Anda di halaman 1dari 17

Routing 

 adalah sebuah alat yang mengirimkan paket data melalui sebuah jaringan atau Internet menuju tujuannya, melalui sebuah proses yang dikenal
sebagai routing. Proses routing terjadi pada lapisan 3 (Lapisan jaringan seperti Internet Protocol) dari protokol tumpukan (stack protocol) tujuh-lapis OSI.
Pengenalan Fungsi Routing Dasar
Kelebihan Static Route
 Keamanan lebih terjamin
 Lebih kebal terhadap spoofing dynamic packet routing protocols untuk pembajakan traffic

 
 
Kekurangan Static Route
 Administrasinya akan menjadi sangat rumit apabila diterapkan dalam jaringan skala besar dengan banyak router di dalamnya, bila terjadi perubahan
topologi jaringan, harus merubah semua struktur yang ad

a. Routing
Routing adalah sebuah proses untuk meneruskan paket-paket jaringan dari satu jaringan ke jaringan lainnya melalui sebuah antar-jaringan (internetwork).
Routing merujuk kepada sebuah metode penggabungan beberapa jaringan sehingga paket-paket data dapat dialirkan dari satu jaringan ke jaringan
selanjutnya.
Digunakanlah sebuah perangkat jaringan yang disebut sebagai Router.
Konsep Routing

Papan penunjuk arah, memberikan pengetahuan ke arah mana kita akan menuju sesuai dengan keperluan kita.
Analogi ini juga terjadi dalam jaringan, internet sebuah jalan yang menghubungkan banyak tempat dan jutaan rute yang bisa dipilih.
Perangkat jaringan yang ditugasi sebagai penunjuk arah ialah Router dan daftar arah disimpan dalam sebuah tabel yang disebut Routing Table.

b. Proses Routing

Komputer A bergabung dengan jaringan 10.0.0.0 dengan IP 10.10.10.2 jika ingin berhubungan dengan B, maka A akan memeriksa tabel routing yang berada
di komputernya.
Table Routing A
Agar dapat berkomunikasi dengan 20.20.20.2 (dari A ke B), maka A membutuhkan Hardware Address dari B.
PC-A mengirim ARP request ke alamat broadcast 255.255.255.255 untuk menanyakan MAC address dari 20.20.20.2 hingga broadcast ke Router 10.10.10.1
dan router akan mengecek tabel routingnya.
Tabel Routing Router
Router akan meneruskan broadcast ke range ip 20.0.0.0 untuk mencari alamat hardware B dengan menanyakan siapa yang memiliki alamat ip 20.20.20.2
B menjawab dan memberikan MAC Address yang dimilikinya kepada Router dan Router melanjutkannya ke A.
Selanjutnya A dan B dapat melakukan komunikasi melalui data hardware tersebut.

c. JENIS ROUTING
Terdapat 2 jenis Routing, yaitu :
static routing (routing statis): sebuah router yang memiliki tabel routing statik yang di setting secara manual oleh para administrator jaringan.
Rute yang dipelajari oleh router ketika seorang administrator membentuk rute secara manual.
Administrator harus memperbarui atau mengupdate rute statik ini secara manual ketika terjadi perubahan topologi antar jaringan (internetwork).
dynamic routing (routing dinamis): sebuah router yang memiliki dan membuat tabel routing secara otomatis, dengan mendengarkan lalu lintas jaringan
dan juga dengan saling berhubungan antara router lainnya.
Rute yang dipelajari oleh router setelah seorang administrator mengkonfigurasi sebuah protokol routing yang membantu menentukan rute.
Sekali seorang administrator jaringan mengaktifkan rute Dinamik, maka rute akan diketahui dan diupdate secara otomatis oleh sebuah proses routing ketika
terjadi perubahan topologi jaringan yang diterima dari “internetwork”.
Static vs Dynamic

d. Tabel Routing
Tabel Routing adalah sebuah tabel yang berisi tentang informasi darimana sumber, tujuan, dan lewat mana sebuah paket akan dikirimkan.
Tabel Routing berisi informasi:
Alamat Network Tujuan
Interface Router yang terdekat dengan network tujuan
Metric, yaitu sebuah nilai yang menunjukkan jarak untuk mencapai network tujuan, menggunakan teknik berdasarkan jumlah lompatan (Hop Count).
Jika jaringan tujuan terhubung langsung (directly connected) di router, Router langsung mengetahui port yang harus digunakan untuk meneruskan paket.
Jika jaringan tujuan tidak terhubung langsung dengan router, Router harus mempelajari rute terbaik yang akan digunakan untuk meneruskan paket.
Informasi ini dapat dipelajari dengan cara :
Manual oleh “network administrator”
Pengumpulan informasi melalui proses dinamis dalam jaringan.

d. Dynamic Routing
Dynamic routing digunakan untuk menangani kelemahan static routing yang tidak dapat mencari jalur alternatif ketika jalur pengiriman putus sehingga data
tidak dapat terkirim.
Secara umum dynamic routing dibagi menjadi 2 kategori yaitu:
Distance Vector
Link State
– Distance Vector
Distance vector adalah proses routing berdasarkan arah dan jarak dalam penetapan jalur terbaik (the best path) hanya melibatkan jumlah hop (hop count).
Routing ini tidak dapat menganalisis bandwidth.
Distance vector mendapatkan informasi dari router yang terhubung langsung dengan jaringan router tersebut.
Berdasarkan informasi tersebut, kemudian akan mengolah tabel routing.
Yang tergolong Distance vector adalah:
RIP versi 1
RIP versi 2
IGRP (Interior Gateway Routing Protocol)
Cara Kerja Distance Vector
Sebuah router awalnya hanya memiliki informasi tentang jaringan yang terhubung secara langsung dengannya.
Kemudian router yang lain akan saling mengirimkan data jaringan yang ia punya. Setiap router akan melakukan pengecekan terhadap data-data yang
didapat dan dibandingkan dengan table routing masing-masing router.
Jika belum ada maka akan dimasukkan, jika sudah, dibandingkan jumlah hop-nya.
– Link State
Link state adalah proses routing yang membangun topologi databasenya sendiri (lebih modern dari Distance Vector).
Link State akan melakukan penyelidikan terhadap semua koneksi yang ada dalam jaringan.
Dalam Link State hop count, kapasitas bandwidth jaringan serta parameter-parameter lainnya ikut menentukan jalur terbaik (the best path) melalui router
tetangganya.
Router tetangga dicari dengan “hello packet”.
Kelebihan Link State
Support VLSM dan CIDR
Link State Advertisements, adalah paket kecil dari informasi routing yang dikirim antar router.
Memiliki topologi database (berisi tentang informasi semua router yang terhubung dengan jaringan)
Memiliki Algorithma SPF (Shortest Path First) dan SPF Tree yang membentuk percabangan untuk penentuan jalur terbaiknya.
Lebih cepat dalam penyatuan jaringan jika dibandingkan dengan Distance Vector
Cara Kerja Link State
Router akan mengirimkan hello packet secara periodik (tercipta LSA-Link State Algoritm).
Setiap router akan mempelajari sebuah router tetangganya dari database LSA.
Setelah LSA terupdate, maka SPF algorithma akan mempelajari dan menghitung jumlah metric yang dibutuhkan untuk mencapai tujuannya.
Informasi ini yang akan digunakan untuk mengupdate routing table.
Routing table akan berubah jika ada router yang mati.
Karena Link State menggunakan triggered update maka tidak perlu menunggu selama waktu tertentu untuk mengupdate table routing.
Jadi ketika jaringan mengalami perubahan, Link State akan langsung mengupdate table routingnya.
Setiap routing akan menghitung jarak terpendek ke router yang lain dengan Shortest Path First (SPF) dan membentuk tree.
Untuk mencapai router yang sama, setiap router mempunyai tree yang berbeda.
Yang tergolong Link State adalah:
OSPF (Open Shortest Path First)

e. Protocol Dinamic Routing


Protocol Routing
Routing Protocol maksudnya adalah protocol untuk me-routing.
Routing protocol digunakan oleh router-router untuk memelihara /meng-update isi dari tabel routing untuk menentukan jalur (path) yang dilalui oleh sebuah
paket melalui sebuah internetwork.
Contoh dari routing protocol adalah RIP, IGRP, EIGRP, dan OSPF.
RIP (Routing Information Protocol)
RIP menggunakan jumlah lompatan (hop count) untuk menentukan cara terbaik ke sebuah network remote, yaitu jumlah router yang harus dilalui oleh
paket-paket untuk mencapai alamat tujuannya.
Hop count RIP hanya dibatasi sampai 15 hop, selebihnya router akan memberikan pesan error destination is unreachable.
Keterbatasan RIP:
Metric: RIP menghitung routing terbaik berdasarkan hop count, padahal belum tentu hop count yang rendah menggunakan protokol LAN yang bagus dan bisa
saja RIP memilih jalur jaringan yang lambat.
RIP hanya dapat mengatur hingga hop count 15, selebihnya paket akan dibuang (untuk mencegah loop pada jaringan).
RIP tidak dapat mengatur classless routing, hanya menggunakan classful routing (/8, /16, /24).
EIGRP (Enhanced Interior Gateway Routing Protocol)
EIGRP merupakan routing protocol termasuk Cisco proprietarty yang berarti hanya bisa digunakan sesama router cisco saja (pengembangan dari IGRP-
Interior Gateway Routing Protocol)
disebut juga sebagai hybrid-distance-vector routing protocol karena EIGRP menggunakan dua tipe routing protocol yaitu Distance Vector dan Link State.
Kelebihan EIGRP:
Protokol yang menggunakan fitur route backup.
EIGRP menyimpan backup terbaik setiap route-nya sehinga jika terjadi kegagalan di jalur utama maka EIGRP akan menawarkan jalur alternatif tanpa
menunggu waktu convergence.
Mudah dikonfigurasi seperti RIP.
EIGRP merupakan satu-satunya protocol yang dapat melakukan unequal load balancing.
Mendukung multiple protocol network (IP, IPX dan lain-lain).
OSPF (Open Shortest Path First)
Sebuah protocol standar terbuka yang telah diimplementasikan oleh sejumlah vendor jaringan.
OSPF bekerja dengan algoritma Dijkstra.
– Pertama sebuah pohon jalur terpendek (shortest path tree) akan dibangun,
– Kemudian routing table akan diisi dengan jalur-jalur terbaik yang dihasilkan dari pohon tersebut.
OSPF merupakan routing protocol berjenis IGP (Interior Gateway routing Protocol) yang hanya dapat bekerja dalam jaringan internal suatu organisasi atau
perusahaan.
Kelebihan OSPF :
Merupakan routing protocol standar terbuka
Mendukung VLSM dan CIDR
Dapat membentuk heirarki routing menggunakan konsep area
Tidak mempunyai batasan hop
Metric ditentukan berdasarkan bandwidht (defaultnya=/bandwidth)
Jika terjadi perubahan pada internetwork hanya akan dikirim partial update. Full update akan dikirim pada interval waktu 30 menit (defaultnya)
Waktu yang diperlukan untuk konvergen lebih cepat dan cocok digunakan dalam jaringan besar.

f. Simulasi Dynamic Routing


– Peralatan yang dibutuhkan
* 1 PC/Laptop
* Aplikasi Packet Tracer (5.3.3 atau terbaru)
Hal yang dilakukan
Kita akan membuat Routing RIP
Gunakan packet tracer untuk menggambar topologi jaringan seperti berikut ini:
Router – Router à menggunakan FastEthernet 0/0
Router – Client à menggunakan FastEthernet 0/1
Kabel penghubung  menggunakan Cross-Over
Lakukan konfigurasi untuk masing-masing client.
Double Click pada masing-masing PC, pilih tab Desktop à IP Configuration
PC A                                                          PC B
Lakukan konfigurasi untuk router Denpasar.
Double Click pada router Denpasar, pilih tab CLI
Jika ada “Continue with configuration dialog? [yes/no]:” ketikkan no, kemudian Enter.
Router> enable
Router# configure terminal
Router(config)# hostname Denpasar
Denpasar(config)# interface fastEthernet 0/0
Denpasar(config-if)# ip address 30.30.30.1 255.0.0.0
Denpasar(config-if)# no shutdown
Denpasar(config-if)# exit
Denpasar(config)# interface fastEthernet 0/1
Denpasar(config-if)# ip address 192.168.10.1 255.255.255.0
Denpasar(config-if)# no shutdown
Denpasar(config-if)# exit
Denpasar(config)# router rip
Denpasar(config-router)# network 30.0.0.0
Denpasar(config-router)# network 192.168.10.0
Denpasar(config-router)# end
Denpasar# write
Building configuration…
[OK]
Lakukan konfigurasi untuk router Surabaya.
Double Click pada router Surabaya, pilih tab CLI
Jika ada “Continue with configuration dialog? [yes/no]:” ketikkan no, kemudian Enter.
Router> enable
Router# configure terminal
Router(config)# hostname Surabaya
Surabaya(config)# interface fastEthernet 0/0
Surabaya(config-if)# ip address 30.30.30.2 255.0.0.0
Surabaya(config-if)# no shutdown
Surabaya(config-if)# exit
Surabaya(config)# interface fastEthernet 0/1
Surabaya(config-if)# ip address 192.168.20.1 255.255.255.0
Surabaya(config-if)# no shutdown
Surabaya(config-if)# exit
Surabaya(config)# router rip
Surabaya(config-router)# network 30.0.0.0
Surabaya(config-router)# network 192.168.20.0
Surabaya(config-router)# end
Surabaya# write
Building configuration…
[OK]
Apabila kita memiliki sebuah destination (tujuan) routing, misal rule routing untuk akses perangkat server. Nah, untuk menjaga kemungkinan adanya
permasalahan pada link, maka kita akan membuat beberpa link sebagai gateway ke server tersebut.

Dari contoh kasus diatas kita bisa melakukan beberapa konfigurasi pada tabel routing. Namun sebelum itu kita harus mengetahui bagaimana router
menentukan jalur routing (Route Decision).
Route Decision
Sebagai contoh dibawah ini ada sebuah tabel yang berisi beberapa rule routing dengan multiple gateway. Misal, dari tabel tersebut apabila kita ingin menuju
ke sebuah perangkat sever dengan IP Address 192.168.0.2. Nah, rule routing mana yang akan diprioritaskan?
Ada beberapa mekanisme bagaimana router memilih jalur routing yaitu antara lain sebaga berikut.
 Rule routing yang paling spesifik (Misal, 192.168.1.128/26 lebih spesifik dari 192.168.1.1/24).
 Distance (Router akan memilih nilai distance yang paling kecil).

 Round Robin (Random. Apabila Rule tersebut sama-sama spesifik dan memiliki nilai distance yang sama. Biasa disebut sebagai Load Balance).

Jadi, apabila melihat contoh tabel diatas bisa dihasilkan prioritas seperti tampilan berikut:

Kembali pada sontoh kasus sebelumnya, dengan memiliki beberapa gateway untuk sebuah destination (tujuan) kita bisa melakukan sebuah mekanisme jalur
backup. Hal ini lebih dikenal dengan istilah Failover. Untuk melakukan failover kita bisa memanfaatkan pengaturan pada nilai distance.

Distance
Seperti yang telah disinggung pada contoh tabel sebelumnya, dengan distance ini kita bisa menentukan jalur routing mana yang menjadi prioritas dan yang
menjadi sebuah jalur backup. Secara default nilai distance pada MikroTik dari 0 (Nol) - 8 (Delapan). Semakin kecil nilai distance maka rule tersebut akan
semakin diprioritaskan.
Nah, oleh karena itu kita harus memberikan nilai distance yang kecil untuk jalur utama dan apabila jalur utama putus maka secara otomatis akan memakai
jalur lain dengan nilai distance yang lebih besar.

Check Gateway
Supaya dapat menjalankan failover dengan baik selain konfigurasi nilai distance, kita juga akan mengatur parameter Check Gateway.
Mekanisme pengecekan gateway ini akan menggunakan ARP Request atau Test Ping yang akan dikirimakan setiap 10 detik. Sebuah link akan dianggap
sebagai "Gateway Time-Out" apabila tidak menerima respon selama kurang lebih 10 detik dari mesin gateway. Dan akan dianggap "Unreachable" jika
terjadi 3 kali gateway time-out secara berurutan.
Scope & Target Scope
Contoh diatas apabila link yang putus adalah link yang terhubung langsung dengan router gateway. Namun, bagaimana jika kasusnya adalah apabila yang
putus adalah diatas router gateway yang tidak terhubung langsung (Recursive). Apabila ita melihat mekanisme pengecekan gateway sebelumnya yang
memakai metode ARP Request dan Test ping akan mengecek jalur yang ke router gateway sehingga tidak bisa melakukan pengecekan pada jalur
diatasnya.
Untuk mengatasi hal tersebut kita bisa menggunakan parameter "Scope & Target Scope" pada konfigurasi routing. Secara default router akan memberikan
niali dari scope dan target scope untuk masing-masing type routing yang nilainya juga berbeda.
Berkaitan dengan masalah diatas kita bsa mengubah nilai dari "Target Scope" sehingga pengecekan gateway akan langsung ke jalur yang diatas router
gateway, walaupun secara real trafik masih tetap melewati router gateway tersebut. Sebagai contoh seperti tampilan berikut:

 
Seperti pada gambar diatas, untuk rule routing dengan flag "AS" secara default akan memakai nilai target scope yaitu 10. Akan tetapi kita bisa mengubahnya
menjadi '30'. Hal ini berarti apabila target scope memakai nilai '10' maka untuk pengecekan jalur selanjutnya akan melihat rule routing dengan
nilai scope '10'. Dan apabila kita merubah nilai target scope menjadi '30' maka untuk pengecekan selanjutnya akan melihat rule routing dengan
nilai scope '30'. Sehingga untuk penulisan gateway bisa langsung kita arahkan/isikan dengan IP Address yang berada diatas router gateway.
Route Policy
Selain Failover kita bisa menggunakan fungsi routing untuk memetakan koneksi secara sederhana. Misal, kita mempunyai 2 gateway untuk ke internet.
Namun, kita akan membuat 2 jalur tersebut untuk jaringan LAN yang berbeda segment dan masing LAN akan memiliki jalur sendiri. Katakanlah ada 2
network LAN yaitu 192.168.1.0/24 akan menggunakan link internet jalur 1 dan network LAN 172.16.1.0/24 akan menggunakan link internet jalur 2.
Nah, dengan kebutuhan tersebut kita bisa mengaturnya pada Route Policy. Untuk konfigurasinya kita buat terlebih dahulu route policy untuk kedua LAN
tersebut. Masuk pada menu IP -> Routes -> Rules -> Klik Add [+]. Kemudian kita konfigurasi seperti tampilan berikut.
Setelah kita tentukan masing-masing network dengan mengisikan pada parameter table dengan nama yang berbeda, kita akan memasukkannya pada
paramtere "Route Mark" untuk masing-masing jalur link ke internet.

Langkah diatas juga sama dilakukan pada jalur link yang lain untuk opsi LAN2. Apabila sudah ditambahkan, maka akan kita dapati 2 link ke internet sama-
sama aktif walaupun memiliki nilai distance yang sama. Hal ini disebabkan kita telah menentukan "Routing Mark" dengan masing-masing route policy yang
telah kita buat sebelumnya.
Parameter Routing Type
Selain fungsi-fungsi diatas, ada lagi sebuah fungsi routing yang bisa digunakan untuk kebutuhan keamanan jaringan. Kita bisa mengaturnya pada
pamarameter Type.

Pada parameter tersebut kita bisa melihat beberapa macam opsi. Untuk fungsi keamanan jaringan kita bisa memilih beberapa parameter berikut:
 Blackhole (Melakukan blocking secara diam-diam).
 Prohibit (Melakukan blocking dan mengirimkan pesan error ICMP "Administratively prohibited atau Packet filtered ".

 Unreachable (Melakukan blocking dan mengirimkan pesan error ICMP "Host Unreachable".

Nah, apabila kita menggunakan ketiga parameter diatas, kita tidak memerlukan untuk mendefinisikan gateway. Misal, jika kita ingin melakukan blocking IP
address tujuan tertentu, maka kita hanya mengisi parameter "Dst. Address" dan kita tentukan parameter "type".
Sebagai contoh kita akan melakukan blocking koneksi ke tujuan IP Address 192.168.1.2 dengan type "Prohibit". Sehingga perangkat dengan IP Address
tersebut tidak dapat diakses oleh perangkat lain di jaringan lokal kita.
Simple Static Routing
Kategori: Tips & Trik

Topologi 1

Topologi yang paling sederhana. Router A dan Router B direct connect / terhubung langsung via ethernet. Maka pengaturan routing yang perlu ditambahkan
sebagai berikut

Penambahan routing di Router A

Penambahan routing di Router B

Cukup mudah bukan??

Sekarang bagaimana kalau router A dan router B tidak bisa direct connect, mungkin harus melewati perangkat lain, misalnya link wireless, atau mungkin
tunnel / VPN?.
Contoh berikutnya yaitu topologi 2.

Topologi 2
Disini Router A dan Router B supaya bisa berkomunikasi harus melewati perangkat lain yang melakukan BRIDGING. Pada umumnya, perangkat-perangkat
router / wireless bisa melakukan fungsi bridging. Ciri paling mudah mengenali perangkat yang dilewati (dalam contoh ini perangkat wireless) apakah
melakukan bridging atau tidak adalah IP Router A, IP wireless router/perangkat lain dan IP Router B memiliki IP segment yang sama (10.10.10.x/24)
Karena Router A dan Router B memiliki IP segment yang sama, maka metode routingnya sama dengan contoh topologi 1. Tinggal disesuaikan IPnya

Penambahan routing di Router A

Penambahan routing di Router B

Dari kedua contoh topologi diatas, mungkin masih terlalu sederhana. Mari kita ulas untuk topologi yang sedikit lebih kompleks.
Topologi 3.

Topologi 3 ini mirip dengan contoh topologi sebelumnya (topologi 2), tetapi untuk topologi 3 ini, perangkat yang menghubungkan antara Router A dan Router
B juga menggunakan metode ROUTING. Apakah anda melihat perbedaannya??

Benar sekali, antara router A, wireless Router, dan router B menggunakan IP segment yang berbeda.
Apakah sudah mulai ada bayangan di router mana kita harus membuat membuat tabel routingnya? Jawabannya adalah di keempat router tersebut.
Capture dari tabel routing keempat router tersebut sebagai berikut :

Di sisi Router Indoor A :

Penambahan routing di Router indoor A pertama


 
Penambahan routing di Router indoor A kedua
 

Penambahan routing di Router indoor A ketiga

Di sisi Wireless Router A :

Penambahan routing di Wireless Router A pertama

Penambahan routing di Wireless Router A kedua


Penambahan routing di wireless Router A ketiga

Di sisi Wireless Router B :

Penambahan routing di wireless Router B pertama

Penambahan routing di wireless Router B kedua

Penambahan routing di wireless Router B ketiga

Di sisi Router Indoor B :


Penambahan routing di Router indoor B pertama

Penambahan routing di Router indoor B kedua

Penambahan routing di Router indoor B ketiga

Anda mungkin juga menyukai