Anda di halaman 1dari 17

Struktur dan mekanisme serta pemeriksaan fungsi pernapasan

Wilfridus Erik

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta

____________________________________________________________________________

Alamat korespondensi : Wilfridus Erik (NIM : 102010309 - Kelompok PBL 11), Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jalan Arjuna Utara no.6 Jakarta Barat 11510, e-mail :
wilfridus_erik@yahoo.com.
Tujuan

- Mahasiswa bisa memahami dan menjelaskan tentang struktur makro dan mikro dari saluran
pernapasan
- Mahasiswa bisa memahami dan menjelaskan tentang mekanisme system pernapasan
- Mahasiswa bisa memahami dan menjelaskan tentang difusi gas
- Mahasiswa memahami dan menjelaskan tentang faktor-faktor yang memepengaruhi system
pernapasan
- Mahasiswa memahami dan menjelaskan tentang fungsi,interpretasi, dan pemeriksaan fungsi
pernapasan.

Pendahuluan

Pernapasan adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan dua proses yang berbeda tetapi
saling berhubungan, pernapasan seluler dan pernapasan mekanik. Pernapasan seluler adalah proses
dimana sel memperoleh energi melalui pemecahan molekul organik. Pernapasan mekanik adalah proses
melalui kebutuhan oksigen untuk pernapasan seluler diserap dari atmosfir kedalam sistem vaksular
darah dan proses melalui karbondioksida dikeluarkan ke atmosfir. Pernapasan mekanik terjadi di dalam
sistem pernapasan.

Sistem pernapasan memiliki dua komponen fungsional, sistem konduksi untuk mengangkut gas-
gas ekspirasi dan inspirasi antara atmosfir dan sistem sirkulasi sebagai permukaan untuk pertukaran
pasif gas antara atmosfir dan darah. Sistem konduksi pada dasarnya dimulai sebagai saluran tunggal
yang bercabang-cabang membentuk jalan napas yang diameternya semakin kecil. Percabangan terminal
dari sistem konduksi membuka kedalam kantung berujung buntu yang disebut alveoli yang merupakan
tempat terjadinya pertukaran gas. Alveoli yang merupakan jaringan paru adalah struktur berdinding tipis
dilapisi oleh jaringan kapiler yan g amat banyak yang disebut kapiler pulmoner. Susunan ini memberikan
bidang temu dengan ketebalan minimal untuk pertukaran gas-gas antara atmosfir dan darah. Proses
difusi gas yang berlanjut terus-menerus membutuhkan gradient adanya tekanan gas yang sesuai melalui
dindning alveolar. Hal ini dicapai dengan perfusi cepat dan berkelajutan dari kapiler pulmonal oleh darah
vena dari sebelah kanan jantung dan pertukaran gas alveolar yang teratur melalui proses bernapas.
Pembahasan

Struktur Saluran Pernafasan

A. Makro

 Nasi (Hidung)
Nasi (hidung) dibentuk oleh os nasale dan tulang rawan. Terdapat nares anterior yang
menghubungkan rongga hidung atau cavum nasi dengan dunia luar dan akan bermuara menuju
vestibulum nasi. Cavum nasi dilapisi selaput lendir yang sangat kaya pembuluh darah, dan
berhubungan dengan pharynx dan selaput lendir pada sinus yang mempunyai lubang yang
berhubungan dengan rongga hidung. Septum nasi memisahkan cavum nasi menjadi dua.
Struktur tipis ini terdiri dari tulang keras dan tulang rawan, dapat membengkok ke satu sisi lain,
dan kedua sisinya dilapisi oleh membran mukosa. Di bagian posterior septum nasi, terdapat os
ethmoidale di superior dan vomer di inferiornya.
Rongga hidung terdiri atas tiga region, yakni
o Vestibulum
Vestibulum hidung merupakan sebuah pelebaran yang letaknya tepat di sebelah dalam
nares. Vestibulum ini dilapis oleh kulit yang mengandung bulu hidung, berguna untuk menahan
aliran partikel yang terkandung di dalam udara yang dihisap.
o Penghidu
Region penghidu berada di sebelah cranial; dimulai dari atap rongga hidung meluas
sampai setinggi concha nasalis superior dan bagian septum nasi yang ada dihadapan concha
tersebut.
o Pernafasan, bagian rongga hidung selebihnya.
Dinding lateral hidung terdapat tiga elevasi yakni:
a. concha superior
b. concha media
c. concha inferior.
Dasar cavum nasi dibentuk oleh os maxilla dan os palatinum. Sedangkan atap cavum
nasi terdiri atas 3 daerah yang sesuai dengantulang yang membentuk atap tersebut, yakni
region sphemoidalis, ethmoidalis, dan frontonasal. Membrana mukosa olfactorius, pada bagian
atap dan bagian cavum nasi yang berdekatan, mengandung sel saraf khusus yang mendeteksi
bau yaitu nervus olfactorius.
 Pharynx
Pharynx adalah saluran berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan oesophagus sebatas tulang rawan cricoid. Terletak di belakang larynx
(laryngopharyngeal). Di sebelah dorsal dan lateral pharynx terdapat jaringan penyambung
longgar yang menempati spatium peripharyngeal.
Pharynx dibagi menjadi tiga bagian, yakni:
 Nasopharynx (Epipharyx)
Nasopharynx berada di sebelah dorsal hidung dan sebelah cranial palatum molle.
Nasopharyngx dan oropharyx berhubungan melalui isthmus pharyngeum yang dibatasi oleh
tepi pallatum molle dan dinding posterior pharynx. Sewaktu proses menelan dan berbicara
isthmus pharyngeum tertutup oleh elevasi pallatum molle dan pembentukan lipatan Passavant
di dinding dorsal pharynx. Pada masing-masing dinding lateral nasopharynx dijumpai ostium
pharyngeal tuba auditivae, yakni di seblah dorsal dan caudal ujung posterior concha nasalis
inferior.
 Oropharynx (Mesopharyx)
Oropharynx terbentang mulai dari palatum molle sampai tepi atas epiglottis atau setinggi
corpus vertebra cervical 2 dan 3 bagian atas. Di sebelah ventral berhubungan dengan cavum
oris melalui isthmus oropharyngeum dan berhadapan dengan aspek pharyngeal lidah. Pada
tiap sisi arcus palatopharyngeus dan arcus palatoglossus membentuk sinus tonsillaris yang
berbentuk sgitiga dan berisi tonsila palatina.
 Laryngpharynx (hipopharynx)
Laryngopharynx membentang dari tepi cranial epiglottis sampai tepi inferior cartilago cricoidea
atau mulai setinggi bagian bawah corpus vertebra cervical 3 sampai bagian atas vertebra
cervical 6. Ke arah caudal dilanjutkan sebagai oesophagus. Di dinding anterior terdapat pintu
masuk ke dalam larynx (Aditus laryngis) dan di bawah aditus laryngis ini terdapar permukaan
posterior cartilago arytaenoidea dan cartilago cricoidea.
 Larynx
Larynx menghubungkan faring dengan trakea. Larynx sebagian besar dilapisi oleh epitel
respiratorius, terdiri dari sel-sel silinder yang bersilia. Larynx merupakan tabung pendek
berbentuk seperti kotak triangular dan ditopang oleh 9 kartilago yang terdiri atas:
1. Cartilago tidak berpasangan
- Cartilago thyreoidea
Cartilago thyreoidea merupakan tulang rawan larynx terbesar, terdiri atas dua lamina
persegi empat yang tepi anteriornyua menyatu kea rah inferior, membentuk sebuah
sudut yang menonjol, yang dikenal dengan promnentia laryngea (adam’s apple) yang
pada laki-laki lebih besar.
- Cartilago cricoidea
Cartilago cricoidea, berbentuk semu cicin stempel, membentuk bagian inferior larynx.
Masing-masing sisi cartilago cricoidea, di batas antar lamina dan arcus, bersendi dengan
cornu inferius cartilago thyreoidea. Tepi inferior cartilago cricoidea bergabubg dengan
cincin pertama tulang rawan trakea melalui lig. Cricotrcleale. Di sebelah posterior, tepi
superior lamina bersendi dengan basis cartilago arytaenoidea.
- Epiglotis cartilago yang berbentuk daun dan menonjol keatas dibelakang dasar lidah.
Epiglotis ini melekat pada bagian belakang V cartilago thyroideum. Plica aryepiglottica,
berjalan ke belakang dari bagian samping epiglottis menuju cartilago arytenoidea,
membentuk batas jalan masuk larynx.
2. Cartilago berpasangan
- Cartilago arytaenoidea
Cartilago arytaenoidea, terletak di bagian belakang larynx, sebelah superolateral lamina
cartilago cricoidea. Berbentuk pyramid dengan tiga permukaan, dua pocessus, sebuah
basis dan apex. Permukaan anterolateral mempunyai dua lekukan; pada lekukan yang
atas melekat lig. Ventriculare, lekukan yang bawah melekat M. vocalis dan M.
cricoarytaenoideus.
- Cartilago corniculatum
Cartilago corniculatum terletak di sebelah posterior, dalam plica aryepiglottica.
Bersandar pada apex cartilago arytaenoidea.
3. Dua pasang lipatan lateral membagi rongga laring
- Pasangan bagian atas adalah lipatan ventricular (pita suara semua) yang tidak berfungsi
saat produksi suara
- Pasangan bagian bawah adalah pita suara sejati yang melekat pada cartilago thyroidea,
cartilago cricoidea, dan cartilago arytenoidea.
 Trachea
Trachea adalah tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5 cm.
Trachea berjalan dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan leher dan di belakang
manubrium sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (taut manubrium dengan corpus sterni)
atau sampai kira-kira ketinggian vertebrata thoracicae V dan bercabang menjadi dua bronchus
(bronchi). Trachea tersusun atas 16 - 20 cincin terbuka yang terbentuk dari tulang rawan yang
diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkarannya di sebelah belakang
trachea, selain itu juga membuat beberapa jaringan otot.
 Bronchus
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira vertebrae
thoracicae V, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama.
Bronchi (jamak) berjalan ke bawah dan menyamping, ke arah hilus pulmonalis. Bronchus kanan
lebih pendek dan lebih lebar, dan lebih vertikal daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi darl arteri
pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama di bawah arteri, disebut bronchus lobus
inferior. Bronchus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah
arteri pulmonalis sebelum di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan ke lobus pulmo atas
dan bawah.
Cabang utama bronchus principalis dextra et sinistra bercabang menjadi bronchus
lobaris sesuai dengan banyak lobus yang ada di pulmo dextra ataupun sinistra, kemudian
menjadi lobus segmentalis sesuai dengan banyak segmen yang ada. Percabangan ini berjalan
terus menjadi bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronchiolus
terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara).
Bronchiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih 1 mm. Bronchiolus tidak diperkuat
oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah.
Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronchiolus terminalis berfungsi utama sebagai
penghantar udara ke tempat pertukaran gas pulmo.
Alveolus yaitu tempat pertukaran gas asinus terdiri dari bronchiolus dan respiratorius
yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris
seluruhnya dibatasi oleh alveolus dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir pulmo, asinus
memiliki tangan kira-kira 0,5-1 cm. Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea
sampai saccus alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.
 Pulmo
Pulmo terdapat dalam rongga thorax kiri dan kanan. Pulmo memilki :
1. Apex, apex pulmo meluas ke dalam leher sekitar 2,5 cm diatas calvicula
2. Permukaan costo vertebra, menempel pada bagian dalam dinding dada
3. Permukaan mediastinal, menempel pada perikardium dan jantung
4. Basis, berhadapan dengan diafragma
Pulmo dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam rongga
pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikasi dan mencegah uap-uap H2O
yang ada di alveolus saling tarik-menarik. Pulmo kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus
superior, medius dan inferior sedangkan pulmo kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan
inferior dan satu lingula pulmo sebagai bakal lobus media yang tidak sempurna. Tiap lobus
dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial
venula, ductus alveolar, saccus alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa stiap pulmo
mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat
permukaan/pertukaran gas. Pulmo mendapat suplai darah dari arteri pulmonalis dan arteri
bronchialis yang bercabang-cabang sesuai segmennya. Serta diinnervasi oleh saraf parasimpatis
melalui nervus vagus dan simpatis melalui truncus simpaticus. Tekanan darah pulmoner adalah
sekitar 15 mmHg. Fungsi sirkulasi pulmo adalah karbondioksida dikeluarkan dari darah dan
oksigen diserap, melalui siklus darah yang kontinyu mengelilingi sirkulasi sistemik dan parsial,
maka suplai oksigen dan pengeluaran zat-zat sisa metabolisme dapat berlangsung bagi semua
sel.1

B. Mikro

Stuktur mikroskopis pada organ respirasi dibagi menjadi 2 bagian yakni:


 Bagian konduksi, bagian yang menyalurkan udara / gas.
Bagian ini terdiri dari:
 Rongga hidung
1. Vestibulum
Merupakan Epitel berlapis gepeng, terdapat vibrissae (rambut 2 kasar yang berfungsi
menyaring udara pernafasan) terdapat kelenjar sebasea dan kelenjar keringat
2. Fossa nasalis (kavum nasi)
Dari masing-masing dinding lateral fossa nasalis keluar 3 tonjoilan mirip rak yang biasa
disebut konka. Antara lain: konka nasalis superior, konka nasalis media, konka nasalis
inferior. Hanya konka nasalis inferior dilapisi oleh epitel respirasi.
 Faring: ruangan dibelakang kavum nasi,yang menghubungkan traktus digestivus dan traktus
respiratorius
 Yang termasuk bagian dari faring :
1. Nasofarings
• Epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet
• Pada lamina propria terdapat kelenjar campur
• Pada bagian posterior terdapat jaringan limfoid yang membentuk tonsila faringea
• Terdapat muara dari saluran yang menghubungkan rongga hidung dan telinga tengah
disebut osteum faringeum tuba auditiva
• Sekelilingnya banyak kelompok jaringan limfoid disebut tonsila tuba
2. Orofarings
- Epitel berlapis gepeng
- Terletak di belakang rongga mulut dan permukaan belakang lidah
- Orofaring akan dilanjutkan ke bagian atas menjadi epitel mulut dan ke bawah ke epitel
oesophagus
- Disini terdapat tonsila palatina ,yang sering meradang disebut tonsilitis
3. Laringofarings
• Epitel bervariasi,sebagian besar Epitel Berlapis Gepeng Tanpa Lapisan Tanduk
• Terletak di belakang larings
 Laring
 Menghubungkan faring dan trakea
 Bentuk tidak beraturan / irreguler
 Epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet kecuali ujung plika vokalis berlapis gepeng
 Dinding : -T.R Hialin dan T.R elastis
- Jaringan ikat
- M.Vokalis --- Otot skelet
- Kelenjar campur
 Epiglotis
Rangka terdiri dari T.R Elastis
Mempunyai 2 permukaan :
Permukaan lingual yang menghadap ke lidah
o epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk
o Ada kelenjar campur dan jaringan limfoid
Permukaan laringeal yang menghadap ke laring
- Epitel berlapis gepeng yang tipis dari permukaan lingual menjadi epitel bertingkat
torak bersilia bersel goblet,yang akan melanjutkan ke trakea dan bronkus
- Lamina propria dibawahnya mempunyai kelenjar campur ( lebih banyak daripada
permukaan lingual )
 Trakea
Gambaran khas trakea:
- Rangka berbentuk C terdiri atas T.R. Hialin
- Jumlah 16 – 20 buah
- Cincin – cincin tulang rawan satu dengan yang lain dihubungkan oleh jaringan penyambung
padat fibroelastis dan retikulin disebut lig.anulare untuk mencegah agar lumen trakea jangan
meregang berlebihan
- sedang otot polos berperan untuk mendekatkan kedua tulang rawan
Bagian trakea yang mengandung tulang rawan disebut pars kartilagenia
Bagian trakea yang mengandung otot disebut pars membranasea
Bagian posterior trakea
- Terdapat banyak kelenjar sepanjang lapisan muskular
- Rangsangan N.laringeus rekuren menyebabkan kelenjar – kelenjar mengeluarkan sekretnya
 Bronkus
Bronkus ekstrapulmonal ---sama dengan trakea ,diameter lebih kecil
Bronkus intrapulmonal :
- Mukosa membentuk lipatan longitudinal
- Epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet
- Membrana basalis jelas
- Lamina propria :-jaringan ikat jarang
-serat elastis dan muskulus
polos spiral
- Noduli limfatisi
- Kel.Bronkialis merupakan kelenjar campur
- Bentuk sferis
- Tulang rawan tidak beraturan
- Susunan muskulus seperti spiral
 Bronkiolus
o Diameter kira kira 1mm
o Tidak mempunyai tulang rawan
o Epitel selapis torak memiliki silia , ada yang memiliki sel goblet dan ada yang tidak
( bronkiolus besar epitel masih bertingkat torak )
o Lamina propria : - tipis
- tidak ada kelenjar
- tidak ada Noduli limfatisi
- Otot polos relatif banyak daripada jaringan ikat
- serat elastin
 Bronkiolus terminalis
• Diameter 0,3 mm
• Epitel selapis torak bersilia , tidak ada sel goblet
/ Epitel selapis torak rendah
• Diantara deretan sel ini ada sel clara :
- ada mikrovili
- granula kasar
. Lamina propria : sangat tipis ---serat elastin
Ada memiliki otot polos dan ada yang tidak
Tidak ada kelenjar
Tidak ada Nn.ll
Lapisan luarnya : - serat kolagen
- serat elastin
- pembuluh darah + limf
- saraf
 Bagian respirasi, bagian yang berhubungan dengan pertukaran gas
Bagian ini terdiri dari:
 Bronkiolus repiratorius
• Bagian antara bag.konduksi dan bag.respirasi
• Pendek 1 – 4 mm ,diameter 0,5 mm
• Epitel torak rendah / Epitel selapis kubis , ada yang memiliki silia dan ada yang tidak, tidak
ada goblet
• Diantara sel kubis terdapat sel clara
• Lamina propria : terdiri ata serat kolagen + serat elastin,otot.polos terputus-putus
 Ductus alveolaris
• Dinding tipis,sebagian besar terdiri dari alveoli
• Dikelilingi sakus alveolaris
• DI mulut alveolus epitel selapis gepeng (sel alveolar tipe 1)
• Jaringan ikat fibroelastis, ada yang memiliki otot polos dan ada yang tidak memiliki otot
polos, sebagai titik titik kecil
• Terbuka ke atrium : ruang yang menghubungkan beberapa sakus alveolaris
 Sakus alveolaris
• Kantong yang dibentuk oleh beberapa alveoli
• Terdapat serat elastin dan serat retikulin yang melingkari muara sakus alveoli
• Sudah tak punya otot polos
 Alveolus/alveoli
• Kantong kantong kecil terdiri dari selapis sel seperti sarang tawon
• Pertukaran gas ( O2 dan CO 2) antara udara dan darah
• Di sekitar alveoli terdapat :
• - serat elastin : inspirasi --- melebar
expirasi --- menciut
• - serat kolagen : mencegah regangan yang berlebihan, sehingga kapiler + septum interalveolaris
tidak rusak
Jumlah : 300 -500 juta alveoli.2

Mekanisme Pernafasan

Sistem pernapasan berfungsi sebagai pendistribusi udara dan penukar gas sehingga oksigen
dapat disuplai ke dan karbon dioksida dikeluarkan dari sel-sel tubuh. Karena sebagian besar dari
jutaan sel tubuh kita letaknya terlalu jauh dari tempat terjadinya pertukaran gas, maka udara
pertama-tama harus bertukaran dengan darah, darah harus bersirkulasi, dan akhirnya darah dan sel-
sel harus melakukan pertukaran gas. Peristiwa ini membutuhkan fungsi dari dua sistem, yaitu sistem
pernapasan dan sistem sirkulasi. Semua bagian dari sistem pernapasan (kecuali sakus mikroskopis
yang disebut alveoli) berfungsi sebagai pendistribusi udara. Hanya alveoli dan saluran kecil yang
terbuka ke dalam alveoli berfungsi sebagai penukar gas. Selain sebagai pendistribusi dan pertukaran
gas, sistem pernapasan secara efektif menyaring, menghangatkan, dan melembabkan udara yang
kita hirup selama bernapas. Organ pernapasan juga mempengaruhi pembentukan suara, termasuk
berbicara yang kita gunakan dalam komunikasi verbal. Jaringan epitel khusus dalam saluran
pernapasan memungkinkan berfungsinya indera penghidu (olfaktori). Sistem pernapasan juga
membantu dalam pengaturan, atau homeostasis pH dalam tubuh.

Mekanisme Pernafasan :
1. Tekanan intra-pleural
Dinding dada merupakan suatu kompartemen tertutup melingkupi paru. Dalam keadaan normal
paru seakan melekat pada dinding dada, hal ini disebabkan karena ada perbedaan tekanan atau
selisih tekanan atmosfir ( 760 mmHg) dan tekanan intra pleural (755 mmHg). Sewaktu inspirasi
diafrgama berkontraksi, volume rongga dada meningkat, tekanan intra pleural dan intra alveolar
turun dibawah tekanan atmosfir sehingga udara masuk Sedangkan waktu ekspirasi volum rongga
dada mengecil mengakibatkan tekanan intra pleural dan tekanan intra alveolar meningkat diatas
atmosfir sehingga udara mengalir keluar.

2. Compliance
Hubungan antara perubahan tekanan dengan perubahan volume dan aliran dikenal sebagai
compliance.
Ada dua bentuk compliance:
- Static compliance, perubahan volum paru persatuan perubahan tekanan saluran nafas
( airway pressure) sewaktu paru tidak bergerak. Pada orang dewasa muda normal : 100
ml/cm H2O
- Effective Compliance : (tidal volume/peak pressure) selama fase pernafasan. Normal:
±50 ml/cm H2O

Compliance dapat menurun karena:


- Pulmonary stiffes : atelektasis, pneumonia, edema paru, fibrosis paru
- Space occupying prosess: effuse pleura, pneumothorak
- Chestwall undistensibility: kifoskoliosis, obesitas, distensi abdomen
Penurunan compliance akan mengabikabtkan meningkatnya usaha/kerja nafas.

3. Airway resistance (tahanan saluran nafas)


Rasio dari perubahan tekanan jalan nafas.3
Fungsi Pernafasan
1. Transportasi Gas
a. Transportasi O2

Oksigen dapat ditranspor dari pulmo ke jaringan melalui dua jalan :

- secara fisik larut dalam plasma.

- secara kimia berikatan dengan hemoglobin sebagai oksihemoglobin (HbO2),ikatan kimia


oksigen dan hemoglobin ini bersifat reversibel.

Jumlah sungguhnya yang diangkut dalam bentuk ini mempunyai hubungan nonlinear
dengan PA O2 (tekanan parsial oksigen dalam darah arteri), yang ditentukan oleh jumlah oksigen
yang secara fisik larut dalam plasma darah. Sebaliknya, jumlah oksigen yang secara fisik larut
dalam plasma mempunyai hubungan langsung dengan tekanan parsial oksigen dalam alveolus
(Pal O2). Dan tergantung dari daya larut oksigen dalam plasma. Jumlah oksigen yang dalam
keadaan normal larut secara fisik sangat kecil karena daya larut oksigen dalam plasma yang
rendah. Hanya sekitar 1% dari jumlah oksigen total ang ditranspor ke jaringan-jaringan
ditranspor dengan cara ini. Cara transpor seperti ini tidak mempertahankan hidup walaupun
dalam keadaan istirahat sekalipun. Sebagian besar oksigen diangkut oleh hemoglobin yang
terdapat dalam sel darah merah. Dalam keadaan tertentu (misalnya : keracunan karbon
monoksida atau hemolisis masif di mana terjadi insufisiensi hemoglobin maka oksigen yang
cukup untuk mempertahankan hidup dapat ditranspor dalam bentuk larutan fisik dengan
memberikan oksigen dengan tekanan yang lebih tinggi dari tekanan atmosfir (ruang oksigen
hiperbarik).
Satu gram hemoglobin dapat berikatan dengan 1,34 ml oksigen. Karena konsentrasi
hemoglobin rata-rata dalam darah pada pria dewasa besarnya sekitair 15gr/100 ml, maka 100
ml darah dapat mengangkut (15 x 1,34 = 20,1) 20,1 ml oksigen kalau darah jenuh sekali (Sa O2 =
100%). Tetapi darah yang sudah teroksigenisasi dan meninggalkan kapiler pulmo mendapatkan
sedikit tambahan darah vena yang merupakan darah campuran, dari sirkulasi bronchial. Proses
pengenceran ini yang menjadi penyebab sehingga darah yang meninggalkan pulmo hanya jenuh
97%, dan 19,5% volume diangkut ke jaringan.
Pada tingkat jaringan, oksigen mengalami disosiasi dari hemoglobin dan berdifusi ke dalam
plasma. Dari plasma, oksigen masuk ke sel-sel jaringan tubuh untuk memenuhi kebutuhan
jaringan-jaringan yang bersangkutan. Meskipun sekitar 75% dari hemoglobin masih berikatan
dengan oksigen pada waktu hemoglobin kembali ke pulmo dalam bentuk darah vena campuran.
Jadi sesungguhnya hanya sekitar 25% oksigen dalam darah arteri yang digunakan untuk
keperluan jaringan. Hemoglobin yang melepaskan oksigen pada tingkat jaringan disebut
hemoglobin tereduksi (Hb). Hemoglobin tereduksi berwarna ungu dan menyebabkan warna
kebiruan pada darah vena, seperti yang kita lihat pada vena superfisial, misalnya pada tangan.
Sedangkan oksihemoglobin (hemoglobin yang berikatan dengan oksigen) berwarna merah
terang dan menyebabkan warna kemerahhan pada darah arteri.
b. Transportasi CO2
Transport CO2 dari jaringan kepulmo melalui tiga cara berikut:
(a) Secara fisik larut dalam plasma (10 %).
(b) Berikatan dengan gugus amino pada Hb dalam sel darah merah (20%).
(c) Ditransport sebagai bikarbonat plasma (70%).
Karbon dioksida berikatan dengan air dengan reaksi seperti dibawah ini:
CO2 + H2O = H2CO3 = H+ + HCO3-
Reaksi ini reversibel dan dikenal dengan nama persamaan dapa asam bikarbonat-asam karbonik.
Hiperventilasi adalah ventilasi alveolus dalam keadaan kebutuhan metabolisme berlebihan
alkalosis sebagai akibat eksresi CO2 berlebihan ke pulmo. Hipoventilasi adalah ventilasi alveoli
yang tak dapat memenuhi kebutuhan metabolisme, sebagai akibat dari retensi CO2 oleh pulmo.4
2. Difusi Gas

Proses difusi gas-gas melintasi membran antara alveolus-kapiler yang tipis (tebalnya
kurang dari 0.5 um). Kekuatan pendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial
antara darah dan fase gas. Tekanan parsial oksigen dalam atmosfer pada permukaan laut
besarnya sekitar 149 mmHg (21 persen dari 760 mmHg). Pada waktu oksigen diinspirasi dan
sampai pada alveolus maka tekanan parsial ini mengalami penurunan sampai sekitar 103 mm
Hg. Penurunan tekanan parsial ini diperkirakan atas dasar fakta bahwa udara inspirasi tercampur
dengan udara dalam ruang rugi anatomis saluran udara, dan dengan uap air. Ruang rugi
anatomis ini dalam keadaan normal mempunyai volume sekitar 1 ml udara per pound berat
badan (150 ml/150 lb pria). Hanya udara bersih yang sampai ke alveolus yang merupakan
ventilasi efektif. Tekanan parsial oksigen dalam darah vena campuran (PV O2) dalam kapiler
pulmo besarnya sekitar 40 mm Hg. Karena tekanan parsial oksigen dalam kapiler lebih rendah
daripada tekanan dalam alveolus (Pal O2 = 103 mm Hg), maka oksigen dapat dengan mudah
berdifusi ke dalam aliran darah. Selisih tekanan CO2 antara darah dan alveolus yang jauh lebih
rendah (6 mmHg) menyebabkan karbon dioksida berdifusi ke dalam alveolus. Karbon dioksida
ini kemudian dikeluarkan ke atmosfer, di mana konsentrasinya pada hakekatnya nol. Selisih CO2
antara darah dan alveolus memang kecil sekali tapi cukup karena dapat berdifusi kira-kira 20 kali
lebih cepat dibandingkan dengan oksigen, melintasi membran alveolus-kapiler karena daya
larutnya yang lebih besar.5

Pemeriksaan Fungsi Paru

Alat yang digunakan untuk mempelajari ventilasi paru adalah spirometri. Hasil dari
pencatatannya dinamakan spirometer. Dari hasil ini dapat dilihat perubahan volume paru pada berbagai
kondisi pernafasan. Udara dalam paru dibagi menjadi empat volume dan empat kapasitas, yang
merupakan rata-rata pada laki-laki dewasa muda.

Gambar 1 . spirometri

Empat macam volume paru antara lain:


 Volume tidal (VT)
volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi setiap kali bernapas normal; besarnya kira-kira 500
mL pada rata-rata orang dewasa muda.
 Volume cadangan inspirasi (IRV)
volume udara ekstra yang dapat diinspirasi setelah dan di atas volume alun napas normal; dan
biasanya mencapai 3000 mL.
 Volume cadangan ekspirasi (ERV)
jumlah udara ekstra yang dapat diekspirasi oleh ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi alun napas
normal; jumlah normalnya adalah sekitar 1100 mL.
 Volume residu (RV)
volume udara yang masih tetap berada dalam paru setelah ekspirasi paling kuat. Volume ini
besarnya kira-kira 1200 mL.
Untuk menguraikan peristiwa-peristiwa dalam siklus paru, kadang-kadang perlu menyatukan
dua atau lebih volume di atas. Kombinasi seperti itu disebut kapasitas paru. Berbagai kapasitas paru
yang dapat diuraikan sebagai berikut :
o Kapasitas inspirasi (IC) sama dengan volume alun napas ditambah volume cadangan inspirasi. Ini
adalah jumlah udara (kira-kira 3500 mL) yang dapat dihirup oleh seseorang, dimulai pada tingat
ekspirasi normal dan pengembangan paru sampai jumlah maksimum.
IC = TV + IRV
o Kapasitas residu fungsional (FRC) sama dengan volume cadangan ekspirasi ditambah volume
residu. Ini adalah jumlah udara yang tersisa dalam paru pada akhir ekspiras normal (kira-kira 2300
mL).
FRC = ERV + RV
o Kapasitas vital (VC) sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah volume alun napas dan
volume cadangan ekspirasi. Ini adalah jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan seseorang
dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimum dan kemudian mengeluarkan
sebanyak-banyaknya (kira-kira 4600 mL).
VC = IRV + TV + ERV
VC = IC + ERV
o Kapasitas paru total (TLC) adalah volume maksimum di mana paru dapat dikembangkan sebesar
mungkin dengan inspirasi paksa (kira-kira 5800 mL); jumlah ini sama dengan kapasitas vital
ditambah volume residu.
TLC = VC + RV
TLC = IC + FRC.6
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pernafasan
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju respirasi adalah faktor internal dan eksternal.Faktor
internal adalah faktor yang berasal dari dalam bahan (buah dan sayur), meliputi tingkat perkembangan
organ, komposisi kimia jaringan, ukuran produk, pelapisan alami, dan jenis jaringan.9 Faktor eksternal
adalah faktor yang berasal dari lingkungan sekeliling bahan, meliputi suhu, etilen, ketersediaan oksigen,
karbon dioksida, dan luka pada bahan.7

Kesimpulan

Sistem pernapasan pada manusia terdiri atas hidung, faring, laring, bronkus primer, bronkus
kecil, bronkiolus, bronkiolus terminalis, bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, sakus alveolaris, dan
alveolus. Fungsi sistem pernapasan adalah untuk mengambil oksigen (O 2 ) dari atmosfer ke dalam sel-sel
tubuh dan untuk mentranspor karbondioksida (CO2) yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke atmosfer.
Pada kasus ini seorang polwan menjalani pemerikasaan spirometri untuk mengetahui volume dan
kapasitas paru apakah normal atau terjadi gangguan.

Daftar Pustaka

1. Gunardi S. Anatomi sistem pernapasan. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia ; 2007.h. 2-89.
2. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2004.
3. Juncqueria, LC. Histologi dasar. Jakarta: EGC, 1991.
4. Suryo J. Herbal penyembuh gangguan sistem pernapasan. Jogjakarta : Penerbit PT. Bentang
Pustaka ; 2010.h.7-13.
5. Aryulina D, Muslim C, dkk. Biologi 2. Jakarta : Penerbit Erlangga ; h.188-94.
6. Sherwood L. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC ; 2001.h.411-57.
7. Hall JE. Buku saku fisiologi kedokteran Guyton dan Hall. Edisi ke-11. Jakarta: EGC; 2009.h.296-97,
318-9.

Anda mungkin juga menyukai