ROUTING
a. Routing
Routing adalah sebuah proses untuk meneruskan paket-paket jaringan dari satu
jaringan ke jaringan lainnya melalui sebuah antar-jaringan (internetwork).
Routing merujuk kepada sebuah metode penggabungan beberapa jaringan
sehingga paket-paket data dapat dialirkan dari satu jaringan ke jaringan
selanjutnya.
Digunakanlah sebuah perangkat jaringan yang disebut sebagai Router.
Konsep Routing
Papan penunjuk arah, memberikan pengetahuan ke arah mana kita akan menuju
sesuai dengan keperluan kita.
Analogi ini juga terjadi dalam jaringan, internet sebuah jalan yang
menghubungkan banyak tempat dan jutaan rute yang bisa dipilih.
Perangkat jaringan yang ditugasi sebagai penunjuk arah ialah Router dan daftar
arah disimpan dalam sebuah tabel yang disebut Routing Table.
b. Proses Routing
c. JENIS ROUTING
Terdapat 2 jenis Routing, yaitu :
static routing (routing statis): sebuah router yang memiliki tabel routing statik
yang di setting secara manual oleh para administrator jaringan.
Rute yang dipelajari oleh router ketika seorang administrator membentuk rute
secara manual.
Administrator harus memperbarui atau mengupdate rute statik ini secara manual
ketika terjadi perubahan topologi antar jaringan (internetwork).
dynamic routing (routing dinamis): sebuah router yang memiliki dan
membuat tabel routing secara otomatis, dengan mendengarkan lalu lintas
jaringan dan juga dengan saling berhubungan antara router lainnya.
Rute yang dipelajari oleh router setelah seorang administrator mengkonfigurasi
sebuah protokol routing yang membantu menentukan rute.
Sekali seorang administrator jaringan mengaktifkan rute Dinamik, maka rute
akan diketahui dan diupdate secara otomatis oleh sebuah proses routing ketika
terjadi perubahan topologi jaringan yang diterima dari “internetwork”.
Static vs Dynamic
d. Tabel Routing
Tabel Routing adalah sebuah tabel yang berisi tentang informasi darimana
sumber, tujuan, dan lewat mana sebuah paket akan dikirimkan.
Tabel Routing berisi informasi:
Alamat Network Tujuan
Interface Router yang terdekat dengan network tujuan
Metric, yaitu sebuah nilai yang menunjukkan jarak untuk mencapai network
tujuan, menggunakan teknik berdasarkan jumlah lompatan (Hop Count).
Jika jaringan tujuan terhubung langsung (directly connected) di router, Router
langsung mengetahui port yang harus digunakan untuk meneruskan paket.
Jika jaringan tujuan tidak terhubung langsung dengan router, Router harus
mempelajari rute terbaik yang akan digunakan untuk meneruskan paket.
Informasi ini dapat dipelajari dengan cara :
Manual oleh “network administrator”
Pengumpulan informasi melalui proses dinamis dalam jaringan.
d. Dynamic Routing
Dynamic routing digunakan untuk menangani kelemahan static routing yang
tidak dapat mencari jalur alternatif ketika jalur pengiriman putus sehingga data
tidak dapat terkirim.
Secara umum dynamic routing dibagi menjadi 2 kategori yaitu:
Distance Vector
Link State
– Distance Vector
Distance vector adalah proses routing berdasarkan arah dan jarak dalam
penetapan jalur terbaik (the best path) hanya melibatkan jumlah hop (hop
count).
Routing ini tidak dapat menganalisis bandwidth.
Distance vector mendapatkan informasi dari router yang terhubung langsung
dengan jaringan router tersebut.
Berdasarkan informasi tersebut, kemudian akan mengolah tabel routing.
Yang tergolong Distance vector adalah:
RIP versi 1
RIP versi 2
IGRP (Interior Gateway Routing Protocol)
Cara Kerja Distance Vector
Sebuah router awalnya hanya memiliki informasi tentang jaringan yang
terhubung secara langsung dengannya.
Kemudian router yang lain akan saling mengirimkan data jaringan yang ia
punya. Setiap router akan melakukan pengecekan terhadap data-data yang
didapat dan dibandingkan dengan table routing masing-masing router.
Jika belum ada maka akan dimasukkan, jika sudah, dibandingkan jumlah hop-
nya.
– Link State
Link state adalah proses routing yang membangun topologi databasenya sendiri
(lebih modern dari Distance Vector).
Link State akan melakukan penyelidikan terhadap semua koneksi yang ada
dalam jaringan.
Dalam Link State hop count, kapasitas bandwidth jaringan serta parameter-
parameter lainnya ikut menentukan jalur terbaik (the best path) melalui router
tetangganya.
Router tetangga dicari dengan “hello packet”.
Kelebihan Link State
Support VLSM dan CIDR
Link State Advertisements, adalah paket kecil dari informasi routing yang
dikirim antar router.
Memiliki topologi database (berisi tentang informasi semua router yang
terhubung dengan jaringan)
Memiliki Algorithma SPF (Shortest Path First) dan SPF Tree yang membentuk
percabangan untuk penentuan jalur terbaiknya.
Lebih cepat dalam penyatuan jaringan jika dibandingkan dengan Distance
Vector
Cara Kerja Link State
Router akan mengirimkan hello packet secara periodik (tercipta LSA-Link State
Algoritm).
Setiap router akan mempelajari sebuah router tetangganya dari database LSA.
Setelah LSA terupdate, maka SPF algorithma akan mempelajari dan
menghitung jumlah metric yang dibutuhkan untuk mencapai tujuannya.
Informasi ini yang akan digunakan untuk mengupdate routing table.
Routing table akan berubah jika ada router yang mati.
Karena Link State menggunakan triggered update maka tidak perlu menunggu
selama waktu tertentu untuk mengupdate table routing.
Jadi ketika jaringan mengalami perubahan, Link State akan langsung
mengupdate table routingnya.
Setiap routing akan menghitung jarak terpendek ke router yang lain dengan
Shortest Path First (SPF) dan membentuk tree.
Untuk mencapai router yang sama, setiap router mempunyai tree yang berbeda.
Yang tergolong Link State adalah:
OSPF (Open Shortest Path First)
Dari contoh kasus diatas kita bisa melakukan beberapa konfigurasi pada tabel
routing. Namun sebelum itu kita harus mengetahui bagaimana router
menentukan jalur routing (Route Decision).
Route Decision
Sebagai contoh dibawah ini ada sebuah tabel yang berisi beberapa rule routing
dengan multiple gateway. Misal, dari tabel tersebut apabila kita ingin menuju ke
sebuah perangkat sever dengan IP Address 192.168.0.2. Nah, rule routing mana
yang akan diprioritaskan?
Ada beberapa mekanisme bagaimana router memilih jalur routing yaitu antara
lain sebaga berikut.
Jadi, apabila melihat contoh tabel diatas bisa dihasilkan prioritas seperti
tampilan berikut:
Distance
Seperti yang telah disinggung pada contoh tabel sebelumnya, dengan distance
ini kita bisa menentukan jalur routing mana yang menjadi prioritas dan yang
menjadi sebuah jalur backup. Secara default nilai distance pada MikroTik dari 0
(Nol) - 8 (Delapan). Semakin kecil nilai distance maka rule tersebut akan
semakin diprioritaskan.
Nah, oleh karena itu kita harus memberikan nilai distance yang kecil untuk jalur
utama dan apabila jalur utama putus maka secara otomatis akan memakai jalur
lain dengan nilai distance yang lebih besar.
Check Gateway
Supaya dapat menjalankan failover dengan baik selain konfigurasi nilai
distance, kita juga akan mengatur parameter Check Gateway.
Seperti pada gambar diatas, untuk rule routing dengan flag "AS" secara default
akan memakai nilai target scope yaitu 10. Akan tetapi kita bisa mengubahnya
menjadi '30'. Hal ini berarti apabila target scope memakai nilai '10' maka untuk
pengecekan jalur selanjutnya akan melihat rule routing dengan nilai scope '10'.
Dan apabila kita merubah nilai target scope menjadi '30' maka untuk
pengecekan selanjutnya akan melihat rule routing dengan nilai scope '30'.
Sehingga untuk penulisan gateway bisa langsung kita arahkan/isikan dengan IP
Address yang berada diatas router gateway.
Route Policy
Selain Failover kita bisa menggunakan fungsi routing untuk memetakan
koneksi secara sederhana. Misal, kita mempunyai 2 gateway untuk ke internet.
Namun, kita akan membuat 2 jalur tersebut untuk jaringan LAN yang berbeda
segment dan masing LAN akan memiliki jalur sendiri. Katakanlah ada 2
network LAN yaitu 192.168.1.0/24 akan menggunakan link internet jalur 1 dan
network LAN 172.16.1.0/24 akan menggunakan link internet jalur 2.
Nah, dengan kebutuhan tersebut kita bisa mengaturnya pada Route Policy.
Untuk konfigurasinya kita buat terlebih dahulu route policy untuk kedua LAN
tersebut. Masuk pada menu IP -> Routes -> Rules -> Klik Add [+]. Kemudian
kita konfigurasi seperti tampilan berikut.
Setelah kita tentukan masing-masing network dengan mengisikan pada
parameter table dengan nama yang berbeda, kita akan memasukkannya pada
paramtere "Route Mark" untuk masing-masing jalur link ke internet.
Langkah diatas juga sama dilakukan pada jalur link yang lain untuk opsi LAN2.
Apabila sudah ditambahkan, maka akan kita dapati 2 link ke internet sama-sama
aktif walaupun memiliki nilai distance yang sama. Hal ini disebabkan kita telah
menentukan "Routing Mark" dengan masing-masing route policy yang telah
kita buat sebelumnya.
Nah, apabila kita menggunakan ketiga parameter diatas, kita tidak memerlukan
untuk mendefinisikan gateway. Misal, jika kita ingin melakukan blocking IP
address tujuan tertentu, maka kita hanya mengisi parameter "Dst. Address" dan
kita tentukan parameter "type".
Sebagai contoh kita akan melakukan blocking koneksi ke tujuan IP
Address 192.168.1.2 dengan type "Prohibit". Sehingga perangkat dengan IP
Address tersebut tidak dapat diakses oleh perangkat lain di jaringan lokal kita.
Simple Static Routing
Kategori: Tips & Trik
Topologi 1
Sekarang bagaimana kalau router A dan router B tidak bisa direct connect,
mungkin harus melewati perangkat lain, misalnya link wireless, atau mungkin
tunnel / VPN?.
Contoh berikutnya yaitu topologi 2.
Topologi 2
Dari kedua contoh topologi diatas, mungkin masih terlalu sederhana. Mari kita
ulas untuk topologi yang sedikit lebih kompleks.
Topologi 3.
Topologi 3 ini mirip dengan contoh topologi sebelumnya (topologi 2), tetapi
untuk topologi 3 ini, perangkat yang menghubungkan antara Router A dan
Router B juga menggunakan metode ROUTING. Apakah anda melihat
perbedaannya??