Anda di halaman 1dari 2

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Video game tak pernah selesai jadi pembicaraan pakar kesehatan.

Di
satu sisi, ia dituding sebagai pemicu kegemukan, rasa malas dan efek negatif lain pada anak-anak.
Namun, disisi lain, video game juga memberikan manfaat lain, yakni melatih saraf motorik atau
membantu anak mengembangkan daya imajinasi yang diperlukan dalam masa pertumbuhannya.

Nah, khusus manfaat video game terhadap saraf motorik, para ahli tengah mengembangkan terapi
bermain video game pada pasien jantung pascaoperasi. Terapi ini dimaksudkan untuk melatih
kekuatan otot dan fungsi saraf yang terganggu akibat stroke.

Gustavo Saposnik, Direktur Riset, Rumah Sakit St. Michael, Universitas Toronto mengatakan
rehabilitas penyembuhan pasien stroke dan jantung berkembang sangat baik. Salah satu
pengembangan terapi yang tengah digarap adalah penggunaan game virtual.

Game tersebut, menurut dia, akan membantu meningkatkan perbaikan saraf, aktifitas dan partisipasi
sosial pasien. "Video game virtual dapat memberi alternatif yang terjangkau, menyenangkan dan
efektif untuk mengintensifkan pengobatan sekaligus mempromosikan pemulihan saraf setelah
stroke," ungkap dia seperti dilansir Healthday, Jum'at (8/4).

Seperti diketahui, lebih dari 75 persen pasien stroke mengalami masalah pada saraf. Mereka
mengalami paralisis (lumpuh),atau kesulitan kesimbangan dan kordinasi antar otot yang menyulitkan
pasien bersangkutan dalam beraktifitas.

Sejauh ini, pola rehabilitasi konvensional yang dilakukan tidak cukup signifikan memberikan
kesembuhan secara cepat dan tepat kepada pasien. Para peneliti berharap kehadiran terapi video
game bisa membuat rehabilitasi pasien stroke berlangsung optimal.

Berangkat dari harapan tersebut, Saposnik bersama koleganya tengah menggarap studi yang disebut
disebut meta-analisis. Studi ini dilakukan guna mengetahui sejauhmana game virtual mampu
memberikan manfaat dalam rehabilitasi pasien stroke. Untuk itu, Saposnik bersama timnya segera
mencari studi yang berhubungan dengan teori yang tengah mereka kembangkan. Mereka coba
mencocokan data yang ada kemudian diharapkan mampu memberikan kesimpulan.

Dari analisis data terhadap 12 studi yang melibatkan 195 pasien dengan rentang usia 26 hingga 88
tahun, diperoleh fakta bahwa video game memiliki pengaruh cukup signifikan terhadap penderita
stroke ringan. Guna memperkuat kesimpulan, Sapsonik melakukan observasi terhadap pasien stroke
secara random. Setiap pasien yang diacak merupakan perokok dan non perokok. Dari pasien yang
terpilih kemudian diberikan terapi yang berbeda yakni terapi video games dan terapi konvensional.

Hasilnya, pasien stroke yang mengikuti terapi video game mengalami kemajuan kemampuan saraf
dan otot mereka 14.7 hingga 20 persen. Dibanding dengan pasien yang menjalani terapi
konvensional, pasien terapi video games virtual mampu menyembuhkan diri 4.89 kali lebih cepat.
Untuk ukuran waktu penyembuhan, hasil analisis Saposnik menyebutkan jauh lebih cepat ketimbang
terapi konvensional yakni 20 hingga 30 jam selama 4-6 minggu.

Dalam kesimpulannya, Saposnik menjelaskan video games membantu otak pasien stroke untuk
menata kembali sistem saraf termasuk koneksi sel yang mengalami
gangguan. "Studi yang kami kerjakan mengkonfirmasi manfaat dari video games dalam rehabilitasi
pasien stroke. Meski demikian, studi terus kami kembangkan sebelum bisa dimanfaatkan secara
umum. Intinya kami sudah berada di jalur yang benar," kata dia.

Dr. Ralph L. Sacco, Presiden Asosiasi Jantung Amerika menilai studi yang dikerjakan Saposnik dan
koleganya membutuhkan riset yang lebih luas lagi untuk mengevaluasi secara menyeluruh dampak
games virtual terhadap pasien stroke. "Kebanyakan pasien enggan menjalani terapi. Bisa jadi, dengan
terapi model ini, pasien bisa lebih tertarik sehingga mempercepat kesembuhan mereka, " komentar
Sacco. Namun, dia menambahkan pula masih terlalu dini bagi pasien untuk mencoba terapi yang
digagas Saposnik dan koleganya.

Dalam sebuah penelitian terbaru, disarankan agar dibuat terapi yg efektif, menantang, berulang,
memiliki tugas, dan kisah di dalamya. Video game menerapkan konsep membantu otak buat
menyembuhkan melalui proses yg disebut neuroplastisitas yakni kemampuan otak buat merombak
dirinya sendiri setelah cedera dengan menciptakan hubungan sel syaraf baru. "Pemulihan
keterampilan motorik bergantung pada pemulihan neurologis, adaptasi, dan taktik belajar baru,"
kata Saposnik. "Virtual drive sistem realitas neuroplastisitas membawa kegunaan dlm peningkatan
fungsi motorik pascastroke," tambah Saposnik. Studi ini telah diterbitkan dlm edisi bulan April 2011
jurnal Stroke: Journal of American Heart Association. (Pri/OL-06)

TEMPO Interaktif, Toronto - Berbagai permainan virtual reality dan video game ternyata memiliki
manfaat positif bagi pasien stroke. Permainan itu memperbaiki fungsi motorik pasien secara
signifikan. Peneliti dari rumah sakit St. Michael di Toronto, Kanada, menyatakan pasien yang
memainkan video game, seperti Wii dan Playstation, lima kali lebih cepat menunjukkan perbaikan
dalam fungsi motor tangan dibandingkan orang yang hanya menjalani terapi standar.

“Permainan virtual reality adalah alternatif potensial dan menjanjikan untuk mempercepat
perbaikan motorik setelah stroke,” kata Dr. Gustavo Saposnik, peneliti utama studi dan direktur
Stroke Outcomes Research Unit di rumah sakit tersebut. “Ini adalah alternatif yang terjangkau, asyik
dan efektif untuk mengintensifkan penanganan dan mendukung pemulihan usai stroke.”

Saposnik dan timnya mengkaji 12 studi lain tentang efek permainan elektronik pada pergerakan dan
kekuatan lengan atas. Antara 55 dan 75 persen orang yang sembuh dari stroke mengalami masalah
motorik pada tangan mereka.
Terapi standar, seperti fisioterapi dan terapi okupasi, kata Saposnik, hanya memberikan pengaruh
sedikit dan terkadang justru memperlambat.

Riset terbaru menunjukkan bahwa terapi efektif haruslah menantang, repetitif, baru dan lebih
spesifik. Video game menerapkan konsep tersebut, membantu otak untuk sembuh lewat proses yang
disebut neuroplasticity, kemampuan otak untuk melakukan remodelling setelah cedera dengan
menciptakan koneksi sel saraf baru.

“Pemulihan kemampuan motorik amat bergantung pada pemulihan neurologis, adaptasi, dan
strategi belajar baru,” kata Saposnik. “Sistem virtual reality mendorong neuroplasticity dan mengarah
pada manfaat dalam perbaikan fungsi motorik pasca stroke.”

Anda mungkin juga menyukai