Anda di halaman 1dari 10

Jenis Area pada OSPF (Part 1 - Stub & NSSA)

Saya sendiri paling sering gagal paham tentang jenis area pada OSPF ini. Hari ini mengerti,
besoknya bisa lupa lagi. Jadi untuk anda yang juga sama seperti saya, berikut adalah sekilas
catatan yang saya buat dalam rangka memahami jenis area pada OSPF. Pertama-tama,
mari kita tinjau dulu pengertian masing-masing area.

 Backbone area (Area 0)


Area 0 atau backbone area adalah area yang wajib ada dalam OSPF. I think I don’t
have to explain the term ‘backbone’ anymore since it’s been very obvious.
 Standard area
Standard area adalah area-area selain area 0 yang tidak memiliki sifat khusus. Intinya
area ini nggak perlu dipusingin deh!
 Stub area
Nah, mulai harus mikir nih. Stub area bisa dianalogikan sebagai penghuni komplek
yang rumahnya paling ujung. Jadi setelah rumahnya sudah tidak ada lagi rumah
tetangga lain alias jalan buntu.
 Not-so-stubby area
Mulai pusing, apaan lagi nih? Hahaha. Not-so-stubby area atau biasa disingkat NSSA
sebenarnya mirip dengan stub. Ia adalah penghuni komplek yang rumahnya paling
ujung, namun setelah rumahnya masih ada lagi rumah tetangga lain yang sudah
berbeda komplek (beda protokol routing). Kira-kira begitu deh analoginya.

Sebenernya masih ada lagi jenis area yang lain yaitu totally stub dan totally NSSA, tapi karena
berpotensi membuat semakin pusing, maka jenis area ini di skip dulu. Sebagai gantinya mari
simak topologi berikut ini yang akan menceritakan lebih lanjut tentang keempat jenis area
pada OSPF yang telah disebutkan diatas.
Setiap router memiliki loopback interface dengan IP sesuai nomor routernya, contoh R1
berarti IP loopback0-nya 1.1.1.1, dst (kecuali RouterA IP loopback0-nya sesuai yang ada
pada gambar). IP untuk link setiap router juga disesuaikan dengan nomor routernya, contoh
untuk IP pada link R1 dan R2 adalah 12.12.12.0/24, dimana pada interface R1 IP nya adalah
12.12.12.1 dan R2 adalah 12.12.12.2.

Pada topologi tentu saja terdapat area 0, atau backbone area yang wajib ada seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya. Area-area OSPF lainnya wajib terhubung langsung ke area 0 dan
tidak diperkenankan antar area untuk terhubung secara langsung tanpa melalui area 0.

Selanjutnya pada topologi juga terdapat area 1 dan 2 yang sama-sama merupakan standard
area alias area OSPF biasa. Bedanya, area 1 sudah tidak terhubung kemana-mana lagi
sedangkan area 2 terhubung ke komplek lain (network EIGRP AS 1) dengan redistribution.

Stub area

Sekarang kita masuk ke area 3. Pada topologi, area 3 dikonfigurasikan sebagai stub. Artinya,
area ini merupakan area paling ujung pada topologi OSPF.
Loh, terus apa bedanya sama area 1 yang tadi?
Kenapa area 3 harus dijadikan stub sedangkan area 1 tidak, padahal letaknya sama-sama
diujung? Oke, akan kita bahas satu-satu.

Untuk jawaban pertanyaan pertama, bedanya antara area standard dan area yang
dikonfigurasikan sebagai stub itu terlihat di tabel routingnya.
Dapat dilihat pada gambar diatas bahwa R8 yang merupakan bagian dari stub area isi tabel
routingnya lebih ringkas daripada tabel routing yang merupakan bagian dari standar area
yakni R6. R6 memiliki info rute menuju “komplek lain” a.k.a network EIGRP pada tabel
routingnya, sedangkan R8 tidak. Tetapi pada R8, rute menuju “komplek lain” tersebut telah
dirangkum dalam sebuah default route.

Dengan demikian, R6 dan R8 sama-sama dapat berkomunikasi dengan penghuni


“komplek lain” tersebut.

Dapat disimpulkan bahwa pada area stub, info mengenai rute menuju network dengan
routing protokol selain OSPF akan dirangkum menjadi sebuah default route secara
otomatis. Hal ini diperlukan untuk menghemat kinerja processing dan memori pada router
dengan kemampuan rendah. Karena itu suatu area biasanya dikonfigurasikan sebagai
stub jika ia berisi router-router berkemampuan rendah. Nah, inilah jawaban atas
pertanyaan kedua.

Sekarang muncul pertanyaan lagi, apakah bisa jika terdapat penghuni “komplek lain” yang
terhubung ke R8? Jawabannya adalah ya, tetapi penghuni “komplek lain” tersebut hanya akan
bisa berkomunikasi ke router OSPF yang terhubung langsung kepadanya, dalam hal ini
adalah R8. Untuk lebih jelasnya mari kita simulasikan, tambahkan router RouterX di R8 dan
hubungkan dengan routing protokol EIGRP AS 2.

Terlihat bahwa RouterX dapat berkomunikasi dengan dengan R8 namun tidak dengan router-
router OSPF lainnya, apalagi ke RouterA di EIGRP AS 1. Hal ini disebabkan karena R8 tidak
akan mengenalkan RouterX ke tetangga-tetangganya, sehingga R8 tidak akan ada pada tabel
routing router-router OSPF lainnya. Itulah mengapa pada akan muncul peringatan ketika kita
menjadikan R8 yang ada di area stub sebagai ASBR, sebab sesuai dengan definisi stub
diawal adalah “tetangga paling ujung” sehingga dianggap tidak ada tetangga lagi yang
terhubung dengannya.

Sekarang bagaimana caranya agar RouterX dapat berkomunikasi dengan semua router
OSPF? Gampangnya sih, jangan berhubungan ke area stub, melainkan ke area standard saja
seperti RouterA yang terhubung ke OSPF area 2 pada topologi. Tapi bagimana kalau
seandainya area yang tersisa hanya area dengan router-router berkemampuan rendah yang
cocoknya untuk area stub? Jawabannya adalah gunakan area NSSA.

Not-so-stubby area

Supaya terlihat bedanya, saya tidak akan langsung mengubah area 3 menjadi NSSA tetapi
saya akan menambahkan satu area lagi yakni area 4 sebagai area NSSA, lalu RouterX saya
hubungkan ke area NSSA tersebut.

Kalau pada contoh sebelumnya R8 (stub) tidak akan mengenalkan RouterX ke tetangga-
tetangga lainnya, maka R10 (NSSA) akan mengenalkannya. Secara sederhana, NSSA dapat
kita anggap sebagai area stub yang memiliki ASBR didalamnya dan dapat berfungsi
normal selayaknya ASBR pada standard area.
Nah, RouterX sudah bisa berkomunikasi dengan router-router OSPF lainnya, tapi kalau kita
perhatikan, RouterX tidak bisa berkomunikasi dengan RouterA di EIGRP AS 1. Mengapa
demikian?

Jawabannya adalah karena area NSSA tidak secara otomatis menentukan default route
untuk menuju network selain OSPF (kalau area stub tadi otomatis). Sebagai buktinya, jika
kita melakukan ping ke router EIGRP AS 1 dari R10 sekalipun tidak akan bisa. Karena itu,
pada area NSSA kita harus menambahkan sendiri default route dengan static routing.
Pada topologi ini, static routing ke default route ditambahkan dan di redistribute ke
konfigurasi EIGRP pada R10. Mari kita cek pengaruhnya pada RouterX.

Finally! Sekarang seluruh router telah terhubung.

Sekian dulu penjelasan tentang jenis area pada OSPF ini. Mudah-mudahan dapat dimengerti
dengan baik. Seluruh topologi dibuat dan disimulasikan pada Packet Tracer 6.0.1. Bagi yang
ingin mencobanya juga, dapat mengunduh topologinya pada link ini.
Konfigurasi OSPF Multi Area di Mikrotik
Dimas Riotantowi 17.05 mikrotik networking

Konfigurasi OSPF Multi Area di Mikrotik - Seperti yang sudah kita ketahui, routing ospf akan
melakukan broadcast berdasarkan area. Pada artikel sebelumnya kita pun sudah belajar bagimana
cara setting ospf single area di mikrotik, maka kali ini dimasrio.com akan membahas bagimana cara
melakukan konfigurasi ospf multi area di mikrotik.

Baca juga :

Konfigurasi Static Routing di Mikrotik

Konfigurasi BGP Routing di Mikrotik

Untuk mempermudah pembahasan ospf multi area kali ini, saya sudah buatkan topologinya.
Perhatian gambar di bawah ini :

Tujuan dari topologi diatas adalah menghubungkan router R4 (Area1) dan R5 (Area2). Topologi diatas
merupakan basic dari ospf multi area sehingga kita harus benar-benar memahaminya sebelum
berlanjut ke virtual-link.

Untuk mempersingkat waktu, berikut ini adalah konfigurasi ospf mulit area :

R1
ip add add add=10.10.7.1/30 interface=ether1
ip add add add=10.10.7.9/30 interface=ether2
ip add add add=172.16.10.1/30 interface=ether3
int bridge add name=loopback
ip add add add=10.1.1.1/32 interface=loopback
routing ospf instance set 0 router-id=10.1.1.1
routing ospf area add name=area1 area-id=1.1.1.1
routing ospf network add network=10.10.7.0/24 area=backbone
routing ospf network add network=10.1.1.1/32 area=backbone
routing ospf network add network=172.16.10.0/30 area=area1

R2

ip add add add=10.10.7.2/30 interface=ether1


ip add add add=10.10.7.5/30 interface=ether2
int bridge add name=loopback
ip add add add=20.1.1.1/32 interface=loopback
routing ospf instance set 0 router-id=20.1.1.1
routing ospf network add network=10.10.7.0/24 area=backbone
routing ospf network add network=20.1.1.1/32 area=backbone

R3

ip add add add=10.10.7.6/30 interface=ether1


ip add add add=10.10.7.10/30 interface=ether2
ip add add add=172.16.20.1/30 interface=ether3
int bridge add name=loopback
ip add add add=30.1.1.1/32 interface=loopback
routing ospf instance set 0 router-id=30.1.1.1
routing ospf area add name=area2 area-id=2.2.2.2
routing ospf network add network=10.10.7.0/24 area=backbone
routing ospf network add network=30.1.1.1/32 area=backbone
routing ospf network add network=172.16.20.0/30 area=area2

R4

ip add add add=172.16.10.2/30 interface=ether1


int bridge add name=loopback
ip add add add=192.168.10.1/32 interface=loopback
routing ospf instance set 0 router-id=192.168.10.1
routing ospf area add name=area1 area-id=1.1.1.1
routing ospf network add network=172.16.10.0/30 area=area1
routing ospf network add network=192.168.10.1/32 area=area1

R5
ip add add add=172.16.20.2/30 interface=ether1
int bridge add name=loopback
ip add add add=192.168.20.1/32 interface=loopback
routing ospf instance set 0 router-id=192.168.20.1
routing ospf area add name=area2 area-id=2.2.2.2
routing ospf network add network=172.16.20.0/30 area=area2
routing ospf network add network=192.168.20.1/32 area=area2

Setelah konfigurasi di semua router selesai, sekarang cek routing table yang ada pada router R4. Maka
akan terlihat prefix 192.168.20.1/32 (loopback dari R5).

Dari gambar diatas maka router R4 dan R5 multi area sudah terhubung.

Demikian tutorial mikrotik indonesia kali ini mengenai konfigurasi ospf multi area di mikrotik. Semoga
bermanfaat bagi kita semua dan selamat mencoba..!!!

Anda mungkin juga menyukai