Hubungan Skala Kecacatan dengan Tingkat Kemandirian Activity of Daily Living (ADL) Pasien Pasca Stroke di Wilayah Kerja Puskesmas Wonopringgo Kabupaten Pekalongan XIV + 78 halaman + 10 tabel + 1 skema + 12 lampiran
Stroke merupakan penyakit gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf
(deficit neurologik) akibat gangguan aliran darah. Di Jawa Tengah angka kejadian stroke berjumlah 17.353 kasus, sedangkan di Kabupaten Pekalongan berjumlah 104 kasus dan berdasarkan data di Puskemas Wonopringgo terdapat 50 kasus. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan skala kecacatan dengan tingkat kemandirian Activity of Daily Living (ADL) pasien pasca stroke di Wilayah Kerja Puskesmas Wonopringgo Kabupaten Pekalongan. Desain penelitian menggunakan Deskriptif Correlation dengan pendekatan Cross Sectional, sampel sebanyak 37 responden dengan teknik total sampling. Hasil Analisis Univariat diketahui skala kecacatan pasien stroke memiliki kategori normal (gangguan fungsi minimal) 9 responden (24,3%), responden yang memiliki kategori skala kecacatan ringan 9 responden (24,3%) dan tingkat kemandirian Activity of Daily Living (ADL) pasien pasca stroke memiliki kategori mandiri total 18 responden (48,6%). Analisis bivariat menggunakan uji spearman rank diketahui terdapat hubungan signifikan antara skala kecacatan dengan tingkat kemandirian Activity of Daily Living (ADL) pasien pasca stroke dengan p value = 0,001. Sehingga perlu dikembangkan perawatan yang berkelanjutan dari rumah sakit melalui kerjasama dengan pihak Puskesmas di wilayah tempat pasien berada dalam hal pemulihan kesehatan atau rehabilitasi pasien pasca stroke dengan pelaksanaan perawatan kesehatan masyarakat.
Kata kunci : Skala Kecacatan, Stroke, Tingkat Kemandirian
Perpustakaan : 26 Buku (2006-2015), 23 Jurnal (2008–2017)
Muhammadiyah Pekajangan School of Allied Health Science Pekalongan 1 July, 2017
ABSTRACT
Galih Wicaksana, Rita Dwi Hartanti
The Relationship of Disability Scale with The Independence Level of Activity of Daily Living (ADL) among the Post-Stroke Patients at Wonopringgo Puskesmas Working Area, Pekalongan Regency XIV + 78 pages + 10 tables + 1 diagram + 12 appendix
Stroke is a disease of functional brain disorder in the form of nerve paralysis
(neurologic deficit) due to disruption of blood flow. In Central Java, the incidence of stroke amounted to 17,353 cases, while in Pekalongan Regency there have been 104 cases and based on data at Puskemas Wonopringgo there have been 50 cases. This study aims to determine the relationship of disability scale with the level of independence of Activity of Daily Living (ADL) among the post-stroke patients at Wonopringgo Puskesmas Community Working Area of Pekalongan Regency. The research design uses Descriptive Correlation with Cross Sectional approach, and the sample were as many as 37 respondents with total sampling technique. The result of Univariate Analysis is known that the scale of disability of stroke patients has normal category (minimal function disturbance) are as many as 9 respondents (24,3%), and the respondents having mild disability scale are as many as 9 respondent (24,3%) and the independence level of Activity of Daily Living (ADL) among the post-stroke patients have a total autonomous category are as many as 18 respondents (48,6%). Bivariate analysis using spearman rank test has known that there is a significant relationship between disability scale and independence level of Activity of Daily Living (ADL) among the post stroke patients with the p value = 0,001. It is therefore necessary to develop ongoing care from the hospital through cooperation with the Puskesmas in the area where the patients are in term of health recovery or post-stroke patient rehabilitation by the implementation of public health care.
Keywords : Disability Scale, Level of Independence, Stroke
Stroke merupakan penyakit diperoleh dari Dinas Kesehatan gangguan fungsional otak berupa (Dinkes) Kabupaten Pekalongan kelumpuhan saraf akibat suplai menunjukkan bahwa dari 27 darah ke otak terhenti. Hal ini Puskesmas di Kabupaten disebabkan karena adanya Pekalongan pada tahun 2013 pembuluh darah yang pecah terdapat 98 kasus baik stroke (hemoragik atau perdarahan) dan hemoragik dan stroke non sumbatan di pembuluh darah hemoragik, kemudian pada tahun (iskemik atau non hemoragik) 2014 kasus stroke hemoragik dan (Irianto, 2015, h.537). stroke non hemoragik meningkat Menurut World Health mencapai 274 kasus, berikutnya Organization (WHO) (2017) pada tahun 2015 mengalami menyatakan bahwa pada tahun peningkatan menjadi 302 kasus. 2015 stroke merupakan penyebab Pada tahun 2016 tercatat pasien kematian terbanyak di Dunia stroke yang berada di Wilayah setelah penyakit jantung, dengan Kabupaten Pekalongan menurun angka lebih dari enam juta sejumlah 104 kasus. Berdasarkan kematian tiap tahunnya dalam 15 data tersebut tiga wilayah kerja tahun terakhir. Menurut WHO Puskesmas tertinggi dengan tahun 2011 dalam Suryantika jumlah pasien stroke yaitu (2013) dikutip dalam Rahayu, Wonopringgo yang berjumlah 50 Utomo & Utami (2014) pasien, Kedungwuni I berjumlah menyatakan bahwa Indonesia 21 pasien dan Kedungwuni II telah menempati peringkat ke-97 berjumlah 16 pasien (Dinkes dunia untuk jumlah pasien stroke Kabupaten Pekalongan, 2016). terbanyak dengan jumlah angka Stroke menyebabkan kematian mencapai 138.268 berbagai dampak yang dapat orang. mengurangi aktivitas sehari-hari Prevalensi stroke di pasien dari keadaan sebelumnya. Indonesia berdasarkan data Keadaan pasien stroke sangat Riskesdas 2013 sebesar 7 per beragam, seperti kelumpuhan 1.000 penduduk dan yang tercatat pada anggota badan, berupa gejala sebesar 12,1 per menghilangnya sebagian ingatan, 1.000 penduduk (Riskesdas, kemampuan berbicara berkurang, 2013). Angka kejadian stroke dapat juga terjadi lumpuh sebelah hemoragik tahun 2015 sejumlah (hemiplagia), kekuatan sebelah 4.558 orang dan non hemoragik anggota tubuh berkurang sejumlah 12.795 orang dari 35 (hemiparesis), serta gangguan kabupaten/kota di Provinsi Jawa rasa (sensasi) di kulit wajah, Tengah (Dinkes Jawa tengah, lengan atas tungkai, hal itu 2015). disebabkan karena kematian
jaringan otak pada pasien stroke. melakukan ADL secara mandiri
Hal ini dapat sembuh secara diperlukan peran perawat sempurna, namun terkadang dapat pembantu (care giver). mengakibatkan kematian atau Pengkajian ADL umumnya kondisi cacat menetap (Nabyl, mengikuti indeks pengukuran 2012, hh.17-18 ; Junaidi, 2006, yang dikembangkan oleh Barthel h.48). dan Kats. Indeks ini didasarkan Kecacatan stroke pada pada hasil evaluasi terhadap umumnya dinilai dengan tingkat kemandirian yaitu tingkat kemampuan pasien untuk ketergantungan secara fungsional. melanjutkan fungsinya kembali Penelitian di Amerika seperti sebelum sakit dan Serikat memperlihatkan bahwa kemampuan pasien untuk mandiri. lebih dari separuh (55%) pasien Kecacatan stroke dapat diukur stroke dapat mandiri dalam waktu dengan menggunakan skala tiga bulan pasca serangan. kecacatan. Skala ukur yang paling Terdapat 18% pasien yang sering dipakai pada pasien stroke mengalami kecacatan berat dan untuk menggambarkan kecacatan memerlukan bantuan dalam adalah The modified Rankin Scale banyak aspek kehidupannya. (mRS). Di dalam mRS terbagi Stroke yang menunjukan derajat menjadi enam skala, dari skala 0 keparahan yang tinggi saat sampai dengan skala 5 (Junaidi, serangan lebih sering 2006, hh.53-54 ; American Stroke dihubungkan dengan kecacatan Assoiation, 2012). Pasien stroke stroke. Kecacatan stroke dengan yang menunjukan skala kecacatan skala kecacatan yang tinggi dapat yang tinggi akan mengalami mempengaruhi tingkat penurunan tingkat kemandirian kemandirian pasien (Pinzon, yang dibutuhkan untuk melakukan 2010, h.39). aktivitas sehari-hari (activity of Kemandirian adalah daily living). kemampuan seseorang dalam Menurut Tamher & melakukan aktivitas secara Noorkasiani tahun 2011 (dikutip mandiri misalnya untuk mengurus dalam Wiraguna, 2014) Activity of diri sendiri. Pada pasien stroke Daily Living (ADL) merupakan memerlukan bantuan dalam aktivitas pokok bagi perawatan melakukan aktivitas sehari – hari, diri. Pengkajian ADL dilakukan bantuan dari orang-orang untuk mengetahui tingkat sekitarnya maupun dari tenaga kemandirian. Penilaian ADL kesehatan untuk memenuhi penting dalam rangka menetapkan kebutuhannya. Beberapa bantuan bagi pasien dengan pemenuhan kebutuhan yang tingkat ketergantungan penuh atau memerlukan bantuan seperti sedang, bila pasien tidak dapat makan, berpindah dari tempat
tidur / kursi, mandi, berjalan kemandirian Activity of Daily
ditempat datar, naik turun tangga, Living (ADL) pasien pasca stroke berpakaian, kontrol buang air di Wilayah Kerja Puskesmas besar (BAB) dan kontrol buang Wonopringgo Kabupaten air kecil (BAK) (Sinta dkk., 2014 Pekalongan. dalam Ashofi, 2016). Berdasarkan studi C. METODOLOGI PENELITIAN pendahuluan yang dilakukan oleh Kerangka konsep adalah peneliti terhadap lima orang uraian tentang hubungan antar pasien di Wilayah Kerja variabel-variabel yang terkait Puskesmas Wonopringgo dengan dengan masalah penelitian dan angka kejadian stroke tertinggi di dibangun berdasarkan kerangka seluruh wilayah kerja puskesmas teori/kerangka pikir atau hasil di Kabupaten Pekalongan dalam studi sebelumnya sebagai beberapa tahun terakhir, serta pedoman penelitian (Supardi & memiliki angka kejadian Diabetes Rustika, 2013, h.44). Mellitus (DM) dan hipertensi Pada penelitian ini terdiri tertinggi di Kabupaten dari dua variabel yaitu skala Pekalongan yang merupakan kecacatan sebagai variabel bebas faktor risiko terjadinya stroke (independent) dan tingkat (Dinas Kesehatan Kabupaten kemandirian Activity of Daily Pekalongan, 2015). Didapatkan Living (ADL) pasien pasca stroke data tiga dari lima orang pasien sebagai variabel terikat memiliki skala kecacatan berat, (dependent). dan memiliki tingkat kemandirian Hipotesis pada penelitian ini yang rendah. adalah ada hubungan skala Berdasarkan alasan tersebut kecacatan dengan tingkat peneliti ingin mengetahui lebih kemandrian Activity of Daily lanjut adakah hubungan skala Living (ADL) pasien pasca stroke kecacatan dengan tingkat di Wilayah Kerja Puskesmas kemandirian pasien pasca stroke Wonopringgo Kabupaten terutama dalam melakukan Pekalongan. Activity of Daily Living (ADL) Penelitian ini menggunakan atau aktivitas sehari-hari pada desain deskriptif correlation untuk pasien pasca stroke yang berada di menelaah hubungan antara dua Wilayah Kerja Puskesmas variabel pada suatu situasi atau Wonopringgo Kabupaten sekelompok subjek (Notoatmodjo, Pekalongan. 2012, h.47). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini B. TUJUAN PENELITIAN adalah Cross Sectional dimana Mengetahui hubungan skala data yang menyangkut variabel kecacatan dengan tingkat bebas atau resiko dan variabel
terikat atau variabel akibat, akan melakukan aktivitas dibantu.
dikumpulkan dalam waktu yang Dengan kriteria hasil mandiri total bersamaan (Notoatmodjo, 2012, = 6, tergantung paling ringan = 5, h.86). tergantung ringan = 4, tergantung Teknik pengambilan sampel sedang = 3, tergantung berat = 2, pada penelitian ini menggunakan tergantung paling berat = 1, sampling jenuh (total sampling) tergantung total = 0. yaitu teknik penentuan sampel Dalam penelitian ini analisis bila semua anggota populasi univariat digunakan untuk digunakan sebagai sampel. mengatahui karakteristik pasien Lembar kuisioner skala pasca stroke serta mengetahui 2 kecacatan menggunakan alat ukur variabel yaitu skala kecacatan Modified Rankin Scale (mRS). pasien pasca stroke dan tingkat Jenis pertanyaan yang digunakan kemandirian Activity of Daily berbentuk kuesioner dengan 5 Living (ADL) pasien pasca stroke. pertanyaan. Pemberian skor pada Pada penelitian ini analisis kuesioner ini menggunakan bivariat digunakan untuk wawancara dan melakukan mengetahui hubungan antara observasi untuk memvalidasi variabel bebas yaitu skala jawaban pasien. Pemberian skor kecacatan pasien pasca stroke terbagi antara lain skala 0 dengan variabel terikat yaitu (normal, tidak ada gangguan tingkat kemandirian Activity of fungsi), skala 1 (normal, hampir Daily Living (ADL) pasien pasca tidak ada gangguan fungsi), skala stroke. Peneliti menggunakan uji 2 (kecacatan ringan), skala 3 sperman rank yang digunakan (kecacatan sedang), skala 4 untuk menguji hubungan antara (kecacatan sedang-berat), skala 5 variabel independent dan variabel (kecacatan berat). dependent berskala ordinal Lembar kuesioner tingkat (Dharma, 2011, h.203). kemandirian Activity of Daily Analisis data dalam Living (ADL) pasien pasca stroke penelitian ini adalah dengan menggunakan alat ukur menggunakan level og Indeks Katz. Jenis pertanyaan significance (α = alpha) sebesar yang digunakan berbentuk skala 5% (0,05%) dan taraf kepercayaan guttman dengan 7 pertanyaan. (confidence level) sebesar 95%. Pemberian skor dengan kuesioner Hasil analisis diambil dengan ini menggunakan wawancara dan keputusan bila ρ value ≤ α maka observasi untuk memvalidasi Ha gagal ditolak artinya ada jawaban pasien. Dengan penilaian hubungan skala kecacatan dengan mandiri jika responden mampu tingkat kemandirian Activity of mengerjakan fungsi tanpa bantuan Daily Living (ADL) pasien pasca dan tergantung jika dalam stroke di Wilayah Kerja
Kabupaten Pekalongan. usia lanjut tua (75-90 tahun) sebanyak 3 orang D. HASIL DAN PEMBAHASAN (8,1%). Penelitian ini telah Irfan, 2010 (dikutip dilakukan di Wilayah Kerja dalam Marjoko, Utomo, & Puskesmas Wonopringgo Hasanah, 2014) Kabupaten Pekalongan. Jumlah menyatakan bahwa stroke responden sebanyak 37 orang, seringkali terjadi pada yang berlangsung dari tanggal 7 orang dengan usia diatas Juni- 1 Juli 2017. 50 tahun, tetapi dapat Penelitian terdiri dari terjadi juga pada usia lebih karakteristik pasien pasca stroke, muda yang sering kali variabel skala kecacatan dan disebabkan adanya variabel tingkat kemandirian kelainan jantung yang Activity of Daily Living (ADL) mengakibatkan timbulnya pasien pasca stroke dengan embolisasi dan dapat analisis univariat, sedangkan mengakibatkan adanya analisis bivariat terdiri dari infark. hubungan skala kecacatan dengan Makin bertambah tingkat kemandirian Activity of usia, resiko stroke semakin Daily Living (ADL) pasien pasca tinggi, hal ini berkaitan stroke di Wilayah Kerja dengan elastisitas Puskesmas Wonopringgo pembuluh darah (Tarwoto, Kabupaten Pekalongan. Watonah, & Suryati, 2007, 1. Gambaran Karakteristik h.88). Penyakit stroke Pasien Pasca Stroke di (cerebrovaskuler accident) Wilayah Kerja Puskesmas menyerang bukan hanya Wonopringgo Kabupaten kelompok usia di atas 50 Pekalongan tahun, melainkan juga a. Usia kelompok usia produktif Berdasarkan analisis (Junaidi, 2006, h.xiii). univariat diketahui b. Jenis Kelamin bahwasanya sebagian Berdasarkan analisis besar responden memiliki univariat diketahui kategori usia pertengahan bahwasanya sebagian (45-59 tahun) sebanyak 28 besar responden adalah orang (75,7%). Responden perempuan sebanyak 20 yang memiliki kategori orang (54,1%). Sedangkan usia lanjut (60-70 tahun ) responden laki-laki sebanyak 6 orang (16,2%). sebanyak 17 orang Sedangkan responden (45,9%).
mengatakan bahwa pada Perubahan hormon usia lanjut laki-laki dan reproduksi yang terjadi perempuan hampir tidak pada wanita merupakan berbeda, laki-laki faktor pemicunya. cenderung terkena stroke c. Pekerjaan iskemik sedangkan Berdasarkan analisis perempuan lebih sering univariat diketahui menderita perdarahan bahwasanya sebagian subarakhnoid dan besar responden tidak kematiannya lebih tinggi bekerja sebanyak 27 orang dibandingkan laki-laki. (73%). Sedangkan Berdasarkan responden yang bekerja penelitian dari Yanis, 2004 sebanyak 10 orang (27%). (dikutip dalam Marjoko, Bariroh, Setyawati, & Utomo, & Hasanah, 2014) Sakundarno (2016) mengatakan bahwa pasien mengatakan bahwa stroke laki-laki sebanyak ketidakmampuan pasien 27 orang (40,9%) lebih untuk kembali bekerja ini sedikit dibandingkan juga dipengaruhi oleh dengan pasien stroke faktor fisiknya, karena perempuan, yaitu sebanyak foktor ini mempengaruhi 39 orang (59,1%). Lingga tingkat ketidakmampuan (2013) mengatakan bahwa pasien, dan perbedaan ini terjadi ketidakmampuan ini karena pada perempuan, meningkat seiring dengan ketika memasuki masa peningkatan spasitas dan menopause (45-55 tahun) berkurangnya status resiko stroke meningkat keseimbangan. karena estrogen yang Hal ini sesuai dengan semula berperan sebagai apa yang peneliti dapatkan pelindung mengalami di lapangan, bahwasanya penurunan. Perempuan sebagian besar responden juga memiliki resiko yang (73%) tidak mampu cukup tinggi terhadap kembali untuk bekerja stroke jika mereka seperti sedia kala, karena merupakan pengguna pil adanya penurunan fungsi KB (Keluarga Berencana), motorik dan gangguan menjalani terapi sulih fungsional. Sedangkan hormon, serta kehamilan sisanya (27%) dan persalinan. Resiko mengungkapkan bahwa stroke relatif tinggi 6 meskipun kembali bekerja,
kemampuannya telah mencapai kesehatan berkurang, kemampuan ini optimal. didesak oleh kemauan diri Bariroh, Setyawan, & sendiri serta harga diri, Sakundarno (2016) bahwasanya tidak ingin mengataktan bahwa dianggap menjadi beban tingkat pendidikan didalam keluarga. seseorang dapat d. Pendidikan mendukung atau Berdasarkan analisis mempengaruhi tingkat univariat diketahui pengetahuan seseorang. bahwasanya sebagian Pendidikan yang rendah besar responden maka pengetahuan juga berpendidikan SD rendah, semakin tinggi (Sekolah Dasar) sebanyak pendidikan seseorang 18 orang (48,6%). maka pengetahuannya Responden yang akan semakin tinggi. berpendidikan SMP Pasien yang memiliki (Sekolah Menengah pendidikan yang lebih Pertama) sebanyak 6 orang tinggi akan mempunyai (16,2%). Responden yang pengetahuan yang lebih berpendidikan SMA luas juga memungkinkan (Sekolah Menengah Atas) pasien dapat mengontrol sebanyak 5 orang (13,5%). dirinya dalam mengatasi Responden yang tidak masalah yang dihadapi, sekolah sebanyak 5 orang mempunyai rasa percaya (13,5%). Sedangkan diri yang tinggi, responden yang berpengalaman dan berpendidikan S1 mempunyai perkiraan (Sarjana) sebanyak 3 orang yang tepat bagaimana (8,1%). mengatasi kejadian serta Menurut Notoatmodjo mudah mengerti anjuran- tahun 2003 dalam anjuran dari petugas Mubarak (2006, h.137) kesehatan. dikutip dalam Ratnasari, e. Serangan Stroke Kristiyawati, & Solechan Berdasarkan analisis (2013) mengatakan bahwa univariat diketahui pendidikan pada bahwasanya sebagian hakekatnya merupakan besar responden memiliki usaha untuk membantu kategori serangan stroke individu dalam untuk pertama kalinya meningkatkan kemampuan sebanyak 34 orang
responden yang deibandingkan pasien mengalami serangan stroke serangan pertama. stroke kedua (berulang) Hal ini sesuai dengan sebanyak 3 orang (8,1%). apa yang peneliti dapatkan Wahyuni, 2012 di lapangan, berdasarkan (dikutip dalam Sari, 2015) informasi dari keluarga mengatakan bahwa setelah bahwasanya ketika serangan stroke yang responden mengalami pertama, stroke terkadang stroke pertama hanya bisa terjadi lagi dengan mengalami serangan kondisi yang lebih parah. berupa gangguan Pada umumnya terjadi berbicara, akan tetapi pada pasien yang kurang ketika mengalami kontrol diri, dan tingkat serangan stroke berulang kesadarannya yang rendah. (kedua) ini responden Inilah yang dikhawatirkan mengalami serangan yang bisa memicu stroke lebih parah, seperti berulang. Padahal jika kelumpuhan sebagian sampai stroke berulang anggota tubuh, mulut artinya terjadi perdarahan mencong, bahkan yang lebih luas di otak, gangguan kesadaran. sehingga kondisi bisa lebih f. Lama Stroke parah dari serangan yang Kelainan neurologis pertama. yang menetap setelah 6 Berdasarkan bulan cenderung akan penelitian Maharani tahun terus menetap. Beberapa 2014 tentang “Perbedaan pasien memang Aktivitas Kehidupan mengalami perbaikan yang Sehari-hari pada Kejadian cukup berarti, tapi Stroke Iskemik Serangan umumnya tidak Pertama dan Berulang di mengalami perbaikan yang RSUD Dr.Moewardi cukup signifikan, semakin Surakarta” menyatakan lama maka kerusakan akan bahwa terdapat perbedaan bertambah parah apabila tingkat kemampuan tidak ada penanganan yang aktivitas sehari-hari (AKS) tepat (Junaidi, 2006, h.53). yang bermakna antara pasien stroke pertama dan stroke berulang. Pasien stroke serangan berulang berisiko 4,7 kali memiliki
Berdasarkan analisis diupayakan agar pasien univariat diketahui tetap aktif setelah stroke bahwasanya sebagian untuk mencegah timbulnya besar responden yang komplikasi tirah baring melakukan rehabilitasi dan stroke berulang medik sebanyak 24 orang (secondary prevention). (64,9%). Sedangkan Komplikasi tirah baring responden yang tidak dan stroke berulang akan melakukan rehabilitasi memperberat disabilitas medik sebanyak 13 orang dan menimbulkan penyakit (35,1%). Sebagian besar lain yang bahkan dapat responden yang menjalani membawa kepada rehabilitasi medik kematian. mengatakan ingin sembuh, Hariandja (2013) tidak ingin menjadi beban mengatakan bahwa tujuan untuk keluarga, serta utama rehabilitasi adalah mendapatkan dukungan memulihkan sebagian atau dari keluarga. Beberapa seluruh kapabilitas fisik, responden berhenti sensorik atau mental menjalani rehabilitasi pasien yang berkurang dikarenakan tidak ada atau hilang akibat suatu perubahan yang signifikan. penyakit atau cedera. Sedangkan responden Melalui upaya rehabilitasi, yang tidak menjalani diharapkan kemampuan rehabilitasi medik hal ini motorik, kognitif, visual disebabkan karena dan koordinasi para pasien keterbatasan biaya, serta pasca stroke dapat pulih ada juga yang lebih sehingga tingkat percaya dengan kemandirian mereka pun pengobatan tradisional. secara berangsur Wirawan (2009) meningkat. Dengan mengatakan bahwa bagi demikian, seiring dengan pasien pasca stroke, meningkatnya kemampuan intervensi rehabilitasi dan tingkat kemandirian medis sangat penting mereka, kualitas hidup untuk mengembalikan pasien pasca stroke akan pasien pada kemandirian meningkat pula. mengurus diri sendiri dan Karunia (2016) melakukan aktivitas mengatakan bahwa kehidupan sehari-hari rehabilitasi juga tidak tanpa menjadi beban bagi hanya memulihkan
tetapi juga mampu 49) mengatakan bahwa meringankan tugas orang keadaan pasien stroke sangat yang ada di sekitar pasien beragam bisa pulih sempurna pasca stroke dan atau bisa sembuh dengan menumbuhkan semangat cacat ringan, cacat sedang, pasien pasca stroke. dan cacat berat. Stroke merupakan penyakit yang 2. Gambaran Skala Kecacatan paling banyak menyebabkan Pasien Pasca Stroke di kecacatan. Nabi Muhammad Wilayah Kerja Puskesmas SAW bersabda: Wonopringgo Kabupaten “Cobaan akan selalu Pekalongan menimpa seorang mukmin dan mukminah, Berdasarkan analisis baik pada dirinya, pada univariat diketahui anaknya maupun pada bahwasannya sebagian besar hartanya, sehingga ia pasien pasca stroke yang bertemu dengan Allah menjadi responden dalam tanpa dosa sedikitpun” penelitian ini tergolong (HR. Tirmidzi no. 2399). memiliki kategori kecacatan Berdasarkan hal ringan sebanyak 9 orang tersebut, pasien disarankan (24,3%). Responden yang untuk mempersiapkan diri memiliki kategori normal, dan bila perlu melakukan hampir tidak ada gangguan penyesuaian dalam segala fungsi sebanyak 9 orang hal, terutama dalam (24,3%). Responden yang perjalanan sebagai pegangan memiliki kategori kecacatan saat masa pemulihan dan sedang sebanyak 6 orang meningkatkan kemandirian (16,2%). Responden yang aktivitasnya, biasanya memiliki kategori kecacatan pemulihan gangguan saraf sedang berat sebanyak 6 orang pada stroke terjadi dalam (16,2%). Responden yang hari atau minggu pertama memiliki kategori normal, (Junaidi, 2006, hh.48-49). tidak ada gangguan fungsi Hal ini sesuai dengan sebanyak 5 orang (13,5%). apa yang peneliti dapatkan di Sedangkan responden yang lapangan dengan memiliki kategori kecacatan menggunakan kuesioner berat sebanyak 2 orang wawancara dan melakukan (5,4%). observasi untuk memvalidasi jawaban responden. Sebagian besar responden
skala kecacatan ringan tidak memiliki kategori normal, dapat melakukan beberapa tidak ada gangguan fungsi, aktivitas seperti sebelumnya, responden dapat melakukan karena adanya penurunan aktivitas sehari-hari dan fungsi motorik, salah satu mampu memenuhi sisi tubuh mengalami kebutuhannya sendiri seperti kelumpuhan tetapi tetap sebelum sakit. Sedangkan dapat memenuhi responden yang memiliki kebutuhannya sendiri tanpa kategori skala kecacatan bantuan orang lain. berat hanya dapat terbaring Responden yang memiliki di tempat tidur, buang air kategori normal, hampir besar dan buang air kecil tidak ada gangguan fungsi tidak terasa (inkontinensia), aktivitas sehari-hari (24,3%), responden bahkan meskipun kekuatan otot menggunakan pampers, serta melemah, gangguan sepenuhnya dalam berbicara namun responden memenuhi kebutuhannya masih mampu melakukan sendiri membutuhkan tugas dan kewajiban sehari- bantuan dari orang lain atau hari. Responden yang dalam hal ini berarti memiliki kategori skala keluarga. kecacatan sedang Menurut Linggga, 2013 memerlukan bantuan orang (dikutip dalam Karunia, lain, karena kelumpuhan 2016) mengatakan bahwa sebagian tubuh (lengan, kaki, dampak yang dapat tungkai, siku), namun masih ditimbulkan pada keadaan mampu berjalan tanpa pasca stroke adalah bantuan orang lain, kelumpuhan dan kecacatan, walaupun mungkin dengan gangguan berkomunikasi, menggunakan alat bantu gangguan emosi, nyeri, (krek, walker, kursi). gangguan tidur, depresi, Responden yang disfagia, dan masih banyak memiliki kategori skala yang lainnya. Pasca serangan kecacatan sedang berat tidak stroke akan membuat tingkat mampu untuk berjalan ketergantungan seseorang sendiri tanpa bantuan orang terhadap orang lain menjadi lain dan tidak dapat semakin meningkat, memenuhi kebutuhannya sehingga orang tidak mandiri sendiri tanpa bantuan orang dalam melakukan aktivitas lain, responden hanya duduk sehari-hari. Kerusakan atau terbaring di tempat fungsional menyebabkan
kecacatan, sehingga ditanyakan kepada pasien penderita stroke menjadi tentang kemandirian, tidak produktif. Seseorang terdapat 6 jenis aktivitas yang menderita stroke akan yang mendapatkan semakin bergantung kepada tanggapan berupa mandiri orang lain dalam melakukan dan tidak mandiri yakni Activity of Daily Living mandi dikamar mandi (ADL). (menggosok, membersihkan dan mengeringkan badan), 3. Gambaran Tingkat menyiapkan pakaian, Kemandirian Activity of Daily membuka dan mengenakan Living (ADL) Pasien Pasca pakaian, berjalan ke toilet Stroke di Wilayah Kerja atau WC, berjalan di Puskesmas Wonopringgo lingkungan tempat tinggal Kabupaten Pekalongan atau ke luar ruangan, buang air kecil dan buang air besar Berdasarkan analisis dikamar mandi univariat diketahui (membersihkan dan bahwasannya sebagian besar mengeringkan daerah pasien pasca stroke yang kemaluan), menyiapkan atau menjadi responden dalam memakan makanan yang penelitian ini memiliki telah disiapkan oleh keluarga kategori mandiri total (Kushariyadi 2010, hh.22- sebanyak 18 orang (48,6%). 25). Responden yang memiliki Kemandirian berarti kategori tergantung paling tanpa pengawasan, ringan sebanyak 5 orang pengarahan atau bahkan (13,5%). Responden yang bantuan pribadi aktif, kecuali memiliki kategori tergantung secara spesifik diperlihatkan. paling berat sebanyak 5 orang Didasarkan pada status (13,5%). Responden yang aktual, bukan pada memiliki kategori tergantung kemampuan, individu yang ringan sebanyak 4 orang menolak melakukan suatu (10,8%). Responden yang fungsi dianggap tidak memiliki kategori tergantung melakukan fungsi meskipun total sebanyak 3 orang (8,1%). sebenarnya mampu Sedangkan responden yang (Thamher & Noorkasiani memiliki kategori tergantung 2009, h.71). Penentuan sedang sebanyak 2 orang kemandirian fungsional (5,4%). dilakukan untuk mengidentifikasi
keterbatasan klien serta Daily Living pada Pasien menciptakan intervensi yang Stroke Hemoragik dan Non tepat. Disamping Hemoragik Berdasarkan berhubungan dengan Indeks Barthel” mengatakan diagnosis medis, status bahwa sebagian besar fungsional berhubungan Activity of Daily Living dengan perawatan kebutuhan pasien stroke hemoragik klien, risiko instusionalisasi memerlukan bantuan dan mortalitas (Kushariyadi maksimal, sedangkan pasien 2010, hh.21-24). stroke non hemoragik Kara & Alberto tahun dengan bantuan minimal. 2006 (dikutip dalam Sinta Hal ini sesuai dengan dkk, 2014, h.195) apa yang peneliti dapatkan di mengatakan bahwa pasien lapangan. Kemandirian yang memiliki rasa percaya pasien pasca stroke dapat diri dan memperlihatkan dilihat dari berbagai aktivitas kepercayaan pada perbaikan sehari-harinya. Sebagian pasien untuk melakukan besar responden masih sebanyak mungkin tugas ketergantungan sepenuhnya yang dapat mereka lakukan terhadap orang lain untuk dan hidup semandiri dapat melakukan aktivitas mungkin. Hal ini susuai yang tergolong agak berat dengan Q.S. Asy Syu‟araa seperti menyiapkan, ayat 78-81 sebagai berikut : membuka dan mengenakan “(yaitu Tuhan) Yang pakaian, buang air kecil serta telah menciptakan aku, buang air besar di kamar maka Dialah yang mandi (menggosok, menunjuki aku, 79. dan membersihkan dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan mengeringkan anggota minum kepadaku 80. tubuh). Sedangkan untuk dan apabila aku sakit, aktivitas-aktivitas yang Dialah Yang tergolong ringan pada menyembuhkan aku, 81. umumnya responden sudah dan yang akan mandiri seperti ke toilet atau mematikan aku, wc, memakan makanan yang kemudian akan menghidupkan aku telah disediakan anggota (kembali)”. keluarga, serta berjalan di Berdasarkan hasil lingkungan tempat tinggal penelitian Raeni, Christantie atau keluar ruangan &Haryani (2008) tentang meskipun masih ada “Gambaran Tingkat
kekakuan terhadap salah satu ringan terdapat 4 orang
kaki. (10,8%) memiliki kategori kemandirian total dan 5 4. Hubungan Skala Kecacatan orang (13,5%) yang dengan Tingkat Kemandirian memiliki kategori Activity of Daily Living (ADL) ketergantungan paling Pasien Pasca Stroke di ringan. Dari 6 orang Wilayah Kerja Puskesmas Wonopringgo Kabupaten (16,2%) memiliki kategori Pekalongan kecacatan sedang terdapat 4 orang (10,8%) dengan Berdasarkan hasil kategori ketergantungan penelitian menunjukkan ringan dan 2 orang (5,4%) bahwa ada hubungan antara dengan kategori skala kecacatan dengan ketergantungan sedang. Dari tingkat kemandirian Activity of Daily Living (ADL) pasien 6 orang (16,2%) memiliki pasca stroke di Wilayah Kerja kategori kecacatan sedang Puskesmas Wonopringgo berat terdapat 5 orang Kabupaten Pekalongan. Hal (13,5%) dengan kategori ini didasarkan pada hasil p ketergantungan paling berat value =0,001 (0,001 < 0,05) dan 1 orang (2,7%) dengan sehingga Ho ditolak, dengan kategori ketergantungan demikian berarti ada hubungan yang signifikan total. Sedangkan 2 orang antara variabel skala (5,4%) memiliki kategori kecacatan dengan variabel kecacatan berat terdapat 2 tingkat kemandirian Activity of orang (5,4%) memiliki Daily Living (ADL) pasien kategori ketergantungan pasca stroke di Wilayah Kerja total. Puskesmas Wonopringgo Kabupaten Pekalongan. Sebagian besar pasien Diketahui dari 5 orang pasca stroke yang masih (13,5%) yang memiliki hidup mengalami pemulihan kategori normal, tidak ada gangguan neurologisnya, gangguan fungsi terdapat 5 tetapi sekitar 30-60% pada orang (13,5%) dengan pasien pasca stroke kategori kemandirian total. mengalami ketergantungan Dari 9 orang (24,3%) aktivitas kehidupan sehari- memiliki kategori normal, harinya (Duncan, et al, 1992 hampir tidak ada gangguan dalam Gofir, h.182). fungsi terdapat 9 orang Penyebabnya selain karena (24,3%) dengan kategori kecacatan, tapi juga akibat kemandirian total. Dari 9 gangguan fungsional pada orang (24,3%) yang pasien pasca stroke, yaitu memiliki kategori kecacatan berupa kelainan fungsional
psikologik yang cukup berat. orang yang mendapat Keadaan ini akan petunjuk" (QS. Al- Baqaroh : 155-157). menyebabkan keterbatasan Menerima keadaan atau kehilangan kemampuan pasien apa adanya dan mulai untuk mengerjakan kegiatan menyesuaikan diri terhadap hidup sehari-hari keadaan yang dimiliki. Jika (disabilitas). Pada akhirnya memang tidak lagi gangguan fungsional dan memungkinkan untuk disabilitas akan membatasi bekerja seperti sediakala, atau menghalangi pasien jangan dipaksakan, karena untuk berperan secara hal ini justru akan membuat normal. Sehingga seteah pasien semakin stres. mengalami kecacatan, usaha Rasululloh SAW bersabda: rehabilitasi ditujukan untuk “Sesungguhnya mengembalikan fungsi besarnya pahala Activity of Daily Living sebanding dengan (ADL) setinggi-tingginya besarnya ujian. Dan (Gofir, 2009, h.185). sesungguhnya jika Orang yang dalam Allah mencintai suatu masa penyembuhan dan kaum pasti Dia menguji mereka. Maka siapa pemulihan fisik proses yang ridha penyakitnya dapat diartikan (terhadapNya) baginya sebagai ujian dari Allah keridhaan Allah, dan sehingga ia harus siapa yang marah menerimanya dengan sabar (terhadapNya) maka atas ujian yang diberikannya baginya kemurkaan hal ini ada juga diterangkan Allah,” (HR. Al- Tirmidzi dan Ibnu dalam QS. Al-Baqaroh : Majah). 155-157 sebagai berikut: Karunia (2016) “Dan berikanlah kabar mengatakan bahwa gembira kepada orang- kecacatan yang diderita oleh orang yang sabar, (yaitu) orang-orang penderita stroke, yang apabila ditimpa membuatnya sulit untuk musibah mereka beradaptasi, sehingga mengucapkan „Inna berpengaruh terhadap lillaahi wa innaa ilaihi suasana hati, bisa marah atau roji‟uun‟. Mereka bahkan menangis. itulah yang Menurunnya kapasitas otak mendapatkan keberkatan yang akibat sroke pasti akan sempurna dan rahmat mempengaruhi fungsi otak. dari Tuhan mereka, dan Kecacatan juga akan
dan psikologis. Hal ini akan Berdasarkan hasil penelitian semakin parah apabila orang dapat diambil beberapa tersebut kehilangan kesimpulan sebagai berikut : kemandirian dalam 1. Karakteristik pasien pasca beraktivitas. Perubahan fisik stroke di Wilayah Kerja membuat pasien pasca stroke Puskesmas Wonopringgo merasa terasingkan dan Kabupaten Pekalongan Tahun hidupnya tidak berguna lagi 2017. karena hidupnya bergantung a. Karakteristik usia, pada orang lain. sebagian besar responden Hal ini sejalan dengan yakni 28 orang (75,7%) penelitian Fadulloh, Upoyo, memiliki kategori usia & Hartanto tahun 2014 pertengahan (45-59 tahun). tentang “Hubungan Tingkat b. Karakteristik jenis Ketergantungan Dalam kelamin, sebagian besar Pemenuhan Aktivitas responden adalah Kehidupan Sehari-hari perempuan sebanyak 20 (AKS) dengan Harga Diri orang (54,1%). Penderita Stroke di c. Karakteristik pekerjaan, Poliklinik Syaraf RSUD sebagian besar responden Dr.Margono Soekarjo tidak bekerja sebanyak 27 Purwokerto” bahwasanya orang (73%). stroke menimbulkan d. Karakteristik pendidikan, kecacatan fisik berupa sebagian besar responden penurunan kemampuan berpendidikan SD motorik yang mengakibatkan (Sekolah Dasar) sebanyak penurunan kemampuan 18 orang (48,6%). aktivitas. Penurunan e. Karakteristik serangan kemampuan aktivitas stroke, sebagian besar menyebabkan responden mengalami ketergantungan dalam serangan stroke untuk pemenuhan aktivitas pertama kalinya sebanyak kehidupan sehari-hari 34 orang (91,9%). (AKS). Penurunan f. Karakteristik lama stroke, kemampuan tersebut sebagian besar responden mempengaruhi harga diri telah mengalami pasca pasien stroke. stroke lebih dari satu tahun sebanyak 28 orang (75,7%). g. Karakteristik rehabilitasi medik, sebagian besar
rehabilitasi medik Adib, M. (2011). Pengetahuan Praktis sebanyak 24 orang Ragam Penyakit Mematikan (64,9%). yang Paling Sering Menyerang 2. Skala kecacatan pasien pacsa Kita. Yogyakarta: Bukubiru. stroke di Wilayah Kerja Puskesmas Wonopringgo American Heart Association. (2017). „Heart Disease and Stroke Kabupaten Pekalongan Tahun Statistics 2017‟. Diakses pada 2017 sebagian besar tanggal 10 Februari 2017 responden yakni sebanyak 9 dihttps://www.heart.org/idc/grou orang (24,3%) memiliki p/ahamah- kategori kecacatan ringan dan public/@wcm/@sop/@smd/doc terdapat 9 orang (24,3%) uments/douwnloadable/ucm_491 memiliki kategori normal, Bariroh, U., Setyawan, H., hampir tidak ada gangguan Sakundarno, N. (2016). fungsi. „Kualitas Hidup Berdasarkan 3. Tingkat kemandirian Activity Karakteristik Pasien Pasca of Daily Living (ADL) pasien Stroke Studi di RSUD Tugurejo pasca stroke di Wilayah Kerja Kota Semarang‟. Jurnal Kesehatan Masyarakat. vol. 4, Puskesmas Wonopringgo no.4. Kabupaten Pekalongan Tahun 2017 mayoritas responden Bruno, A., et all. (2012). „Improving yakni sebanyak 18 orang Modified Rankin Scale (48,6%) memiliki kategori Assessment with a Simplified Questionaire‟. Journal of The mandiri total. Selain itu juga American Heart terdapat responden sebanyak 5 Association,AHA. orang (13,5%) memiliki kategori tergantung paling Ashofi, F. (2016). „Hubungan Dukungan Keluarga terhadap berat. Tingkat Kemandirian Pasien 4. Terdapat hubungan yang Stroke di Wilayah Kerja signifikan antara skala Puskesmas Wonopringgo kecacatan dengan tingkat Kabupaten Pekalongan‟, Skripsi kemandirian Activity of Daily Skep, STIKES Muhammadiyah Living (ADL) pada pasien Pekajangan Pekalongan. stroke di Wilayah Kerja Auryn, V. (2009). Mengenal & Puskesmas Wonopringgo Memahami Stroke. Yogyakarta: Kabupaten Pekalongan yang Katahati. ditunjukkan dengan nilai p Cincura C., et all. „Validation of the value sebesar 0,001 (0,001 < National Institutes of Health 0,05). Stroke Scale, Modified Rankin Scale and Barthel Index in Brazil : the Role of Cultural
Adaptation and Structured Gofir, A. (2009). Manajemen
Interviewing‟. Journal of Stroke.Yogyakarta: Pustaka Cerebrovasc Dis. vol.27, Cendekia Press. hh.119-122. Ginsberg, L. (2008). Lecture Notes Corwin, E. J. (2009). Buku Saku Neurologi edisi Kedelapan, Patofisiologi Edisi Revisi 3, trans. Indah R.W. Jakarta : trans. Nike Budhi S. Jakarta : Erlangga Medical Series. EGC. Hariandja, J.R.O. (2013). „Identifikasi Dharma, K. K. (2013). Metodologi Kebutuhan Akan Sistem Penelitian Keperawatan. Rehabilitasi Berbasis Teknologi Jakarta: CV.Trans Info Media. Terjangkau untuk Penderita Stroke di Indonesia‟. Skripsi Dinas Kesehatan Kabupaten S.Ked, Universitas Katolik Pekalongan. (2016). „Laporan Parahyangan. Penyakit Tidak Menular, data DINKES Kabupaten Hidayat, A. A. A. (2009). Metode Pekalongan‟. Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Salemba Medika. Tengah. (2015). „Kasus Baru Penyakit Tidak Menular di Hernanta, I. (2013). Ilmu Kedokteran Puskesmas dan Rumah Sakit Lengkap tentang Neurosain. Provinsi Jawa Tengah‟. Yogyakarta: D-Medika. Diwanto, M. A. (2009). Tips Irianto, K. (2015). Memahami Mencegah Stroke, Hipertensi & Berbagai Macam Penyakit. Serangan Jantung. Yogyakarta: Bandung: Alfabeta. Paradigma Indonesia. Junaidi, I. (2006). Stroke A-Z. Jakarta: Fadulloh, S.F., Upoyo, A.S., & PT Bhuana Ilmu Populer. Hartanto, Y.D. (2014). „Hubungan Tingkat Jajak, MD. (2015). Stroke Momok Ketergantungan dalam yang Menakutkan. Yogyakarta: Pemenuhan Aktivitas Kehidupan Pustaka Pelajar. Sehari-Hari (Aks) dengan Harga Jojang, H., Runtuwene, T., & Maja Diri Penderita Stroke di P.S. (2016). „Perbandingan Poliklinik Syaraf RSUD Prof. National Institute of Health Dr. Margono Soekarjo Stroke Scale (NIHSS) pada Purwokerto‟. The Soedirman Pasien Stroke Hemoragik dan Journal of Nursing. vol. 9, no.2. Non-hemoragik yang Rawat Feigin, V. (2007). Panduan Inap di Bagian Neurologi RSUP Bergambar tentang Pencegahan Prof. Dr. R. D. Kandou dan Pemulihan Stroke, trans. Manado‟. Jurnal e-Clinic (eCl). Brahm U. Jakarta: PT Bhuana vol.4, no.1. Ilmu Populer.
Karunia, E. (2016). „Hubungan antara Pinzon, R., & Laksmi, A. (2010).
Dukungan Keluarga dengan Awas Stroke! Pengertian, gejala, Kemandirian Activity of Daily tindakan, perawatan, dan Living Pasca Stroke‟. Jurnal pencegahan. Yogyakarta: Andi Berkala Epidemiologi. vol.4, Offset. no.2. Pudiastuti, R. A. (2011). Penyakit Kushariyadi. (2010). Asuhan Pemicu Stroke. Yogyakarta: Keperawatan pada Klien Lanjut Nuha Medika. Usia. Jakarta: Salemba Medika. Quinn TJ., Dawson J., Walters MR., Maharani, S.H., (2014). „Perbedaan Lees KR. (2009). „Reliability of Tingkat Kemampuan Aktivitas the Modified Rankin Scale: A Kehidupan Sehari-hari pada Systematic Review‟. Journal of Kejadian Stroke Iskemik the American Heart Association. Serangan Pertama dan Berulang vol.40, hh.3393-3395. di RSUD Dr. Moewardi Surakarta‟. Skripsi Sked. Raeni, N., Christantie, E., & Haryani. Universitas Sebelas Maret (2008). „Gambaran Tingkat Surakarta. Ketergantungan Activity Daily Living pada Pasien Stroke Marjoko, B.R., Utomo, W., Hasanah, Hemoragik dan Non Hemoragik O. (2014). „Analisis Status Berdasarkan Indeks Barthel‟. Fungsional Pasien Stroke saat Jurnal JIK. vol.03, no.01, hh.28- Keluar Ruang Merak II RSUD 32. Arifin Achmad Pekanbaru‟. Rahayu, S., Utomo, W., & Utami, S. Maryam, R.S., Ekasari, M.F., (2014). „Hubungan Frekuensi Rosidawati, Jubaedi, A., Stroke dengan Fungsi Kognitif Batubara, I. (2008). Mengenal di RSUD Arifin Achmad‟. Usia Lanjut dan Perawatannya. Jurnal JOM PSIK. vol.1, no.2, Jakarta : Salemba Medika. hh.1-10. Nabyl, R. A. (2012). Deteksi Dini Ratnasari, P., Kristiyawati. S.P., Gejala dan Pengobatan Stroke. Solechan, A. (2013) „Hubungan Yogyakarta: Aulia Publishing. Tingkat Ketergantungan Activity of daily Living dengan Depresi Nursalam. (2009). Konsep dan pada Pasien Stroke di RSUD Penerapan Metodologi Tugurejo Semarang‟. Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Riset Kesehatan Dasar. (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Kesehatan. Kementrian Penelitian Kesehatan. Jakarta: Kesehatan RI. Jakarta. Rineka Cipta. Sari, I.P. (2015). „Faktor-Faktor yang Puskesmas Wonopringgo. (2016). berhubungan dengan Terjadinya „Laporan Penyakit Tidak Stroke Berulang pada Penderita Menular Puskesmas Pasca Stroke‟. Wonopringgo‟.
Metodologi Penelitian Stroke pada Pelayanan Kesehatan dan Kedokteran. Kesehatan Primer‟. Jurnal Yogyakarta : Bursa Ilmu. Kedokteran Indonesia. vol.59, no.2. Suharni, R. & Indarwati. (2010). „Tingkat Pengetahuan Keluarga World Health Organization. (2017). dan Kesiapan Keluarga dalam „The Top 10 Causes of Death‟, Merawat Anggota Keluarga diakses pada tanggal 2 Februari yang Menderita Stroke di Desa 2017 di http: Kebakkramat Karanganyar‟. //www.who.int/mediacentre/fact Jurnal Gaster. vol.7, no.2, sheets hh.581-592. /fs310/en/#.WMA7G_W0_Dc.fa cebook. Sugiyono. (2009). Statistika untuk Penelitian. Indonesia: CV. Alfabeta. Supardi, S., & Rustika. (2013). Buku Ajar Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: CV. Trans Info Media. Tarwoto, Wartonah & Suryati, E. S. (2007). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Sugeng Seto. Tilong, A. D. (2012). Kitab Herbal Khusus Terapi Stroke. Yogyakarta: D-Medika. Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa). Yogyakarta: Nuha Medika. Wiraguna, L. T. (2014). „Gambaran Tingkat Kemandirian dalam Activities Daily Living (ADL) pada Lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang‟. Jurnal Skripsi. hh.1-13.