770 212
Ind
p
PROFIL
KESEHATAN INDONESIA
2006
Pengarah
Dr. H. Sjafii Ahmad, MPH
Sekretaris Jenderal Depkes
Ketua
DR Bambang Hartono, SKM, MSc
Kepala Pusat Data dan Informasi Depkes
Sekretaris
Bob Susilo Kusumobroto, SKM, MPH
Dra. Rahmaniar Brahim, Apt, MKes
Anggota,
Sugito, SKM, MKes
Sunaryadi, SKM, MKes
Nuning Kurniasih, SSi, Apt
Boga Hardhana, SSi, MM
Evida Manullang, SSi
M. Syahrul Anam, Dr.
Fatta Hatta, Dr.
Wardah, SKM
Marlina Indah Susanti, SKM
Supriyono, SKM
Dewi Roro Kumbini, SPd
Istiqomah, SS
Rida Sagitarina, Dra.
Sariyono
Sondang Tambunan
Maryati
B.B Sigit
Kontributor
Badan Pusat Statistik
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal
Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat
Ditjen Pelayanan Medik
Ditjen PP-PL
Ditjen Yanfar & Alkes
Badan Litbangkes
Badan PPSDMKes
Biro Perencanaan dan Anggaran
Biro Kepegawaian
Biro Umum dan Humas
Pusat Promosi Kesehatan
Pusat Penanggulangan Krisis
Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan RI
351.770 212
Ind Indonesia. Departemen Kesehatan. Pusat Data dan Informasi
p Profil Kesehatan Indonesia 2006. - - Jakarta :
Departemen Kesehatan RI 2007
“Profil Kesehatan Indonesia 2006” selain memuat informasi seperti profil kesehatan
sebelumnya dan juga memuat kejadian-kejadian penting pada tahun 2006, antara lain desa
siaga, askeskin, flu burung dan gempa bumi di Yogyakarta. Namun demikian “Profil
Kesehatan Indonesia 2006” masih terdapat keterbatasan karena ada beberapa data yang masih
belum bisa terkumpul. Untuk itu akan kami masukan data yang belum ada dalam Profil
Kesehatan 2006 ke dalam Profil Kesehatan berikutnya.
Jakarta, 2007
i
ii
SAMBUTAN
SEKRETARIS JENDERAL DEPKES
Saya menyambut gembira terbitnya “Profil Kesehatan Indonesia 2006” yang lebih
cepat bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Meskipun berat dan banyak
tantangan di dalam proses pengumpulan data untuk mengisi profil kesehatan ini, akhirnya
Pusat Data dan Informasi berhasil menghimpun data tahun 2006 dan menyusunnya menjadi
“Profil Kesehatan Indonesia 2006”.
Tantangan dalam penyediaan data dan informasi yang tepat waktu ternyata banyak
kendala sehingga data dan informasi dari setiap provinsi maupun program masih belum terisi
secara lengkap. Dengan telah terbitnya “Profil Kesehatan Indonesia 2006” yang juga memuat
kejadian-kejadian penting di tahun 2006, saya harapkan profil ini dimanfaatkan dalam
pengambilan keputusan yang didasari kepada data dan informasi (evidence based) serta
digunakan sebagai salah satu rujukan data dan informasi.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan kontribusi sehingga
memungkinkan tersusunnya “Profil Kesehatan Indonesia 2006”.
Jakarta, 2007
Sekretaris Jenderal
Departemen Kesehatan
iii
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI v
BAB I: PENDAHULUAN 1
v
BAB VI: PERBANDINGAN INDONESIA DENGAN NEGARA ANGGOTA
ASEAN DAN SEARO 125
A. Kependudukan 125
B. Derajat Kesehatan 134
LAMPIRAN 153
***
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
Lampiran 2.9.b Persentase Status Pendidikan pada Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas
Menurut Provinsi Tahun 2006 (Perdesaan)
Lampiran 2.10 Persentase Penduduk Indonesia Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut
Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki dan Provinsi Tahun 2006
(Perkotaan+Perdesaan)
Lampiran 2.10.a Persentase Penduduk Indonesia Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut
Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki dan Provinsi Tahun 2006
(Perkotaan)
Lampiran 2.10.b Persentase Penduduk Indonesia Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut
Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki dan Provinsi Tahun 2006
(Perdesaan)
Lampiran 2.11 Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai Tempat Tinggal (m2),
Tipe Daerah dan Provinsi Tahun 2006
Lampiran 2.12 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum dan Provinsi
Tahun 2006 (Perkotaan+Perdesaan)
Lampiran 2.12.a Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum dan Provinsi
Tahun 2006 (Perkotaan)
Lampiran 2.12.b Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum dan Provinsi
Tahun 2006 (Perdesaan)
Lampiran 2.13 Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum dari
Pompa/Sumur/Mata Air Menurut Tipe Daerah, Jarak ke Tempat
Penampungan Akhir Kotoran/Tinja Terdekat dan Provinsi Tahun 2006
Lampiran 2.14 Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas Tempat Buang Air Besar,
Tipe Daerah dan Provinsi Tahun 2006
Lampiran 2.15 Persentase Rumah Tangga dengan Air Bersih (Perpipaan/Non Perpipaan)
yang Memenuhi Syarat Bakteriologis dan Air Minum yang Memenuhi
Syarat Kesehatan Menurut Provinsi Tahun 2004-2006
Lampiran 2.16 Persentase Rumah Sehat dan Sekolah Sehat Menurut Provinsi Tahun
2006
Lampiran 2.17 Persentase Rumah Tangga Sehat Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 2.18 Persentase Tempat-Tempat Umum (TTU) dan Tempat Pengelolaan
Makanan yang Memenuhi Syarat Kesehatan Menurut Provinsi Tahun
2006
Lampiran 2.19 Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Selama
Bulan Referensi Menurut Jenis Keluhan Kesehatan yang Dialami dan
Provinsi Tahun 2006
Lampiran 2.20 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan dan Mengobati Sendiri Selama
Bulan Referensi Menurut Tipe Daerah dan Provinsi Tahun 2006
viii
Lampiran 2.21 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Menurut Bulan Referensi
Menurut Tempat/Cara Berobat dan Provinsi Tahun 2006
Lampiran 2.22 Proporsi Penduduk yang Mengobati Sendiri Selama Bulan Referensi
Menurut Jenis Obat yang Digunakan, Tipe Daerah dan Provinsi Tahun
2006
Lampiran 2.23 Persentase Anak Usia 2-4 Tahun yang Pernah Disusui Menurut Lamanya
Disusui dan Provinsi Tahun 2006 (Perkotaan+Perdesaan)
Lampiran 2.23.a Persentase Anak Usia 2-4 Tahun yang Pernah Disusui Menurut Lamanya
Disusui dan Provinsi Tahun 2006 (Perkotaan)
Lampiran 2.23.b Persentase Anak Usia 2-4 Tahun yang Pernah Disusui Menurut Lamanya
Disusui dan Provinsi Tahun 2006 (Perdesaan)
Lampiran 3.1 Estimasi Angka Kematian Bayi, Angka Harapan Hidup, Net
Reproduction Rate dan Angka Fertilitas Total Menurut Provinsi Tahun
2005-2010
Lampiran 3.2 Indeks Pembangunan Manusia Menurut Provinsi Tahun 1999, 2002,
2005
Lampiran 3.3 Persentase 10 Penyakit Utama pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit
di Indonesia Tahun 2006
Lampiran 3.4 Persentase 10 Penyakit Utama pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit
di Indonesia Tahun 2006
Lampiran 3.5 Distribusi Pasien Rawat Jalan Menurut Bab ICD-X di Rumah Sakit di
Indonesia Tahun 2006
Lampiran 3.6 Distribusi Pasien Rawat Inap Menurut Bab ICD-X di Rumah Sakit di
Indonesia Tahun 2006
Lampiran 3.7 Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Malaria Menurut Provinsi
Tahun 2006
Lampiran 3.8 Annual Parasite Incidence (API) Malaria di Jawa-Bali Tahun 1997-2006
Lampiran 3.9 Hasil Cakupan Penemuan Kasus dan Evaluasi Hasil Pengobatan
Penyakit TB Paru Tahun 2006
Lampiran 3.10 Jumlah Kasus Baru BTA Positif Menurut Jenis Kelamin dan Provinsi
Tahun 2006
Lampiran 3.11 Jumlah Kasus Baru BTA Positif Menurut Kelompok Umur (Tahun) dan
Provinsi Tahun 2006
Lampiran 3.12 Jumlah Kumulatif Kasus AIDS, Meninggal, dan Angka Kumulatif Kasus
Per 100.000 Penduduk Menurut Provinsi sampai dengan 31 Desember
2006
Lampiran 3.13 Jumlah dan Persentase Kasus AIDS Yang Menggunakan NAPZA
Suntikan (IDU) Menurut Provinsi sampai dengan 31 Desember 2006
ix
Lampiran 3.14 Jumlah Kasus Baru AIDS Ditemukan dan Persentase Kasus Baru Per Tri
Wulan Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 3.15 Estimasi Populasi Rawan Tertular HIV Tahun 2006
Lampiran 3.16 Jumlah Kasus Pneumonia Balita Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 3.17 Situasi Penyakit Kusta Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 3.18 Jumlah Kasus Baru Kusta dan Kecacatan Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 3.19 Jumlah Kasus Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
(PD3I) Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 3.20 Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 3.21 Jumlah Kasus Penyakit Campak di Rawat Jalan, Rawat Inap Rumah
Sakit dan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 3.22 Jumlah Kasus Penyakit Campak Menurut Provinsi Tahun 2006 (jumlah
yang divaksinasi)
Lampiran 3.23 Jumlah Kasus Penyakit Difteri di Rawat Jalan, Rawat Inap Rumah Sakit
dan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 3.24 Jumlah Kasus Penyakit Pertusis (Batuk Rejan) di Rawat Jalan, Rawat
Inap Rumah Sakit dan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 3.25 Jumlah Kasus Penyakit Hepatitis Klinis di Rawat Jalan, Rawat Inap
Rumah Sakit dan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 3.26 Jumlah Kasus Penyakit Hepatitis B di Rawat Jalan, Rawat Inap Rumah
Sakit dan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 3.27 Jumlah Kasus AFP Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 3.28 Jumlah Kasus AFP Menurut Kriteria Klinis dan Provinsi Tahun 2006
Lampiran 3.29 Perkembangan Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio Tahun 2006
Lampiran 3.30 Jumlah Kasus Penyakit Tetanus di Rawat Jalan, Rawat Inap Rumah
Sakit dan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 3.31 Frekuensi KLB Menurut Penyakit di Indonesia Tahun 2006
Lampiran 3.32 Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare Tahun 2001 - 2006
Lampiran 3.33 Jumlah Penderita, Case Fatality Rate (%), dan Incidence Rate Penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD/DHF) Menurut Provinsi Tahun 2000-
2006
Lampiran 3.34 Jumlah Kabupaten/Kota yang Terjangkit Penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD/DHF) Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2001– 2006
Lampiran 3.35 Jumlah dan Persentase Kabupaten Terjangkit dan Jumlah Kasus Gigitan
Hewan Tertular Rabies serta Hasil Pemeriksaan Spesimen Hewan
Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 3.36 Jumlah Penderita Filariasis Menurut Provinsi Tahun 2000 – 2006
Lampiran 3.37 Prevalensi Frambusia Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 3.38 Situasi Leptospirosis pada Manusia Menurut Provinsi Tahun 2006
x
Lampiran 3.39 Situasi Taeniasis/Cysticercosis pada Manusia Menurut Provinsi Tahun
2006
Lampiran 3.40 Situasi Pes pada Manusia Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 3.41 Situasi Antraks pada Manusia Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran3.42 Kepesertaan dan Jenis Kasus Kecelakaan Kerja (PT Jamsostek) Tahun
2006
Lampiran 4.1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 dan K4, Persalinan Ditolong Tenaga
Kesehatan, dan Kunjungan Neonatus Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 4.2 Cakupan Rujukan Kasus Risti dan Penangan Komplikasi Ibu Hamil dan
Neonatal Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 4.3 Proporsi Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin yang
Sedang Menggunakan/Memakai Alat KB menurut Daerah Tempat
Tinggal dan Provinsi, Tahun 2006
Lampiran 4.4 Proporsi Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin yang
Pernah Menggunakan/Memakai Alat KB Menurut Daerah Tempat
Tinggal dan Provinsi, Tahun 2006
Lampiran 4.5 Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin Menurut
Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan/Dipakai dan Provinsi, Tahun
2006 (Perkotaan+Perdesaan)
Lampiran 4.5.a Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin Menurut
Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan/Dipakai dan Provinsi, Tahun
2006 (Perkotaan)
Lampiran 4.5.b Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin Menurut
Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan/Dipakai dan Provinsi, Tahun
2006 (Perdesaan)
Lampiran 4.6 Hasil Pelayanan Peserta KB Baru Kumulatif Menurut Metoda
Kontrasepsi dan Provinsi Tahun 2006
Lampiran 4.7 Jumlah dan Proporsi Peserta KB Baru Kumulatif Menurut Tempat
Pelayanan dan Provinsi Tahun 2006
Lampiran 4.8 Pencapaian Desa Universal Child Immunization (UCI) Menurut Provinsi
Tahun 2004-2006
Lampiran 4.9 Cakupan Imunisasi Dasar pada Bayi Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 4.10 Cakupan Imunisasi Hepatitis B pada Bayi Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 4.11 Angka Drop Out Cakupan Imunisasi DPT1-Campak pada Bayi Menurut
Provinsi Tahun 2002-2006
Lampiran 4.12 Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil Menurut Provinsi, Tahun 2006
Lampiran 4.13.a Jumlah Kunjungan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Menurut Provinsi
Tahun 2006
xi
Lampiran 4.13.b Jumlah Kunjungan Pasien Rawat Jalan dan Gangguan Jiwa di Rumah
Sakit Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 4.14 Pemeriksaan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Rumah Sakit Umum
Depkes dan Pemda Menurut Provinsi
Tahun 2006
Lampiran 4.15 Indikator Pelayanan Rumah Sakit Umum Depkes dan Pemda Menurut
Provinsi Tahun 2006
Lampiran 4.16 Pemeriksaan Radiodiagnostik pada Rumah Sakit Umum Depkes dan
Pemda Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 4.17 Jumlah Pelayanan Laboratorium di Rumah Sakit Milik Pemerintah
Kabupaten/Kota Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 4.18 Utilisasi Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Lanjut (RJTL) dan Rawat Inap
Tingkat Lanjut (RITL) Keluarga Miskin Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 4.19 Penanganan Penyalahgunaan NAPZA di Rumah Sakit Menurut
Kepemilikan Tahun 2006
Lampiran 4.20 Hasil Pekan Imunisasi Nasional Menurut Provinsi Tahun 2005-2006
Lampiran 4.21 Cakupan TB Paru BTA Positif, Sembuh, Pengobatan Lengkap dan
Succes Rate (SR) Menurut Provinsi
Tahun 2005
Lampiran 4.22 Cakupan Penemuan Penderita Pneumonia Balita Menurut Provinsi
Tahun 2005
Lampiran 4.23 Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 4.24 Cakupan Pemberian Tablet Besi (Fe) pada Ibu Hamil Menurut Provinsi
Tahun 2006
Lampiran 4.25 Rekapitulasi Kejadian Bencana Tahun 2006
Lampiran 5.1 Jumlah Puskesmas serta Sarana Lainnya Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 5.2 Jumlah Puskesmas dan Rasionya Terhadap Penduduk Menurut Provinsi
Tahun 2002 - 2006
Lampiran 5.3 Jumlah Puskesmas dan Puskesmas Perawatan Menurut Provinsi di
Indonesia Tahun 2002-2006
Lampiran 5.4 Jumlah Puskesmas Keliling dan Rasio Puskesmas Keliling per
Puskesmas Menurut Provinsi, Tahun 2002-2006
Lampiran 5.5 Jumlah Rumah Sakit di Indonesia Menurut Pengelola dan Provinsi
Tahun 2006
Lampiran 5.6 Jumlah Rumah Sakit Umum Menurut Pengelola Tahun 2002-2006
Lampiran 5.7 Jumlah Rumah Sakit Umum Depkes/Pemda Menurut Kelas dan Provinsi
Tahun 2005
Lampiran 5.8 Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit Umum Menurut Pengelola Tahun
2002 - 2006
xii
Lampiran 5.9 Jumlah Rumah Sakit Khusus dan Tempat Tidurnya Menurut Jenis
Rumah Sakit Tahun 2002 - 2006
Lampiran 5.10 Jumlah Sarana Produksi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Menurut
Jenis Dan Provinsi Tahun 2002 - 2006
Lampiran 5.11 Jumlah Sarana Distribusi dan Pelayanan Kefarmasian Menurut Provinsi
Tahun 2002 - 2006
Lampiran 5.12 Jumlah Sarana Usaha Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM)
Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 5.13 Jumlah Posyandu Menurut Tingkat Perkembangannya dan Provinsi
Tahun 2006
Lampiran 5.14 Jumlah Polindes Menurut Tingkat Perkembangannya dan Provinsi Tahun
2006
Lampiran 5.15 Jumlah Pos Obat Desa (POD) Menurut Tingkat Perkembangannya dan
Provinsi Tahun 2006
Lampiran 5.16 Rekapitulasi Institusi Poltekkes Menurut Jurusan dan Provinsi Tahun
2006
Lampiran 5.17 Rekapitulasi Strata Akreditasi Jurusan/Program Studi Poltekkes Tahun
2006
Lampiran 5.18 Jumlah Institusi Diknakes Non Politeknik Kesehatan Menurut
Jurusan/Program Studi dan Provinsi Tahun 2006
Lampiran 5.19 Rekapitulasi Strata Akreditasi Institusi Non Poltekkes Tahun 2006
Lampiran 5.20 Jumlah Institusi Diknakes Non-Poltekkes Menurut Status Kepemilikan
Per Desember 2006
Lampiran 5.21 Rekapitulasi Data SDM Kesehatan Per Propinsi Tahun 2005
Lampiran 5.22 Data Sumber Daya Manusia Kesehatan di Rumah Sakit Menurut
Provinsi dan Jenis Ketenagaan Tahun 2006
Lampiran 5.23 Jumlah dan Jenis Ketenagaan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 5.24 Jumlah PTT yang Masih Aktif Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 5.25 Jumlah dan Jenis Ketenagaan Farmasi di Rumah Sakit Pemerintah/
Swasta dan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 5.26 Jumlah dan Jenis Ketenagaan Farmasi Disarana Produksi dan Distribusi
Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 5.27 Jumlah Peserta Didik Tahun Ajaran 2006/2007 di Poltekkes Menurut
Profesi
Lampiran 5.28 Jumlah Peserta Didik Tahun Ajaran 2006/2007 di Non Poltekkes
Menurut Profesi
Lampiran 5.29 Jumlah Peserta Didik Program Khusus Tahun 2006
Lampiran 5.30 Jumlah Lulusan Diknakes Poltekkes dan Non Poltekkes Menurut Jenis
Tenaga Kesehatan Tahun 2006
xiii
Lampiran 5.31 Distribusi Lulusan Poltekkes Berdasarkan Jurusan/Program Studi dan
Kota Tahun 2006
Lampiran 5.32 Distribusi Lulusan Non Poltekkes Berdasarkan Jurusan /Program Studi
dan Kota Tahun 2006
Lampiran 5.33 Jumlah Pelatihan yang dilaksanakan Pusdiklatkes dan Bapelkes Nasional
Tahun 2006
Lampiran 5.34 Jumlah dan Persentase Kepesertaan Penduduk dalam Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Menurut Jenis dan Provinsi Tahun 2006
Lampiran 5.35 Distribusi Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Menurut Jenis
dan Provinsi Tahun 2006
Lampiran 6.1 Perbandingan Beberapa Data Kependudukan di Negara ASEAN Tahun
2006
Lampiran 6.2 Perbandingan Beberapa Data Kependudukan di Negara-Negara SEARO
Tahun 2006
Lampiran 6.3 Perbandingan Angka Kelahiran, Angka Kematian, dan Indeks
Pembangunan Manusia di Negara ASEAN
Lampiran 6.4 Perbandingan Angka Kelahiran, Angka Kematian, dan Indeks
Pembangunan Manusia di Negara-Negara SEARO
Lampiran 6.5 Perbandingan Data Tuberkulosis di Negara ASEAN Tahun 2004/2005
Lampiran 6.6 Perbandingan Data Tuberkulosis di Negara-Negara SEARO Tahun
2004/2005
Lampiran 6.7 Angka Estimasi HIV/AIDS di Negara ASEAN Tahun 2005
Lampiran 6.8 Angka Estimasi HIV/AIDS di Negara-Negara SEARO Tahun 2005
Lampiran 6.9 Jumlah Kasus Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
di Negara ASEAN Tahun 2006
Lampiran 6.10 Jumlah Kasus Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
di Negara-Negara SEARO Tahun 2006
Lampiran 6.11 Perbandingan Cakupan Imunisasi pada Bayi di Negara ASEAN Tahun
2005
Lampiran 6.12 Perbandingan Cakupan Imunisasi pada Bayi di Negara-Negara SEARO
Tahun 2005
Lampiran 6.13 Perbandingan Upaya Kesehatan di Negara ASEAN
Lampiran 6.14 Perbandingan Upaya Kesehatan di Negara-Negara SEARO
***
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam rangka mewujudkan visi “Masyarakat yang Mandiri untuk Hidup Sehat”, dan
mengemban misi “Membuat Rakyat Sehat”, tahun 2006 Departemen Kesehatan telah
membuat kebijakan "Pengembangan Desa Siaga" melalui Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 546/Menkes/SK/VIII/2006 tanggal 2 Agustus 2006. Untuk tahun
2006 ditarget sebanyak 12 ribu telah menjadi desa siaga. Kemudian diharapkan pada akhir
tahun 2008, lebih kurang 70.000 desa di Indonesia telah menjadi desa siaga.
Tahun 2005 hingga 2009, Departemen Kesehatan dalam periode tersebut me-
nempatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak sebagai prioritas pertama pembangunan
kesehatan. Sesudahnya menyusul pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin,
pendayagunaan tenaga kesehatan, penanggulangan penyakit menular, gizi buruk, dan krisis
kesehatan akibat bencana, serta peningkatan pelayanan kesehatan di daerah terpencil,
tertinggal, daerah perbatasan, dan pulau-pulau terluar. Program-program tersebut, sangat ber-
kaitan untuk meningkatkan kesehatan rakyat.
Penyusunan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2006 ini berupaya untuk mengacu
kepada sasaran utama Departemen Kesehatan tersebut di atas. Menggerakkan dan
memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat akan digambarkan pada Bab II dan Bab III,
meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas digambarkan
pada Bab IV dan Bab V, meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi
kesehatan digambarkan pada Bab III dan IV serta meningkatkan pembiayaan kesehatan
digambarkan pada Bab V.
Profil Kesehatan Indonesia 2006 ini terdiri dari 8 (delapan) bab, yaitu:
Bab I - Pendahuluan. Bab ini menyajikan tentang acuan diterbitkannya Profil Kesehatan
Indonesia 2006 ini serta sistimatika penyajiannya.
Bab II - Situasi Umum dan Lingkungan. Bab ini menyajikan tentang gambaran umum
Indonesia. Selain uraian tentang letak geografis, demografis, pendidikan, ekonomi dan
informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas faktor-faktor lingkungan dan perilaku.
Bab III - Situasi Derajat Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang hasil-hasil pembangunan
kesehatan sampai dengan tahun 2006 yang mencakup tentang angka kematian, umur harapan
hidup dan angka kesakitan.
1
Bab IV - Situasi Upaya Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang upaya-upaya kesehatan yang
telah dilaksanakan oleh bidang kesehatan sampai tahun 2006, untuk tercapainya dan
berhasilnya program-program pembangunan di bidang kesehatan. Gambaran tentang upaya
kesehatan yang telah dilakukan itu meliputi persentase pencapaian cakupan pelayanan
kesehatan dasar, persentase pencapaian cakupan pelayanan kesehatan rujukan dan berbagai
upaya lain yang berupa gambaran pelayanan program kesehatan lainnya.
Bab V - Situasi Sumber Daya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang sumber daya
pembangunan bidang kesehatan sampai tahun 2006 ini. Gambaran tentang keadaan sumber
daya sampai dengan tahun 2006 ini mencakup tentang keadaan tenaga, sarana dan fasilitas
kesehatan yang ada sampai tahun 2006. Pada bab ini juga akan dijelaskan tentang jumlah dan
penyebaran sarana pelayanan kesehatan yang terdiri dari rumah sakit dan puskesmas
termasuk puskesmas pembantu dan puskesmas keliling.
Bab VI - Perbandingan Indonesia dengan Negara Anggota ASEAN dan SEARO. Bab ini
menyajikan perbandingan beberapa indikator tertentu meliputi data kependudukan, Angka
Kelahiran, Angka Kematian, Indeks Pembangunan Manusia, data tuberkulosis, angka
estimasi HIV/AIDS, kasus penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi, status gizi
buruk, gizi kurang, dan BBLR, cakupan imunisasi pada bayi dan upaya kesehatan.
***
2
BAB II
GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK
A. KEADAAN PENDUDUK
Berdasarkan proyeksi penduduk terhadap hasil Survei Penduduk Antar Sensus
(SUPAS) Tahun 2005, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2006 tercatat sebesar
222.192.000 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 118 per km2.
Tingkat kepadatan yang tinggi masih didominasi oleh provinsi-provinsi di Pulau
Jawa. Provinsi yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi adalah DKI Jakarta, yaitu
sebesar 13.499 jiwa per km2. Provinsi Jawa Barat merupakan wilayah yang memiliki
kepadatan penduduk tertinggi ke-2 dengan kepadatan 1.146 jiwa per km2. Provinsi
dengan tingkat kepadatan tertinggi ke-3 yaitu Banten sebesar 1.066 jiwa per km2.
Kepadatan penduduk terendah di Provinsi Papua, yaitu hanya 8 jiwa per km2. Sulawesi
Barat merupakan provinsi dengan tingkat kepadatan penduduk terendah ke-2 yaitu
sebesar 11 jiwa per km2, yang kemudian diikuti oleh Kalimantan Timur dengan
kepadatan 13 jiwa per km2.
Dari proyeksi jumlah penduduk dapat diketahui terdapat ketimpangan persebaran
penduduk antar pulau yang nyata. Lebih dari separuh penduduk Indonesia berada di
Pulau Jawa, yaitu sebesar 58,51%, dengan luas hanya 7% wilayah Indonesia. Sisanya
tersebar di Sumatera sebesar 21,10 %; Sulawesi 7,23%; Kalimantan 5,55%; Kepulauan
Nusa Tenggara dan Bali 5,42%; dan Papua dan Maluku 2,18%. Jumlah penduduk dan
angka kepadatan penduduk per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.2.
3
Melalui proyeksi penduduk berdasarkan hasil SUPAS 2005 kita dapat
memperoleh gambaran piramida penduduk sebagai berikut.
GAMBAR 2.1
PIRAMIDA PENDUDUK INDONESIA
TAHUN 2006
B. KEADAAN EKONOMI
Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur dalam
menentukan keberhasilan pembangunan suatu negara. Data BPS menyebutkan bahwa
selama tahun 2006, pertumbuhan ekonomi nasional menunjukkan penurunan
dibandingkan tahun sebelumnya. Jika pada tahun 2005 pertumbuhan ekonomi sebesar
5,7%, pada tahun 2006 angka ini turun menjadi 5,5%.
Mengkaji kondisi perekonomian tentu saja tidak terlepas dari tingkat inflasi. Data
BPS menyebutkan bahwa tingkat inflasi pada tahun 2004 berada pada tingkat 6,4 %.
Angka ini melonjak drastis menjadi 17,11 % pada tahun 2005. Hingga pada tahun 2006
4
tingkat inflasi turun secara signifikan menjadi 6,6%. Tingkat pengangguran juga menjadi
salah satu variabel yang dikaji dalam menilai keadaan ekonomi suatu negara. Dengan
merujuk pada data BPS, tingkat pengangguran pada tahun 2004 sebesar 9,86%, lalu
merangkak naik menjadi 11,24% pada tahun 2005 hingga kemudian berada pada level
10,45% pada tahun 2006.
Kemiskinan merupakan salah satu isu krusial yang sangat terkait dengan dimensi
ekonomi. Kemiskinan telah lama menjadi persoalan mendasar yang menjadi pusat
perhatian pemerintah dan berbagai kalangan. Statistik Kesra Tahun 2006 menyajikan
persentase rumah tangga yang mendapatkan pelayanan gratis bidang kesehatan dan yang
membeli beras murah/raskin selama 6 bulan referensi. Persentase rumah tangga yang
mendapatkan pelayanan gratis menunjukkan angka 12,85%. Angka tersebut terdiri dari
Askeskin sebesar 54,2%, Kartu Kompensasi BBM sebesar 3,26%, Kartu Sehat sebesar
28,12% dan lainnya sebesar 14,41%. Rumah tangga yang membeli beras murah/raskin
selama 6 bulan referensi sebesar 45,01%. Rincian mengenai persentase rumah tangga
yang membeli beras murah/raskin selama 6 bulan referensi dan jumlah beras yang dibeli
menurut provinsi tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 2.6
Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional, penduduk miskin adalah penduduk
yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan
(GK) yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non
Makanan (GKNM). Penentuan GKM dilakukan berdasarkan pengeluaran penduduk
untuk memenuhi kebutuhan dasar berupa makanan, sedangkan GKNM ditentukan
berdasarkan pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan perumahan, sandang, pendidikan
dan kesehatan. Pada Bulan Maret 2006, jumlah penduduk miskin di Indonesia meningkat
menjadi 39,3 juta dari 35,10 juta pada Februari 2005. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi
pertambahan 4,2 juta penduduk miskin. Jika melihat persentase penduduk miskin,
peningkatan yang signifikan terjadi pada tahun 2006. Persentase penduduk miskin yang
semula 15,97% pada tahun 2005 meningkat menjadi 17,75% pada tahun 2006. Persentase
penduduk miskin dari tahun 2002-2006 disajikan pada Gambar 2.2 berikut ini.
GAMBAR 2.2
PERSENTASE PENDUDUK MISKIN
TAHUN 2002 - 2006
5
Tingkat kemiskinan juga dapat diketahui dengan melihat indeks kedalaman
kemiskinan dan keparahan kemiskinan . Indeks kedalaman kemiskinan menunjukkan gap
antara penghasilan penduduk miskin dengan garis batas kemiskinan, baik makanan
maupun non makanan. Sedangkan indeks keparahan kemiskinan mencerminkan gap
penghasilan antara sesama penduduk miskin. Dalam kurun waktu 2002-2006, terjadi
peningkatan yang cukup signifikan pada periode Februari 2005-Maret 2006 dibandingkan
periode sebelumnya, dari 2,78 menjadi 3,43. Peningkatan yang sama ditunjukkan oleh
indeks keparahan kemiskinan, dimana terdapat peningkatan pada periode Februari 2005-
Maret 2006 dibandingkan periode sebelumnya, yaitu dari 0,76 menjadi 1,00.
Kemiskinan menjadi isu yang cukup menyita perhatian berbagai kalangan
termasuk kesehatan. Keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan terkait
dengan daya beli ekonomi. Kemiskinan juga menjadi hambatan besar dalam pemenuhan
kebutuhan terhadap makanan yang sehat sehingga dapat melemahkan daya tahan tubuh
yang dapat berdampak pada kerentanan untuk terserang penyakit-penyakit tertentu.
Fenomena gizi buruk dan kurang kerap dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang buruk
jika merujuk pada fakta betapa keterbatasan pemenuhan pangan dapat menyebabkan
busung lapar, Kwashiorkor, penyakit kekurangan vitamin seperti Xeropthalmia, Scorbut,
dan Beri-beri.
GAMBAR 2.3
INDEKS KEDALAMAN (P1) DAN KEPARAHAN (P2) KEMISKINAN
TAHUN 2002 – 2006
6
hampir miskin dan hampir tidak miskin. Sekitar 30,42% penduduk hampir miskin di
bulan Februari 2005 jatuh menjadi miskin pada bulan Maret 2006. Pada saat yang sama,
11,76% penduduk hampir tidak miskin di bulan Februari 2005 jatuh menjadi miskin pada
bulan Maret 2006.
TABEL 2.1
PERGESERAN PENDUDUK MENURUT STATUS KEMISKINAN
FEBRUARI 2005-MARET 2006 (%)
7
GAMBAR 2.4
PERSENTASE KABUPATEN TERTINGGAL
TAHUN 2006
C. KEADAAN PENDIDIKAN
Kondisi pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah dalam
mengukur tingkat pembangunan manusia suatu negara. Melalui pengetahuan, pendidikan
berkontribusi terhadap perubahan perilaku kesehatan. Pengetahuan yang dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor pencetus (predisposing) yang berperan
dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku sehat. Pada bagian ini akan
diuraikan mengenai kemampuan membaca-menulis, status pendidikan, dan tingkat
kepesertaan sekolah.
Kemampuan membaca dan menulis (baca-tulis) penduduk tercermin dari Angka
Melek Huruf, yaitu persentase penduduk umur 10 tahun ke atas yang dapat membaca dan
menulis huruf latin atau huruf lainnya. Secara nasional, persentase penduduk yang dapat
membaca huruf latin pada tahun 2006 sebesar 70,51%. Sedangkan mereka yang dapat
membaca huruf lainnya sebesar 2,06%, huruf latin dan lainnya sebesar 19,82% dan yang
buta huruf sebesar 7,61%. Dengan demikian persentase penduduk melek huruf yang
terdiri dari penduduk yang mampu membaca huruf latin, lainnya serta latin dan lainnya
adalah 92,39%. Persentase melek huruf pada laki-laki lebih besar dibandingkan
perempuan, yaitu 95,12% berbanding 89,66%. Daerah perkotaan memiliki persentase
melek huruf sebesar 95,76%. Angka ini lebih besar dibandingkan daerah perdesaan yang
hanya sebesar 89,76%.
Provinsi dengan persentase melek huruf tertinggi adalah Sulawesi Utara sebesar
99,00%, diikuti oleh DKI Jakarta sebesar 98,34% dan Riau 97,54%. Sedangkan
persentase melek huruf terendah adalah Provinsi Papua sebesar 71,58%, diikuti oleh
Nusa Tenggara Barat sebesar 81,66%, dan Bali sebesar 87,15%. Persentase kepandaian
membaca menulis pada penduduk berumur 10 tahun ke atas menurut provinsi, jenis
8
kelamin dan tipe daerah tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 2.8, 2.8.a dan Lampiran
2.8.b.
GAMBAR 2.5
PERSENTASE PENDUDUK UMUR 10 TAHUN KE ATAS
YANG MELEK HURUF TAHUN 2006
Pada tahun 2006, persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang tidak
memiliki ijazah/STTB di Indonesia sebanyak 28,20%. Persentase ini lebih besar di
wilayah perdesaan yang sebesar 35,15% dibandingkan perkotaan yang sebesar 19,30%.
Sedangkan secara nasional, persentase penduduk yang sudah memiliki ijazah/STTB yang
dimiliki yaitu SD/MI sebanyak 31,67%, tamat SLTP/MTs sebanyak 17,56%, tamat
SMU/MA/SMK sebanyak 18,12%, dan tamat Diploma I sampai dengan Universitas
sebesar 4,44%. Dengan demikian maka persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas
yang memiliki ijazah SMU/SMK atau pendidikan yang lebih tinggi sebesar 22,56%.
Provinsi dengan persentase tertinggi penduduknya berpendidikan SMU/SMK atau
lebih tinggi adalah DKI Jakarta (47,56), DI Yogyakarta (36,97%) dan Kepulauan Riau
(36,77%). Sedangkan yang terendah di Provinsi Sulawesi Barat (14,17%), Nusa Tenggara
Timur (14,20%), dan Kalimantan Barat (16,29%). Persentase penduduk berumur 10
tahun ke atas menurut ijazah/STTB tertinggi yang dimiliki per provinsi dapat dilihat pada
Lampiran 2.10.
9
TABEL 2.2
PERSENTASE PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS
MENURUT TIPE DAERAH , JENIS KELAMIN DAN STATUS PENDIDIKAN
TAHUN 2006
10
TABEL 2.3
ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH (APS) PENDUDUK UMUR 7-18 TAHUN
MENURUT TIPE DAERAH, JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR
TAHUN 2006
TABEL 2.4
ANGKA PARTISIPASI MURNI (APM) MENURUT TIPE DAERAH ,
JENIS KELAMIN DAN JENJANG PENDIDIKAN
TAHUN 2006
Jenjang Pendidikan
Daerah/Jenis Kelamin
SD SLTP SMU
Perkotaan
Laki-laki 93,36 73,62 57,95
Perempuan 92,76 73,50 56,39
Laki-Laki + Perempuan 93,07 73,56 57,17
Perdesaan
Laki-laki 94,10 61,86 33,50
Perempuan 93,60 61,65 33,42
Laki-Laki + Perempuan 93,86 61,76 33,47
Perkotaan + Perdesaan
Laki-laki 93,80 66,53 43,77
Perempuan 93,26 66,51 43,78
Laki-Laki + Perempuan 93,54 66,52 43,77
D. KEADAAN LINGKUNGAN
Lingkungan merupakan salah satu variabel yang kerap mendapat perhatian khusus
dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor perilaku, pelayanan
kesehatan dan genetik, lingkungan menentukan baik buruknya status derajat kesehatan
masyarakat.
11
Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan indikator-indikator
seperti; persentase rumah tangga sehat, persentase rumah tangga menurut sumber air
minum, persentase rumah tangga dengan sumber air minum dari pompa/sumur/mata air
menurut jarak ke tempat penampungan akhir kotoran/tinja, dan persentase rumah tangga
menurut kepemilikan fasilitas buang air besar.
12
GAMBAR 2.6
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT
SUMBER AIR MINUM TAHUN 2006
13
GAMBAR 2.7
PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN JARAK SUMBER AIR MINUM
KE TPA TINJA >10 METER TAHUN 2006
14
GAMBAR 2.8
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT
KEPEMILIKAN FASILITAS TEMPAT BUANG AIR BESAR
TAHUN 2006
4. Luas Lantai
Pertambahan penduduk baik di perkotaan maupun perdesaan berdampak negatif
terhadap terhadap perbandingan antara jumlah luas lantai hunian terhadap penghuni dan
berkurangnya ruang terbuka pada area pemukiman. Hal ini tentu saja memiliki implikasi
terhadap status kesehatan masyarakat penduduk. Jumlah penduduk sangat berpengaruh
terhadap jumlah koloni kuman. Kuman yang pada umumnya adalah penyebab penyakit
menular saluran napas semakin banyak bila penghuni semakin besar.
Ukuran rumah yang relatif kecil dan berdesak-desakan diketahui juga dapat
mempengaruhi tumbuh kembang mental atau jiwa anak-anak. Anak-anak memerlukan
lingkungan bebas, tempat bermain luas yang mampu mendukung daya kreatifitasnya.
Dengan kata lain, rumah bila terlampau padat di samping merupakan media yang cocok
untuk terjadinya penularan penyakit khususnya penyakit saluran napas juga dapat
mempengaruhi perkembangan anak.
Statisik Kesra, BPS tahun 2006 menunjukkan bahwa sebagian besar rumah tangga
memiliki luas lantai 50-99 m2, sebesar 41,63%, diikuti oleh rumah tangga dengan luas
lantai 20-49 m2, sebesar 39,11% dan rumah tangga dengan luas lantai 100-149 m2 sebesar
8,67%. Persentase rumah tangga menurut luas lantai tempat tinggal (m2), tipe daerah,
dan provinsi tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 2.11.
15
1. Upaya Penduduk dalam Pencarian Pengobatan
Statistik Kesra Tahun 2006 menunjukkan bahwa persentase penduduk yang
memilih untuk mengobati sendiri keluhan kesehatan yang dialami selama sebulan yang
lalu ternyata lebih besar dibandingkan persentase penduduk yang berobat jalan. Sebanyak
71,44% penduduk yang memiliki keluhan kesehatan selama sebulan yang lalu memilih
untuk mengobati sendiri. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2005 sebesar
69,88%. Sedangkan yang memilih untuk berobat jalan hanya sebesar 34,13% dari seluruh
penduduk yang memiliki keluhan kesehatan selama sebulan yang lalu. Angka ini lebih
rendah dibandingkan tahun 2005 yang sebesar 34,43%.
Dari seluruh penduduk yang memiliki keluhan kesehatan selama sebulan yang
lalu dan memutuskan untuk berobat jalan sebagian besar berada di Provinsi Bali, yaitu
46,82% yang diikuti oleh Nusa Tenggara Timur, 45,72% dan DKI Jakarta sebesar
39,46%. Sedangkan provinsi dengan persentase terendah adalah Maluku sebesar 19,36%,
Sulawesi Barat sebesar 21,10%, dan Riau sebesar 21,80%.
Dalam hal keputusan untuk mengobati sendiri keluhan kesehatan yang dialami
selama sebulan yang lalu, Provinsi Maluku Utara menempati urutan teratas dengan
persentase sebesar 81,73%, diikuti oleh Gorontalo sebesar 81,27% dan Kalimantan
Tengah sebesar 78,49%. Sedangkan provinsi dengan persentase terendah adalah Papua
sebesar 51,38%, Nusa Tenggara Timur sebesar 56,64% dan Sulawesi Utara sebesar
61,92%. Rincian per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.20.
16
GAMBAR 2.9
PERSENTASE PENDUDUK YANG BEROBAT JALAN
KE PUSKESMAS/PUSTU TAHUN 2006
17
GAMBAR 2.10
PERSENTASE ANAK USIA 2-4 YANG PERNAH DISUSUI
MENURUT LAMANYA DISUSUI
TAHUN 2006
Uraian di atas merupakan penjelasan secara umum tentang Indonesia tahun 2006
secara ringkas. Penjelasan yang diberikan melingkupi berbagai aspek, seperti
kependudukan, perekonomian, pendidikan, kesehatan lingkungan, dan beberapa perilaku
penduduk yang memiliki keterkaitan erat dengan sektor kesehatan.
***
18
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
A. MORTALITAS
19
GAMBAR 3.1
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
TAHUN 1995 S.D TAHUN 2005
Dalam beberapa tahun terakhir AKB telah banyak mengalami penurunan yang cukup
besar meskipun pada tahun 2000 dan 2001 meningkat kembali sebagai dampak dari berbagai
krisis yang melanda Indonesia. Pada tahun 1995 AKB diperkirakan sebesar 55 per 1.000
kelahiran hidup, kemudian turun menjadi 52 pada tahun 1997, dan turun lagi menjadi 44 per
1.000 kelahiran hidup pada tahun 1999, kemudian naik menjadi menjadi 47 per 1.000
kelahiran hidup pada tahun 2000. AKB menurut hasil Surkesnas/Susenas berturut-turut pada
tahun 2001 sebesar 50 per 1.000 kelahiran hidup. AKB menurut hasil SDKI 2002-2003
terjadi penurunan yang cukup besar dari tahun 1997 sebesar 52 per 1.000 kelahiran hidup
menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2002-2003.
AKB menurut Proyeksi Penduduk Indonesia 2000-2025 terjadi penurunan yang cukup
besar dari tahun 1997 sebesar 52 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 28 per 1.000 kelahiran
hidup pada tahun 2005. Provinsi dengan AKB terendah adalah DKI Jakarta (14 per 1.000
kelahiran hidup), DI Yogyakarta (14 per 1.000 kelahiran hidup), dan Sulawesi Utara (16 per
1.000 kelahiran hidup). Sedangkan AKB tertinggi di Nusa Tenggara Barat (51 per 1.000
kelahiran hidup), Maluku Utara (43 per 1.000 kelahiran hidup), dan Sulawesi Tengah (40 per
1.000 kelahiran hidup).
Pada tahun 2002, AKB di rumah sakit 40,6 per 1.000 kelahiran hidup. Tahun 2003,
AKB di rumah sakit mengalami penurunan berarti yaitu sebesar 22,9 per 1.000 kelahiran
hidup, kemudian pada tahun 2004 mengalami sedikit kenaikan menjadi 29,4 per 1.000
kelahiran hidup. Tahun 2005 dan 2006 mengalami penurunan menjadi 23,7 per 1.000
kelahiran hidup dan 25,9 per 1.000 kelahiran hidup. Tabel 3.1 di bawah ini merupakan data
kematian bayi di rumah sakit selama tahun 2002–2006.
20
TABEL 3.1
ANGKA KEMATIAN BAYI DI RUMAH SAKIT
DI INDONESIA TAHUN 2002 – 2006
Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat AKB tetapi tidak mudah untuk
menentukan faktor yang paling dominan dan faktor yang kurang dominan. Tersedianya
berbagai fasilitas atau faktor aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dari tenaga medis yang
terampil, serta kesediaan masyarakat untuk merubah kehidupan tradisional ke norma
kehidupan modern dalam bidang kesehatan merupakan faktor-faktor yang sangat
berpengaruh terhadap tingkat AKB. Menurunnya AKB dalam beberapa waktu terakhir
memberi gambaran adanya peningkatan dalam kualitas hidup dan pelayanan kesehatan
masyarakat.
Beberapa penyebab kematian bayi dapat bermula dari masa kehamilan 28 minggu
sampai hari ke-7 setelah persalinan (masa perinatal). Penyebab kematian bayi yang terbanyak
adalah karena pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kelahiran
prematur dan berat badan bayi lahir yang rendah, yaitu sebesar 38,94%. Sedangkan penyebab
lainnya yang cukup banyak terjadi adalah kejadian kurangnya oksigen dalam rahim (hipoksia
intrauterus) dan kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat
setelah lahir (asfiksia lahir), yaitu 27,97%. Hal ini menunjukkan bahwa 66,91% kematian
perinatal dipengaruhi pada kondisi ibu saat melahirkan.
TABEL 3.2
DISTRIBUSI PASIEN KELUAR MATI DI RUMAH SAKIT YANG BERMULA
PADA MASA PERINATAL DI INDONESIA TAHUN 2006
21
Meskipun secara umum di Indonesia, Angka Kematian Bayi cenderung menunjukan
penurunan yang cukup signifikan, namun ISPA masih merupakan penyebab kematian
terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. Hal ini dapat dilihat melalui hasil survei
mortalitas subdit ISPA pada tahun 2005 di 10 provinsi di bawah ini.
TABEL 3.3
PENYEBAB KEMATIAN BAYI DI INDONESIA
(SURVEI MORTALITAS SUBDIT ISPA TAHUN 2005)
No Penyebab Kematian %
1 Neonatal 44,5
2 Pneumonia 22,3
3 Infeksi Berat 10,6
4 Diare 9,1
5 Masalah lain (termasuk 5,5
6 Gizi buruk dan BGM 1,7
7 Demam Berdarah Dengue 1,4
8 Muntah – dehidrasi 1,3
9 Tifoid 1,2
10 Malaria 0,8
11 Campak – komplikasi 0,8
12 Pertusis 0,3
13 Tanpa penyebab 0,6
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
TABEL 3.4
ANGKA KEMATIAN BALITA (AKABA) PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
DI INDONESIA TAHUN 1995 – 2003
22
Meskipun secara umum di Indonesia, Angka Kematian Balita cenderung menunjukan
penurunan yang cukup signifikan, ISPA masih merupakan penyebab kematian terbesar baik
pada bayi maupun pada anak balita. Hal ini dapat dilihat melalui hasil survei mortalitas subdit
ISPA pada tahun 2005 di 10 provinsi di bawah ini.
TABEL 3.5
PENYEBAB KEMATIAN BALITA DI INDONESIA
(SURVEI MORTALITAS SUBDIT ISPA TAHUN 2005)
No Penyebab Kematian %
1 Pneumonia 23,6
2 Diare 15,3
3 Infeksi Berat 15,1
4 Masalah lain (termasuk kecelakaan) 14,7
5 Neonatal 11,2
6 Tifoid 3,8
7 Gizi buruk dan BGM 3,6
8 Malaria 2,9
9 Campak – komplikasi 2,9
10 Muntah – dehidrasi 1,6
11 Pertusis 0,2
12 Tanpa penyebab 0,05
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Kematian ibu maternal di rumah sakit periode 2002-2006 cenderung menurun dari
5,1 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2002 menjadi 2,0 per 1.000 kelahiran hidup pada
tahun 2006. Namun tahun 2004, kematian ibu maternal mengalami kenaikan tajam dari
sebelumnya 1,1 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 8,6 per 1.000 kelahiran hidup. Data angka
kematian ibu maternal tahun 2002 - 2006 di rumah sakit dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut.
TABEL 3.6
ANGKA KEMATIAN IBU MATERNAL DI RUMAH SAKIT
DI INDONESIA TAHUN 2002 – 2006
Tahun Jumlah Kematian Ibu Jumlah Lahir Hidup Kematian Per 1.000 KH
2002 649 127.053 5,1
2003 153 135.094 1,1
2004 956 109.297 8,6
2005 116 132.745 0,9
2006 237 116.991 2,0
Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI, 2007
Data angka kematian ibu maternal di rumah sakit yang bersumber dari Ditjen Bina
Yanmedik, menggambarkan jumlah kematian maternal di rumah sakit yang terjadi per 1.000
kelahiran hidup dan penyebab kematian maternal tersebut dijelaskan pada Tabel 3.7 di bawah
ini.
23
TABEL 3.7
DISTRIBUSI PASIEN KEHAMILAN, PERSALINAN DAN MASA NIFAS KELUAR MATI
MENURUT GOLONGAN SEBAB SAKIT DI RUMAH SAKIT
DI INDONESIA TAHUN 2006
Jika dilihat dari golongan sebab sakit, kasus obstetri terbanyak pada tahun 2006
adalah disebabkan penyulit kehamilan, persalinan dan masa nifas lainnya yaitu 47,3%, diikuti
dengan kehamilan yang berakhir abortus (31,5%). Sedangkan jika dilihat dari nilai CFR
(Case Fatality Rate), penyebab kematian terbesar adalah eklamsia dan preeklamsia dengan
CFR 2,1%, walaupun persentase kasusnya tidak tinggi yaitu 5,8% dari keseluruhan kasus
obstetri.
TABEL 3.8
ANGKA KEMATIAN KASAR DI RUMAH SAKIT INDONESIA
TAHUN 2006
Sedangkan penyebab kematian terbanyak dari penderita rawat inap di rumah sakit
pada tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 3.9 berikut ini.
24
TABEL 3.9
10 PENYAKIT UTAMA PENYEBAB KEMATIAN MENURUT DTD
DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2006
Dari tabel tersebut di atas, penyebab kematian terbanyak disebabkan oleh stroke
5,20% (tanpa menyebut perdarahan atau infark), kemudian disebabkan perdarahan
intrakranial 4,37%, dan penyebab kematian No. 3 terbanyak adalah diare dan gastroenteritis
3,23%.
25
TABEL 3.10
ESTIMASI ANGKA HARAPAN HIDUP WAKTU LAHIR (Eo)
TAHUN 2000 – 2025
Tahun Eo
2000 – 2005 67,8
2005 - 2010 69,8
2010 - 2015 71,5
2015 - 2020 72,8
2020 - 2025 73,6
Rincian angka kematian bayi, angka harapan hidup waktu lahir, net reproduction rate
dan angka fertilitas total menurut provinsi tahun 2005 – 2010 dapat dilihat pada Lampiran
3.1.
B. MORBIDITAS
Data angka kesakitan penduduk yang berasal dari masyarakat (community based data)
yang diperoleh melalui studi morbiditas, dan hasil pengumpulan data dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota serta dari sarana pelayanan kesehatan (facility based data) yang diperoleh
melalui sistem pencatatan dan pelaporan. Gambaran/pola 10 penyakit terbanyak pada pasien
rawat jalan di rumah sakit adalah data tahun 2006 disajikan pada Tabel 3.11 berikut ini.
TABEL 3.11
POLA 10 PENYAKIT TERBANYAK PADA PASIEN RAWAT JALAN
DI RUMAH SAKIT TAHUN 2006
Jumlah
DTD Golongan Sebab Sakit %
No Kunjungan
1 167 Infeksi saluran napas bagian atas akut lainnya 960.460 9,32
2 145 Hipertensi esensial (primer) 480.922 4,67
3 268 Demam yang sebabnya tidak diketahui 409.632 3,98
4 199.9 Penyakit kulit dan jaringan subkutan lainnya 403.270 3,91
5 270.9 Gejala tanda dan penemuan klinik dan laboratorium tidak normal lainnya 397.478 3,86
YTK di tempat lain
6 281 Cedera YDT lainnya YTT dan daerah badan multipel 347.345 3,37
7 007.1 Tuberkulosis paru lainnya 346.906 3,37
8 294.0 Pengawasan kehamilan normal 343.786 3,34
9 104.9 Diabetes melitus YTT 342.246 3,32
10 5 Diare & gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu (kolitis Inf.) 333.066 3,23
Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI, 2007
Pada tahun 2006 dari data 10 penyakit utama pasien rawat jalan di rumah sakit, yang
terbanyak adalah infeksi saluran napas bagian atas akut lainnya 9,32%, diikuti penyakit
hipertensi esensial (primer) 4,67% dan demam yang sebabnya tidak diketahui 3,98%.
Sedangkan pola 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit tahun
2006 dapat dilihat pada Tabel 3.12 di bawah ini.
26
TABEL 3.12
POLA 10 PENYAKIT TERBANYAK PASIEN RAWAT INAP
DI RUMAH SAKIT TAHUN 2006
Jumlah %
No DTD ICD Golongan Sebab Sakit
Pasien
1 5 A 09 Diare & gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu 177.517 7,95
(kolitis inf.)
2 032.1 A 91 Demam berdarah dengue 81.392 3,64
3 2 A 01 Demam tifoid dan paratifoid 72.804 3,26
4 242.9 O 20-O 23, O 25-O 29, Penyulit kehamilan dan persalinan lainnya 63.580 2,85
O 61-O 63 O 67, O 69-
71, O 73-O 75, O81-O
83
5 278 S 06 Cedera intrakranial 48.645 2,18
6 268 R 50 Demam yang sebabnya tidak diketahui 46.175 2,07
7 281 Cedera YDT lainnya YTT dan daerah badan Multipel 46.081 2,06
8 169 J 12 J 18 Pneumonia 37.634 1,69
9 43 B 50 - B 54 Malaria (termasuk semua jenis malaria) 36.865 1,65
10 185 K 30 Dispepsia 34.029 1,52
Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI, 2007
Dari data 10 penyakit utama pasien rawat inap di rumah sakit tahun 2006, terbanyak
adalah Diare & gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu (infeksi kolitis) 7,95%, diikuti
penyakit Demam Berdarah Dengue 3,64% dan penyakit Demam tifoid dan paratifoid 3,26%.
Kedua tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa penyakit infeksi masih merupakan
penyakit terbanyak yang ditemukan pada pasien rawat jalan dan rawat inap di rumah sakit,
walaupun beberapa penyakit tidak menular seperti Diabetes Melitus, Hipertensi, dan cedera
juga termasuk 10 peringkat penyakit terbanyak di rumah sakit.
Distribusi pasien menurut Bab ICD-X pada pasien rawat jalan dan rawat inap di
rumah sakit Indonesia tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.5 dan 3.6.
Selanjutnya berikut ini akan diuraikan situasi beberapa penyakit menular yang perlu
mendapatkan perhatian, termasuk situasi penyakit menular yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I), penyakit potensial KLB/wabah, situasi penyakit tidak menular.
1. Penyakit Menular
Penyakit menular yang disajikan dalam bagian ini antara lain penyakit Malaria, TB
Paru, HIV/AIDS, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), Kusta, penyakit menular yang
dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), penyakit potensial wabah, Rabies, Filariasis,
Frambusia, dan Antraks.
a. Penyakit Malaria
Situasi Angka Kesakitan malaria selama tahun 2001 – 2006 relatif cenderung
menurun dan bila dibandingkan dengan target yang ingin dicapai maka telah mencapai target
yang diinginkan yaitu pada tahun 2001 angka kesakitan malaria sebesar 44,7 per 1.000
penduduk dan menurun secara berarti menjadi 19,6 per 1.000 penduduk pada tahun 2006.
Target dan angka kesakitan malaria selama periode tahun 2001 – 2006 secara rinci dapat
dilihat pada grafik berikut.
27
GAMBAR 3.4
SITUASI ANGKA KESAKITAN MALARIA
TAHUN 2001 – 2006
Situasi Angka Kematian malaria selama tahun 2001 – 2006 relatif fluktuatif dimana
pada tahun 2001 angka kematian malaria sebesar 1,4% kemudian meningkat pada tahun 2003
menjadi 4,9% tetapi menurun kembali hingga pada tahun 2006 menjadi 0,42% dan bila
dibandingkan dengan target indikator yang ingin dicapai maka lebih baik yaitu lebih rendah
dari target 0,45%, secara rinci dapat dilihat pada grafik berikut.
GAMBAR 3.5
SITUASI ANGKA KEMATIAN MALARIA
TAHUN 2001 – 2006
Perkembangan penyakit Malaria dipantau melalui Annual Parasite Incidence (API) untuk
Jawa-Bali dan Annual Malaria Incidence (AMI) untuk luar Jawa-Bali, yang dapat dilihat pada
Gambar 3.6 berikut ini.
28
GAMBAR 3.6
ANNUAL PARASITE INCIDENCE MALARIA (‰)
DAN ANNUAL MALARIA INCIDENCE (‰), TAHUN 2001 – 2006
Peningkatan insidens Malaria terjadi dalam periode 1997 – 2000. Kemudian pada bulan
April tahun 2000 mulai dilaksanakan Gerakan Berantas Kembali Malaria (Gebrak Malaria). Pada
tahun 2001 – 2006 angka kesakitan Malaria kembali menurun. Pada tahun 2001 angka kesakitan
Malaria untuk Pulau Jawa dan Bali sebesar 0,62 per 1.000 penduduk, pada tahun 2002 menjadi
0,47, tahun 2003 menjadi 0,22 per 1.000 penduduk, tahun 2004-2005 menjadi 0,15 per 1.000
penduduk, tahun 2006 menjadi 0,19 per 1.000 penduduk. Sedangkan untuk luar Jawa-Bali, angka
kesakitan Malaria (termasuk penderita klinis) pada tahun 2001 sebesar 26,20 per 1.000 penduduk
menjadi 22,30 pada tahun 2002, 21,80 per 1.000 penduduk pada tahun 2003, 21,20 per 1.000
penduduk pada tahun 2004, 24,8 per 1.000 penduduk pada tahun 2005 dan 24,0 per 1.000
penduduk pada tahun 2006.
Target yang ingin dicapai secara nasional pada tahun 2010, yaitu sebesar 5 per 1.000
penduduk. Untuk wilayah Jawa dan Bali dapat dikatakan target sudah tercapai. Sedangkan untuk
wilayah di luar Jawa dan Bali, diperkirakan masih belum mencapai target. Wilayah Indonesia
Timur dengan AMI tertinggi antara lain Irian Jaya Barat (198,02), Papua (164,75) dan Nusa
Tenggara Timur (105,66). Untuk Kawasan Barat Indonesia, wilayah dengan AMI tertinggi antara
lain Kepulauan Bangka Belitung (43,05), Jambi (20,96), dan Sumatera Utara (20,29).
Jumlah kasus dan API/AMI penyakit Malaria menurut provinsi tahun 2006 dapat dilihat
pada Lampiran 3.7 dan Lampiran 3.8.
b. Penyakit TB Paru
Pelaksanaan pengendalian Penyakit TBC sampai tahun 2006 telah dapat menurunkan
insiden kasus menular dari 130/100.000 penduduk (WHO-1995) menjadi 104/100.000
penduduk. Gambaran penurunan angka insidens kasus TB dapat dilihat dalam grafik di
bawah ini.
29
GAMBAR 3.7
ANGKA INSIDENS KASUS BARU BTA+ PER 100.000 PENDUDUK DI INDONESIA
TAHUN 2002 - 2006
Pada tahun 2006, jumlah perkiraan kasus menular TB Paru sebanyak 304.373 kasus.
Cakupan penemuan semua kasus TB Paru sebanyak 277.589 kasus, dengan 175.320 kasus
TB Paru BTA Positif dan Angka Penemuan Penderita/Case Detection Rate (CDR) sebesar
75,68%. Hasil cakupan penemuan kasus dan evaluasi hasil pengobatan penyakit TB paru
tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.9.
Secara nasional Indonesia telah mencapai global target yaitu sebesar 75,7% (Global
target CDR 70%). Jumlah provinsi yang telah mencapai CDR 70% sebanyak 7 provinsi yaitu
Provinsi Sulawesi Utara (91,1%), Sumatera Utara (82,7%), Gorontalo (81,7%), DKI Jakarta
(77,9%), Banten (75,6%), Jawa Barat (71,7%) dan Sulawesi Tenggara (70,9%) sedangkan
provinsi yang mempunyai CDR terendah adalah Maluku Utara (31,9%).
GAMBAR 3.8
CAKUPAN PENEMUAN KASUS BARU TB BTA POSITIF (CDR)
PER PROVINSI TAHUN 2006
30
GAMBAR 3.9
PENEMUAN KASUS BARU DAN KEBERHASILAN PENGOBATAN TB INDONESIA
TAHUN 2002 – 2006
TABEL 3.13
PROPORSI KASUS TBC MENURUT TIPE (JENIS)
TAHUN 2002-2006
GAMBAR 3.10
PROPORSI KASUS TB PARU MENURUT TIPE (JENIS)
TAHUN 2006
31
Pada tahun 2006, jumlah kasus baru BTA positif menurut jenis kelamin terbanyak
pada laki-laki sebesar 59,12 %. Provinsi Jawa Barat adalah provinsi paling banyak jumlah
kasus BTA positif yaitu sebanyak 30.515 kasus. Laki-laki dengan umur 25-34 tahun paling
banyak ditemukan kasus baru BTA Positif yaitu 22.752 kasus, di Provinsi Jawa Barat
terbanyak dengan 3.579 kasus. Jumlah kasus baru BTA positif menurut jenis kelamin,
kelompok umur, dan provinsi tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.10 dan Lampiran
3.11.
c. Penyakit HIV/AIDS
Berdasarkan hasil Surveilans Terpadu HIV-Perilaku 2006 (STHTP 2006) atau IBBS
(Integrated Bio Behavioral Survey) di Papua, diketahui prevalensi HIV pada penduduk Tanah
Papua lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk wilayah lain di Indonesia. Survei juga
menunjukkan persebaran kasus HIV tampaknya meluas ke semua wilayah Papua.
Pada tahun 2006, sebagaimana dilaporkan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan (PP&PL), total kasus AIDS di Papua adalah 947 kasus, 221 di
antaranya meninggal. Rata-rata kasus (case rate) mencapai 51,42%. Sementara hasil estimasi
kasus HIV ditemukan di kelompok rawan tertular HIV di Papua mencapai 22.220. Hanya
sebagian kecil dari estimasi kasus HIV ditemukan di kelompok rawan seperti pengguna napza
suntik, wanita penjaja seks (WPS), pelanggan WPS, dan waria. Sementara sebagian besar
(21.110) ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) adalah bagian dari masyarakat umum.
Survei bertujuan mendapatkan gambaran epidemi yang terjadi, baik pada kelompok
resiko rawan maupun pada masyarakat umum. Survei Terpadu yang dilakukan pada tingkat
rumah tangga ini dirancang untuk lebih memahami prevalensi HIV serta dinamika penularan
guna memerangi infeksi HIV dan AIDS di tanah Papua. Harapannya dalam waktu dekat
Pemerintah Pusat maupun Daerah bersama-sama dengan semua sektor dapat merencanakan
respons yang sesuai dengan kecenderungan penyebaran.
Jumlah kumulatif kasus AIDS yang dilaporkan sampai dengan 31 Desember 2006
sebanyak 8.194 kasus, dengan 1.871 kasus meninggal. Rate kumulatif kasus AIDS per
100.000 penduduk secara nasional sebesar 3,61. Rate tertinggi terjadi di Papua sebesar 51,42
(14,24 kali angka nasional), DKI Jakarta sebesar 28.15 (7,8 kali angka nasional), Kepulauan
Riau sebesar 16,94 (4,69 kali angka nasional), dan Kalimantan Barat sebesar 13,56 (3,76 kali
angka nasional). Kasus yang dilaporkan telah meninggal dunia sebesar 22,83%.
Pada tahun 2006 penularan terbanyak terkait dengan IDU terjadi pada 46,63% kasus
AIDS disusul penularan pada pelanggan WPS (Wanita Penjaja Seks) 14,69%, 14,23% terjadi
pada masyarakat umum, pada pasangan IDU 6,62% melalui hubungan homoseksual 4,85%,
pada WPS 4,62%, dan lain lain 8,36%. Persentase kasus AIDS yang menggunakan NAPZA
suntik (IDU) tertinggi adalah Provinsi DKI Jakarta (18,53%), Jawa Barat (11,82%) dan Jawa
Timur (11,50%).
Sepanjang tahun 2006, jumlah kasus baru AIDS yang ditemukan terbanyak adalah
pada triwulan IV sebanyak 1.207 kasus (42,01%).
Jumlah kumulatif kasus AIDS, meninggal, dan angka kumulatif kasus per 100.000
penduduk menurut provinsi sampai dengan 31 Desember 2006, persentase kasus AIDS yang
menggunakan NAPZA suntikan (IDU), persentase kasus baru per triwulan dan estimasi
populasi rawan tertular HIV dapat dilihat pada Lampiran 3.12, 3.13, 3.14 dan 3.15.
32
GAMBAR 3.11
PROPORSI PENDERITA AIDS SECARA KUMULATIF
MENURUT CARA PENULARAN S.D. TAHUN 2006
33
(0,45%), kelompok umur 5-14 tahun sebanyak 22 penderita (0,27%) dan tidak diketahui
kelompok umurnya sebanyak 269 penderita (3,28%), sebagaimana disajikan pada Gambar
3.14 berikut ini.
GAMBAR 3.14
PROPORSI PENDERITA AIDS SECARA KUMULATIF
MENURUT KELOMPOK UMUR S.D. TAHUN 2006
Gambar di atas menunjukkan bahwa secara kumulatif sebagian besar penderita AIDS
di Indonesia merupakan kelompok umur 20-49 tahun (89,83%). Seperti diketahui bahwa
penularan HIV/AIDS terbanyak adalah melalui hubungan seksual dan penggunaan jarum
suntik bersama pada IDU. Kelompok umur 20-49 tahun merupakan kelompok umur yang
aktif dalam aktivitas seksual. IDU juga didominasi oleh kelompok umur produktif. Dapat
diperkirakan hal ini saling terkait. Bila perkembangan kondisi ini terus terjadi, maka dalam
jangka panjang di samping akan menjadi beban anggaran keluarga dan pemerintah juga akan
menjadi ancaman bagi produktivitas tenaga kerja di Indonesia. Jumlah kumulatif kasus AIDS
menurut provinsi sampai dengan 31 Desember 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.12.
Dari Gambar 3.15 berupa peta wilayah Indonesia berikut ini, dapat dilihat Case Rate
AIDS menurut provinsi tahun 2006.
GAMBAR 3.15
CASE RATE KUMULATIF KASUS AIDS PER 100.000 PENDUDUK
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
34
Bila dilihat dari persebaran di Indonesia, persebaran HIV/AIDS menyebar dengan
tidak merata di seluruh Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat pada peta di bawah ini.
GAMBAR 3.16
DISTRIBUSI PENDERITA HIV / AIDS (ODHA) DI INDONESIA
TAHUN 2006
<500
500 - 2500
2501 – 7500
>7500
GAMBAR 3.17
MORBIDITAS PNEUMONIA BALITA1
TAHUN 1991 – 2004
35
Secara nasional, angka cakupan penemuan penderita balita hingga saat ini masih
belum mencapai target, seperti tampak pada grafik di bawah ini.
GAMBAR 3.18
CAKUPAN PENEMUAN PNEUMONIA BALITA
TAHUN 2000 – 2006
Pada tahun 2006 didapatkan 642.700 kasus Pneumonia pada balita, lebih tinggi
dibandingkan tahun sebelumnya. Hasil penemuan penderita Pneumonia balita dalam 5 tahun
terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.14 berikut ini.
TABEL 3.14
HASIL PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA BALITA
TAHUN 2000 – 2006
Tahun Penderita
2002 549.035
2003 502.275
2004 625.611
2005 600.720
2006 642.700
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Jumlah kematian balita yang disebabkan Pneumonia pada tahun 2006 sebesar 145
balita yang terdiri dari 114 balita berumur di bawah 1 tahun dan 31 balita berumur 1-4 tahun.
e. Penyakit Kusta
Dalam kurun waktu 10 tahun (1991–2001), angka prevalensi penyakit Kusta secara
nasional telah turun dari 4,5 per 10.000 penduduk pada tahun 1991 menjadi 0,85 per 10.000
penduduk pada tahun 2001. Pada tahun 2002 prevalensi sedikit meningkat menjadi 0,95, pada
tahun 2003 kembali menurun menjadi 0,8 per 10.000 penduduk, tahun 2004 meningkat
menjadi 0,93 per 10.000 penduduk dan pada tahun 2005 meningkat menjadi 0,98 per 10.000
penduduk. Secara nasional, Indonesia sudah dapat mencapai eliminasi Kusta pada bulan Juni
2000.
36
Jika ditinjau dari situasi global, Indonesia merupakan negara penyumbang jumlah
penderita Kusta ketiga terbanyak setelah India dan Brazil. Masalah ini diperberat dengan
masih tingginya stigma di kalangan masyarakat dan sebagian petugas. Akibat dari kondisi ini
sebagian besar penderita dan mantan penderita Kusta dikucilkan sehingga tidak mendapatkan
akses pelayanan kesehatan serta pekerjaan yang berakibat pada meningkatnya angka
kemiskinan. Perkembangan penyakit Kusta yang diindikasikan dengan prevalensi dan
penemuan penderita baru menunjukkan adanya penurunan prevalensi Kusta yang sangat
tajam pada tahun 1991, di mana Multiple Drug Therapy (MDT) 24 dosis mulai digunakan.
Angka penemuan penderita baru menunjukkan adanya peningkatan penemuan penderita baru
tahun 1997, 1998, 1999, yang kemungkinan disebabkan adanya intensifikasi penemuan
penderita karena Leprosy Elimination Campaign (LEC) yang dilaksanakan di 109 kabupaten
endemik pada tahun tersebut.
Saat ini Indonesia masih merupakan salah satu negara penyumbang penyakit kusta
terbesar di dunia. Pada tahun 2006, WHO mencatat penderita baru di Indonesia menduduki
rangking ketiga terbanyak setelah India dan Brasil yaitu sebanyak 19.695 orang.
Pada tahun 2006, jumlah penderita penyakit Kusta yang tercatat sebanyak 22.384
kasus dengan 19.457 kasus (86,92%) di antaranya merupakan penderita tipe Multi Basiler
(MB) yang diketahui merupakan tipe yang menular dan 2.927 kasus (13,08%) merupakan
penderita Pausi Basiler (PB), dengan angka prevalensi 1.02/10.000 penduduk.
Prevalensi Kusta per 10.000 penduduk yang tertinggi berada di Maluku Utara sebesar
9,49, disusul oleh Maluku sebesar 3,49 dan Papua sebesar 3,24 dan Gorontalo yang sebesar
3,24. Sedangkan provinsi dengan prevalensi Kusta per 10.000 penduduk terendah adalah
Bengkulu sebesar 0,04, disusul oleh DI Yogyakarta sebesar 0,10 dan Sumatera Utara sebesar
0,20.
Jumlah kasus baru Kusta yang ditemukan tahun 2006 sebanyak 18.300 kasus, di
antaranya 14.750 kasus merupakan penderita tipe Multi Basiler (80,6%) sedangkan kasus
Pausi Basiler sebesar 3.550 (19,4%). Secara nasional persentase cacat tingkat II, mencapai
8.67% . Persentase kecacatan terbesar ditemukan di Provinsi Bengkulu yaitu 393 kecacatan
(7,75%) Situasi penyakit Kusta, jumlah kasus baru Kusta, dan kecacatan menurut provinsi
tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.17 dan 3.18.
Gambaran penderita Kusta dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dapat dilihat pada
Tabel 3.15 berikut.
TABEL 3.15
JUMLAH PENDERITA KUSTA MENURUT TIPE
DAN ANGKA PENEMUAN PENDERITA (NCDR) PER 100.000 PENDUDUK
TAHUN 2002 – 2006
Di antara penderita baru yang ditemukan, 8,67% sudah mengalami kecacatan tingkat
II (kecacatan yang dapat dilihat dengan mata). Angka ini masih di atas indikator program
37
yaitu 5%. Keadaan ini menggambarkan masih berlanjutnya penularan dan kurangnya
kesadaran masyarakat akan penyakit Kusta sehingga ditemukan sudah dalam keadaan cacat.
Provinsi yang mempunyai persentase penderita yang sudah mengalami kecacatan tingkat II
tertinggi tahun 2006 adalah Bengkulu 22,22%, diikuti Banten 20,22% dan Sumatera Selatan
17,84%.
Proporsi penderita anak berumur 0-14 tahun di antara penemuan kasus baru Kusta
adalah 10,41% yang juga masih di atas indikator program yaitu 5%. Provinsi yang
mempunyai persentase penderita anak berumur 0-14 tahun tertinggi tahun 2006 adalah Irian
Jaya Barat 26,58%, diikuti Maluku Utara 21,19% dan Nusa Tenggara Barat 17,38%.
Perkembangan proporsi kecacatan tingkat II dan perkembangan proporsi anak pada
penderita Kusta baru selama 5 tahun terakhir terlihat pada Gambar 3.19 dan Gambar 3.20 di
bawah ini.
GAMBAR 3.19
PROPORSI KECACATAN TINGKAT II
PADA PENDERITA BARU KUSTA TAHUN 2002 – 2006
GAMBAR 3.20
PROPORSI PENDERITA ANAK ( 0-14 TH ) PADA
PENDERITA BARU KUSTA
TAHUN 2002-2006
38
Meskipun Indonesia telah mencapai eliminasi pada pertengahan tahun 2000, penyakit
kusta masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang cukup besar, karena sampai akhir
tahun 2006 masih ada 14 provinsi dan 155 kabupaten yang belum dapat mencapai eliminasi.
Dari peta berikut ini terlihat bahwa Indonesia masih banyak menyimpan kantong-
kantong Kusta yang kebanyakan berada di Kawasan Timur Indonesia.
GAMBAR 3.21
PREVALENSI KUSTA TAHUN 2006
1) Tetanus Neonatorum
Penanganan Tetanus Neonatorum tidak mudah, sehingga yang terpenting adalah
usaha pencegahan yaitu pertolongan persalinan yang higienis ditunjang dengan imunisasi
Tetanus Toxoid (TT) pada ibu hamil. Tingkat kematian akibat penyakit ini yang tercermin
dalam CFR, cenderung mengalami fluktuasi dari tahun 2000 sampai tahun 2006. Pada tahun
2000, tercatat CFR sebesar 65,12% lalu turun menjadi 54,64%. Angka CFR ini kembali naik
menjadi 61,90% pada tahun 2002, kemudian sempat mengalami penurunan menjadi 56%
pada tahun 2003. Penurunan kembali terjadi pada tahun 2004 dengan CFR sebesar 50,29%,
namun pada tahun 2005 CFR kembali naik menjadi 58,57% dengan 82 kematian dari 140
kasus. Tahun 2006 terjadi penurunan CFR yang signifikan menjadi 38,98% dengan 46
kematian dari 118 kasus.
39
GAMBAR 3.22
JUMLAH KASUS DAN CFR TETANUS NEONATORUM
DI INDONESIA TAHUN 2000 – 2006
2) Campak
Campak merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan Kejadian Luar Biasa
(KLB). Frekuensi KLB tahun 2002 tercatat sebesar 247, lalu turun menjadi 89 pada tahun
2003. Pada tahun 2004 angka ini justru naik menjadi 97 kemudian meningkat lagi pada tahun
2005. KLB Campak 2005 terjadi sebanyak 122 kali dengan jumlah kasus sebanyak 1.467 dan
CFR 0,48%. Frekuensi KLB ini meningkat dibandingkan 2 tahun sebelumnya. Tahun 2006
frekuensi KLB menurun menjadi 42 dengan jumlah kasus 1.644, jumlah kematian 9 dan CFR
0,55%.(Lampiran 3.31)
Kecenderungan yang sama terjadi pada tingkat kematian akibat Campak. Tahun 2002,
CFR Campak sebesar 1,45% kemudian turun menjadi 0,3% pada tahun 2003. CFR pada
tahun 2004 naik menjadi 1,56% lalu kembali turun menjadi 0,48% pada tahun 2005 dan
0,55% pada tahun 2006.
Perkembangan frekuensi KLB Campak, Jumlah penderita dan CFR dalam 5 tahun
terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.16 berikut.
TABEL 3.16
FREKUENSI, JUMLAH PENDERITA, DAN CFR KLB CAMPAK
TAHUN 2002 - 2006
40
Sementara itu, jumlah kasus Campak menurut kelompok umur pada tahun 2006 dapat
dilihat pada Tabel 3.17 di bawah ini.
TABEL 3.17
JUMLAH KASUS CAMPAK MENURUT KELOMPOK UMUR
TAHUN 2006
Umur Kasus
<1 tahun 2.009
1-4 tahun 7.136
5-9 tahun 5.900
10-14 tahun 2.881
>15 tahun 2.496
Jumlah 20.422
Pada tahun 2006, dari 20.422 kasus penyakit campak, 16.584 kasus (81,21%)
diantaranya tidak mendapatkan imunisasi campak/tidak diketahui. Jumlah kasus penyakit
campak dan vaksinasi campak menurut provinsi tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.21
dan Lampiran 3.22.
3) Difteri
Difteri termasuk penyakit menular yang jumlah kasusnya relatif rendah. Rendahnya
kasus Difteri sangat dipengaruhi adanya program imunisasi. Pada tahun 2005 terjadi 29 kali
KLB dengan jumlah kasus sebanyak 65 dan CFR sebesar 13,85%. Angka CFR ini lebih
rendah dibandingkan 2 tahun sebelumnya. Pada tahun 2003 CFR sebesar 23%, kemudian
turun menjadi 9,4% pada tahun 2004 dan meningkat menjadi 13,85% pada tahun 2005.
Tahun 2006 terjadi penurunan jumlah frekuensi KLB, dimana terjadi KLB 5 kali dan terdapat
15 kasus dan 1 kasus kematian. Frekuensi KLB, jumlah kasus dan CFR Difteri pada tahun
2002-2006 disajikan pada Tabel 3.18 berikut ini.
TABEL 3.18
FREKUENSI KLB, JUMLAH KASUS DAN CFR DIFTERI
TAHUN 2002 – 2006
Pada tahun 2006, jumlah seluruh kasus Difteri di rumah sakit dan puskesmas
sebanyak 2.337 kasus. Kasus terbanyak di Sumatera Utara dengan 2.014 kasus dengan kasus
terbanyak pada golongan usia 5-14 tahun (660 kasus), Nanggroe Aceh Darussalam dengan 95
kasus, diikuti Sulawesi Selatan sebanyak 76 kasus. Jumlah kasus penyakit Difteri menurut
provinsi tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.23.
41
4) Pertusis/Batuk Rejan
Pada tahun 2006, jumlah kasus Pertusis yang dirawat jalan di rumah sakit sebanyak
252 kasus, yang dirawat inap di rumah sakit sebanyak 144 kasus dan yang dirawat di
puskesmas sebanyak 7.185 kasus. Gambaran kasus Pertusis/Batuk Rejan menurut kelompok
umur disajikan pada TABEL 3.19 berikut ini.
TABEL 3.19
KASUS PERTUSIS/BATUK REJAN MENURUT UMUR
TAHUN 2006
Umur Kasus
< 1 tahun 640
1-4 tahun 1.840
5-14 tahun 2.060
15-44 tahun 1.692
>45 tahun 1.349
Jumlah 7.581
Pada tahun 2006, jumlah seluruh kasus Pertusis/Batuk Rejan di rumah sakit dan
puskesmas sebanyak 7.581 kasus. Kasus terbanyak di Nanggroe Aceh Darussalam dengan
1.357 kasus, Sumatera Utara dengan 1.267 kasus, diikuti Jawa Barat sebanyak 1.159 kasus.
Jumlah kasus dan angka insiden penyakit Pertusis/Batuk Rejan menurut provinsi pada
tahun 2006 disajikan pada Lampiran 3.24.
42
GAMBAR 3.23
AFP RATE TAHUN 2006
Jumlah kasus AFP Polio menurut provinsi, jumlah kasus AFP Polio menurut kriteria
klasifikasi klinis dan provinsi, dan perkembangan Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio tahun
2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.27, 3.28 dan Lampiran 3.29.
7) Tetanus
Pada tahun 2006, jumlah kasus Tetanus yang dirawat jalan di rumah sakit
sebanyak 578 kasus, yang dirawat inap di rumah sakit sebanyak 633 kasus dan 2 di antaranya
meninggal dunia dan yang dirawat di puskesmas 1.338 kasus. Jumlah kasus penyakit Tetanus
menurut provinsi pada tahun 2006 disajikan pada Lampiran 3.30.
43
TABEL 3.20
KLB PENYAKIT DIARE MENURUT JUMLAH PROVINSI DENGAN KLB,
JUMLAH KASUS, MENINGGAL, DAN CFR TAHUN 2000 – 2006
Dari 16 provinsi yang melaporkan adanya KLB, wilayah dengan tingkat kematian
tertinggi akibat penyakit Diare adalah Sulawesi Barat, yaitu 15,00% (3 meninggal dari 20
kasus), disusul oleh Gorontalo dengan CFR sebesar 5,65% (12 kasus meninggal dari 177
kasus) dan Maluku Utara dengan CFR sebesar 5,31% (6 meninggal dari 133 kasus). Jumlah
kasus, meninggal dan CFR penyakit Diare tiap provinsi dari tahun 2002-2006 dapat dilihat
pada Lampiran 3.32.
44
Provinsi dengan angka insiden penyakit DBD tertinggi pada tahun 2006 adalah DKI
Jakarta (316,17 per 100.000 penduduk), Bali (170,57 per 100.000 penduduk), Kalimantan
Timur (103,64 per 100.000 penduduk), dan Kepulauan Riau (74,79 per 100.000 penduduk).
Sedangkan CFR tertinggi di Sulawesi Barat sebesar 3,23%, disusul oleh Sulawesi Tenggara
sebesar 3,16%, dan Jambi sebesar 3,01%.
Jumlah penderita, angka kematian, dan angka insiden penyakit DBD menurut provinsi
pada tahun 2002 – 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.33, sedangkan jumlah kabupaten/kota
yang terjangkit penyakit DBD menurut provinsi tahun 2002 – 2006 dapat dilihat pada
Lampiran 3.34.
3) Chikungunya
Dalam 5 tahun terakhir (2001-2006), penyakit Chikungunya telah tersebar di 10
provinsi, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI
Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Utara.
Pada Profil Direktorat Jendral PP-PL Departemen Kesehatan menyebutkan bahwa pada tahun
2004 dilaporkan kasus penyakit Chikungunya di lima provinsi dengan jumlah 1.266 kasus,
pada tahun 2005 dilaporkan di empat provinsi dengan 340 kasus, dan pada tahun 2006
dilaporkan di lima provinsi dengan 1.544 kasus. Penyakit ini tidak menyebabkan kematian.
TABEL 3.21
JUMLAH KASUS PENYAKIT CHIKUNGUNYA
TAHUN 2004-2006
Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006
Provinsi Kasus Periode Provinsi Kasus Periode Provinsi Kasus Periode
Jawa Barat 35 Januari Banten 86 Juli Sumatera 501 Agustus
Selatan
Jawa 722 Januari Sulawesi 52 Desember- Sumatera 37 Oktober-
Tengah Utara April Utara November
DI 74 Januari Jawa 168 Februari- Banten 130 September-
Yogyakarta Timur Maret Desember
Jawa 429 Januari- NTB 34 Januari- Jawa Barat 850 Juli-
Timur Agustus Mei Desember
NTB 6 Januari Kalimantan 26 Juli
Tengah
Total 1,266 340 1,544
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
GAMBAR 3.25
SEBARAN KASUS PENYAKIT CHIKUNGUNYA
TAHUN 2004 – 2006
45
h. Penyakit Rabies
Pada tahun 2006, jumlah kabupaten/kota terjangkit penyakit Rabies sebanyak 199
kabupaten/kota dari 23 provinsi. Jumlah kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR)
sebanyak 13.929 orang. Jumlah kasus GHPR yang mendapat Vaksin Anti Rabies (VAR)
sebanyak 8.959 hewan. Dan jumlah kasus penyakit Rabies yang menyebabkan kematian
(Lyssa) sebanyak 106 orang.
GAMBAR 3.26
DAERAH TERTULAR RABIES TAHUN 2006
Kasus GHPR dari tahun 2001 sampai dengan 2004 cenderung naik, tetapi pada tahun
2005 dan 2006 menurun. Namun Lyssa selama tahun 2001 – 2005 cenderung meningkat,
seiring dengan terjadinya KLB penyakit Rabies di Kalimantan Barat dan Maluku Utara, dan
menurun lagi pada tahun 2006. Situasi penyakit Rabies di Indonesia Tahun 2001-2006 dapat
dilihat pada grafik di bawah ini.
GAMBAR 3.27
SITUASI RABIES DI INDONESIA TAHUN 2001 – 2006
46
Kasus GHPR terbanyak dilaporkan dari Sumatera Barat (2.538 kasus) sedangkan
terkecil adalah Banten (10 kasus). Kasus penyakit Rabies yang menyebabkan kematian pada
manusia (Lyssa) terbanyak dilaporkan dari Sulawesi Utara (21 kasus) dan Sulawesi Tengah
(15 kasus).
GAMBAR 3.28
KASUS GIGITAN HEWAN PENULAR RABIES (GHPR) DAN LYSSA PER PROVINSI
DI INDONESIA TAHUN 2006
Jumlah dan persentase kabupaten terjangkit penyakit Rabies dan jumlah kasus gigitan
hewan penular penyakit Rabies serta hasil pemeriksaan spesimen hewan menurut provinsi
tahun 2006 dapat dilihat dalam Lampiran 3.35.
i. Filariasis
Penyakit Filariasis masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan
dari hasil mapping sampai dengan tahun 2006 yang dilaporkan bahwa kasus kronis Filariasis
tersebar di 33 provinsi di 377 kabupaten/kota dengan jumlah kasus kronis Filariasis mencapai
10.427 kasus. (Lihat Lampiran 3.36)
Sampai saat ini di Indonesia telah ditemukan 3 spesies cacing Filaria, yaitu
Wucherecia bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. Program eliminasi penyakit
Filariasis dilaksanakan atas dasar kesepakatan global WHO tahun 2000 yaitu “The Global
Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem The Year 2020”
yang merupakan realisasi dari resolusi WHO pada tahun 1997.
Program eliminasi ini dilaksanakan melalui dua pilar kegiatan yaitu :
1. Pengobatan masal kepada semua penduduk di kabupaten endemis penyakit Filariasis
dengan menggunakan DEC 6mg/kgBB dikombinasikan dengan Albendazol 400 mg
sekali setahun selama 5 tahun guna memutuskan rantai penularan.
2. Tatalaksana kasus klinis penyakit Filariasis guna mencegah dan mengurangi
kecacatan.
47
GAMBAR 3.29
DISTRIBUSI KASUS KRONIS FILARIASIS
TAHUN 2002-2006
Jumlah penderita penyakit Filariasis menurut provinsi pada tahun 2002 – 2006 dapat
dilihat pada Lampiran 3.36.
j. Kecacingan
Penyakit Kecacingan merupakan masalah kesehatan yang perlu penanganan serius di
Indonesia karena cukup banyaknya penduduk yang menderita kecacingan. Penyakit ini dapat
mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh dan terhambatnya tumbuh kembang anak
karena cacing mengambil sari makanan yang penting bagi tubuh seperti protein, karbohidrat
dan zat besi, sehingga dapat menyebabkan anemia dan kurang gizi.
Cacing penyebab penyakit pada manusia terdiri dari Cacing gelang (Ascaris
lumbricoides), Cacing cambuk (Trichuris trichiura), Cacing kremi (Enterobius vermicularis
atau Oxyuris vermicularis), Cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma
duodenale) dan Trematoda.
Dari hasil pemeriksaan tinja pada anak SD di 27 provinsi selama tahun 2002-2006,
pada grafik berikut menampilkan prevalensi cacingan pada anak SD/MI di kabupaten terpilih
dan prevalensi kecacingan menurut jenis cacing.
48
GAMBAR 3.30
DISTRIBUSI PREVALENSI KECACINGAN PADA ANAK SD DI KABUPATEN TERPILIH
TAHUN 2002 - 2006
GRAFIK 3.31
PREVALENSI KECACINGAN PADA ANAK SD DI KABUPATEN TERPILIH
MENURUT JENIS CACING TAHUN 2002 - 2006
k. Frambusia
Penyakit Frambusia, yang disebabkan oleh Treponema pertenue, adalah penyakit
menular bukan seksual pada manusia yang pada umumnya menyerang anak–anak berusia di
bawah 15 tahun. Penyakit ini terutama menyerang kulit dan tulang serta banyak didapati pada
masyarakat miskin, perdesaan dan marjinal dimana kepadatan penduduk, kekurangan
persediaan air bersih, dan keadaan sanitasi serta kebersihan yang buruk terdapat di mana–
mana.
Penyakit Frambusia sampai saat ini belum dapat dieliminasi dari seluruh wilayah
Indonesia, meskipun secara nasional angka prevalensinya sudah kurang dari 1 per 100.000
penduduk. Prevalensi rate secara nasional pada tahun 2006 adalah 0,25 per 100.000
penduduk. Pada tahun 2006 penyakit Frambusia hanya dilaporkan di lima provinsi. Provinsi
dengan angka prevalensi yang masih cukup tinggi terutama di wilayah Indonesia bagian
49
timur, yaitu Irian Jaya Barat (15,00), Papua (10,01), Sulawesi Tenggara (7,92), Nusa
Tenggara Timur (2,80), dan Maluku (1,08). Tingginya angka prevalensi di daerah tersebut
disebabkan karena penderita penyakit Frambusia banyak tinggal di daerah pedalaman yang
sulit dijangkau pelayanan kesehatan serta keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan.
GAMBAR 3.32
PREVALENSI DAN JUMLAH KASUS PENYAKIT FRAMBUSIA MENURUT PROVINSI
DI INDONESIA TAHUN 2006
Jumlah kasus dan prevalensi Frambusia di Indonesia tahun 2006 dapat dilihat dalam
Lampiran 3.37.
l. Antraks
Jumlah kasus penyakit Antraks pada tahun 2006 menurun dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya, namun dengan jumlah kematian 1 orang, CFR meningkat dari tahun sebelumnya
(CFR = 6,7%). Kasus dan kematian penyakit Antraks di Indonesia tahun 2002-2006 dapat
dilihat pada tabel dan gambar di bawah ini.
TABEL 3.22
JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN PENYAKIT ANTRAKS 2002 – 2006
50
GAMBAR 3.33
KASUS DAN KEMATIAN PENYAKIT ANTRAKS DI INDONESIA TAHUN 2002 – 2006
Sampai saat ini daerah tertular penyakit Antraks tercatat di 11 provinsi yaitu DKI
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sumatera
Barat, Jambi, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan DI Yogyakarta.
Provinsi yang melaporkan adanya kasus penyakit Antraks pada manusia hanya lima provinsi
yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi
Selatan.
Pada tahun 2006 ditemukan 15 kasus penyakit Antraks tipe kulit, dari Jawa Barat
terdapat 8 kasus dan Nusa Tenggara Barat 7 kasus. Kasus penyakit Antraks dengan kematian
1 orang dari Jawa Barat (CFR = 6,7%).
m. Pes
Selama tahun 2006 terjadi peningkatan hasil surveilans penyakit Pes yang dilakukan
di empat provinsi endemis. Jumlah serologi positif jika pada tahun 2005 dilaporkan 1 orang,
pada tahun 2006 meningkat menjadi 7 orang. Meskipun demikian surveilans aktif terhadap
human dan rodent masih tetap dilakukan, untuk menghindari terjadinya KLB penyakit Pes.
Daerah fokus Pes di Indonesia yaitu Kab. Boyolali (Jawa Tengah), Kab. Pasuruan
(Jawa Timur), Kab. Sleman (DI Yogyakarta), dan Kab. Bandung (Jawa Barat).
51
GAMBAR 3. 35
DAERAH ENDEMIS PES DI INDONESIA, 2006
GAMBAR 3.36
HASIL PEMERIKSAAN SPESIMEN PES PADA MANUSIA DI INDONESIA
TAHUN 2001 – 2006
n. Taeniasis / Cysticercosis
52
GAMBAR 3.37
SITUASI TAENIASIS / CYSTICERCOSIS DI INDONESIA TAHUN 2001-2006
o. Leptospirosis
53
GAMBAR 3.39
SITUASI LEPTOSPIROSIS DI INDONESIA TAHUN 2002 – 2006
54
GAMBAR 3.40
PETA SEBARAN KASUS AVIAN INFLUENZA DI INDONESIA
TAHUN 2005-2006
Kasus konfirmasi Avian Influenza pada manusia selama tahun 2006 paling banyak
dilaporkan dari Provinsi Jawa Barat yaitu 22 kasus dengan kematian 18 orang (CFR=81,8%),
diikuti oleh DKI Jakarta yaitu 11 kasus dengan kematian 10 orang (CFR=90,9%).
TABEL 3.24
PROPORSI PENYAKIT TIDAK MENULAR
SEBAGAI PENYEBAB KEMATIAN TERBANYAK DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA
TAHUN 2006
% dari
No DTD Golongan Sebab Sakit Jumlah Seluruh
Kematian Kematian
di RS
1 169 Pneumonia 2,459 3.0
2 185.0 Dispepsia 309 0.4
3 184 Gastritis dan duodenitis 343 0.4
4 167 Infeksi saluran napas bagian atas akut lainnya 61 0.1
5 145 Hipertensi Esensial (primer) 1,620 2.1
6 186 Penyakit Apendiks 146 0.2
7 104.9 Diabetes Melitus YTT 2,384 2.9
8 155 Stroke tak menyebut perdarahan atau infark 4,377 5.4
9 176.0 Asma 729 0.9
10 148 Penyakit jantung iskemik lainnya 1,259 1.6
Sumber: Ditjen Bina Yanmed, Depkes RI
55
a. Penyakit Jantung dan Sistem Sirkulasi
Stroke tidak menyebut perdarahan atau infark merupakan penyebab kematian nomor 8
di RS di Indonesia tahun 2006 (Tabel 3.24). Hipertensi juga merupakan penyakit terbanyak
nomor 5 pada pasien rawat jalan di rumah sakit di Indonesia tahun 2006 (Tabel 3.24).
Berdasarkan SKRT 2004 diperoleh data bahwa berdasarkan diagnosis tenaga
kesehatan, 2,2% penduduk berumur 15 tahun atau lebih pernah menderita penyakit jantung.
Hasil Susenas 2004 diperoleh data 1,3% penduduk Indonesia berumur 15 tahun atau lebih
pernah didiagnosa sakit jantung angina pectoris (nyeri/sesak di bagian dada yang dapat
menjalar ke tubuh bagian atas terutama ke lengan kiri yang merupakan gejala serangan
jantung).
TABEL 3.25
PERSENTASE PENDUDUK > 15 TAHUN YANG PERNAH DIDIAGNOSIS SAKIT JANTUNG
(ANGINA PECTORIS) OLEH TENAGA KESEHATAN
Kawasan Persentase
Sumatera 1,3
Jawa-Bali 1,3
Kaw. Timur Indonesia 1,2
Indonesia 1,3
Sumber: Surkesnas/Susenas 2004
b. Diabetes Melitus
Berdasarkan Surkesnas/SKRT 2004, berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan, 1%
penduduk berumur 15 tahun atau lebih pernah menderita Diabetes.
Diabetes Melitus merupakan penyakit peringkat ke-9 terbanyak pada pasien rawat
jalan rumah sakit tahun 2006 (Tabel 3.9) dan juga peringkat ke-9 penyakit tidak menular
penyebab kematian di rumah sakit tahun 2006 (Tabel 3.7).
c. Neoplasma/Tumor
Neoplasma Ganas Payudara adalah penyakit neoplasma terbanyak yang ditemukan di
RS di Indonesia, menempati peringkat pertama pasien rawat inap dan rawat jalan tahun 2006.
Peringkat kedua ditempati penyakit Neoplasma Ganas Leher Rahim
Peringkat penyakit Neoplasma ganas di rumah sakit di Indonesia tahun 2006 dapat
dilihat pada dua tabel berikut ini.
56
TABEL 3.26
10 PERINGKAT UTAMA PENYAKIT NEOPLASMA GANAS
PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2006
Jumlah Pasien
No DTD ICD Golongan Sebab Sakit %
Keluar
1 073 C50 Neoplasma ganas payudara 8.328 19,64
2 074 C53 Neoplasma ganas leher rahim 4.696 11,07
3 063 C22 Neoplasma ganas hati dan saluran empedu intrahepatik 3.445 8,12
4 086 C82 - C85 Limfoma non Hodgkin 2.870 6,77
5 087 C91 - C95 Leukemia 2.513 5,93
6 067.9 C34 Neoplasma ganas Bronkus & Paru – paru 2.402 5,66
7 076.0 C56 Neoplasma ganas Ovarium (indung telur) 1.859 4,38
8 061 C18 Neoplasma ganas kolon 1.736 4,09
9 062 C19 - C21 Neoplasma ganas daerah rektosigmoid, rektum dan anus 1.706 4,02
10 058.1 C11 Neoplasma ganas nasofaring 1.633 3,85
Sumber: Ditjen Bina Yanmed, Depkes RI
TABEL 3.27
10 PERINGKAT UTAMA PENYAKIT NEOPLASMA GANAS
PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA
TAHUN 2006
Jumlah
No DTD Golongan Sebab Sakit %
Kunjungan
1 073 Neoplasma ganas payudara 33.408 36,22
2 074 Neoplasma ganas leher rahim 17.990 19,5
3 086 Limfoma non Hodgkin 8.711 9,44
4 067.0 Neoplasma ganas trakea 6.382 6,92
5 076.0 Neoplasma ganas ovarium (indung telur) 6.337 6,87
6 058.1 Neoplasma ganas nasofaring 5.047 5,47
7 087 Leukemia 4.075 4,42
8 061 Neoplasma ganas kolon 3.770 4,09
9 062 Neoplasma ganas daerah rektosigmoid rektum dan anus 3.530 3,83
10 088 Neoplasma ganas lain dari limfoid hematopoetik dan jaringan 2.983 3,23
terkait lainnya
Sumber: Ditjen Yanmed, Depkes RI
***
57
BAB IV
UPAYA KESEHATAN
Dalam rangka mewujudkan Visi dan Misi Departemen Kesehatan dimana salah satu
Strategi Utamanya adalah ”Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
yang berkualitas”, maka untuk mencapai keadaan tersebut telah dilakukan berbagai upaya
pelayanan kesehatan masyarakat. Berikut ini diuraikan situasi upaya kesehatan khususnya
untuk tahun 2006.
Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pemberian pelayanan
kesehatan dasar secara tepat dan cepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan
masyarakat sudah dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh
fasilitas pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut.
59
Tetanus Toxoid (TT) serta pemberian tablet besi kepada ibu hamil selama masa
kehamilannya sesuai pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan
promotif dan preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan K1
dan K4.
Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran
besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan
untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan Cakupan K4 ibu hamil adalah gambaran
besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta
paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali
pada trimester dua dan dua kali pada trimester ketiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk
melihat kualitas pelayanan kesehatan kepada ibu hamil. Cakupan K1 dan K4 dalam lima
tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut.
GAMBAR 4.1
PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN K1 DAN K4 IBU HAMIL
TAHUN 2002 – 2006
Cakupan pelayanan K4 menurut provinsi pada tahun 2006, dapat dilihat pada Gambar
4.2 berikut ini.
60
GAMBAR 4.2
PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN K4 IBU HAMIL
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
Pada gambar di atas, provinsi dengan persentase cakupan pelayanan K4 tertinggi adalah
DKI Jakarta (91,89%), Jawa Tengah (88,85%) dan Bali (86,62%), sedangkan cakupan pelayanan
K4 terendah adalah Provinsi Irian Jaya Barat (29,54%), Papua (31,02%) dan Sulawesi Barat
(61,70%). Cakupan K4 menurut provinsi dibandingkan angka nasional dapat dilihat pada Gambar
4.3 berikut ini.
GAMBAR 4.3
PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN K4 IBU HAMIL
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
Data cakupan kunjungan ibu hamil K1 dan K4 tahun 2006 menurut provinsi disajikan pada
Lampiran 4.1.
61
b. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dengan Kompetensi Kebidanan
Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi
pada masa di sekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan pertolongan tidak dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan (profesional). Dalam kurun
waktu lima tahun terakhir, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, meningkat
dari tahun ke tahun namun agak mengalami penurunan pada tahun 2005 dari tahun
sebelumnya. Tahun 2006 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar
76,40%, meningkat 4,03% dari tahun 2005 yakni 72,37%. Cakupan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan tahun 2002 – 2006 dapat dilihat pada Gambar 4.4 berikut ini.
GAMBAR 4.4
PERSENTASE CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN
OLEH TENAGA KESEHATAN TAHUN 2002 – 2006
Pada Gambar 4.5 terlihat cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
menurut provinsi tahun 2006 dengan cakupan tertinggi adalah Provinsi Bali (90,14%), Jawa
Tengah (86,20%) dan Jawa Timur (85,91%), sedangkan provinsi dengan cakupan terendah
adalah Papua (30,78%), Irian Jaya Barat (55,46%) dan Maluku Utara (57,76%), data dapat
dilihat dalam Lampiran 4.1.
62
GAMBAR 4.5
PERSENTASE CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan menurut provinsi dibandingkan angka nasional
dapat dilihat pada Gambar 4.6 berikut.
GAMBAR 4.6
PERSENTASE CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
63
c. Rujukan Kasus Risti dan Penanganan Komplikasi
Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh tenaga bidan di desa dan Puskesmas,
beberapa ibu hamil yang memiliki risiko tinggi (Risti) dan memerlukan pelayanan kesehatan
karena terbatasnya kemampuan dalam memberikan pelayanan, maka kasus tersebut perlu
dilakukan upaya rujukan ke unit pelayanan kesehatan yang memadai.
Risti/komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung
menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Risti/komplikasi kebidanan meliputi
Hb < 8 g %, Tekanan darah tinggi (sistole > 140 mmHg, diastole > 90 mmHg), oedeme
nyata, eklampsia, perdarahan pervaginam, ketuban pecah dini, letak lintang pada usia
kehamilan > 32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi berat/sepsis, persalinan
prematur. Persentase cakupan ibu hamil dengan Risti yang telah dirujuk tahun 2006 sebesar
10,05% meningkat dari tahun 2005 (2,94%) sedangkan obstetri komplikasi yang ditangani
sebesar 4,37% meningkat dari tahun 2005 (0,99%). Data selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 4.2.
Neonatus risti/komplikasi meliputi asfiksia, tetanus neonatorum, sepsis, trauma lahir,
BBLR (Berat Badan Lahir < 2.500 gram), sindroma gangguan pernafasan dan kelanginan
neonatal. Neonatus risti/komplikasi yang tertangani adalah neonatus risti/komplikasi yang
mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih, dokter dan bidan di polindes,
puskesmas, rumah bersalin dan rumah sakit. Persentase cakupan neonatal risti yang telah
dirujuk tahun 2006 sebesar 3,14% meningkat dari tahun 2005 (0,98%) sedangkan neonatal
komplikasi yang ditangani sebesar 0,99% meningkat dari tahun 2005 (0,41%). Data
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.2.
64
GAMBAR 4.7
PERSENTASE CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS
TAHUN 2002 – 2006
Tahun 2006 provinsi dengan cakupan neonatus tertinggi adalah Provinsi Jawa Barat
(131,91%), Bali (94,23%) dan Jawa Tengah (91,32%) sedangkan provinsi dengan cakupan
terendah meliputi Provinsi Papua (19,45%), Irian Jaya Barat (30,14%) dan Kalimanatan Barat
(53,35%) seperti terlihat pada Gambar 4.8 di bawah ini.
GAMBAR 4.8
PERSENTASE CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS (KN2)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
Sumber: Dit. Kesehatan Ibu dan Dit.Kes. Anak, Ditjen Binkesmas Depkes RI
65
Cakupan kunjungan neonatus menurut provinsi dibandingkan angka nasional dapat
dilihat pada Gambar 4.9. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.1.
GAMBAR 4.9
CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
66
umur 15-49 berstatus menikah yang sedang/pernah menggunakan/memakai alat KB dapat
dilihat pada Gambar 4.10 berikut. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.3 dan
4.4.
GAMBAR 4.10
PROPORSI WANITA BERUMUR 15-49 TAHUN BERSTATUS KAWIN
YANG SEDANG/PERNAH MENGGUNAKAN ALAT KB
TAHUN 2004-2006
Jenis alat kontrasepsi yang digunakan peserta KB selama tahun 2006 tidak jauh
berbeda bila dibandingkan dengan tahun 2003-2005 sebagaimana terlihat dalam Gambar 4.11
berikut.
GAMBAR 4.11
PROPORSI JENIS ALAT KONTRASEPSI YANG DIGUNAKAN
TAHUN 2003-2006
Dari Gambar 4.11 di atas menunjukkan bahwa selama tahun 2003-2006 alat
kontrasepsi yang paling banyak diminati adalah suntikan dan pil KB. Pada tahun 2006 jenis
kontrasepsi pil KB dan susuk mengalami penurunan persentase, sebaliknya pemakaian
kontrasepsi suntikan, AKDR dan kontrasepsi lainnya mengalami peningkatan persentase.
Rincian persentase alat/cara KB yang dipakai peserta KB aktif menurut provinsi tahun 2006
dapat dilihat pada Lampiran 4.5 dan 4.6.
67
GAMBAR 4.12
TEMPAT PELAYANAN PESERTA KB
TAHUN 2003 – 2006
Sumber : BKKBN
Pada Gambar 4.12 diatas, tempat pelayanan untuk peserta KB baru di klinik KB
pemerintah mengalami peningkatan 1,42% dari tahun 2005 menjadi 61,08% pada tahun 2006
dari 59,66% pada tahun 2005, sedangkan pelayanan peserta KB di klinik KB swasta, bidan
praktek swasta dan dokter praktek swasta sedikit mengalami penurunan pada tahun 2006.
Jumlah dan proporsi peserta KB baru kumulatif menurut tempat pelayanan dan provinsi tahun
2006 dapat dilihat pada Lampiran 4.7.
3. Pelayanan Imunisasi
Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi unutk bayi umur 0 – 1 tahun
(BCG, DPT, Polio, Campak, HB), imunisasi untuk Wanita Usia Subur/Ibu Hamil (TT) dan
imunisasi untuk anak SD (kelas1: DT dan kelas 2-3: TT), sedangkan kegiatan imunisasi
tambahan dilakukan atas dasar ditemukannya masalah seperti Desa non UCI, potensial/risti
KLB, ditemukan/diduga adanya virus polio liar atau kegiatan lainnya berdasarkan kebijakan
teknis.
Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan proksi
terhadap cakupan atas imunisasi secara lengkap pada sekelompok bayi. Bila cakupan UCI
dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut tergambarkan
besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau bayi (herd immunity) terhadap penularan
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Dalam hal ini Pemerintah
mentargetkan pencapaian UCI pada wilayah administrasi desa/ kelurahan.
Suatu desa/kelurahan telah mencapai target UCI apabila > 80% bayi di desa/kelurahan
tersebut mendapat imunisasi lengkap. Secara nasional, pencapaian UCI tingkat
desa/kelurahan tahun 2004 - 2005 mengalami peningkatan 6,8% dari 69,43% tahun 2004
menjadi 76,23% tahun 2005 (Gambar 4.13) namun terjadi penurunan 2.97% pada tahun 2006
yaitu 73.26%.
68
GAMBAR 4.13
PERSENTASE PENCAPAIAN UCI DI TINGKAT DESA/KELURAHAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2004-2006
Dari 33 provinsi yang dipantau, pada tahun 2005 terdapat 7 provinsi yang telah
mencapai target (target tahun 2005: ≥ 86%) UCI Desa/Kelurahan yaitu Bali (100%), DI
Yogyakarta (99,09%), Lampung (90%), Jawa Tengah (89%), Jambi (88,95%), Nusa
Tenggara Barat (87,53%) dan Sulawesi Tenggara (86,87%) sedangkan tahun 2006 terdapat 4
provinsi yang telah mencapai target (target tahun 2006 ≥ 89%) UCI desa/kelurahan yaitu Bali
(99,28%), Jambi (92,98%), DI Yogyakarta (92,24%) dan Nusa Tenggara Barat (89,91%).
Terdapat enam provinsi yang tidak ada datanya yaitu Riau, Sumatera Selatan, Kepulauan
Riau, Banten, Sulawesi Barat dan Irian Jaya Barat.
Pencapaian desa UCI menurut provinsi tahun 2004 – 2006 dapat dilihat pada
Lampiran 4.8. Sedangkan gambaran pencapaian UCI tingkat Desa/Kelurahan menurut
provinsi pada tahun 2006 dapat dilihat pada Gambar 4.14 berikut ini.
GAMBAR 4.14
PERSENTASE PENCAPAIAN UCI DI TINGKAT DESA/KELURAHAN
MENURUT PROVINSI PADA TAHUN 2006
69
Target jangkauan imunisasi bayi ditunjukkan dengan cakupan imunisasi DPT1 karena
imunisasi ini merupakan salah satu antigen kontak pertama dari semua imunisasi yang
diberikan kepada bayi. Gambaran cakupan imunisasi bayi DPT1, Campak dan angka drop out
pada tahun 2002 – 2006 dapat dilihat pada Gambar 4.15 berikut ini.
GAMBAR 4.15
PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI DPT-1 DAN CAMPAK
SERTA ANGKA DROP OUT (DO)
TAHUN 2002 – 2006
Pada gambar di atas menunjukkan bahwa angka drop out (DO) DPT1-Campak yang
merupakan target efektivitas program selama tahun 2002-2006 berkisar antara 1,5% - 9,3%,
pada tahun 2006 angka drop out meningkat menjadi 9,3%. Beberapa provinsi tidak mencapai
target program dimana drop out cakupan DPT1-Campak lebih dari 10% yaitu di Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Gorontalo
dan Sulawesi Barat. Angka drop out cakupan DPT1-Campak menurut provinsi dapat dilihat
dalam Lampiran 4.11.
Target tingkat perlindungan imunisasi bayi ditunjukkan dengan cakupan imunisasi
campak karena imunisasi ini merupakan antigen kontak terakhir dari semua imunisasi yang
diberikan kepada bayi. Pada tahun 2006 terdapat enam provinsi tidak mencapai target tingkat
perlindungan program (indikator cakupan campak ≥ 80%) yaitu Banten, Jawa Barat,
Sulawesi Barat, Maluku Utara, Papua dan Irian Jaya Barat. Provinsi dengan cakupan tertinggi
adalah DI Yogyakarta (103,31%), DKI Jakarta (101,71%) dan Jambi (97,96 %); sedangkan
provinsi dengan cakupan terendah adalah Papua (67,80%), Sulawesi Barat (68,29%) dan
Banten (71,60%). Gambaran cakupan imunisasi campak tahun 2006 dapat dilihat pada
Gambar 4.16 berikut. Sedangkan rincian cakupan imunisasi bayi untuk masing-masing jenis
vaksin menurut provinsi selama tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 4.9 dan Lampiran
4.10.
70
GAMBAR 4.16
PERSENTASE PENCAPAIAN IMUNISASI CAMPAK
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) merupakan salah satu kegiatan
imunisasi tambahan yang bertujuan untuk menurunkan jumlah kasus Tetanus Neonatal di
setiap Kabupaten hingga < 1 kasus per 1000 kelahiran hidup pertahun. Pada masa lalu
sasaran kegiatan MNTE adalah calon penganten dan ibu hamil namun pencapaian target agak
lambat, sehingga dilakukan kegiatan akselerasi berupa pemberain TT 5 dosis pada seluruh
Wanita usia subur termasuk ibu hamil (usia 15 – 39 tahun). Untuk cakupan imunisasi TT ibu
hamil pada tahun 2000 – 2006 dapat dilihat pada Gambar 4.17 berikut ini.
GAMBAR 4.17
PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL
TAHUN 2002 – 2006
Pada kurun waktu 2002-2005 cakupan imunisasi TT-1 dan TT-2 pada ibu hamil
mengalami penurunan namun mengalami sedikit kenaikan pada tahun 2006 3% untuk TT-1
dan 2,4% untuk TT-2 dari tahun 2005 yakni TT-1 (53,6%) dan TT-2 (49,4%) menjadi TT-1
sebesar 56,6% dan TT-2 sebesar 51,8%. Provinsi dengan cakupan TT-2 tertinggi adalah Nusa
Tenggara Barat (87,9%), Lampung (82,4%), dan Kepulauan Bangka Belitung (82,2%);
71
adapun provinsi dengan cakupan terendah adalah Jawa Timur (4,2%), Irian Jaya Barat
(15,0%) dan Papua (21,4%). Gambaran cakupan imunisasi TT-2 pada ibu hamil menurut
provinsi tahun 2006 dapat dilihat pada Gambar 4.18 sedangkan data selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 4.12.
GAMBAR 4.18
CAKUPAN IMUNISASI TT-2 PADA IBU HAMIL TAHUN 2006
72
dilengkapi berbagai fasilitas di samping memberikan pelayanan pada kasus rujukan untuk
rawat inap juga melayani untuk kunjungan rawat jalan.
Kunjungan pasien rawat inap di rumah sakit tahun 2006 berjumlah 3.116.539 dengan
jumlah hari perawatan 15.317.694, pasien keluar hidup sebesar 96,24% dan 3,76% pasien
keluar mati. Jumlah kunjungan rawat inap terbanyak pada Provinsi Jawa Tengah (549.710),
Jawa Timur (446.662) dan DKI Jakarta (429.209) sedangkan kunjungan rawat inap terkecil
pada Provinsi Maluku Utara (5.470), Irian Jaya Barat (10.011) dan Maluku (10.237).
Persentase pasien keluar hidup tertinggi pada Provinsi Irian Jaya Barat (97,61), Kalimantan
Timur (97,40) dan Maluku (97,07) sedangkan provinsi dengan persentase terkecil adalah
Sumatera Utara (94,52), Kalimantan Tengah (94,88) dan Sumatera Barat (94,98). Rincian
data secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4.13.a
Kunjungan pasien rawat jalan pada tahun 2006 berjumlah 15.058.774 yang terdiri dari
49,37% kunjungan baru dan 50,63% kunjungan lama. Provinsi dengan kunjungan baru
tertinggi adalah Irian Jaya Barat (64,68%), Jambi (62,40) dan Nusa Tenggara Timur
(59,97%) sedangkan provinsi dengan kunjungan baru terendah yaitu DI Yogyakarta
(36,50%), Sulawesi Utara (40,27%) dan Jawa Tengah (40,89%). Untuk kunjungan pasien
dengan gangguan jiwa pada rumah sakit berjumlah 295.820, provinsi dengan kunjungan
tertinggi adalah Jawa Tengah (62.680) sedangkan yang terendah adalah Kepulauan Bangka
(10). Rincian data secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4.13.b
Kunjungan pasien di unit darurat pada rumah sakit umum depkes/pemda pada tahun
2006 sebesar 18,07 % dari seluruh kunjungan rumah sakit dimana 17,15% kunjungan unit
darurat berasal dari pasien rujukan dan 82,85% berasal dari pasien non rujukan. Pada rumah
sakit kelas A dari pasien kunjungan unit darurat sebagian besar berasal dari pasien rujukan
sedangkan rumah sakit kelas B, C dan D terbanyak berasal dari pasien non rujukan. Hal ini
menyebabkan beban ganda bagi rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan rujukan dari
sarana pelananan kesehatan dibawahnya. Kunjungan unit darurat pada rumah sakit umum
dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut.
TABEL 4.1
KUNJUNGAN PELAYANAN UNIT DARURAT PADA RSU DEPKES/PEMDA
MENURUT KELAS DI INDONESIA TAHUN 2006
Kelas RSU Jumlah Kunjungan Unit Pasien Rujukan Pasien Non Rujukan
Pengunjung Darurat
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Kelas A 982.733 113.126 11,51 59.808 52,87 53.318 47,13
Kelas B 4.940.539 867.834 17,57 113.859 13,12 753.975 86,88
Kelas C 4.283.317 834.265 19,48 142.699 17,10 691.566 82,90
Kelas D 333.151 89.204 26,78 10.188 11,42 79.016 88,58
Total 10.539.740 1.904.429 18,07 326.554 17,15 1.577.875 82,85
Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes
Pelayanan pasien di unit darurat rumah sakit meliputi dirawat, dirujuk, dipulangkan
dan mati. Pasien yang datang di unit gawat darurat 55,30% terus dirawat, 1,79% di rujuk ke
rumah sakit lain, 41,91% dipulangkan setelah diberi pelayanan dan hanya 1,00% yang
meninggal. Dilihat dari pencapaian tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pelayanan
di rumah sakit masih banyak melayani pasien yang seharusnya ditangani oleh tingkat
73
pelayanan pertama (puskesmas, praktek dokter, balai pengobatan, dll). Pelayanan unit darurat
pada rumah sakit umum Depkes/Pemda dapat dilihat pada Gambar 4.19 berikut.
GAMBAR 4.19
PELAYANAN UNIT DARURAT PADA RUMAH SAKIT UMUM
DEPKES/PEMDA TAHUN 2006
Kegiatan rujukan pada rumah sakit umum pada tahun 2006 terdiri dari rujukan dari
bawah (berasal dari Puskesmas, RS lain, fasilitas kesehatan) sebesar 12,4% mengalami
peningkatan dari tahun 2005 (7,8%). Persentase tertinggi rujukan dari bawah pada RSU
Depkes (31,6) dan RSU Pemerintah Kabupaten/Kota (22,5) sedangkan persentase terendah di
RSU Pemerintah Provinsi (1,0) dan RSU Departemen Lain/BUMN (1,1). Untuk pasien yang
dirujuk ke atas tahun 2006 sebesar 0,80% mengalami peningkatan dari tahun 2005 (0,28%)
terbanyak diterima oleh RSU Pemerintah Kabupaten/Kota yaitu 1,77% dan terendah pada
RSU Departemen Kesehatan (0,02%). Kegiatan rujukan pada RSU menurut kepemilikan
dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut.
TABEL 4.2
KEGIATAN RUJUKAN PADA RUMAH SAKIT UMUM
DIRINCI MENURUT KEPEMILIKAN TAHUN 2006
Kepemilikan RSU Jumlah Rujukan dari Bawah Dirujuk Ke Atas
Pengunjung
Jumlah % Jumlah %
Departemen Kesehatan 1.947.909 616.296 31.6 346 0.02
Pemerintah Provinsi 2.402.170 24.879 1.0 4.628 0.19
Pemerintah Kab/Kota 6.142.700 1.385.019 22.5 108.559 1.77
TNI & POLRI 901.057 102.312 11.4 765 0.08
Departemen Lain/BUMN 1.055.911 11.089 1.1 9.144 0.87
Swasta 6.142.889 162.418 2.6 24.826 0.40
Total 18.592.363 2.302.013 12.4 148.268 0.80
Sumber : Ditjen Bina Yanmedik,Depkes
74
b. Indikator Pelayanan Rumah Sakit
Penilaian tingkat keberhasilan pelayanan di rumah sakit biasanya dilihat dari berbagai
segi yaitu tingkat pemanfaatan sarana, mutu dan tingkat efisiensi pelayanan. Beberapa
indikator standar terkait dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang dipantau antara lain
pemanfaatan tempat tidur (BOR), rata-rata lama hari perawatan (LOS), rata-rata tempat tidur
dipakai (BTO), rata-rata selang waktu pemakaian tempat tidur (TOI), persentase pasien
keluar yang meninggal (GDR) dan persentase pasien keluar yang meninggal <24 jam
perawatan (NDR).
Pada tahun 2003-2004 indikator pelayanan RS masih menjadi satu namun sejak tahun
2005 indikator pelayanan RS sudah dipisah antara RSU dan RS Khusus. Pencapaian indikator
pelayanan kesehatan di RS selama empat tahun terakhir dapat dilihat dalam Gambar 4.20 dan
4.21 berikut ini.
GAMBAR 4.20
PENCAPAIAN INDIKATOR B0R , BTO DAN TOI
RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2003 – 2006
GAMBAR 4.21
PENCAPAIAN INDIKATOR GDR, NDR, DAN LOS
RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2003 – 2006
75
Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI
Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa pemakaian tempat tidur di rumah
sakit selama empat tahun terakhir cenderung meningkat setiap tahunnya walaupun masih di
bawah angka ideal yang diharapkan (60-85%) berkisar antara 55,2% – 57%, pada tahun 2006
mengalami sedikit peningkatan 0,8% dari tahun 2005 dari 56,2 menjadi 57%. Banyak faktor
yang mempengaruhi angka BOR suatu rumah sakit, di antaranya semakin meningkatnya
jumlah RS dan tempat tidur yang tersedia sedangkan jumlah populasi yang mencari
pelayanan tidak terlalu tinggi.
Persentase pasien keluar meninggal dan meninggal <24 jam (GDR/NDR) selama 3
(tiga) tahun terakhir menurun dengan kisaran antara 39,4 – 47,9 (GDR), 18,1 – 22,8 (NDR).
Tahun 2005 GDR (43), NDR (21) menjadi 39,4(GDR) dan 18 (NDR) pada tahun 2006. Hal
ini menunjukkan bahwa mutu pelayanan di rumah sakit mengalami peningkatan.
Indikator lamanya hari rawatan (LOS) selama empat tahun terakhir cenderung stabil
berkisar 4 hari namun masih di bawah angka ideal (6-9 hari) sedangkan selang waktu dalam
pemakaian tempat tidur (TOI) mengalami penurunan dari tahun sebelumnya menjadi 6 hari
dari 8,6 hari pada tahun 2005 walaupun masih di bawah angka ideal (1-3 hari). Rincian
indikator pelayanan RSU Depkes dan Pemda menurut provinsi tahun 2006 dapat dilihat pada
Lampiran 4.15.
TABEL 4.3
KEGIATAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM PADA RSU
MENURUT PEMILIK DI INDONESIA TAHUN 2006
76
Pemeriksaan radiodiagnostik pada RSU Depkes dan Pemda pada tahun 2006
mengalami penurunan dari tahun 2004 dan 2005 dengan jumlah pemeriksaan 1.541.868 dari
232 RSU. Tahun 2005 pemeriksaan diagnostik berjumlah 1.843.117 berasal dari 255 RSU
sedangkan tahun 2004 berjumlah 1.565.688 berasal dari 254 RSU. Penurunan terjadi
dikarenakan jumlah rumah sakit yang melapor lebih sedikit dari tahun-tahun sebelumnya
padahal tiap tahun terjadi penambahan rumah sakit umum Depkes/pemda, rincian
pemeriksaan dapat dilihat pada Gambar 4.22 dan rincian menurut provinsi dapat dilihat pada
Lampiran 4.16.
GAMBAR 4.22
PEMERIKSAAN RADIODIAGNOSTIK PADA RUMAH SAKIT UMUM
DEPKES/PEMDA TAHUN 2004 – 2005
Program Askeskin adalah program Pemerintah yang sangat strategis dan telah
dilaksanakan sejak 1 Januari 2005. Program ini bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas
masyarakat miskin untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang pada akhirnya akan dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Untuk melaksanakan program ini, Menteri
Kesehatan menunjuk PT Askes (Persero) sebagai penyelenggara program. Melalui program
Askeskin ini masyarakat miskin akan memperoleh kesempatan untuk memperoleh pelayanan
kesehatan di fasilitas kesehatan milik Pemerintah, TNI-POLRI dan swasta yang bekerjasama
dengan PT Askes (Persero).
Dengan keluarnya Surat Keputusan Menkes Nomor 332/Menkes/SK/V/2006 tentang
Pedoman Pelaksanaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin 2006 atau lebih
dikenal dengan Program Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin (Askeskin), merupakan
jaminan kesehatan bagi keluarga kurang mampu di Indonesia. Realisasinya, Program Asuran-
si Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin (Askeskin) sejak tahun 2005 dan 2006 dapat mencakup
60 juta penduduk miskin dan hampir miskin, dibanding tahun 2005 yang hanya mencakup
36,1 juta penduduk miskin.
77
Berdasarkan laporan PT Askes, sampai bulan Desember 2006 terdapat 618 pemberi
pelayanan kesehatan (PPK) yang telah melakukan kerjasama dengan PT Askes dalam
melaksanakan program Askeskin. Persentase PPK menurut jenis penyelenggaranya adalah
RS milik Depkes dan Pemda 72,2% (446 PPK), RS Swasta 21,04% (130 PPK), RS TNI
POLRI 3,07% (19 PPK), Balai Pengobatan Penyakit Paru Provinsi (BP4) 2,59% (16 PPK)
dan Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM)/Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)
1,13% (7 PPK) seperti terlihat pada Gambar 4.23 berikut.
GAMBAR 4.23
PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN (PPK) PROGRAM ASKESKIN
TAHUN 2006
GAMBAR 4.24
JUMLAH KARTU ASKESKIN YANG DITERBITKAN
DAN DIDISTRIBUSIKAN TAHUN 2006
78
Pada tahun 2006 pasien miskin/tidak mampu di rawat jalan berjumlah 3.817.758 dan
rawat inap (Kelas III) berjumlah 1.197.233 dengan sumber dana berasal dari sisa dana PKPS-
BBM 2004 dan Dana Askes 2006, rincian data dapat dilihat pada Tabel 4.4.
TABEL 4.4
JUMLAH PASIEN MISKIN/TIDAK MAMPU
DI RAWAT JALAN DAN RAWAT INAP
DI INDONESIA TAHUN 2006
Dana yang tersedia untuk tahun 2006 sebesar Rp. 3,6 Trilyun berasal dari sisa dana
tahun 2005, DIPA Binakesmas dan DIPA Bina Yanmedik ditambah dengan jasa giro dan lain
lain sebesar Rp. 24 Milyar. Dana tersebut dikelola oleh PT Askes (Persero) untuk
pembayaran pelayanan kesehatan mulai dari pelayanan strata I di Puskesmas dan jaringannya
sampai dengan pelayanan strata II – III di Rumah Sakit.
Realisasi penggunaan dana PKPS-BBM - Askeskin untuk pasien miskin/tidak mampu
berjumlah 1,3 trilyun berasal dari sisa dana PKPS-BBM 2004 berjumlah 9,3 milyar dan dana
Askeskin 2006 berjumlah 1,3 trilyun. Rincian data dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut.
TABEL 4.5
REALISASI PENGGUNAAN DANA PKPS BBM 2004 DAN DANA ASKESKIN 2006
UNTUK PASIEN MISKIN/TIDAK MAMPU DI INDONESIA
No Sumber Dana Sisa Dana PKPS-BBM 2004 (Rp) Dana Askeskin 2006 (Rp)
1 Rawat Jalan 1.108.692.978 160.829.968.438
2 Rawat Inap (Kelas III) 8.194.484.794 1.185.615.230.587
Total 9.303.177.772 1.346.445.199.025
T o t a l PKPS-BBM - Askeskin 1.355.748.376.797
Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes
Keterangan : PKPS-BBM = Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM
Program Askeskin dimonitor dan dievaluasi oleh berbagai pihak baik oleh pihak
eksekutif: Kantor Setneg, Kantor Koordinator Kesra, Kantor Sekretariat Wakil Presiden,
Departemen Kesehatan, dll, maupun oleh pihak legislatif DPRRI. Selain itu juga dilakukan
evaluasi oleh pihak LSM, universitas, dll termasuk didalamnya adalah penelitian ilmiah
tentang manfaat program Askeskin. Pemeriksaan atau audit telah dilakukan oleh berbagai
pihak, baik secara internal oleh Satuan Pengawas Internal (SPI), Komite Audit maupun
secara eksternal oleh Inspektorat Jendral Departemen Kesehatan, BPK, dan BPKP. Hasil
audit adalah Wajar Tanpa Pengecualian.
79
4. Penanganan Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif
Lainnya)
Penanganan penyalahgunaan NAPZA pada rumah sakit di Indonesia terdiri dari
kegiatan kuratif, rehabilitatif dan aftercare dengan jenis NAPZA yang dipergunakan adalah
Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya. Tahun 2006 kegiatan kuratif (pengobatan)
penyalahgunaan NAPZA pada rumah sakit berjumlah 119 dengan rincian 45 jenis Narkotika,
42 Psikotropika dan 32 zat adiktif lainnya. Kegiatan rehabilitatif berjumlah 25 terdiri dari 10
Narkotika dan 15 Psikotropika. Sedangkan kegiatan aftercare berjumlah 11 dari Psikotropika.
Kegiatan penanganan penyalahgunaan NAPZA pada rumah sakit tahun 2006 dapat dilihat
pada Gambar 4.25. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.19.
GAMBAR 4.25
KEGIATAN PENANGANAN PENYALAHGUNAAN NAPZA
DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2006
Kegiatan penyuluhan di rumah sakit tahun 2006 berjumlah 687.892 dengan metode
penyuluhan berupa pemutaran kaset, ceramah, demonstrasi, pameran, pelatihan dan lain-lain.
Untuk kegiatan penyuluhan P3 Napza berjumlah 4.143 atau 0,6% dari seluruh kegiatan
penyuluhan. Rincian data dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut.
TABEL 4.6
KEGIATAN PENYULUHAN P3 NAPZA
DI RUMAH SAKIT TAHUN 2006
80
C. PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT
Ada 4 strategi dalam upaya pemberantasan polio yaitu 1). Imunisasi yang meliputi
peningkatan imunisasi rutin polio, PIN dan Mop-up, 2). Surveilans AFP, 3). Sertifikasi bebas
polio, dan 4). Pengamanan virus polio di laboratorium.
81
Setiap kasus AFP yang ditemukan dalam kegiatan intensifikasi surveilans, akan
dilakukan pemeriksaan spesimen tinja untuk mengetahui ada tidaknya virus polio liar yang
menyerang masyarakat. Dari gambar di atas menunjukan bahwa persentase spesimen adekuat
yang dikirim untuk pemeriksaan virus Polio menjadi semakin meningkat, dengan demikian
hasil pemeriksaan yang dilakukan menjadi semakin mewakili kondisi di lapangan. Dari hasil
pemeriksaan selama tujuh tahun terakhir (tahun 1998 – 2004) tidak ditemukan adanya infeksi
virus Polio liar pada kasus AFP yang ditemukan. besaran Non Polio AFP Rate selama tahun
1998 – 2004 relatif stabil.
Sampai saat ini, jumlah kumulatif penderita Polio - sejak bulan Maret 2005 sampai
dengan 01 Mei 2006 - adalah sebanyak 349 orang. Yang terdiri dari total polio kasus = 349,
WPV1 Kasus = 303,Type 1 VDPV Kasus = 46, denganTotal infected Kabupaten/kota = 47
dengan Total infected provinsi = 10. Berbagai upaya yang dilakukan Pemerintah untuk
memutuskan rantai penularan Polio merupakan wujud komitmen Bangsa Indonesia sebagai
bagian dari masyarakat dunia berperan membasmi Polio dari muka bumi dan wujud
komitmen Pemerintah dalam membebaskan Balita Indonesia dari penyakit Polio.
Berdasarkan kajian tim assessment, kajian epidemiologis data surveilans AFP serta
ditemukan virus Polio di beberapa provinsi, maka untuk menghentikan penyebaran virus
yang lebih luas, PIN harus dilakukan sesegera mungkin yaitu 30 Agustus 2005 putaran
pertama dan 27 September 2005 untuk putaran kedua. Kemudian 3 putaran lagi dilaksanakan
pada tanggal 30 November 2005, 27 Februari 2006 dan 12 April 2006. Sementara itu,
cakupan hasil Pekan Imunisasi Nasional pada tahun 2005 - 2006 secara nasional dapat dilihat
pada Tabel 4.7 berikut. Persentase hasil PIN 5 putaran menurut provinsi dapat dilihat dalam
Lampiran 4.20.
TABEL 4.7
UPAYA PENANGGULANGAN KLB POLIO
TAHUN 2005-2006
ORI MOP UP MOP UP PIN I PIN II PIN III Sub PIN PIN IV PIN V
I II
Mar ,Apr 30 Mei 28 Juni 30 Agust 27 Sept 30 Nov 30 Jan 27 Feb 12 April
Waktu Mei'
Tahun 2005 Tahun 2006
Jabar Jabar Jabar Nasional Nasional Nasional NAD Nasional Nasional
Banten DKI DKI Sumut
DKI Banten Banten Sumsel
82
2. Pengendalian TB-Paru
Upaya pencegahan dan pemberantasan TB-Paru dilakukan dengan pendekatan DOTS
(Directly Observed Treatment Shortcource Chemotherapy) atau pengobatan TB-Paru dengan
pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO). Kegiatan ini meliputi upaya
penemuan penderita dengan pemeriksaan dahak di sarana pelayanan kesehatan yang
ditindaklanjuti dengan paket pengobatan.
Pada tahun 2006 pengembangan program pengendalian penyakit TB dengan strategi
DOTS telah dilaksanakan di seluruh provinsi (33 provinsi), di 432 (98%) dari 440
Kabupaten/Kota yang ada. Secara kuantitatif, DOTS telah dilaksanakan di 7.667 Puskesmas
(97,4%) dari 7.867 Puskesmas. Untuk pelaksanaan DOTS di Balai Pengobatan Penyakit Paru
Paru (BP4)/ Rumah Sakit TBC Paru (RSTP) sudah mencapai 94,7% dari 38 BP4 dan RSTP
sedangkan untuk Rumah Sakit baru 35,7% dari 1278. Dari upaya penemuan penderita TB
selama tahun 2002-2006 ditemukan gambaran kasus sebagaimana terlihat pada Gambar 4.27
berikut.
GAMBAR 4.27
JUMLAH PENDERITA TB BTA+ DAN TB LAIN
TAHUN 2002 – 2006
83
(Case Detection Rate) dan angka keberhasilan pengobatan (Success Rate) selama lima tahun
terakhir seperti Gambar 4.28.
GAMBAR 4.28
PENEMUAN KASUS BARU DAN KEBERHASILAN PENGOBATAN
TAHUN 2002 – 2006
Tingkat kesembuhan dari penderita pasca pengobatan biasanya sangat sulit ditegakkan
oleh karena kendala dari penderita dalam mengeluarkan dahak yang memenuhi persyaratan,
sehingga dalam pemantauan hasil akhir lebih diarahkan pada tingkat kelengkapan pengobatan
atau succes rate (SR). Angka kesembuhan tahun 2005 sebesar 83,06%, provinsi dengan
angka kesembuhan tertinggi adalah Sulawesi utara (92,93), Sumatera Utara (91,79) dan
Sulawesi Tenggara (90,61) sedangkan provinsi dengan angka kesembuhan rendah adalah
Maluku Utara (47,09), Maluku (52,22) dan Kalimantan Timur (61,71). Rincian data secara
lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4.21.
Angka keberhasilan pengobatan adalah angka yang menunjukkan persentase pasien TB
BTA positif yang menyelesaikan pengobatan (baik yang sembuh maupun pengobatan
lengkap) diantara pasien TB BTA positif yang tercatat, sejak tahun 2001 sampai dengan
tahun 2005 telah mencapai target global sebesar 85%. Tahun 2005, 26 provinsi yang telah
mencapai target angka keberhasilan pengobatan, 4 (empat) provinsi yang belum mencapai
target adalah Provinsi Riau (84%), Kalimantan Timur (81%), Papua (81%) dan Maluku
(79%) sedangkan 3 (tiga) provinsi tidak ada data yaitu Irian Jaya Barat, Sulawesi Barat dan
Kepulauan Riau, dapat dilihat pada Gambar 4.29 berikut.
84
GAMBAR 4.29
ANGKA KEBERHASILAN PENGOBATAN PENDERITA BARU
TB BTA POSITIF (SUCCESS RATE) MENURUT PROVINSI
TAHUN 2005
Angka konversi adalah persentase pasien TB paru BTA positif yang mengalami
konversi menjadi BTA negatif setelah menjalani masa pengobatan intensif. Indikator ini
berguna untuk mengetahui secara cepat kecenderungan keberhasilan pengobatan dan untuk
mengetahui apakah pengawasan langsung menelan obat dilakukan dengan benar. Gambar
4.30 di bawah menunjukkan bahwa pada tahun 2006 secara nasional Indonesia mencapai
85% untuk angka konversi, 26 Provinsi yang telah mencapai target 80% sedangkan yang
belum mencapai target sebanyak 6 provinsi yaitu yaitu Banten (79%), Papua (73%), Maluku
(70%), Nusa Tenggara Timur (68%), Kalimantan Timur (67%) dan Maluku Utara (61%).
85
GAMBAR 4.30
ANGKA KONVERSI PENDERITA BARU TB BTA POSITIF
(CONVERSION RATE) MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
86
GAMBAR 4.31
TARGET PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA BALITA
TAHUN 2005 – 2009
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir hasil penemuan dan pengobatan Pneumonia
dapat dilihat pada Gambar 4.32, yang mana terlihat bahwa cakupan penemuan penderita dari
target (perkiraan penderita) masih relatif rendah. Rincian data cakupan penemuan penderita
menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 4.22.
GAMBAR 4.32
PERSENTASE PENEMUAN DAN PENANGANAN (PENGOBATAN)
KASUS PNEUMONIA PADA BALITA, TAHUN 2002 – 2006
Tahun 2006 walaupun sudah 100% Provinsi yang melaporkan data cakupan
penemuan penderita pneumonia tetapi baru 3 provinsi yang berhasil mencapai target
yaitu Nusa Tenggara Barat (96,89), Maluku Utara (77,91%) dan Kepulauan Bangka
Belitung (67,67%). Kelengkapan laporan penemuan balita penderita pneumonia tahun
2002-2006 sebagaimana terlihat pada Tabel 4.8 berikut.
87
TABEL 4.8
KELENGKAPAN LAPORAN PENEMUAN BALITA
PENDERITA PNEUMONIA TAHUN 2002 – 2006
GAMBAR 4.33
CAKUPAN PENEMUAN BALITA PENDERITA PNEUMONIA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
88
TABEL 4.9
PENEMUAN PENDERITA HIV/AIDS
TAHUN 2002 – 2006
Rate kumulatif kasus AIDS Nasional sampai dengan 31 Desember 2006 adalah 3,61
per 100.000 penduduk. Rate kumulatif kasus AIDS tertinggi dilaporkan dari Provinsi Papua
(51,42), DKI Jakarta (28,15), Kepulauan Riau (16,94). Dalam perjalanan penyakit dari HIV
positif menjadi AIDS dikenal istilah ”windows periods” yang tidak diketahui dengan pasti
periodisasinya sehingga kelompok ini menjadi sangat potensial dalam menularkan penyakit.
Pada kelompok ini di samping dilakukan pengobatan yang lebih utama adalah dilakukan
konseling untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam ikut aktif mencegah terjadinya
penularan lebih lanjut
89
6. Pengendalian Penyakit Malaria
Malaria sebagai salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat, berdampak kepada penurunan kualitas sumber daya manusia yang dapat
menimbulkan berbagai masalah sosial, ekonomi, bahkan berpengaruh kepada keamanan dan
pertahanan nasional. Penegakan diagnosa penderita secara cepat dan pengobatan yang tepat
merupakan salah satu upaya penting dalam rangka pemberantasan penyakit Malaria di
samping pengendalian vektor potensial.
Terdapat dua model pendekatan dalam upaya penegakan diagnosa penderita, yaitu
wilayah Jawa Bali dilakukan secara aktif (Active Case Detection) oleh Juru Malaria Desa
dengan mendatangi warga yang mengeluh gejala klinis Malaria, sedangkan untuk wilayah
luar Jawa Bali dilakukan secara pasif dengan menunggu pasien datang berobat ke pelayanan
kesehatan. Upaya pengobatan tidak hanya diberikan kepada penderita klinis atau penderita
dengan konfirmasi laboratorium namun juga diberikan pada kelompok tertentu untuk tujuan
profilaksis.
Di Jawa Bali kasus positif malaria menurun secara bermakna dari 64.708 kasus pada
tahun 2002 menjadi 7.186 kasus pada tahun 2006. Jumlah sediaan darah diperiksa, sediaan
darah positif dan positif malaria falsiparum + mix di Jawa-Bali tahun 2002-2006 dapat dilihat
pada Gambar 4.34 di bawah ini.
GAMBAR 4.34
JUMLAH SEDIAAN DARAH DIPERIKSA, SEDIAAN DARAH POSITIF,
POSITIF MALARIA FALSIPARUM+MIX DI JAWA BALI
TAHUN 2002 – 2006
Di luar Jawa Bali pada tahun 2006 jumlah penderita klinis malaria sebesar 1.754.444,
sediaan darah (SD) yang diperiksa sebesar 820.750, dengan SD positif sebesar 340.411
kasus, Malaria Palsifarum + Mix sebesar 157.707 kasus. Jika dibandingkan dengan periode
2002 – 2006 jumlah sediaan darah yang diperiksa dan SD positif relatif meningkat karena
kegiatan intensifikasi di wilayah timur dengan Mass Blood Survei (MBS). Secara rinci dapat
dilihat pada Gambar 4.35 berikut ini.
90
GAMBAR 4.35
JUMLAH PENDERITA KLINIS, SEDIAAN DARAH DIPERIKSA,
SEDIAAN DARAH POSITIF, POSITIF MALARIA FALSIPARUM+MIX
DI LUAR JAWA BALI TAHUN 2002 – 2006
Berdasarkan survei penduduk yang menggunakan cara pencegahan yang efektif untuk
memerangi malaria dengan kelambu pada tahun 2005 diketahui sebesar 1% dan pada tahun
2006 berdasarkan survei yang dilaksanakan di Alor, Sumba Barat, flores timur dan beberapa
kabupaten di wilayah Sumatera rata – rata sebesar 24%. Bila dibandingkan dengan target
yang ingin dicapai maka angka tersebut masih lebih kecil dimana pada tahun 2006 targetnya
adalah sebesar 60%. Target dan realisasi persentase penduduk yang menggunakan cara
pencegahan yang efektif untuk memerangi malaria dapat dilihat pada Gambar 4.36 berikut.
GAMBAR 4.36
PERSENTASE PENDUDUK YANG MENGGUNAKAN
PENCEGAHAN EFEKTIF MEMERANGI MALARIA
TAHUN 2005 – 2006
Tahun 2006 terjadi peningkatan kasus maupun KLB malaria dibeberapa daerah.
Upaya penanggulangan baik dengan pengobatan massal, survei demam, penyemprotan
91
rumah, penyelidikan vektor penyakit dan tindakan lain misalnya pengeringan tempat
perindukan telah dilakukan dengan baik.
TABEL 4.10
PEMERIKSAAN PENDUDUK, PENEMUAN KASUS BARU ,
PENDERITA CACAT DAN PENDERITA DIOBATI
SECARA NASIONAL TAHUN 2003 S/D 2006
Suspek Suspek Positif Penderita Penderita
Tahun Diperiksa CDR Cacat (%) Diobati
PB MB
Untuk menilai kinerja petugas dalam penemuan kasus, digunakan angka proporsi
cacat tingkat II (cacat akibat kerusakan syaraf dan cacat terlihat). Tingginya proporsi cacat
tingkat II menunjukan keterlambatan dalam penemuan kasus atau dengan kata lain kinerja
petugas yang rendah dalam menemukan kasus serta pengetahuan masyarakat yang rendah.
Sementara untuk mengetahui apakah penularan masih terjadi di masyarakat, perhitungan
yang digunakan adalah proporsi anak di antara kasus baru.
Penderita cacat tingkat II mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, 1.722 (8,7%)
pada tahun 2005 menjadi 1.587 (8,7%) tahun 2006. Proporsi cacat tingkat II dan proporsi
anak di antara kasus baru penyakit Kusta masih di atas indikator program (5%), proporsi
masih relatif stabil. Hal ini berarti penularan masih terjadi di masyarakat dan kasus
ditemukan terlambat sehingga pada saat penemuan penderita sudah mengalami cacat tingkat
II.
92
(kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa
pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. Akibatnya
penderita tidak dapat bekerja secara optimal bahkan hidupnya tergantung kepada orang lain
sehingga menjadi beban keluarga, masyarakat dan negara. Di Indonesia penyakit kaki gajah
tersebar luas hampir di seluruh Provinsi.
Program eliminasi filariasis dilaksanakan atas dasar kesepakatan global WHO tahun
2000 yaitu “The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health
Problem the year 2020”yang merupakan realisasi dari resolusi WHA (World Health
Assembly) pada tahun 1997.
Program Eliminasi ini dilaksanakan melalui dua pilar kegiatan yaitu :
a. Pengobatan massal kepada semua penduduk di kabupaten endemis filariasis
dengan menggunakan DEC 6 mg/kg BB dikombinasikan dengan Albendazole 400
mg sekali setahun selama 5 tahun, guna memutuskan rantai penularan.
b. Tatalaksana kasus klinis filariasis guna mencegah dan mengurangi kecacatan.
Pelaksana (Implementation Unit/IU) dalam program eliminasi filariasis sejak tahun
2005 adalah kabupaten/kota. Artinya satuan wilayah terkecil dalam program ini adalah
kabupaten/kota, baik untuk penentuan endemisitas maupun pengobatan massal. Bila sebuah
kabupaten/kota sudah endemis filariasis, maka sasaran pengobatan massal adalah semua
penduduk di kabupaten/kota tersebut. Semua penduduk harus minum obat, tetapi pengobatan
untuk sementara ditunda bagi : anak berumur < 2 tahun, ibu hamil, orang yang sedang sakit
berat, penderita kronis filariasis yang dalam serangan akut dan balita dengan
marasmus/kwashiorkor. Target dan pencapaian pengobatan massal filariasis tahun 2002-2006
dapat dilihat pada Gambar 4.37 berikut.
GAMBAR 4.37
TARGET DAN PENCAPAIAN PENGOBATAN MASSAL FILARIASIS
TAHUN 2002-2006
Dari kabupaten/kota yang telah terpetakan endemis filariasis pada tahun 2006, baru
68 kabupaten/kota yang melaksanakan pengobatan massal. Itupun belum semua
kabupaten/kota sasarannya adalah seluruh penduduk, hanya 14 kabupaten/kota yang sasaran
pengobatan massalnya adalah seluruh penduduk, kabupaten/kota tersebut adalah : Alor, Rote
Ndao (Nusa Tenggara Timur), Mentawai (Sumatera Barat), Tanjung Jabung Barat (Jambi),
93
Bangka, Bangka Barat, Bangka Tengah, Bangka Selatan, Kota Pangkal Pinang, Belitung,
Belitung Timur (Bangka Belitung), Bombana, Kolaka Utara (Sulawesi Tenggara), Kuantan
Singingi (Riau) .
Belum semua kabupaten/kota melakukan pengobatan massal dengan sasaran seluruh
penduduknya disebabkan karena masih kurangnya komitmen dari pemerintah daerah tentang
ketersediaan dana operasional yang harus disediakan oleh kabupaten/kota. Oleh karena itu
perlu diupayakan advokasi pada stakeholder di provinsi dan kabupaten/kota. Agar percepatan
pencapaian eliminasi filariasis sesuai target, perlu diupayakan sentralisasi pengobatan massal
filariasis diikuti dengan penyediaan biaya operasional pengobatan massal oleh pemerintah
pusat, seperti halnya pelaksanaan PIN (Pekan Imunisasi Nasional).
Tatalaksana kasus kronis filariasis harus dilakukan pada semua penderita. Tatalaksana
ini bertujuan untuk mencegah atau mengurangi kecacatan penderita dan agar penderita
menjadi mandiri dalam merawat dirinya. Setiap penderita dibuatkan status rekam medis yang
disimpan di Puskesmas, dan mendapatkan kunjungan dari petugas kesehatan minimal 3 kali
dalam setahun. Target dan pencapaian penatalaksanaan kasus kronis filariasis tahun 2004-
2006 dapat dilihat pada Gambar 4.38 berikut.
GAMBAR 4.38
TARGET DAN PENCAPAIAN PENATALAKSANAAN
KASUS KRONIS FILARIASIS TAHUN 2004-2006
94
dimakan. Hewan yang mati akibat anthrax harus langsung dikubur atau dibakar, tidak boleh
dilukai supaya bakteri tidak menyebar.
Penularan pada manusia bisa lewat kontak langsung spora yang ada di tanah,
tanaman, maupun bahan dari hewan sakit (kulit, daging, tulang atau darah). Mengkonsumsi
produk hewan yang kena anthraks atau melalui udara yang mengandung spora, misalnya,
pada pekerja di pabrik wool atau kulit binatang. Karenanya ada empat tipe anthraks, yaitu
anthraks kulit, pencernaan/anthraks usus, pernapasan/anthraks paru dan anthraks otak.
Anthraks otak terjadi jika bakteri terbawa darah masuk ke otak. Situasi antraks pada manusia
di Indonesia tahun 2002 – 2006 dapat dilihat pada Gambar 4.39 berikut.
GAMBAR 4.39
SITUASI ANTRAKS PADA MANUSIA DI INDONESIA
TAHUN 2002 – 2006
Untuk mencegah tertular anthraks dianjurkan untuk membeli daging dari tempat
pemotongan resmi, memasak daging secara matang untuk mematikan kuman, serta mencuci
tangan sebelum makan. Pemerintah menyediakan obat untuk anthraks di seluruh kabupaten
endemis anthraks, memberikan pelatihan surveilans dan diagnosis klinis serta laboratorium di
empat provinsi endemis, mendistribusikan poster, leaflet, dan buku petunjuk penanganan
anthraks. Serta melakukan kerja sama lintas sektoral dalam pemberantasan anthraks dan
langkah penanggulangan lain.
TABEL 4.11
KASUS FLU BURUNG PADA MANUSIA DI INDONESIA
TAHUN 2005 – 2006
Upaya pencegahan penularan tentu saja dilakukan dengan cara menghindari bahan
yang terkontaminasi tinja dan sekret unggas, dengan beberapa tindakan seperti:
− Mencuci tangan dengan sabun cair pada air yang mengalir sebelum dan sesudah
melakukan suatu pekerjaan
− Melaksanakan kebersihan lingkungan
− Melakukan kebersihan diri
− Tiap orang yang berhubungan dengan bahan yang berasal dari saluran cerna unggas harus
menggunakan pelindung (masker, kacamata khusus)
− Bahan yang berasal dari saluran cerna unggas, seperti tinja harus ditata laksana dengan
baik (ditanam atau dibakar) agar tidak menjadi sumber penularan bagi orang di
sekitarnya
− Alat-alat yang digunakan dalam peternakan harus dicuci dengan desinfektan
− Kandang dan tinja tidak boleh dikeluarkan dari lokasi peternakan
− Mengkonsumsi daging ayam yang telah dimasak dengan suhu 800 derajad celcius selama
satu menit, telur unggas dipanaskan dengan suhu 640 derajad celcius selama lima menit
96
11. Surveilans Vektor
Surveilans vektor dilakukan melalui kegiatan pemantauan jentik oleh petugas
kesehatan maupun juru/kader pemantau jentik (jumantik/kamantik). Pengembangan sistem
surveilans vektor secara berkala perlu terus dilakukan terutama dalam kaitannya dengan
perubahan iklim dan pola penyebaran kasus.
b. Vektor Malaria
Vektor malaria yang telah dikonfirmasi baik melalui pembedahan kelenjar ludah
maupun menggunakan uji elisa pada lima tahun terakhir sebanyak 18 spesies, dengan rincian
10 spesies menggunakan konfirmasi secara konvensional, 5 spesies dengan uji elisa dan
sisanya suspect. Vektor malaria menyebar di seluruh provinsi di Indonesia. Jenis vektor dan
penyebarannya dapat dilihat pada tabel 4.12 dan 4.13 berikut ini :
97
TABEL 4.12
DAFTAR VEKTOR MALARIA DAN TAHUN KONFIRMASINYA DI INDONESIA
DENGAN SEKRESI KELENJAR LUDAH
TABEL 4.13
DAFTAR VEKTOR MALARIA DAN TAHUN KONFIRMASINYA
DI INDONESIA DENGAN
SPESIES WILAYAH TAHUN
UJI ELISANO
1. An. Vagus NTT 1995
2. An. Kochi Sumatera Utara 1996
3. An.tesselatus Sumatera Utara (Nias) 1995
4. An. Parangensis Sumatera Utara 1995
5. An. Sinensis Nias 1995
6. An. Nigerimus Kalimantan suspect
7. An. Minimus Sulawesi suspect
8. An. Karwari Papua suspect
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
c. Vektor Filaria
Hingga saat ini telah ditemukan (konfirmasi vektor) yang berperan sebagai penular
penyakit filaria dalam 5 tahun terakhir antara lain (lihat Gambar 4.40) terdapat sekurang-
kurangnya 4 spesies Mansonia yang sudah dikonfirmasi sebagai vektor utama dan 1 spesies
Culex sebagai vektor utama tipe urban serta 9 spesies Anopheles yang sudah dikonfirmasi
sebagai vektor utama tipe rural. Konfirmasi vektor filariasis telah dilaksanakan di beberapa
provinsi, dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
98
GAMBAR 4.40
PENYEBARAN VEKTOR DAN PENYAKIT FILARIASIS DI INDONESIA
TAHUN 2006
99
Gambaran pemberian kapsul vitamin A selama tiga tahun terakhir dapat dilihat pada
Gambar 4.41 berikut.
GAMBAR 4.41
PERSENTASE PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A
MENURUT SASARAN TAHUN 2006
Persentase cakupan pemberian kapsul vitamin A pada bayi, anak balita, dan ibu nifas
tahun 2006 menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 4.23
GAMBAR 4.42
PERSENTASE CAKUPAN PEMBERIAN TABLET BESI
PADA IBU HAMIL TAHUN 2002 – 2006
100
Pada gambar di atas terlihat bahwa tren cakupan pemberian tablet besi (Fe-1 dan Fe-
3) dari tahun 2002 hingga 2004 menunjukkan peningkatan, namun tahun 2005 dan 2006
sedikit mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya. Provinsi dengan cakupan Fe-3
tertinggi adalah Provinsi Kalimantan Selatan (99,75%), Jawa Barat (79%) dan Sumatera
Selatan (77,86%) sedangkan provinsi dengan cakupan Fe-3 terendah yaitu Provinsi
Kepulauan Riau (6,08%), Jawa Tengah (17,93%) dan Jambi (18,68%). Cakupan pemberian
tablet besi (Fe-3) kepada ibu hamil menurut provinsi tahun 2006 dapat dilihat pada Gambar
4.43 di bawah ini dan Lampiran 4.24.
GAMBAR 4.43
CAKUPAN PEMBERIAN TABLET BESI (Fe3) PADA IBU HAMIL
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
101
surveilans terhadap penyakit potensi KLB, memberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas
dan rumah sakit, melakukan droping obat-obatan ke lokasi kejadian dan lain-lain.
Bencana tanah longsor terjadi di 19 provinsi, 19 kabupaten/kota dengan korban
meninggal 123 orang, 30 luka berat, 335 luka ringan dan 2.127 orang mengungsi. Upaya
yang telah diberikan meliputi evakuasi korban, menyiagakan pos kesehatan 24 jam,
melakukan pengamatan dengan surveilans epidemiologi untuk mengantisipasi KLB diare, dll.
Rekapitulasi kejadian bencana tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 4.29.
2. Bencana Alam
Letak Indonesia yang berada di antara tiga lempeng utama dunia yaitu lempeng
Australia, lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik serta berada di posisi Ring of fire
menjadikan Indonesia kerap kali diterpa bencana gempa bumi dan letusan gunung berapi.
Sebelumnya gempa terjadi di Sumatra pada 28 Maret 2005 menewaskan 361 orang serta
gempa bumi dan tsunami di Aceh pada 26 Desember 2004 yang menewaskan 129.498 orang
dan 37.606 lainnya hilang. Pada tahun 2006 bencana alam gempa bumi terjadi di 3 provinsi
dengan korban meninggal 5.788 orang, luka berat 26.506 orang, luka ringan 167.748 orang,
82 orang hilang dan 2.179.156 orang mengungsi.
Gempa bumi Yogyakarta adalah peristiwa gempa bumi tektonik kuat yang
mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 27 Mei 2006 kurang lebih
pukul 05.55 WIB selama 57 detik. Gempa bumi tersebut berkekuatan 5,9 pada skala Richter.
Lokasi gempa menurut Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral
Republik Indonesia terjadi di koordinat 8,007° LS dan 110,286° BT pada kedalaman 17,1
km. Sedangkan menurut BMG, posisi episenter gempa terletak di koordinat 110,31° LS dan
8,26° BT pada kedalaman 33 km. USGS memberikan koordinat 7,977° LS dan 110,318 BT
pada kedalaman 35 km. Hasil yang berbeda tersebut dikarenakan metode dan peralatan yang
digunakan berbeda-beda. Secara umum posisi gempa berada sekitar 25 km selatan-barat daya
Yogyakarta, 115 km selatan Semarang, 145 km selatan-tenggara Pekalongan dan 440 km
timur-tenggara Jakarta. Walaupun hiposenter gempa berada di laut, tetapi tidak
mengakibatkan tsunami.
Gempa juga dapat dirasakan di Solo, Semarang, Purworejo, Kebumen dan Banyumas.
Getaran juga sempat dirasakan sejumlah kota di provinsi Jawa Timur seperti Ngawi, Madiun,
Kediri, Trenggalek, Magetan, Pacitan, Blitar dan Surabaya. Korban tewas menurut laporan
terakhir dari Departemen Sosial Republik Indonesia pada 1 Juni 2006 pukul 07:00 WIB,
berjumlah 6.234 orang dengan rincian: Yogyakarta 165 jiwa, Kulon Progo 26 jiwa, Gunung
Kidul 69 jiwa, Sleman 326 jiwa, Klaten 1.668 jiwa, Magelang 3 jiwa, Boyolali 3 jiwa,
Purworejo 5 jiwa, Sukoharjo 1 jiwa dan korban terbanyak di Bantul 3.968 jiwa. Sementara
korban luka berat sebanyak 33.231 jiwa dan 12.917 lainnya menderita luka ringan.
Kabupaten Bantul merupakan daerah yang paling parah terkena bencana. Informasi
menyebutkan sebanyak 7.057 rumah di daerah ini rubuh.
Upaya yang dilakukan meliputi evakuasi korban, membuka pos kesehatan 24 jam di
lokasi bencana, memberikan pelayanan kesehatan rawat jalan maupun rawat inap di rumah
sakit pemerintah dan swasta; evakuasi 200 pasien yang harus dioperasi ke RS di Jawa Tengah
dan Jawa Timur; bantuan transportasi hercules; di Bantul mendirikan rumah sakit lapangan
untuk rawat inap (60 TT); memberikan bantuan air bersih dan pembuatan jamban; melakukan
imunisasi campak, TT dan pemberian Vitamin A; dan lain-lain.
102
Demikian gambaran singkat mengenai situasi upaya kesehatan di Indonesia sampai
dengan tahun 2006.
***
103
BAB V
SUMBER DAYA KESEHATAN
A. SARANA KESEHATAN
1. Puskesmas
Puskesmas dalam perkembangannya, dari tahun ke tahun diupayakan terus
meningkat yang bertujuan agar pelayanan kesehatan dapat terjangkau oleh masyarakat
dan merata sampai di daerah terpencil. Pada tahun 2006 jumlah puskesmas di seluruh
Indonesia adalah 8.015. Jika dilihat dari tahun 2002 – 2006 terlihat adanya peningkatan.
Peningkatan yang cukup besar (4,51%) pada tahun 2006, sedangkan pada tahun
sebelumnya peningkatannya kecil ( tahun 2005 meningkat 1,57%, tahun 2004 meningkat
1,85%, tahun 2003 meningkat 1,42%).
Dalam periode tahun 2002-2006, rasio Puskesmas terhadap 100.000 penduduk
meningkat dari 3,46 per 100.000 penduduk (tahun 2002) menjadi 3,61 per 100.000
penduduk (tahun 2006).Ini berarti bahwa pada periode tahun itu setiap 100.000 penduduk
dilayani 3- 4 unit Puskesmas. Jumlah Puskesmas dan rasio Puskesmas terhadap 100.000
penduduk pada tahun 2002 – 2006 disajikan pada Gambar 5.1 dan 5.2.
Jumlah puskesmas per 100.000 penduduk pada tahun 2006 secara nasional adalah
3,61 dengan jumlah puskesmas per 100.000 penduduk terendah adalah provinsi Banten
yaitu sebesar 1,92 dan yang paling tinggi adalah provinsi Maluku sebesar 9,83.
Gambaran jumlah Puskesmas per 100.000 penduduk menurut provinsi disajikan pada
Gambar 5.3. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.1 dan Lampiran 5.2.
104
GAMBAR 5.1 GAMBAR 5.2
JUMLAH PUSKESMAS RASIO PUSKESMAS PER 100.000 PENDUDUK
TAHUN 2002-2006 TAHUN 2002-2006
GAMBAR 5.3
RASIO PUSKESMAS PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2006
105
GAMBAR 5.6
JUMLAH PUSKESMAS DAN PUSKESMAS PERAWATAN
TAHUN 2002 – 2006
GAMBAR 5.7
JUMLAH PUSKESMAS KELILING
DAN RASIONYA TERHADAP PUSKESMAS
TAHUN 2002 – 2006
106
2. Rumah Sakit
Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana rumah sakit antara
lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan
jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya serta rasionya terhadap jumlah penduduk.
Pada tahun 2002 – 2006, perkembangan jumlah rumah sakit (umum dan khusus) di
Indonesia terus meningkat. Peningkatannya berkisar 1% – 2%. Peningkatan yang paling
tinggi pada tahun 2006 bertambah 1,89%, tahun 2005 bertambah 1,77% , sedangkan
peningkatan terendah pada tahun 2004 hanya bertambah 0,97%, tahun 2003 bertambah
1,56% dan. Perkembangan jumlah rumah sakit (umum dan khusus) di Indonesia tahun
2002 – 2006 disajikan pada Tabel 5.1 di bawah ini, sedangkan jumlahnya menurut provinsi
dapat dilihat pada Lampiran 5.5.
TABEL 5.1
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT (UMUM & KHUSUS)
DI INDONESIA TAHUN 2002 – 2006
107
GAMBAR 5.8
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM
TAHUN 2002 – 2006
Berdasarkan kelasnya RSU Depkes dan Pemda sampai pada tahun 2005, rumah
sakit kelas A hanya terdapat di 6 provinsi (18,75%) yaitu Sumatera Utara, DKI Jakarta,
Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.Untuk RSU kelas B
terdapat di 27 provinsi (84,37%), RSU kelas C terdapat pada semua provinsi dan RSU
kelas D terdapat di 25 provinsi (78,12%) yang dapat dilihat pada lampiran 5.7
Selain jumlah rumah sakit, untuk menggambarkan ketersediaan sarana pelayanan
kesehatan perlu pula disajikan data jumlah tempat tidur rumah sakit. Pada tahun 2002-
2006 ada kenaikan jumlah tempat tidur rumah sakit (umum dan khusus) yang secara
ringkat dapat dilihat pada Gambar 5.10 di bawah ini, tetapi gambaran yang lebih rinci
dapat dilihat pada Lampiran 5.8 dan Lampiran 5.9.
GAMBAR 5.10
PERKEMBANGAN JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT
TAHUN 2002-2006
108
rumah sakit dan rasionya per 100.000 penduduk pada tahun 2000 – 2006 disajikan pada
Gambar 5.11 di bawah ini.
GAMBAR 5.11
JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT DAN
RASIONYA PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2002 – 2006
109
Jumlah sarana distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan menurut jenis dari
tahun 2002 – 2006 disajikan pada Gambar 5.13 di bawah ini, sedangkan jumlahnya
menurut provinsi pada tahun 2002 – 2006 dapat dilihat pada Lampiran 5.11.
GAMBAR 5.13
JUMLAH SARANA DISTRIBUSI SEDIAAN FARMASI DAN
ALAT KESEHATANMENURUT JENIS TAHUN 2002 -2006
110
GAMBAR 5.15
JUMLAH POSYANDU DI INDONESIA
TAHUN 2002-2006
Rasio Posyandu terhadap desa/kelurahan adalah 3,85 atau rata-rata pada tiap
desa/kelurahan terdapat 4 Posyandu. Rasio Posyandu terhadap desa/kelurahan terbesar
adalah Sulawesi Barat (15,84), DKI Jakarta (14,55) dan Jawa Barat (7,47). Sedangkan
rasio terkecil di NAD (0,93), Maluku (1,31) dan Papua (1,34) yang dapa dilihat pada
lampiran 5.12.
Polindes merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam rangka
mendekatkan pelayanan kebidanan, melalui penyediaan tempat pertolongan persalinan
dan pelayanan kesehatan ibu dan anak, termasuk Keluarga Berencana. Polindes ini juga
dikelompokkan ke dalam 4 strata atau tingkat perkembangannya yaitu Polindes Pratama,
Polindes Madya, Polindes Purnama, dan Polindes Mandiri. Pada tahun 2006, jumlah
Polindes sebanyak 25.754 buah. Rasio Polindes terhadap desa/kelurahan adalah 0,37.
Rasio Polindes terhadap desa/kelurahan terbesar adalah di Kepulauan Riau (0,91), DKI
Jakarta (0,75) dan Gorontalo (0,63). Sedangkan rasio terkecil di Provinsi Jambi (0,06),
Banten (0,10) dan Sumatera Utara (0,12). (Lampiran 5.12)
Pos Obat Desa dikelompokkan ke dalam 4 strata atau tingkat perkembangannya
yaitu Pos Obat Desa Pratama, Madya, Purnama, dan Mandiri. Pada tahun 2006, jumlah
Pos Obat Desa sebanyak 9.598 buah. Rasio POD terhadap desa/kelurahan adalah 0,14.
Rasio POD terhadap desa/kelurahan terbesar adalah di Sumatera Barat (0,42), Nusa
Tenggara Barat (0,28) dan Kalimantan Selatan (0,27). Sedangkan rasio terkecil di Jawa
Timur ( 0,02), Kepulauan Riau (0,03) dan Kalimantan Tengah (0,03). Data selengkapnya
mengenai Sarana UKBM tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 5.12.
6. Desa Siaga
Desa siaga adalah salah satu pendukung membuat masyarakat yang mandiri untuk
hidup sehat. Jumlah desa siaga tahun 2006 adalah 12.300 sesuai dengan tabel 5.2.
Sedangkan target Departemen Kesehatan untuk tahun 2006 desa siaga 12.000 desa. Ini
berarti target Departemen Kesehatan untuk desa siaga sudah tercapai.
111
TABEL 5.2
JUMLAH DESA SIAGA
TAHUN 2006
112
GAMBAR 5.16
PERKEMBANGAN JUMLAH DAN JENIS POLTAKES DI INDONESIA
TAHUN 2004 – 2006
GAMBAR 5.17
PERKEMBANGAN JUMLAH DAN JENIS NON POLTAKES DI INDONESIA
TAHUN 2004 - 2006
113
termasuk dalam strata “B” dan 4 jurusan (2,21%) termasuk dalam strata “C”. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar 5.18.
GAMBAR 5.18
PERKEMBANGAN STRATA AKREDITAS JURUSAN POLTEKKES
TAHUN 2004-2006
Sedangkan untuk institusi non Poltekkes tahun 2006 , 518 institusi (75,62%)
sudah diakriditas , 24,38% sisanya belum diakreditas. Institusi yang sudah diakreditasi
tersebut 61 (11,78%) termasuk dalam strata “A”, 402 (77,61%) termasuk dalam strata
“B” dan 54 (10,42%) termasuk dalam strata “C”. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar 5.19.
GAMBAR 5.19
PERKEMBANGAN STRATA AKREDITAS INSTITUSI NON POLTEKKES
TAHUN 2004-2006
114
B. TENAGA KESEHATAN
TABEL 5.3
RATIO TENAGA KESEHATAN PER 100000 PENDUDUK
TAHUN 2010
115
GAMBAR 5.20
KEBUTUHAN TENAGA KESEHATAN TAHUN 2010
UNTUK MENCAPAI INDONESIA SEHAT 2010
MENURUT JENIS TENAGA
TABEL 5.4.
JUMLAH TENAGA KESEHATAN DAN RASIO TENAGA KESEHATAN
PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2006
116
2.1. SDM Kesehatan di Daerah
SDM kesehatan di daerah terdiri dari SDM Kesehatan yang bertugas di unit
kesehatan (sarana pelayanan dan non pelayanan ) di provinsi dan Kabupaten/Kota denga
status kepegawaian PNS,CPNS,PTT,TNI/POLRI dan swasta yang bekerja di Dinas
Kesehatan Provinsi dan UPT, Dinas Kabupaten/Kota dan UPT, rumah sakit/poliklinik dan
sarana kesehatan lainnya milik pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta dan
TNI/POLRI, pada tahun 2005 sebanyak 320.307 orang yang terdiri dari 279.628 orang
(87,30%) tenaga kesehatan dan 40.679 orang (12,70%) tenaga non kesehatan.
Persebaran SDM Kesehatan Daerah terbanyak berada di provinsi Jawa Timur yaitu
62.467 orang, kemudian Jawa Barat 32.737 orang dan DKI Jakarta 27.001
orang.Sedangkan provinsi dengan jumlah SDM terendah adalah Sulawesi Barat 654
orang, Gorontalo 1.389 orang dan Maluku Utara 1590 orang.
Berdasarkan profesinya dari 279.628 orang tenaga kesehatan, terbanyak adalah
perawat (perawat + S.Keperawatan) 117.989 orang (42,19%) dan Bidan 66.860 orang
(23,91%). Jumlah, persentase tenaga kesehatan dan rasio per 100.000 penduduk menurut
jenisnya disajikan disajikan pada tabel 5.5 di bawah ini.
TABEL 5.5
JUMLAH, PERSENTASE DAN RASIO PER 100.000 PENDUDUK
TENAGA KESEHATAN MENURUT JENISNYA
TAHUN 2005
117
Jumlah SDM Kesehatan menurut jenis dan provinsi pada tahun 2005 dapat dilihat
pada lampiran 5.21. Sedangkan gambaran rasio dokter per 100.000 penduduk dapat dilihat
pada gambar 5.21, rasio perawat per 100.000 penduduk pada gambar 5.22 dan rasio bidan
per 100.000 penduduk pada gambar 5.23
GAMBAR 5.21
RASIO DOKTER PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2005
Sumber : Dinas Kesehatan se Indonesia, melalui pengumpulan data Pusdatin, Depkes RI, Desember 2006
GAMBAR 5.22
RASIO PERAWAT PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2005
Sumber : Dinas Kesehatan se Indonesia, melalui pengumpulan data Pusdatin, Depkes RI, Desember 2006
GAMBAR 5.23
RASIO BIDAN PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2005
Sumber : Dinas Kesehatan se Indonesia, melalui pengumpulan data Pusdatin, Depkes RI, Desember 2006
118
2.2. SDM Kesehatan di Rumah Sakit
Berdasarkan laporan Ditjen Bina Yanmedik, jumlah SDM yang bekerja di rumah
sakit tahun 2006 adalah 250.024 orang, terdiri dari 164.302 orang (65,7%) tenaga
kesehatan dan 85.722 orang (34,3%) tenaga non kesehatan. Provinsi dengan jumlah tenaga
kesehatan terbanyak adalah DKI Jakarta (45.671 orang), diikuti Jawa Tengah (35.206
orang) dan Jawa Timur (35.159 orang). Sedangkan provinsi dengan jumlah SDM kesehatan
terendah adalah Gorontalo (309 orang), Maluku Utara (449 orang) dan Bangka Belitung
(792 orang). Berdasarkan profesinya, dari 164.302 tenaga kesehatan, terbanyak adalah
keperawatan 108.334 orang (65,94%) dan medis 26.092 orang (15,88%), yang dapat dilihat
pada Lampiran 5.22.
Jumlah SDM Kesehatan yang bertugas di Puskesmas tahun 2006 adalah 143.502
orang. Jumlah dokter umum yang bekerja di Puskesmas sebanyak 10.763 orang. Dengan
jumlah Puskesmas sebanyak 8.015, maka rata-rata tiap Puskesmas dilayani oleh 1-2 orang
dokter umum. Jumlah dokter gigi yang bekerja di Puskesmas sebanyak 4.296 orang yang
berarti belum semua Puskesmas memiliki dokter gigi. Jumlah perawat sebanyak 52.753
orang sehingga setiap Puskesmas dilayani 6-7 orang perawat. Jumlah bidan sebanyak
52.168 orang sehingga setiap Puskesmas dilayani 6-7 orang bidan. Data selengkapnya
dapat dilihat dalam Lampiran 5.23.
Departemen Kesehatan memiliki 3 jenis tenaga Pegawai Tidak Tetap (PTT) yaitu
Dokter, Dokter Gigi dan Bidan. Sampai dengan Desember 2006 tercatat masih aktif di
lapangan sejumlah 46.343 orang yang terdiri dari 8.896 Dokter Umum, 2.555 Dokter
Gigi dan 34.892 Bidan.
Dokter Umum PTT terbanyak berada pada provinsi Jawa Tengah (1.026
orang/11,53%), sedangkan provinsi dengan Dokter Umum PTT paling sedikit adalah DKI
Jakarta (42 orang/0,47%).
Dokter Gigi PTT terbanyak berada pada provinsi Jawa Timur (301
orang/11,78%), sedangkan provinsi dengan Dokter Gigi PTT paling sedikit adalah
Maluku Utara (5 orang/0,19%).
Bidan PTT terbanyak berada pada provinsi Jawa Tengah (4.599 orang/13,18%),
provinsi dengan Bidan PTT paling sedikit adalah provinsi Papua (4orang/0,01%)
sedangkan provinsi yang tidak memiliki Bidan PTT adalah DKI dan Irian Jaya Barat
yang dapat dilihat pada lampiran 5.24.
119
4. Peserta Didik pada Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan
Pada tahun ajaran 2006/2007 jumlah peserta didik sebanyak 183.061 orang terdiri
dari peserta didik Poltekkes sebanyak 43.350 orang (23,68%) dan peserta didik non
Poltekkes sebanyak 139.711 orang (76,32%). (Lampiran 5.27 dan Lampiran 5.28)
Bila dilihat dari jenjang pendidikannya, jenjang pendidikan tinggi (JPT) sebanyak
166.786 (91,11%) dan jenjang pendidikan menengah (JPM) sebanyak 16.275 orang
(8,89%). Perkembangan jumlah peserta didik menurut jenjang pendidikan pada tahun
2004 – 2006 dapat dilihat pada Gambar 5.24 di bawah ini.
GAMBAR 5.24
PERKEMBANGAN JUMLAH PESERTA DIDIK POLTEKES DAN NON POLTEKES
MENURUT JENJANG PENDIDIKAN
TAHUN 2004 – 2006
Selain peserta didik yang berasal dari jalur umum terdapat peserta didik program
(progsus) yang diselenggarakan oleh institusi Poltekkes dan institusi non Poltekkes
dengan persyaratan institusi/program studi yang telah memenuhi kriteria akreditas strata
B dengan nilai minimal 80. Jumlah peserta didik Progsus tahun 2006 adalah 7.268
dengan Keperawatan (48,21%), Kebidanan (42,95%), Farmasi (2,27%), Analisis
Kesehatan (2,02), Kesehatan Gigi (2,63%), Gizi (1,17%) dan Kesehatan Lingkungan
(0,74%) yang dapat dilihat pada lampiran 5.29. Sedangkan perkembangan progus dari
tahun 2004-2005 dapat dilihat pada tabel 5.6.
120
TABEL 5.6
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK PROGRAM KHUSUS
BERDASARKAN JENIS TENAGA KESEHATAN
TAHUN 2004-2006
5. Lulusan
Jumlah lulusan Poltekkes dan Non Poltekkes tahun 2006 sebanyak 46.891 orang.
Jumlah tersebut mengalami kenaikan sebesar 8,24% dari tahun 2005, dimana pada
tahun 2005 lulusan Poltekkes dan Non Poltekkes turun sebesar 4,92% dari tahun 2004
yang dapat dilihat dari tabel 5.7.
TABEL 5.7
PERKEMBANGAN JUMLAH LULUSAN POLTEKKES DAN NON POLTEKKES
BERDASARKAN JENIS TENAGA KESEHATAN
TAHUN 2004 – 2006
Sebagian besar lulusan tersebut dihasilkan oleh institusi Non Poltekkes yaitu
sebanyak 35.172 lulusan (75,09%) dan sisanya dihasilkan institusi Poltekkes yaitu
sebanyak 11.687 lulusan (24,91%).
Untuk lulusan Non Poltekkes lulusan terbanyak adalah jenis Keperawatan yakni
sebesar 73,02%, jumlah lulusan terbanyak berikutnya berturut-turut adalah jenis
Keteknisian Medis yaitu sebesar 9,20%, Keterapian Fisik sebesar 1,98%, Kesehatan
121
Masyarakat yaitu sebesar 1,52% , Kefarmasian yakni 1,35%, dan yang paling sedikit
dari jenis Gizi yaitu sebesar 0,86% .
Sedangkan untuk lulusan Poltekkes lulusan yang terbanyak adalah jenis
Keperawatan yakni sebesar 70,74, diikuti jenis Gizi (9,53%), Kesehatan Masyarakat
(8,74%), Keteknisan Medis (6,83%), Kefarmasian (2,79%) dan yang paling sedikit
dari jenis Keterapian Fisik (1,37%). (Lampiran 5.30)
Tiga provinsi terbanyak menghasilkan lulusan tenaga kesehatan institusi non
poltekkes pada tahun 2006 adalah provinsi Jawa Tengah (6.159 lulusan), DKI Jakarta
(5.503 lulusan), Jawa timur (5.346 lulusan). Untuk jenis keperawatan dari institusi
non poltekkes lulusan terbanyak dihasilkan oleh Provinsi Jawa Timur sebanyak 3.029
orang, terbanyak berikutnya dihasilkan oleh Provinsi Jawa Tengah yakni 2.930 orang.
Untuk institusi Poltekkes tiga provinsi terbanyak menghasilkan lulusan tenaga
kesehatan adalah Jawa Timur (1.323 lulusan), Jawa Barat (1.172 lulusan) dan DKI
Jakarata (1.101 lulusan). Untuk jenis Keperawatan dari institusi Poltekkes lulusan
terbanyak dihasilkan oleh Provinsi DKI Jakarta yakni 354 orang, terbanyak
berikutnya dihasilkan oleh Provinsi Jawa Timur sebesar 346 orang. Distribusi lulusan
institusi diknakes non poltekkes berdasarkan provinsi dan jenis ketenagaan secara
rinci dapat dilihat pada lampiran 5.31dan 5.32.
GAMBAR 5.25
PROPORSI PELATIHAN YANG DILAKSANAKAN
PUSDIKLATKES DAN BAPELKES NASIONAL
TAHUN 2006
122
C. PEMBIAYAAN KESEHATAN
GAMBAR 5.26
ALOKASI DAN REALISASI ANGGARAN DEPKES
TAHUN 2002 – 2006
123
GAMBAR 5.27
PROPORSI PEMBIAYAAN KESEHATAN MASYARAKAT
BERDASARKAN SUMBER PEMBIAYAAN
TAHUN 2002 - 2006
GAMBAR 5.28
PERSENTASE KEPESERTAAN PENDUDUK
DALAM JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
TAHUN 2002 – 2006
124
BAB VI
PERBANDINGAN INDONESIA DENGAN
NEGARA-NEGARA ASEAN DAN SEARO
A. KEPENDUDUKAN
Informasi tentang penduduk penting diketahui agar pembangunan dapat diarahkan
sesuai kebutuhan penduduk sebagai pelaku pembangunan. Jumlah penduduk yang besar
dapat dipandang sebagai beban sekaligus juga modal dalam pembangunan. Beberapa
indikator yang digunakan untuk mengetahui keadaan penduduk yaitu jumlah penduduk,
kepadatan penduduk, laju pertumbuhan penduduk, angka beban tanggungan, dan angka
kelahiran.
125
anggota ASEAN lainnya yang mempunyai kepadatan penduduk di bawah 300 per km2.
Kepadatan penduduk terendah terjadi di Laos yaitu 25 penduduk per km2.
Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk masing-masing negara anggota ASEAN
dapat dilihat pada Gambar 6.1 dan 6.2 berikut.
GAMBAR 6.1 GAMBAR 6.2
JUMLAH PENDUDUK DI NEGARA ANGGOTA ASEAN KEPADATAN PENDUDUK DI NEGARA ANGGOTA ASEAN
TAHUN 2006 (per km2) TAHUN 2006
Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006 Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006
Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006 Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006
126
bidang kehidupan. Indikator tersebut biasa dikenal dengan laju pertumbuhan penduduk. Laju
pertumbuhan penduduk dipengaruhi tiga faktor, yakni kelahiran, kematian, dan migrasi.
2.1. Kawasan ASEAN
Selama periode waktu 1990-2005, laju pertumbuhan penduduk yang tertinggi di
antara negara anggota ASEAN terjadi di Brunei Darussalam dan Kamboja dengan laju
pertumbuhan penduduk masing-masing 2,5%. Sedangkan Thailand, Indonesia, dan Myanmar
merupakan negara dengan laju pertumbuhan penduduk paling lambat yaitu masing-masing
1%, 1,4%, dan 1,4%.
2.2. Kawasan SEARO
Berdasarkan sumber yang sama selama periode waktu 1990-2005 laju pertumbuhan
penduduk di negara-negara SEARO berkisar antara 0,9 dan 2,8 dengan laju tertinggi terjadi
di Maladewa. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk terendah terjadi di Korea Utara (DPR
Korea). Laju pertumbuhan penduduk di negara anggota ASEAN dapat dilihat pada Lampiran
6.1 dan laju pertumbuhan penduduk di negara-negara SEARO di Lampiran 6.2.
127
Persentase penduduk kelompok umur 0 – 14 tahun dan kelompok umur 65 tahun ke
atas tersebut memberikan pengaruh pada Rasio Beban Tanggungan (Dependency Ratio).
Indikator rasio beban tanggungan mengukur seberapa besar tanggung jawab sosial ekonomi
yang ditanggung oleh kelompok umur pekerja yaitu yang berumur 15-64 tahun.
Dengan distribusi penduduk seperti yang telah disebutkan di atas, Laos merupakan
negara dengan Angka Beban Tanggungan tertinggi (70%) sedangkan Singapura merupakan
negara dengan Angka Beban Tanggungan terendah (42%). Hal tersebut bisa dilihat pada
Gambar 6.5. Sementara Indonesia memiliki Angka Beban Tanggungan 51, hal tersebut
berarti setiap 100 orang usia produktif di Indonesia menanggung 51 orang yang belum
produktif dan yang dianggap tidak produktif lagi.
3.2. Kawasan SEARO
Gambar 6.6 memperlihatkan komposisi penduduk produktif dan penduduk non
produktif di negara-negara anggota SEARO pada tahun 2006. Timor Leste adalah negara
dengan komposisi penduduk usia non produktif tertinggi yaitu 46% (43% kelompok usia 0-14
tahun dan 3% kelompok usia 65 tahun ke atas). Sebaliknya, dua negara dengan penduduk non
produktif terendah di kawasan tersebut adalah Thailand yaitu 30%. Hal tersebut berarti Timor
Leste merupakan negara dengan angka beban tanggungan tertinggi sedangkan Thailand
merupakan negara dengan angka beban tanggungan terendah. Komposisi penduduk
kelompok umur 0 – 14 tahun, 15-64 tahun, 65 tahun ke atas, serta besar angka beban
tanggungan di kawasan SEARO secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6.2
GAMBAR 6.6
KOMPOSISI PENDUDUK DI NEGARA-NEGARA SEARO
TAHUN 2006
128
4.1. Kawasan ASEAN
Berdasarkan kategori tersebut, pada tahun 2005, 70% negara anggota ASEAN masuk
dalam kategori sedang, termasuk juga Indonesia dengan IPM 0,728. Sedangkan 30% negara
lainnya masuk dalam IPM berkategori tinggi, negara tersebut adalah Singapura, Brunei
Darussalam, dan Malaysia.
GAMBAR 6.7
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI NEGARA ANGGOTA ASEAN
TAHUN 2005
129
5. Angka Kesuburan Wanita
TFR merupakan gambaran mengenai rata-rata jumlah anak yang dilahirkan seorang
perempuan dari usia 15 sampai 49 tahun. Perbandingan angka TFR antar negara dapat
menunjukkan keberhasilan negara dalam melaksanakan pembangunan sosial ekonominya.
Angka TFR yang tinggi merupakan cerminan rata-rata usia kawin yang rendah, tingkat
pendidikan yang rendah terutama perempuannya, tingkat sosial ekonomi rendah atau tingkat
kemiskinan yang tinggi. Selain itu tentu saja menunjukkan tingkat keberhasilan program
keluarga berencana yang dilaksanakan di daerah tersebut.
Diketahuinya TFR untuk suatu daerah akan membantu para perencana program
pembangunan untuk meningkatkan rata-rata usia kawin, dan meningkatkan program
pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan pelayanan ibu hamil dan perawatan anak.
Angka Kesuburan Wanita atau Total Fertility Rate (TFR) dapat diklasifikasikan
menjadi 3 tingkat yaitu rendah, sedang, dan tinggi (ADB, Key Indicators 2002). Kesuburan
rendah terjadi ketika angka kesuburan wanita 2,1 atau kurang; kesuburan sedang antara 2,2-
3,9; dan kesuburan tinggi jika angka kesuburan wanita 4 atau lebih.
5.1. Kawasan ASEAN
GAMBAR 6.9
ANGKA KESUBURAN WANITA DI NEGARA ANGGOTA ASEAN
TAHUN 2006
Dengan menggunakan klasifikasi tersebut, maka pada tahun 2006 negara-negara yang
termasuk dalam kategori angka kesuburan wanita rendah adalah Singapura (1,2), Thailand
(1,7), dan Vietnam (2,1). Sedangkan Laos merupakan satu-satunya negara anggota ASEAN
yang termasuk dalam kategori angka kesuburan wanita tinggi yaitu 4,8. Sedangkan Indonesia
masuk dalam kategori sedang dengan angka kesuburan wanita 2,4 yang berarti untuk setiap
wanita di Indonesia rata-rata memiliki anak 2 sampai dengan 3 selama hidupnya.
5.2. Kawasan SEARO
Pada tahun 2006, di antara 11 negara di SEARO, Thailand, Sri Lanka, dan Korea
Utara (DPR Korea) termasuk negara dengan angka fertilitas total berkategori rendah.
Indonesia, Myanmar, Maladewa, Bhutan, India, Bangladeshh, dan Nepal masuk dalam
130
kategori sedang. Sedangkan Timor Leste merupakan satu-satunya negara di SEARO yang
masuk dalam kategori tinggi yaitu 6,3. Besaran angka kesuburan total per negara dapat dilihat
pada gambar berikut ini.
GAMBAR 6.10
ANGKA KESUBURAN WANITA DI NEGARA-NEGARA SEARO
TAHUN 2006
Pada Lampiran 6.3 dan 6.4 dapat dilihat bahwa tingginya angka kesuburan wanita
mempengaruhi angka kelahiran kasar per 1.000 penduduk. Semakin tinggi angka kesuburan
wanita maka semakin tinggi angka kelahiran kasar begitu pula sebaliknya semakin rendah
angka kesuburan wanita semakin rendah angka kelahiran kasar. Tingginya angka kelahiran
kasar juga memberikan kontribusi pada persentase penduduk kelompok umur 0-14 tahun dan
akhirnya memberi dampak pada angka beban tanggungan. Maka negara yang memiliki angka
kesuburan wanita tinggi kemungkinan memiliki angka beban tanggungan tinggi seperti yang
terjadi pada Laos dan Timor Leste. Sementara negara yang memiliki angka kesuburan wanita
rendah memiliki kemungkinan angka beban tanggungan yang rendah pula seperti terjadi pada
Singapura dan Thailand.
131
GAMBAR 6.11
ANGKA KELAHIRAN KASAR DI NEGARA ANGGOTA ASEAN
TAHUN 2006
7. Sosial Ekonomi
Pendapatan Nasional merupakan salah satu indikator untuk mengukur pertumbuhan
ekonomi suatu negara. Pendapatan Nasional Bruto perkapita (Gross National Income) terdiri
dari sejumlah nilai barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara, beserta pendapatan
yang diterima dari negara lain.
7.1. Kawasan ASEAN
Berdasarkan Gambar 6.13 Pendapatan Nasional Bruto perkapita tertinggi di antara
negara anggota ASEAN (tidak termasuk Brunei Darussalam dan Myanmar) adalah Singapura
(31.700 US$ perkapita) diikuti oleh Malaysia (11.300 US$ per kapita). Sedangkan negara-
132
negara lain memiliki Pendapatan Nasional Bruto per kapita kurang dari 10.000 US$. Laos
dan Kamboja merupakan negara dengan Pendapatan Nasional Bruto per kapita terendah yaitu
masing-masing 2.050 US$ dan 2.920 US$. Sedangkan Indonesia memiliki Pendapatan
Nasional Bruto per kapita 3.950 US$.
GAMBAR 6.13
PENDAPATAN NASIONAL BRUTO DI NEGARA ANGGOTA ASEAN
TAHUN 2005
133
B. DERAJAT KESEHATAN
MORTALITAS
1. Angka Kematian Bayi
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi
belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara
garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen.
Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal adalah kematian
bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan dan umumnya disebabkan oleh
faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir yang diperoleh dari orang tuanya pada saat
konsepsi atau didapat selama kehamilan. Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-
natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu
tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan pengaruh lingkungan luar.
Angka kematian bayi diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu rendah jika
AKB kurang dari 20; sedang 20-49; tinggi 50-99; dan sangat tinggi jika AKB di atas 100.
134
1.2. Kawasan SEARO
GAMBAR 6.16
ANGKA KEMATIAN BAYI DI NEGARA-NEGARA SEARO
TAHUN 2006
Berdasarkan klasifikasi di atas maka 18,18% negara di SEARO masuk dalam kategori
negara dengan angka kematian bayi rendah, 36,36% kategori sedang dan sisanya, yaitu
45,45% termasuk kategori tinggi. Perbandingan dan besar angka kematian bayi di SEARO
dapat dilihat pada Gambar 6.16.
135
Data yang didapat dari Immunization Summary 2007 memperlihatkan perbedaan yang
mencolok angka kematian balita di antara negara-negara anggota ASEAN pada tahun 2005.
Angka kematian balita terendah dicapai Singapura yaitu 3 kematian per 1.000 kelahiran
hidup sedangkan tertinggi dicapai Kamboja 143 kematian per 1.000 kelahiran hidup.
Sebagian besar negara ASEAN memiliki angka kematian balita di bawah 100, hanya
Kamboja dan Myanmar yang memiliki angka kematian balita diatas 100 per 1.000 kelahiran
hidup. Sedangkan di Indonesia terjadi kematian 36 balita per 1000 kelahiran hidup. Gambar
6.17 memperlihatkan angka kematian balita di sepuluh negara ASEAN.
2.2. Kawasan SEARO
GAMBAR 6.18
ANGKA KEMATIAN BALITA DI NEGARA-NEGARA SEARO
TAHUN 2005
Menurut sumber yang sama, angka kematian balita di SEARO berkisar antara 14
sampai 105. Myanmar merupakan negara dengan angka kematian balita tertinggi, sedangkan
terendah adalah Sri Lanka. Sementara di kawasan ini, Indonesia berada pada urutan ke-3
terendah dengan angka kematian balita 36 kematian per 1.000 kelahiran hidup.
Di antara negara-negara anggota ASEAN, pada tahun 2006 Laos merupakan negara
dengan Angka Kematian Kasar atau Crude Death Rate (CDR) tertinggi, yakni sebesar 13 per
1.000 penduduk. Sementara itu, Indonesia, Kamboja, Thailand, dan Myanmar memiliki
angka kematian kasar sedang dengan kisaran antara 6 sampai 10 kematian per 1.000
penduduk. Sedangkan Malaysia, Filipina, Singapura, Vietnam, dan Brunei Darussalam
136
memiliki angka kematian kasar di bawah 6 bahkan Brunei Darussalam memiliki nilai CDR 3
kematian untuk setiap 1.000 penduduk
GAMBAR 6.19
ANGKA KEMATIAN KASAR DI NEGARA ANGGOTA ASEAN
TAHUN 2006
137
4. Usia Harapan Hidup
Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi pada
umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduk dari suatu negara.
Meningkatnya perawatan kesehatan melalui Puskesmas, meningkatnya daya beli masyarakat
akan meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, mampu memenuhi kebutuhan gizi
dan kalori, mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan
dengan penghasilan yang memadai, yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya.
Usia harapan hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam
meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan
pada khususnya. Usia harapan hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan
program pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk kesehatan
lingkungan, kecukupan gizi dan kalori termasuk program pemberantasan kemiskinan.
4.1. Kawasan ASEAN
Gambar 6.21 memperlihatkan bahwa pada tahun 2006 di antara kesepuluh negara
anggota ASEAN, Singapura merupakan negara dengan usia harapan hidup waktu lahir
(Expectation of Life at Birth) paling tinggi yaitu 80 tahun. Negara yang memiliki umur
harapan hidup waktu lahir terendah adalah Laos yaitu 54 tahun. Sedangkan Indonesia
memiliki umur harapan hidup 69 tahun.
GAMBAR 6.21
USIA HARAPAN HIDUP DI NEGARA ANGGOTA ASEAN
TAHUN 2006
138
GAMBAR 6.22
UMUR HARAPAN HIDUP DI NEGARA KAWASAN ASEAN
TAHUN 2006
MORBIDITAS
1. Prevalensi Tuberkulosis (TBC)
Tuberkulosis masih merupakan penyebab utama kematian di dunia. Berdasarkan
estimasi terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2005, 7,4 juta di antaranya
terdapat di Asia dan sub-Sahara Afrika. Akibat tuberkulosis 1,6 juta manusia meninggal,
termasuk 195.000 pasien yang terinfeksi HIV.
1.1. Kawasan ASEAN
Gambar 6.23 menunjukkan besarnya perbedaan prevalensi tuberkulosis per 100.000
penduduk dan kematian yang berhubungan dengan tuberkulosis per 100.000 penduduk di
negara-negara ASEAN yang diambil dari World Health Statistic 2007. Angka prevalensi
tuberkulosis pada tahun 2005 di negara-negara anggota ASEAN berkisar antara 28 sampai
703 per 100.000 penduduk. Kamboja merupakan negara dengan prevalensi tuberkulosis
tertinggi yaitu masing-masing 703 per 100.000 penduduk. Sedangkan Singapura merupakan
negara dengan prevalensi tuberkulosis terendah yaitu 23 kasus per 100.000 ribu penduduk.
Sementara sebanyak 262 per 100.000 penduduk Indonesia menderita tuberkulosis.
GAMBAR 6.23
PREVALENSI DAN KEMATIAN AKIBAT TUBERKULOSIS
DI NEGARA ASEAN TAHUN 2004/2005
139
Masih menurut sumber yang sama, kematian akibat tuberkulosis pada tahun 2004
tertinggi terjadi di Kamboja yaitu 94 per 100.000 penduduk. Sedangkan kasus kematian
akibat tuberkulosis terendah terjadi di Brunei Darussalam dan Singapura masing-masing 5
kematian per 100.000 penduduk. Indonesia menempati urutan ke-3 tertinggi kasus kematian
akibat tuberkulosis yaitu 46 per 100.000 penduduk.
1.2. Kawasan SEARO
Angka prevalensi tuberkulosis pada tahun 2005 di negara-negara SEARO berkisar
antara 53 sampai 713 per 100.000 penduduk. Negara dengan prevalensi tuberkulosis tertinggi
tahun 2005 adalah Timor Leste (713 per 100.000 penduduk) dan terendah adalah Maladewa
(53 per 100.000 penduduk).
GAMBAR 6.24
PREVALENSI DAN KEMATIAN AKIBAT TUBERKULOSIS
DI NEGARA SEARO TAHUN 2004/2005
2. Avian Influenza
Kemunculan strain virus influenza yang baru pada manusia (strain H5N1) pertama
kali terdeteksi di Hongkong. Akibatnya sebanyak 18 orang harus dirawat di rumah sakit, dan
6 diantaranya meninggal dunia. Ditemukan fakta pertama kali bahwa virus avian influenza
dapat menular langsung dari unggas ke manusia. Sebelum tahun 1997, ilmuwan meyakini
penularan virus influenza dari unggas ke manusia tidak terjadi secara langsung.
2.1. Kawasan ASEAN
Avian influenza pertama kali masuk ke wilayah ASEAN pada tahun 2003 melalui
Vietnam, 3 orang dinyatakan menderita penyakit tersebut dan seluruhnya meninggal. Hingga
akhir tahun 2006, 4 negara di wilayah ASEAN telah terinfeksi avian influenza yaitu Vietnam,
Thailand, Indonesia, dan Kamboja.
140
GAMBAR 6.25
JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN AKIBAT AVIAN INFLUENZA
DI NEGARA ASEAN TAHUN 2003-2006
Gambar 6.25 memperlihatkan jumlah kasus dan kematian akibat avian influenza di
wilayah ASEAN sejak tahun 2003 sampai 2006. Kasus pertama kali menyerang vietnam
dengan menyerang 3 korban yang keseluruhannya berakhir pada kematian. Tahun 2004
jumlah kasus meningkat menjadi 46 dengan 32 kematian. Pada tahun tersebut selain Vietnam,
Thailand pun telah terinfeksi virus H5N1 ini. Akhir tahun 2005 jumlah penderita dan negara
yang terinfeksi avian influenza terus bertambah, 90 orang menjadi korban. Namun kali ini
jumlah kematian bisa ditekan, jika sebelumnya hampir 100% berakhir pada kematian, tahun
2005 dari 90 penderita 42,22% meninggal.
TABEL 6.1
JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN AKIBAT AVIAN INFLUENZA
MENURUT NEGARA TAHUN 2003-2006
2003 2004 2005 2006 TOTAL
NEGARA
K M K M K M K M K M
Vietnam 3 3 29 20 61 19 0 0 93 42
Thailand 0 0 17 12 5 2 3 3 25 17
Indonesia 0 0 0 0 20 13 55 45 75 58
Kamboja 0 0 0 0 4 4 2 2 6 6
TOTAL 3 3 46 32 90 38 60 50 199 123
Sumber: WHO, 2007
Keterangan: K = Kasus M = Meninggal
141
TABEL 6.2
JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN AKIBAT AVIAN INFLUENZA
MENURUT NEGARA TAHUN 2004-2006
2004 2005 2006 TOTAL
NEGARA
K M K M K M K M
Thailand 17 12 5 2 3 3 25 17
Indonesia 20 13 55 45 75 58
TOTAL 17 12 25 15 58 48 100 75
Sumber: WHO, 2007
Keterangan: K = Kasus M = Meninggal
GAMBAR 6.26
TREN JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN AKIBAT AVIAN INFLUENZA
TAHUN 2004-2006
3. POLIO
Beberapa penyakit dapat menular dengan cepat sehingga berpotensi menimbulkan
kejadian luar biasa. Namun, di antara penyakit-penyakit tersebut terdapat penyakit yang dapat
dicegah dengan melakukan imunisasi. Penyakit tersebut biasa disingkat dengan PD3I
(Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi). Penyakit-penyakit tersebut adalah Difteri,
Pertusis, Tetanus, Tetanus Neonatorum, Campak, dan Polio.
3.1. Kawasan ASEAN
Semenjak tahun 2001 kasus polio tidak ditemukan di negara-negara di ASEAN.
Namun, pada tahun 2004 virus polio liar kembali menyerang penduduk di kawasan ASEAN.
Dilaporkan terdapat 1 kasus ditemukan di Laos. Pada tahun 2005 jumlah kasus polio
mencapai puncaknya, sebanyak 350 penduduk dari 2 negara di ASEAN yaitu Kamboja dan
Indonesia terserang penyakit polio, 349 di antaranya terjadi di Indonesia. Tahun 2006
penularan penyakit polio mulai dapat dikendalikan, sehingga hanya ditemukan 4 penderita di
kawasan ini, 2 penderita berasal dari Indonesia dan masing-masing 1 penderita berasal dari
Kamboja dan Myanmar.
142
TABEL 6.3
JUMLAH KASUS POLIO PER NEGARA
TAHUN 2004-2006
NEGARA 2004 2005 2006
1. Kamboja 0 1 1
2. Indonesia 0 349 2
3. Laos 1 0 0
4. Myanmar 0 0 1
Jumlah 1 350 4
Sumber: Incidence Series Immunization, WHO, 2007
1. Bangladeshh 0 0 0 0 18
3. Indonesia 0 0 0 349 2
4. Myanmar 0 0 0 0 1
5. Nepal 0 0 0 4 5
Sumber: Incidence Series Immunization, WHO, 2006
143
Pada Tabel 6.4 dapat dilihat jumlah kasus polio di India dan negara di SEARO
lainnya. Selain India, pada tahun 2002 hingga 2004 tidak terdapat kasus polio. Tahun 2005
terjadi kasus di Indonesia dan Nepal. Bahkan pada tahun ini kasus tertinggi terjadi di
Indonesia dengan 349 kasus. Pada tahun 2006 kasus polio menyebar ke Bangladeshh yang
mengakibatkan 18 orang terserang polio. Sedangkan pada tahun itu Indonesia telah berhasil
mengurangi jumlah kasus polio menjadi 2 kasus. Jumlah kasus terbesar tahun 2006 kembali
terjadi di India.
4. Tetanus Neonatorum
Kasus tetanus banyak dijumpai di sejumlah negara tropis dan negara yang masih
memiliki kondisi kesehatan rendah. Data organisasi kesehatan dunia WHO menunjukkan,
kematian akibat tetanus di negara berkembang adalah 135 kali lebih tinggi dibanding negara
maju. Tetanus adalah salah satu penyakit menular dan paling berisiko mengakibatkan
kematian.
Tetanus pada bayi, dikenal dengan istilah tetanus neonatorum, karena umumnya
terjadi pada bayi baru lahir atau usia di bawah satu bulan. Penyebabnya, spora Clostridium
tetani yang masuk melalui luka tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak
memenuhi syarat kebersihan.
4.1. Kawasan ASEAN
Pada tahun 2006 jumlah kasus tetanus neonatorum di antara negara-negara ASEAN
tertinggi terjadi di Filipina dan Indonesia. Jumlah penderita di kedua negara tersebut melebihi
100 orang. Akan tetapi jika dibandingkan dengan jumlah penduduk, angka tertinggi kasus
tetanus neonatorum terjadi di Kamboja, Indonesia justru berada di urutan ke-5. Sedangkan
Singapura dan Thailand merupakan negara dengan kasus terendah, baik dari jumlah kasus
maupun jika dibandingkan dengan jumlah penduduk. Bahkan di Singapura dilaporkan tidak
ada kasus tetanus neonatorum.
4.2. Kawasan SEARO
Berdasarkan Incidence Series Immunization, pada tahun 2006 jumlah kasus tetanus
neonatorum yang terjadi di India jauh melebihi kasus di negara lain, yaitu 600 kasus bila
dibandingkan dengan jumlah kasus kedua dan ketiga terbesar di kawasan ini yaitu
Bangladeshh dan Indonesia masing-masing 256 dan 118 kasus. Sedangkan di Maladewa dan
Korea Utara (DPR Korea) dilaporkan tidak ada kasus tetanus neonatorum.
Namun, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk, maka angka kasus tertinggi
terjadi di Timor Leste dan Bangladeshh. India menempati urutan ke-6 angka kasus tetanus
neonatorum tertinggi. Sementara Indonesia memiliki angka kasus yang sama dengan India.
Jumlah kasus penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi di negara-
negara ASEAN dan SEARO tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 6.9 dan 6.10.
144
UPAYA KESEHATAN
1. Cakupan Imunisasi
Imunisasi merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mencegah kematian
pada bayi dengan memberikan vaksin. Beberapa imunisasi yang wajib diberikan pada bayi
adalah imunisasi polio, BCG, dan campak. BCG seringkali digunakan sebagai cerminan
proporsi anak-anak yang dilindungi dari bentuk tuberkulosis yang parah selama 1 tahun
pertama hidupnya, dan juga digunakan sebagai salah satu indikator akses ke pelayanan
kesehatan.
Selain BCG, vaksin lain yang wajib diberikan pada bayi adalah polio. Imunisasi polio
merupakan imunisasi untuk mencegah penyakit polio. Tidak seperti imunisasi BCG atau
campak yang membutuhkan 1 dosis, imunisasi polio membutuhkan 3 dosis. Maka untuk
mengukur keberhasilan upaya kesehatan yang digunakan adalah polio3 yaitu ketika bayi telah
mendapatkan imunisasi polio sebanyak 3 dosis (3 kali).
Di antara penyakit pada anak-anak yang dapat dicegah dengan vaksin, campak adalah
penyebab utama kematian anak. Oleh karena itu pencegahan campak merupakan faktor
penting dalam mengurangi angka kematian balita. Dari 22 tujuan yang disepakati dalam
pertemuan dunia tentang anak, salah satunya adalah mempertahankan cakupan imunisasi
campak sebesar 90%. Di seluruh negara ASEAN dan SEARO, imunisasi campak diberikan
rata-rata umur 9-12 bulan dan merupakan imunisasi terakhir yang diberikan kepada bayi di
antara imunisasi wajib lainnya (BCG, DPT, Polio, Hepatitis, dan Campak). Dengan
demikian, diasumsikan bayi yang mendapatkan imunisasi campak telah mendapatkan
imunisasi lengkap. Berarti besarnya cakupan imunisasi campak juga menggambarkan
besarnya cakupan bayi yang telah mendapat imunisasi lengkap.
1.1. Kawasan ASEAN
Jika dibandingkan dengan imunisasi lainnya pada Gambar 6.27 cakupan imunisasi
BCG pada bayi lebih tinggi. Hal tersebut terjadi karena jadwal pemberian imunisasi BCG
yang relatif lebih awal dibandingkan dengan imunisasi yang lain—bahkan beberapa negara
memberikan imunisasi BCG sesaat setelah bayi dilahirkan—sehingga bayi masih dalam
pantauan petugas kesehatan. Pada tahun 2005 cakupan imunisasi BCG tertinggi dicapai
Thailand 99% dan terendah Laos 65%.
GAMBAR 6.27
CAKUPAN BEBERAPA IMUNISASI DI NEGARA ASEAN
TAHUN 2005
145
Pada tahun 2005, 50% negara anggota ASEAN telah mencapai cakupan imunisasi
polio 90%. Cakupan tertinggi dicapai oleh Brunei Darussalam yaitu 99% dan terendah adalah
Laos yaitu 50%. Indonesia menempati urutan kedua terendah imunisasi polio dengan cakupan
70%.
Sedangkan untuk imunisasi campak berdasarkan data yang sama, pada tahun 2005,
50% negara anggota ASEAN juga telah mencapai target yaitu 90%. Negara-negara tersebut
adalah Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Brunei Darussalam
merupakan negara dengan cakupan imunisasi campak tertinggi yaitu 99%. Sedangkan yang
terendah adalah Laos dengan cakupan campak sebesar 41%. Sementara di Indonesia
sebanyak 72% balita telah mendapatkan imunisasi campak. Dengan demikian, berdasarkan
asumsi di atas, negara dengan imunisasi lengkap pada bayi tertinggi adalah Brunei
Darussalam dan terendah adalah Laos.
Gambar 6.11 memperlihatkan cakupan imunisasi BCG, polio3, dan campak di negara-
negara ASEAN. Cakupan imunisasi lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6.11
1.2. Kawasan SEARO
Di SEARO, 5 dari 11 negara mencapai cakupan imunisasi BCG 99%. Negara-negara
tersebut adalah Bangladeshh, Bhutan, Maladewa, Sri Lanka, dan Thailand. Sedangkan Timor
Leste merupakan negara dengan cakupan imunisasi BCG terendah yaitu 70%.
GAMBAR 6.28
CAKUPAN BEBERAPA IMUNISASI DI NEGARA SEARO
TAHUN 2005
Gambar 6.28 menunjukkan besar cakupan imunisasi polio3 dan imunisasi campak di
negara-negara SEARO. 45,45% negara di kawasan tersebut yang telah mencapai cakupan
imunisasi polio3. Cakupan imunisasi polio3 tertinggi adalah Sri Lanka dengan 99% dan
terendah adalah Timor Leste dengan 55%.
Begitu pula halnya dengan imunisasi campak, hanya 45,45% negara yang telah
mencapai target imunisasi campak. Negara dengan cakupan imunisasi campak tertinggi sama
dengan cakupan imunisasi polio3 tertinggi yaitu Sri Lanka (99%). Hal yang sama terjadi juga
pada cakupan imunisasi campak terendah yaitu Timor Leste (48%). Dengan menggunakan
asumsi yang sama, maka di antara negara-negara di SEARO Sri Lanka merupakan negara
dengan cakupan imunisasi lengkap pada bayi yang tertinggi dan Timor Leste merupakan
yang terendah.
Cakupan imunisasi lebih lengkap di masing-masing negara di SEARO dapat dilihat
pada Lampiran 6.12.
146
2. Pengendalian TB Paru
Berdasarkan hasil estimasi terdapat 8,8 juta kasus baru TB Paru pada tahun 2005,
termasuk 7,4 juta di Asia dan sub-Sahara Afrika. 1,6 juta orang meninggal karena TB Paru,
termasuk 195.000 pasien yang terinfeksi HIV. WHO telah menetapkan target untuk temuan
kasus TB Paru melalui strategi DOTS 70% dan angka kesembuhan 85%. Sementara
pencapaian secara global di dunia kasus temuan TB Paru adalah 60% dan angka kesembuhan
mencapai 84%. Hal tersebut berarti pencapaian kedua indikator tersebut belum mencapai
target walaupun untuk angka kesembuhan hampir mencapai target.
2.1. Kawasan ASEAN
Pada tahun 2005, 70% negara-negara ASEAN telah mencapai target penemuan
penderita yang ditetapkan WHO yaitu 70%. Bahkan beberapa negara telah mencapai 100%
yaitu Brunei Darussalam dan Singapura. Namun, masih terdapat 3 negara dengan pencapaian
kurang dari 70% yaitu Indonesia, Kamboja, dan Laos. Bahkan di antara negara-negara
ASEAN, Indonesia bersama Kamboja merupakan negara dengan kasus temuan TB Paru
terendah pada tahun 2005, yaitu 66%.
GAMBAR 6. 29 GAMBAR 6.30
PENEMUAN PENDERITA TB PARU DI NEGARA ASEAN ANGKA KESEMBUHAN TB PARU DI NEGARA ASEAN
TAHUN 2005 TAHUN 2004
Sumber: World Health Statistic, 2007 Sumber: World Health Statistic, 2007
Menurut sumber yang sama, pada tahun 2004 hanya 50% negara di ASEAN dengan
angka kesembuhan mencapai target (85%). Indonesia termasuk salah satu negara yang
mencapai target untuk angka kesembuhan ini, yaitu 90%. Angka kesembuhan tertinggi
dicapai Vietnam dengan 93% dan terendah adalah Malaysia dengan 56%.
147
GAMBAR 6. 31 GAMBAR 6.32
PENEMUAN PENDERITA TB PARU DI NEGARA SEARO ANGKA KESEMBUHAN TB PARU DI NEGARA SEARO
TAHUN 2005 TAHUN 2004
Sumber: World Health Statistic, 2007 Sumber: World Health Statistic, 2007
Pada Gambar 6.32 terlihat bahwa 63,63% negara telah mencapai angka penyembuhan
penderita. Tertinggi dicapai Maladewa dengan angka penyembuhan 95% dan terendah adalah
Thailand dengan angka penyembuhan 74%.
***
148
DAFTAR PUSTAKA
ASEAN. 2005. ASEAN Statistical Yearbook 2005. The Asean Secretariat, Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2006. Estimasi Parameter Demografi SUPAS 2005. BPS, Jakarta.
___________. 2005. Analisis Dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan 2005. BPS, Jakarta.
___________. 1998. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 1997. ORC Macro.
Calverton, Maryland, USA.
___________. 2003. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003. ORC
Macro. Calverton, Maryland, USA.
Badan Pusat Statistik, BAPPENAS, UNFPA. 2005. Proyeksi Penduduk Indonesia (Indonesia
Population Projection 2000 - 2025). BPS, Jakarta.
Departemen Dalam Negeri. 2005. Kode Dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan 2005.
Depdagri, Jakarta.
150
Departemen Kesehatan. 2007. Profil Kesehatan Indonesia 2005, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.
___________. 2006. Statistik Rumah Sakit Di Indonesia Seri 2: Ketenagaan. Depkes, Jakarta.
___________. 2005. Publikasi Hasil Analisis Data Survei Kesehatan Nasional 2004. Badan
Litbangkes, Depkes RI, Jakarta.
___________. 2006. Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan Tahun 2006. Pusdiknakes, Depkes
RI, Jakarta.
Kementrian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal RI, 2007. Strategi Nasional Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal 2004-2009. Jakarta.
Population Reference Bureau, 2006. 2006 Population Data Sheet. USAID, USA.
The United Nations Development Programme. 2006. Human Development Report 2006.
UNDP, New York.
Umar Fahmi Achmadi, Dr, MSc Phd. 30 Juni 1990. Makalah Seminar Perumahan,
Lingkungan dan Kesehatan. Jakarta
UNAIDS, 2006. 2006 Report on The Global AIDS Epidemic. WHO, UNAIDS.
UNICEF. 2006. The State of the World’s Children 2006. UNICEF, New York.
___________. 2007. Immunization Summary: The 2007 Edition. UNICEF/WHO, New York.
___________. 2007. The State of the World’s Children 2007. UNICEF, New York.
151
World Health Organization. 2006. The World Health Report 2006: Working Together for
Health. WHO Press, Geneva.
***
152
Lampiran 2.1
Jumlah
No Provinsi*)
Kabupaten Kota Kab + Kota Kecamatan Kelurahan Desa Kel. + Desa
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 17 4 21 243 112 6,378 6,490
2 Sumatera Utara 18 7 25 357 547 5,616 6,163
3 Sumatera Barat 12 7 19 157 256 902 1,158
4 Riau 9 2 11 144 190 1,482 1,672
5 Jambi 9 1 10 94 117 1,231 1,348
6 Sumatera Selatan 10 4 14 182 294 2,783 3,077
7 Bengkulu 8 1 9 99 123 1,233 1,356
8 Lampung 8 2 10 180 164 2,193 2,357
9 Kepulauan Bangka Belitung 6 1 7 36 54 321 375
10 Kepulauan Riau 4 2 6 42 105 245 350
11 DKI Jakarta 1 5 6 44 267 267 534
12 Jawa Barat 16 9 25 592 547 5,808 6,355
13 Jawa Tengah 29 6 35 565 744 8,566 9,310
14 DI Yogyakarta 4 1 5 78 47 438 485
15 Jawa Timur 29 9 38 657 785 8,484 9,269
16 Banten 4 2 6 135 144 1,483 1,627
17 Bali 8 1 9 55 89 701 790
18 Nusa Tenggara Barat 7 2 9 100 91 820 911
19 Nusa Tenggara Timur 15 1 16 203 299 2,742 3,041
20 Kalimantan Barat 10 2 12 154 80 1,531 1,611
21 Kalimantan Tengah 13 1 14 107 133 1,395 1,528
22 Kalimantan Selatan 11 2 13 127 121 1,957 2,078
23 Kalimantan Timur 9 4 13 124 177 1,352 1,529
24 Sulawesi Utara 6 3 9 122 253 1,280 1,533
25 Sulawesi Tengah 9 1 10 102 133 1,530 1,663
26 Sulawesi Selatan 20 3 23 279 616 2,866 3,482
27 Sulawesi Tenggara 8 2 10 133 271 1,705 1,976
28 Gorontalo 4 1 5 47 83 476 559
29 Sulawesi Barat 5 0 5 51 47 491 538
30 Maluku 7 1 8 62 32 886 918
31 Maluku Utara 6 2 8 51 80 793 873
32 Papua 19 1 20 233 81 2,442 2,523
33 Irian Jaya Barat 8 1 9 101 41 1,166 1,207
Indonesia 349 91 440 5,656 7,123 71,563 78,686
Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor : 18 tahun 2005, tanggal 28 April 2005
Keterangan : *) Nama Provinsi diurutkan sesuai dengan Kode Wilayah Administrasi Pemerintahan
Statistik Indonesia, BPS 2005/2006
Lampiran 2.2
LUAS WILAYAH, JUMLAH PENDUDUK DAN KEPADATAN PENDUDUK
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
1 Nanggroe Aceh Darussalam 32.91 63.85 3.24 100 30.11 65.81 4.08 100 31.50 64.84 3.66 54.23 100
2 Sumatera Utara 32.56 63.79 3.65 100 31.36 64.43 4.22 100 31.96 64.11 3.93 55.98 100
3 Sumatera Barat 33.36 61.64 5.00 100 29.92 63.55 6.53 100 31.62 62.61 5.78 59.73 100
4 Riau 32.64 64.52 2.84 100 31.50 65.87 2.63 100 32.08 65.18 2.74 53.42 100
5 Jambi 30.43 66.13 3.44 100 28.51 68.02 3.47 100 29.49 67.06 3.45 49.12 100
6 Sumatera Selatan 29.45 66.87 3.68 100 28.96 67.25 3.80 100 29.20 67.06 3.74 49.12 100
7 Bengkulu 31.11 65.27 3.62 100 30.38 65.66 3.96 100 30.75 65.47 3.79 52.76 100
8 Lampung 29.67 65.75 4.58 100 30.78 64.36 4.86 100 30.21 65.08 4.71 53.66 100
9 Kepulauan Bangka Belitung 28.30 68.01 3.69 100 27.77 68.31 3.92 100 28.05 68.16 3.80 46.73 100
10 Kepulauan Riau 29.66 67.74 2.60 100 29.83 68.25 1.92 100 29.74 67.99 2.26 47.07 100
11 DKI Jakarta 24.74 72.04 3.22 100 22.82 73.94 3.24 100 23.78 72.99 3.23 37.01 100
12 Jawa Barat 29.00 66.60 4.41 100 27.96 67.29 4.74 100 28.49 66.94 4.57 49.39 100
13 Jawa Tengah 26.60 66.85 6.55 100 25.37 67.00 7.63 100 25.99 66.93 7.09 49.42 100
14 DI Yogyakarta* 21.44 69.46 9.10 100 19.77 68.82 11.41 100 20.60 69.14 10.26 44.63 100
15 Jawa Timur 24.82 69.12 6.06 100 22.88 69.41 7.71 100 23.84 69.26 6.90 44.38 100
16 Banten 30.09 67.29 2.62 100 29.87 67.53 2.61 100 29.98 67.41 2.61 48.35 100
17 Bali 26.07 67.79 6.14 100 24.67 68.07 7.27 100 25.38 67.92 6.70 47.23 100
18 Nusa Tenggara Barat 33.97 61.64 4.38 100 29.82 65.69 4.49 100 31.80 63.75 4.44 56.85 100
19 Nusa Tenggara Timur 38.70 56.67 4.63 100 35.25 60.00 4.75 100 36.98 58.32 4.69 71.45 100
20 Kalimantan Barat 31.00 65.63 3.38 100 30.66 65.92 3.42 100 30.83 65.77 3.40 52.05 100
21 Kalimantan Tengah 31.35 65.69 2.96 100 31.34 65.96 2.70 100 31.35 65.82 2.83 51.93 100
22 Kalimantan Selatan 30.85 65.78 3.37 100 27.75 67.84 4.41 100 29.32 66.80 3.89 49.72 100
23 Kalimantan Timur 29.73 67.84 2.43 100 29.63 67.66 2.70 100 29.68 67.76 2.56 47.58 100
24 Sulawesi Utara 25.86 68.67 5.46 100 26.27 67.28 6.46 100 26.06 67.98 5.95 47.09 100
25 Sulawesi Tengah 32.97 63.78 3.25 100 32.23 64.39 3.38 100 32.61 64.08 3.31 56.05 100
26 Sulawesi Selatan 31.62 63.65 4.72 100 28.06 66.36 5.58 100 29.81 65.03 5.16 53.78 100
27 Sulawesi Tenggara 36.26 60.39 3.35 100 33.55 62.69 3.76 100 34.90 61.55 3.55 62.47 100
28 Gorontalo 33.70 63.64 2.65 100 32.72 64.49 2.79 100 33.20 64.07 2.72 56.06 100
29 Sulawesi Barat 37.50 58.74 3.77 100 33.52 63.11 3.36 100 35.52 60.91 3.57 64.18 100
30 Maluku 36.22 60.00 3.78 100 34.09 62.05 3.86 100 35.15 61.03 3.82 63.85 100
31 Maluku Utara 36.70 60.20 3.10 100 34.33 62.59 3.08 100 35.54 61.37 3.09 62.95 100
32 Papua 36.99 62.10 0.91 100 34.19 65.03 0.78 100 35.66 63.49 0.85 57.51 100
33 Irian Jaya Barat 38.25 59.96 1.79 100 34.67 64.04 1.30 100 36.52 61.93 1.55 61.47 100
Indonesia 29.01 66.31 4.67 100 27.50 67.11 5.39 100 28.26 66.71 5.03 49.90 100
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006
1 Nanggroe Aceh Darussalam 29.10 67.90 3.00 100 27.78 68.89 3.33 100 28.42 68.40 3.17 46.18 100
2 Sumatera Utara 29.61 67.00 3.38 100 29.52 66.51 3.97 100 29.57 66.75 3.68 49.81 100
3 Sumatera Barat 31.85 64.44 3.71 100 27.90 66.95 5.15 100 29.87 65.70 4.43 52.21 100
4 Riau 32.46 65.14 2.39 100 30.70 66.89 2.42 100 31.59 66.01 2.40 51.49 100
5 Jambi 29.89 66.90 3.21 100 28.11 67.85 4.04 100 29.00 67.37 3.62 48.42 100
6 Sumatera Selatan 29.40 66.92 3.68 100 27.48 68.49 4.03 100 28.44 67.71 3.85 47.69 100
7 Bengkulu 28.95 67.88 3.17 100 28.52 67.26 4.22 100 28.73 67.56 3.70 48.00 100
8 Lampung 27.49 68.56 3.95 100 29.23 66.12 4.65 100 28.35 67.35 4.30 48.48 100
9 Kepulauan Bangka Belitung 26.81 68.51 4.68 100 26.53 68.43 5.04 100 26.68 68.47 4.86 46.06 100
10 Kepulauan Riau 29.58 67.99 2.43 100 29.84 68.56 1.60 100 29.71 68.27 2.02 46.48 100
11 DKI Jakarta 24.74 72.04 3.22 100 22.82 73.94 3.24 100 23.78 72.99 3.23 37.01 100
12 Jawa Barat 28.88 67.50 3.62 100 27.36 68.99 3.65 100 28.13 68.24 3.64 46.56 100
13 Jawa Tengah 26.05 68.30 5.65 100 24.58 68.86 6.57 100 25.31 68.58 6.11 45.82 100
14 DI Yogyakarta* 20.55 71.97 7.48 100 19.11 70.85 10.04 100 19.84 71.41 8.75 40.04 100
15 Jawa Timur 24.94 69.69 5.38 100 23.07 70.38 6.55 100 23.99 70.04 5.97 42.78 100
16 Banten 28.18 69.50 2.32 100 27.25 70.33 2.42 100 27.72 69.91 2.37 43.04 100
17 Bali 26.57 68.63 4.79 100 25.34 68.96 5.70 100 25.97 68.79 5.24 45.37 100
18 Nusa Tenggara Barat 32.80 62.79 4.41 100 28.18 67.02 4.80 100 30.44 64.95 4.61 53.96 100
19 Nusa Tenggara Timur 33.50 64.06 2.44 100 31.91 65.38 2.71 100 32.72 64.71 2.58 54.55 100
20 Kalimantan Barat 29.28 66.60 4.12 100 29.60 66.04 4.35 100 29.44 66.32 4.24 50.78 100
21 Kalimantan Tengah 30.27 67.63 2.10 100 30.73 66.84 2.43 100 30.50 67.24 2.26 48.72 100
22 Kalimantan Selatan 30.19 66.34 3.47 100 26.76 69.01 4.23 100 28.48 67.68 3.85 47.77 100
23 Kalimantan Timur 29.47 68.81 1.72 100 28.61 68.77 2.62 100 29.05 68.79 2.15 45.36 100
24 Sulawesi Utara 25.04 70.93 4.03 100 25.84 68.38 5.78 100 25.45 69.63 4.92 43.62 100
25 Sulawesi Tengah 30.94 66.84 2.23 100 28.62 68.50 2.88 100 29.77 67.67 2.55 47.76 100
26 Sulawesi Selatan 30.05 66.36 3.59 100 26.17 69.59 4.24 100 28.07 68.00 3.92 47.04 100
27 Sulawesi Tenggara 32.55 65.27 2.18 100 30.24 66.42 3.34 100 31.37 65.85 2.77 51.85 100
28 Gorontalo 31.33 65.52 3.16 100 30.09 66.83 3.08 100 30.68 66.20 3.11 51.04 100
29 Sulawesi Barat 35.91 62.01 2.08 100 30.55 66.17 3.28 100 33.23 64.09 2.68 56.03 100
30 Maluku 32.79 63.58 3.63 100 30.51 66.08 3.41 100 31.62 64.86 3.52 54.18 100
31 Maluku Utara 33.82 64.07 2.11 100 29.72 67.53 2.75 100 31.81 65.77 2.43 52.06 100
32 Papua 35.52 63.41 1.07 100 32.11 66.77 1.13 100 33.92 64.98 1.10 53.89 100
33 Irian Jaya Barat 34.32 64.06 1.62 100 31.51 67.22 1.27 100 32.93 65.62 1.45 52.39 100
Indonesia 27.67 68.29 4.04 100 26.09 69.30 4.60 100 26.88 68.80 4.32 45.35 100
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006
Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.3.b
PERSENTASE PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR TERTENTU, ANGKA BEBAN TANGGUNGAN DAN PROVINSI
TAHUN 2006
Perdesaan
Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan
No Provinsi Kelompok Umur Kelompok Umur Kelompok Umur Angka Beban
Jumlah Jumlah Jumlah
0-14 15-64 65+ 0-14 15-64 65+ 0-14 15-64 65+
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 34.02 62.67 3.31 100 30.82 64.88 4.30 100 32.41 63.78 3.81 56.79 100
2 Sumatera Utara 34.85 61.28 3.87 100 32.84 62.74 4.42 100 33.86 62.00 4.14 61.29 100
3 Sumatera Barat 34.04 60.37 5.59 100 30.81 62.05 7.13 100 32.40 61.22 6.38 63.35 100
4 Riau 32.73 64.18 3.09 100 31.96 65.29 2.76 100 32.35 64.72 2.93 54.51 100
5 Jambi 30.64 65.83 3.52 100 28.67 68.09 3.24 100 29.68 66.94 3.38 49.39 100
6 Sumatera Selatan 29.47 66.84 3.68 100 29.75 66.58 3.67 100 29.61 66.71 3.68 49.90 100
7 Bengkulu 31.92 64.30 3.79 100 31.12 65.03 3.85 100 31.53 64.65 3.82 54.68 100
8 Lampung 30.28 64.96 4.75 100 31.24 63.84 4.92 100 30.74 64.43 4.83 55.21 100
9 Kepulauan Bangka Belitung 29.37 67.66 2.97 100 28.68 68.23 3.09 100 29.04 67.93 3.03 47.21 100
10 Kepulauan Riau 29.97 66.79 3.25 100 29.79 67.02 3.20 100 29.88 66.90 3.22 49.48 100
11 DKI Jakarta - - - - - - - - - - - - -
12 Jawa Barat 29.13 65.58 5.29 100 28.64 65.37 5.99 100 28.89 65.48 5.63 52.72 100
13 Jawa Tengah 26.99 65.81 7.20 100 25.95 65.65 8.40 100 26.47 65.73 7.80 52.14 100
14 DI Yogyakarta* 22.59 66.21 11.19 100 20.59 66.33 13.08 100 21.57 66.27 12.16 50.90 100
15 Jawa Timur 24.73 68.70 6.57 100 22.75 68.69 8.57 100 23.73 68.69 7.58 45.58 100
16 Banten 32.42 64.60 2.98 100 33.09 64.07 2.84 100 32.75 64.34 2.91 55.42 100
17 Bali 25.50 66.83 7.66 100 23.93 67.08 8.99 100 24.72 66.96 8.32 49.34 100
18 Nusa Tenggara Barat 34.71 60.93 4.37 100 30.79 64.90 4.30 100 32.65 63.01 4.33 58.69 100
19 Nusa Tenggara Timur 39.73 55.21 5.06 100 35.90 58.95 5.15 100 37.82 57.08 5.10 75.19 100
20 Kalimantan Barat 31.62 65.27 3.11 100 31.07 65.87 3.06 100 31.35 65.56 3.09 52.53 100
21 Kalimantan Tengah 31.79 64.89 3.32 100 31.60 65.59 2.81 100 31.70 65.23 3.07 53.30 100
22 Kalimantan Selatan 31.25 65.44 3.31 100 28.36 67.12 4.52 100 29.82 66.27 3.91 50.90 100
23 Kalimantan Timur 30.02 66.70 3.27 100 30.88 66.31 2.81 100 30.43 66.52 3.05 50.33 100
24 Sulawesi Utara 26.35 67.34 6.31 100 26.55 66.56 6.90 100 26.45 66.96 6.59 49.34 100
25 Sulawesi Tengah 33.48 63.01 3.50 100 33.19 63.29 3.52 100 33.34 63.15 3.51 58.35 100
26 Sulawesi Selatan 32.36 62.38 5.26 100 28.95 64.85 6.21 100 30.62 63.64 5.74 57.13 100
27 Sulawesi Tenggara 37.26 59.07 3.67 100 34.48 61.65 3.87 100 35.87 60.37 3.77 65.66 100
28 Gorontalo 34.50 63.01 2.49 100 33.70 63.62 2.68 100 34.10 63.31 2.59 57.95 100
29 Sulawesi Barat 37.78 58.16 4.07 100 34.06 62.56 3.38 100 35.93 60.34 3.72 65.71 100
30 Maluku 37.54 58.62 3.84 100 35.55 60.41 4.04 100 36.54 59.52 3.94 68.01 100
31 Maluku Utara 37.67 58.90 3.43 100 35.91 60.91 3.19 100 36.81 59.88 3.31 67.00 100
32 Papua 37.47 61.68 0.85 100 34.85 64.48 0.67 100 36.22 63.01 0.76 58.69 100
33 Irian Jaya Barat 40.01 58.12 1.87 100 36.17 62.52 1.31 100 38.18 60.22 1.60 66.06 100
Indonesia 30.04 64.80 5.16 100 28.59 65.41 6.00 100 29.32 65.10 5.58 53.61 100
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006
2004 2005
No Provinsi
Jumlah Kab/Kota Kabupaten Tertinggal (%) Jumlah Kab/Kota Kabupaten Tertinggal (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 64.74 3.88 27.97 3.41 100 61.19 5.08 26.91 6.81 100 62.93 4.49 27.43 5.15 100
2 Sumatera Utara 87.27 1.59 9.38 1.76 100 84.20 1.9 9.68 4.23 100 85.73 1.75 9.52 3.00 100
3 Sumatera Barat 76.44 1.23 19.85 2.48 100 73.04 1.63 20.57 4.76 100 74.70 1.44 20.21 3.65 100
4 Riau 78.39 1.25 18.75 1.61 100 75.59 1.95 19.11 3.35 100 77.02 1.59 18.93 2.46 100
5 Jambi 72.52 2.93 21.93 2.62 100 68.09 4.25 20.77 6.89 100 70.33 3.58 21.35 4.74 100
6 Sumatera Selatan 87.68 1.80 8.70 1.82 100 84.55 2.25 8.83 4.38 100 86.13 2.02 8.76 3.09 100
7 Bengkulu 92.66 1.06 3.23 3.05 100 88.19 1.31 2.52 7.99 100 90.44 1.18 2.88 5.50 100
8 Lampung 81.58 1.00 13.73 3.69 100 76.81 1.39 12.71 9.09 100 79.28 1.19 13.24 6.30 100
9 Kepulauan Bangka Belitung 68.76 2.16 26.26 2.82 100 64.71 3.22 25.38 6.69 100 66.82 2.67 25.84 4.67 100
10 Kepulauan Riau 63.63 1.43 32.09 2.86 100 63.15 1.35 29.85 5.65 100 63.39 1.39 30.98 4.23 100
11 DKI Jakarta 77.96 1.59 19.52 0.93 100 77.53 1.88 18.19 2.39 100 77.75 1.74 18.85 1.66 100
12 Jawa Barat 68.13 2.14 27.04 2.69 100 64.66 2.80 26.23 6.31 100 66.41 2.47 26.64 4.48 100
13 Jawa Tengah 71.03 1.15 21.31 6.51 100 64.27 1.60 19.82 14.31 100 67.62 1.38 20.56 10.44 100
14 DI Yogyakarta* 51.04 0.47 41.45 7.03 100 46.39 0.55 35.27 17.78 100 48.69 0.51 38.33 12.47 100
15 Jawa Timur 67.89 2.26 22.69 7.16 100 59.99 2.92 21.16 15.94 100 63.86 2.59 21.91 11.64 100
16 Banten 70.29 2.95 24.13 2.63 100 67.72 3.68 22.38 6.22 100 69.03 3.31 23.27 4.40 100
17 Bali 54.55 0.77 37.45 7.22 100 53.26 0.75 27.37 18.62 100 53.92 0.76 32.47 12.86 100
18 Nusa Tenggara Barat 67.54 1.88 17.57 13.01 100 59.66 1.78 15.42 23.14 100 63.39 1.83 16.44 18.35 100
19 Nusa Tenggara Timur 87.57 0.69 1.84 9.90 100 83.55 0.64 1.70 14.10 100 85.54 0.67 1.77 12.02 100
20 Kalimantan Barat 82.71 1.80 9.52 5.97 100 74.80 2.36 9.33 13.51 100 78.81 2.07 9.43 9.69 100
21 Kalimantan Tengah 90.73 0.61 6.46 2.20 100 88.42 0.82 6.50 4.26 100 89.61 0.71 6.48 3.20 100
22 Kalimantan Selatan 69.45 1.68 25.60 3.27 100 64.28 2.80 25.39 7.53 100 66.86 2.24 25.50 5.40 100
23 Kalimantan Timur 71.34 2.77 23.37 2.51 100 69.04 2.83 22.41 5.71 100 70.24 2.80 22.91 4.04 100
24 Sulawesi Utara 94.84 1.52 2.66 0.98 100 94.14 1.60 3.24 1.01 100 94.49 1.56 2.95 1.00 100
25 Sulawesi Tengah 75.32 1.66 19.63 3.40 100 71.76 1.86 20.46 5.92 100 73.58 1.76 20.03 4.63 100
26 Sulawesi Selatan 72.43 1.88 15.29 10.39 100 66.81 2.24 16.06 14.89 100 69.53 2.07 15.69 12.72 100
27 Sulawesi Tenggara 82.17 1.56 10.68 5.58 100 75.71 2.06 10.42 11.81 100 78.88 1.81 10.55 8.76 100
28 Gorontalo 73.42 1.38 20.66 4.55 100 65.76 1.84 28.72 3.68 100 69.56 1.61 24.72 4.11 100
29 Sulawesi Barat 75.12 2.28 12.46 10.13 100 70.90 2.63 11.64 14.84 100 72.99 2.46 12.05 12.51 100
30 Maluku 85.39 0.91 11.12 2.59 100 84.21 1.03 11.15 3.61 100 84.79 0.97 11.14 3.11 100
31 Maluku Utara 80.94 0.71 15.12 3.24 100 78.90 0.85 13.50 6.75 100 79.93 0.78 14.33 4.96 100
32 Papua 68.82 2.52 4.37 24.29 100 60.54 2.45 4.07 32.94 100 64.86 2.49 4.23 28.42 100
33 Irian Jaya Barat 87.29 1.47 2.86 8.38 100 82.53 2.17 2.08 13.22 100 84.94 1.82 2.48 10.77 100
Indonesia 72.97 1.81 20.34 4.88 100 68.05 2.31 19.30 10.33 100 70.51 2.66 19.82 7.61 100
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006
Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.8.a
1 Nanggroe Aceh Darussalam 65.57 3.54 29.97 0.92 100 62.75 4.50 30.27 2.49 100 64.13 4.03 30.12 1.72 100
2 Sumatera Utara 87.20 1.30 10.73 0.77 100 84.84 1.83 11.26 2.07 100 86.01 1.57 11.00 1.43 100
3 Sumatera Barat 82.66 1.24 14.65 1.45 100 81.53 1.39 15.23 1.85 100 82.09 1.32 14.94 1.65 100
4 Riau 84.38 0.45 14.51 0.66 100 81.81 0.70 16.21 1.28 100 83.10 0.57 15.36 0.97 100
5 Jambi 75.90 1.52 21.82 0.77 100 72.75 2.03 22.37 2.85 100 74.31 1.78 22.10 1.82 100
6 Sumatera Selatan 85.05 2.14 11.83 0.97 100 83.12 2.56 11.88 2.44 100 84.08 2.35 11.86 1.71 100
7 Bengkulu 93.68 1.38 3.47 1.46 100 93.43 1.22 1.99 3.37 100 93.55 1.30 2.72 2.43 100
8 Lampung 88.78 0.99 7.81 2.41 100 84.02 1.27 8.66 6.05 100 86.43 1.13 8.23 4.21 100
9 Kepulauan Bangka Belitung 70.73 2.58 24.41 2.28 100 65.43 5.16 24.92 4.48 100 68.19 3.82 24.66 3.34 100
10 Kepulauan Riau 60.51 1.68 36.23 1.58 100 61.15 1.54 33.21 4.09 100 60.83 1.61 34.73 2.83 100
11 DKI Jakarta 77.96 1.59 19.52 0.93 100 77.53 1.88 18.19 2.39 100 77.75 1.74 18.85 1.66 100
12 Jawa Barat 69.08 2.48 26.85 1.59 100 66.22 3.05 26.74 4.00 100 67.66 2.76 26.79 2.79 100
13 Jawa Tengah 75.49 1.23 19.17 4.10 100 70.03 1.54 18.03 10.40 100 72.73 1.39 18.59 7.28 100
14 DI Yogyakarta* 53.14 0.35 43.36 3.15 100 49.66 0.77 38.16 11.41 100 51.40 0.56 40.76 7.28 100
15 Jawa Timur 74.28 1.74 20.49 3.49 100 68.54 2.30 19.96 9.20 100 71.34 2.03 20.22 6.41 100
16 Banten 74.23 2.95 20.81 2.01 100 71.77 3.59 19.55 5.10 100 73.01 3.27 20.18 3.54 100
17 Bali 55.48 0.73 39.27 4.52 100 56.75 0.84 29.81 12.61 100 56.10 0.79 34.61 8.50 100
18 Nusa Tenggara Barat 72.91 2.28 16.20 8.60 100 65.71 2.70 13.45 18.14 100 69.21 2.49 14.79 13.51 100
19 Nusa Tenggara Timur 89.73 1.08 5.01 4.18 100 88.85 1.17 4.84 5.14 100 89.29 1.12 4.93 4.66 100
20 Kalimantan Barat 81.53 2.09 11.56 4.82 100 76.39 1.99 11.57 10.05 100 78.92 2.04 11.57 7.47 100
21 Kalimantan Tengah 84.89 0.58 12.78 1.75 100 84.31 0.80 11.87 3.02 100 84.60 0.69 12.33 2.38 100
22 Kalimantan Selatan 73.73 1.48 23.48 1.31 100 71.52 2.25 22.76 3.47 100 72.61 1.87 23.12 2.40 100
23 Kalimantan Timur 70.19 3.08 25.56 1.17 100 68.68 3.33 24.51 3.47 100 69.46 3.20 25.05 2.28 100
24 Sulawesi Utara 93.07 2.66 3.49 0.78 100 93.86 2.48 3.31 0.35 100 93.47 2.57 3.40 0.56 100
25 Sulawesi Tengah 79.59 1.48 17.88 1.05 100 77.28 1.95 19.24 1.53 100 78.42 1.72 18.57 1.30 100
26 Sulawesi Selatan 78.77 1.36 16.10 3.78 100 74.70 1.39 17.55 6.37 100 76.65 1.37 16.85 5.12 100
27 Sulawesi Tenggara 73.34 3.19 21.27 2.20 100 69.61 3.75 21.38 5.26 100 71.41 3.48 21.33 3.78 100
28 Gorontalo 65.73 1.24 30.62 2.41 100 61.00 1.97 35.30 1.73 100 63.25 1.62 33.08 2.05 100
29 Sulawesi Barat 70.18 3.62 20.15 6.06 100 68.30 3.29 21.60 6.80 100 69.22 3.45 20.89 6.44 100
30 Maluku 87.49 0.84 10.60 1.07 100 84.87 1.11 12.88 1.14 100 86.15 0.98 11.77 1.10 100
31 Maluku Utara 81.64 0.82 16.82 0.72 100 80.86 1.07 15.26 2.82 100 81.25 0.94 16.04 1.77 100
32 Papua 82.83 5.29 10.38 1.50 100 82.23 5.28 10.17 2.32 100 82.54 5.29 10.28 1.89 100
33 Irian Jaya Barat 94.99 3.52 0.73 0.76 100 92.81 4.10 0.48 2.61 100 93.89 3.81 0.61 1.69 100
Indonesia 74.93 1.84 20.81 2.42 100 71.63 2.27 20.06 6.04 100 73.27 2.06 20.43 4.24 100
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006
Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.8.b
1 Nanggroe Aceh Darussalam 64.48 3.98 27.36 4.18 100 60.71 5.26 25.87 8.15 100 62.56 4.63 26.60 6.20 100
2 Sumatera Utara 87.33 1.83 8.28 2.55 100 83.67 1.96 8.36 6.01 100 85.50 1.90 8.32 4.29 100
3 Sumatera Barat 73.55 1.23 22.26 2.96 100 69.22 1.74 22.96 6.07 100 71.32 1.49 22.62 4.56 100
4 Riau 75.18 1.68 21.02 2.12 100 72.07 2.66 20.76 4.51 100 73.67 2.15 20.89 3.28 100
5 Jambi 71.24 3.46 21.97 3.33 100 66.21 5.14 20.12 8.53 100 68.77 4.29 21.06 5.88 100
6 Sumatera Selatan 89.04 1.62 7.09 2.26 100 85.32 2.08 7.16 5.44 100 87.22 1.84 7.12 3.81 100
7 Bengkulu 92.26 0.94 3.14 3.66 100 86.06 1.34 2.73 9.87 100 89.21 1.14 2.94 6.71 100
8 Lampung 79.55 1.00 15.40 4.06 100 74.68 1.42 13.91 9.99 100 77.22 1.20 14.68 6.90 100
9 Kepulauan Bangka Belitung 67.32 1.85 27.61 3.22 100 64.18 1.79 25.72 8.31 100 65.81 1.82 26.71 5.66 100
10 Kepulauan Riau 75.08 0.49 16.89 7.53 100 70.86 0.60 16.87 11.67 100 73.05 0.53 16.98 9.53 100
11 DKI Jakarta 100 100 100
12 Jawa Barat 67.05 1.75 27.26 3.93 100 62.88 2.52 25.64 8.96 100 65.00 2.13 26.46 6.40 100
13 Jawa Tengah 67.81 1.10 22.85 8.24 100 60.05 1.65 21.13 17.17 100 63.91 1.38 21.99 12.72 100
14 DI Yogyakarta* 48.32 0.63 38.98 12.08 100 42.40 0.28 31.74 25.57 100 45.27 0.45 35.26 19.02 100
15 Jawa Timur 63.24 2.63 24.29 9.83 100 53.75 3.36 22.03 20.86 100 58.40 3.01 23.14 15.46 100
16 Banten 65.43 2.95 28.23 3.39 100 62.57 3.79 25.98 7.65 100 64.03 3.36 27.13 5.47 100
17 Bali 53.53 0.81 35.46 10.20 100 49.48 0.64 24.73 25.15 100 51.52 0.73 30.13 17.62 100
18 Nusa Tenggara Barat 64.07 1.62 18.45 15.85 100 56.06 1.24 16.59 26.11 100 59.79 1.42 17.46 21.34 100
19 Nusa Tenggara Timur 87.12 0.61 1.18 11.10 100 82.48 0.54 1.07 15.92 100 84.77 0.57 1.12 13.53 100
20 Kalimantan Barat 83.15 1.69 8.78 6.38 100 74.17 2.50 8.45 14.87 100 78.77 2.09 8.62 10.52 100
21 Kalimantan Tengah 93.12 0.61 3.89 2.38 100 90.15 0.83 4.24 4.78 100 91.69 0.72 4.06 3.54 100
22 Kalimantan Selatan 66.86 1.81 26.88 4.45 100 59.83 3.14 27.01 10.02 100 63.34 2.47 26.95 7.24 100
23 Kalimantan Timur 72.69 2.41 20.82 4.08 100 69.49 2.22 19.84 8.45 100 71.18 2.32 20.36 6.14 100
24 Sulawesi Utara 95.89 0.84 2.17 1.10 100 94.32 1.03 3.20 1.44 100 95.13 0.93 2.67 1.27 100
25 Sulawesi Tengah 74.22 1.71 20.07 4.00 100 70.22 1.84 20.80 7.14 100 72.29 1.77 20.43 5.52 100
26 Sulawesi Selatan 69.46 2.13 14.91 13.50 100 63.06 2.64 15.35 18.95 100 66.15 2.39 15.14 16.31 100
27 Sulawesi Tenggara 84.64 1.11 7.72 6.53 100 77.48 1.57 7.25 13.70 100 81.01 1.34 7.48 10.18 100
28 Gorontalo 76.10 1.42 17.18 5.30 100 67.63 1.79 26.14 4.44 100 71.90 1.60 21.62 4.87 100
29 Sulawesi Barat 76.01 2.04 11.08 10.87 100 71.37 2.50 9.81 16.31 100 73.67 2.28 10.44 13.62 100
30 Maluku 84.52 0.93 11.33 3.22 100 83.92 0.99 10.42 4.67 100 84.22 0.96 10.87 3.95 100
31 Maluku Utara 80.69 0.67 14.54 4.10 100 78.19 0.78 12.87 8.16 100 79.47 0.72 13.72 6.09 100
32 Papua 64.27 1.62 2.42 31.69 100 53.48 1.53 2.09 42.90 100 59.12 1.58 2.26 37.04 100
33 Irian Jaya Barat 83.77 0.53 3.83 11.87 100 77.53 1.24 2.86 18.37 100 80.72 0.88 3.36 15.04 100
Indonesia 71.46 1.78 19.97 6.79 100 65.24 2.35 18.71 13.70 100 68.35 2.07 19.34 10.24 100
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006
Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.9
PERSENTASE STATUS PENDIDIKAN PADA PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
Perkotaan+Perdesaan
Tidak/Belum Masih Sekolah Jumlah Tidak
No Provinsi Pernah SLTP/ SMU/ yang Masih Bersekolah Jumlah
SD/MI D-I/Univ.
Sekolah MTs. SMK/MA Sekolah Lagi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 4.97 8.51 8.20 6.51 3.07 26.30 68.73 100.00
2 Sumatera Utara 2.70 8.84 7.82 6.04 1.80 24.51 72.79 100.00
3 Sumatera Barat 2.53 9.05 6.81 5.06 2.49 23.41 74.06 100.00
4 Riau 2.93 8.97 7.17 4.96 1.54 22.63 74.44 100.00
5 Jambi 5.53 8.08 5.78 4.11 1.62 19.59 74.88 100.00
6 Sumatera Selatan 3.45 7.97 6.47 4.39 1.36 20.19 76.36 100.00
7 Bengkulu 4.74 8.55 6.65 5.52 2.04 22.75 72.51 100.00
8 Lampung 5.65 8.16 6.55 4.04 1.02 19.77 74.58 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 5.22 6.74 5.18 4.19 0.86 16.97 77.81 100.00
10 Kepulauan Riau 5.01 6.51 5.32 3.93 0.90 16.66 78.33 100.00
11 DKI Jakarta 1.72 4.53 4.97 4.53 2.76 16.80 81.48 100.00
12 Jawa Barat 4.82 7.77 5.48 3.72 1.18 18.14 77.04 100.00
13 Jawa Tengah 9.44 6.91 5.80 3.62 1.13 17.45 73.11 100.00
14 DI Yogyakarta* 12.25 4.87 4.47 3.72 6.91 19.98 67.77 100.00
15 Jawa Timur 11.49 6.21 5.07 3.29 1.26 15.82 72.69 100.00
16 Banten 5.36 8.31 6.14 4.13 1.44 20.02 74.62 100.00
17 Bali 12.56 5.74 4.78 3.92 1.67 16.11 71.33 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 17.92 8.94 7.12 4.61 1.74 22.41 59.67 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 10.43 11.21 5.47 3.44 1.01 21.13 68.44 100.00
20 Kalimantan Barat 10.48 9.48 6.23 3.57 1.15 20.43 69.09 100.00
21 Kalimantan Tengah 2.95 9.49 6.51 4.02 1.22 21.24 75.81 100.00
22 Kalimantan Selatan 4.95 7.61 5.50 3.44 1.14 17.69 77.36 100.00
23 Kalimantan Timur 4.50 7.78 5.73 4.76 2.01 20.28 75.22 100.00
24 Sulawesi Utara 0.74 5.93 5.37 4.31 1.58 17.19 82.07 100.00
25 Sulawesi Tengah 3.93 8.11 5.96 3.84 1.83 19.74 76.33 100.00
26 Sulawesi Selatan 12.09 7.29 5.78 4.13 2.10 19.30 68.61 100.00
27 Sulawesi Tenggara 8.48 8.69 7.86 5.32 2.36 24.24 67.28 100.00
28 Gorontalo 2.12 9.12 5.56 3.14 1.14 18.96 78.92 100.00
29 Sulawesi Barat 11.91 9.06 5.51 3.37 0.95 18.89 69.2 100.00
30 Maluku 3.44 9.21 8.81 6.31 2.08 26.41 70.15 100.00
31 Maluku Utara 4.28 9.30 7.18 5.48 1.76 23.72 72 100.00
32 Papua 29.22 10.07 6.02 4.00 1.06 21.15 49.63 100.00
33 Irian Jaya Barat 10.34 11.47 6.45 3.90 0.87 22.69 66.97 100.00
Indonesia 7.43 7.49 5.88 4.04 1.52 18.94 73.63 100
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006
Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.9.a
PERSENTASE STATUS PENDIDIKAN PADA PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
Perkotaan
Tidak/Belum Masih Sekolah Jumlah Tidak
No Provinsi Pernah SLTP/ SMU/ yang Masih Bersekolah Jumlah
SD/MI D-I/Univ.
Sekolah MTs. SMK/MA Sekolah Lagi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 1.62 7.33 7.47 7.66 5.99 28.45 69.93 100.00
2 Sumatera Utara 1.24 7.23 7.48 6.63 2.94 24.28 74.48 100.00
3 Sumatera Barat 1.26 7.93 7.06 6.43 5.40 26.83 71.91 100.00
4 Riau 0.92 7.80 6.89 6.11 2.61 23.41 75.67 100.00
5 Jambi 2.23 6.61 5.58 5.63 2.54 20.36 77.41 100.00
6 Sumatera Selatan 2.29 7.07 6.77 6.58 3.04 23.45 74.26 100.00
7 Bengkulu 1.75 7.74 6.04 8.37 4.36 26.51 71.74 100.00
8 Lampung 3.78 6.66 6.06 6.17 2.20 21.08 75.14 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 3.13 5.50 5.24 5.42 1.16 17.32 79.55 100.00
10 Kepulauan Riau 3.17 5.95 5.12 4.26 0.99 16.33 80.50 100.00
11 DKI Jakarta 1.72 4.53 4.97 4.53 2.76 16.80 81.48 100.00
12 Jawa Barat 2.96 7.30 6.20 4.67 1.78 19.95 77.09 100.00
13 Jawa Tengah 6.65 6.40 6.05 4.85 1.93 19.23 74.12 100.00
14 DI Yogyakarta* 7.21 4.41 4.01 4.02 11.10 23.55 69.24 100.00
15 Jawa Timur 6.30 5.89 5.42 4.42 2.13 17.85 75.85 100.00
16 Banten 4.00 6.69 6.02 5.02 2.21 19.95 76.05 100.00
17 Bali 8.11 5.53 5.01 4.70 2.06 17.30 74.59 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 13.54 7.94 7.31 5.79 2.81 23.85 62.61 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 4.08 7.67 7.49 8.99 3.75 27.91 68.01 100.00
20 Kalimantan Barat 7.30 8.41 5.68 5.27 2.89 22.25 70.45 100.00
21 Kalimantan Tengah 2.02 7.90 6.37 6.01 2.97 23.25 74.73 100.00
22 Kalimantan Selatan 2.06 6.82 5.85 4.39 2.04 19.10 78.84 100.00
23 Kalimantan Timur 2.25 6.82 5.88 5.05 2.92 20.67 77.08 100.00
24 Sulawesi Utara 0.42 5.36 5.42 4.89 2.77 18.45 81.13 100.00
25 Sulawesi Tengah 1.22 6.62 6.36 6.90 5.33 25.21 73.57 100.00
26 Sulawesi Selatan 4.22 6.00 5.70 5.93 4.58 22.22 73.56 100.00
27 Sulawesi Tenggara 4.06 6.51 7.79 7.77 6.48 28.56 67.38 100.00
28 Gorontalo 1.21 7.55 6.57 5.26 2.19 21.57 77.22 100.00
29 Sulawesi Barat 5.76 7.03 5.32 6.51 2.79 21.65 72.59 100.00
30 Maluku 1.07 8.09 8.87 8.08 4.31 29.35 69.58 100.00
31 Maluku Utara 1.77 6.36 6.91 8.29 4.98 26.55 71.68 100.00
32 Papua 2.53 7.53 7.76 7.35 2.33 24.96 72.51 100.00
33 Irian Jaya Barat 1.66 6.91 7.47 6.93 1.44 22.76 75.58 100.00
Indonesia 4.15 6.50 5.99 5.10 2.55 20.14 75.71 100.00
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006
Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.9.b
PERSENTASE STATUS PENDIDIKAN PADA PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
Perdesaan
Tidak/Belum Masih Sekolah Jumlah Tidak
No Provinsi Pernah SLTP/ SMU/ yang Masih Bersekolah Jumlah
SD/MI D-I/Univ.
Sekolah MTs. SMK/MA Sekolah Lagi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 6.00 8.88 8.43 6.16 2.17 25.64 68.37 100.00
2 Sumatera Utara 3.90 10.16 8.10 5.56 0.87 24.69 71.41 100.00
3 Sumatera Barat 3.11 9.55 6.70 4.44 1.16 21.85 75.04 100.00
4 Riau 4.03 9.61 7.32 4.33 0.95 22.21 73.76 100.00
5 Jambi 6.83 8.65 5.86 3.52 1.26 19.29 73.88 100.00
6 Sumatera Selatan 4.07 8.45 6.31 3.23 0.47 18.46 77.47 100.00
7 Bengkulu 5.92 8.87 6.90 4.39 1.12 21.27 72.81 100.00
8 Lampung 6.18 8.59 6.69 3.43 0.68 19.40 74.42 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 6.76 7.65 5.13 3.29 0.64 16.71 76.53 100.00
10 Kepulauan Riau 11.92 8.63 6.05 2.71 0.54 17.93 70.15 100.00
11 DKI Jakarta
12 Jawa Barat 6.92 8.30 4.66 2.64 0.50 16.10 76.98 100.00
13 Jawa Tengah 11.46 7.28 5.61 2.72 0.55 16.16 72.38 100.00
14 DI Yogyakarta* 18.60 5.46 5.04 3.34 1.64 15.48 65.92 100.00
15 Jawa Timur 15.27 6.45 4.82 2.46 0.62 14.34 70.39 100.00
16 Banten 7.05 10.33 6.30 3.02 0.48 20.13 72.82 100.00
17 Bali 17.42 5.96 4.52 3.08 1.25 14.82 67.76 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 20.63 9.56 7.00 3.89 1.08 21.52 57.85 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 11.74 11.94 5.05 2.30 0.45 19.73 68.53 100.00
20 Kalimantan Barat 11.68 9.89 6.44 2.93 0.49 19.75 68.58 100.00
21 Kalimantan Tengah 3.33 10.15 6.57 3.20 0.49 20.41 76.26 100.00
22 Kalimantan Selatan 6.71 8.10 5.28 2.86 0.59 16.83 76.46 100.00
23 Kalimantan Timur 7.17 8.92 5.56 4.42 0.93 19.83 73.00 100.00
24 Sulawesi Utara 0.94 6.28 5.33 3.94 0.84 16.40 82.66 100.00
25 Sulawesi Tengah 4.65 8.51 5.85 3.02 0.89 18.28 77.07 100.00
26 Sulawesi Selatan 15.81 7.90 5.81 3.28 0.93 17.93 66.26 100.00
27 Sulawesi Tenggara 9.74 9.32 7.88 4.62 1.19 23.01 67.25 100.00
28 Gorontalo 2.45 9.71 5.19 2.36 0.76 18.00 79.55 100.00
29 Sulawesi Barat 13.03 9.43 5.54 2.80 0.62 18.39 68.58 100.00
30 Maluku 4.44 9.68 8.79 5.57 1.14 25.18 70.38 100.00
31 Maluku Utara 5.16 10.34 7.28 4.49 0.63 22.72 72.12 100.00
32 Papua 37.89 10.90 5.45 2.92 0.65 19.92 42.19 100.00
33 Irian Jaya Barat 14.42 13.62 5.97 2.47 0.60 22.67 62.91 100.00
Indonesia 10.00 8.27 5.79 3.22 0.72 18.00 72.00 100
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006
Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.10
PERSENTASE PENDUDUK INDONESIA BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS
MENURUT IJAZAH/STTB TERTINGGI YANG DIMILIKI DAN PROVINSI TAHUN 2006
Perkotaan+Perdesaan
Tidak Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki
No Provinsi Mempunyai SLTP/ Ak/ S1/ Jumlah
SD/MI SMU/ MA SMK D-I/D-II S2-S3
Ijazah MTs. D-III D-IV
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 23.9 30.44 21.51 17.53 2.02 0.98 1.15 2.32 0.15 100.00
2 Sumatera Utara 22.96 26.98 21.84 19.11 5.19 0.72 0.96 2.14 0.1 100.00
3 Sumatera Barat 29.96 25.40 18.64 15.42 5.11 1.09 1.47 2.76 0.14 100.00
4 Riau 23.83 30.67 19.55 17.85 4.07 0.61 1.07 2.18 0.17 100.00
5 Jambi 28.85 31.48 18.60 14.10 3.14 0.89 0.86 2.01 0.07 100.00
6 Sumatera Selatan 26.61 34.66 16.98 15.57 2.93 0.62 0.79 1.77 0.06 100.00
7 Bengkulu 29.12 28.29 19.30 15.12 3.53 0.97 0.98 2.43 0.26 100.00
8 Lampung 32.11 31.51 19.02 10.38 4.24 0.71 0.60 1.40 0.04 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 32.09 33.37 16.04 11.03 4.38 0.77 1.04 1.23 0.04 100.00
10 Kepulauan Riau 22.14 24.86 16.24 24.04 7.84 0.88 1.52 2.25 0.24 100.00
11 DKI Jakarta 11.91 20.95 19.58 25.24 9.99 1.08 3.67 6.97 0.61 100.00
12 Jawa Barat 25.20 36.58 17.03 12.85 3.93 0.76 1.20 2.33 0.12 100.00
13 Jawa Tengah 29.88 35.33 17.39 9.92 3.96 0.68 0.93 1.86 0.05 100.00
14 DI Yogyakarta* 25.11 21.56 16.37 19.44 7.84 0.89 2.37 5.88 0.55 100.00
15 Jawa Timur 31.12 31.72 16.90 11.96 4.38 0.57 0.59 2.61 0.14 100.00
16 Banten 25.48 32.22 18.21 14.97 4.41 0.88 0.92 2.76 0.15 100.00
17 Bali 28.82 26.96 14.53 18.78 4.29 1.96 0.97 3.40 0.29 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 41.07 26.78 14.34 12.83 1.51 0.81 0.57 2.05 0.05 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 42.03 32.20 11.57 8.65 2.64 0.54 0.60 1.71 0.06 100.00
20 Kalimantan Barat 39.22 28.41 16.10 11.07 2.35 0.89 0.54 1.34 0.10 100.00
21 Kalimantan Tengah 22.68 37.16 21.22 12.96 2.78 0.85 0.66 1.64 0.04 100.00
22 Kalimantan Selatan 30.35 32.08 16.90 12.90 3.49 0.89 0.81 2.5 0.08 100.00
23 Kalimantan Timur 23.93 25.55 19.11 19.65 6.50 0.92 1.33 2.89 0.12 100.00
24 Sulawesi Utara 21.02 26.60 22.43 20.60 4.95 0.73 0.86 2.62 0.19 100.00
25 Sulawesi Tengah 25.26 35.77 17.64 13.80 3.13 1.06 0.54 2.64 0.15 100.00
26 Sulawesi Selatan 33.42 27.29 15.79 15.30 2.82 0.92 0.92 3.39 0.16 100.00
27 Sulawesi Tenggara 29.79 28.73 18.79 15.55 2.76 1.11 0.63 2.51 0.13 100.00
28 Gorontalo 39.03 32.63 11.89 10.41 3.15 0.60 0.49 1.66 0.13 100.00
29 Sulawesi Barat 37.82 34.02 13.98 8.84 2.16 0.98 0.51 1.58 0.10 100.00
30 Maluku 21.72 33.88 19.02 18.01 3.50 1.18 0.69 1.9 0.10 100.00
31 Maluku Utara 30.64 29.85 17.94 15.52 2.34 1.08 0.49 2.07 0.06 100.00
32 Papua 47.77 20.96 12.99 11.09 3.68 0.51 0.83 2.00 0.17 100.00
33 Irian Jaya Barat 33.97 30.23 17.13 11.55 4.67 0.61 0.49 1.32 0.03 100.00
Indonesia 28.20 31.67 17.56 13.88 4.24 0.77 1.02 2.51 0.14 100.00
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006
Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.10.a
1 Nanggroe Aceh Darussalam 13.71 20.25 21.87 29.42 4.19 1.52 2.56 6.01 0.47 100.00
2 Sumatera Utara 15.78 22.15 22.32 25.92 7.05 0.97 1.66 3.95 0.20 100.00
3 Sumatera Barat 18.09 19.72 19.28 24.14 8.24 1.22 3.03 5.94 0.34 100.00
4 Riau 14.84 20.44 19.79 28.05 8.57 0.79 2.28 4.79 0.44 100.00
5 Jambi 18.54 23.68 19.77 22.78 6.78 1.13 2.16 4.93 0.23 100.00
6 Sumatera Selatan 17.03 23.26 18.86 28.16 5.46 1.09 1.83 4.15 0.15 100.00
7 Bengkulu 16.80 18.40 21.97 25.88 6.20 1.64 2.28 5.9 0.92 100.00
8 Lampung 22.05 23.55 19.71 19.66 7.97 1.10 1.55 4.32 0.10 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 23.08 27.31 18.82 17.00 7.87 1.36 2.02 2.45 0.10 100.00
10 Kepulauan Riau 16.80 20.86 17.83 28.92 9.65 1.01 1.88 2.75 0.30 100.00
11 DKI Jakarta 11.91 20.95 19.58 25.24 9.99 1.08 3.67 6.97 0.61 100.00
12 Jawa Barat 18.61 29.07 19.31 19.63 6.06 1.07 2.00 4.02 0.22 100.00
13 Jawa Tengah 23.14 28.92 19.59 15.91 6.14 0.98 1.71 3.49 0.11 100.00
14 DI Yogyakarta* 17.99 15.57 15.74 27.04 9.37 0.79 3.59 9.01 0.90 100.00
15 Jawa Timur 22.02 25.67 18.84 19.49 6.79 0.79 1.15 4.97 0.27 100.00
16 Banten 18.46 24.32 20.11 22.54 7.03 1.25 1.51 4.53 0.26 100.00
17 Bali 22.29 23.99 15.30 23.22 5.36 2.66 1.50 5.17 0.51 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 33.94 25.07 15.31 17.17 2.41 0.89 0.99 4.09 0.12 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 20.25 22.00 19.89 22.80 5.73 0.96 1.72 6.38 0.28 100.00
20 Kalimantan Barat 28.83 21.70 17.15 20.50 4.76 1.55 1.39 3.84 0.29 100.00
21 Kalimantan Tengah 18.47 24.66 19.99 23.25 5.62 1.46 1.70 4.73 0.14 100.00
22 Kalimantan Selatan 20.74 24.07 19.21 21.61 6.15 0.96 1.68 5.38 0.20 100.00
23 Kalimantan Timur 17.10 20.79 19.10 26.17 9.19 1.10 2.00 4.35 0.19 100.00
24 Sulawesi Utara 15.24 18.22 21.64 29.72 7.40 0.80 1.47 5.12 0.39 100.00
25 Sulawesi Tengah 12.78 19.36 20.40 28.11 6.89 1.67 1.57 8.68 0.54 100.00
26 Sulawesi Selatan 20.30 20.77 16.81 27.13 4.10 1.18 1.89 7.42 0.41 100.00
27 Sulawesi Tenggara 17.10 18.04 18.96 29.66 5.71 1.25 1.77 6.97 0.53 100.00
28 Gorontalo 23.97 26.99 17.00 19.23 6.92 0.71 1.02 3.74 0.43 100.00
29 Sulawesi Barat 24.95 26.72 17.45 15.47 5.35 2.08 1.68 5.76 0.55 100.00
30 Maluku 13.54 21.47 20.37 30.55 5.55 1.78 1.45 5.07 0.22 100.00
31 Maluku Utara 14.24 20.22 20.66 31.19 4.99 1.58 1.1 5.81 0.21 100.00
32 Papua 14.27 19.30 19.94 25.05 10.10 1.32 2.87 6.57 0.58 100.00
33 Irian Jaya Barat 15.94 24.06 24.34 21.71 8.99 1.00 0.64 3.24 0.10 100.00
Indonesia 19.30 25.07 19.29 21.53 6.79 1.06 1.91 4.75 0.29 100.00
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006
Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.10.b
PERSENTASE PENDUDUK INDONESIA BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS
MENURUT IJAZAH/STTB TERTINGGI YANG DIMILIKI DAN PROVINSI TAHUN 2006
Perdesaan
Tidak Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki
No Provinsi Mempunyai SLTP/ Ak/ S1/ Jumlah
SD/ MI SMU/ SM SMK D-I/D-II S2-S3
Ijazah MTs. D-III D-IV
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 27.04 33.57 21.40 13.86 1.35 0.82 0.72 1.18 0.05 100.00
2 Sumatera Utara 28.83 30.92 21.46 13.54 3.67 0.51 0.39 0.66 0.02 100.00
3 Sumatera Barat 35.38 27.99 18.35 11.44 3.68 1.03 0.76 1.31 0.05 100.00
4 Riau 28.77 36.29 19.42 12.24 1.60 0.52 0.41 0.74 0.02 100.00
5 Jambi 32.90 34.53 18.14 10.69 1.72 0.80 0.35 0.86 0.01 100.00
6 Sumatera Selatan 31.68 40.70 15.99 8.90 1.59 0.36 0.25 0.51 0.01 100.00
7 Bengkulu 33.98 32.19 18.25 10.86 2.48 0.71 0.46 1.06 0.01 100.00
8 Lampung 35.01 33.80 18.82 7.70 3.17 0.60 0.32 0.55 0.02 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 38.72 37.83 14.00 6.64 1.82 0.34 0.31 0.33 100.00
10 Kepulauan Riau 42.23 39.89 10.25 5.66 1.02 0.40 0.16 0.38 0.02 100.00
11 DKI Jakarta - - - - - - - - - -
12 Jawa Barat 32.65 45.08 14.45 5.18 1.51 0.41 0.30 0.42 0.01 100.00
13 Jawa Tengah 34.77 40.00 15.79 5.58 2.37 0.46 0.36 0.68 0.01 100.00
14 DI Yogyakarta* 34.07 29.10 17.15 9.85 5.92 1.02 0.84 1.93 0.11 100.00
15 Jawa Timur 37.76 36.14 15.48 6.47 2.62 0.41 0.19 0.89 0.04 100.00
16 Banten 34.28 42.11 15.84 5.50 1.14 0.41 0.17 0.54 - 100.00
17 Bali 35.97 30.21 13.69 13.92 3.12 1.19 0.39 1.46 0.06 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 45.47 27.83 13.74 10.14 0.96 0.75 0.31 0.79 0.00 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 46.52 34.30 9.86 5.74 2.00 0.45 0.37 0.75 0.01 100.00
20 Kalimantan Barat 43.15 30.94 15.70 7.50 1.44 0.64 0.21 0.39 0.02 100.00
21 Kalimantan Tengah 24.42 42.33 21.73 8.70 1.61 0.61 0.23 0.37 0.00 100.00
22 Kalimantan Selatan 36.22 36.97 15.49 7.59 1.86 0.85 0.27 0.75 0.01 100.00
23 Kalimantan Timur 32.07 31.23 19.12 11.87 3.31 0.70 0.54 1.15 0.04 100.00
24 Sulawesi Utara 24.62 31.80 22.91 14.93 3.43 0.68 0.49 1.06 0.07 100.00
25 Sulawesi Tengah 28.60 40.16 16.91 9.98 2.12 0.90 0.26 1.03 0.04 100.00
26 Sulawesi Selatan 39.63 30.37 15.31 9.71 2.22 0.79 0.46 1.48 0.03 100.00
27 Sulawesi Tenggara 33.40 31.77 18.74 11.53 1.92 1.07 0.30 1.24 0.02 100.00
28 Gorontalo 44.61 34.72 9.99 7.14 1.75 0.56 0.30 0.89 0.02 100.00
29 Sulawesi Barat 40.16 35.35 13.36 7.63 1.58 0.78 0.30 0.82 0.01 100.00
30 Maluku 25.16 39.09 18.46 12.73 2.64 0.93 0.37 0.57 0.04 100.00
31 Maluku Utara 36.40 33.23 16.98 10.02 1.41 0.90 0.28 0.76 0.01 100.00
32 Papua 58.66 21.50 10.73 6.56 1.59 0.25 0.17 0.52 0.03 100.00
33 Irian Jaya Barat 42.47 33.14 13.73 6.77 2.64 0.42 0.42 0.41 - 100.00
Indonesia 35.15 36.82 16.21 7.90 2.25 0.55 0.33 0.76 0.02 100.00
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006
Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.11
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT LUAS LANTAI TEMPAT TINGGAL (M2),
TIPE DAERAH DAN PROVINSI TAHUN 2006
2
Luas lantai (m )
No Provinsi Perkotaan Pedesaan Perkotaan + Pedesaan
<= 19 20-49 50-99 100-149 150+ Jumlah <= 19 20-49 50-99 100-149 150+ Jumlah <= 19 20-49 50-99 100-149 150+ Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 4.13 39.20 38.43 10.82 7.22 100.00 2.66 62.30 28.75 3.61 2.68 100.00 3.02 57.30 30.85 5.18 3.66 100.00
2 Sumatera Utara 3.06 37.96 40.38 10.11 8.49 100.00 3.20 56.93 33.74 3.42 2.71 100.00 3.14 48.67 36.63 6.33 5.22 100.00
3 Sumatera Barat 8.59 31.06 39.94 10.55 9.86 100.00 4.79 42.68 42.71 6.49 3.33 100.00 5.97 39.08 41.85 7.75 5.35 100.00
4 Riau 1.23 48.90 33.11 9.27 7.48 100.00 2.56 55.71 36.89 3.42 1.42 100.00 2.10 53.34 35.58 5.45 3.53 100.00
5 Jambi 3.60 39.77 41.41 9.19 6.03 100.00 1.62 48.12 42.47 5.00 2.79 100.00 2.16 45.86 42.18 6.13 3.67 100.00
6 Sumatera Selatan 6.56 52.68 27.63 7.57 5.56 100.00 4.05 50.76 38.85 3.85 2.49 100.00 4.86 51.38 35.22 5.05 3.48 100.00
7 Bengkulu 10.27 39.06 35.99 7.49 7.20 100.00 4.15 56.22 36.09 1.74 1.80 100.00 5.80 51.59 36.06 3.29 3.26 100.00
8 Lampung 4.34 32.56 49.88 8.36 4.86 100.00 2.02 33.59 56.70 5.86 1.83 100.00 2.51 33.38 55.27 6.38 2.46 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 2.26 44.31 42.63 6.29 4.50 100.00 1.91 49.10 40.57 5.56 2.86 100.00 2.05 47.16 41.40 5.85 3.53 100.00
10 Kepulauan Riau 12.32 36.89 39.03 7.13 4.62 100.00 5.94 58.21 28.16 4.48 3.21 100.00 11.07 41.07 36.90 6.61 4.35 100.00
11 DKI Jakarta 20.93 31.29 24.74 9.91 13.12 100.00 100.00 20.93 31.29 24.74 9.91 13.12 100.00
12 Jawa Barat 5.64 38.67 39.54 10.10 6.06 100.00 2.23 55.07 37.71 3.26 1.72 100.00 3.96 46.73 38.64 6.74 3.93 100.00
13 Jawa Tengah 2.32 20.18 53.02 15.29 9.18 100.00 0.52 16.81 58.56 16.14 7.98 100.00 1.25 18.19 56.30 15.79 8.47 100.00
14 DI Yogyakarta* 25.36 15.65 31.21 14.15 13.63 100.00 0.89 11.58 57.12 18.79 11.62 100.00 15.47 14.00 41.69 16.02 12.81 100.00
15 Jawa Timur 7.30 28.41 45.25 11.07 7.98 100.00 0.78 32.36 51.21 9.91 5.74 100.00 3.47 30.73 48.75 10.39 6.67 100.00
16 Banten 8.68 32.63 36.93 12.68 9.08 100.00 1.70 50.81 38.51 5.29 3.69 100.00 5.59 40.67 37.63 9.41 6.70 100.00
17 Bali 19.82 30.70 29.88 10.92 8.68 100.00 6.36 53.26 33.34 5.06 1.97 100.00 13.57 41.18 31.49 8.20 5.57 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 15.86 56.62 21.43 2.95 3.14 100.00 14.24 67.26 15.43 1.68 1.38 100.00 14.82 63.41 17.60 2.14 2.02 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 10.40 52.77 26.35 5.29 5.19 100.00 5.43 70.08 21.03 1.68 1.78 100.00 6.21 67.38 21.86 2.24 2.31 100.00
20 Kalimantan Barat 2.90 40.10 39.54 10.32 7.14 100.00 2.40 61.41 32.56 2.45 1.18 100.00 2.53 55.79 34.40 4.53 2.75 100.00
21 Kalimantan Tengah 6.27 46.31 37.11 5.93 4.38 100.00 1.33 57.06 39.28 1.57 0.76 100.00 2.78 53.90 38.64 2.85 1.83 100.00
22 Kalimantan Selatan 7.93 42.48 33.67 8.36 7.56 100.00 4.01 47.55 43.21 3.22 2.01 100.00 5.47 45.66 39.66 5.13 4.07 100.00
23 Kalimantan Timur 6.62 41.96 36.18 8.99 6.25 100.00 1.99 47.93 42.83 4.09 3.16 100.00 4.51 44.68 39.21 6.76 4.84 100.00
24 Sulawesi Utara 6.27 57.46 23.08 5.54 7.65 100.00 3.22 68.88 24.61 1.86 1.42 100.00 4.38 64.53 24.03 3.26 3.80 100.00
25 Sulawesi Tengah 8.19 44.24 30.41 10.16 7.00 100.00 3.27 56.40 33.37 4.73 2.22 100.00 4.26 53.96 32.78 5.82 3.18 100.00
26 Sulawesi Selatan 9.54 32.58 39.70 11.96 6.23 100.00 1.74 37.14 50.62 7.80 2.70 100.00 4.22 35.69 47.15 9.12 3.82 100.00
27 Sulawesi Tenggara 10.24 36.04 35.85 10.66 7.22 100.00 2.57 50.43 39.02 5.25 2.73 100.00 4.25 47.27 38.33 6.44 3.71 100.00
28 Gorontalo 4.54 52.76 27.92 7.95 6.83 100.00 9.00 65.42 19.99 3.43 2.16 100.00 7.79 62.00 22.13 4.65 3.42 100.00
29 Sulawesi Barat 5.77 39.99 41.47 6.41 6.34 100.00 5.65 51.59 36.81 3.99 1.96 100.00 5.67 49.89 37.49 4.34 2.61 100.00
30 Maluku 5.13 48.77 35.15 5.48 5.47 100.00 1.03 61.29 31.74 2.86 3.08 100.00 2.21 57.69 32.72 3.61 3.76 100.00
31 Maluku Utara 3.73 26.39 54.71 11.29 3.89 100.00 0.58 43.82 49.82 5.01 0.77 100.00 1.36 39.52 51.03 6.56 1.54 100.00
32 Papua 14.71 55.39 21.44 4.35 4.11 100.00 34.70 53.73 8.44 1.22 1.91 100.00 30.06 54.12 11.46 1.95 2.42 100.00
33 Irian Jaya Barat 22.08 52.36 22.76 2.32 0.48 100.00 1.54 79.70 17.53 0.77 0.45 100.00 8.67 70.22 19.35 1.31 0.46 100.00
Indonesia 8.01 33.67 39.56 10.79 7.98 100.00 2.70 43.22 43.20 7.07 3.81 100.00 4.98 39.11 41.63 8.67 5.69 100.00
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006
Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.12
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT SUMBER AIR MINUM DAN PROVINSI, TAHUN 2006
Perkotaan+Perdesaan
Sumber Air Minum Terlindung Sumber Air Minum Tak Terlindung
Jumlah Jumlah
No Provinsi Mata Air Sumur Sumber Sumur Tak Mata Air Tak Sumber
Air Kemasan Ledeng Pompa Air Hujan Air Sungai Lainnya
Terlindung Terlindung Air Minum Terlindung Terlindung Air Minum
Terlindung Tak Terlindung
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 4.42 10.93 3.17 4.68 43.24 1.61 68.05 22.74 3.07 5.55 0.58 31.94
2 Sumatera Utara 2.15 25.89 10.49 7.23 30.57 2.25 78.58 11.87 5.86 3.27 0.42 21.42
3 Sumatera Barat 1.80 23.05 3.14 8.75 31.72 2.65 71.11 14.95 10.17 3.56 0.21 28.89
4 Riau 5.19 2.66 3.01 2.03 36.17 27.84 76.90 19.80 0.97 2.24 0.09 23.10
5 Jambi 2.03 16.76 1.19 1.44 32.44 13.09 66.95 19.90 1.54 11.51 0.11 33.06
6 Sumatera Selatan 2.26 19.02 1.03 1.92 39.40 6.83 70.46 16.81 1.53 10.72 0.48 29.54
7 Bengkulu 1.34 13.00 2.77 4.55 39.36 0.04 61.06 30.80 4.72 3.28 0.14 38.94
8 Lampung 1.49 4.93 2.38 2.86 58.95 1.59 72.20 21.82 3.50 1.85 0.63 27.80
9 Kepulauan Bangka Belitung 4.09 4.12 5.38 1.85 49.96 - 65.40 30.76 2.07 1.53 0.24 34.60
10 Kepulauan Riau 7.27 37.93 1.13 3.59 28.19 4.19 82.30 11.84 2.64 1.31 1.92 17.71
11 DKI Jakarta 20.80 39.73 33.20 0.70 4.85 0.16 99.44 0.30 - 0.04 0.22 0.56
12 Jawa Barat 4.37 12.79 24.18 10.15 34.57 0.03 86.09 7.72 5.46 0.54 0.20 13.92
13 Jawa Tengah 1.63 16.77 10.62 12.60 43.95 0.30 85.87 9.00 4.22 0.70 0.21 14.13
14 DI Yogyakarta* 8.75 14.17 6.44 3.60 50.00 4.67 87.63 8.05 3.72 0.14 0.45 12.36
15 Jawa Timur 5.32 17.78 15.23 10.49 39.88 0.56 89.26 6.92 2.57 0.58 0.68 10.75
16 Banten 7.62 12.92 33.39 4.75 25.50 0.54 84.72 9.12 2.86 2.68 0.62 15.28
17 Bali 15.27 38.27 6.35 13.12 17.12 3.48 93.61 1.70 2.90 1.30 0.49 6.39
18 Nusa Tenggara Barat 3.86 16.61 7.75 10.49 46.18 - 84.89 11.09 2.50 1.44 0.09 15.12
19 Nusa Tenggara Timur 0.67 20.33 0.90 24.28 18.56 2.36 67.10 9.28 18.27 5.16 0.19 32.90
20 Kalimantan Barat 2.43 9.27 1.13 4.42 7.40 38.43 63.08 10.45 2.77 23.62 0.10 36.94
21 Kalimantan Tengah 1.09 17.01 10.55 0.69 19.69 5.20 54.23 7.52 0.56 37.56 0.12 45.76
22 Kalimantan Selatan 2.34 34.72 11.45 0.51 16.51 2.32 67.85 12.93 0.97 17.86 0.40 32.16
23 Kalimantan Timur 3.70 48.29 3.13 2.79 11.88 6.88 76.67 9.58 1.01 12.35 0.39 23.33
24 Sulawesi Utara 3.45 28.72 5.24 13.43 37.03 1.09 88.96 7.92 2.71 0.35 0.07 11.05
25 Sulawesi Tengah 2.73 18.12 13.63 16.89 25.67 1.13 78.17 12.07 3.39 6.18 0.19 21.83
26 Sulawesi Selatan 1.62 25.50 10.32 8.40 31.81 0.59 78.24 14.97 4.78 1.88 0.11 21.74
27 Sulawesi Tenggara 0.84 28.09 2.49 10.69 32.79 1.68 76.58 16.68 4.50 1.97 0.27 23.42
28 Gorontalo 0.84 16.02 1.81 4.15 53.25 0.08 76.15 16.60 1.16 5.39 0.70 23.85
29 Sulawesi Barat 0.81 12.80 3.94 10.86 31.49 1.45 61.35 15.39 13.37 9.29 0.60 38.65
30 Maluku 0.58 23.79 2.17 18.45 35.28 1.70 81.97 11.78 4.20 1.55 0.49 18.02
31 Maluku Utara 0.48 22.50 1.13 5.31 36.31 2.97 68.70 24.98 3.53 2.76 0.04 31.31
32 Papua 3.40 13.84 2.61 9.32 10.04 11.26 50.47 8.80 27.18 13.33 0.22 49.53
33 Irian Jaya Barat 4.89 23.09 1.56 5.91 11.01 10.59 57.05 11.74 18.36 12.75 0.11 42.96
Indonesia 4.43 18.38 13.63 8.68 34.64 2.53 82.29 10.18 4.18 2.99 0.36 17.71
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT SUMBER AIR MINUM DAN PROVINSI, TAHUN 2006
Perkotaan
Sumber Air Minum Terlindung Sumber Air Minum Tak Terlindung
Jumlah Jumlah
No Provinsi Mata Air Sumur Sumber Sumur Tak Mata Air Tak Sumber
Air Kemasan Ledeng Pompa Air Hujan Air Sungai Lainnya
Terlindung Terlindung Terlindung Terlindung
Air Minum Air Minum
Terlindung Tak Terlindung
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 15.60 28.27 5.78 2.67 37.15 1.04 90.51 7.22 0.65 0.39 1.22 9.48
2 Sumatera Utara 4.07 47.93 9.14 2.56 29.62 0.60 93.92 4.93 0.52 0.53 0.10 6.08
3 Sumatera Barat 4.68 43.77 6.23 4.12 32.61 0.49 91.90 5.81 2.04 0.05 0.20 8.10
4 Riau 13.24 3.83 6.81 4.89 41.32 19.29 89.38 9.78 0.35 0.35 0.14 10.62
5 Jambi 4.40 36.09 1.90 0.29 29.87 16.71 89.26 8.62 0.19 1.74 0.19 10.74
6 Sumatera Selatan 5.12 47.81 0.74 0.80 30.40 1.02 85.89 8.59 0.21 5.00 0.32 14.12
7 Bengkulu 2.79 27.64 7.21 0.63 48.86 - 87.13 11.92 0.87 0.04 0.04 12.87
8 Lampung 4.75 13.79 7.86 0.87 61.42 - 88.69 9.82 0.66 0.40 0.44 11.32
9 Kepulauan Bangka Belitung 7.77 6.99 8.90 3.03 50.12 - 76.81 22.51 0.34 - 0.34 23.19
10 Kepulauan Riau 8.99 46.44 1.29 1.73 28.48 3.68 90.61 6.25 0.43 0.42 2.28 9.38
11 DKI Jakarta 20.80 39.73 33.20 0.70 4.85 0.16 99.44 0.30 - 0.04 0.22 0.56
12 Jawa Barat 7.29 17.95 31.58 3.53 33.61 - 93.96 4.65 0.97 0.06 0.37 6.05
13 Jawa Tengah 3.27 28.74 13.65 4.06 42.84 - 92.56 6.34 0.38 0.40 0.32 7.44
14 DI Yogyakarta * 14.30 13.28 8.84 0.54 58.35 - 95.31 4.31 0.34 - 0.05 4.70
15 Jawa Timur 10.50 30.69 16.99 4.29 31.66 0.13 94.26 4.20 0.67 0.48 0.40 5.75
16 Banten 12.43 19.64 46.98 2.54 14.56 0.35 96.50 2.85 0.25 0.10 0.29 3.49
17 Bali 26.88 39.27 8.48 5.58 17.20 0.04 97.45 1.48 0.78 0.23 0.07 2.56
18 Nusa Tenggara Barat 7.02 22.67 6.71 6.17 48.61 - 91.18 7.28 1.39 - 0.14 8.81
19 Nusa Tenggara Timur 2.96 57.92 0.82 1.90 25.23 0.05 88.88 5.98 1.79 2.41 0.93 11.11
20 Kalimantan Barat 8.05 15.16 0.19 2.19 9.16 56.04 90.79 4.20 0.40 4.37 0.25 9.22
21 Kalimantan Tengah 3.03 39.60 24.86 0.33 15.51 2.28 85.61 3.22 0.55 10.52 0.10 14.39
22 Kalimantan Selatan 5.54 67.42 3.01 0.02 16.14 - 92.13 4.13 - 3.28 0.46 7.87
23 Kalimantan Timur 5.36 72.40 2.70 1.85 5.03 5.13 92.47 2.25 0.41 4.55 0.32 7.53
24 Sulawesi Utara 6.70 38.70 10.84 3.85 31.65 - 91.74 6.98 0.68 0.47 0.13 8.26
25 Sulawesi Tengah 11.64 40.86 28.01 9.18 8.80 - 98.49 0.40 0.41 0.18 0.52 1.51
26 Sulawesi Selatan 4.19 59.23 7.19 1.53 20.98 0.03 93.15 5.03 0.75 0.97 0.08 6.83
27 Sulawesi Tenggara 2.65 58.74 5.50 4.93 20.66 0.03 92.51 6.29 0.83 0.29 0.08 7.49
28 Gorontalo 1.07 34.12 4.76 0.49 52.43 - 92.87 7.12 - - - 7.12
29 Sulawesi Barat 3.37 38.73 9.70 5.70 34.90 - 92.40 5.95 - 0.14 1.51 7.60
30 Maluku 1.89 46.98 4.74 6.86 25.03 4.85 90.35 6.46 0.36 1.43 1.39 9.64
31 Maluku Utara 0.84 63.65 1.65 0.76 17.35 4.20 88.45 11.55 - - - 11.55
32 Papua 8.67 42.48 9.21 6.08 19.37 7.37 93.18 5.75 0.34 0.25 0.48 6.82
33 Irian Jaya Barat 13.27 45.82 2.44 2.05 11.33 7.38 82.29 14.26 1.86 1.60 - 17.72
Indonesia 8.95 30.8 19.47 3.14 29.98 1.35 93.69 4.77 0.60 0.61 0.33 6.31
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT SUMBER AIR MINUM DAN PROVINSI, TAHUN 2006
Perdesaan
Sumber Air Minum Terlindung Sumber Air Minum Tak Terlindung
Jumlah Jumlah
No Provinsi Mata Air Sumur Sumber Sumur Tak Mata Air Tak Sumber
Air Kemasan Ledeng Pompa Air Hujan Air Sungai Lainnya
Terlindung Terlindung Air Minum Terlindung Terlindung Air Minum
Terlindung Tak Terlindung
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 1.33 6.14 2.45 5.23 44.92 1.77 61.84 27.03 3.74 6.98 0.41 38.16
2 Sumatera Utara 0.67 8.89 11.54 10.83 31.30 3.53 66.76 17.21 9.98 5.38 0.67 33.24
3 Sumatera Barat 0.51 13.74 1.76 10.83 31.32 3.63 61.79 19.05 13.82 5.14 0.21 38.22
4 Riau 0.91 2.04 0.99 0.50 33.44 32.38 70.26 25.13 1.30 3.25 0.07 29.75
5 Jambi 1.16 9.57 0.92 1.87 33.40 11.74 58.66 24.09 2.04 15.14 0.07 41.34
6 Sumatera Selatan 0.89 5.27 1.17 2.45 43.70 9.61 63.09 20.73 2.16 13.45 0.57 36.91
7 Bengkulu 0.80 7.58 1.13 6.00 35.84 0.05 51.40 37.79 6.15 4.48 0.18 48.60
8 Lampung 0.63 2.60 0.93 3.39 58.30 2.01 67.86 24.99 4.24 2.23 0.68 32.14
9 Kepulauan Bangka Belitung 1.59 2.16 2.98 1.05 49.84 - 57.62 36.38 3.25 2.58 0.18 42.39
10 Kepulauan Riau 0.20 2.98 0.49 11.19 26.99 6.29 48.14 34.78 11.74 4.95 0.40 51.87
11 DKI Jakarta - - - - - - 0.00 - - - - 0.00
12 Jawa Barat 1.33 7.44 16.51 17.01 35.57 0.06 77.92 10.90 10.12 1.04 0.02 22.08
13 Jawa Tengah 0.49 8.54 8.55 18.48 44.72 0.51 81.29 10.83 6.86 0.90 0.13 18.72
14 DI Yogyakarta * 0.58 15.49 2.89 8.11 37.71 11.55 76.33 13.57 8.71 0.35 1.05 23.68
15 Jawa Timur 1.66 8.68 13.98 14.86 45.67 0.85 85.70 8.85 3.91 0.65 0.88 14.29
16 Banten 1.56 4.44 16.27 7.54 39.28 0.77 69.86 17.02 6.14 5.93 1.04 30.13
17 Bali 1.87 37.12 3.89 21.82 17.03 7.45 89.18 1.95 5.34 2.54 0.98 10.81
18 Nusa Tenggara Barat 2.06 13.17 8.33 12.94 44.80 - 81.30 13.25 3.14 2.26 0.06 18.71
19 Nusa Tenggara Timur 0.24 13.37 0.92 28.42 17.32 2.79 63.06 9.89 21.32 5.67 0.05 36.93
20 Kalimantan Barat 0.41 7.16 1.46 5.21 6.77 32.13 53.14 12.68 3.62 30.51 0.04 46.85
21 Kalimantan Tengah 0.28 7.62 4.61 0.84 21.43 6.42 41.20 9.31 0.56 48.80 0.13 58.80
22 Kalimantan Selatan 0.44 15.35 16.45 0.79 16.73 3.70 53.46 18.15 1.54 26.49 0.37 46.55
23 Kalimantan Timur 1.72 19.49 3.64 3.91 20.05 8.97 57.78 18.33 1.74 21.67 0.47 42.21
24 Sulawesi Utara 1.45 22.57 1.79 19.32 40.35 1.75 87.23 8.50 3.96 0.28 0.03 12.77
25 Sulawesi Tengah 0.50 12.41 10.02 18.83 29.91 1.41 73.08 15.00 4.14 7.69 0.11 26.94
26 Sulawesi Selatan 0.42 9.78 11.78 11.60 36.87 0.86 71.31 19.61 6.66 2.31 0.13 28.71
27 Sulawesi Tenggara 0.33 19.48 1.64 12.31 36.20 2.14 72.10 19.60 5.53 2.44 0.33 27.90
28 Gorontalo 0.75 9.33 0.71 5.51 53.55 0.11 69.96 20.10 1.59 7.38 0.96 30.03
29 Sulawesi Barat 0.37 8.32 2.95 11.75 30.90 1.70 55.99 17.02 15.67 10.87 0.45 44.01
30 Maluku 0.05 14.43 1.14 23.12 39.42 0.42 78.58 13.93 5.75 1.60 0.13 21.41
31 Maluku Utara 0.36 9.02 0.96 6.80 42.52 2.56 62.22 29.38 4.69 3.66 0.05 37.78
32 Papua 1.80 5.17 0.61 10.31 7.22 12.43 37.54 9.73 35.30 17.28 0.14 62.45
33 Irian Jaya Barat 0.44 11.00 1.09 7.96 10.84 12.30 43.63 10.40 27.13 18.67 0.17 56.37
Indonesia 1.02 9.03 9.23 12.85 38.15 3.41 73.69 14.26 6.89 4.78 0.38 26.31
PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN SUMBER AIR MINUM DARI POMPA/SUMUR/MATA AIR
MENURUT TIPE DAERAH, JARAK KE TEMPAT PENAMPUNGAN AKHIR KOTORAN/TINJA TERDEKAT DAN PROVINSI
TAHUN 2006
1 Nanggroe Aceh Darussalam 75.86 13.05 4.67 6.42 100 40.81 12.42 16.73 30.05 100 48.41 12.55 14.12 24.93 100
2 Sumatera Utara 84.25 10.89 1.63 3.23 100 61.98 7.38 9.84 20.80 100 71.68 8.91 6.26 13.15 100
3 Sumatera Barat 69.32 17.16 4.12 9.39 100 36.63 15.17 11.98 36.21 100 46.77 15.79 9.54 27.90 100
4 Riau 88.37 9.05 2.02 0.56 100 77.03 9.42 2.21 11.34 100 80.96 9.30 2.14 7.60 100
5 Jambi 82.69 9.68 1.71 5.92 100 54.16 12.85 7.39 25.60 100 61.90 11.99 5.85 20.27 100
6 Sumatera Selatan 79.70 11.93 4.55 3.82 100 57.57 9.28 5.28 27.87 100 64.73 10.14 5.04 20.09 100
7 Bengkulu 82.34 12.34 1.79 3.53 100 53.55 7.22 4.68 34.55 100 61.32 8.60 3.90 26.18 100
8 Lampung 75.37 14.88 2.68 7.07 100 73.43 12.07 2.56 11.94 100 73.83 12.66 2.59 10.92 100
9 Kepulauan Bangka Belitung 81.23 6.31 1.24 11.22 100 49.43 5.06 2.90 42.61 100 62.33 5.57 2.23 29.88 100
10 Kepulauan Riau 74.59 20.72 3.25 1.45 100 63.04 6.47 5.34 25.15 100 72.32 17.92 3.66 6.09 100
11 DKI Jakarta 74.74 18.62 6.12 0.52 100 - - - - 100 74.74 18.62 6.12 0.52 100
12 Jawa Barat 73.06 14.73 6.55 5.66 100 47.49 15.36 17.66 19.50 100 60.50 15.04 12.00 12.46 100
13 Jawa Tengah 67.21 12.82 3.54 16.43 100 54.00 13.22 6.04 26.74 100 59.38 13.06 5.02 22.54 100
14 DI Yogyakarta * 58.92 35.07 1.27 4.74 100 80.34 14.28 0.38 5.00 100 67.58 26.67 0.91 4.85 100
15 Jawa Timur 68.75 15.42 2.78 13.05 100 50.84 14.65 3.65 30.87 100 58.24 14.97 3.29 23.50 100
16 Banten 72.77 17.87 3.21 6.16 100 36.02 14.56 7.33 42.09 100 56.51 16.40 5.03 22.06 100
17 Bali 68.02 24.87 0.56 6.55 100 51.91 17.27 0.39 30.43 100 60.54 21.34 0.48 17.64 100
18 Nusa Tenggara Barat 44.27 16.51 3.68 35.54 100 27.68 9.52 3.12 59.69 100 33.68 12.05 3.32 50.95 100
19 Nusa Tenggara Timur 71.54 22.68 1.87 3.91 100 60.93 9.85 1.74 27.47 100 62.59 11.85 1.76 23.79 100
20 Kalimantan Barat 86.14 7.11 0.82 5.93 100 51.66 7.62 3.69 37.03 100 60.70 7.48 2.93 28.83 100
21 Kalimantan Tengah 73.04 13.43 4.59 8.94 100 39.69 16.57 8.26 35.49 100 49.48 15.65 7.18 27.70 100
22 Kalimantan Selatan 72.82 16.91 4.80 5.47 100 50.54 13.46 11.25 24.74 100 58.83 14.74 8.85 17.57 100
23 Kalimantan Timur 81.13 11.87 4.80 2.21 100 67.70 12.22 6.08 14.00 100 75.01 12.03 5.38 7.58 100
24 Sulawesi Utara 69.57 23.74 3.66 3.04 100 61.76 16.91 3.19 18.13 100 64.74 19.51 3.37 12.39 100
25 Sulawesi Tengah 70.68 15.17 5.42 8.74 100 40.42 7.76 5.10 46.72 100 46.49 9.25 5.16 39.09 100
26 Sulawesi Selatan 72.19 17.27 2.65 7.89 100 51.69 8.44 2.37 37.50 100 58.21 11.25 2.46 28.09 100
27 Sulawesi Tenggara 69.30 18.05 3.80 8.84 100 52.31 7.82 4.66 35.22 100 56.03 10.06 4.47 29.43 100
28 Gorontalo 49.51 27.55 9.38 13.57 100 21.20 13.07 9.97 55.76 100 28.83 16.98 9.81 44.38 100
29 Sulawesi Barat 60.01 10.64 6.69 22.66 100 34.39 7.79 4.32 53.50 100 38.16 8.20 4.67 48.97 100
30 Maluku 68.81 11.34 7.25 12.60 100 31.55 6.83 16.92 44.70 100 42.26 8.13 14.14 35.47 100
31 Maluku Utara 70.52 12.89 6.55 10.05 100 28.98 10.77 18.24 42.01 100 39.23 11.29 15.35 34.12 100
32 Papua 74.30 17.57 6.84 1.30 100 35.25 13.59 4.88 46.28 100 44.32 14.51 5.34 35.83 100
33 Irian Jaya Barat 65.69 26.21 5.00 3.11 100 27.83 12.48 9.74 49.95 100 40.97 17.24 8.09 33.69 100
Indonesia 71.97 15.54 4.12 8.38 100 51.65 12.66 7.50 28.19 100 60.38 13.90 6.05 19.67 100
PERSENTASE RUMAH SEHAT DAN SEKOLAH SEHAT MENURUT PROVINSI TAHUN 2004-2006
Perkotaan + Perdesaan
Keluhan Kesehatan
% Penduduk yang
No Provinsi Diare/ Buang- Asma/Nafas Mempunyai Keluhan
Panas Sakit Kepala Batuk Pilek Sakit Gigi Keluhan Lainnya
Buang Air Sesak Kesehatan
(1) (2) (3) (8) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 45.97 21.46 51.78 49.85 11.26 6.98 12.07 23.83 34.52
2 Sumatera Utara 41.14 16.87 48.51 44.54 6.89 5.70 7.36 24.03 21.55
3 Sumatera Barat 38.52 18.82 44.37 41.97 7.30 6.51 6.93 26.96 25.69
4 Riau 38.06 21.02 53.57 50.72 8.23 6.97 9.07 19.43 23.98
5 Jambi 32.25 21.73 50.28 48.11 8.08 6.58 8.81 23.95 25.34
6 Sumatera Selatan 32.06 18.27 51.54 52.07 6.93 6.36 8.67 22.92 25.24
7 Bengkulu 37.07 15.55 51.26 52.67 8.45 6.35 7.66 23.35 24.70
8 Lampung 30.70 19.54 49.96 49.42 5.11 4.42 6.62 27.55 30.75
9 Kepulauan Bangka Belitung 31.58 21.58 49.03 48.68 6.67 6.84 8.85 27.81 30.72
10 Kepulauan Riau 40.57 20.74 53.25 50.21 5.16 6.31 9.46 17.94 28.46
11 DKI Jakarta 32.53 19.05 52.20 49.70 7.37 4.31 5.30 23.16 31.38
12 Jawa Barat 32.79 15.85 44.91 45.49 6.10 6.17 6.39 30.71 25.91
13 Jawa Tengah 31.26 20.10 50.65 52.28 5.25 4.79 5.49 28.97 27.91
14 DI Yogyakarta * 29.03 25.84 54.29 53.74 5.21 5.35 8.57 27.49 44.39
15 Jawa Timur 31.92 17.80 52.11 50.48 5.13 5.40 6.70 23.97 29.40
16 Banten 42.89 22.52 51.90 56.91 6.66 5.84 8.06 16.22 25.40
17 Bali 48.31 18.90 49.77 47.18 5.91 6.82 5.73 22.95 33.96
18 Nusa Tenggara Barat 46.58 23.65 50.74 51.02 7.80 7.08 7.25 29.61 35.04
19 Nusa Tenggara Timur 48.91 25.40 61.00 57.85 9.33 8.24 9.04 26.65 35.98
20 Kalimantan Barat 35.97 19.07 49.72 48.07 7.73 7.71 7.82 21.67 27.42
21 Kalimantan Tengah 40.78 22.43 58.11 54.19 7.98 7.12 7.89 14.25 26.40
22 Kalimantan Selatan 36.15 22.15 49.68 46.00 6.85 6.08 7.71 23.57 30.87
23 Kalimantan Timur 34.07 20.93 50.67 51.25 6.73 5.46 8.40 21.45 30.82
24 Sulawesi Utara 36.90 18.66 52.78 52.81 6.64 3.84 9.22 19.71 29.27
25 Sulawesi Tengah 44.23 25.97 46.37 39.73 7.34 7.56 11.57 28.76 31.61
26 Sulawesi Selatan 37.69 20.28 40.88 37.18 7.54 6.93 7.76 24.65 25.41
27 Sulawesi Tenggara 38.71 20.43 41.57 37.00 7.29 7.40 8.55 25.37 28.21
28 Gorontalo 67.26 26.18 55.02 42.34 9.40 6.51 10.86 15.46 41.20
29 Sulawesi Barat 45.87 25.54 42.84 41.18 9.54 6.75 9.33 20.44 27.80
30 Maluku 40.08 17.17 52.02 43.12 5.69 5.40 12.62 18.09 29.61
31 Maluku Utara 46.58 23.55 49.55 28.19 9.02 6.60 8.41 28.48 30.44
32 Papua 40.32 19.75 55.68 52.40 8.33 5.47 8.56 23.76 33.53
33 Irian Jaya Barat 45.16 12.07 51.90 47.97 5.11 4.48 5.87 18.09 22.13
Indonesia 35.65 19.30 49.92 48.93 6.44 5.83 7.16 25.55 28.15
PERSENTASE PENDUDUK YANG BEROBAT JALAN DAN MENGOBATI SENDIRI SELAMA BULAN REFERENS
MENURUT TIPE DAERAH DAN PROVINSI TAHUN 2006
Tempat/Cara Berobat
No Provinsi Rumah Sakit
Rumah Sakit Swasta Total RS Praktek Dokter Puskesmas/ Pustu Petugas Kesehatan Praktek Batra Dukun Bersalin Lainnya
Pemerintah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 12.68 2.44 15.12 14.85 47.55 12.64 1.95 0.89 7.01
2 Sumatera Utara 9.37 8.68 18.05 22.88 29.00 19.47 3.61 0.95 6.04
3 Sumatera Barat 10.70 2.20 12.90 13.21 35.82 24.82 7.16 0.93 5.16
4 Riau 12.99 8.57 21.56 22.74 41.73 8.84 0.51 2.44 3.50
5 Jambi 9.67 3.77 13.44 22.34 50.25 8.19 1.06 1.13 3.59
6 Sumatera Selatan 7.72 5.37 13.09 17.22 53.14 9.94 1.26 1.70 3.64
7 Bengkulu 6.04 1.40 7.44 22.74 43.07 17.64 2.59 1.02 5.51
8 Lampung 4.26 2.36 6.62 20.74 34.70 30.04 1.63 0.95 5.31
9 Kepulauan Bangka Belitung 4.80 5.95 10.75 17.21 49.95 15.41 1.93 0.73 4.03
10 Kepulauan Riau 13.92 8.23 22.15 21.57 41.61 7.98 0.81 0.74 5.15
11 DKI Jakarta 10.69 10.84 21.53 39.23 31.52 1.74 1.51 0.59 3.88
12 Jawa Barat 8.68 5.72 14.40 29.32 44.68 23.14 4.69 0.60 4.74
13 Jawa Tengah 6.92 2.53 9.45 26.08 35.57 24.40 1.32 0.39 2.78
14 DI Yogyakarta * 8.15 7.48 15.63 32.39 36.70 11.60 1.59 0.04 2.06
15 Jawa Timur 6.07 3.79 9.86 24.89 31.69 27.56 1.72 0.45 3.83
16 Banten 7.51 7.88 15.39 30.86 35.81 10.18 0.60 0.90 6.26
17 Bali 11.12 3.24 14.36 36.16 28.59 16.61 1.11 0.41 2.76
18 Nusa Tenggara Barat 5.01 0.43 5.44 17.27 52.69 13.65 0.80 0.58 9.57
19 Nusa Tenggara Timur 8.18 3.12 11.30 8.58 64.32 10.07 0.78 0.30 4.66
20 Kalimantan Barat 9.00 2.80 11.80 20.15 43.13 17.78 1.72 0.77 4.65
21 Kalimantan Tengah 7.26 0.85 8.11 14.78 57.27 15.89 1.14 0.42 2.38
22 Kalimantan Selatan 7.11 1.23 8.34 14.49 47.13 24.05 3.11 0.39 2.97
23 Kalimantan Timur 9.89 6.09 15.98 26.52 50.02 9.38 2.55 0.67 4.56
24 Sulawesi Utara 8.79 5.76 14.55 27.31 41.33 12.73 0.28 0.65 3.14
25 Sulawesi Tengah 9.51 1.11 10.62 11.72 51.49 14.22 1.24 0.50 10.21
26 Sulawesi Selatan 12.96 2.03 14.99 13.13 53.43 10.98 0.67 0.52 6.28
27 Sulawesi Tenggara 13.44 2.47 15.91 11.44 56.13 9.01 0.94 1.58 4.98
28 Gorontalo 5.47 1.71 7.18 24.37 42.77 16.08 2.32 1.80 5.49
29 Sulawesi Barat 9.78 0.88 10.66 12.50 63.98 6.92 0.56 0.38 5.00
30 Maluku 8.71 3.62 12.33 13.07 60.97 10.50 0.66 0.37 2.09
31 Maluku Utara 11.51 6.13 17.64 11.56 48.57 12.72 2.13 1.45 5.94
32 Papua 11.08 4.39 15.47 9.48 65.94 3.81 0.44 0.59 4.27
33 Irian Jaya Barat 11.51 9.86 21.37 9.01 41.30 7.87 6.81 6.55 7.09
Indonesia 8.22 4.39 12.61 23.85 40.45 19.10 2.13 0.66 4.49 90.68
Tipe Daerah
No Provinsi Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan
Modern Tradisional Lainnya Modern Tradisional Lainnya Modern Tradisional Lainnya
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 87.83 37.15 15.80 76.00 54.07 19.55 78.39 50.66 18.79
2 Sumatera Utara 74.05 33.81 22.48 76.97 47.56 16.66 75.81 42.11 18.97
3 Sumatera Barat 72.39 38.25 12.52 76.41 47.98 11.76 75.45 45.66 11.95
4 Riau 80.89 39.47 20.13 72.05 56.23 18.21 74.86 50.90 18.83
5 Jambi 80.35 32.94 14.06 82.69 50.55 14.15 82.09 46.05 14.12
6 Sumatera Selatan 79.35 33.57 30.79 76.68 53.82 26.56 77.61 46.82 28.02
7 Bengkulu 79.59 34.18 19.98 71.63 47.98 20.77 73.57 44.61 20.58
8 Lampung 83.62 30.53 13.14 82.02 33.45 14.36 82.33 32.87 14.12
9 Kepulauan Bangka Belitung 89.13 18.50 12.17 83.81 41.07 16.26 85.85 32.43 14.70
10 Kepulauan Riau 79.13 40.70 14.10 65.07 49.78 24.39 76.04 42.69 16.36
11 DKI Jakarta 82.61 31.69 13.94 - - - 82.61 31.69 13.94
12 Jawa Barat 83.15 30.76 13.22 84.04 35.66 11.11 83.63 33.42 12.08
13 Jawa Tengah 87.46 28.15 9.64 87.79 32.46 9.45 87.66 30.74 9.52
14 DI Yogyakarta * 87.83 29.82 7.79 79.72 39.94 14.36 84.61 33.84 10.40
15 Jawa Timur 87.09 36.92 10.60 82.79 47.07 13.24 84.53 42.96 12.17
16 Banten 78.85 33.44 18.51 68.65 42.72 14.28 74.07 37.79 16.53
17 Bali 84.34 47.84 9.64 74.83 61.55 9.14 79.83 54.33 9.40
18 Nusa Tenggara Barat 85.87 37.51 9.70 82.82 44.01 14.17 83.96 41.59 12.51
19 Nusa Tenggara Timur 86.92 26.40 10.87 73.16 51.68 14.31 75.48 47.43 13.73
20 Kalimantan Barat 87.76 34.02 8.75 78.85 39.09 19.90 81.84 37.39 16.16
21 Kalimantan Tengah 91.51 31.31 7.69 84.94 25.64 11.73 87.14 27.54 10.38
22 Kalimantan Selatan 89.53 23.35 7.47 87.79 35.73 10.89 88.43 31.14 9.63
23 Kalimantan Timur 86.49 32.70 13.01 82.57 36.03 14.38 84.73 34.19 13.63
24 Sulawesi Utara 89.58 17.77 5.14 86.75 25.38 9.04 87.54 23.26 7.95
25 Sulawesi Tengah 85.86 20.27 13.74 74.57 50.30 18.82 76.40 45.44 18.00
26 Sulawesi Selatan 85.29 33.24 8.05 79.47 44.34 9.01 81.34 40.77 8.70
27 Sulawesi Tenggara 78.63 33.67 13.98 78.42 48.26 11.87 78.46 45.40 12.28
28 Gorontalo 89.91 21.33 7.67 77.99 45.55 23.66 81.35 38.72 19.15
29 Sulawesi Barat 89.16 38.38 6.18 78.40 50.01 11.42 79.62 48.69 10.82
30 Maluku 87.89 20.77 5.42 66.07 50.97 16.07 71.35 43.67 13.49
31 Maluku Utara 95.17 30.05 4.27 85.33 46.13 8.29 87.25 42.99 7.51
32 Papua 78.47 26.20 9.05 56.23 56.35 17.10 60.81 50.14 15.44
33 Irian Jaya Barat 41.98 59.19 6.30 67.83 55.78 10.76 54.76 57.51 8.51
Indonesia 84.14 32.59 12.73 80.98 42.29 13.46 82.28 38.30 13.16
Perkotaan+Perdesaan
Lama Disusui (Bulan)
No. Provinsi Jumlah
≤5 6-11 12-17 18-23 >24
(1) (2) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Perkotaan
Lama Disusui (Bulan)
No Provinsi Jumlah
≤5 6-11 12-17 18-23 >24
(1) (2) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 5.36 12.34 21.26 30.33 30.71 100
2 Sumatera Utara 7.31 12.11 33.88 19.35 27.34 100
3 Sumatera Barat 3.15 8.20 18.52 20.19 49.94 100
4 Riau 5.89 11.82 26.97 21.51 33.82 100
5 Jambi 4.77 10.64 21.47 16.89 46.23 100
6 Sumatera Selatan 4.60 7.72 17.56 17.36 52.77 100
7 Bengkulu 1.03 5.08 13.53 26.27 54.09 100
8 Lampung 5.02 7.78 22.30 21.74 43.16 100
9 Kepulauan Bangka Belitung 5.56 13.48 21.86 16.89 42.21 100
10 Kepulauan Riau 9.68 9.92 19.99 17.20 43.22 100
11 DKI Jakarta 10.90 16.39 26.53 13.18 32.99 100
12 Jawa Barat 9.14 12.16 16.53 18.29 43.88 100
13 Jawa Tengah 5.19 6.29 16.59 21.06 50.86 100
14 DI Yogyakarta * 2.41 7.77 11.66 23.28 54.88 100
15 Jawa Timur 8.43 10.63 20.06 20.65 40.23 100
16 Banten 6.09 10.83 23.35 17.97 41.75 100
17 Bali 4.78 8.62 16.67 21.84 48.08 100
18 Nusa Tenggara Barat 0.91 3.46 14.81 23.97 56.85 100
19 Nusa Tenggara Timur 3.26 12.72 34.98 14.64 34.40 100
20 Kalimantan Barat 16.87 14.35 21.82 8.92 38.04 100
21 Kalimantan Tengah 4.34 4.83 10.74 17.66 62.43 100
22 Kalimantan Selatan 10.56 11.49 11.39 19.40 47.15 100
23 Kalimantan Timur 5.06 12.35 19.41 13.12 50.06 100
24 Sulawesi Utara 6.34 7.87 29.56 13.48 42.75 100
25 Sulawesi Tengah 7.70 10.40 21.18 14.04 46.68 100
26 Sulawesi Selatan 2.17 12.06 29.07 20.75 35.95 100
27 Sulawesi Tenggara 5.23 6.72 27.51 18.59 41.94 100
28 Gorontalo 10.87 4.66 24.46 13.09 46.93 100
29 Sulawesi Barat 2.52 6.09 23.54 16.03 51.82 100
30 Maluku 3.24 12.97 54.68 18.58 10.53 100
31 Maluku Utara 0.45 3.41 23.04 27.87 45.24 100
32 Papua 8.64 22.22 31.68 8.59 28.87 100
33 Irian Jaya Barat 1.77 9.59 62.27 17.03 9.35 100
Indonesia 7.23 10.83 21.10 18.74 42.10 100
Perdesaan
Lama Disusui (Bulan)
No Provinsi Jumlah
≤5 6-11 12-17 18-23 >24
(1) (2) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 4.04 6.79 19.85 36.53 32.79 100
2 Sumatera Utara 5.06 13.13 36.35 23.62 21.84 100
3 Sumatera Barat 1.85 4.92 17.44 31.71 44.08 100
4 Riau 7.48 7.05 21.64 23.78 40.04 100
5 Jambi 2.34 5.46 14.27 24.86 53.07 100
6 Sumatera Selatan 4.66 5.29 21.56 25.67 42.82 100
7 Bengkulu 2.36 4.40 20.88 28.02 44.34 100
8 Lampung 1.90 6.01 19.75 29.99 42.35 100
9 Kepulauan Bangka Belitung 4.62 8.85 25.65 14.34 46.54 100
10 Kepulauan Riau 4.04 8.64 19.42 22.19 45.72 100
11 DKI Jakarta - - - - - 100
12 Jawa Barat 8.12 6.57 13.56 21.52 50.23 100
13 Jawa Tengah 3.95 3.39 12.68 24.36 55.61 100
14 DI Yogyakarta * 1.03 2.44 16.20 15.49 64.84 100
15 Jawa Timur 5.51 6.45 15.95 24.10 47.98 100
16 Banten 4.42 7.76 21.84 32.43 33.54 100
17 Bali 1.67 3.36 20.19 35.08 39.70 100
18 Nusa Tenggara Barat 0.44 3.80 16.49 23.84 55.43 100
19 Nusa Tenggara Timur 1.59 6.55 37.95 19.04 34.87 100
20 Kalimantan Barat 3.66 6.23 19.00 15.44 55.67 100
21 Kalimantan Tengah 1.11 4.43 15.42 19.31 59.73 100
22 Kalimantan Selatan 3.40 4.95 12.52 22.79 56.34 100
23 Kalimantan Timur 8.38 14.94 24.38 16.13 36.17 100
24 Sulawesi Utara 8.14 7.29 30.18 14.74 39.64 100
25 Sulawesi Tengah 3.51 6.25 21.94 19.95 48.35 100
26 Sulawesi Selatan 2.31 7.09 29.92 21.42 39.27 100
27 Sulawesi Tenggara 1.25 9.49 30.62 24.64 34.01 100
28 Gorontalo 6.25 13.74 26.46 12.00 41.54 100
29 Sulawesi Barat 1.37 5.48 21.63 24.87 46.65 100
30 Maluku 6.70 21.88 42.83 13.26 15.34 100
31 Maluku Utara 2.81 10.26 37.39 21.33 28.21 100
32 Papua 4.30 12.84 25.20 18.89 38.78 100
33 Irian Jaya Barat 2.24 3.88 33.62 14.44 45.82 100
Indonesia 4.44 6.76 20.54 23.81 44.45 100
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI, ANGKA HARAPAN HIDUP,NET REPRODUCTION RATE DAN ANGKA FERTILITAS TOTAL
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 - 2010
Estimasi
No Provinsi Angka Kematian Bayi Angka Kematian Balita* Angka Harapan Hidup Net Reproduction Rate Angka Fertilitas
(IMR) (2002-2003) (eo) (NRR) Total (TFR)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 39 - 67.3 1.10 2.411
2 Sumatera Utara 27 57 70.5 1.18 2.527
3 Sumatera Barat 32 59 69.2 1.14 2.459
4 Riau 28 60 70.1 1.11 2.387
5 Jambi 32 51 69.1 1.09 2.368
6 Sumatera Selatan 31 49 69.2 1.06 2.291
7 Bengkulu 33 68 68.9 1.03 2.243
8 Lampung 28 64 70.1 1.09 2.349
9 Kepulauan Bangka Belitung 32 47 69.0 1.02 2.217
10 DKI Jakarta 14 41 74.0 0.73 1.527
11 Jawa Barat 32 50 69.0 1.02 2.218
12 Jawa Tengah 25 44 71.0 1.02 2.181
13 DI Yogyakarta 14 23 74.0 0.66 1.373
14 Jawa Timur 28 52 70.0 0.77 1.662
15 Banten 39 56 67.3 1.09 2.399
16 Bali 20 19 72.4 0.89 1.629
17 Nusa Tenggara Barat 51 103 64.4 1.10 2.503
18 Nusa Tenggara Timur 35 73 68.4 1.25 2.742
19 Kalimantan Barat 34 63 68.5 1.14 2.488
20 Kalimantan Tengah 28 47 70.0 1.05 2.259
21 Kalimantan Selatan 40 57 66.9 0.99 2.180
22 Kalimantan Timur 23 50 71.6 1.05 2.234
23 Sulawesi Utara 16 33 73.6 0.91 1.909
24 Sulawesi Tengah 40 71 67.0 1.05 2.313
25 Sulawesi Selatan 33 72 68.8 1.04 2.268
26 Sulawesi Tenggara 32 92 69.1 1.21 2.617
27 Gorontalo 33 97 68.7 1.04 2.259
28 Maluku 37 - 67.7 1.25 2.751
29 Maluku Utara 43 - 66.3 1.23 2.731
30 Papua 34 - 68.4 1.20 2.761
Indonesia 28 46 69.8 1.01 2.177
Sumber: BAPPENAS, BPS, United Nations Population Fund (2003), Proyeksi Penduduk Indonesia 2005 - 2010, Tahun 2005
*BPS (2003), Indonesia Demographic and Health (IDHS), 2002 - 2003
Lampiran 3.2
1 167 Infeksi saluran nafas bagian atas akut lainnya 960,460 19.9
5 270.9 Gejala tanda dan penemuan klinik dan laboratorium tidak normal lainnya 397,478 8.23
6 281 Cedera YDT lainnya YTT dan daerah badan multipel 347,345 7.19
10 005 Diare dan gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu (kolitis infeksi) 333,066 6.89
1 005 Diare dan gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu (kolitis infeksi) 177,517 7.95
7 281 Cedera YDT lainnya YTT dan daerah badan multipel 46,081 2.06
4 IV 101 - 111 E 00-E 90Penyakit Endokrin, Nutrisi & Metabolik 94,417 111,978 206,395 714,502 3.46
5 V 112-119.9 F 00-F 99Gangguan Mental & Perilaku 44,024 34,060 78,084 241,001 3.09
6 VI 120-129 G 00-G 99Penyakit Susunan Syaraf 69,250 76,044 145,294 359,784 2.48
7 VII 130 - 139,10 H 00-H 59Penyakit Mata dan Adneksa 268,354 296,032 564,386 824,210 1.46
8 VIII 140 - 142,9 H 60-H 95Penyakit Telinga dan Pros. Mastoideus 108,043 104,970 213,013 325,626 1.53
9 IX 143-164.9 I 00-I 99Penyakit Sistem Sirkulasi Darah 247,772 217,297 465,069 1,355,461 2.91
10 X 165.0-179.9 J 00-J 99Penyakit Sistem Napas 675,444 632,815 1,308,259 2,162,905 1.65
11 XI 180-197 K 00-K 93Penyakit Sistem Cerna 426,318 479,897 906,215 1,550,085 1.71
12 XII 198 - 199 L 00-L 99Penyakit Kulit & Jaringan Subkutan 141,268 180,004 321,272 567,233 1.77
13 XIII 200,0 - 210 M 00-M 99Penyakit Sistem Muskuloskeletal dan Jaringan Ikat 125,290 156,272 281,562 663,410 2.36
14 XIV 211 - 233 N 00-N 99Penyakit Sistem Kemih Kelamin 94,676 170,542 265,218 498,012 1.88
15 XV 234-244 O 00-O 99Kehamilan, Persalinan & Masa Nifas - 75,466 75,466 101,603 1.35
16 XVI 245-253.9 P 00-P 96Kondisi Tertentu yang bermula pada masa Perinatal 6,134 7,142 13,276 17,128 1.29
Malformasi, Deformasi Kongenital & Kelainan
17 XVII 254-266.9 Q 00-Q 99 13,004 10,530 23,534 45,728 1.94
Kromosom
Gejala, Tanda & Penemuan Laboratorium, Klinik
18 XVIII 267-270.9 R 00-R 99 318,826 276,376 595,202 932,385 1.57
Abnormal YTK
Cedera, Keracunan dan Akibat Sebab Luar Tertentu
19 XIX 271-289 S 00-T 98 297,129 178,406 475,535 732,316 1.54
Lainnya
20 XX 299.0-306.13 V 00-Y 98 Sebab Luar Morbiditas & Mortalitas 136,505 89,365 225,870 258,599 1.14
Faktor yg Mempengaruhi Keadaan Kesehatan & yg
21 XXI 290.0-298 Z 00-Z 99 349,051 643,316 992,367 1,871,700 1.89
Berhubungan dengan Pelayanan Kesehata
Jumlah 3,884,469 4,230,098 8,114,567 15,096,844 1.86
Pasien Baru
No Bab DTD ICD-X Golongan Sebab Sakit Pasien Mati CFR (%)
Laki-laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 I 001 - 057,9 A 00-B 99 Penyakit Infeksi & Parasit Tertentu 273,107 234,156 507,263 15,984 3.15
2 II 058.0-096.9 C 00-D 48 Neoplasma 19,537 35,701 55,238 3,378 6.12
4 IV 101 - 111 E 00-E 90Penyakit Endokrin, Nutrisi & Metabolik 30,476 39,207 69,683 5,242 7.52
5 V 112-119.9 F 00-F 99Gangguan Mental & Perilaku 12,848 10,183 23,031 227 0.99
6 VI 120-129 G 00-G 99Penyakit Susunan Syaraf 13,742 12,331 26,073 2,894 11.10
7 VII 130 - 139,10 H 00-H 59Penyakit Mata dan Adneksa 14,137 12,538 26,675 287 1.08
8 VIII 140 - 142,9 H 60-H 95Penyakit Telinga dan Pros. Mastoideus 1,791 2,032 3,823 35 0.92
9 IX 143-164.9 I 00-I 99Penyakit Sistem Sirkulasi Darah 94,579 83,108 177,687 19,361 10.90
10 X 165.0-179.9 J 00-J 99Penyakit Sistem Napas 94,837 78,186 173,023 6,156 3.56
11 XI 180-197 K 00-K 93Penyakit Sistem Cerna 100,272 91,686 191,958 5,739 2.99
12 XII 198 - 199 L 00-L 99Penyakit Kulit & Jaringan Subkutan 7,593 6,631 14,224 189 1.33
13 XIII 200,0 - 210 M 00-M 99Penyakit Sistem Muskuloskeletal dan Jaringan Ikat 11,591 11,189 22,780 235 1.03
14 XIV 211 - 233 N 00-N 99Penyakit Sistem Kemih Kelamin 51,021 48,065 99,086 3,750 3.78
15 XV 234-244 O 00-O 99Kehamilan, Persalinan & Masa Nifas 285,904 285,904 1,318 0.46
16 XVI 245-253.9 P 00-P 96Kondisi Tertentu yang bermula pada masa Perinatal 37,388 36,585 73,973 9,567 12.93
Malformasi, Deformasi Kongenital & Kelainan
17 XVII 254-266.9 Q 00-Q 99 5,735 6,626 12,361 541 4.38
Kromosom
Gejala, Tanda & Penemuan Laboratorium, Klinik
18 XVIII 267-270.9 R 00-R 99 65,345 58,772 124,117 3,296 2.66
Abnormal YTK
Cedera, Keracunan dan Akibat Sebab Luar Tertentu
19 XIX 271-289 S 00-T 98 111,564 59,234 170,798 4,770 2.79
Lainnya
20 XX 299.0-306.13 V 00-Y 98 Sebab Luar Morbiditas & Mortalitas 23,572 12,749 36,321 1,010 2.78
Faktor yg Mempengaruhi Keadaan Kesehatan & yg
21 XXI 290.0-298 Z 00-Z 99 74,390 94,001 168,391 925 0.55
Berhubungan dengan Pelayanan Kesehata
Jumlah 1,046,689 1,222,773 2,269,462 85,033
No Provinsi
2001 2002 2003 2004 2005 2006
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Cakupan Penemuan
Perkiraan
No Provinsi Semua Case Detection Rate
Kasus Menular BTA Pos
Kasus (CDR) %
(1) (2) (4) (5) (6) (7)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 6,486 4,274 3,251 50.12
2 Sumatera Utara 20,169 18,969 16,678 82.69
3 Sumatera Barat 7,085 5,131 3,650 51.52
4 Riau 8,011 4,003 2,597 32.42
5 Jambi 4,332 2,981 2,610 60.25
6 Sumatera Selatan 12,245 7,660 5,101 41.66
7 Bengkulu 2,850 1,768 1,343 47.13
8 Lampung 11,842 6,788 4,614 38.96
9 Kepulauan Bangka Belitung 1,578 1,059 785 49.74
10 Kepulauan Riau 2,180 1,249 823 37.75
11 DKI Jakarta 9,369 18,749 7,301 77.93
12 Jawa Barat 42,533 53,707 30,515 71.74
13 Jawa Tengah 34,243 33,543 17,330 50.61
14 DI Yogyakarta 2,119 2,283 1,232 58.14
15 Jawa Timur 38,194 35,975 23,068 60.40
16 Banten 10,240 14,131 7,745 75.63
17 Bali 2,190 2,690 1,374 62.73
18 Nusa Tenggara Barat 9,290 5,751 3,756 40.43
19 Nusa Tenggara Timur 8,789 5,783 3,772 42.92
20 Kalimantan Barat 9,385 5,688 4,513 48.09
21 Kalimantan Tengah 4,615 2,078 1,623 35.17
22 Kalimantan Selatan 6,914 5,032 3,577 51.74
23 Kalimantan Timur 6,060 3,111 2,056 33.93
24 Sulawesi Utara 4,556 4,778 4,149 91.07
25 Sulawesi Tengah 5,146 2,898 2,430 47.22
26 Sulawesi Selatan 15,946 10,211 8,446 52.97
27 Sulawesi Tenggara 4,497 3,685 3,187 70.87
28 Gorontalo 1,846 1,703 1,509 81.75
29 Sulawesi Barat 2,131 1,319 1,135 53.27
30 Maluku 2,461 2,785 1,546 62.81
31 Maluku Utara 1,658 913 529 31.90
32 Papua 5,415 6,894 3,075 56.78
33 Irian Jaya Barat - - -
Indonesia 304,373 277,589 175,320 75.68
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
Lampiran 3.10
JUMLAH KASUS BARU TB PARU BTA POSITIF
MENURUT JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2006
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
No Provinsi
Laki-laki+ Perempuan
Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 12 16 247 185 400 254 425 216 464 226 394 198 149 65 2,091 1,160 3,251
2 Sumatera Utara 39 69 1302 998 2123 1326 2389 1351 2467 1182 1688 658 783 303 10,791 5,887 16,678
3 Sumatera Barat 20 18 386 275 517 293 415 220 463 227 357 137 226 96 2,384 1,266 3,650
4 Riau 17 14 225 170 377 216 386 197 342 178 222 105 109 39 1,678 919 2,597
5 Jambi 18 10 189 152 351 248 312 215 328 198 257 134 142 56 1,597 1,013 2,610
6 Sumatera Selatan 44 31 465 355 673 502 666 377 594 345 494 234 236 85 3,172 1,929 5,101
7 Bengkulu 7 9 121 105 167 116 177 98 161 89 144 62 64 23 841 502 1,343
8 Lampung 36 28 382 307 612 428 569 368 556 286 457 244 232 109 2,844 1,770 4,614
9 Kepulauan Bangka Belitung 3 0 73 56 116 88 96 47 87 58 74 33 40 14 489 296 785
10 Kepulauan Riau 64 48 61 63 128 99 106 34 78 24 60 22 27 9 524 299 823
11 DKI Jakarta 76 64 1014 749 1295 833 823 509 627 401 391 225 190 104 4,416 2,885 7,301
12 Jawa Barat 135 161 3574 3258 4632 3579 3242 2569 2795 1941 1992 1267 947 423 17,317 13,198 30,515
13 Jawa Tengah 70 84 1528 1688 1940 1903 1789 1532 1779 1277 1572 987 837 344 9,515 7,815 17,330
14 DI Yogyakarta 4 4 120 112 161 132 103 79 142 73 104 68 92 38 726 506 1,232
15 Jawa Timur 115 138 1811 1901 2398 2415 2446 2170 2775 1880 2355 1427 845 392 12,745 10,323 23,068
16 Banten 25 31 894 696 1151 859 971 688 809 480 571 263 217 90 4,638 3,107 7,745
17 Bali 4 5 99 107 176 173 136 99 154 87 133 74 77 50 779 595 1,374
18 Nusa Tenggara Barat 16 17 283 240 428 293 383 271 523 318 506 292 144 42 2,283 1,473 3,756
19 Nusa Tenggara Timur 21 17 282 299 401 364 332 290 379 303 374 301 263 146 2,052 1,720 3,772
20 Kalimantan Barat 21 22 352 261 568 361 531 313 651 326 553 231 239 84 2,915 1,598 4,513
21 Kalimantan Tengah 7 6 112 96 206 137 225 149 227 103 156 60 95 44 1,028 595 1,623
22 Kalimantan Selatan 16 21 268 187 401 305 479 302 484 316 404 192 158 44 2,210 1,367 3,577
23 Kalimantan Timur 18 22 189 164 281 174 302 166 243 123 185 88 77 24 1,295 761 2,056
24 Sulawesi Utara 20 21 344 248 511 394 489 317 515 299 364 217 271 139 2,514 1,635 4,149
25 Sulawesi Tengah 8 8 166 164 299 230 293 227 345 182 228 140 99 41 1,438 992 2,430
26 Sulawesi Selatan 17 27 623 553 992 781 959 689 964 710 968 601 390 172 4,913 3,533 8,446
27 Sulawesi Tenggara 15 18 259 210 371 282 385 265 354 241 346 204 145 92 1,875 1,312 3,187
28 Gorontalo 2 3 117 106 182 136 210 152 187 141 115 87 32 39 845 664 1,509
29 Sulawesi Barat 2 8 85 63 130 91 148 87 150 88 122 74 58 29 695 440 1,135
30 Maluku 13 18 150 102 182 167 152 144 143 123 112 85 109 46 861 685 1,546
31 Maluku Utara 4 3 53 36 77 61 63 39 54 40 48 22 20 9 319 210 529
32 Papua 30 44 511 471 506 388 330 241 219 111 123 54 35 12 1,754 1,321 3,075
33 Irian Jaya Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - - -
Indonesia 899 985 16,285 14,377 22,752 17,628 20,332 14,421 20,059 12,376 15,869 8,786 7,348 3,203 103,544 71,776 175,320
JUMLAH KUMULATIF KASUS AIDS, MENINGGAL, DAN ANGKA KUMULATIF KASUS per 100.000 PENDUDUK
MENURUT PROVINSI s.d 31 DESEMBER 2006
Jumlah Case
No Provinsi Meninggal
Kasus Rate
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 6 2 0.15
2 Sumatera Utara 242 48 1.96
3 Sumatera Barat 64 32 1.41
4 Riau 97 40 2.13
5 Jambi 83 29 3.08
6 Sumatera Selatan 91 22 1.35
7 Bengkulu 23 6 1.43
8 Lampung 102 32 1.42
9 Kepulauan Bangka Belitung 50 3 4.81
10 Kepulauan Riau 203 91 16.94
11 DKI Jakarta 2,565 420 28.15
12 Jawa Barat 940 138 2.40
13 Jawa Tengah 290 138 0.74
14 DI Yogyakarta 89 11 2.71
15 Jawa Timur 863 258 2.33
16 Banten 42 11 0.46
17 Bali 399 74 11.44
18 Nusa Tenggara Barat 62 16 1.49
19 Nusa Tenggara Timur 29 4 0.69
20 Kalimantan Barat 553 106 13.56
21 Kalimantan Tengah 1 1 0.05
22 Kalimantan Selatan 12 5 0.37
23 Kalimantan Timur 10 8 0.34
24 Sulawesi Utara 101 37 4.68
25 Sulawesi Tengah 2 1 0.09
26 Sulawesi Selatan 143 62 1.91
27 Sulawesi Tenggara 2 - 0.10
28 Gorontalo 3 1 0.33
29 Sulawesi Barat 0 - 0.00
30 Maluku 119 53 8.94
31 Maluku Utara 3 1 0.33
32 Papua 947 221 51.42
33 Irian Jaya Barat 58 - 10.24
JUMLAH DAN PERSENTASE KASUS AIDS YANG MENGGUNAKAN NAPZA SUNTIKAN (IDU)
MENURUT PROVINSI s.d 31 DESEMBER 2006
Wanita Pasangan
Pasangan Pelanggan Waria Pelanggan Warga Binaan
No Provinsi IDU Penjaja Seks Pelangan Homoseks Umum Rata-rata
IDU WPS (Wanita pria) Waria Pemasyarakatan
(WPS) WPS
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
JUMLAH KASUS BARU KUSTA DAN KECACATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
Tetanus Neonatorum
Pemeriksaan Kehamilan Status Imunisasi Penolong Persalinan Perawatan Tali Pusat Pemotongan Tali Pusat Dirawat di RS
Tanpa pemeriksaan
Meninggal
Tidak Diimunisasi
Total
No Provinsi
Tidak Diketahui
Tidak Diketahui
Tidak Diketahui
Tidak Diketahui
Tidak Diketahui
Tidak Diketahui
Alkohol/Iodium
Bidan/Perawat
Bidan/Perawat
Tradisional
Tradisional
Tradisional
Lain-lain
Lain-lain
Gunting
Bambu
Dokter
Dokter
Tidak
TT2+
TT1
Ya
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26) (27) (28) (29)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 5 3 0 4 0 1 0 1 2 2 0 0 2 3 0 0 0 0 5 3 0 1 1 4 0 1
2 Sumatera Utara 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1
3 Sumatera Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Riau 2 0 0 0 0 2 0 0 0 1 1 0 0 2 0 1 1 0 0 2 0 0 0 0 0 2
5 Jambi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Sumatera Selatan 8 2 0 4 2 1 1 0 2 5 1 0 2 6 0 3 3 2 0 3 4 1 0 7 1 0
7 Bengkulu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Lampung 15 7 1 9 3 1 1 3 1 11 0 0 3 12 0 1 10 4 0 4 6 4 1 14 1 0
9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 Kepulauan Riau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 DKI Jakarta 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 Jawa Barat 31 12 0 17 7 4 3 9 4 16 2 0 6 23 2 7 1 21 2 20 1 5 5 26 2 3
13 Jawa Tengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14 DI Yogyakarta 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 Jawa Timur 15 7 0 11 2 2 0 4 4 7 0 0 5 10 0 11 2 1 1 10 5 0 0 15 0 0
16 Banten 11 0 0 0 0 0 11 0 0 0 11 0 0 0 11 0 0 0 11 0 0 0 11 0 0 11
17 Bali 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 Nusa Tenggara Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 Nusa Tenggara Timur 3 0 0 1 2 0 0 0 0 3 0 0 0 3 0 0 3 0 0 3 0 0 0 3 0 0
20 Kalimantan Barat 3 1 0 0 3 0 0 0 0 0 3 0 0 3 0 0 3 0 0 0 0 3 0 3 0 0
21 Kalimantan Tengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 Kalimantan Selatan 3 3 0 2 0 1 0 1 0 2 0 0 0 3 0 1 2 0 0 3 0 0 0 3 0 0
23 Kalimantan Timur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 Sulawesi Utara 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
25 Sulawesi Tengah 5 0 0 4 0 1 0 0 2 2 1 1 1 2 1 1 2 2 0 1 1 2 1 3 2 0
26 Sulawesi Selatan 5 3 0 2 1 2 0 1 1 3 0 0 1 4 0 2 1 2 0 1 4 0 0 3 2 0
27 Sulawesi Tenggara 5 2 0 1 3 0 1 0 0 3 2 0 3 1 1 1 2 1 1 3 1 0 1 2 0 3
28 Gorontalo 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
29 Sulawesi Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 Maluku 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
31 Maluku Utara 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0
32 Papua 2 2 0 1 0 1 0 0 0 2 0 0 0 2 0 0 0 2 0 0 0 2 0 0 2 0
33 Irian Jaya Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Indonesia 118 46 1 57 24 19 17 19 16 61 22 2 25 76 15 31 31 36 20 57 23 18 20 84 12 22
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
Lampiran 3.21
JUMLAH KASUS PENYAKIT PERTUSIS (BATUK REJAN) DI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS
No Provinsi Data yang Diterima Jumlah Kasus AFP AFP Rate / 100.000 penduduk Non Polio AFP Rate / 100.000 penduduk
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
JUMLAH KASUS AFP MENURUT KRITERIA KLASIFIKASI KLINIS DAN PROVINSI TAHUN 2006
Klasifikasi Klinis
No Provinsi
Virus Polio Liar Kompatibel Bukan Polio
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 1 2 53
2 Sumatera Utara 0 0 75
3 Sumatera Barat 0 0 34
4 Riau 0 1 34
5 Jambi 0 0 36
6 Sumatera Selatan 0 1 55
7 Bengkulu 0 0 13
8 Lampung 0 1 56
9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0 10
10 Kepulauan Riau 0 0 8
11 DKI Jakarta 0 0 52
12 Jawa Barat 0 3 234
13 Jawa Tengah 0 3 187
14 DI Yogyakarta 0 0 20
15 Jawa Timur 1 4 223
16 Banten 0 0 62
17 Bali 0 0 30
18 Nusa Tenggara Barat 0 0 35
19 Nusa Tenggara Timur 0 0 32
20 Kalimantan Barat 0 0 41
21 Kalimantan Tengah 0 0 13
22 Kalimantan Selatan 0 0 29
23 Kalimantan Timur 0 0 28
24 Sulawesi Utara 0 0 23
25 Sulawesi Tengah 0 0 11
26 Sulawesi Selatan 0 0 48
27 Sulawesi Tenggara 0 0 22
28 Gorontalo 0 0 13
29 Sulawesi Barat 0 0 4
30 Maluku 0 0 7
31 Maluku Utara 0 0 7
32 Papua 0 0 10
33 Irian Jaya Barat 0 0 4
Indonesia 2 15 1,509
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
Lampiran 3. 29
TOTAL 284 2 0 0
No Penyakit Jumlah Provinsi KLB Frekuensi Kasus Mati Case Fatality Rate (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Anthrax 1 2 21 1 4.76
3 Cikungunya 5 29 3,365 0 -
6 Difteri 4 5 15 1 6.67
9 Kolera 1 1 78 0 -
11 Rubella 2 3 70 0 -
12 Tetanus 9 38 42 18 42.86
1 Nanggroe Aceh Darussalam 413 10 2.42 401 10 2.49 - - - 267 6 2.25 163 5 3.07
2 Sumatera Utara 30 3 10.00 67 2 2.99 - - - 145 6 4.14 401 13 3.99
3 Sumatera Barat 52 2 3.85 442 7 1.58 367 10 2.72 - - - 40 0 -
4 Riau 4 1 25.00 113 5 4.42 - - - - - - - - -
5 Jambi - - - 9 0 - 131 5 3.82 - - - - - -
6 Sumatera Selatan - - - 442 1 0.23 - - - 95 1 1.05 46 0 -
7 Bengkulu 591 10 1.69 - - - - - - - - - 218 6 2.75
8 Lampung - - - 20 1 5.00 133 7 5.26 95 2 2.11 - - -
9 Kepulauan Bangka Belitung - - - - - - - - - - - - - - -
10 Kepulauan Riau - - - - - - - - - - - - - - -
11 DKI - - - - - - - - - - - - - - -
12 Jawa Barat 692 9 1.30 522 7 1.34 51 0 0.00 148 1 0.68 880 12 1.36
13 Jawa Tengah - - - 53 4 7.55 137 4 2.92 - - - - - -
14 DI Yogyakarta - - - 104 1 0.96 7 0 0.00 - - - - - -
15 Jawa Timur 206 - - 248 2 0.81 349 4 1.15 48 0 - 226 1 0.44
16 Banten - - - 161 4 2.48 43 2 4.65 1,371 26 1.90 - - -
17 Bali 106 1 0.94 68 0 0.00 199 0 0.00 - - - - - -
18 Nusa Tenggara Barat - - - - - - 15 0 0.00 - - - 102 1 0.98
19 Nusa Tenggara Timur 2,986 28 0.94 456 8 1.75 - - - 2,194 28 1.28 1,223 45 3.68
20 Kalimantan Barat 49 3 6.12 - - - 256 0 0.00 - - - - - -
21 Kalimantan Tengah 100 - - 54 6 11.11 - - - - - - - - -
22 Kalimantan Selatan - - - - - - 373 7 1.88 - - - 488 7 1.43
23 Kalimantan Timur - - - 352 17 4.83 325 1 0.31 - - - - - -
24 Sulawesi Utara - - - 53 2 3.77 139 0 0.00 - - - 50 1 2.00
25 Sulawesi Tengah 89 3 3.37 129 11 8.53 378 5 1.32 69 13 18.84 269 7 2.60
26 Sulawesi Selatan - - - 595 34 5.71 42 8 19.05 - - - - - -
27 Sulawesi Tenggara - - - 170 0 0.00 369 0 0.00 - - - - - -
28 Gorontalo - - - 125 1 0.80 - - - - - - 177 12 5.65
29 Sulawesi Barat - - - - - - - - - - - - 20 3 15.00
30 Maluku 296 8 2.70 - - - - - - - - - - - -
31 Maluku Utara 49 4 8.16 - - - - - - 133 7 5.26 133 6 5.31
32 Papua 126 12 9.52 38 5 13.16 - - - 486 37 7.61 6,544 158 2.41
33 Irian Jaya Barat - - - - - - - - - - - - - - -
Indonesia 5,789 94 1.62 4,622 128 2.77 3,314 53 1.60 5,051 127 2.51 10,980 277 2.52
Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
P = Penderita
M = Meninggal
C = Case Fatality Rate
Lampiran 3.33
JUMLAH PENDERITA, CASE FATALITY RATE (%), DAN INCIDENCE RATE PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD/DHF)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2002 - 2006
Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006
No Provinsi
P CFR IR P CFR IR P CFR IR P CFR IR P CFR IR
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 92 8.7 2.13 128 3.1 2.76 252 4.37 5.43 629 1.59 14.86 758 1.98 19.43
2 Sumatera Utara 348 3.7 2.80 878 2.7 7.07 1,093 2.20 8.79 3,657 1.80 30.75 2,125 1.60 16.86
3 Sumatera Barat 623 1.6 13.74 292 0.7 6.88 514 0.97 12.11 1,154 1.99 25.89 1,067 1.22 23.87
4 Riau 978 0.8 19.42 715 0.7 13.98 1,050 2.00 20.53 1,850 1.73 41.19 948 1.90 21.04
5 Jambi 272 4.0 10.71 80 2.5 2.83 275 1.45 9.74 353 3.12 13.38 365 3.01 13.83
6 Sumatera Selatan 1,406 1.8 19.71 1,403 2.1 17.87 1,270 1.34 16.06 1,621 0.56 18.38 2,272 0.09 32.48
7 Bengkulu 14 0.0 0.91 2 0.0 0.13 204 0.98 13.25 61 3.28 3.60 129 0.78 7.61
8 Lampung 197 5.1 3.43 624 2.6 9.29 908 1.54 13.51 736 1.63 10.54 1,402 1.00 20.08
9 Kepulauan Bangka Belitung 29 3.4 3.21 241 4.1 26.68 53 0 5.65 46 4.35 4.60 58 0.00 5.80
11 DKI Jakarta 5,750 0.9 66.86 14,071 0.4 125.09 20,510 0.43 260.08 23,466 0.34 296.87 24,932 0.16 316.17
12 Jawa Barat 4,817 1.3 13.56 8,683 2.1 23.64 19,014 1.13 52.20 18,590 1.53 47.50 25,851 1.06 66.08
13 Jawa Tengah 6,357 1.6 19.09 8,490 2.3 25.51 9,047 1.80 27.11 6,583 2.29 19.61 10,924 2.01 33.72
14 DI Yogyakarta 992 1.0 28.57 1,553 2.3 47.09 2,206 1.41 66.89 971 1.24 29.44 2,184 1.05 66.22
15 Jawa Timur 5,308 1.3 15.04 4,216 1.4 11.94 8,287 1.45 23.48 15,251 1.74 42.94 20,374 1.21 56.19
16 Banten 713 0.7 8.00 700 3.6 8.17 2577 2.25 30.08 2,045 1.27 23.87 2,306 1.52 26.92
17 Bali 3,986 0.3 130.87 2,364 0.3 76.78 1935 0.41 58.64 3,596 0.50 108.97 5,629 0.53 170.57
18 Nusa Tenggara Barat 232 1.3 5.91 196 4.6 5.06 805 1.99 20.77 1,062 1.41 26.62 623 0.64 15.59
19 Nusa Tenggara Timur 24 4.2 0.63 260 3.2 6.34 1381 3.11 35.00 735 1.36 17.75 251 1.20 6.36
20 Kalimantan Barat 1,910 1.6 49.97 349 2.0 9.13 212 2.36 5.55 1,220 1.07 31.92 2,659 1.32 65.94
21 Kalimantan Tengah 72 2.8 4.00 300 3.0 16.36 453 1.32 24.70 491 0.81 26.75 513 0.78 27.42
22 Kalimantan Selatan 365 0.3 17.04 178 3.4 7.47 378 0.79 10.30 341 2.35 9.29 455 1.54 12.40
23 Kalimantan Timur 2,011 2.0 80.08 1,926 1.5 77.32 2276 1.80 91.37 3,165 2.59 121.74 2,714 2.80 103.64
24 Sulawesi Utara 974 1.4 47.47 369 1.3 15.75 225 4.89 10.56 1,926 1.35 119.89 1,290 1.47 59.62
25 Sulawesi Tengah 81 2.5 3.27 184 1.0 7.47 293 3.41 13.06 780 1.00 31.73 492 2.24 20.01
26 Sulawesi Selatan 2,408 1.6 31.71 2,636 1.5 31.41 3500 0.69 41.70 2,822 1.81 34.65 2,612 0.84 35.03
27 Sulawesi Tenggara 51 0.0 2.91 43 2.3 2.45 266 0.75 13.89 758 2.90 39.25 95 3.16 4.73
28 Gorontalo 4 0.0 0.31 30 0.0 3.54 14 0.00 1.60 206 0.00 23.50 302 0.66 32.90
30 Maluku 0 0.0 0.00 0 0.0 0.00 0 0.00 0.00 0 0.00 0.00 0 0.00 0.00
31 Maluku Utara 63 3.2 7.20 2 1.0 0.23 74 9.46 8.71 24 4.17 2.65 138 2.90 16.09
32 Papua 300 1.0 14.19 603 0.8 29.13 390 2.05 18.84 183 1.09 11.02 60 0.00 3.55
Indonesia 40,377 1.3 19.24 51,516 1.5 23.87 79,462 1.2 37.11 95,279 1.36 43.42 114,656 1.04 52.48
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
Ket : IR (Insidens) per 100.000 penduduk
Lampiran 3.34
JUMLAH DAN PERSENTASE KABUPATEN TERJANGKIT DAN JUMLAH KASUS GIGITAN HEWAN TERTULAR RABIES
SERTA HASIL PEMERIKSAAN SPECIMEN HEWAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
Jumlah Daerah Tertular Jumlah Kabupaten/Kota Jumlah Kasus Jumlah Specimen Hewan
No Provinsi Pemberian VAR Lyssa
Desa Kecamatan Seluruhnya Terjangkit % GHTR Diperiksa Positif
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 32 22 21 18 85.71 270 195 0 19
2 Sumatera Utara 42 40 25 23 92.00 1,702 1,201 7 6
3 Sumatera Barat 211 142 19 18 94.74 2,538 1,771 10 354
4 Riau 109 22 11 8 72.73 314 210
5 Jambi 59 42 10 10 100.00 465 299 0 286
6 Sumatera Selatan 36 27 14 12 85.71 529 462 7
7 Bengkulu 26 13 9 9 100.00 68 57 4
8 Lampung 21 9 10 8 80.00 597 388
9 Kepulauan Bangka Belitung 7
10 Kepulauan Riau 6
11 DKI Jakarta 6
12 Jawa Barat 8 8 25 2 8.00 266 214 1 1 1
13 Jawa Tengah 35
14 DI Yogyakarta 5
15 Jawa Timur 38
16 Banten 6 1 16.67 10 10
17 Bali 9
18 Nusa Tenggara Barat 9
19 Nusa Tenggara Timur 68 33 16 6 37.50 1,267 1,129 5 -
20 Kalimantan Barat 0 1 12 1 8.33 36 0 1 -
21 Kalimantan Tengah 52 26 14 9 64.29 596 400 2 27
22 Kalimantan Selatan 81 41 13 11 84.62 46 40 0 5
23 Kalimantan Timur 19 23 13 9 69.23 161 98 0 1
24 Sulawesi Utara 9 9 100.00 1,662 317 21 256
25 Sulawesi Tengah 40 19 10 11 110.00 438 271 15 165
26 Sulawesi Selatan 22 112 23 12 52.17 979 433 10 51
27 Sulawesi Tenggara 84 66 10 9 90.00 1,014 775 11 66
28 Gorontalo 73 27 5 5 100.00 105 40
29 Sulawesi Barat 7 0 5 2 40.00 162 150
30 Maluku 28 5 8 3 37.50 502 389 2 23
31 Maluku Utara 13 3 8 3 37.50 202 164 10
32 Papua 20
33 Irian Jaya Barat 9
Indonesia 1,031 681 440 199 45.23 13,929 9,013 106 1 1,260
Tahun
No Provinsi
2002 2003 2004 2005 2006
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (8)
Tahun
No Provinsi 2002 2003 2004 2005 2006
Kasus Meninggal Kasus Meninggal Kasus Meninggal Kasus Meninggal Kasus Meninggal
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Nanggroe Aceh Darussalam - - - - - - - - 49 -
2 Sumatera Utara - - - - - - - - - -
3 Sumatera Barat - - - - - - - - - -
4 Riau - - - - - - - - - -
5 Jambi - - - - - - - - - -
6 Sumatera Selatan - - - - - - - - - -
7 Bengkulu - - - - - - - - - -
8 Lampung - - - - - - - - - -
9 Kepulauan Bangka Belitung - - - - - - - - - -
10 Kepulauan Riau - - - - - - - - - -
11 DKI Jakarta 138 21 65 6 78 6 62 0 51 0
12 Jawa Barat 12 0 0 0 7 0 - - - -
13 Jawa Tengah - - 12 0 40 10 34 10 35 9
14 DI Yogyakarta - - - - 20 1 8 2 - -
15 Jawa Timur - - 8 3 3 0 1 0 1 0
16 Banten - - - - - - - - - -
17 Bali - - 2 1 - - - - - -
18 Nusa Tenggara Barat - - - - - - - - - -
19 Nusa Tenggara Timur - - - - - - - - - -
20 Kalimantan Barat - - - - - - - - - -
21 Kalimantan Tengah - - - - - - - - - -
22 Kalimantan Selatan - - - - - - - - - -
23 Kalimantan Timur - - - - - - - - - -
24 Sulawesi Utara - - - - - - - - - -
25 Sulawesi Tengah - - - - - - - - - -
26 Sulawesi Selatan - - - - 18 8 9 4 2 2
27 Sulawesi Tenggara - - - - - - - - - -
28 Gorontalo - - - - - - - - - -
29 Sulawesi Barat - - - - - - - - - -
30 Maluku - - - - - - - - - -
31 Maluku Utara - - - - - - - - - -
32 Papua - - - - - - - - - -
33 Irian Jaya Barat - - - - - - - - - -
Indonesia 150 21 87 10 166 25 114 16 138 11
Tahun
No Provinsi 2002 2003 2004 2005 2006
Kasus Diobati Meninggal Kasus Diobati Meninggal Kasus Diobati Meninggal Kasus Diobati Meninggal Kasus Diobati Meninggal
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
Jumlah
No Provinsi 2002 2003 2004 2005 2006
Kasus Diobati Meninggal Kasus Diobati Meninggal Kasus Diobati Meninggal Kasus Diobati Meninggal Kasus Diobati Meninggal
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1 Nanggroe Aceh Darussalam - - - - - - - - - - - - - - -
2 Sumatera Utara - - - - - - - - - - - - - - -
3 Sumatera Barat - - - - - - - - - - - - - - -
4 Riau - - - - - - - - - - - - - - -
5 Jambi - - - - - - - - - - - - - - -
6 Sumatera Selatan - - - - - - - - - - - - - - -
7 Bengkulu - - - - - - - - - - - - - - -
8 Lampung - - - - - - - - - - - - - - -
9 Kepulauan Bangka Belitung - - - - - - - - - - - - - - -
10 Kepulauan Riau - - - - - - - - - - - - - - -
11 DKI Jakarta - - - - - - - - - - - - - - -
12 Jawa Barat 6 6 0 14 14 0 69 69 6 - - - 8 7 1
13 Jawa Tengah 2 2 1 - - - - - - - - - - - -
14 DI Yogyakarta - - - - - - - - - - - - - - -
15 Jawa Timur - - - - - - - - - - - - - - -
16 Banten - - - - - - - - - - - - - - -
17 Bali - - - - - - - - - - - - - - -
18 Nusa Tenggara Barat 27 27 7 20 20 2 26 26 0 30 30 0 7 7 -
19 Nusa Tenggara Timur - - - 6 6 0 14 14 2 30 30 1 - - -
20 Kalimantan Barat - - - - - - - - - - - - - - -
21 Kalimantan Tengah - - - - - - - - - - - - - - -
22 Kalimantan Selatan - - - - - - - - - - - - - - -
23 Kalimantan Timur - - - - - - - - - - - - - - -
24 Sulawesi Utara - - - - - - - - - - - - - - -
25 Sulawesi Tengah - - - - - - - - - - - - - - -
26 Sulawesi Selatan - - - - - - - - - 16 16 0 - - -
27 Sulawesi Tenggara - - - - - - - - - - - - - - -
28 Gorontalo - - - - - - - - - - - - - - -
29 Sulawesi Barat - - - - - - - - - - - - - - -
30 Maluku - - - - - - - - - - - - - - -
31 Maluku Utara - - - - - - - - - - - - - - -
32 Papua - - - - - - - - - - - - - - -
33 Irian Jaya Barat - - - - - - - - - - - - - - -
Indonesia 35 35 8 40 40 2 109 109 8 76 76 1 15 14 1
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
Lampiran 3.41
3 Kanwil III 18,732 1,857,017 7,515 515 380 24 361 8,795 0.47
7 Kanwil VII 6,283 457,853 2,035 910 304 1 128 3,378 0.74
Indonesia 82,352 7,719,695 85,827 4,973 2,918 122 1,784 95,624 1.24
CAKUPAN RUJUKAN KASUS RISTI, DAN PENANGANAN KOMPLIKASI IBU HAMIL DAN NEONATAL
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
PROPORSI WANITA BERUMUR 15-49 TAHUN DAN BERSTATUS KAWIN YANG SEDANG MENGGUNAKAN /MEMAKAI ALAT KB
MENURUT DAERAH TEMPAT TINGGAL DAN PROVINSI, TAHUN 2006
PROPORSI WANITA BERUMUR 15-49 TAHUN DAN BERSTATUS KAWIN YANG PERNAH MENGGUNAKAN / MEMAKAI ALAT KB
MENURUT DAERAH TEMPAT TINGGAL DAN PROVINSI, TAHUN 2006
Sumber: BKKBN
Lampiran 4.7
JUMLAH DAN PROPORSI PESERTA KB BARU KUMULATIF
MENURUT TEMPAT PELAYANAN DAN PROVINSI TAHUN 2006
Klinik KB
Dokter Praktek Swasta Bidan Praktek Swasta Jumlah
No Provinsi Pemerintah Swasta
Peserta % Peserta % Peserta % Peserta % Peserta %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 76,904 66.97 10,360 9.02 2,511 2.19 25,066 21.83 114,841 100.00
2 Sumatera Utara 182,472 79.79 22,308 9.75 2,206 0.96 21,710 9.49 228,696 100.00
3 Sumatera Barat 68,098 65.13 3,616 3.46 1,976 1.89 30,864 29.52 104,554 100.00
4 Riau 30,215 53.14 1,373 2.41 1,824 3.21 23,448 41.24 56,860 100.00
5 Jambi 51,671 64.01 429 0.53 3,299 4.09 25,328 31.37 80,727 100.00
6 Sumatera Selatan 147,467 65.86 13,492 6.03 6,718 3.00 56,226 25.11 223,903 100.00
7 Bengkulu 48,001 72.76 602 0.91 1,750 2.65 15,617 23.67 65,970 100.00
8 Lampung 132,203 58.67 10,144 4.50 4,676 2.08 78,324 34.76 225,347 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 15,796 68.75 1,077 4.69 133 0.58 5,970 25.98 22,976 100.00
10 Kepulauan Riau 13,945 62.77 1,240 5.58 107 0.48 6,923 31.16 22,215 100.00
11 DKI Jakarta 105,063 40.79 16,149 6.27 32,563 12.64 103,785 40.30 257,560 100.00
12 Jawa Barat 601,341 55.41 90,090 8.30 27,671 2.55 366,166 33.74 1,085,268 100.00
13 Jawa Tengah 311,979 50.42 30,168 4.88 20,983 3.39 255,666 41.32 618,796 100.00
14 DI Yogyakarta 19,126 43.89 6,016 13.80 577 1.32 17,862 40.99 43,581 100.00
15 Jawa Timur 445,978 56.61 23,388 2.97 16,549 2.10 301,831 38.32 787,746 100.00
16 Banten 109,290 69.42 5,031 3.20 5,155 3.27 37,957 24.11 157,433 100.00
17 Bali 19,315 38.44 397 0.79 1,525 3.04 29,006 57.73 50,243 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 101,821 85.41 4,176 3.50 996 0.84 12,217 10.25 119,210 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 70,956 97.47 377 0.52 241 0.33 1,226 1.68 72,800 100.00
20 Kalimantan Barat 53,891 63.14 4,659 5.46 2,136 2.50 24,670 28.90 85,356 100.00
21 Kalimantan Tengah 45,031 74.06 3,614 5.94 1,644 2.70 10,518 17.30 60,807 100.00
22 Kalimantan Selatan 63,190 63.24 3,459 3.46 881 0.88 32,392 32.42 99,922 100.00
23 Kalimantan Timur 38,850 59.62 4,637 7.12 2,335 3.58 19,338 29.68 65,160 100.00
24 Sulawesi Utara 24,897 55.26 5,748 12.76 3,652 8.11 10,760 23.88 45,057 100.00
25 Sulawesi Tengah 38,781 84.92 2,774 6.07 775 1.70 3,338 7.31 45,668 100.00
26 Sulawesi Selatan 157,116 83.01 3,501 1.85 2,044 1.08 26,611 14.06 189,272 100.00
27 Sulawesi Tenggara 43,118 91.31 658 1.39 355 0.75 3,093 6.55 47,224 100.00
28 Gorontalo 20,363 78.26 1,419 5.45 473 1.82 3,765 14.47 26,020 100.00
29 Sulawesi Barat 13,842 83.33 99 0.60 465 2.80 2,206 13.28 16,612 100.00
30 Maluku 20,440 82.82 1,314 5.32 218 0.88 2,709 10.98 24,681 100.00
31 Maluku Utara 18,287 88.09 598 2.88 24 0.12 1,850 8.91 20,759 100.00
32 Papua 7,630 89.82 213 2.51 173 2.04 479 5.64 8,495 100.00
33 Irian Jaya Barat 8,241 81.06 16 0.16 55 0.54 1,854 18.24 10,166 100.00
Indonesia 3,105,318 61.08 273,142 5.37 146,690 2.89 1,558,775 30.66 5,083,925 100.00
Sumber: BKKBN
Lampiran 4.8
PENCAPAIAN DESA UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (UCI) MENURUT PROVINSI
TAHUN 2004 - 2006
1 Nanggroe Aceh Darussalam 6,180 1,476 23.88 6,180 3,090 50.00 6,199 5,316 85.76
2 Sumatera Utara 5,464 4,397 80.47 5,464 4,317 79.01 2,492 2,074 83.23
3 Sumatera Barat 2,567 1,922 74.87 2,567 1,951 76.00 2,787 2,110 75.71
4 Riau 1,625 1,325 81.54 998 808 80.96 - - -
5 Jambi 1,186 986 83.14 1,186 1,055 88.95 1,253 1,165 92.98
6 Sumatera Selatan 2,681 2,181 81.35 2,681 2,254 84.07 - - -
7 Bengkulu 1,261 890 70.58 1,261 901 71.45 1,286 936 72.78
8 Lampung 2,161 1,988 91.99 2,161 1,945 90.00 2,173 1,732 79.71
9 Kepulauan Bangka Belitung 317 242 76.34 317 250 78.86 321 265 82.55
10 Kepulauan Riau - - - - - - - - -
11 DKI Jakarta 278 220 79.14 278 192 69.06 267 206 77.15
12 Jawa Barat 5,798 4,269 73.63 5,798 4,638 79.99 5,805 3,636 62.64
13 Jawa Tengah 8,052 7,107 88.26 8,052 7,166 89.00 7,204 5,964 82.79
14 DI Yogyakarta 438 438 100.00 438 434 99.09 438 404 92.24
15 Jawa Timur 8,441 4,928 58.38 8,441 6,668 79.00 3,188 2,043 64.08
16 Banten 1,543 1,153 74.72 1,543 1,219 79.00 - - -
17 Bali 695 691 99.42 695 695 100.00 693 688 99.28
18 Nusa Tenggara Barat 778 703 90.36 778 681 87.53 803 722 89.91
19 Nusa Tenggara Timur 2,591 2,000 77.19 2,591 2,047 79.00 2,729 2,278 83.47
20 Kalimantan Barat 1,452 885 60.95 1,452 944 65.01 1,514 1,107 73.12
21 Kalimantan Tengah 1,324 708 53.47 1,324 781 58.99 1,373 496 36.13
22 Kalimantan Selatan 1,955 1,297 66.34 1,955 1,299 66.45 2,172 1,557 71.69
23 Kalimantan Timur 1,334 960 71.96 1,334 960 71.96 1,345 1,073 79.78
24 Sulawesi Utara 1,214 841 69.28 1,214 983 80.97 1,288 990 76.86
25 Sulawesi Tengah 1,447 1,044 72.15 1,447 998 68.97 1,542 1,139 73.87
26 Sulawesi Selatan 3,222 2,370 73.56 2,100 1,638 78.00 2,866 2,268 79.13
27 Sulawesi Tenggara 1,554 1,215 78.19 1,554 1,350 86.87 1,624 1,424 87.68
28 Gorontalo 447 249 55.70 447 224 50.11 490 246 50.20
29 Sulawesi Barat - - - 860 654 76.05 - - -
30 Maluku - - - 878 729 83.03 957 586 61.23
31 Maluku Utara 720 195 27.08 720 381 52.92 678 180 26.55
32 Papua 1,017 356 35.00 1,017 376 36.97 2,434 361 14.83
33 Irian Jaya Barat - - - - - - - - -
Indonesia 67,742 47,036 69.43 67,731 51,628 76.23 55,921 40,966 73.26
Imunisasi Bayi
No Provinsi Sasaran BCG DPT1 DPT2 DPT3 Polio1 POLIO2 Polio3 Polio4 Campak
DO
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 101,118 9 0.0 93,197 92.2 88,706 87.7 84,242 83.3 97,255 96.2 92,008 91.0 87,504 86.5 83,384 82.5 83,186 82.3 10.74
2 Sumatera Utara 309,791 312,507 100.9 292,048 94.3 273,004 88.1 265,258 85.6 316,613 102.2 300,074 96.9 290,466 93.8 281,740 90.9 296,772 95.8 -1.62
3 Sumatera Barat 100,458 97,673 97.2 94,100 93.7 86,238 85.8 82,798 82.4 98,466 98.0 93,577 93.2 89,746 89.3 87,727 87.3 84,757 84.4 9.93
4 Riau 112,984 98,997 87.6 97,279 86.1 92,654 82.0 90,188 79.8 95,228 84.3 91,102 80.6 88,182 78.0 87,998 77.9 95,352 84.4 1.98
5 Jambi 66,341 64,865 97.8 65,481 98.7 62,864 94.8 62,628 94.4 65,391 98.6 64,242 96.8 62,779 94.6 63,295 95.4 64,987 98.0 1.41
6 Sumatera Selatan 162,182 157,302 97.0 126,032 77.7 117,355 72.4 116,415 71.8 160,013 98.7 153,180 94.4 149,017 91.9 148,266 91.4 150,953 93.1 21.77
7 Bengkulu 42,172 36,469 86.5 36,252 86.0 34,371 81.5 32,832 77.9 38,776 91.9 37,010 87.8 35,104 83.2 34,163 81.0 35,654 84.5 3.19
8 Lampung 177,128 160,607 90.7 145,253 82.0 141,829 80.1 138,822 78.4 156,912 88.6 152,304 86.0 149,375 84.3 149,039 84.1 154,915 87.5 -6.65
9 Kepulauan Bangka Belitung 24949 22,804 91.4 21,361 85.6 20,632 82.7 20,348 81.6 22,519 90.3 21,869 87.7 21,206 85.0 21,170 84.9 21,387 85.7 -0.12
10 Kepulauan Riau 34,961 30,973 88.6 29,530 84.5 27,814 79.6 27,478 78.6 33,440 95.6 31,251 89.4 30,628 87.6 34,476 98.6 33,365 95.4 -12.99
11 DKI Jakarta 193,262 212,622 110.0 123,254 63.8 106,739 55.2 106,687 55.2 185,802 96.1 178,823 92.5 174,197 90.1 203,849 105.5 196,569 101.7 23.02
12 Jawa Barat 851,548 712,855 83.7 714,835 83.9 708,831 83.2 647,824 76.1 577,891 67.9 532,323 62.5 504,510 59.2 479,596 56.3 664,052 78.0 21.54
13 Jawa Tengah 578,577 603,021 104.2 583,617 100.9 567,416 98.1 559,725 96.7 587,792 101.6 567,378 98.1 551,801 95.4 545,850 94.3 560,101 96.8 4.03
14 DI Yogyakarta 44,898 50,812 113.2 565 1.3 660 1.5 576 1.3 50,505 112.5 46,655 103.9 44,824 99.8 44,054 98.1 46,383 103.3 0.42
15 Jawa Timur 631,092 630,749 99.9 26,007 4.1 25,411 4.0 27,751 4.4 631,894 100.1 605,079 95.9 584,871 92.7 574,277 91.0 601,810 95.4 4.82
16 Banten 240,327 219,504 91.3 202,743 84.4 191,363 79.6 189,758 79.0 215,856 89.8 203,859 84.8 198,361 82.5 191,121 79.5 172,076 71.6 15.13
17 Bali 60,918 62,118 102.0 19,337 31.7 20,111 33.0 22,560 37.0 63,886 104.9 59,677 98.0 59,628 97.9 57,201 93.9 57,490 94.4 8.48
18 Nusa Tenggara Barat 103,736 99,363 95.8 104,277 100.5 101,732 98.1 101,774 98.1 99,372 95.8 104,419 100.7 101,968 98.3 102,494 98.8 100,720 97.1 3.41
19 Nusa Tenggara Timur 125,764 114,591 91.1 116,080 92.3 110,898 88.2 107,634 85.6 115,373 91.7 111,362 88.5 108,629 86.4 106,379 84.6 117,153 93.2 -0.92
20 Kalimantan Barat 102,133 90,352 88.5 89,064 87.2 86,205 84.4 85,209 83.4 90,592 88.7 88,155 86.3 86,735 84.9 84,266 82.5 85,149 83.4 8.09
21 Kalimantan Tengah 49,980 45,402 90.8 44,647 89.3 42,039 84.1 41,612 83.3 46,752 93.5 43,110 86.3 42,700 85.4 41,703 83.4 43,893 87.8 1.69
22 Kalimantan Selatan 73,718 69,322 94.0 67,519 91.6 63,062 85.5 61,531 83.5 56,096 76.1 63,872 86.6 62,115 84.3 61,041 82.8 61,999 84.1 8.18
23 Kalimantan Timur 73,010 68,982 94.5 69,011 94.5 65,357 89.5 65,263 89.4 72,151 98.8 68,818 94.3 67,014 91.8 53,687 73.5 63,657 87.2 7.76
24 Sulawesi Utara 45,492 45,250 99.5 43,918 96.5 42,919 94.3 42,319 93.0 44,017 96.8 43,155 94.9 42,231 92.8 42,270 92.9 42,037 92.4 4.28
25 Sulawesi Tengah 49,780 48,978 98.4 50,098 100.6 45,817 92.0 45,555 91.5 52,615 105.7 49,576 99.6 47,435 95.3 47,129 94.7 46,834 94.1 9.77
26 Sulawesi Selatan 172,092 166,254 96.6 155,862 90.6 143,627 83.5 135,805 78.9 161,502 93.8 151,441 88.0 144,681 84.1 141,862 82.4 147,025 85.4 8.44
27 Sulawesi Tenggara 52,730 53,046 100.6 50,909 96.5 48,844 92.6 48,422 91.8 52,723 100.0 50,056 94.9 48,813 92.6 47,977 91.0 48,890 92.7 3.97
28 Gorontalo 22,634 21,359 94.4 21,537 95.2 19,959 88.2 19,079 84.3 22,164 97.9 20,707 91.5 19,681 87.0 19,568 86.5 19,137 84.5 11.14
29 Sulawesi Barat 23,390 21,422 91.6 18,977 81.1 16,331 69.8 14,886 63.6 19,770 84.5 17,774 76.0 16,272 69.6 15,349 65.6 15,973 68.3 15.83
30 Maluku 45,175 40,165 88.9 39,384 87.2 37,436 82.9 36,144 80.0 38,096 84.3 37,254 82.5 36,292 80.3 35,356 78.3 37,406 82.8 5.02
31 Maluku Utara 22,907 19,195 83.8 19,358 84.5 17,549 76.6 17,300 75.5 20,151 88.0 19,089 83.3 17,416 76.0 17,022 74.3 18,321 80.0 5.36
32 Papua 49,211 32,146 65.3 30,771 62.5 27,303 55.5 25,303 51.4 37,793 76.8 34,122 69.3 30,611 62.2 31,745 64.5 33,366 67.8 -7.73
33 Irian Jaya Barat 7,178 5,628 78.4 4,763 66.4 4,291 59.8 3,763 52.4 5,422 75.5 4,618 64.3 4,112 57.3 3,892 54.2 4,399 - 7.64
Indonesia 4,751,636 4,409,714 92.8 3,592,303 75.6 3,435,076 72.3 3,323,726 69.9 4,327,406 91.1 4,133,321 87.0 3,994,792 84.1 3,935,054 82.8 4,201,369 88.4 9.30
Status Imunisasi
No Provinsi Sasaran HB1 (<7hr) HB1 (>7hr) HB1 (total) HEP. B2 HEP. B3
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 101,118 11,496 11.4 78,958 78.1 90,454 89.5 73,792 73.0 70,279 69.5
2 Sumatera Utara 309,791 108,410 35.0 151,392 48.9 259,802 83.9 237,792 76.8 231,247 74.6
3 Sumatera Barat 100,458 35,314 35.2 65,596 65.3 100,910 100.4 88,075 87.7 83,379 83.0
4 Riau 112,984 34,403 30.4 64,222 56.8 98,625 87.3 78,911 69.8 75,598 66.9
5 Jambi 66,341 26,490 39.9 38,106 57.4 64,596 97.4 57,751 87.1 57,106 86.1
6 Sumatera Selatan 162,182 50,754 31.3 99,850 61.6 150,604 92.9 117,849 72.7 116,654 71.9
7 Bengkulu 42,172 14,963 35.5 24,366 57.8 39,329 93.3 30,735 72.9 27,212 64.5
8 Lampung 177,128 47,041 26.6 85,766 48.4 132,807 75.0 113,843 64.3 111,463 62.9
9 Kepulauan Bangka Belitung 24949 6,533 26.2 0.0 6,533 26.2 0.0 0.0
10 Kepulauan Riau 34,961 10,679 30.5 18,772 53.7 29,451 84.2 24,085 68.9 23,494 67.2
11 DKI Jakarta 193,262 81,522 42.2 113,700 58.8 195,222 101.0 104,982 54.3 109,838 56.8
12 Jawa Barat 851,548 315,608 37.1 290,602 34.1 606,210 71.2 448,920 52.7 440,998 51.8
13 Jawa Tengah 578,577 452,361 78.2 191,570 33.1 643,931 111.3 332,136 57.4 335,396 58.0
14 DI Yogyakarta 44,898 41,111 91.6 9,844 21.9 50,955 113.5 2,862 6.4 2,156 4.8
15 Jawa Timur 631,092 443,796 70.3 122,235 19.4 566,031 89.7 48,188 7.6 48,747 7.7
16 Banten 240,327 41,836 17.4 134,309 55.9 176,145 73.3 141,251 58.8 135,539 56.4
17 Bali 60,918 43,142 70.8 16,265 26.7 59,407 97.5 23,419 38.4 22,885 37.6
18 Nusa Tenggara Barat 103,736 81,240 78.3 10,973 10.6 92,213 88.9 0.0 0.0
19 Nusa Tenggara Timur 125,764 38,310 30.5 73,626 58.5 111,936 89.0 105,665.0 84.0 102,249 81.3
20 Kalimantan Barat 102,133 9,460 9.3 70,680 69.2 80,140 78.5 65,356 64.0 69,332 67.9
21 Kalimantan Tengah 49,980 6,537 13.1 38,940 77.9 45,477 91.0 40,922 81.9 39,124 78.3
22 Kalimantan Selatan 73,718 17,760 24.1 53,206 72.2 70,966 96.3 57,135 77.5 57,490 78.0
23 Kalimantan Timur 73,010 21,964 30.1 59,014 80.8 80,978 110.9 63,688 87.2 59,571 81.6
24 Sulawesi Utara 45,492 14,519 31.9 24,783 54.5 39,302 86.4 30,719 67.5 29,669 65.2
25 Sulawesi Tengah 49,780 5,902 11.9 40,789 81.9 46,691 93.8 43,237 86.9 41,990 84.4
26 Sulawesi Selatan 172,092 42,842 24.9 97,714 56.8 140,556 81.7 113,977 66.2 104,436 60.7
27 Sulawesi Tenggara 52,730 15,613 29.6 34,638 65.7 50,251 95.3 43,372 82.3 40,221 76.3
28 Gorontalo 22,634 5,500 24.3 15,986 70.6 21,486 94.9 17,549 77.5 15,780 69.7
29 Sulawesi Barat 23,390 3,063 13.1 10,187 43.6 13,250 56.6 14,138 60.4 12,424 53.1
30 Maluku 45,175 241 0.5 25,420 56.3 26,169 57.9 5,813 12.9 23,551 52.1
31 Maluku Utara 22,907 2,839 12.4 14,362 62.7 17,201 75.1 13,174 57.5 12,211 53.3
32 Papua 49,211 4,417 9.0 19,199 39.0 23,616 48.0 24,179 49.1 20,241 41.1
33 Irian Jaya Barat 7,178 5,033 70.1 4,224 58.8 3,636 50.7
Indonesia 4,751,636 2,035,666 42.8 2,095,578 44.1 4,131,244 86.9 2,563,515 54.0 2,520,280 53.0
Tahun
No Provinsi
2002 2003 2004 2005 2006
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 7.7 14.3 16.7 7.7 10.7
2 Sumatera Utara 6.6 8.1 7.6 0.0 0.0
3 Sumatera Barat 6.8 11.6 9.7 7.9 9.9
4 Riau 7.4 5.3 5.7 1.9 2.0
5 Jambi 6.2 8.2 6.1 4.8 1.4
6 Sumatera Selatan 8.7 9.3 9.6 6.3 21.8
7 Bengkulu 5.7 10.1 20.0 5.4 3.2
8 Lampung 7.5 3.7 2.8 0.0 0.0
9 Kepulauan Bangka Belitung 3.9 6.9 6.0 6.5 0.0
10 Kepulauan Riau - - - 10.5 0.0
11 DKI Jakarta 7.3 10.2 11.4 6.4 23.0
12 Jawa Barat 5.3 5.3 3.7 0.0 21.5
13 Jawa Tengah 3.0 4.0 4.2 0.01 4.0
14 DI Yogyakarta 5.7 3.8 2.5 8.7 0.4
15 Jawa Timur 3.3 7.1 5.0 1.7 4.8
16 Banten 4.6 4.0 3.1 0.0 15.1
17 Bali 8.1 7.1 4.8 0.2 8.5
18 Nusa Tenggara Barat 3.8 6.0 7.1 3.8 3.4
19 Nusa Tenggara Timur 9.3 18.8 5.9 0.0 0.0
20 Kalimantan Barat 6.4 8.8 12.0 4.7 8.1
21 Kalimantan Tengah 2.6 9.4 0.2 5.7 1.7
22 Kalimantan Selatan 9.8 7.9 7.2 6.9 8.2
23 Kalimantan Timur 10.3 7.5 5.2 6.6 7.8
24 Sulawesi Utara 8.4 11.9 5.1 5.2 4.3
25 Sulawesi Tengah 9.0 16.3 10.1 7.7 9.8
26 Sulawesi Selatan 5.6 10.6 4.0 7.6 8.4
27 Sulawesi Tenggara 4.3 11.0 5.8 10.5 4.0
28 Gorontalo 9.7 18.4 10.9 11.8 11.1
29 Sulawesi Barat - - - 22.3 15.8
30 Maluku 2.9 1.3 3.4 4.7 5.0
31 Maluku Utara 18.5 9.5 20.9 14.4 5.4
32 Papua 8.7 18.0 15.7 6.9 0.0
33 Irian Jaya Barat - - - - 7.6
Indonesia 5.8 7.6 5.9 1.5 9.3
Total Kunjungan
No Provinsi Pasien Keluar Hidup % Pasien Keluar Mati % Jumlah Hari Perawatan
Pasien Rawat Inap
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 31,792 95.50 1,499 4.50 33,291 215,742
2 Sumatera Utara 118,795 94.52 6,886 5.48 125,681 701,254
3 Sumatera Barat 64,356 94.98 3,403 5.02 67,759 379,152
4 Riau 80,928 96.23 3,172 3.77 84,100 361,781
5 Jambi 24,254 96.66 838 3.34 25,092 101,765
6 Sumatera Selatan 98,430 95.52 4,616 4.48 103,046 479,463
7 Bengkulu 14,948 96.73 506 3.27 15,454 46,433
8 Lampung 60,368 95.51 2,839 4.49 63,207 277,128
9 Kepulauan Bangka Belitung 13,676 95.04 714 4.96 14,390 48,956
10 Kepulauan Riau #DIV/0! #DIV/0!
11 DKI Jakarta 416,573 97.06 12,636 2.94 429,209 2,068,975
12 Jawa Barat 400,135 96.93 12,658 3.07 412,793 1,868,906
13 Jawa Tengah 528,275 96.10 21,435 3.90 549,710 2,672,685
14 DI Yogyakarta 50,624 96.34 1,923 3.66 52,547 272,939
15 Jawa Timur 426,657 95.53 19,965 4.47 446,622 2,372,826
16 Banten 67,783 95.81 2,962 4.19 70,745 273,246
17 Bali 105,868 96.56 3,768 3.44 109,636 479,131
18 Nusa Tenggara Barat 33,404 95.74 1,488 4.26 34,892 137,597
19 Nusa Tenggara Timur 49,137 96.84 1,603 3.16 50,740 218,122
20 Kalimantan Barat 50,278 96.37 1,892 3.63 52,170 322,138
21 Kalimantan Tengah 20,764 94.88 1,121 5.12 21,885 96,143
22 Kalimantan Selatan 31,495 95.92 1,338 4.08 32,833 142,094
23 Kalimantan Timur 69,829 97.40 1,866 2.60 71,695 390,736
24 Sulawesi Utara 47,936 96.35 1,817 3.65 49,753 289,476
25 Sulawesi Tengah 34,404 97.04 1,051 2.96 35,455 175,861
26 Sulawesi Selatan 86,257 96.58 3,050 3.42 89,307 519,317
27 Sulawesi Tenggara 17,384 96.76 583 3.24 17,967 153,759
28 Gorontalo #DIV/0! #DIV/0! -
29 Sulawesi Barat #DIV/0! #DIV/0!
30 Maluku 9,937 97.07 300 2.93 10,237 56,666
31 Maluku Utara 5,277 96.47 193 3.53 5,470 19,727
32 Papua 29,880 96.88 962 3.12 30,842 134,547
33 Irian Jaya Barat 9,772 97.61 239 2.39 10,011 41,129
Indonesia 2,999,216 96.24 117,323 3.76 3,116,539 15,317,694
Kunjungan
Total Kunjungan
No Provinsi Kunjungan Baru % Kunjungan lama % Pasien Gangguan
Pasien Rawat Jalan
Jiwa
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 174,054 50.14 173,072 49.86 347,126 171
2 Sumatera Utara 290,738 43.99 370,201 56.01 660,939 7,559
3 Sumatera Barat 243,895 42.48 330,312 57.52 574,207 27,915
4 Riau 174,802 52.70 156,921 47.30 331,723 2,338
5 Jambi 119,983 62.40 72,310 37.60 192,293 930
6 Sumatera Selatan 197,450 43.92 252,149 56.08 449,599 700
7 Bengkulu 36,829 44.59 45,760 55.41 82,589 -
8 Lampung 105,474 55.57 84,342 44.43 189,816 11,339
9 Kepulauan Bangka Belitung 11,092 55.47 8,903 44.53 19,995 10
10 Kepulauan Riau - #DIV/0! - #DIV/0! - -
11 DKI Jakarta 1,175,666 56.60 901,603 43.40 2,077,269 23,258
12 Jawa Barat 909,868 51.49 857,077 48.51 1,766,945 27,194
13 Jawa Tengah 923,149 40.89 1,334,701 59.11 2,257,850 62,680
14 DI Yogyakarta 155,462 36.50 270,407 63.50 425,869 8,478
15 Jawa Timur 861,127 47.57 948,942 52.43 1,810,069 36,652
16 Banten 204,897 48.96 213,627 51.04 418,524 2,181
17 Bali 342,314 52.66 307,766 47.34 650,080 9,185
18 Nusa Tenggara Barat 89,991 55.20 73,028 44.80 163,019 -
19 Nusa Tenggara Timur 225,963 59.97 150,818 40.03 376,781 1,821
20 Kalimantan Barat 104,033 49.99 104,056 50.01 208,089 634
21 Kalimantan Tengah 96,243 59.76 64,819 40.24 161,062 704
22 Kalimantan Selatan 105,039 54.75 86,813 45.25 191,852 3,676
23 Kalimantan Timur 196,926 55.85 155,659 44.15 352,585 783
24 Sulawesi Utara 73,820 40.27 109,483 59.73 183,303 1,609
25 Sulawesi Tengah 159,053 54.77 131,342 45.23 290,395 12,865
26 Sulawesi Selatan 241,259 47.19 269,939 52.81 511,198 5,738
27 Sulawesi Tenggara 63,500 58.00 45,987 42.00 109,487 47,400
28 Gorontalo - #DIV/0! - #DIV/0! - -
29 Sulawesi Barat - #DIV/0! - #DIV/0! - -
30 Maluku 30,616 59.04 21,242 40.96 51,858 -
31 Maluku Utara 8,036 57.98 5,823 42.02 13,859 -
32 Papua 87,935 58.36 62,739 41.64 150,674 -
33 Irian Jaya Barat 25,690 64.68 14,029 35.32 39,719 -
Indonesia 7,434,904 49.37 7,623,870 50.63 15,058,774 295,820
Pengobatan
Tumpatan Gigi Tumpatan Gigi Pencabutan Gigi Pencabutan Gigi Pengobatan Pengobatan Pembersihan Prothese Prothese
No Provinsi Tetap Sulung
Pulpa/tumpatan
Tetap Sulung Periodontal Abses Karang Gigi Lengkap Sebagian
Prothese Cekat Orthodonsi Bedah Mulut
Sementara
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 2,319 403 3,446 5,113 1,462 1,134 806 2,052 317 - 94 - 208
2 Sumatera Utara 1,868 53 2,692 4,202 1,000 3,457 824 3,193 15 - - 101 106
3 Sumatera Barat 2,926 703 4,732 4,182 1,626 2,010 1,086 742 27 21 - 8 565
4 Riau 3,612 297 5,549 5,801 1,967 3,652 1,653 1,783 46 - 1 163 330
5 Jambi 144 14 954 1,614 564 625 204 166 - - - 2 486
6 Sumatera Selatan 2,675 1,058 2,220 4,028 2,420 2,737 1,212 129 1 32 - 15 15
7 Bengkulu 930 229 350 702 259 66 152 26 - 12 - - 70
8 Lampung 1,097 113 1,163 2,137 572 1,222 2,500 260 7 10 - 65 64
9 Kepulauan Bangka Belitung 204 2 33 357 109 26 47 14 1 3 1 - -
10 Kepulauan Riau - - - - - - - - - - - - -
11 DKI Jakarta 9,153 2,350 12,961 9,691 2,425 4,353 2,531 5,446 42 1,467 402 6,565 2,345
12 Jawa Barat 6,082 775 10,244 10,105 4,228 4,470 3,076 2,734 34 347 33 3,740 5,150
13 Jawa Tengah 9,683 1,527 13,309 14,221 4,531 10,903 4,536 2,499 60 141 10 436 1,772
14 DI Yogyakarta 1,707 157 1,738 1,229 407 667 251 427 97 64 96 125 60
15 Jawa Timur 5,271 545 8,044 9,728 4,283 6,303 3,766 1,815 64 63 77 172 2,150
16 Banten 660 133 514 2,032 693 677 525 4,236 - 11 - 252 281
17 Bali 4,117 142 8,200 5,422 3,425 3,930 1,843 1,372 21 206 255 536 988
18 Nusa Tenggara Barat 448 76 1,202 910 651 1,072 1,116 302 27 22 - 162 56
19 Nusa Tenggara Timur 859 251 3,250 222 1,138 3,336 1,194 792 5 96 1 - 471
20 Kalimantan Barat 2,838 176 2,224 2,990 552 497 457 371 3 9 - - 50
21 Kalimantan Tengah 1,606 221 2,772 1,429 1,036 1,503 625 847 4 37 14 2 256
22 Kalimantan Selatan 3,275 410 4,182 2,625 2,132 3,523 766 360 34 2 - 6 342
23 Kalimantan Timur 2,778 243 3,480 2,890 1,886 1,649 919 636 265 17 32 - 348
24 Sulawesi Utara 763 46 1,174 991 335 1,075 321 145 - 9 - 130 7
25 Sulawesi Tengah 770 48 1,455 2,769 907 974 700 96 - - - - 605
26 Sulawesi Selatan 3,762 704 78,907 5,453 2,368 4,938 1,760 968 15 10 - 24 197
27 Sulawesi Tenggara 1,027 171 2,025 2,251 867 1,525 575 178 64 23 - - 80
28 Gorontalo - - - - - - - - - - - - -
29 Sulawesi Barat - - - - - - - - - - - - -
30 Maluku 132 9 217 5,966 118 86 56 22 - - - - -
31 Maluku Utara 39 18 246 62 180 136 74 31 - - - - -
32 Papua - - - - - - - - - - - - -
33 Irian Jaya Barat 376 45 441 1,199 139 312 102 20 - - - - 304
34 Irian JayaTengah 100 84 194 166 97 194 66 14 - - - - -
35 Irian Jaya Timur 921 136 3,137 1,142 303 653 545 134 - - 178 398 3
Indonesia 72,142 11,139 181,055 111,629 42,680 67,705 34,288 31,810 1,149 2,602 1,194 12,902 17,309
Jumlah Pasien
Jumlah Tempat Bed Occupancy Length of Stay Bed Turn Over Turn Over Interval Net Death Rate Gross Death Rate Kunjungan
No Provinsi Tidur Rate (BOR) (LOS) (BTO) (TOI) (NDR) (GDR)
Meninggal <48
Poliklinik / Hari
jam
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 1,411 43.9 4.6 25.5 7.8 17.0 36.2 498 1,157
2 Sumatera Utara 3,354 40.4 5.1 19.7 13.9 35.5 65.1 1,339 2,203
3 Sumatera Barat 2,199 75.5 4.6 44.9 2.4 22.4 51.7 1,235 1,914
4 Riau 1,312 56.0 3.5 42.6 4.5 15.8 41.8 986 1,106
5 Jambi 695 56.3 3.4 44.5 8.0 15.8 45.5 465 641
6 Sumatera Selatan 1,758 57.8 3.6 41.6 4.4 21.1 48.8 1,632 1,499
7 Bengkulu 541 30.3 2.8 33.2 9.4 12.7 36.3 307 275
8 Lampung 1,112 52.7 4.1 33.8 4.9 19.8 49.3 1,088 633
9 Kepulauan Bangka Belitung 279 76.8 3.5 56.0 1.1 19.4 56.7 213 67
10 Kepulauan Riau
11 DKI Jakarta 3,366 71.0 4.6 43.9 2.2 23.0 39.8 2,013 6,924
12 Jawa Barat 5,192 78.4 5.6 53.9 2.5 19.9 42.9 2,964 5,890
13 Jawa Tengah 8,375 62.5 4.4 38.8 4.1 19.9 43.1 5,450 7,526
14 DI Yogyakarta 1,336 50.0 4.0 31.0 8.7 13.6 30.5 195 1,420
15 Jawa Timur 8,710 66.2 4.5 42.2 3.7 26.5 57.1 6,040 6,034
16 Banten 989 63.3 5.0 40.1 12.4 25.4 50.9 491 1,395
17 Bali 1,690 75.8 3.9 49.5 3.4 22.5 41.4 1,537 2,167
18 Nusa Tenggara Barat 878 63.3 2.7 77.5 2.0 16.5 42.4 882 543
19 Nusa Tenggara Timur 1,378 57.3 4.3 40.8 3.3 17.1 34.1 645 1,256
20 Kalimantan Barat 1,119 62.9 4.0 39.6 4.9 19.6 42.3 612 694
21 Kalimantan Tengah 657 43.0 2.9 31.7 4.7 11.4 40.0 701 537
22 Kalimantan Selatan 1,176 88.8 3.6 61.2 1.2 16.3 46.5 687 640
23 Kalimantan Timur 1,474 48.6 3.8 39.1 9.2 12.7 24.1 644 1,175
24 Sulawesi Utara 1,093 52.1 6.1 22.6 15.0 18.9 38.5 391 611
25 Sulawesi Tengah 851 77.0 4.4 42.1 3.6 13.2 31.1 416 968
26 Sulawesi Selatan 2,738 66.4 4.6 38.7 4.7 15.4 37.1 883 1,704
27 Sulawesi Tenggara 561 38.1 3.9 20.6 12.7 18.9 37.3 179 365
28 Gorontalo 400 - - - - - - - -
29 Sulawesi Barat
30 Maluku 665 31.3 6.4 12.0 15.5 30.9 35.8 23 173
31 Maluku Utara 328 36.1 3.5 26.6 6.5 10.5 18.3 14 46
32 Irian Jaya Barat 394 84.6 3.3 43.6 3.2 13.8 23.6 76 132
Irian Jaya Tengah 236 79.7 3.9 73.5 1.0 17.9 36 157 52
Irian Jaya Timur 726 38.4 3.3 28.3 11.1 16.8 35.9 111 450
Indonesia 56,993 57.0 4.0 38.7 6.0 18.1 39.4 1,027 50,206
Depkes RI Pemda Provinsi Pemda Kab/Kota TNI & POLRI Swasta Jumlah
No Jenis NAPZA
Kuratif Rehabilitatif Aftercare Kuratif Rehabilitatif Aftercare Kuratif Rehabilitatif Aftercare Kuratif Rehabilitatif Aftercare Kuratif Rehabilitatif Aftercare Kuratif Rehabilitatif Aftercare
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
1 Opiat 8 10 - - - - - - - - - - 2 - - 10 10 -
a. Heroin 2 3 - - - - - - - - - - 2 - - 4 3 -
b. Morfin 6 7 - - - - - - - - - - - - - 6 7 -
c. Pethidin - - - - - - - - - - - - - - - - - -
d. Kodein - - - - - - - - - - - - - - - - - -
2 Kokain - - - - - - - - - - - - 1 - - 1 - -
3 Kanabis/Ganja 9 - - - - - - - - - - - 1 - - 10 - -
4 Lainnya 18 - - - - - 6 - - - - - - - - 24 - -
NARKOTIKA 35 10 0 0 0 - 6 - - - - - 4 - - 45 10 0
1 Amfetamin 19 14 - 10 - - - - 11 - - - - - - 29 14 11
a. Methamfetamin (extacy) 3 1 - 6 - - - - 11 - - - - - - 9 1 11
b. Shabu 16 13 - 4 - - - - - - - - - - - 20 13 -
c. Lainnya - - - - - - - - - - - - - - - - - -
2 Sedative 5 1 - - - - - - - - - - - - - 5 1 0
a. Barbiturat - - - - - - - - - - - - - - - - - -
b. Benzodiazepin 5 1 - - - - - - - - - - - - - 5 1 -
c. Lainnya - - - - - - - - - - - - - - - - - 0
3 Inhalan - - - - - - - - - - - - - - - - - -
4 Lainnya 6 - - 2 - - - - - - - - - - - 8 - -
PSIKOTROPIKA 30 15 0 12 0 - - - 11 - - - 0 - - 42 15 11
1 Alkohol 11 - - 5 - - 3 - - - - - 1 - - 20 0 0
2 Lainnya 1 - - - - - 11 - - - - - - - - 12 - -
ZAT ADIKTIF LAINNYA 12 0 0 5 - - 14 - - 0 - - 1 - - 32 0 0
Jumlah 77 25 0 17 0 - 20 - 11 0 - - 5 - - 119 25 11
Sumber : Dit. Gizi Kesehatan Masyarakat, Ditjen Binkesmas, Depkes RI, 2006
Lampiran 4.25
Jumlah Korban
No Jenis Bencana Jumlah Provinsi Jumlah Kab/Kota Luka Berat/ Luka Ringan/ Pengungsi
Meninggal Hilang
Rawat Inap Rawat Jalan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
8 Ledakan Granat/Bom 8 8 14 24 15 2 -
9 Bencana Kelaparan 1 1 1 6 - - -
1 Departemen Kesehatan 14 14 13 13
2 Pemerintah Provinsi 45 45 43 43
Jumlah 262 18,675 268 18,750 270 19,591 273 20,480 280 19,947
1 Nanggroe Aceh Darussalam 5,576 4,679 83.9 661 11.85 236 4.23 0 0.00
2 Sumatera Utara 22,190 5,202 23.4 6,583 29.67 2 0.01 68 0.31
3 Sumatera Barat 6,680 1,326 19.9 2,807 42.02 2.109 0.03 438 6.56
4 Riau 4,333 881 20.3 2,121 48.95 811 18.72 140 3.23
5 Jambi 2,882 1,091 37.9 1,058 36.71 684 23.73 49 1.70
6 Sumatera Selatan 5,786 2,264 39.1 2,280 39.41 1.127 0.02 115 1.99
7 Bengkulu 1,713 620 36.2 634 37.01 382 22.30 75 4.38
8 Lampung 7,380 1,725 23.4 3,503 47.47 2 0.03 263 3.56
9 Kepulauan Bangka Belitung 909 248 27.3 399 43.89 245 26.95 13 1.43
10 Kepulauan Riau 503 149 29.6 220 43.74 116 23.06 18 3.58
11 DKI Jakarta 3,841 556 14.5 2 0.05 1 0.03 162 4.22
12 Jawa Barat 43,111 0 0.0 - 0.00 - 0.00 - 0.00
13 Jawa Tengah 46,746 7,746 16.6 21 0.04 16 0.03 3 0.01
14 DI Yogyakarta 5,412 1,180 21.8 1,994 36.84 1,762 32.56 476 8.80
15 Jawa Timur 44,095 14,637 33.2 16,981 38.51 11,403 25.86 1,074 2.44
16 Banten 8,989 4,546 50.6 3,118 34.69 1,050 11.68 223 2.48
17 Bali 4,589 537 11.7 1,314 28.63 2,538 55.31 200 4.36
18 Nusa Tenggara Barat 5,256 2,924 55.6 1,481 28.18 726 13.81 57 1.08
19 Nusa Tenggara Timur 8,046 99 1.2 845 10.50 3,752 46.63 3,204 39.82
20 Kalimantan Barat 3,705 1,557 42.0 1,341 36.19 725 19.57 64 1.73
21 Kalimantan Tengah 1,706 1,195 70.0 358 20.98 141 8.26 12 0.70
22 Kalimantan Selatan 3,411 1,819 53.3 1,154 33.83 372 10.91 66 1.93
23 Kalimantan Timur 4,409 1,318 29.9 1,623 36.81 1,199 27.19 261 5.92
24 Sulawesi Utara 2,068 645 31.2 743 35.93 678 32.79 58 2.80
25 Sulawesi Tengah 2,841 1,139 40.1 1,070 37.66 580 20.42 52 1.83
26 Sulawesi Selatan 8,579 4,073 47.5 2,924 34.08 1,453 16.94 129 1.50
27 Sulawesi Tenggara 2,479 772 31.1 845 34.09 654 26.38 170 6.86
28 Gorontalo 1,134 565 49.8 431 38.01 138 12.17 0 0.00
29 Sulawesi Barat 6,825 0 0.0 - 0.00 - 0.00 - 0.00
30 Maluku 1,360 1,360 100.0 - 0.00 - 0.00 - 0.00
31 Maluku Utara 0 0 0.0 - - - - - -
32 Papua 2,648 1,178 44.5 880 33.23 394 14.88 196 7.40
33 Irian Jaya Barat 0 0 0.0 - - - - - -
Indonesia 269,202 66,031 24.5 57,390 21.32 30,063 11.17 7,586 2.82
Sumber Data : Ditjen Binkesmas, Depkes RI
Lampiran 5.14
JUMLAH POLINDES MENURUT TINGKAT PERKEMBANGANNYA DAN PROVINSI TAHUN 2006
Jumlah Strata
No Provinsi Jumlah %
Jurusan/Program Studi A B C Non Akreditasi Belum Akreditasi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Banda Aceh 7 1 6 7 100.00
2 Medan 9 2 5 2 9 100.00
3 Pekanbaru 5 2 3 2 40.00
4 Padang 7 5 1 1 6 85.71
5 Jambi 4 2 2 4 100.00
6 Bengkulu 3 2 1 2 66.67
7 Palembang 8 8 8 100.00
8 Tanjung Karang 7 7 7 100.00
9 Jakarta I 3 2 1 3 100.00
10 Jakarta II 7 4 3 7 100.00
11 Jakarta III 6 6 6 100.00
12 Bandung 11 9 2 11 100.00
13 Tasikmalaya 5 5 5 100.00
14 Yogyakarta 6 4 2 6 100.00
15 Semarang 11 3 8 11 100.00
16 Surakarta 5 2 2 1 4 80.00
17 Surabaya 13 8 5 13 100.00
18 Malang 7 5 2 7 100.00
19 Denpasar 5 2 3 5 100.00
20 Mataram 5 3 2 5 100.00
21 Kupang 8 7 1 7 87.50
22 Pontianak 6 2 2 2 4 66.67
23 Palangkaraya 3 2 1 2 66.67
24 Samarinda 4 1 1 2 2 50.00
25 Banjarmasin 6 3 3 6 100.00
26 Palu 4 4 4 100.00
27 Makassar 10 2 6 2 8 80.00
28 Kendari 3 3 3 100.00
29 Manado 9 4 5 4 44.44
30 Ambon 6 4 2 6 100.00
31 Ternate 3 2 1 2 66.67
32 Jayapura 9 5 4 5 55.56
Jumlah 205 73 104 4 0 24 181 88.29
% 40.33 57.46 2.21 0.00 13.26
Sumber: Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan,Pusdiknakes, PPSDM,Depkes, 2006
Lampiran 5.18
JUMLAH INSTITUSI DIKNAKES NON POLITEKNIK KESEHATAN
MENURUT JURUSAN/PROGRAM STUDI DAN PROVINSI TAHUN 2006
Kardiovaskuler
AKUPUNTUR
AKAFARMA
APIKES
AKFAR
AKPER
AKBID
AKFIS
SMAK
SPRG
ATRO
ATEM
No Provinsi Jumlah
PTTD
AKZI
ATW
ARO
AAK
ATG
SMF
AKL
SPK
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 3 12 8 1 1 1 2 1 1 1 1 32
2 Sumatera Utara 4 37 33 4 3 1 1 2 2 1 2 1 1 1 93
3 Sumatera Barat 13 6 1 1 3 1 1 1 1 2 30
4 Riau 6 8 1 1 1 1 1 1 1 21
5 Jambi 6 2 1 1 10
6 Sumatera Selatan 11 6 1 2 2 1 1 24
7 Bengkulu 4 1 1 6
8 Lampung 5 5 1 1 12
9 Kepulauan Bangka Belitung 1 2 3
10 Kepulauan Riau 2 1 3
11 DKI Jakarta 1 2 34 17 7 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 1 1 1 81
12 Jawa Barat 10 3 4 1 1 2 1 1 1 24
13 Jawa Tengah 2 43 33 4 3 5 3 2 2 2 4 1 2 5 2 113
14 DI Yogyakarta 8 1 1 1 1 1 1 1 1 16
15 Jawa Timur 1 42 16 5 3 2 1 2 1 2 1 1 4 1 1 83
16 Banten 5 4 9
17 Bali 1 2 1 4
18 Nusa Tenggara Barat 1 4 4 1 10
19 Nusa Tenggara Timur 1 4 5
20 Kalimantan Barat 6 3 1 10
21 Kalimantan Tengah 3 1 1 5
22 Kalimantan Selatan 6 4 1 1 12
23 Kalimantan Timur 6 1 1 8
24 Sulawesi Utara 5 1 6
25 Sulawesi Tengah 5 2 7
26 Sulawesi Selatan 2 1 23 12 1 1 1 1 1 1 1 45
27 Sulawesi Tenggara 5 1 1 7
28 Gorontalo 0
29 Sulawesi Barat 0
30 Maluku 1 1
31 Maluku Utara 1 1
32 Papua 1 1 1 1 4
33 Irian Jaya Barat 0
JUMLAH 17 4 308 169 32 16 29 13 9 14 1 2 8 2 20 8 8 16 6 2 1 685
Sumber: Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan,Pusdiknakes, PPSDM,Depkes, 2006
Lampiran 5.19
REKAPITULASI STRATA AKREDITASI INSTITUSI NON POLTEKKES
TAHUN 2006
Jumlah Strata
No Provinsi Jumlah %
Institusi A B C Non Akreditasi Belum Akreditasi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 32 1 18 6 7 25 78.13
2 Sumatera Utara 93 4 48 23 1 17 76 78.13
3 Sumatera Barat 30 1 19 2 8 22 73.33
4 Riau 21 11 10 11 52.38
5 Jambi 10 7 3 7 70.00
6 Sumatera Selatan 24 3 12 5 4 20 83.33
7 Bengkulu 6 5 1 5 83.33
8 Lampung 12 7 5 7 58.33
9 Kepulauan Bangka Belitung 3 2 1 2 66.67
10 Kepulauan Riau 3 2 1 2 66.67
11 DKI Jakarta 81 5 64 3 9 72 88.89
12 Jawa Barat 24 1 16 2 5 19 79.17
13 Jawa Tengah 113 11 67 5 30 83 73.45
14 DI Yogyakarta 16 3 9 1 3 13 81.25
15 Jawa Timur 83 18 56 9 74 89.16
16 Banten 9 3 1 5 4 44.44
17 Bali 4 4 4 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 10 2 1 7 3 30.00
19 Nusa Tenggara Timur 5 3 2 3 60.00
20 Kalimantan Barat 10 2 5 3 7 70.00
21 Kalimantan Tengah 5 3 2 3 60.00
22 Kalimantan Selatan 12 4 4 4 8 66.67
23 Kalimantan Timur 8 2 2 4 4 50.00
24 Sulawesi Utara 6 3 1 2 4 66.67
25 Sulawesi Tengah 7 1 5 1 7 100.00
26 Sulawesi Selatan 45 3 22 4 16 29 64.44
27 Sulawesi Tenggara 7 2 5 2 28.57
28 Gorontalo 0
29 Sulawesi Barat
30 Maluku 1 1 0 -
31 Maluku Utara 1 1 0 -
32 Papua 4 2 2 2 50.00
33 Irian Jaya Barat
Jumlah 685 61 402 54 1 167 518 75.62
% 11.78 77.61 10.42 0.19 24.38
Sumber: Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan,Pusdiknakes, PPSDM,Depkes, 2006
Lampiran 5.20
JUMLAH INSTITUSI DIKNAKES NON-POLTEKKES MENURUT STATUS KEPEMILIKAN
PER DESEMBER 2006
Jumlah Jumlah Tenaga Medis Keperawatan Kefarmasian Kesmas Tenaga Keterapian Keteknisan Kesehatan Non
No Provinsi Kab/Kota Kab/Kota S1 Ass Apt S.Kesmas Sanitarian Gizi Fisik Medis Kesehatan Total
masuk Dr.Spes Dr.Umum Dr.Gigi S.Kprwt Perawat Bidan Farmasi & Apt
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 21 21 142 681 125 80 3,128 1,997 37 390 379 536 260 25 74 7,854 - 7,854
2 Sumatera Utara 25 23 350 1,274 469 136 7,378 6,462 152 740 329 506 598 119 560 19,073 131 19,204
3 Sumatera Barat 19 19 298 589 227 75 2,768 2,332 117 534 262 986 227 33 255 8,703 - 8,703
4 Riau 11 5 171 418 137 20 1,940 660 70 193 101 106 89 178 38 4,121 343 4,464
5 Jambi 10 10 69 384 170 17 1,908 1,577 65 233 163 425 147 8 242 5,408 872 6,280
6 Sumatera Selatan 14 14 69 443 104 25 2,925 2,274 94 140 203 422 254 - 228 7,181 1,082 8,263
7 Bengkulu 9 9 64 329 60 68 1,603 1,551 29 119 123 2 25 122 147 4,242 102 4,344
8 Lampung 10 10 282 1,163 415 96 3,310 2,128 60 198 364 427 233 38 332 9,046 8,714 17,760
9 Kepulauan Bangka Belitung 7 7 41 145 49 10 922 377 22 61 94 70 56 6 40 1,893 301 2,194
10 Kepulauan Riau 6 6 105 309 105 19 1,215 543 39 105 59 75 58 11 98 2,741 599 3,340
11DKI Jakarta 6 6 4,833 1,412 896 333 13,872 2,125 134 1,149 215 183 425 294 1,140 27,011 - 27,011
12Jawa Barat 25 25 545 2,134 791 2 12,871 6,955 183 790 510 1,340 630 2 292 27,045 5,692 32,737
13Jawa Tengah 35 35 563 2,241 642 48 584 7,462 100 757 - 1,175 742 52 121 14,487 - 14,487
14DI Yogyakarta 5 5 27 91 72 29 2,147 556 48 308 65 125 89 50 98 3,705 5 3,710
15Jawa Timur 38 38 - 6,853 1,499 547 19,829 10,359 705 1,977 800 1,342 1,222 311 1,924 47,368 15,099 62,467
16Banten 6 2 26 523 110 24 1,638 336 28 134 69 46 72 39 167 3,212 - 3,212
17Bali 9 9 395 554 137 54 3,360 1,302 68 230 191 458 233 262 458 7,702 2,264 9,966
18Nusa Tenggara Barat 9 9 65 327 95 41 2,138 1,028 64 154 275 371 326 19 320 5,223 - 5,223
19Nusa Tenggara Timur 16 15 65 283 61 22 3,001 2,087 57 262 91 302 208 11 117 6,567 - 6,567
20Kalimantan Barat 12 10 79 342 113 71 3,169 1,370 62 178 154 433 324 21 323 6,639 834 7,473
21Kalimantan Tengah 14 12 - 273 49 47 1,770 1,010 33 82 139 232 136 20 170 3,961 932 4,893
22Kalimantan Selatan 26 26 171 1,622 109 45 2,635 1,925 68 337 319 557 375 240 13 8,416 - 8,416
23Kalimantan Timur 13 12 103 566 341 62 3,307 1,192 80 186 168 332 204 181 29 6,751 1,277 8,028
24Sulawesi Utara 9 9 217 715 61 14 2,704 1,002 49 117 81 311 152 18 54 5,495 - 5,495
25Sulawesi Tengah 10 10 57 282 67 - 2,554 1,693 154 - 259 435 170 20 130 5,821 575 6,396
26Sulawesi Selatan 23 23 823 787 663 75 5,055 1,967 142 312 687 25 106 449 502 11,593 418 12,011
27Sulawesi Tenggara 10 10 35 205 46 30 1,536 690 56 92 434 333 390 19 164 4,030 918 4,948
28Gorontalo 5 5 1 39 11 2 535 559 34 - - 29 - 6 114 1,330 59 1,389
29Sulawesi Barat 5 5 - 35 16 - 285 118 5 3 20 19 25 - 11 537 117 654
30Maluku 9 8 29 126 24 63 1,319 882 8 9 54 164 223 8 21 2,930 - 2,930
31Maluku Utara 8 8 25 81 27 6 258 417 460 23 31 52 13 42 70 1,505 85 1,590
32Papua 19 19 49 253 51 14 2,646 1,524 28 45 120 170 175 6 147 5,228 260 5,488
33Irian Jaya Barat 7 7 18 51 25 50 1,554 400 289 245 30 91 39 8 10 2,810 - 2,810
Indonesia 451 432 9,717 25,530 7,767 2,125 115,864 66,860 3,540 10,103 6,789 12,080 8,226 2,618 8,409 279,628 40,679 320,307
Sumber : Dinas Kesehatan se Indonesia, melalui pengumpulan data Pusdatin, Depkes RI, Desember 2006
Lampiran 5.22
DATA SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN DI RUMAH SAKIT
MENURUT PROVINSI DAN JENIS KETENAGAAN TAHUN 2006
2 Sumatera Utara 924 359 101 6,138 347 323 57 4,204 289 245 12,987
3 Sumatera Barat 266 150 69 1,558 141 202 13 1,264 143 120 3,926
13 Jawa Tengah 1,499 582 282 7,072 640 753 91 5,084 225 437 16,665
14 DI Yogyakarta 335 182 46 651 121 145 0 792 46 162 2,480
15 Jawa Timur 1,187 644 84 6,446 1,552 939 209 4,984 270 332 16,647
26 Sulawesi Tenggara 434 203 296 1,523 296 305 79 2,437 50 239 5,862
27 Sulawesi Selatan 143 39 49 505 218 167 13 1,101 10 31 2,276
31 Maluku Utara 66 5 6 77
32 Papua 200 30 4 234
Peserta Didik
No Jenis Profesi Jumlah
I II III
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 KEPERAWATAN
Keperawatan 5,392 4,605 4,367 14,364
Kebidanan 4,064 3,831 3,484 11,379
Kesehatan Gigi 1,054 1,120 981 3,155
Sub Total 10,510 9,556 8,832 28,898
2 KEFARMASIAN
Analisa Farmasi dan Makanan 100 80 80 260
Farmasi 470 440 390 1,300
Sub Total 570 520 470 1,560
3 KESEHATAN MASYARAKAT
Kesehatan Lingkungan 1,384 1,390 1,184 3,958
Sub Total 1,384 1,390 1,184 3,958
4 GIZI
Gizi 1,659 1,495 1,330 4,484
Sub Total 1,659 1,495 1,330 4,484
5 KETERAPIAN FISIK
Fisioterapi 140 160 160 460
Okupasi Terapi 50 80 80 210
Sub Total 190 240 240 670
6 KETEKNISIAN MEDIS
Analis Kesehatan 760 821 704 2,285
Teknik Gigi 50 80 80 210
Teknik Radiodiagnostik dan Terapi 225 160 180 565
Teknik Elektromedik 220 200 180 600
Ortetik Prostetik 30 50 40 120
Sub Total 1,285 1,311 1,184 3,780
Jumlah 15,598 14,512 13,240 43,350
Sumber: Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan,Pusdiknakes, PPSDM,Depkes, 2006
Lampiran 5.28
JUMLAH PESERTA DIDIK TAHUN AJARAN 2006/2007
DI NON POLTEKKES MENURUT PROFESI
Peserta Didik
No Jenis Profesi Jumlah
I II III
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Keperawatan
SPK 1,485 1,320 1,665 4,470
AKPER 27,871 24,027 21,613 73,511
AKBID 10,443 6,166 5,241 21,850
SPRG 370 290 290 950
Sub Total 40,169 31,803 28,809 100,781
2 Kefarmasian
SMF 3,386 2,858 2,679 8,923
AKAFARMA 1,350 1,150 891 3,391
AKFAR 2,125 1,700 1,208 5,033
Sub Total 6,861 5,708 4,778 17,347
3 Kesehatan Masyarakat
AKL 1,160 900 887 2,947
Sub Total 1,160 900 887 2,947
4 Gizi
AKZI 665 730 494 1,889
Sub Total 665 730 494 1,889
5 Keterapian Fisik
AKFIS 920 730 734 2,384
ATW 100 80 50 230
Akupuntur 120 50 80 250
Sub Total 1,140 860 864 2,864
6 Keteknisian Medik
SMAK 750 598 584 1,932
AAK 1,690 1,380 1,196 4,266
ATG 100 160 130 390
PTTD 140 115 255
ATRO 630 390 389 1,409
APIKES 1,225 890 846 2,961
ATEM 380 290 350 1,020
ARO 700 460 380 1,540
KARDIOVAKULER 60 50 110
Sub Total 5,675 4,333 3,875 13,883
TOTAL 55,670 44,334 39,707 139,711
Jumlah
No Jenis Tenaga Kesehatan Jumlah
POLTEKKES NON POLTEKKES
(1) (2) (3) (4) (5)
A KEPERAWATAN
1 SPK 0 915 915
2 AKPER 4,231 19,580 23,811
3 AKBID 3,287 4,977 8,264
4 SPRG 0 209 209
5 AKG 742 742
Sub Total 8,260 25,681 33,941
B KEFARMASIAN
1 SMF 0 2,809 2,809
2 AKAFARMA 40 874 914
3 AKFAR 286 1,036 1,322
Sub Total 326 4,719 5,045
C KESEHATAN MASYARAKAT
1 AKL 1,021 536 1,557
Sub Total 1,021 536 1,557
D GIZI
1 AKZI 1,114 301 1,415
Sub Total 1,114 301 1,415
E KETERAPIAN FISIK
1 AKFIS 120 638 758
2 AOT 40 0 40
3 ATW 0 60 60
4 AKUPUNKTUR 0 0 0
Sub Total 160 698 858
F KETEKNISIAN MEDIS
1 SMAK 0 532 532
2 AAK 478 839 1,317
3 ATG 40 138 178
4 PTTD 0 70 70
5 ATRO 120 335 455
6 APIKES 0 736 736
7 ATEM 120 294 414
8 ARO 0 293 293
9 AOP 80 0 80
10 KARDIOVASKULER 0 0 0
Sub Total 838 3,237 4,075
Jumlah 11,719 35,172 46,891
Sumber: Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan,Pusdiknakes, PPSDM,Depkes, 2006
Lampiran 5.31
DISTRIBUSI LULUSAN POLTEKKES
BERDASARKAN JURUSAN/PROGRAM STUDI DAN KOTA TAHUN 2006
5 Jambi 80 87 43 0 38 0 0 0 0 0 0 0 0 0 248
9 Jakarta I 40 40 0 0 40 0 0 0 0 0 0 0 0 0 120
15 Surakarta 80 40 0 0 0 0 0 0 0 0 0 80 40 80 320
22 Pontianak 50 50 35 39 39 0 39 0 0 0 0 0 0 0 252
23 Palangkaraya 40 51 0 39 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 130
24 Banjarmasin 0 40 39 50 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 129
25 Samarinda 40 80 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 120
29 Kendari 80 62 0 59 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 201
31 Ternate 79 80 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 159
Total 4,231 3,287 1,021 1,114 742 286 478 120 120 40 40 120 40 80 11,719
Sumber: Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan,Pusdiknakes, PPSDM,Depkes, 2006
Lampiran 5.32
DISTRIBUSI LULUSAN NON POLTEKKES
BERDASARKAN JURUSAN /PROGRAM STUDI DAN KOTA TAHUN 2006
AKUPUNTUR
AKAFARMA
AKPER
AKFAR
AKBID
AKFIS
SMAK
SPRG
AKZI
No Provinsi
ATW
AKG
AAK
SMF
ATG
AOT
SPK
AKL
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 50 - 640 260 - - 50 50 80 - 100 - - - - - 60
2 Sumatera Utara 200 - 2,424 843 - 260 130 - 82 - 65 - - - 60 - 69
3 Sumatera Barat - - 601 128 - 80 26 89 - 28 6 - - - - - 24
4 Riau - - 379 - - 88 48 - - - 48 - - - 63 - -
5 Jambi - - 336 - - - - - - - - - - - - - 45
6 Sumatera Selatan - - 584 91 - - - - 41 - 10 - - - - - -
7 Bengkulu - - 308 - - 79 - - - - - - - - - - 60
8 Lampung - - 510 - - - 31 - - - - - - - - - -
9 Kepulauan Bangka Belitung 54 - 121 - - - - - - - - - - - - - -
10 Kepulauan Riau - - 49 - - - - - - - - - - - - - -
11 DKI Jakarta 49 140 2,466 255 - 460 80 100 - 120 110 - - 50 140 50 60
12 Jawa Barat - - 2,099 - - 314 - 49 11 - - - - - - - 103
13 Jawa Tengah 160 - 2,630 740 - 220 160 110 320 150 100 - - - 140 - 240
14 DI Yogyakarta - - 555 - - 78 - - 36 - - - - - - - 65
15 Jawa Timur - 19 2,460 389 - 490 164 80 80 60 50 - - - 128 60 220
16 Banten - - 131 112 - - - - - - - - - - - - -
17 Bali 80 - 80 47 - 79 - - - - - - - - - - -
18 Nusa Tenggara Barat 69 - 80 - - - - - 77 - - - - - - - -
19 Nusa Tenggara Timur 53 - 150 - - - - - - - - - - - - - -
20 Kalimantan Barat - - 320 - - - - 47 - - - - - - - - -
21 Kalimantan Tengah - - 154 - - - - - - - - - - - - - -
22 Kalimantan Selatan - - 292 39 - 64 - - - - - - - - - - -
23 Kalimantan Timur - - 228 - - - - 16 26 - - - - - - - -
24 Sulawesi Utara - - 295 - - - - - - - 40 - - - - - -
25 Sulawesi Tengah - - 240 - - - - 56 - - - - - - - - -
26 Sulawesi Selatan 200 50 953 81 - 82 - 36 55 - - - - - - - -
27 Sulawesi Tenggara - - 266 - - - - 59 30 - - - - - - - -
28 Gorontalo - - - - - - - - - - - - - - - - -
29 Sulawesi Barat - - - - - - - - - - - - - - - - -
30 Maluku - - - - - - - - - - - - - - - - -
31 Maluku Utara - - - - - - - - - - - - - - - - -
32 Papua - - - - - - - - - - - - - - - - -
33 Irian Jaya Barat - - - - - - - - - - - - - - - - -
JUMLAH 915 209 19,351 2,985 - 2,294 689 692 838 358 529 - 50 531 110 946
Sumber: Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan,Pusdiknakes, PPSDM,Depkes, 2006
Lampiran 5.33
Manajemen
No Unit Kerja Pra Jabatan Diklat Pimpinan Diklat Fungsional Diklat Teknis Jumlah
Kesehatan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Pusdiklat - 2 8 30 27 67
2 Bapelkes Cilandak 8 7 4 23 10 52
3 Bapelkes Ciloto 4 - - 6 - 10
5 Bapelkes Salaman - - - - - -
6 Bapelkes Makassar 7 2 8 46 35 98
2 Sumatera Utara 12,122,520 5,867,820 819,352 219,783 36,304 57,059 10,215 2,867,820 2,680,292 6,690,825 55.19
3 Sumatera Barat 4,528,282 1,083,424 441,221 66,122 98,907 3,715 3,587 1,083,424 1,696,976 37.48
6 Bengkulu 1,691,768 502,613 589,915 59,102 6,883 1,216,089 1,920,001 67,776 3,859,766 228.15
7 Sumatera Selatan 6,864,532 1,920,001 155,128 6,682 1,056 21,556 502,613 5,379 692,414 10.09
8 Lampung 7,028,588 2,130,200 420,143 195,244 111,357 2,130,200 576,219 3,433,163 48.85
9 Kepulauan Bangka Belitung 1,004,623 129,801 116,180 51,964 129,801 297,945 29.66
11 DKI Jakarta 8,622,065 891,216 738,037 363,528 89,896 8,826 881,216 741,894 2,823,397 32.75
12 Jawa Barat 38,152,356 7,550,535 4,150,776 1,085,992 35,500 679,670 1,475,372 7,550,535 1,225,337 16,203,182 42.47
13 Jawa Tengah 32,400,476 10,367,184 2,027,083 395,827 20,076 1,487,772 96,945 10,367,184 1,150 14,396,037 44.43
14 DI Yogyakarta 3,384,442 769,091 435,897 6,204 99,581 769,091 60,292 1,371,065 40.51
15 Jawa Timur 36,206,060 9,181,419 1,807,703 462,012 101,577 161,164 1,924,623 9,181,419 1,262 13,639,760 37.67
16 Banten 8,977,896 1,814,399 383,017 571,359 11,195 1,265 1,814,399 502,068 3,283,303 36.57
17 Bali 3,393,830 548,357 488,348 74,274 212,806 257,228 548,357 140,413 1,721,426 50.72
18 Nusa Tenggara Barat 4,039,434 1,949,507 358,000 11,537 8,897 2,283 1,949,507 2,330,224 57.69
19 Nusa Tenggara Timur 4,184,674 2,652,342 234,712 27,984 63,548 20,091 17,462 2,652,342 11,969 3,028,108 72.36
20 Kalimantan Barat 3,713,815 1,321,714 287,869 18,674 20,234 24,213 1,321,714 1,672,704 45.04
21 Kalimantan Tengah 1,866,867 485,483 209,559 1,487 19,120 485,483 10,026 725,675 38.87
22 Kalimantan Timur 2,682,492 482,183 313,517 45,529 450 1,064 25,379 670,674 19,902 1,076,515 40.13
23 Kalimantan Selatan 3,240,725 670,674 426,858 179,260 24,686 1,097 482,183 231,955 1,346,039 41.54
24 Sulawesi Utara 2,149,114 697,203 205,771 59,783 3,098 75,894 697,203 524 1,042,273 48.50
25 Sulawesi Tengah 2,290,722 730,596 71,280 15,022 10,647 730,596 827,545 36.13
26 Sulawesi Tenggara 1,990,114 889,657 307,058 13,227 35,860 2,001,658 167,901 2,525,704 126.91
28 Gorontalo 899,653 386,836 97,696 9,641 12,885 93,991 386,836 601,049 66.81
30 Maluku 1,275,498 636,318 107,177 1,075 204 880 636,318 9,907 755,561 59.24
31 Maluku Utara 858,656 421,703 56,685 13,846 72 924 421,703 9,868 503,098 58.59
32 Papua 1,797 1,088,618 238,329 6,975 27,454 1,088,618 168,130 1,529,506 85,114.41
Jumlah 215,004,731 63,010,000 16,600,955 3,945,809 771,530 2,950,303 5,502,505 60,000,000 6,632,264 96,403,366 44.84
Persentase Berdasarkan Jumlah
7.72 1.84 1.73 2.56 27.91 3.08
Penduduk
Sumber : Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan
Lampiran 6.1
Laju
Persentase Persentase
Jumlah Kepadatan Pertumbuhan Persentase Persentase Angka Beban GNI PPP per
Penduduk di Penduduk Usia
No Negara Penduduk (Juta Penduduk Penduduk Penduduk Usia Penduduk Usia Tanggungan kapita (US$)
Daerah 65 Tahun Ke
Jiwa) (per Km²) 1990-2005 0-14 Tahun 15 - 64 Tahun (%) Tahun 2005
Perkotaan Atas
(%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Laju
Persentase Persentase
Jumlah Kepadatan Pertumbuhan Persentase Persentase Angka Beban GNI PPP per
Penduduk di Penduduk Usia
No Negara Penduduk (Juta Penduduk Penduduk Penduduk Usia Penduduk Usia Tanggungan kapita (US$)
Daerah 65 Tahun Ke
Jiwa) (per Km²) 1990-2005 0-14 Tahun 15 - 64 Tahun (%) Tahun 2005
Perkotaan Atas
(%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Kematian yang
Prevalensi TB Paru Insidens TB Paru Proporsi kasus TB Paru melalui DOTS
berhubungan dengan TB
No Negara per 100.000 Penduduk per 100.000 Penduduk
Paru per 100.000 penduduk
Tahun 2005 Tahun 2005 CDR (2005) SR (2004)
(2004)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
8 Singapura 28 29 5 100 81
Kematian yang
Prevalensi TB Paru Insidens TB Paru per Proporsi kasus TB Paru melalui DOTS
berhubungan dengan TB
No Negara per 100.000 Penduduk 100.000 Penduduk Tahun
Paru per 100.000 penduduk
Tahun 2005 2005 CDR (2005) SR (2004)
(2004)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
6 Maldives 53 47 4 94 95
9 Sri Lanka 80 60 9 86 85
1 Brunei Darussalam <100 [<200] <100 [<200] <0,1 [<0.2] <100 [<200] <100 [<200]
2 Indonesia 170,000 [100.000 – 290.000] 170,000 [100.000 – 290.000] 0.1 [0.1 – 0.2] 29,000 [15.000 – 52.000] 5,500 [3.300 – 8.300]
3 Kamboja 130,000 [74.000 – 210.000] 130,000 [70.000 – 200.000] 1.6 [0.9 – 2.6] 59,000 [28.000 – 99.000] 16,000 [8.500 – 26.000]
4 Laos 3,700 [1.800 – 12.000] 3,600 [1.700 – 12.000] 0.1 [0.1 – 0.4] <1000 [260 – 2.000] <100 [<200]
5 Malaysia 69,000 [33.000 – 220.000] 67,000 [32.000 – 220.000] 0.5 [0.2 – 1.5] 17,000 [7.300 – 57.000] 4,000 [2.100 – 7.200]
6 Myanmar 360,000 [200.000 – 570.000] 350,000 [200.000 – 550.000] 1.3 [0.7 – 2.0] 110,000 [53.000 – 190.000] 37,000 [20.000 – 62.000]
7 Filipina 12,000 [7.300 – 20.000] 12,000 [7.200 – 20.000] <0,1 [<0.2] 3,400 [1.800 – 6.000] <1000 [<1.000]
8 Singapura 5,500 [3.100 – 14.000] 5,500 [3.000 – 14.000] 0.3 [0.2 – 0.7] 1,500 [700 – 3.700] <100 [<200]
9 Thailand 580,000 [330.000 – 920.000] 560,000 [320.000 – 900.000] 1.4 [0.7 – 2.1] 220,000 [100.000 – 370.000] 21,000 [14.000 – 42.000]
10 Vietnam 260,000 [150.000 – 430.000] 250,000 [150.000 – 420.000] 0.5 [0.3 – 0.9] 84,000 [43.000 – 150.000] 13,000 [7.800 – 20.000]
Sumber: 2006 Report on the global AIDS epidemic, UNAIDS/WHO, May 2006
Lampiran 6.8
ANGKA ESTIMASI HIV DAN AIDS DI NEGARA-NEGARA SEARO
TAHUN 2005
1 Bangladesh 11,000 [6.400 - 18.000] 11,000 [6.400 - 18.000] <0,1 [<0,2] 1,400 [710 - 2500] <500 [<1000]
2 Bhutan <500 [<2000] <500 [<2000] <0,1 [<0,2] <100 [<200] <100 [<200]
4 India 5,700,000 [3.400.000 - 9.400.000] 5,600,000 [3.400.000 - 9.300.000] 0.9 [0,5 - 1,5] 1,600,000 [820.000 - 2.800.000] [270.000 - 680.000]
5 Indonesia 170,000 [100.000 – 290.000] 170,000 [100.000 – 290.000] 0.1 [0,1 – 0,2] 29,000 [15.000 – 52.000] 5,500 [3.300 – 8.300]
6 Maldives - - - - - [<0,2] - - - -
7 Myanmar 360,000 [200.000 – 570.000] 350,000 [200.000 – 550.000] 1.3 [0,7 – 2,0] 110,000 [53.000 – 190.000] 37,000 [20.000 – 62.000]
8 Nepal 75,000 [41.000 - 180.000] 74,000 [40.000 - 180.000] 0.5 [0,3 - 1,3] 16,000 [7.500 - 40.000] 5,100 [2.800 - 8.400]
9 Sri Lanka 5,000 [3.000 - 8.300] 5,000 [3.000 - 8.300] < 0,1 [<0,2] <1000 [<1000] <500 [<1000]
10 Thailand 580,000 [330.000 – 920.000] 560,000 [320.000 – 900.000] 1.4 [0,7 – 2,1] 220,000 [100.000 – 370.000] 21,000 [14.000 – 42.000]
Sumber: 2006 Report on the global AIDS epidemic, UNAIDS/WHO, May 2006
Lampiran 6.9
Tetanus
No Negara Difteri Pertusis Tetanus Campak Polio
Neonatorum
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1
Brunei Darussalam - - - - - 0
2
Indonesia 432 3,356 318 118 20,422 2
3
Kamboja 0 474 - 69 188 1
4
Laos 2 182 17 8 58 0
5
Malaysia 0 6 28 11 564 0
6
Myanmar 3 13 224 41 735 1
7
Filipina 47 41 1,232 161 9 0
8
Singapura 0 2 0 0 23 0
9
Thailand 3 98 236 4 3,499 0
10
Vietnam 25 144 57 27 1,978 0
Tetanus
No Negara Difteri Pertusis Tetanus Campak Polio
Neonatorum
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1
Bangladesh 34 46 1,224 256 6,180 18
2
Bhutan 0 1 - 1 0 0
3
DPR Korea 0 409 0 0 0 0
4
India 2,472 22,616 2,587 600 60,751 676
5
Indonesia 432 3,356 318 118 20,422 2
6
Maldives 0 0 0 0 47 0
7
Myanmar 3 13 224 41 735 1
8
Nepal 72 1,092 240 42 2,838 5
9
Sri Lanka 0 0 37 2 0 0
10
Thailand 3 98 236 4 3,499 0
11
Timor Leste 0 26 - 9 90 0
South East Asia Region 3,016 27,657 4,866 1,073 94,562 702
No Negara BCG (%) DPT3 (%) Polio3 (%) Hepatitis B3 (%) Campak (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Brunei Darussalam 96 99 99 99 97
2 Indonesia 82 70 70 70 72
3 Kamboja 87 82 82 - 79
4 Laos 65 49 50 49 41
5 Malaysia 99 90 90 90 90
6 Myanmar 76 73 73 62 72
7 Filipina 91 79 80 44 80
8 Singapura 98 96 96 96 96
9 Thailand 99 98 98 96 96
10 Vietnam 95 95 94 94 95
No Negara BCG (%) DPT3 (%) Polio3 (%) Hepatitis B3 (%) Campak (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Bangladesh 99 88 88 62 81
2 Bhutan 99 95 95 95 93
3 DPR Korea 94 79 97 92 96
4 India 75 59 58 8 58
5 Indonesia 82 70 70 70 72
6 Maldives 99 98 98 98 97
7 Myanmar 76 73 73 62 72
8 Nepal 87 75 78 41 74
9 Sri Lanka 99 99 99 99 99
10 Thailand 99 98 98 96 96
11 Timor Leste 70 55 55 - 48
2 Indonesia 57 92 81 72 40 59
3 Kamboja 19 38 9 44 12 59
4 Laos 29 27 29 - 23 47
5 Malaysia 30 74 - 100 - 12
6 Myanmar 33 76 76 68 - 67
7 Filipina 33 88 70 88 34 32
8 Singapura 55 - - 100 - -
9 Thailand 79 92 86 - - -
10 Vietnam 66 86 29 90 15 26
1 Bangladesh 47 49 11 13 69 90
2 Bhutan 31 51 - 32 - -
3 DPR Korea 59 - - - 31 37
4 India 46 60 30 48 44 66
5 Indonesia 57 92 81 72 75 59
6 Maldives 35 81 81 - 85 -
7 Myanmar 33 76 - 68 66 67
8 Nepal 35 28 15 19 66 92
10 Thailand 79 92 86 - 71 27
11 Timor Leste 9 61 - 18 82 35