2,549

33 Irian Jaya Barat 128 33 41 984 102 99 10 1,425 13 121 2,956


Jumlah 10,763 4,631 2,430 52,168 6,415 7,544 818 52,753 2,428 3,552 143,502
Sumber : Pusdatin, Depkes RI, 2006
Lampiran 5.24
JUMLAH PTT YANG MASIH AKTIF
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

No Provinsi Dokter Umum Dokter Gigi Bidan Jumlah Tenaga


(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 489 72 4,269 4,830

2 Sumatera Utara 638 184 3,173 3,995


3 Sumatera Barat 469 125 1,063 1,657
4 Riau 285 91 618 994
5 Jambi 375 82 839 1,296
6 Sumatera Selatan 243 49 1,522 1,814

7 Bengkulu 276 50 1,017 1,343


8 Lampung 185 163 1,284 1,632
9 Kep.Bangka Belitung 79 27 172 278
10 Kepulauan Riau 84 31 46 161
11 DKI Jakarta 42 14 0 56
12 Jawa Barat 803 218 2,479 3,500

13 Jawa Tengah 1,026 213 4,599 5,838

14 DI Yogyakarta 146 64 212 422


15 Jawa Timur 533 301 4,334 5,168

16 Banten 146 121 533 800


17 Bali 120 41 378 539

18 Nusa Tenggara Barat 131 38 349 518

19 Nusa Tenggara Timur 457 66 1,756 2,279

20 Kalimantan Barat 172 67 901 1,140

21 Kalimantan Tengah 228 21 778 1,027


22 Kalimantan Selatan 341 98 848 1,287
23 Kalimantan Timur 111 52 113 276

24 Sulawesi Utara 204 16 471 691

25 Sulawesi Tengah 196 12 1,099 1,307

26 Sulawesi Tenggara 195 25 417 637


27 Sulawesi Selatan 236 187 863 1,286
28 Gorontalo 132 26 110 268

29 Sulawesi Barat 110 39 7 156

30 Maluku 102 21 632 755

31 Maluku Utara 66 5 6 77
32 Papua 200 30 4 234

33 Irian Jaya Barat 76 6 0 82


Jumlah 8,896 2,555 34,892 46,343
Sumber : Biro Kepegawaian, Depkes
Lampiran 5.25
JUMLAH DAN JENIS KETENAGAAN FARMASI DIRUMAH SAKIT PEMERINTAH/ SWASTA DAN PUSKESMAS
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

RS PEMERINTAH RS TNI/POLRI/BUMN RS KHUSUS DI PUSKESMAS RS SWASTA


No Provinsi
SAR APT AA/SMF/ SAR APT AA/SMF/ SAR APT AA/SMF/ SARANA APT AA/SMF/ SAR APT AA/SMF/
D3 FAR D3 FAR D3 FAR D3 FAR D3 FAR
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 18 42 135 - - - - - 272 - - 260 - - -
2 Sumatera Utara 8 15 30 4 1 2 - - - 127 6 44 66 2 11
3 Sumatera Barat 17 13 - 3 - - - - - 220 - - - - -
4 Riau 11 16 - 7 6 - 1 2 - - 5 30 13 9 -
5 Jambi 10 20 77 4 1 - - - - 152 3 101 3 1 17
6 Bengkulu - 12 9 - 5 - 5 - - 213 2 82 - 3 -
7 Sumatera Selatan 4 4 13 2 1 10 - - - 96 - 54 2 1 1
8 Lampung 11 21 102 2 2 2 3 4 7 231 2 96 15 15 45
9 Kepulauan Bangka Belitung 8 10 21 - - - - - - 47 - 36 3 4 8
10 Kepulauan Riau 5 13 19 4 5 10 - - - 46 7 44 11 5 23
11 DKI Jakarta 18 22 34 6 12 32 335 33 130 77 - - - - -
12 Jawa Barat 34 84 169 16 11 15 - - - 965 12 385 63 79 20
13 Jawa Tengah 42 42 - 10 10 - - - - 841 8 436 77 77 -
14 DI Yogyakarta 5 9 20 2 2 5 1 2 3 117 - 66 32 29 68
15 Jawa Timur 41 52 114 32 - - - - - 928 23 480 70 - -
16 Banten 5 21 21 2 5 9 - - - 180 - - 18 24 34
17 Bali 11 12 129 3 4 4 - - - 110 2 64 25 - -
18 Nusa Tenggara Barat - 17 34 2 2 5 8 1 1 130 7 59 - - -
19 Nusa Tenggara Timur 2 25 70 - 2 2 - - - 176 - - - 2 8
20 Kalimantan Barat 13 17 46 4 4 9 3 3 6 206 6 77 10 8 22
21 Kalimantan Tengah 14 14 10 2 - - - - - 38 4 14 - - -
22 Kalimantan Timur 13 26 54 4 2 4 1 1 2 201 4 130 6 6 -
23 Kalimantan Selatan 12 45 79 6 6 27 1 1 3 188 18 66 22 12 21
24 Sulawesi Utara 8 3 4 2 - 2 - - - 224 - 23 23 14 5
25 Sulawesi Tengah 11 20 28 2 1 2 1 2 2 144 - 21 9 2 2
26 Sulawesi Tenggara 24 21 84 3 3 - - - - 365 6 211 13 13 10
27 Sulawesi Selatan 7 10 21 3 - - 2 2 1 156 2 24 9 5 5
28 Gorontalo 6 11 8 2 - - - - - 51 - 3 1 1 -
29 Sulawesi Barat - 9 7 - - - - - - - - - - 1 -
30 Maluku - - - - - - - - - - - - - - -
31 Maluku Utara 7 15 6 2 1 - - - - 11 2 5 3 3 2
32 Papua 10 11 16 4 4 3 - - - 175 2 26 3 2 2
33 Irian Jaya Barat 4 5 9 3 - 2 - - - 73 3 11 4 - -
Indonesia 379 657 1,369 136 90 145 361 51 427 6,488 124 2,848 501 318 304
Sumber : Direktorat Komunitas, Ditjen Binkesmas, Depkes RI
Lampiran 5.26
JUMLAH DAN JENIS KETENAGAAN FARMASI DISARANA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

SARANA PRODUKSI SARANA DISTRIBUSI DAN PELAYANAN


INDUSTRI FARM. OBAT TRAD. PKRT ALKES KOSMETIKA PBF APOTIK TO PENYALUR SUB PENYALUR JUMLAH
No Provinsi
JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH
SAR APT AA SAR APT AA SAR APT AA SAR APT AA SAR APT AA SAR APT AA SAR APT AA SAR AA SAR APT AA SAR APT AA SAR APT AA
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) '(19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26) (27) (28) (29) (30) (31) (32) (33) (34)
1 Nanggroe Aceh Darussalam - - - - - 12 - - - - - - - - - 38 16 - 124 - - 540 292 - - 13 - - - 702 16 317
2 Sumatera Utara 10 - - - - - - - - - - - - - - 110 - - 386 - - 259 - - - - - - - 765 - -
3 Sumatera Barat - - - - - - - - - - - - - - - 76 - - 190 - - 360 - - - - - - - 626 - -
4 Riau - - - - 3 - - - 1 - - - - - - 82 - - 269 269 - 606 606 1 - - 195 - 188 1,153 272 795
5 Jambi 1 - - - - - 6 - - - - - 1 - - 45 - - 119 - 141 141 - 12 - - - - 85 325 - 226
6 Bengkulu 1 27 - 11 11 - - - - 1 - - 1 - - 81 - - 183 183 - 181 - 1 - - 94 - - 554 221 -
7 Sumatera Selatan - - - - - - - - - - - - - - - 14 - 1 46 11 15 34 22 - - - 1 - 1 95 11 39
8 Lampung - - - - - - 3 - - - - - - - - 54 - 53 162 162 297 122 - 1 - 1 39 - 39 381 162 390
9 Kepulauan Bangka Belitung - - - - - - - - - - - - - - - 6 - 6 46 45 - 72 31 - - - 28 4 13 152 49 50
10 Kepulauan Riau - - - - - - 3 - 3 1 - 1 - - - 20 1 20 105 105 169 279 341 13 - 13 19 1 22 440 107 569
11 DKI Jakarta 34 200 - 117 139 - 73 15 27 - - - 99 45 54 310 - - 1234 1317 2827 493 - - - - - - - 2,360 1,716 2,908
12 Jawa Barat 76 152 - 184 182 2 185 - - - - - - - - 369 - 363 2073 1804 279 393 393 3379 2069 1019 - - - 6,659 4,207 2,056
13 Jawa Tengah 31 100 130 37 210 - 55 - - - - - 45 47 84 249 3 252 1133 700 600 600 1896 - - - - - - 2,150 1,060 2,962
14 DI Yogyakarta 1 3 5 29 5 - 4 - 28 6 1 - 8 1 - 50 - 50 113 331 401 58 58 - - - - - - 269 341 514
15 Jawa Timur 51 122 50 351 165 11 125 12 - - - - 144 - - 428 1 - 1721 277 2850 217 1 - - - - - - 3,037 577 2,940
16 Banten 26 52 38 6 6 9 74 36 1 - - - 38 36 - 62 4 59 426 355 368 121 67 - - - - - - 753 489 541
17 Bali 1 2 4 9 8 2 1 - - - - - 2 2 - 72 2 72 336 324 456 104 104 1 - - 52 - - 578 338 639
18 Nusa Tenggara Barat - - - - - - - - - - 1 2 - - - 32 2 63 128 128 33 118 69 65 2 63 - - - 343 133 230
19 Nusa Tenggara Timur - - - 1 - - - - - - - - - - - 27 - - 88 - - 160 - - - - 99 - - 375 - -
20 Kalimantan Barat - - - 10 4 6 1 - - - - - - - - 42 - 42 100 100 277 323 87 - - - 82 - 82 558 104 494
21 Kalimantan Tengah - - - - - - - - - - - - - - - 10 - 2 72 72 17 153 153 - - - - - - 235 72 172
22 Kalimantan Timur - - - 40 5 35 - - - 88 - - 32 - 32 57 1 56 134 - - 305 321 - - - 135 - - 791 6 444
23 Kalimantan Selatan - - - 13 2 1 - - - - - - - - - 45 - 45 197 197 240 308 207 35 - 17 81 - 81 679 199 591
24 Sulawesi Utara - - - 9 3 6 4 - 2 - - - - - - 41 - 41 89 - - 125 - 82 - 82 - - - 350 3 131
25 Sulawesi Tengah - - - - - - - - - - - - - - - 23 - 23 75 75 116 110 126 - - - - - - 208 75 265
26 Sulawesi Tenggara - - - - - - - - - - - - - - - 79 - - 418 - - 398 - - - - - - - 896 - -
27 Sulawesi Selatan 1 - - - - - - - - - - - - - - 15 - 15 62 63 38 171 78 64 - - - - - 312 63 131
28 Gorontalo - - - - - 1 - - - - - - - - - 4 - 4 34 34 14 42 23 - - - - - - 80 34 42
29 Sulawesi Barat - - - - - - - - - - - - - - - - - - 29 24 23 50 - - - - - - - 79 24 23
30 Maluku - - - - - - - - - - - - - - - 15 - - 47 - - 94 - 32 - - - - - 188 - -
31 Maluku Utara - - - - - - - - - - - - - - - 3 - 3 34 34 26 25 9 - - - - - - 62 34 38
32 Papua - - - - - - - - - - - - - - - 35 - - 102 - - 49 - - - - - - 108 186 - 108
33 Irian Jaya Barat - - - - - - - - - - - - - - - 9 - 9 57 57 5 45 45 2 - - - - - 113 57 59
Indonesia 233 658 227 817 743 85 534 63 62 96 2 3 370 131 170 2,503 30 ### 10,332 6,667 9,192 7,056 4,929 3,688 2,071 1,208 825 5 619 26,454 10,370 17,674
Sumber : Direktorat Komunitas, Ditjen Binkesmas, Depkes RI 9
Lampiran 5.27
JUMLAH PESERTA DIDIK TAHUN AJARAN 2006/2007
DI POLTEKKES MENURUT PROFESI

Peserta Didik
No Jenis Profesi Jumlah
I II III
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 KEPERAWATAN
Keperawatan 5,392 4,605 4,367 14,364
Kebidanan 4,064 3,831 3,484 11,379
Kesehatan Gigi 1,054 1,120 981 3,155
Sub Total 10,510 9,556 8,832 28,898
2 KEFARMASIAN
Analisa Farmasi dan Makanan 100 80 80 260
Farmasi 470 440 390 1,300
Sub Total 570 520 470 1,560
3 KESEHATAN MASYARAKAT
Kesehatan Lingkungan 1,384 1,390 1,184 3,958
Sub Total 1,384 1,390 1,184 3,958
4 GIZI
Gizi 1,659 1,495 1,330 4,484
Sub Total 1,659 1,495 1,330 4,484
5 KETERAPIAN FISIK
Fisioterapi 140 160 160 460
Okupasi Terapi 50 80 80 210
Sub Total 190 240 240 670
6 KETEKNISIAN MEDIS
Analis Kesehatan 760 821 704 2,285
Teknik Gigi 50 80 80 210
Teknik Radiodiagnostik dan Terapi 225 160 180 565
Teknik Elektromedik 220 200 180 600
Ortetik Prostetik 30 50 40 120
Sub Total 1,285 1,311 1,184 3,780
Jumlah 15,598 14,512 13,240 43,350
Sumber: Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan,Pusdiknakes, PPSDM,Depkes, 2006
Lampiran 5.28
JUMLAH PESERTA DIDIK TAHUN AJARAN 2006/2007
DI NON POLTEKKES MENURUT PROFESI

Peserta Didik
No Jenis Profesi Jumlah
I II III
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Keperawatan
SPK 1,485 1,320 1,665 4,470
AKPER 27,871 24,027 21,613 73,511
AKBID 10,443 6,166 5,241 21,850
SPRG 370 290 290 950
Sub Total 40,169 31,803 28,809 100,781
2 Kefarmasian
SMF 3,386 2,858 2,679 8,923
AKAFARMA 1,350 1,150 891 3,391
AKFAR 2,125 1,700 1,208 5,033
Sub Total 6,861 5,708 4,778 17,347
3 Kesehatan Masyarakat
AKL 1,160 900 887 2,947
Sub Total 1,160 900 887 2,947
4 Gizi
AKZI 665 730 494 1,889
Sub Total 665 730 494 1,889
5 Keterapian Fisik
AKFIS 920 730 734 2,384
ATW 100 80 50 230
Akupuntur 120 50 80 250
Sub Total 1,140 860 864 2,864
6 Keteknisian Medik
SMAK 750 598 584 1,932
AAK 1,690 1,380 1,196 4,266
ATG 100 160 130 390
PTTD 140 115 255
ATRO 630 390 389 1,409
APIKES 1,225 890 846 2,961
ATEM 380 290 350 1,020
ARO 700 460 380 1,540
KARDIOVAKULER 60 50 110
Sub Total 5,675 4,333 3,875 13,883
TOTAL 55,670 44,334 39,707 139,711

Sumber: Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan,Pusdiknakes, PPSDM,Depkes, 2006


Lampiran 5.29
JUMLAH PESERTA DIDIK PROGRAM KHUSUS
TAHUN 2006

Peserta Didik Jumlah


No Provinsi
Keperawatan Kebidanan Gizi Kesehatan Gigi Analis Kesehatan Kesehatan Lingkungan Farmasi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 185 185
2 Sumatera Utara 85 313 398
3 Sumatera Barat 163 130 293
4 Riau 80 85 165
5 Jambi 100 40 140
6 Sumatera Selatan 38 190 45 273
7 Bengkulu 80 120 200
8 Lampung 80 80
9 Kepulauan Bangka Belitung 0
10 Kepulauan Riau 0
11 DKI Jakarta 368 30 398
12 Jawa Barat 220 204 36 460
13 Jawa Tengah 208 444 40 57 40 789
14 DI Yogyakarta 80 80
15 Jawa Timur 499 322 45 866
16 Banten 80 19 99
17 Bali 168 168
18 Nusa Tenggara Barat 218 90 308
19 Nusa Tenggara Timur 132 132
20 Kalimantan Barat 74 50 40 35 40 239
21 Kalimantan Tengah 70 110 180
22 Kalimantan Selatan 137 175 40 50 402
23 Kalimantan Timur 93 50 143
24 Sulawesi Utara 51 40 91
25 Sulawesi Tengah 120 120
26 Sulawesi Selatan 385 244 75 40 744
27 Sulawesi Tenggara 80 80
28 Gorontalo 0
29 Sulawesi Barat 0
30 Maluku 0
31 Maluku Utara 40 80 120
32 Papua 115 115
33 Irian Jaya Barat 0
JUMLAH 3,504 3,122 85 191 147 54 165 7,268
Sumber: Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan,Pusdiknakes, PPSDM,Depkes, 2006
Lampiran 5.30
JUMLAH LULUSAN DIKNAKES POLTEKKES DAN NON POLTEKKES
MENURUT JENIS TENAGA KESEHATAN TAHUN 2006

Jumlah
No Jenis Tenaga Kesehatan Jumlah
POLTEKKES NON POLTEKKES
(1) (2) (3) (4) (5)
A KEPERAWATAN
1 SPK 0 915 915
2 AKPER 4,231 19,580 23,811
3 AKBID 3,287 4,977 8,264
4 SPRG 0 209 209
5 AKG 742 742
Sub Total 8,260 25,681 33,941
B KEFARMASIAN
1 SMF 0 2,809 2,809
2 AKAFARMA 40 874 914
3 AKFAR 286 1,036 1,322
Sub Total 326 4,719 5,045
C KESEHATAN MASYARAKAT
1 AKL 1,021 536 1,557
Sub Total 1,021 536 1,557
D GIZI
1 AKZI 1,114 301 1,415
Sub Total 1,114 301 1,415
E KETERAPIAN FISIK
1 AKFIS 120 638 758
2 AOT 40 0 40
3 ATW 0 60 60
4 AKUPUNKTUR 0 0 0
Sub Total 160 698 858
F KETEKNISIAN MEDIS
1 SMAK 0 532 532
2 AAK 478 839 1,317
3 ATG 40 138 178
4 PTTD 0 70 70
5 ATRO 120 335 455
6 APIKES 0 736 736
7 ATEM 120 294 414
8 ARO 0 293 293
9 AOP 80 0 80
10 KARDIOVASKULER 0 0 0
Sub Total 838 3,237 4,075
Jumlah 11,719 35,172 46,891
Sumber: Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan,Pusdiknakes, PPSDM,Depkes, 2006
Lampiran 5.31
DISTRIBUSI LULUSAN POLTEKKES
BERDASARKAN JURUSAN/PROGRAM STUDI DAN KOTA TAHUN 2006

Jurusan/ Program Studi


No POLTEKKES Teknik Teknik Okupasi Ortotik Total
Keperawatan Kebidanan Kes. Ling Gizi Kes. Gigi Farmasi Analis Kes. Teknik Gigi AKAFARMA Fisioterapi
Elektromedik Radiodiagnostik Terapi Prostetik
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)

1 Banda Aceh 254 85 33 69 67 0 0 0 0 0 0 0 0 0 508

2 Medan 80 200 60 40 50 40 60 0 0 0 0 0 0 0 530

3 Padang 147 166 46 46 16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 421

4 Pekanbaru 76 194 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 270

5 Jambi 80 87 43 0 38 0 0 0 0 0 0 0 0 0 248

6 Bengkulu 69 217 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 286

7 Palembang 174 40 0 36 39 36 39 0 0 0 0 0 0 0 364

8 Tanjung Karang 102 119 31 0 49 0 60 0 0 0 0 0 0 0 361

9 Jakarta I 40 40 0 0 40 0 0 0 0 0 0 0 0 0 120

10 Jakarta II 0 0 40 100 0 60 0 40 40 40 40 0 0 0 360

11 Jakarta III 219 129 0 0 0 0 40 0 0 0 0 0 0 0 388

12 Bandung 159 205 35 92 44 0 72 0 0 0 0 0 0 0 607

13 Tasikmalaya 93 106 0 0 33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 232

14 Semarang 400 160 80 80 80 0 0 0 80 0 0 0 0 0 880

15 Surakarta 80 40 0 0 0 0 0 0 0 0 0 80 40 80 320

16 Yogyakarta 152 109 90 97 79 0 28 0 0 0 0 0 0 0 555

17 Malang 218 261 0 60 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 539

18 Surabaya 336 199 160 0 40 0 100 80 0 0 0 0 0 0 915

19 Denpasar 181 87 41 46 38 0 0 0 0 0 0 0 0 0 393

20 Mataram 128 40 0 32 0 0 40 0 0 0 0 0 0 0 240

21 Kupang 129 50 41 0 50 40 0 0 0 0 0 0 0 0 310

22 Pontianak 50 50 35 39 39 0 39 0 0 0 0 0 0 0 252

23 Palangkaraya 40 51 0 39 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 130

24 Banjarmasin 0 40 39 50 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 129

25 Samarinda 40 80 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 120

26 Menado 160 128 40 90 40 70 0 0 0 0 0 0 0 0 528

27 Palu 160 80 67 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 307

28 Makasar 200 40 40 40 0 40 0 0 0 0 0 40 0 0 400

29 Kendari 80 62 0 59 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 201

30 Ambon 205 62 50 49 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 366

31 Ternate 79 80 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 159

32 Jayapura 100 80 50 50 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 280

Total 4,231 3,287 1,021 1,114 742 286 478 120 120 40 40 120 40 80 11,719
Sumber: Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan,Pusdiknakes, PPSDM,Depkes, 2006
Lampiran 5.32
DISTRIBUSI LULUSAN NON POLTEKKES
BERDASARKAN JURUSAN /PROGRAM STUDI DAN KOTA TAHUN 2006

Keperawatan Kefarmasian Kesmas Gizi Keterapian Fisik

AKUPUNTUR
AKAFARMA
AKPER

AKFAR
AKBID

AKFIS

SMAK
SPRG

AKZI
No Provinsi

ATW
AKG

AAK
SMF

ATG
AOT
SPK

AKL
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 50 - 640 260 - - 50 50 80 - 100 - - - - - 60
2 Sumatera Utara 200 - 2,424 843 - 260 130 - 82 - 65 - - - 60 - 69
3 Sumatera Barat - - 601 128 - 80 26 89 - 28 6 - - - - - 24
4 Riau - - 379 - - 88 48 - - - 48 - - - 63 - -
5 Jambi - - 336 - - - - - - - - - - - - - 45
6 Sumatera Selatan - - 584 91 - - - - 41 - 10 - - - - - -
7 Bengkulu - - 308 - - 79 - - - - - - - - - - 60
8 Lampung - - 510 - - - 31 - - - - - - - - - -
9 Kepulauan Bangka Belitung 54 - 121 - - - - - - - - - - - - - -
10 Kepulauan Riau - - 49 - - - - - - - - - - - - - -
11 DKI Jakarta 49 140 2,466 255 - 460 80 100 - 120 110 - - 50 140 50 60
12 Jawa Barat - - 2,099 - - 314 - 49 11 - - - - - - - 103
13 Jawa Tengah 160 - 2,630 740 - 220 160 110 320 150 100 - - - 140 - 240
14 DI Yogyakarta - - 555 - - 78 - - 36 - - - - - - - 65
15 Jawa Timur - 19 2,460 389 - 490 164 80 80 60 50 - - - 128 60 220
16 Banten - - 131 112 - - - - - - - - - - - - -
17 Bali 80 - 80 47 - 79 - - - - - - - - - - -
18 Nusa Tenggara Barat 69 - 80 - - - - - 77 - - - - - - - -
19 Nusa Tenggara Timur 53 - 150 - - - - - - - - - - - - - -
20 Kalimantan Barat - - 320 - - - - 47 - - - - - - - - -
21 Kalimantan Tengah - - 154 - - - - - - - - - - - - - -
22 Kalimantan Selatan - - 292 39 - 64 - - - - - - - - - - -
23 Kalimantan Timur - - 228 - - - - 16 26 - - - - - - - -
24 Sulawesi Utara - - 295 - - - - - - - 40 - - - - - -
25 Sulawesi Tengah - - 240 - - - - 56 - - - - - - - - -
26 Sulawesi Selatan 200 50 953 81 - 82 - 36 55 - - - - - - - -
27 Sulawesi Tenggara - - 266 - - - - 59 30 - - - - - - - -
28 Gorontalo - - - - - - - - - - - - - - - - -
29 Sulawesi Barat - - - - - - - - - - - - - - - - -
30 Maluku - - - - - - - - - - - - - - - - -
31 Maluku Utara - - - - - - - - - - - - - - - - -
32 Papua - - - - - - - - - - - - - - - - -
33 Irian Jaya Barat - - - - - - - - - - - - - - - - -
JUMLAH 915 209 19,351 2,985 - 2,294 689 692 838 358 529 - 50 531 110 946
Sumber: Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan,Pusdiknakes, PPSDM,Depkes, 2006
Lampiran 5.33

JUMLAH PELATIHAN YANG DILAKSANAKAN PUSDIKLATKES DAN BAPELKES NASIONAL


TAHUN 2006

Manajemen
No Unit Kerja Pra Jabatan Diklat Pimpinan Diklat Fungsional Diklat Teknis Jumlah
Kesehatan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 Pusdiklat - 2 8 30 27 67

2 Bapelkes Cilandak 8 7 4 23 10 52

3 Bapelkes Ciloto 4 - - 6 - 10

4 Bapelkes Lemah Abang 3 - 2 3 6 14

5 Bapelkes Salaman - - - - - -

6 Bapelkes Makassar 7 2 8 46 35 98

Jumlah 22 11 22 108 78 241

Sumber : Pusdiklat, Badan PPSDM, Depkes


Lampiran 5.34
JUMLAH DAN PERSENTASE KEPESERTAAN PENDUDUK DALAM JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN (JPK)
MENURUT JENIS DAN PROVINSI TAHUN 2006

Peserta Jenis Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK)


Jumlah Jumlah Kartu
No Provinsi BPL & PRA Dana
Penduduk (***) MASKIN JPK % NON JPK % ASKES % JAMSOSTEK % % % Lain-lain % Sehat/ASKE %
BPL JPKM Sehat
SKIN
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 4,225,999 3,381,791 3,955,602 0.94 270,397 0.06 179,842 0.05 519 0.00 391,936 0.20 1,514 0.00 0.00 3,381,791 0.85
2 Sumatera Utara 12,122,520 2,867,820 6,690,825 0.55 5,434,695 0.45 819,352 0.12 219,783 0.30 93,363 1.00 10,215 0.00 2,680,292 0.40 2,867,820 0.43
3 Sumatera Barat 4,528,282 1,083,424 1,696,976 0.37 2,831,306 0.63 441,221 0.26 66,122 0.40 102,622 0.60 3,587 0.00 0.00 1,083,424 0.64
4 Riau 4,235,400 1,036,115 1,485,505 0.35 2,749,895 0.65 440,234 0.30 5,394 0.00 0.00 3,762 0.00 0.00 1,036,115 0.70
5 Jambi 2,568,391 486,409 842,816 0.33 1,725,575 0.67 283,403 0.34 18,569 0.2 0.0 54,435 0.6 0.00 486,409 0.58
6 Sumatera Selatan 6,864,532 1,920,001 3,853,939 0.56 3,010,593 0.44 589,915 0.15 59,102 0.20 1,056 0.00 1,216,089 0.32 67,776 0.20 1,920,001 0.50
7 Bengkulu 1,691,768 502,613 698,241 0.41 993,527 0.59 155,128 0.22 6,682 0.10 6,883 0.10 21,556 0.30 5,379 0.10 502,613 0.72
8 Lampung 7,028,588 2,130,200 3,433,163 0.49 3,595,425 0.51 420,143 0.12 195,244 0.60 0.00 111,357 0.30 576,219 0.17 2,130,200 0.62
9 Kepulauan Bangka Belitung 1,004,623 129,801 297,945 0.30 706,678 0.70 116,180 0.39 0.00 51,964 0.17 0.00 0.00 129,801 0.44
10 Kepulauan Riau 1,245,708 172,816 172,816 0.14 1,072,892 0.86 0.00 0.00 0.00 0.00 172,816 0.10
11 DKI Jakarta 8,622,065 881,216 2,823,397 0.33 5,798,668 0.67 738,037 0.26 363,528 0.13 98,722 0.30 0.00 741,894 0.26 881,216 0.31
12 Jawa Barat 38,152,356 7,550,535 16,203,182 0.42 21,949,174 0.58 4,150,776 0.26 1,085,992 0.7 715,170 0.4 1,475,372 0.9 1,225,337 0.8 7,550,535 0.47
13 Jawa Tengah 32,400,476 10,367,184 14,396,037 0.44 18,004,439 0.56 2,027,083 0.14 395,827 0.3 1,507,848 0.10 96,945 0.1 1,150 0.00 10,367,184 0.72
14 DI Yogyakarta 3,384,442 769,091 1,371,065 0.41 2,013,377 0.59 435,897 0.32 6,204 0.00 99,581 0.7 0.00 60,292 0.4 769,091 0.56
15 Jawa Timur 36,206,060 9,181,419 13,639,760 0.38 22,566,300 0.62 1,807,703 0.13 462,012 0.3 262,741 0.2 1,924,623 0.14 1,262 0.00 9,181,419 0.67
16 Banten 8,977,896 1,814,399 3,283,303 0.37 5,694,593 0.63 383,017 0.12 571,359 0.17 11,195 0.00 1,265 0.00 502,068 0.15 1,814,399 0.55
17 Bali 3,393,830 548,357 1,721,426 0.51 1,672,404 0.49 488,348 0.28 74,274 0.4 212,806 0.12 257,228 0.15 140,413 0.8 548,357 0.32
18 Nusa Tenggara Barat 4,039,434 1,949,507 2,330,224 0.58 1,709,210 0.42 358,000 0.15 11,537 0.00 8,897 0.00 2,283 0.00 0.00 1,949,507 0.84
19 Nusa Tenggara Timur 4,184,674 2,652,342 3,028,108 0.72 1,156,566 0.28 234,712 0.8 27,984 0.1 83,639 0.3 17,462 0.1 11,969 0.00 2,652,342 0.88
20 Kalimantan Barat 3,713,815 1,321,714 1,672,704 0.45 2,041,111 0.55 287,869 0.17 18,674 0.1 20,234 0.1 24,213 0.1 0.00 1,321,714 0.79
21 Kalimantan Tengah 1,866,867 485,483 725,675 0.39 1,141,192 0.16 209,559 0.29 1,487 0.00 0.00 19,120 0.3 10,026 0.1 485,483 0.67
22 Kalimantan Selatan 3,240,725 670,674 1,099,687 0.34 2,141,038 0.66 313,517 0.29 45,529 0.4 24,686 0.2 25,379 0.2 19,902 0.2 670,674 0.61
23 Kalimantan Timur 2,682,492 482,183 1,322,867 0.49 1,359,625 0.51 426,858 0.32 179,260 0.14 1,514 0.00 1,097 0.00 231,955 0.18 482,183 0.36
24 Sulawesi Utara 2,149,114 697,203 1,042,273 0.48 1,106,841 0.52 205,771 0.20 59,783 0.6 3,098 0.00 75,894 0.7 524 0.00 697,203 0.67
25 Sulawesi Tengah 2,290,722 730,596 827,545 0.36 1,463,177 0.64 71,280 0.9 15,022 0.2 10,647 0.1 0.00 0.00 730,596 0.88
26 Sulawesi Selatan 7,578,760 2,001,658 2,525,774 0.33 5,052,986 0.67 307,058 0.12 13,227 0.1 70 0.00 35,860 0.1 167,901 0.7 2,001,658 0.79
27 Sulawesi Tenggara 1,990,114 889,657 1,110,980 0.56 879,134 0.44 210,165 0.19 11,158 0.1 0.00 0.00 0.00 889,657 0.80
28 Gorontalo 899,653 386,836 601,049 0.67 298,604 0.33 97,696 0.16 9,641 0.2 12,885 0.2 93,991 0.16 0.00 386,836 0.64
29 Sulawesi Barat 995,114 362,197 362,197 0.36 632,917 0.64 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 362,197 100.00
30 Maluku 1,275,498 636,318 755,561 0.59 519,937 0.41 107,177 0.14 1,075 0.00 204 0.00 880 0.00 9,907 0.1 636,318 0.84
31 Maluku Utara 858,656 421,703 503,098 0.59 355,558 0.41 56,685 0.11 13,846 0.3 72 0.00 924 0.00 9,868 0.2 421,703 0.84
32 Papua 1,797,008 1,088,618 1,529,506 0.85 267,502 0.15 238,329 0.16 6,975 0.00 0.00 27,454 0.2 168,130 0.11 1,088,618 0.71
33 Irian Jaya Barat 584,360 400,120 400,120 0.68 184,240 0.32 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 400,120 100.00
Jumlah 216,799,942 60,000,000 96,403,366 120,399,576 16,600,955 3,945,809 3,721,833 5,502,505 6,632,264 60,000,000
Sumber : Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan
Lampiran 5.35
DISTRIBUSI PESERTA JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN (JPK) MENURUT JENIS DAN PROVINSI
TAHUN 2006

Jumlah Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (Jiwa)


No Provinsi Penduduk Jumlah MASKIN JAMSOS JPKM (%)
ASKES Dana Sehat Kartu Sehat Lain-lain Total
(***) TEK BAPEL PRA-BAPEL
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 4,225,999 3,381,791 179,842 519 391,936 1,514 3,381,791 3,955,602 93.60

2 Sumatera Utara 12,122,520 5,867,820 819,352 219,783 36,304 57,059 10,215 2,867,820 2,680,292 6,690,825 55.19

3 Sumatera Barat 4,528,282 1,083,424 441,221 66,122 98,907 3,715 3,587 1,083,424 1,696,976 37.48

4 Riau 4,235,400 1,036,115 440,234 5,394 3,762 1,036,115 1,485,505 35.07

5 Jambi 2,568,391 486,409 283,403 18,569 54,435 486,409 842,816 32.81

6 Bengkulu 1,691,768 502,613 589,915 59,102 6,883 1,216,089 1,920,001 67,776 3,859,766 228.15

7 Sumatera Selatan 6,864,532 1,920,001 155,128 6,682 1,056 21,556 502,613 5,379 692,414 10.09

8 Lampung 7,028,588 2,130,200 420,143 195,244 111,357 2,130,200 576,219 3,433,163 48.85

9 Kepulauan Bangka Belitung 1,004,623 129,801 116,180 51,964 129,801 297,945 29.66

10 Kepulauan Riau 1,245,708 172,816 172,816 172,816 13.87

11 DKI Jakarta 8,622,065 891,216 738,037 363,528 89,896 8,826 881,216 741,894 2,823,397 32.75

12 Jawa Barat 38,152,356 7,550,535 4,150,776 1,085,992 35,500 679,670 1,475,372 7,550,535 1,225,337 16,203,182 42.47

13 Jawa Tengah 32,400,476 10,367,184 2,027,083 395,827 20,076 1,487,772 96,945 10,367,184 1,150 14,396,037 44.43

14 DI Yogyakarta 3,384,442 769,091 435,897 6,204 99,581 769,091 60,292 1,371,065 40.51

15 Jawa Timur 36,206,060 9,181,419 1,807,703 462,012 101,577 161,164 1,924,623 9,181,419 1,262 13,639,760 37.67

16 Banten 8,977,896 1,814,399 383,017 571,359 11,195 1,265 1,814,399 502,068 3,283,303 36.57

17 Bali 3,393,830 548,357 488,348 74,274 212,806 257,228 548,357 140,413 1,721,426 50.72

18 Nusa Tenggara Barat 4,039,434 1,949,507 358,000 11,537 8,897 2,283 1,949,507 2,330,224 57.69

19 Nusa Tenggara Timur 4,184,674 2,652,342 234,712 27,984 63,548 20,091 17,462 2,652,342 11,969 3,028,108 72.36

20 Kalimantan Barat 3,713,815 1,321,714 287,869 18,674 20,234 24,213 1,321,714 1,672,704 45.04

21 Kalimantan Tengah 1,866,867 485,483 209,559 1,487 19,120 485,483 10,026 725,675 38.87

22 Kalimantan Timur 2,682,492 482,183 313,517 45,529 450 1,064 25,379 670,674 19,902 1,076,515 40.13

23 Kalimantan Selatan 3,240,725 670,674 426,858 179,260 24,686 1,097 482,183 231,955 1,346,039 41.54

24 Sulawesi Utara 2,149,114 697,203 205,771 59,783 3,098 75,894 697,203 524 1,042,273 48.50

25 Sulawesi Tengah 2,290,722 730,596 71,280 15,022 10,647 730,596 827,545 36.13

26 Sulawesi Tenggara 1,990,114 889,657 307,058 13,227 35,860 2,001,658 167,901 2,525,704 126.91

27 Sulawesi Selatan 7,578,760 2,001,658 210,165 11,158 70 889,657 1,111,050 14.66

28 Gorontalo 899,653 386,836 97,696 9,641 12,885 93,991 386,836 601,049 66.81

29 Sulawesi Barat 995,114 362,197 362,197 362,197 36.40

30 Maluku 1,275,498 636,318 107,177 1,075 204 880 636,318 9,907 755,561 59.24

31 Maluku Utara 858,656 421,703 56,685 13,846 72 924 421,703 9,868 503,098 58.59

32 Papua 1,797 1,088,618 238,329 6,975 27,454 1,088,618 168,130 1,529,506 85,114.41

33 Irian Jaya Barat 584,360 400,120 400,120 400,120

Jumlah 215,004,731 63,010,000 16,600,955 3,945,809 771,530 2,950,303 5,502,505 60,000,000 6,632,264 96,403,366 44.84
Persentase Berdasarkan Jumlah
7.72 1.84 1.73 2.56 27.91 3.08
Penduduk
Sumber : Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan
Lampiran 6.1

PERBANDINGAN BEBERAPA DATA KEPENDUDUKAN DI NEGARA ASEAN


TAHUN 2006

Laju
Persentase Persentase
Jumlah Kepadatan Pertumbuhan Persentase Persentase Angka Beban GNI PPP per
Penduduk di Penduduk Usia
No Negara Penduduk (Juta Penduduk Penduduk Penduduk Usia Penduduk Usia Tanggungan kapita (US$)
Daerah 65 Tahun Ke
Jiwa) (per Km²) 1990-2005 0-14 Tahun 15 - 64 Tahun (%) Tahun 2005
Perkotaan Atas
(%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

1 Brunei Darussalam 0.4 63 72 2.5 30 67 3 49 -

2 Indonesia 225.5 118 42 1.4 29 66 5 51 3,950

3 Kamboja 14.1 77 15 2.5 37 60 3 60 2,920

4 Laos 6.1 25 19 2.4 43 53 4 70 2,050

5 Malaysia 26.9 81 62 2.3 33 63 4 55 11,300

6 Myanmar 51.0 75 29 1.4 32 63 5 55 -

7 Filipina 86.3 287 48 2.0 35 61 4 58 5,890

8 Singapura 4.5 7,174 100 2.4 20 72 8 42 31,700

9 Thailand 65.2 127 33 1.1 23 70 7 45 9,140

10 Vietnam 84.2 253 26 1.6 29 64 7 54 3,300

Sumber : - World Population Data Sheet, USAID, 2006


- The State of The Worlds Children, 2007 : Laju pertumbuhan penduduk
Lampiran 6.2

PERBANDINGAN BEBERAPA DATA KEPENDUDUKAN DI NEGARA-NEGARA SEARO


TAHUN 2006

Laju
Persentase Persentase
Jumlah Kepadatan Pertumbuhan Persentase Persentase Angka Beban GNI PPP per
Penduduk di Penduduk Usia
No Negara Penduduk (Juta Penduduk Penduduk Penduduk Usia Penduduk Usia Tanggungan kapita (US$)
Daerah 65 Tahun Ke
Jiwa) (per Km²) 1990-2005 0-14 Tahun 15 - 64 Tahun (%) Tahun 2005
Perkotaan Atas
(%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

1 Bangladesh 146.6 1,014 23 2.1 35 62 3 62 2,090

2 Bhutan 0.9 19 31 1.8 33 62 5 61 -

3 DPR Korea 23.1 191 60 0.9 27 65 8 54 -

4 India 1,121.8 340 29 1.7 36 60 4 67 3,460

5 Indonesia 225.5 118 42 1.4 29 66 5 51 3,950

6 Maldives 0.3 990 27 2.8 33 62 5 61 -

7 Myanmar 51.0 75 29 1.4 32 63 5 55 -

8 Nepal 26.0 176 14 2.3 41 55 4 82 1,530

9 Sri Lanka 19.9 302 20 1.0 26 67 7 49 4,520

10 Thailand 65.2 127 33 1.1 23 70 7 45 9,140

11 Timor Leste 1.0 65 22 1.6 43 54 3 69 -

Sumber : - World Population Data Sheet, USAID, 2006


- The State of The Worlds Children, 2007 : Laju pertumbuhan penduduk
Lampiran 6.3

PERBANDINGAN ANGKA KELAHIRAN, ANGKA KEMATIAN, DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA


DI NEGARA ASEAN

Indeks Usia Harapan Angka Kelahiran Angka Kematian


Total Fertility Angka Kematian Angka Kematian Angka Kematian Ibu
Pembangunan Hidup Waktu Kasar per 1000 Kasar per 1000
No Negara Rate (TFR) Bayi (AKB) Balita (AKABA) yang dilaporkan
Manusia Lahir Penduduk Penduduk
Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2005 1990 - 2005
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1 Brunei Darussalam 0.894 75 2.4 20 3 9 9 0

2 Indonesia 0.728 69 2.4 20 6 35 36 310

3 Kamboja 0.598 60 3.7 30 9 91 143 440

4 Laos 0.601 54 4.8 36 13 88 79 410

5 Malaysia 0.811 74 2.6 20 4 10 12 30

6 Myanmar 0.583 60 2.5 21 10 75 105 230

7 Filipina 0.771 70 3.4 27 5 27 33 170

8 Singapura 0.922 80 1.2 10 4 2 3 6

9 Thailand 0.781 71 1.7 14 7 20 21 24

10 Vietnam 0.733 72 2.1 19 5 18 19 170

Sumber : - World Population Data Sheet, USAID, 2006


- Human Development Report 2007/2008 : Indeks Pembangunan Manusia
- Immunization Summary 2007 : Angka Kematian Balita
- The State of The Worlds Children, 2007 : Angka Kematian Ibu
Lampiran 6.4

PERBANDINGAN ANGKA KELAHIRAN, ANGKA KEMATIAN, DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA


DI NEGARA-NEGARA SEARO

Indeks Usia Harapan Angka Kelahiran Angka Kematian


Total Fertility Angka Kematian Angka Kematian Angka Kematian Ibu
Pembangunan Hidup Waktu Kasar per 1000 Kasar per 1000
No Negara Rate (TFR) Bayi (AKB) Balita (AKABA) yang dilaporkan
Manusia Lahir Penduduk Penduduk
Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2005 1990 - 2005
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1 Bangladesh 0.547 61 3.0 27 8 65 73 320

2 Bhutan 0.579 63 2.9 20 7 40 75 260

3 DPR Korea - 71 2.0 16 7 21 55 110

4 India 0.619 63 2.9 24 8 58 74 540

5 Indonesia 0.728 69 2.4 20 6 35 36 310

6 Maldives 0.741 70 2.8 18 3 15 42 140

7 Myanmar 0.583 60 2.5 21 10 75 105 230

8 Nepal 0.534 62 3.7 31 9 64 74 540

9 Sri Lanka 0.743 74 2.0 19 6 11 14 43

10 Thailand 0.781 71 1.7 14 7 20 21 24

11 Timor Leste 0.514 56 6.3 42 15 88 61 -

Sumber : - World Population Data Sheet, USAID, 2006


- Human Development Report 2007/2008 : Indeks Pembangunan Manusia
- Immunization Summary 2007 : Angka Kematian Balita
- The State of The Worlds Children, 2007 : Angka Kematian Ibu
Lampiran 6.5

PERBANDINGAN DATA TUBERKULOSIS DI NEGARA ASEAN


TAHUN 2004/2005

Kematian yang
Prevalensi TB Paru Insidens TB Paru Proporsi kasus TB Paru melalui DOTS
berhubungan dengan TB
No Negara per 100.000 Penduduk per 100.000 Penduduk
Paru per 100.000 penduduk
Tahun 2005 Tahun 2005 CDR (2005) SR (2004)
(2004)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Brunei Darussalam 63 54 5 112 71

2 Indonesia 262 239 46 66 90

3 Kamboja 703 506 94 66 91

4 Laos 306 155 25 68 86

5 Malaysia 131 102 16 73 56

6 Myanmar 170 171 21 95 84

7 Filipina 450 291 48 75 87

8 Singapura 28 29 5 100 81

9 Thailand 204 142 19 74 74

10 Vietnam 235 175 13 93 93

Sumber : World Health Statistic, 2007


Keterangan : - CDR = Case Detection Rate (Penemuan kasus baru)
- SR = Succes Rate (Angka kesembuhan)
Lampiran 6.6

PERBANDINGAN DATA TUBERKULOSIS DI NEGARA-NEGARA SEARO


TAHUN 2004/2005

Kematian yang
Prevalensi TB Paru Insidens TB Paru per Proporsi kasus TB Paru melalui DOTS
berhubungan dengan TB
No Negara per 100.000 Penduduk 100.000 Penduduk Tahun
Paru per 100.000 penduduk
Tahun 2005 2005 CDR (2005) SR (2004)
(2004)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Bangladesh 406 237 51 59 90

2 Bhutan 174 103 20 31 83

3 DPR Korea 179 178 13 99 89

4 India 299 168 30 61 86

5 Indonesia 262 239 46 66 90

6 Maldives 53 47 4 94 95

7 Myanmar 170 171 21 95 84

8 Nepal 244 180 24 67 87

9 Sri Lanka 80 60 9 86 85

10 Thailand 204 142 19 74 74

11 Timor Leste 713 556 85 44 80

Sumber : World Health Statistic, 2007


Keterangan : - CDR = Case Detection Rate (Penemuan kasus baru)
- SR = Succes Rate (Angka kesembuhan)
Lampiran 6.7
ANGKA ESTIMASI HIV DAN AIDS DI NEGARA ASEAN
TAHUN 2005

1. Angka Estimasi HIV 2. Kematian Akibat AIDS

Dewasa (15–49) Rate


Dewasa dan Anak-anak Dewasa (15+) Wanita (15+) Dewasa dan Anak-anak
(%)
No Negara
[estimasi
[estimasi rendah – [estimasi rendah – Estimas rendah – [estimasi rendah – [estimasi rendah –
Estimasi Estimasi Estimasi Estimasi
estimasi tinggi] estimasi tinggi] i estimasi estimasi tinggi] estimasi tinggi]
tinggi]
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

1 Brunei Darussalam <100 [<200] <100 [<200] <0,1 [<0.2] <100 [<200] <100 [<200]

2 Indonesia 170,000 [100.000 – 290.000] 170,000 [100.000 – 290.000] 0.1 [0.1 – 0.2] 29,000 [15.000 – 52.000] 5,500 [3.300 – 8.300]

3 Kamboja 130,000 [74.000 – 210.000] 130,000 [70.000 – 200.000] 1.6 [0.9 – 2.6] 59,000 [28.000 – 99.000] 16,000 [8.500 – 26.000]

4 Laos 3,700 [1.800 – 12.000] 3,600 [1.700 – 12.000] 0.1 [0.1 – 0.4] <1000 [260 – 2.000] <100 [<200]

5 Malaysia 69,000 [33.000 – 220.000] 67,000 [32.000 – 220.000] 0.5 [0.2 – 1.5] 17,000 [7.300 – 57.000] 4,000 [2.100 – 7.200]

6 Myanmar 360,000 [200.000 – 570.000] 350,000 [200.000 – 550.000] 1.3 [0.7 – 2.0] 110,000 [53.000 – 190.000] 37,000 [20.000 – 62.000]

7 Filipina 12,000 [7.300 – 20.000] 12,000 [7.200 – 20.000] <0,1 [<0.2] 3,400 [1.800 – 6.000] <1000 [<1.000]

8 Singapura 5,500 [3.100 – 14.000] 5,500 [3.000 – 14.000] 0.3 [0.2 – 0.7] 1,500 [700 – 3.700] <100 [<200]

9 Thailand 580,000 [330.000 – 920.000] 560,000 [320.000 – 900.000] 1.4 [0.7 – 2.1] 220,000 [100.000 – 370.000] 21,000 [14.000 – 42.000]

10 Vietnam 260,000 [150.000 – 430.000] 250,000 [150.000 – 420.000] 0.5 [0.3 – 0.9] 84,000 [43.000 – 150.000] 13,000 [7.800 – 20.000]

Sumber: 2006 Report on the global AIDS epidemic, UNAIDS/WHO, May 2006
Lampiran 6.8
ANGKA ESTIMASI HIV DAN AIDS DI NEGARA-NEGARA SEARO
TAHUN 2005

1. Angka Estimasi HIV 2. Kematian Akibat AIDS

Dewasa (15–49) Rate


Dewasa dan Anak-anak Dewasa (15+) Wanita (15+)\ Dewasa dan Anak-anak
(%)
No Negara
[estimasi
[estimasi rendah – [estimasi rendah – Estimas rendah – [estimasi rendah – [estimasi rendah –
Estimasi Estimasi Estimasi Estimasi
estimasi tinggi] estimasi tinggi] i estimasi estimasi tinggi] estimasi tinggi]
tinggi]
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

1 Bangladesh 11,000 [6.400 - 18.000] 11,000 [6.400 - 18.000] <0,1 [<0,2] 1,400 [710 - 2500] <500 [<1000]

2 Bhutan <500 [<2000] <500 [<2000] <0,1 [<0,2] <100 [<200] <100 [<200]

3 DPR Korea - - - - - [<0,2] - - - -

4 India 5,700,000 [3.400.000 - 9.400.000] 5,600,000 [3.400.000 - 9.300.000] 0.9 [0,5 - 1,5] 1,600,000 [820.000 - 2.800.000] [270.000 - 680.000]

5 Indonesia 170,000 [100.000 – 290.000] 170,000 [100.000 – 290.000] 0.1 [0,1 – 0,2] 29,000 [15.000 – 52.000] 5,500 [3.300 – 8.300]

6 Maldives - - - - - [<0,2] - - - -

7 Myanmar 360,000 [200.000 – 570.000] 350,000 [200.000 – 550.000] 1.3 [0,7 – 2,0] 110,000 [53.000 – 190.000] 37,000 [20.000 – 62.000]

8 Nepal 75,000 [41.000 - 180.000] 74,000 [40.000 - 180.000] 0.5 [0,3 - 1,3] 16,000 [7.500 - 40.000] 5,100 [2.800 - 8.400]

9 Sri Lanka 5,000 [3.000 - 8.300] 5,000 [3.000 - 8.300] < 0,1 [<0,2] <1000 [<1000] <500 [<1000]

10 Thailand 580,000 [330.000 – 920.000] 560,000 [320.000 – 900.000] 1.4 [0,7 – 2,1] 220,000 [100.000 – 370.000] 21,000 [14.000 – 42.000]

11 Timor Leste - - - - - [< 0,2] - - - -

Sumber: 2006 Report on the global AIDS epidemic, UNAIDS/WHO, May 2006
Lampiran 6.9

JUMLAH KASUS PENYAKIT MENULAR YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI


DI NEGARA ASEAN
TAHUN 2006

Tetanus
No Negara Difteri Pertusis Tetanus Campak Polio
Neonatorum
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1
Brunei Darussalam - - - - - 0

2
Indonesia 432 3,356 318 118 20,422 2

3
Kamboja 0 474 - 69 188 1

4
Laos 2 182 17 8 58 0

5
Malaysia 0 6 28 11 564 0

6
Myanmar 3 13 224 41 735 1

7
Filipina 47 41 1,232 161 9 0

8
Singapura 0 2 0 0 23 0

9
Thailand 3 98 236 4 3,499 0

10
Vietnam 25 144 57 27 1,978 0

ASEAN 512 4,316 2112 439 27,476 4

Sumber : Incidence Series Immunization, WHO, 2006


Lampiran 6.10

JUMLAH KASUS PENYAKIT MENULAR YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI


DI NEGARA-NEGARA SEARO
TAHUN 2006

Tetanus
No Negara Difteri Pertusis Tetanus Campak Polio
Neonatorum
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1
Bangladesh 34 46 1,224 256 6,180 18

2
Bhutan 0 1 - 1 0 0

3
DPR Korea 0 409 0 0 0 0

4
India 2,472 22,616 2,587 600 60,751 676

5
Indonesia 432 3,356 318 118 20,422 2

6
Maldives 0 0 0 0 47 0

7
Myanmar 3 13 224 41 735 1

8
Nepal 72 1,092 240 42 2,838 5

9
Sri Lanka 0 0 37 2 0 0

10
Thailand 3 98 236 4 3,499 0

11
Timor Leste 0 26 - 9 90 0

South East Asia Region 3,016 27,657 4,866 1,073 94,562 702

Sumber : Incidence Series Immunization, WHO, 2006


Lampiran 6.11

PERBANDINGAN CAKUPAN IMUNISASI PADA BAYI


DI NEGARA ASEAN TAHUN 2005

No Negara BCG (%) DPT3 (%) Polio3 (%) Hepatitis B3 (%) Campak (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Brunei Darussalam 96 99 99 99 97

2 Indonesia 82 70 70 70 72

3 Kamboja 87 82 82 - 79

4 Laos 65 49 50 49 41

5 Malaysia 99 90 90 90 90

6 Myanmar 76 73 73 62 72

7 Filipina 91 79 80 44 80

8 Singapura 98 96 96 96 96

9 Thailand 99 98 98 96 96

10 Vietnam 95 95 94 94 95

Sumber : Immunization Summary, UNICEF-WHO, 2007


Lampiran 6.12

PERBANDINGAN CAKUPAN IMUNISASI PADA BAYI


DI NEGARA-NEGARA SEARO TAHUN 2005

No Negara BCG (%) DPT3 (%) Polio3 (%) Hepatitis B3 (%) Campak (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Bangladesh 99 88 88 62 81

2 Bhutan 99 95 95 95 93

3 DPR Korea 94 79 97 92 96

4 India 75 59 58 8 58

5 Indonesia 82 70 70 70 72

6 Maldives 99 98 98 98 97

7 Myanmar 76 73 73 62 72

8 Nepal 87 75 78 41 74

9 Sri Lanka 99 99 99 99 99

10 Thailand 99 98 98 96 96

11 Timor Leste 70 55 55 - 48

Sumber : Immunization Summary, UNICEF-WHO, 2007


Lampiran 6.13

PERBANDINGAN UPAYA KESEHATAN DI NEGARA ASEAN

Persentase KB Persalinan oleh Anak dengan ASI Anak disusui sampai


Pemeriksaan K1 Pemeriksaan K4
No Negara aktif pada WUS tenaga kes eksklusif (< 6bulan) 20-23 bulan 1996-
1990-2005 2001-2003
2006 2003-2006 1996-2005 2005
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 Brunei Darussalam - - 100 100 - -

2 Indonesia 57 92 81 72 40 59

3 Kamboja 19 38 9 44 12 59

4 Laos 29 27 29 - 23 47

5 Malaysia 30 74 - 100 - 12

6 Myanmar 33 76 76 68 - 67

7 Filipina 33 88 70 88 34 32

8 Singapura 55 - - 100 - -

9 Thailand 79 92 86 - - -

10 Vietnam 66 86 29 90 15 26

Sumber : - The State of The Worlds Children, 2007


- World Population Data Sheet, USAID, 2006 : Persentase KB aktif
- World Statistic, 2007 : Persalinan oleh tenaga kesehatan, Pemeriksaan K4
Lampiran 6.14

PERBANDINGAN UPAYA KESEHATAN DI NEGARA-NEGARA SEARO

Persentase KB Persalinan Anak dengan ASI Anak disusui sampai


Pemeriksaan K1 Pemeriksaan K4
No Negara aktif pada WUS oleh nakes eksklusif (< 6bulan) 20-23 bulan 1996-
1990-2005 1998-2003
2006 2003-2006 1996-2005 2005
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 Bangladesh 47 49 11 13 69 90

2 Bhutan 31 51 - 32 - -

3 DPR Korea 59 - - - 31 37

4 India 46 60 30 48 44 66

5 Indonesia 57 92 81 72 75 59

6 Maldives 35 81 81 - 85 -

7 Myanmar 33 76 - 68 66 67

8 Nepal 35 28 15 19 66 92

9 Sri Lanka 50 100 98 - - 73

10 Thailand 79 92 86 - 71 27

11 Timor Leste 9 61 - 18 82 35

Sumber : - The State of The Worlds Children, 2007


- World Population Data Sheet, USAID, 2006 : Persentase KB aktif
- World Health Statistic, 2007 : Persalinan oleh tenaga kesehatan, Pemeriksaan K4

Anda mungkin juga menyukai