Pendahuluan
Disfagia merupakan proses gangguan menelan, yang bisa terjadi pada fase-fase
tertentu. Banyak etiologi yang dapat menyebabkan disfagia baik berkaitan
dengan kondisi neurologik maupun nonneurologik. Disfagia bisa menjadi sangat
serius mengganggu kesehatan karena resiko dari pneumonia aspirasi, malnutrisi,
dehidrasi, penurunan berat badan dan obstruksi pernafasan.
Definisi
Fisiologi Menelan
Menelan merupakan proses yang kompleks. Sekitar 50 pasang otot dan banyak
saraf yang bekerja untuk menggerakkan makanan dari mulut keperut. Hal ini
terjadi melalui 3 fase:
Fase oral : Prosesnya dimulai dari kontraksi lidah dengan otot-otot mastikasi.
Lidah menggerakkan makanan saat mengunyah, dimana mengunyah
membuat makanan lebih mudah ditelan dan membantu mencampur
makanan dengan saliva. Saliva membuat makanan lebih lembut dan lunak
sehingga proses menelan lebih mudah. Proses ini berkaitan dengan aktivitas
nervus cranial V, VII dan XII yang dikontrol oleh cerebellum.
Fase pharyngeal : Saat lidah mendorong makanan atau cairan kemulut bagian
belakang, yang dapat mencetuskan reflex menelan, sehingga makanan bisa
masuk keorofaring. Selama proses ini laring tertutup rapat untuk
menghindarkan makanan atau cairan masuk ke dalam paru-paru. Fase ini
hanya bisa terjadi setelah reflex menelan terpicu. Melibatkan aktivitas motorik
dan sensorik dari nervus IX dan X.
Disfagia terjadi disaat ada masalah pada proses menelan. Disfagia ini bisa
terjadi pada fase orofaringeal dan fase oesophageal :
Pemeriksaan yang teliti dari riwayat pasien harus dapat menjawab 2 pertanyaan,
yaitu : Apakah termasuk disfagia orofaringeal atau esophageal? Atau disebabkan
oleh obstruksi mekanik atau gangguan motilitas neuromuscular?
Pemeriksaan fisik secara umum atau terfokus pada organ atau gejala yang
spesifik berdasarkan riwayat pasien sering dapat mengidentifikasi etiologi dari
disfagia.
Perhatikan fungsi motorik oral dan mekanisme laryngeal. Uji nervus V, VII
dan XII penting sebagai bukti adanya orofaringeal disfagia.
Observasi langsung dari cara menutup bibir, menutup rahang dan
mengunyah, mobilitas dan kekuatan lidah, fungsi palatal dan laring,
salivasi dan sensitivitas rongga mulut.
Perhatikan level kesadaran dan status kognitif, karena berkaitan dengan
kemampuan menelan.
Dysphonia dan dysarthria adalah gejala dari disfungsi motorik dari struktur
yang berkaitan dengan proses menelan pada fase orofaringeal.
Inspeksi rongga mulut dan faring untuk menilai integritas mukosa dan
densitasnya.
Periksa posisi dan simetrinya palatum molle selama fonasi dan istirahat.
Evaluasi elevasi laring selama reflex menelan untuk menjaga saluran
pernafasan dan membuka sfingter esophageal bagian atas, elevasi yang
normal dapat dipalpasi dengan menempatkan jari telunjuk dibawah
cartilago thyroid pasien ketika pasien sedang menelan, cartilago ini
bergerak keatas dari jari kita.
Massa thyroid atau limfadenopathy dapat menyebabkan disfagia
obstruktif, dan dapat diketahui dengan melakukan palpasi pada daerah
leher.
Adanya perdarahan mungkin menandakan neoplasma atau esofagitis.
Menilai fungsi pernafasan juga penting, jika terdapat ketidakmampuan
dalam batuk atau melegakkan tenggorokkan, mungkin terjadi aspirasi.
Langkah terakhir dari observasi langsung mengenai proses menelan
adalah perhatikan saat pasien minum air atau makan. Sialorhhea,
makanan terasa tertahan, batuk atau suara serak bisa menandakan
adanya masalah. Setelah menelan observasi pasien selama 1 menit atau
lebih untuk melihat adanya batuk susulan .
Pemariksaan Laboratorium
Pemeriksaan lab harus spesifik sesuai dengan diagnosis banding yang berasal
dari riwayat dan pemeriksaan fisik pasien. Pemeriksaan darah lengkap untuk
mengetahui kemungkinan adanya infeksi atau peradangan. Fungsi thyroid untuk
mendeteksi keadaan thyroid berkaitan dengan disfagia ( peny. Grave atau
thyroid carcinoma). Dan pemeriksaan lainnya berkaitan dengan kondisi klinik
yang spesifik.
Imaging Studies Untuk Mengevaluasi Disfagia
Studi Imaging untuk disfagia harus dipilih berdasarkan gejala atau keluhan yang
berkaitan.
Foto Polos
Barium Esophagram
Endoscopy
Bolus Scintigraphy
Ultrasound:
The modified barium swallow is a study in which puree, liquid, and/or solid
consistency barium is administered in varying amounts while the fluoroscopic
image (lateral and anterior-posterior) is recorded on videotape for later review
and analysis. The study requires the presence of a speech and language
pathologist and a radiologist. The patient is placed erect and varying
consistencies of barium items are fed to the patient, depending on the
patient’s symptoms (e.g. solid bolus for the patient with complaints of
obstruction, liquid bolus for the patient with complaints of aspiration). For the
oral/pharyngeal portion of the exam, a mouth full of liquid barium is given and
held there for 10 seconds, and then swallowed. Any incidence of leakage is
observed before the swallow, giving insight into the coordination of the oral
and pharyngeal stages of swallowing. Volume of the swallow, leakage into
the nasal cavity, and entry into the laryngeal vestibule can all be seen in this
portion of the exam. The modified barium swallow is useful in testing the
ability to protect the airway because of the ability to directly visualize contrast
penetrating the laryngeal vestibule during swallowing.
If contrast enters the patient’s vestibule and the patient coughs immediately,
the entry may only have been incidental. However, any entry into the larynx
without the patient’s awareness is abnormal. “Penetration,” (entry of contrast
into the larynx during swallowing) is distinguished from “aspiration,” (entry of
contrast into the airways before or after swallowing). The
pharyngoesophageal segment (made up mainly of the cricopharyngeus) is
studied in the modified barium swallow, noting anatomic weakness as well as
its ability to relax at the end of the pharyngeal stage. The esophageal
segment is assessed next with the patient both erect and supine to test the
adequacy of peristalsis. Advantages of the modified barium swallow are that
it is a comprehensive test evaluating all phases of swallowing, gives good
anatomic detail, and can be reviewed later in a multidisciplinary setting. The
disadvantages include the radiation exposure to the patient, the difficulty in
coordinating scheduling, logistics in bedridden patients, its inability to directly
assess sensation, and its less than ideal rendering of the anatomy, as it relies
on radiographic shadows.
Esophageal pH meter
Videoradiographic Studies
Patients at risk for silent aspiration (e.g., stroke, neurologic impairment) may
benefit from videoradiographic studies that are performed by a team
composed of a radiologist, an otolaryngologist and a speech pathologist with
expertise in swallowing disorders. 17 This evaluation uses quantifiable
measures of swallows of a variety of bolus consistencies to help objectively
identify the presence, nature and severity of oropharyngeal swallowing
problems and to assess treatment options. Compared with upper
gastrointestinal radiography, videoradiographic studies are better in
identifying patients with mild strictures and extrinsic compressions (e.g.,
tumors or osteoarthritic spurs of the vertebrae). 12 These studies are more
expensive because of the special expertise, equipment and facilities required.