Pembimbing :
Dr. Aulia Chairani Mkk.
Ketua
151.021.111.49
DOKTER PEMBIMBING
Puji dan syukur sudah sepantasnya kita panjatkan kepada ALLAH SWT Karena atas
izin dan kepastian ilmu-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah Field Study ini
dengan lancar dan tanpa adanya hambatan apapun. Serta ucapan terimakasih kami haturkan
untuk dosen pembimbing kami, dr. aulia chairani Mkk. yang selalu setia untuk memberikan
masukan serta saran untuk pembuatan makalah ini. Serta koordinator field study dan pihak
puskesmas Cisalak Pasar yang telah membantu menyelesaikan pembuatan makalah.
Makalah ini kami buat sebagai hasil dari kunjungan ke Cisalak Pasar dalam rangka
menjalani program Field Study FK UPN Veteran Jakarta yang mana di dalamnya kami
melaporkan Evaluasi Manajemen Puskesmas dan Program TB di Puskesmas Cisalak Pasar
di Puskesmas Cisalak Pasar.
Kami mengharapkan dengan makalah yang kami susun ini, dapat mewakilkan dari
kesuluruhan materi kuliah program yang telah diajarkan dan dapat memenuhi syarat penilaian
dari program Field Study. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan pembuatan makalah
ini masih sangat banyak kekurangannya, karena itu kami menerima segala saran dan kritikan
yang sekiranya dapat memperbaiki dalam penyusunan dan pembuatan makalah yang
berikutnya.
(Penulis)
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak. Tidak hanya oleh orang per
orang, tetapi juga oleh keluarga, kelompok dan bahkan masyarakat. Kesehatan itu sendiri telah
diatur oleh undang-undang No.36 2009. Dalam rangka mewujudkan status kesehatan
masyarakat yang optimal, maka berbagai upaya harus dilaksanakan, salah satu di antaranya
ialah menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak
mendasar masyarakat yang penyediaannya wajib diselenggarakan oleh pemerintah
sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) “Setiap
orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan” dan Pasal 34 ayat
(3) “Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak”. Salah satu bentuk fasilitas pelayanan kesehatan untuk
masyarakat yang diselenggarakan oleh pemerintah adalah puskesmas. Fasilitas pelayanan
kesehatan ini merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat dalam membina peran
serta masyarakat juga memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat. Dengan kata lain puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas
pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.
Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan dasar yang amat penting di Indonesia.
Menurut peraturan Menteri kesehatan RI No.75 2014 Puskesmas adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan
perorangan tingkat pertama (UKP), dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan prefentif
untuk mencapai derajat kesehatan setinggi-tingginya diwilayah kerja. Pelayanan tersebut
ditujukan kepada semua penduduk, tidak membedakan jenis kelamin dan golongan umur, sejak
pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia. UKM diabagi menjadi dua, Essensial dan
Pengembangan. Upaya kesehatan masyarakat essensial harus diselenggarakan oleh setiap
Puskesmas untuk mendukung pencapaian SPM kabupaten/kota bidang kesehatan. Sedangkan
upaya kesehatan masyarakat pengembangan merupakan upaya kesehatan masyarakat yang
kegiatannya memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan atau bersifat ekstensifikasi dan
intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah
kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di masing-masing Puskesmas.
Evaluasi atau kegiatan penilaian merupakan bagian yang penting dari proses
manajemen dan didasarkan pada sistem informasi manajemen. Evaluasi dilaksanakan karena
adanya dorongan atau keinginan untuk mengukur pencapaian hasil kerja atau kegiatan
pelaksanaan program terhadap tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi akan memberikan umpan
balik (feed back) terhadap program atau pelaksanaan suatu kegiatan. Tanpa adanya evaluasi,
sulit untuk mengetahui sejauh mana tujuan-tujuan yang sudah direncanakan oleh suatu program
telah tercapai atau belum. Evaluasi dipandang sebagai suatu cara untuk perbaikan pembuatan
keputusan untuk tindakan-tindakan di masa yang akan datang.
1.2.Rumusan Masalah
Program pokok yang terdapat di puskesmas, model manajemen yang digunakan dan
implementasi (termasuk pelaporan dan pencatatan) di puskesmas, serta cara dan mekanisme
sistem pembiayaan yang terdapat di Puskesmas Cisalak Pasar yang digunakan dalam
manajemen Puskesmas Cisalak Pasar agar tercipta pelayanan dengan kualitas bermutu baik.
Program yang dilaksanakan dalam program TB di Puskesmas Cisalak Pasar untuk
menguranggi insiden dan prevalensi kematian. Perlunya data cakupan pengobatan dan
penyuluhan yang ditangani oleh petugas tenaga kesehatan Puskesmas Cisalak Pasar untuk
melihat sejauh mana tindakan puskesmas ini dalam meningkatkan kulitas kesehatan
masyarakat.
1.5. Tujuan
1.5.1 Tujuan Umum
Diperolehnya gambaran mengenai Evaluasi Manajemen puskesmas terutama
pada program TB kesehatan di Puskesmas Cisalak Pasar.
1.5.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui Program pokok Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan
daerah guna tercapainya pertumbuhan dan perkembangan kesehatan yang
sesuai dengan dasar didirikannya Puskesmas Cisalak Pasar.
b. Mengetahui model manajemen dan implementasinya sebagai pusat
pelayanan kesehatan daerah di Puskesmas Cisalak Pasar.
c. Mengetahui sistem pembiayaan yang terdapat di Puskesmas Cisalak Pasar.
d. Mahasiswa mengetahui dana mengerti indikator program yang
dilaksanakan pada program TB untuk mengurangi kematian di Puskesmas
Cisalak Pasar.
e. Mahasiswa mengetahui upaya cakupan pengobatan serta cakupan
penyuluhan oleh tenaga kesehatan di pelayanan kesehatan Puskemas
Cisalak Pasar agar menurunnya insiden kematian.
f. Mahasiswa mengetahui cakupan pengobatan pada pasien TB.
g. Mahasiswa mampu menganilsa masalah terkait program TB dari input dan
output.
h. Mahasiswa mampu memberikan alternatif pada setiap masalah yang ada di
pelayanan kesehatan Puskesmas Cisalak Pasar.
1.6.Manfaat
Bagi Mahasiswa :
Sebagai penerapan ilmu dan teori yang sudah didapatkan dari pendidikan dan
menambah wawasan serta pengalaman mengenai gambaran program pelaksanaan
pengawasan TB di Puskesmas Cisalak Pasar.
Pengalaman untuk mengetahui cara pengambilan datasa sekunder di Puskesmas.
Melatih kemampuan komunikasi efektif, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan
tenaga kesehatan.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Puskesmas
Puskesmas adalah Suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan
kesehatan yang berada di garda terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat pengembangan
pelayanan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu yang telah ditentukan
secara mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanan namun tidak mencakup aspek
pembiayaan.
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dinas kesehatan kabupaten/kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja
2.1.1Tujuan Puskesmas
Visi Puskesmas
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah tercapainya
Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat.
Indikator Kecamatan Sehat:
a. lingkungan sehat
b. perilaku sehat
c. cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
d. derajat kesehatan penduduk kecamatan
Misi Puskesmas
a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya
b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya
c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan
d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta
lingkungannya
Fungsi Puskesmas
Peran Puskesmas
peran Puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam mewujudkan kesehatan nasional
secara komprehensif, tidak sebatas aspek kuratif dan rehabilitatif saja seperti di Rumah Sakit
Upaya Puskesmas
Adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global
serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Upaya ini dikenal dengan ‘Basic Six’ yang terdiri dari:
6. Upaya Pengobatan
Azas Puskesmas
1. Azas pertanggungjawaban wilayah
a. Puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
b. bertempat tinggal di wilayah kerjanya.
c. Dilakukan kegiatan dalam gedung dan luar gedung
d. Ditunjang dengan puskesmas pembantu, Bidan di desa, puskesmas keliling
2. Azas pemberdayaan masyarakat
a. Puskesmas harus memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat agar berperan
b. aktif dalam menyelenggarakan setiap upaya Puskesmas
c. Potensi masyarakat perlu dihimpun
3. Azas keterpaduan
Setiap upaya diselenggarakan secara terpadu
Keterpaduan lintas program
- UKS : keterpaduan Promkes, Pengobatan, Kesehatan Gigi, Kespro, Remaja, Kesehatan
Jiwa
Keterpaduan lintassektoral
- Upaya Perbaikan Gizi : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
- lurah/kades, pertanian, pendidikan, agama, dunia usaha, koperasi, PKK
- Upaya Promosi Kesehatan : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
- lurah/kades, pertanian, pendidikan, agama
4. Azas rujukan
Rujukan medis/upaya kesehatan perorangan
- rujukan kasus
- bahan pemeriksaan
- ilmu pengetahuan
Rujukan upaya kesehatan masyarakat
- rujukan sarana dan logistik
- rujukan tenaga
- rujukan operasional
Program Puskesmas
Program wajib yang telah standar dilakukan sesuai pengamatan dan pengalaman
penulis, antara lain:
Surveilens Epidemiologi
Pelacakan Kasus : TBC, Kusta, DBD, Malaria, Flu Burung, ISPA, Diare, IMS (Infeksi
Menular Seksual), Rabies
3. Program Pengobatan :
6. Kesehatan Lingkungan :
Populasi sasaran evaluasi meliputi petugas pelaksana, pembuat kebijakan, perencana program
TB, pasien TB dan keluarganya, masyarakat, dan pemangku kepentingan penanggulangan TB.
Pelaksana dan pembuat kebijakan program penanggulangan TB di tingkat kota/ kabupaten
meliputi Kepala Dinkes Kota/ Kabupaten, Kasie P2M, Wasor TBC, Lab Kes Da, anggota DPR
komisi Kesra/ Kesehatan. Tingkat kecamatan meliputi Kepala Puskesmas, dokter fungsional
pemerintah, dokter praktik swasta, perawat poliklinik, petugas TB, petugas laboratorium,
bidan, petugas Puskesmas Pembantu.
Variabel variabel kuantitatif yang diteliti: (1) Angka penjaringan suspek; (2) Case Detection
Rate (CDR); (3) Angka konversi; (4) Angka kesembuhan (cure rate); (5) Angka keberhasilan
(Success Rate); (6) Angka kesalahan laboratorium. Definisi operasional variabel sebagai
berikut (DepKes, 2008).
a. Angka penjaringan suspek (Suspect Screening Rate) adalah jumlah suspek yang
diperiksa per 100,000 penduduk
b. Angka penemuan kasus baru TB BTA positif (Case Detection Rate, CDR) adalah
persentase jumlah kasus baru BTA positif yang ditemukan dan diobati dibagi dengan
jumlah kasus baru TB yang diperkirakan pada suatu populasi di suatu wilayah
c. Angka konversi adalah persentase jumlah kasus baru TB paru BTA positif yang
konversi menjadi negatif dibagi dengan jumlah kasus baru TB paru BTA positif yang
diobati
d. Angka kesembuhan (Cure Rate) adalah persentase dari jumlah kasus baru TB BTA
positif yang sembuh dibagi dengan jumlah kasus baru TB BTA positif yang diobati
e. Angka keberhasilan (Success Rate) adalah persentase kasus baru BTA positif yang
sembuh plus pengobatan lengkap di antara kasus baru TB paru BTA positif yang
diobati.
f. Angka kesalahan (Error Rate) laboratorium adalah persentase jumlah sediaan yang
dibaca salah dibagi dengan jumah seluruh sediaan yang diperiksa.
g. Penduduk
Jumlah penduduk diperoleh dari data resmi Kabupaten/Kota hasil pendataan setiap
tahun atau hasil perhitungan proyeksi pertumbuhan penduduk pertahun.
2.2.1 PENEMUAN KASUS TUBERKULOSIS
Penemuan kasus bertujuan untuk mendapakan kasus TB melalui serangkaian kegiatan
mulai dari penjaringan terhadap suspek TB, pemeriksaan fisik dan laboratories, menentukan
diagnosis dan menentukan klasifikasi penyakit dan tipe pasien TB, sehingga dapat dilakukan
pengobatan agar sembuh dan tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain. Kegiatan
penemuan pasien terdiri dari penjaringan suspek, diagnosis, penentuan klasifikasi penyakit dan
tipe pasien.
Kegiatan ini membutuhkan adanya pasien yang memahami dan sadar akan gejala TB,
akses terhadap fasilitas kesehatan dan adanya tenaga kesehatan yang kompeten yang mampu
melakukan pemeriksan terhadap gejala dan keluhan tersebut.
Penemuan pasien merupakan langkah pertama dalam kegiatan tatalaksana pasien TB.
Penemuan dan penyembuhan pasien TB menular, secara bermakna akan dapat menurunkan
kesakitan dan kematian akibat TB, penularan TB di masyarakat dan sekaligus merupakan
kegiatan pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat.
Strategi penemuan
· Penemuan pasien TB, secara umum dilakukan secara pasif dengan promosi aktif. Penjaringan
tersangka pasien dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan; didukung dengan penyuluhan
secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat, untuk meningkatkan cakupan
penemuan tersangka pasien TB. Pelibatan semua layanan dimaksudkan untuk mempercepat
penemuan dan mengurangi keterlambatan pengobatanPenemuan secara aktif pada masyarakat
umum, dinilai tidak cost efektif.
· Penemuan secara aktif dapat dilakukan terhadap
a. kelompok khusus yang rentan atau beresiko tinggi sakit TB seperti pada pasien dengan HIV
(orang dengan HIV AIDS),
b. kelompok yang rentan tertular TB seperti di rumah tahanan, lembaga pemasyarakatan (para
narapidana), mereka yang hidup pada daerah kumuh, serta keluarga atau kontak pasien TB,
terutama mereka yang dengan TB BTA positif.
c. pemeriksaan terhadap anak dibawah lima tahun pada keluarga TB harus dilakukan untuk
menentukan tindak lanjut apakah diperlukan pengobatan TB atau pegobatan pencegahan.
d. Kontak dengan pasien TB resistan obat
· Penerapan manajemen tatalaksana terpadu bagi kasus dengan gejala dan tanda yang sama
dengan gejala TB, seperti pendekatan praktis menuju kesehatan paru (PAL = practical approach
to lung health), manajemen terpadu balIta sakit (MTBS), manajemen terpadu dewasa sakit
(MTDS) akan membantu meningkatkan penemuan kasus TB di layanan kesehatan, mengurangi
terjadinya “misopportunity” kasus TB dan sekaligus dapat meningkatkan mutu layanan.
· Tahap awal penemuan dilakukan dengan menjaring mereka yang memiliki gejala:
o Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk
dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas,
badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari
tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.
o Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB, seperti
bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain. Mengingat prevalensi TB di
Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke Fasyankes dengan gejala
tersebut diatas, dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan
pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.
o Suspek TB MDR adalah semua orang yang mempunyai gejala TB dengan salah satu atau
lebih kriteria suspek dibawah ini:
1. Pasien TB yang gagal pengobatan kategori 2 (kasus kronik)
2. Pasien TB tidak konversi pada pengobatan kategori 2.
3. Pasien TB dengan riwayat pengobatan TB di fasyankes Non DOTS.
4. Pasien TB gagal pengobatan kategori 1.
5. Pasien TB tidak konversi setelah pemberian sisipan.
6. Pasien TB kambuh.
7. Pasien TB yang kembali berobat setelai lalai/default.
8. Pasien TB dengan riwayat kontak erat pasien TB MDR
9. ODHA dengan gejala TB-HIV.
Pemeriksaan dahak
a. Pemeriksaan dahak mikroskopis
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan
pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis
dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari
kunjungan yang berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS),
· S (sewaktu): dahak dikumpulkan pada saat suspek TB dating berkunjung pertama kali. Pada
saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari
kedua.
· P (Pagi): dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot
dahak dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di Fasyankes.
· S (sewaktu): dahak dikumpulkan di Fasyankes pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.
Pengambilan 3 spesimen dahak masih diutamakan dibanding dengan 2 spesimen dahak
mengingat masih belum optimalnya fungsi sistem dan hasil jaminan mutu eksternal
pemeriksaan laboratorium.
b. Pemeriksaan Biakan
Peran biakan dan identifikasi M. Tuberkulosis pada pengendalian TB adalah untuk
menegakkan diagnosis TB pada pasien tertentu, yaitu :
- Pasien TB Ekstra Paru
- Pasien Tb Anak
- Pasien TB BTA Negatif
Pemeriksaan tersebut dilakukan jika keadaan memungkinkan dan tersedia laboratorium yang
telah memenuhi standar yang ditetapkan.
c. Uji Kepekaan Obat TB
Uji kepekaan obat TB bertujuan untuk resistensi M. Tuberkulosis terhadap OAT. Uji
kepekaan obat tersebut harus dilakukan di laboratorium yang tersertifikasi dan lulus
pemantapan mutu atau Quality Assurance (QA). Pemeriksaan tersebut ditujukan untuk
diagnosis pasien TB yang memenuhi kriteria suspek TB-MDR.
2.2.2. DIAGNOSIS TUBERKULOSIS
Diagnosis TB paru
· Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu - pagi -
sewaktu (SPS).
· Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB. Pada
program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan
diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan
sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya.
· Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto
toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi
overdiagnosis.
Diagnosis TB ekstra paru
· Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk pada Meningitis
TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada
limfadenitis TB dan deformitas tulang belakang (gibbus) pada spondilitis TB dan lain lainnya.
· Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan klinis, bakteriologis dan atau histopatologi
yang diambil dari jaringan tubuh yang terkena
Diagnosis TB pada Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) Pada ODHA, diagnosis TB paru dan
TB ekstra paru ditegakkan sebagai berikut:
1. TB Paru BTA Positif, yaitu minimal satu hasil pemeriksaan dahak positif.
2. TB Paru BTA negatif, yaitu hasil pemeriksaan dahak negatif dan gambaran klinis &
radiologis mendukung Tb atau BTA negatif dengan hasil kultur TB positif.
3. TB Ekstra Paru pada ODHA ditegakkan dengan pemeriksaan klinis, bakteriologis dan atau
histopatologi yang diambil dari jaringan tubuh yang terkena.
2.2.3. KLASIFIKASI PENYAKIT DAN TIPE PASIEN
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien tuberkulosis memerlukan suatu “definisi kasus”
yang meliputi empat hal , yaitu:
· Lokasi atau organ tubuh yang sakit: paru atau ekstra paru;
· Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis): BTA positif atau BTA negatif;
· Riwayat pengobatan TB sebelumnya, pasien baru atau sudah pernah diobati
· Status HIV pasien. Tingkat keparahan penyakit: ringan atau berat. Saat ini sudah tidak
dimasukkan dalam penentuan definisi kasus
Manfaat dan tujuan menentukan klasifikasi dan tipe adalah
· Menentukan paduan pengobatan yang sesuai, untuk mencegah pengobatan yang tidak adekuat
(undertreatment), menghindari pengobatan yang tidak perlu (overtreatment) .
· Melakukan registrasi kasus secara benar
· Standarisasi proses (tahapan) dan pengumpulan data
· Menentukan prioritas pengobatan TB, dalam situasi dengan sumber daya yang terbatas.
· Analisis kohort hasil pengobatan, sesuai dengan definisi klasifikasi dan
tipe.
· Memonitor kemajuan dan mengevaluasi efektifitas program secara akurat,
baik pada tingkat kabupaten, provinsi, nacional, regional maupun dunia.
Beberapa istilah dalam definisi kasus:
· Kasus TB : Pasien TB yang telah dibuktikan secara mikroskopis atau
didiagnosis oleh dokter atau petugas TB untuk diberikan pengobatan TB.
· Kasus TB pasti (definitif) : pasien dengan biakan positif untuk Mycobacterium tuberculosis
atau tidak ada fasilitas biakan, sekurangkurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA
positif.
a. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh (anatomical site) yang terkena:
1) Tuberkulosis paru. Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan
(parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
2) Tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang,
persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain. Pasien dengan TB
paru dan TB ekstraparu diklasifikasikan sebagai TB paru
b. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, keadan ini terutama ditujukan
pada TB Paru:
1) Tuberkulosis paru BTA positif.
a) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
b) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan gambaran
tuberkulosis.
c) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.
d) 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada
pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negative dan tidak ada perbaikan setelah pemberian
antibiotika non OAT.
2) Tuberkulosis paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif. Kriteria diagnostik TB
paru BTA negatif harus meliputi:
a) Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negative
b) Foto toraks abnormal sesuai dengan gambaran tuberkulosis.
c) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT, bagi pasien dengan HIV
negatif.
d) Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.
Catatan:
· Pasien TB paru tanpa hasil pemeriksaan dahak tidak dapat diklasifikasikan sebagai BTA
negative, lebih baik dicatat sebagai “pemeriksaaan dahak tidak dilakukan”.
· Bila seorang pasien TB paru juga mempunyai TB ekstra paru, maka untuk kepentingan
pencatatan, pasien tersebut harus dicatat sebagai pasien TB paru.
· Bila seorang pasien dengan TB ekstra paru pada beberapa organ, maka dicatat sebagai TB
ekstra paru pada organ yang penyakitnya paling berat.
c. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya Klasifikasi berdasarkan riwayat
pengobatan sebelumnya disebut sebagai tipe pasien, yaitu:
1) Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT
kurang dari satu bulan (4 minggu). Pemeriksaan BTA bisa positif atau negatif
2) Kasus yang sebelumnya diobati
· Kasus kambuh (Relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan
telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif
(apusan atau kultur).
· Kasus setelah putus berobat (Default )
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.
· Kasus setelah gagal (Failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada
bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
3). Kasus Pindahan (Transfer In)
Adalah pasien yang dipindahkan keregister lain untuk melanjutkan pengobatannya.
4). Kasus lain:
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas, seperti yang i. tidak diketahui
riwayat pengobatan sebelumnya,
ii. pernah diobati tetapi tidak diketahui hasil pengobatannya,
iii. kembali diobati dengan BTA negative.
Catatan:
TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru, dapat juga mengalami kambuh, gagal, default
maupun menjadi kasus kronik. Meskipun sangat jarang, harus dibuktikan secara patologik,
bakteriologik (biakan), radiologik, dan pertimbangan medis spesialistik.
2.2.4. PENGOBATAN TUBERKULOSIS
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian,
mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi
kuman terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT).
UPF Puskesmas Cisalak Pasar mulai beroperasi pada tanggal 2 Desember 2013. Hingga
saat ini, belum memiliki Kode Puskesmas , dan medapatkan Peraturan Walikota tentang
pendirian nya, tetapi telah mampu memberikan pelayanan dan menjalankan upaya program ,
UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat) Esensial dan Pengembangan maupuan UKP ( Upaya
Kesehatan Perseorangan).
UPF Puskesmas Cisalak Pasar terletak di Jl.Jamrud VI, Perum Permata Puri I
RT/RW.06/09, Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis,Kota Depok 16452. UPF
Puskesmas Cisalak Pasar memiliki 1 wilayah kerja yaitu Kelurahan Cisalak Pasar dengan luas
wilayah 1,71 km2 terdiri dari 9 RW, dan 54 RT dengan batas-batas wilayah kerja sebagai
berikut:
Berdasarkan data BPS Kota Depok, jumlah penduduk di wilayah UPF Puskesmas
Cisalak Pasar adalah 28.588 jiwa. Bangunan Puskesmas Cisalak Pasar berdiri di atas tanah
dengan luas 325 m2, dan dengan luas bangunan 650 m2. Berlokasi di dekat Kantor KUA
Cimanggis dan Kelurahan Cisalak Pasar , di mana kondisi ini akan memudahkan dalam
berkoordinasi lintas sektor.
III.2.1 Visi
Mewujudkan Kelurahan Cisalak Pasar yang Unggul ,Nyaman Religius dan ber-PHBS
serta melaksanakan Layanan Kesehatan yang Berkualitas dan Merata.
III.2.2 Misi
A : Akurasi data dan informasi yang menunjang pelayanan prima dan pemberdayaan
yang optimal
MANAJEMEN MANAJEMEN
MANAJEMEN MANAJEMEN
ADMINISTRA SISTEM
KETATAUSA OPERASIONAL
SI KEUANGAN INFORMASI
UPAYA UPAYA
KESEHATAN KESEHATAN
PROMOSI LAYANAN UMUM JEJARING
(LAYANAN MTBS, FASILITAS
KESEHATAN PELAYANAN
LINGKUNGAN LAYANAN GIGI DAN
KIA DAN KB
LAYANAN KIA - KB
GIZI
PENCEGAHAN DAN
KLINIK SANITASI
PENGENDALIAN
UPAYA KESEHATAN LAYANAN GIZI KLINIK
MASYARAKAT
KESEHATAN JIWA
KESEHATAN
OLAHRAGA
KESEHATAN KERJA
UPAYA
KESEHATAN GIGI
UKS / UKGS
PERKESMAS PELAYANAN
UPAYA
KESEHATAN PELAYANAN
PEMERIKSAAN
UPAYA PENUNJANG
KESEHATAN
III.4 Program Pokok
Promkes
Kesehatan Lingkungan
KIA-KB
Perbaikan Gizi Masyarakat
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Kesehatan Jiwa
Kesehatan Olahraga
Kesehatan Kerja
Kesehatan Gigi Masyarakat
Kesehatan Indera
Kesehatan Lansia
III.5 Kebijakan Mutu
Perencanaan Tingkat Puskesmas sebagai suatu proses yang sistematis untuk menyusun
atau mempersiapkan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Puskesmas pada tahun berikutnya
untuk meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam upaya
mengatasi masalah-masalah kesehatan setempat.
B. SARAN