Anda di halaman 1dari 3

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan penetapan kadar antalgin (metampiron) dengan metode
iodimetri. Antalgin merupakan suatu derivat pirazolon yang mempunyai efek analgetika-
antipiretika yang kuat (Dirjen POM, 1979). Penetapan kadar antalgin ini dilakukan dengan cara
titrasi iodimetri karena Antalgin merupakan zat yang potensial oksidasi dan reduksinya lebih
rendah dari sistem iodium-iodida, sehingga zat tersebut teroksidasi dengan iodium (Kristian,
2009).
Iodimetri merupakan metode penentuan atau penetapan kuantitatif yang dasar
penentuannya adalah jumlah I2 yang bereaksi dengan sampel atau terbentuk dari hasil reaksi
antara sampel dengan ion Iodida. Iodimetri adalah titrasi redoks dengan I2 sebagai pentiternya
(Gandjar, 2007). Metode titrasi iodimetri ini adalah titrasi redoks yang menggunakan larutan
standar iodium sebagai titran dalam suasana netral atau sedikit asam. Titrasi ini dikatakan titrasi
langsung karena I2 berfungsi sebagai pereaksi. Dalam reaksi redoks harus selalu ada oksidator
dan reduktor, sebab bila suatu unsur bertambah bilangan oksidasinya (melepaskan elektron)
maka harus ada suatu unsur yang bilangan oksidasinya berkurang atau turun (menangkap
elektron), jadi tidak mungkin hanya ada oksidator saja atau reduktor saja. Iodium merupakan
oksidator yang terbilang lemah sehingga hanya zat-zat yang merupakan reduktor kuat yang dapat
dititrasi. Dalam bidang farmasi penetapan ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui kadar yang
terkandung didalam suatu sediaan, apakah sudah sesuai dengan aturan atau tidak.
Pertama-tama sampel yang berupa tablet antalgin ditimbang sebanyak 20 gram satu
persatu, dicatat hasil penimbngannya kemudian digerus sampai halus. Hal ini dilakukan dengan
tujuan memperkecil ukuran partikel karena penentuan kadar antalgin ini dilakukan dengan cara
titrasi sehingga sampel harus dalam keadaan terlarut. Kemudian serbuk yang telah ditimbang
dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan kemudian ditambahkan 10 ml metanol. Metanol ini
berfungsi sebagai pelarut untuk melarutkan serbuk antalgin. Lalu ditambahkan 10 ml HCl encer
0,1 N untuk menjadikan larutan menjadi asam karena dalam metode iodimetri ini larutan sampel
harus dalam keadaan asam. Indikator yang digunakan dalam proses titrasi ini adalah larutan
amilum. Amilum dapat mengetahui Titik Akhir Titrasi dengan mendeteksi kadar iodium yang
akan membawa perubahan warna menjadi biru keunguan.
Sebelumnya, iodium sebagai zat titran harus distandariasi terlebih dahulu. Namun pada
titrasi iodimetri ini dilakukan dua kali standarisasi. Mulanya dilakukan standarisasi Natrium
Tiosulfat dengan KIO3. Setelah memperoleh normalitas Natrium tiosulfat, maka dapat dilakukan
standarisasi Iodium yang digunakan sebagai zat titran untuk sampel antalgin yang distandarisasi
dengan Natrium tiosulfat setelah diketahui normalitasnya.
Dari hasil praktikum ini, sampel serbuk antalgin yang diambil yaitu 200 mg dengan
bobot rata-rata tablet 611,8 mg dan jumlah antalgin yang tertera daam etiket sebanyak 500 mg.
Penetapan kadar ini dilakukan secara duplo. Dari hasil titrasi pertama, ml titrasi yang didapat
adalah 9,12 ml sehingga didapat kadar antalgin yaitu 104,67%. Sedangkan dari hasil titrasi kedua
diperoleh ml titrasi sebanyak 8,82 ml sehingga kadar antagin yang didapat adalah 105,41%.
Sehingga dapat diperoleh rata-rata kadar Antalgin sebesar 105,04%. Persyaratan kandungan
antalgin yang tertera dapat Farmakope Indonesia Edisi V (2014) adalah tablet mengandung
antalgin tidak kurang dari 95% dan tidak lebih dari 105% dari jumah yang tertera dalam etiket.
Berdasarkan persyaratan tersebut, rata-rata yang diperoleh melebihi persyaratan kadar yang telah
ditetapkan Farmakope dengan selisih yang sangat kecil. Hal ini dapat terjadi dikarenakan
ketidaktelitian praktikan dalam menimbang serbuk antalgin yang dijadikan sebagai sampel,
ketidaktelitian praktikan dalam membaca hasil titik akhir titrasi, maupun karena faktor zat-zat
kimia yang digunakan tidak lagi sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :


- Penetapan kadar Antalgin dilakukan dengan cara titrasi iodimetri.
- Rata-rata kadar Antalgin yang diperoleh yaitu 105,04%.
- Rata-rata kadar Antalgin yang diperoleh melebihi persyaratan kadar yang telah ditetapkan,
hal ini dapat terjadi dikarenakan ketidaktelitian praktikan dalam menimbang maupun dalam
membaca hasil titik akhir titrasi.
DAPUS

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Gandjar, Ibnu G dan Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai