Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Organ pernafasan merupakan organ yang penting karena dari
fungsi nya sebagai organ respirasai, yang dapat menjadi parameter untuk
mengetahui keadaan tubuh kita. Jika organ pernafasan terganggu, makan
akan berpengaruh pula pada kinerja tubuh kita. Salah satu penyakit yang
dapat menjangkit organ pernafasan adalah bronkitis.

Penyakit bronkitis adalah penyakit yang banyak terjangkit di


masyarakat. Yang bisa diderita oleh semua kalangan masyarakat. Dari
anak kecil sampai orang dewasa. Yang menyerang pada bagian organ
paru-paru penderitanya.

Bronchitis adalah suatu peradangan bronchioles, bronchus, dan


trachea oleh berbagai sebab, namun lebih sering disebabkan oleh virus,
bakteri, dan polusi udara, yang tergolong penyakit yang ringan. Yang akan
menyebabkan bronkus akan menghasilkan mukosa atau lender yang lebih
banyak. Penyakit ini ditandai dengan adanya dilatasi bronkus local yang
bersifat patologis. Perubahan bronkus tersebut disebabkan oleh perubahan
dinding bronkus berupa destruksi elemen elastic dan otot polos bronkus.

Bagian bronkus yang terkena biasanya bronkus kecil (medium


side), Bronkitis biasanya didahului oleh suatu infeksi saluran nafas bagian
atas oleh virus dan infeksi bakteri sekunder oleh S. Pneumonia atau
hemophilus influenza. Adanya bahan-bahan pencemar udara juga
memperburuk keadaan penyakit begitu juga dengan menghisap rokok.
Gejala awal yang sering timbul adalah batuk-batuk.

Ada dua jenis bronkitis yaitu bronkitis akut, yang sering terjadi
pada anak –anak, karena terjadi infeksi. Bronkitis kronik, sering terjadi
pada orang dewasa yang punya kebiasaan merokok. Perlu kita perhatikan
bagaimana cara kita mencegah terjadinya bronkitis dengan selalu menjaga
kesehatan dengan gaya hidup sehat. Dan hindari kebiasaan merokok.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penykit bronkitis?
2. Apa saja penyebab dari bronkits?
3. Apa saja obat antibiotic pada penyakit bronkitis?
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan bronkitis.
2. Dapat mengetahui apa penyebab dari bronkitis.
3. Dapat mengetahi obat apa saja yang digunakan untuk penderita
bronkitis.
D. Manfaat
1. Untuk memberikan gambaran tentang penyakit bronkitis.
2. Memperdalam dan memperluas pengetahuan tentang bronkitis.
3. Memperluas informasi tentang bronkitis.

2
BAB II

PEMBAHASAAN

A. Definisi Bronkitis
Bronchitis adalah suatu peradangan bronchioles, bronchus, dan
trachea oleh berbagai sebab. Bronchitis biasanya lebih sering disebabkan
oleh viru seperti, rhinovirus, Respiratory Syncitial Virus (RSV), virus
influenza, virus para influenza, dan Coxsackie virus. Bronchitis adalah
suatu peradangan pada bronchus yang disebabkan oleh berbagai macam
mikroorganisme baik virus, bakteri, maupun parasit. Ada 2 jenis bronchitis
yaitu bronchitis akut dan kronik (Muttaqin, 2008).
1. Bronchitis akut adalah serangan bronchitis dengan perjalanan
penyakit yang singkat dan berat, disebabkan oleh karena terkena
dingin, penghirupan bahan-bahan iritan, atau oleh infeksi akut, dan
ditandai dengan demam, nyeri dada (terutama disaat batuk),
dyspnea, dan batuk. Bronchitis kronik adalah bentuk peradangan
yang lama dan berkesinambungan akibat serangan berulang
bronchitis akut atau penyakit- penyakit umum kronis, dan ditandai
dengan batuk, ekspektorasi, dan perubahan sekunder jaringan paru
(Company, 2000).
2. Bronchitis kronik didefinisikan sebagai adanya batuk produktif
yang berlangsung 3 bulan dalam satu tahun selama 2 tahun
berturut-turut. Sekresi yang menumpuk dalam bronchioles
mengganggu pernapasan yang efektif. Merokok atau pemajanan
terhadap terhadap polusi adalah penyebab utama bronchitis kronik.
Pasien dengan bronchitis kronik lebih rentan terhadap kekambuhan
infeksi saluran pernapasan bawah. Kisaran infeksi virus, bakteri,
dan mikroplasma dapat menyebabkan episode bronchitis akut.
Eksaserbasi bronchitis kronik hampir pasti terjadi selama musim
dingin. Menghirup udara yang dingin dapat menyebabkan
bronchospasme bagi mereka yang rentan (Smeltzer & Bare, 2001).
Bronchitis kronis adalah kelainan yang ditandai oleh hipersekresi
bronchus secara terus menerus. Bronchitis Kronis merupakan suatu
gangguan klinis yang ditandai oleh pembentukan mucus yang
berlebihan dalam bronchus dan bermanifestasi sebagai batuk kronis
dan pembentukan sputum selama sedikitnya 3 bulan dalam setahun
sekurang-kurangnya dalam 2 tahun berturut-turut
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
bronchitis merupakan suatu peradangan pada bronchus yang disebabkan
oleh berbagai macam mikroorganisme baik virus, bakteri, maupun parasit.
Bronchitis dibagi menjadi dua fase yaitu fase akut dan fase kronis.

3
B. Penyebab Bronkitis
Bronkhitis terjadi paling sering pada saat musim pancaroba, musim
dingin, biasanya disertai dengan infeksi pernapasan atas, dapat disebabkan
oleh berbagai hal (Iskandar, 2010)
antara lain :
a. Bronkhitis infeksiosa, disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri
atau organisme lain yang menyerupai bakteri ( Mycoplasma
pneumonia dan Chlamyidia). Serangan bronkhitis berulang bisa
terjadi pada perokok, penderita penyakit paru-paru dan saluran
pernapasan menahun. Infeksi berulang bisa terjadi akibat sinusitus
kronis, bronkhiektasis, alergi, pembesaran amandel dan adenoid
pada anak-anak.
b. Bronkhitis iritatif, karena disebabkan oleh zat atau benda yang
bersifat iritatif seperti debu, asap (dari asam kuat, amonia,
sejumlah pelarut organik, klorin, hidrogen, sulfida, sulfur dioksida
dan bromin), polusi udara menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen
dioksida serta tembakau dan rokok.

C. Jenis Obat Antibiotik Pada Bronkitis


1. Amoxicillin
a. Indikasi: Amoksisilin efektif terhadap penyakit: Infeksi saluran
pernafasan kronik dan akut: pneumonia, faringitis (tidak untuk
faringitis gonore), bronkitis, langritis. Infeksi sluran cerna:
disentri basiler. Infeksi saluran kemih: gonore tidak
terkomplikasi, uretritis, sistitis, pielonefritis. Infeksi lain:
septikemia, endokarditis.
b. Kontra Indikasi: Pasien dengan reaksi alergi terhadap
penisilina.
c. Komposisi: Tiap sendok teh (5 ml) suspensi mengandung
amoksisilina trihidrat setara dengan amoksisilina anhidrat 125
mg. Tiap kapsul mengandung amoksisilina trihidrat setara
dengan amoksisilina anhidrat 250 mg. Tiap kaptab
mengandung amoksisilina trihidrat setara dengan amoksisilina
anhidrat 500 mg.
d. Cara Kerja Obat: Amoksisilina merupakan senyawa penisilina
semi sintetik dengan aktivitas anti bakteri spektrum luas yang
bersifat bakterisid. Aktivitasnya mirip dengan ampisilina,
efektif terhadap sebagian bakteri gram-positif dan beberapa
gram-negatif yang patogen. Bakteri patogen yang sensitif
terhadap amoksisilina adalah Staphylococci, Streptococci,
Enterococci, S. pneumoniae, N. gonorrhoeae, H. influenzae, E.
coli dan P. mirabilis. Amoksisilina kurang efektif terhadap
spesias Shigella dan bakteri penghasil beta-laktamase.
e. Posologi: Dosis amoksisilina disesuaikan dengan jenis dan
beratnya infeksi. Anak dengan berat badan kurang dari 20 kg:

4
20 - 40 mm/kg berat badan sehari, terbagi dalam 3 dosis.
Dewasa atau anak dengan berat badan lebih dari 20 kg: 250 -
500 mg sehari, sebelum makan. Gonore yang tidak
terkompilasi: amoksisilina 3 gram dengan probenesid 1 gram
sebagai dosis tunggal.
f. Efek Samping: Pada pasien yang hipersensitif dapat terjadi
reaksi alergi seperti urtikaria, ruam kulit, pruritus, angioedema
dan gangguan saluran cerna seperti diare, mual, muntah,
glositis dan stomatitis.
g. Interkasi Obat: Probenesid memperlambat ekskresi
amoksisilina.

2. Tetracycline
a. Indikasi:
Bruselosis, batuk rejan, pneumonia, demam yang disebabkan
oleh Rickettsia, infeksi saluran kemih, bronkitis kronik.
Psittacosis dan Lymphogranuloma inguinale. Juga untuk
pengobatan infeksi-infeksi yang disebabkan oleh
Staphylococcus dan Streptococcus pada penderita yang peka
terhadap penisilin, disentri amuba, frambosia, gonore dan tahap
tertentu pada sifilis.
b. Kontra Indikasi:
1. Penderita yang peka terhadap obat-obatan golongan
Tetrasiklin. 2. penderita gangguan fungsi ginjal (pielonefritis
akut dan kronis).
c. Komposisi:
Tetracycline 250 mg Kapsul
Tiap kapsul mengandung: Tetrasiklin HCl 250 mg.
Tetracycline 500 mg Kapsul
Tiap kapsul mengandung: Tetrasiklin HCl 500 mg.
d. Cara Kerja Obat:
Tetrasiklin HCl termasuk golongan tetrasiklin, mempunyai
spektrum luas dan bersifat bakteriostatik, cara kerjanya dengan
menghambat pembentukan protein pada bakteri.
e. Efek Samping:
1. Pada pemberian lama atau berulang-ulang, kadang-kadang
terjadi superinfeksi bakteri atau jamur seperti:enterokolitis dan
kandidiasis.
2. Gangguan gastrointestinal seperti: anoreksia, pyrosis, vomiting,
flatulen dan diare.
3. Reaksi hipersensitif seperti: urtikaria, edema, angioneurotik,
atau anafilaksis.

5
4. Jarang terjadi seperti: anemia hemolitik,
trombositopenia,neutropenia dan eosinofilia.
f. Peringatan dan Perhatian:
1. Hendaknya diminum dengan segelas penuh air +/- 240 ml
untuk meminimkan iritasi saluran pencernaan.
2. Sebaiknya tetrasikli tidak diberikan pada kehamilan 5 bulan
terakhir sampai anak berusia 8 tahun, karena menyebabkan
perubahan warna gigi menjadi kuning dan
terganggupertumbuhan tulang.
3. Penggunaan tetrasiklin pada penderita dengan gangguan fungsi
ginjal,dapat menimbulkan efek komulasi.
4. Hati-hati penggunaan pada penderita dengan gangguan fungsi
hati, wanita menyusui.
5. Jangan minum susu atau makanan produk susu lainnya dalam
waktu 1 - 3 jam setelah penggunaan Tetrasiklin.

g. Dosis:
1. Dewasa:
4 kali sehari 250 mg - 500 mg.
Lama pemakaian:
Kecuali apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,
pengobatan dengan Tetracycline kapsul hendaknya paling
sedikit berlangsung selama 3 hari, agar kuman-kuman
penyebab penyakit dapat terberantas seluruhnya dan untuk
mencegah terjadinya resistansi bakteri terhadap tetrasiklin.
2. Anak-anak di atas 8 tahun: sehari 25 - 50 mg/kg berat badan
dibagi dalam 4 dosis, maksimum 1 g.
Diberikan 1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan.
h. Interaksi Obat:
1. Tetrasiklin membentuk kompleks khelat dengan ion-ion
kalsium, magnesium, besi dan aluminium. Maka sebaiknya
tidak diberikan bersamaan dengan tonikum-tonikum yang
mengandung besi atau dengan antasida berupa senyawa
aluminium, amgnesium. Susu mengandung banyak kalsium,
sehingga sebaiknya tidak diminum bersamaan dengan susu.
2. Pengobatan dengan tetrasiklin jangan dikombinasikan dengan
penisilin atau sefalosporin.
3. Karbamazepin dan fenitoin: menurunkan efektifitas tetrasiklin
secara oral.

6
4. Tetrasiklin akan memperpanjang kerja antikluogulan kumarin,
sehingga proses pembekuan akan tertunda.
i. Cara Penyimpanan:
Simpan di tempat yang sejuk dan kering serta terlindung dari
cahaya.

3. Cefixime Kapsul
a. Indikasi:
Cefixime diindikasikan untuk pengobatan infeksi-infeksi yang
disebabkan oleh mikroorganisme yang rentan antara lain:
1. Infeksi saluran kemih tanpa komplikasi yang disebabkan oleh
Escherichia coli dan Proteus mirabilis.
2. Otitis media disebabkan oleh Haemophilus influenzae (strain
laktamase positif) dan Streptococcus pyogenes.
3. Faringitis dan tonsilitis yang disebabkan oleh Streptococcus
pyogenes.
4. Bronkitis akut dan bronkitis kronik dengan eksaserbasi akut
yang disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae dan
Haemophilus influenzae (strain beta-laktamase positif dan
negatif).
b. Kontra Indikasi:
Penderita dengan riwayat shock atau hipersensitif akibat
beberapa bahan dari sediaan ini.
c. Komposisi:
Tiap kapsul CEFIXIME 50 mengandung: Cefixime 50 mg.
Tiap kapsul CEFIXIME 100 mengandung: Cefixime 100 mg
d. Farmakologi:
Aktivitas antibakteri Cefixime bersifat bakterisid dan
berspektrum luas terhadap mikroorganisme gram positif dan
gram negatif, seperti sefalosporin oral yang lain, cefixime
mempunyai aktivitas yang poten terhadap mikroorganisme gram
positif seperti streptococcus sp., Streptococcus pneumoniae, dan
gram negatif seperti Branhamella catarrhalis, Escherichia coli,
Proteus sp., Haemophilus influenzae. Mekanisme kerjanya yaitu
menghambat sintesis dinding sel. Cefixime memiliki afinitas
tinggi terhadap “penicillin-binding-protein” (PBP) 1 (1a, 1b, dan
1c) dan 3, dengan tempat aktivitas yang bervariasi tergantung
jenis organismenya. Cefixime stabil terhadap laktamase yang
dihasilkan oleh beberapa organisme, dan mempunyai aktivitas
yang baik terhadap organisme penghasil laktamase.
e. Farmakokinetika:
Konsentrasi dalam serum. Pemberian per oral dosis tunggal
50,100 atau 200 mg (potensi) cefixime pada orang dewasa sehat
dalam keadaan puasa, kadar puncak serum dicapai setelah 4 jam
pemberian yaitu masing-masing 0,69; 1,13; dan 1,95 ?g/ml.

7
Waktu paruh serum adalah 2,3-2,5 jam. Pemberian per oral dosis
tunggal 1,5; 3,0; atau 6,0 mg (potensi)/kg cefixime pada
penderita pediatrik dengan fungsi ginjal normal, kadar puncak
serum dicapai setelah 3-4 jam pemberian yaitu masing-masing
1,14; 2,01; dan 3,97 ?g/ml. Waktu paruh serum adalah 3,2-3,7
jam. Distribusi (penetrasi ke dalam jaringan) Penetrasi ke dalam
sputum, tonsil, jaringan maxillary sinus mucosal, otorrhea, cairan
empedu dan jaringan kandung empedu adalah baik.
Metabolisme, tidak ditemukan adanya metabolit yang aktif
sebagai antibakteri di dalam serum atau urin.
Eliminasi, cefixime terutama diekskresikan melalui ginjal.
Jumlah ekskresi urin (sampai 12 jam) setelah pemberian oral
50,100 atau 200 mg (potensi) pada orang dewasa sehat dalam
keadaan puasa kurang lebih 20-25% dari dosis yang diberikan.
Kadar puncak urin masing-masing 42,9; 62,2 dan 82,7 ?g/ml
dicapai dalam 4-6 jam setelah pemberian. Jumlah ekskresi urin
(sampai 12 jam) setelah pemberian oral 1,5; 3,0; atau 6,0 mg
(potensi)/kgBB pada penderita pediatrik dengan fungsi ginjal
yang normal kurang lebih 13-20%.
f. Dosis:
Dewasa dan anak-anak dengan berat badan ?30 kg, dosis
harian yang direkomendasikan adalah 50-100 mg (potensi)
cefixime diberikan per oral dua kali sehari. Dosis sebaiknya
disesuaikan dengan usia penderita, berat badan dan keadaan
penderita. Untuk infeksi yang berat dosis dapat ditingkatkan
sampai 200 mg (potensi) diberikan dua kali sehari. Pada kasus
overdosis: Lavage lambung bisa dilakukan bila tidak ada antidot
yang spesifik. Cefixime tidak dikeluarkan dalam jumlah yang
spesifik.Cefixime tidak dikeluarkan dalam jumlah yang
signifikan dari sirkulasi dengan hemodialisis atau dialisis
peritoneal.
g. Efek samping:
1.Shock
Perhatian yang cukup sebaiknya dilakukan karena gejala-
gejala shock kadang-kadang bisa terjadi. Jika beberapa tanda atau
gejala seperti perasaan tidak enak, rasa tidak enak pada rongga
mulut, stridor, dizziness, defekasi yang tidak normal, tinnitus atau
diaphoresis; maka pemakaian sediaan ini harus dihentikan.
2.Hipersensitivitas
Jika tanda-tanda reaksi hipersensitivitas seperti rash,
urtikaria, eritema, pruritus atau demam maka pemakaian sediaan
ini harus dihentikan dan sebaiknya dilakukan penanganan lain yang
lebih tepat.
3.Hematologik
Granulositopenia atau eosinophilia jarang terjadi.Kadang-
kadang thrombocytopenia dapat terjadi.Pemakaian sediaan ini

8
sebaiknya dihentikan bila ditemukan adanya kelainan-kelainan
ini.
4.Hepatik
Jarang terjadi peningkatan GOT, GPT atau alkaline
phosphatase.
5.Renal
Pemantauan fungsi ginjal secara periodik dianjurkan karena
gangguan fungsi ginjal seperti insufisiensi ginjal kadang-kadang
dapat terjadi. Bila ditemukan adanya kelainan-kelainan ini,
hentikan pemakaian obat ini dan lakukan penanganan lain yang
lebih tepat.
6.Saluran Cerna
Kadang-kadang terjadi kolitis seperti kolitis
pseudomembranosa, yang ditunjukkan dengan adanya darah di
dalam tinja.Nyeri lambung atau diare terus menerus memerlukan
penanganan yang tepat, jarang terjadi muntah, diare, nyeri
lambung, rasa tidak enak dalam lambung, heartburn atau anoreksia,
nausea, rasa penuh dalam lambung atau konstipasi.
7.Pernafasan
Kadang-kadang terjadi pneumonia interstitial atau sindroma
PIE, yang ditunjukkan dengan adanya gejala-gejala demam, batuk,
dyspnea, foto rontgen thorax yang tidak normal dan eosinophilia,
ini sebaiknya hentikan pengobatan dengan obat ini dan lakukan
penanganan lain yang tepat seperti pemberian hormon
adrenokortikal.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bronchitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan inflamasi
pada pembuluh bronkus, trakea dan bronchial. Inflamasi menyebabbkan
bengkak di permukaannya, mempersempit ruang pada pembuluh, dan
sekresi pada cairan inflamasi. Secara klinik, para medis mengartikannya
sebagai gangguan respiratorik, dengan batuk sebagai gejala utama, yang
berarti bronchitis bukan penyakit yang berdiri sendiri, melainkan timbul
dari penyakit lain. Bronchitis memang tergolong dalam penyakit yang
ringan, bila dibandingkan dengan penyakit lain yang lebih berbahaya. Tapi
bila diderita oleh penderita yang mempunyai penyakit berbahya yang
bersifat menahun, maka akan menimbulakan bahaya. Jadi, bila timbul
tanda tanda gangguan bronkitis, harus segera diobati dengan obat- obatan
yang sudah teruji secara klinis untuk mengobati bronkitis, sesuai dengan
petunjuk dan resep yang diberikan dokter.
B. Saran
Walau bronkitis merupakan penyakit yang tidak berbahaya,
penting bagi kita untuk selalu berusaha menjaga kesehatan, dengan
menerapkan gaya hidup sehat. Maka dengan gaya hidup sehat yang
diterapkan, tidak hanya terhindar dari penyakit namun tubuh kita akan
senantiasa sehat.
Karena penularan bronkitis sangat cepat, hindari penularan
bronkitis dengan selalu menggunakan masker, banyak minum air putih,
dan hindari polusi udara seperti asap rokok. Sehingga tercipta badan yang
sehat dan kuat.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Muttaqin,Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan


Gangguan Sistem Imunologi. Jakarta: Salemba Medika

2. Bare BG., Smeltzer SC. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta:EGC

3. Iskandar.2010.penyakit paru dan saluran,PT.Bhuana Ilmu Populer ,Jakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai