Anda di halaman 1dari 1

Jakarta, 9 July 2012 Dua puluh enam tahun menjalani kehidupan dengan kursi roda membuat saya semakin

yakin bahwa Yang Maha Kuasa memang telah menciptakan kita untuk menjadi makhluk
Kepada para pemimpin Indonesia masa depan yang paling tinggi kemampuan survival nya di muka bumi ini. Kita diberikan rasa takut,
Di manapun Anda berada yang merupakan mekanisme primitif yang dimiliki organisme untuk survive, yaitu
Di dunia yang semakin global keinginan untuk lari dari ancaman, atau… melawannya!. Ketika pilihannya adalah
melawan, maka perangkat perang telah disiapkanNya untuk kita. Perangkat itu terwujud
Saat saya menulis surat ini kepada Anda, dunia yang saya huni ini mampu membuat 112 dalam kemampuan bouncing back—daya pantul, yang jika digunakan mampu membuat
buah mobil dalam 1 menit, menerbangkan orang non-stop dari Singapura ke New York kita memantul tinggi ketika kita dihempaskan ke tanah. Kitalah yang bisa membuat daya
dalam 18 jam, dan menghasilkan produk “Made in The World” seperti celana jeans yg pantul itu bekerja. Jika kita tak ingin melawan, perangkat perang tersebut bahkan tidak
saya pakai sekarang. Karena, walaupun saya beli di Bandung dan berlabelkan “Made in akan hadir.
Indonesia”, celana ini melibatkan lebih dari 15 negara dalam value chain pembuatannya.
Berpuluh kali, atau beratus kali atau mungkin beribu kali saya diserang rasa takut ketika
Malam ini, ketika surat ini saya ketik dengan komputer yang mampu mengumpulkan 411 menjalani kehidupan dengan kursi roda ini. Ketika membuat pilihan kembali ke sekolah,
juta informasi dalam 0.23 detik untuk pencarian kata “leadership”, saya membayangkan ketika menyeret kaki untuk menaiki tangga bioskop agar bisa menemani wanita pujaan
keterbatasan mencari pengatahuan yg dihadapi ayah saya, saat mimpinya untuk sekolah menonton, ketika memutuskan untuk kuliah, ketika menghadapi 4 lantai untuk bisa
sirna karena perang yang berkecamuk. Saya memikirkan daya apa yang dimilikinya, praktikum kuliah, ketika harus menjalani kemoterapi, ketika memulai bekerja, ketika naik
sehingga dia berani mendobrak keterbatasannya dengan merantau dan berjibaku pesawat, ketika akhirnya bisa ke luar negeri, ketika melamar calon istri, ketika mulai
untuk survive di berbagai kota di Sumatera hingga akhirnya sampai di Jakarta, Tidakkah bekerja di GE yang penuh dengan orang asing, ketika menerima tawaran untuk
dia takut dengan keterbatasannya? mempimpin GE di Indonesia….Saya takut. Tembok besar berdiri tegak, angkuh, dan
ribuan panah berapi menghujami saya.
Usianya baru 15 tahun saat itu, dan hidup tidak berjalan seperti yang dia inginkan.
Namun seiring dengan rasa takut yang timbul tersebut, mimpi saya untuk dapat
Saya juga terkenang dengan peristiwa mengerikan yang saya hadapi sendiri pada tahun menjalankan dan menikmati hidup menerangi jalan yang ingin saya tempuh. Dan ketika
1987, ketika saya tiba-tiba divonis menderita kanker lymphoma non-hodkin- kanker perangkat perang—semangat untuk memantul, saya gunakan, saya seakan menjelma
kelenjar getah bening, yang tumbuh di medulla spinalis saya dan merusaknya menjadi jenderal yang siap perang, yang didukung oleh ribuan pasukan—keluarga,
sedemikian rupa sampai saya kehilangan kemampuan untuk berjalan. Bulan-bulan yang teman, bahkan orang yang tak dikenal, yang tiba-tiba hadir karena mereka percaya
melelahkan karena harus berobat ke sana ke mari, dan akhirnya berujung kepada terhadap keyakinan saya. Saya maju berperang, dengan keyakinan bahwa
keharusan menjalankan hidup dengan menggunakan kursi roda. Saya ingat betul peperanganlah yang harus saya jalani, saya nikmati. Hasil peperangan sendiri tidaklah
betapa takutnya saya untuk menjalani hidup saat itu. Keterbatasan menghadang di terlalu penting, karena kalaupun kalah, toh saya akan berperang lagi. Kalau mati, saya
banyak hal. akan mengakhiri perang dengan senyum, karena saya tahu saya telah berjuang dengan
sebaik-baiknya. Sang Pencipta lah yang pada akhirnya memilihkan hasil dari
Usia saya baru 17 tahun waktu itu, dan hidup berjalan jauh dari yang saya harapkan. perjuangan kita.

Apa yang bisa dilakukan ketika keterbatasan seakan menjelma menjadi tembok besar Menjadi pemimpin bermula dari memimpin diri sendiri. Mewujudkan mimpi yang ingin
dan ketakutan adalah anak panah berapi yang terus dilontarkan kepada kita sehingga dicapai. Tidak perlu membayar orang untuk menjadi pengikut. Jika mereka melihat
kita tidak berani maju dan terus mundur? anda dengan penuh keyakinan berani mempimpin diri anda sendiri, mereka akan
mengikuti dan membantu anda dengan tulus, serta percaya pada kepemimpinan anda.
Saya, dan mungkin juga ayah saya waktu itu, memulainya dengan menerima
kenyataan. Menerima bahwa jalan tidak lagi mulus, bahwa lapangan pertempuran saya Saat saya menulis surat ini kepada Anda, dunia tempat saya hidup sekarang ini
jelek, dan amunisi saya tidak lengkap. “Reality bites” kata orang. Betul itu. Tapi menghasilkan pendapatan kotor setahun $70 triliun. Sekitar 40% dari pendapatan dunia
menerima “gigitan” itu berguna untuk membuat kita mampu menyusun strategi baru. tersebut dihasilkan oleh 500 korporasi terbesar dunia, dan tidak ada satu pun yang
Menghindarinya atau lari darinya justru membuat kita terlena mengasihani diri kita terus- berasal dari negara kita (133 dari Amerika Serikat, 79 dari China, 8 dari India). Terdapat
menerus dan menenggelamkan kemampuan kita untuk dapat melawan balik. sekurangnya 136 negara yang berkompetisi di dunia ini untuk mendapatkan keuntungan
terbanyak dari proses ekonomi global, dan daya saing Indonesia terukur pada ranking
Kemudian saya mengumpulkan kembali puing-puing mimpi saya. Tidak! Mimpi tidak 46. Singkat kata, kita masih belum menjadi pemeran utama di panggung dunia yang tak
akan pernah mati. Manusia bisa dibungkam, dilumpuhkan, bahkan dibunuh, tapi mimpi berhenti mengglobal.
tetap akan hidup. Ketika keterbatasan dan ketakutan melanda, mimpi kita mungkin
pecah, runtuh, dan berserakan, tapi tidak akan hilang. Dengan usaha keras, kita bisa Pekerjaan rumah anda sebagai pemimpin Indonesia tidaklah mudah. Tidak berarti,
menyusunnya kembali, dan ketika mimpi telah kembali utuh, ia akan hidup, menyala, dan tembok besar dan ribuan panah api bisa menghentikan langkah anda untuk berperang.
memberikan cahaya terhadap pilihan jalan yang akan ditempuh untuk mewujudkannya.
Salam,
Handry Satriago

Anda mungkin juga menyukai